HUBUNGAN KESADARAN KESETARAAN GENDER DAN KECENDERUNGAN PEREMPUAN DEWASA AWAL MENGALAMI KEKERASAN DALAM PACARAN

  

HUBUNGAN KESADARAN KESETARAAN GENDER DAN

KECENDERUNGAN PEREMPUAN DEWASA AWAL

MENGALAMI KEKERASAN DALAM PACARAN

  SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  

Oleh :

Fransiska Purwandari

049114001

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

  

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

  Karya ini aku persembahkan untuk :

  Tuhan Yesus Kristus, tak ada kata yang mampu mengungkapkan rasa syukur dan terima kasihku yang begitu besar atas kehadiran Bapa di hidupku

   yang selalu menjadi sumber kekuatan dan harapan Bunda Maria

   yang selalu

  Bapak Antonius Haryanto & Ibu Theresia Hartati mendoakanku dan mendukung setiap langkahku

  

Monika Dwi Handayani, Flabianus Adi Pranoto & Florentina

yang mejadi penghibur dan penyemangat setiaku

  Yuli Lestari yang selalu mendukungku

   Saudara-saudara & Sahabat-sahabatku dan memberikan masukan padaku

  " Dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh

perempuan; dan segala sesuatu berasal

dari Allah. “ 1 Kor 11:11-12

  

HUBUNGAN KESADARAN KESETARAAN GENDER DAN

KECENDERUNGAN PEREMPUAN DEWASA AWAL MENGALAMI

KEKERASAN DALAM PACARAN

Fransiska Purwandari

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesadaran kesetaraan gender

dengan kecenderungan perempuan dewasa awal mengalami kekerasan dalam pacaran. Hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kesadaran kesetaraan

gender dengan kecenderungan perempuan dewasa awal mengalami kekerasan dalam pacaran baik

kekerasan fisik, kekerasan psikologis dan kekerasan seksual. Subjek penelitian ini adalah 97

perempuan dewasa awal dengan menggunakan teknik puposive sampling. Pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah skala kesadaran kesetaraan gender dan skala kekerasan

dalam pacaran. Koefisien reliabilitas pada kesadaran kesetaraan gender sebesar 0,907 dan skala

kecenderungan perempuan mengalami kekerasan dalam pacaran sebesar 0,969. Data hasil

penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Carl Pearson,

hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara kesadaran kesetaraan gender dan

kecenderungan perempuan dewasa awal mengalami kekerasan fisik dengan melihat koefisien

korelasi yang bernilai -0,453 (p<0,01). Terdapat hubungan negatif antara kesadaran kesetaraan

gender dan kecenderungan perempuan dewasa awal mengalami kekerasan psikologis dengan

melihat koefisien korelasi yang bernilai -0,542 (p<0,01). Selain itu, ada hubungan negatif antara

kesadaran kesetaraan gender dan kecenderungan perempuan dewasa awal mengalami kekerasan

seksual dengan melihat koefisien korelasi yang bernilai -0,572(p <0,01).

Kata kunci: kesadaran kesetaraan gender, kecenderungan perempuan dewasa awal mengalami

kekerasan dalam pacaran

  

THE RELATION BETWEEN AWARNESS OF GENDER EQUALITY

AND TENDENCY OF YOUNG WOMEN WILL BE HAVING DATING

  

VIOLENCE

Fransiska Purwandari

  

ABSTRACT

This objective of this research was to find out the correlation between awareness of

gender equality and tendency of young women will be having dating violence. The hypothesis

proposed in this research is there is a negative correlation between awareness of gender equality

and tendency of young women will be having dating violence. The subject of this research are 97

young women that acquired by purposive sampling technique. The method of data collection in

this research are awareness of gender equality scale and tendency of young women will be having

dating violence scale. The reliability coefficient of awareness of gender equality scale is 0,907 and

reliability coefficient tendency of young women will be having dating violence scale is 0,969. The

data was analyzed by using correlational Product Moment technique, and the result showed that

there was a negative correlation between awareness of gender equality and tendency of young

women will be having physical violence can be seen from in the amount of – 0,453 (p<0,01).

Except that, the result showed that there was a negative correlation between awareness of gender

equality and tendency of young women will be having emotional/psycologycal violence can be

seen from in the amount of – 0,542 (p<0,01). And last result showed that there was a negative

correlation between awareness of gender equality and tendency of young women will be having

sexual violence can be seen from in the amount of – 0,572 (p<0,01).

  

Keywords: awareness of gender equality, tendency of young women will be having dating violence

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Ibu Christina Siwi Handayani, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Ibu Titik Kristiyani, M.Psi. selaku Kaprodi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  3. Ibu ML. Anantasari, S.Psi., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasihat, serta kritikan selama proses penyusunan skripsi dengan penuh kesabaran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  4. Ibu Sylvia Carolina MYM.,S.Psi.,M.Psi, selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan yang bermanfaat demi kesempurnaan skripsi ini.

  5. Bapak C. Siswa Widyatmoko,S.Psi., selaku dosen penguji III yang telah memberikan masukan yang bermanfaat demi kesempurnaan skripsi ini.

  6. Ibu Lusia Pratidarmanastiti, M.S., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan dukungan selama kuliah maupun saat penyusunan skripsi.

  7. Segenap staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan segala bekal ilmu pengetahuan tentang dunia psikologi

  8. Segenap karyawan Fakultas Psikologi: Mbak Nanik, Mas Gandung & Pak Gie, mas Muji, serta mas Doni, atas segala bantuan.

  9. Keluargaku tercinta, Bapak, Mama, Monik, Adi, Renti dan Louis yang selalu memberikan dukungan, doa, dan perhatian yang tidak akan pernah dapat terbalaskan. Maaf telah membuat kalian menunggu sangat lama untuk penyelesaian skripsi ini.

  10. Sepupu-sepupuku, mbak Esti, Sigit, mbak Meri, Wahyu, Bowok, dan Bertha, tak hentinya aku bersyukur memiliki saudara-saudara sehebat kalian.

  Terimakasih atas dukungan, doa, semangat, serta tawa yang kalian berikan di saat-saat terindah maupun terkelam dalam hidupku. Miss u all.

  11. Bambang Suwito Wibowo, terimakasih sudah mengajarkan arti hidup yang sebenarnya sehingga membuatku semakin dawasa dalam menghadapi kehidupan.

  12. Sahabat-sahabatku, Ruri, Fanny, Tinul, Yetti, Vero, Ditha, terimakasih atas semua masukan, nasihat, kekuatan, semangat yang sangat berharga untukku.

  13. Dai, Motea, Endah, Kiki, Vie, terimakasih atas kepercayaan dan kekuatan yang telah kalian berikan. Tanpa kalian aku pasti tidak akan pernah sampai pada tahap ini.

  14. Angga Tamie dan Fanny Ng, terimakasih atas segala yang telah kalian berikan. Kehadiran kalian meringankan langkahku untuk terus maju.

  15. Teman-teman Psikologi angkatan 2004 atas persahabatan dan kebersamaannya.

  16. Penghuni Kost Caritas, Kak Yuli, Kak Ening, Kak Viche, Kak Ina, Kak Desy, Mbak Detha, Mbak Ika, Mbak Diah, Mbak Dwi, Siska Klaten, Cempluk, Putri, Linda, Leona, Cory, Yhupa, Ike, terimakasih atas bantuan dan kebersamaan kalian semua sehingga menjadikan kost Caritas menjadi rumah kedua bagiku.

  17. Teman-teman yang telah bersedia mengisi angket penelitian. Terima kasih atas partisipasi dan kerja sama yang baik sehingga pengambilan data penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

  18. Semua pihak yang tanpa sengaja belum penulis sebut di sini, terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat berterimakasih atas semua masukan baik yang berupa saran maupun kritik yang dapat membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak.

  Yogyakarta,20 September 2010 Fransiska Purwandari

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING........................... ii HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN......................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... vi ABSTRAK .................................................................................................. vii ABSTRACT................................................................................................ viii LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI.................................................. ix KATA PENGANTAR ................................................................................ x DAFTAR ISI............................................................................................... xiii DAFTAR TABEL....................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................

  1 A. Latar Belakang Penelitian ............................................................

  1 B. Rumusan Masalah ........................................................................

  10 C. Tujuan Penelitian .........................................................................

  10 D. Manfaat Penelitian .......................................................................

  10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................

  12 A. Kesadaran Kesetaraan Gender .....................................................

  12

  2. Pengertian Kesadaran Kesetaraan Gender . .............................

  13 3. Aspek-aspek Kesadaran Kesetaraan Gender............................

  14

  4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Kesetaraan Gender ......................................................................................

  16 B. Kecenderungan Perempuan Mengalami Kekerasan dalam Pacaran .........................................................................................

  18 1. Pengertian Kekerasan dalam Pacaran ......................................

  18 2. Pengertian Kekerasan terhadap Perempuan. ............................

  19 3. Kecenderungan perempuan Mengalami KDP..........................

  20 4. Bentuk-bentuk Tindak Kekerasan dalam Pacaran ...................

  21

  5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perempuan mengalami KDP..........................................................................................

  24 C. Masa Dewasa Awal......................................................................

  28 1. Definisi dan Batasan Usia Masa Dewasa Awa l ......................

  28 D. Dinamika Hubungan antara Kesadaran Kesetaraan Gender Perempuan Dewasa Awal dan Tingkat Kekerasan dalam Pacaran

  30 E. Hipotesis.......................................................................................

  37 BAB III METODE PENELITIAN....................................................

  38 A. Jenis Penelitian.............................................................................

  38 B. Identifikasi Variabel Penelitian....................................................

  38 C. Definisi Operasional.....................................................................

  38 1. Kesadaran Kesetaraan Gender .................................................

  39

  D. Subjek Penelitian..........................................................................

  43 E. Metode Pengumpulan Data ..........................................................

  43 F. Alat Pengumpulan Data ...............................................................

  45 1. Skala Kesadaran Kesetaraan Gender .......................................

  45 2. Skala Kecenderungan Perempuan Mengalami KDP................

  46 G. Uji Coba Alat Ukur ......................................................................

  47 H. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ............................................

  48 1. Validitas ...................................................................................

  48 2. Seleksi Aitem. ..........................................................................

  49 I. Reliabilitas ...................................................................................

  52 J. Teknis Analisis Data ....................................................................

  52 1. Uji Asumsi Data Penelitian......................................................

  52 2. Uji Hipotesis Penelitian. ..........................................................

  53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...........................

  54 A. Pelaksanaan Penelitian .................................................................

  54 B. Deskripsi Subjek Penelitian .........................................................

  55 C. Analisis Data Penelitian ...............................................................

  57 1. Uji Asumsi ...............................................................................

  57 D. Deskripsi Data Penelitian.............................................................

  58 E. Uji Hipotesis ................................................................................

  61 F. Pembahasan..................................................................................

  63

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................

  73 A. Kesimpulan ..................................................................................

  73 B. Saran.............................................................................................

  73 Daftar Pustaka .............................................................................................

  77 Lampiran .....................................................................................................

  81

  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Kesadaran Kesetaraan Gender Sebelum Uji Coba ..

  42 Tabel 3.2 Blue Print Kecenderungan Kekerasan Dalam Pacaran Sebelum Uji Coba............................................................................................

  43 Tabel 3.3 Hasil Korelasi AitemTotal Kesadaran Kesetaraan Gender ........

  46 Tabel 3.4 Aitem Sahih dan Gugur Pada Skala Kesadaran Kesetaraan Gender

  46 Tabel 3.5 Hasl Korelasi Aitem Total dan Kecenderungan Kekerasan Dalam Pacaran........................................................................................

  47 Tabel 3.6 Aitem Sahih dan Gugur Pada Skala Kecenderungan Kekerasan Dalam Pacaran........................................................................................

  47 Tabel 4.1 Deskripsi Usia Subjek...............................................................

  51 Tabel 4.2 Deskripsi Suku Bangsa Subjek...................................................

  52 Tabel 4.3 Deskripsi Lama Hubungan Subjek .............................................

  52 Tabel 4.4 Deskripsi Jenis Pekerjaan Subjek ...............................................

  53 Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Sebaran .....................................................

  53 Tabel 4.6 Hasil Uji Linearitas Hubungan ...................................................

  54 Tabel 4.7 Data Penelitian............................................................................

  55 Tabel 4.8 Hasil Uji Korelasi Kesadaran Kesetaraan Gender dan Kecenderungan Kekerasan Dalam Pacaran ..........................................................

  57

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A (Uji Coba) 1. Skala Kesadaran Kesetaraan Gender ...........................................

  83 2. Skala Kecenderungan Kekerasan Dalam Pacaran........................

  91

  3. Uji Reliabilitas KKG.................................................................... 100

  4. Uji Reliabilitas KDP-Fisik ........................................................... 113

  5. Uji Reliabilitas KDP-Psikologis .................................................. 122

  6. Uji Reliabilitas KDP-Seksual....................................................... 131

  Lampiran B (Penelitian)

  1. Skala Kesadaran Kesetaraan Gender ........................................... 144

  2. Skala Kecenderungan Kekerasan Dalam Pacaran........................ 150

  3. Uji Normalitas dan Uji Linearitas ................................................ 158

  4. Uji Korelasi Kesadaran Kesetaraan Gender dan Aspek Kekerasan dalam Pacaran ......................................................................................... 159

  5. Mean Empirik Kesadaran Kesetaraan Gender dan Aspek Kekerasan dalam Pacaran .............................................................................. 161

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kekerasan dalam masa pacaran disebut dengan kekerasan dalam pacaran

  (KDP) atau dating violence. KDP memang tidak sepopuler kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) namun KDP tidak dapat dianggap sepele, menurut data dari komnas perempuan terdapat 2548 kasus KDP di Indonesia sepanjang tahun 2004-2007. Data tersebut menempatkan kekerasan dalam pacaran sebagai urutan kedua setelah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dalam konteks kekerasan terhadap perempuan (Komnas perempuan, 2008). Lembaga bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan atau LBH- APIK mengemukakan bahwa selama tahun 2009 KDP meningkat menjadi 56 kasus setelah sebelumnya pada tahun 2008 terdapat 12 kasus (http://www.lbh- apik.or.id/fact-52%20dating%20vlc.htm). Litbang Rifka Anisssa (2005) menunjukkan bahwa mahasiswa dan pelajar menduduki peringkat tertinggi sebagai pelaku dan/atau korban kekerasan dalam pacaran. Legal Resources Center untuk Keadilan Jender dan HAM (LRC KJHAM) Semarang menerima empat laporan kasus kekerasan dalam pacaran selama Januari-September 2006 dengan korban berjenis kelamin perempuan yang melapor berusia 16-27 tahun dengan tingkat pendidikan SMA hingga sarjana (Harian Joglosemar, Rabu 20 September 2006).

  Masyarakat maupun pemerintah Indonesia masih terkesan mengesampingkan persoalan KDP karena selama ini tertutupi oleh pemberitaan mengenai Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) padahal seringkali KDP merupakan cikal bakal munculnya KDRT. Fincham, Cui, Braithwaite, & Pasley (2008:260) mengungkapkan bahwa kekerasan dalam pacaran pada mahasiswa penting untuk diperhatikan dan ditindaklanjuti lebih dalam karena 30% pasangan kencan di bangku kuliah akan menikah sehingga apabila dalam masa pacaran mereka mengalami kekerasan, maka kemungkinan besar mereka juga akan mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Rifka Anissa Women’s Crisis Center (RAWCC) (http://lawforwo.multiply.com) mengungkapkan bahwa umumnya bentuk dan jenis kekerasan dalam pacaran sama dengan kekerasan dalam rumah tangga yang meliputi kekerasan fisik, kekerasan psikis, dan kekerasan seksual hanya berbeda status saja.

  Berbagai bentuk kekerasan dalam pacaran tersebut dapat saling terkait dan menjadi awal dari munculnya jenis kekerasan lainnya misalnya seringkali ditemukan bahwa korban KDP tidak hanya mengalami kekerasan fisik berupa pemukulan tapi juga mengalami kekerasan psikologis berupa isolasi, larangan berinteraksi dengan orang lain bahkan tak jarang disertai pula dengan kekerasan seksual seperti pemerkosaan dan/atau pelecehan seksual (Set, 2009:50).

  Berbagai dampak negatif dari kekerasan dalam pacaran bagi korban tertekan, frustasi, kehamilan yang tidak dikehendaki, aborsi tidak aman, bahkan kematian. Berdasarkan data dari kementerian negara pemberdayaan perempuan 2,5 juta kasus aborsi di Indonesia tiap tahunnya, 60% dilakukan oleh remaja usia sekolah dan perguruan tinggi (Set, 2009:50).

  Data dari RAWCC (http://lawforwo.multiply.com) menunjukkan bahwa mahasiswa dan pelajar menduduki peringkat tertinggi sebagai pelaku dan/atau korban kekerasan dalam pacaran. Legal Resources Center untuk Keadilan Jender dan HAM (LRC KJHAM) Semarang menerima empat laporan kasus kekerasan dalam pacaran selama Januari-September 2006 dengan korban berjenis kelamin perempuan yang melapor berusia 16-27 tahun dengan tingkat pendidikan SMA hingga sarjana (http://harianjoglosemar.com/berita/semarang-contoh-buruk-perlindungan- perempuan-6752.html).

  Kekerasan dalam pacaran dapat dilakukan oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan namun, perempuan memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami luka atau cedera. Luhulima (2000:77) mengungkapkan bahwa perempuan mengalami dampak traumatis yang lebih besar dibandingkan laki-laki ketika mengalami kekerasan dalam pacaran. Trauma yang lebih besar umumnya terjadi apabila kekerasan dilakukan oleh orang- orang yang memiliki hubungan khusus dengan diri korban seperti ayah, paman, suami, dan pacar.

  Dampak psikologis seperti jatuhnya harga diri dialami korban yang kedekatan hubungan dengan korban. Korban yang mengalami kekerasan dari pasangan intimnya cenderung akan memandang dirinya negatif, banyak menyalahkan dirinya serta menganggap dirinya sebagai penanggung jawab tindak kekerasan yang dialaminya. Korban juga dapat mengalami depresi dan berbagai bentuk gangguan lain sebagai akibat dari bertumpuknya tekanan, kekecewaan, ketakutan dan kemarahan yang tidak dapat diungkap secara terbuka (Luhulima, 2000: 24).

  KDP seringkali dikaitkan dengan laki-laki sebagai pelaku dan perempuan sebagai korban kekerasan. Laki-laki sebagai pelaku kekerasan cenderung berhubungan dengan adanya stereotip bias gender. Stereotip bias gender merupakan pelabelan pada perempuan dan laki-laki terkait dengan peran gender yang diberikan oleh masyarakat yang dapat menimbulkan ketidakadilan atau kerugian. Stereotip bias gender membuat kaum perempuan menjadi submisif dan menerima semua bentuk perilaku tidak adil yang lebih mengedepankan hak sosial atau orang lain daripada hak pribadi mereka (Asmarany, 2007:16).

  Pada dasarnya perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan tidak menjadi masalah selama perbedaan tersebut tidak menimbulkan ketidakadilan gender (Fakih, 2008:12). Pada kenyataannya di masyarakat menunjukkan bahwa perbedaan gender telah melahirkan berbagai bentuk ketimpangan dan ketidakadilan bagi laki-laki dan perempuan. Bentuk manifestasi dari ketidakadilan gender antara lain marjinalisasi atau proses pemiskinan beban kerja dan kekerasan yang terjadi di berbagai tingkatan, dari tingkat negara, tempat kerja/organisasi/pendidikan, adat istiadat/tafsiran keagamaan, hingga di lingkungan rumahtangga/keluarga (Fakih, 2008:24).

  Laki-laki seringkali dijadikan penyebab utama terjadinya kekerasan yang dialami perempuan, padahal perempuan juga ikut andil dalam memelihara terjadinya tindak kekerasan. Perempuan dalam hal ini ikut serta memberikan peluang pada kaum laki-laki untuk mengembangkan sikap superioritasnya dengan bersikap lebih pasif, lemah, dan memiliki ketergantungan yang besar terhadap laki-laki.

  Kebanyakan perempuan menerima perlakuan sebagai warga kelas dua yang dianggap lemah, secara tidak sadar merasakan kenyamanan dalam posisi subordinatnya karena merasa dilindungi dan aman di bawah laki-laki sehingga mereka memiliki tanggung jawab yang lebih sedikit dibanding laki-laki.

  Pandangan bahwa perempuan merupakan makhluk yang lemah cenderung membuat perempuan acapkali menjadi sasaran empuk kekerasan baik kekerasan secara fisik, psikologis maupun seksual. Selain itu, sikap perempuan yang cenderung lemah tersebut dapat memunculkan ketergantungan yang besar pada pasangannya (Murniati, 2004:20). Salah satu alasan banyak perempuan korban KDP memilih untuk tetap mempertahankan hubungan yang penuh kekerasan adalah adanya ketergantungan terhadap pasangan baik dari segi emosional, cinta, kebutuhan ekonomi, dan sebagainya.

  Perempuan disebut sebagai pemelihara karena kekerasan dalam pacaran dapat untuk lebih menghargai diri sendiri dan menolak segala perilaku yang dapat merugikan.

  Penyadaran terhadap kesetaraan gender merupakan suatu langkah awal untuk merombak kondisi budaya yang ada. Kesetaraan gender menjadi kunci keberhasilan perempuan Indonesia menjadi percaya diri, cerdas, mandiri, dan bebas (Wardhani, 2009:16). Kaum perempuan harus menyadari adanya upaya- upaya yang mengancam peran dan kedudukan perempuan dalam masyarakat dan berusaha untuk memposisikan diri sama dengan laki-laki dalam rumah tangga dan bidang lainnya tanpa melupakan tanggung jawab dan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga (Wardhani, 2009:14).

  Perempuan yang memiliki kesadaran kesetaraan gender akan menyadari potensi dan kesempatan yang ada dalam dirinya sehingga ia memiliki kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri, konsep diri yang positif, mandiri dan dapat menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi dengan baik.

  Kesadaran kesetaraan gender dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya ialah pendidikan. Pendidikan yang bersifat kritis akan membantu perempuan memahami pengalamannya atas ketidakadilan gender dan menolak ideologi serta norma yang dipaksakan pada mereka sehingga dapat membangkitkan kesadaran kritis yakni kesadaran akan ideologi hegemoni dominan (persekutuan kelas yang mendominasi kelas lainnya) dan kaitannya dengan ketidakadilan gender (Fakih, 2008:159). Sosialisasi kesetaraan gender kampanye, ceramah, dialog, komunikasi, shared-learning, dan lain sebagainya juga dapat mempengaruhi kesadaran akan kesetaraan gender pada diri individu (Nugroho, 2008:233). Sosialisasi mengenai kesetaraan gender yang disampaikan melalui media massa diharapkan dapat menambah pengetahuan, membantu memperluas gagasan baru mengenai relasi gender, mengubah pandangan dan keyakinan yang sudah melekat tentang hubungan antara laki- laki dan perempuan (Staggenborg, 2003:44). Dukungan informasi mengenai kesetaraan gender dapat membantu perempuan untuk menentukan sikapnya terhadap ketidakadilan gender serta mampu menilai berbagai masalah secara lebih jernih dan realistis (Calhoun dan Accocella, 1995:37).

  Perempuan yang kurang memiliki kesadaran kesetaraan gender cenderung menerima konsep dan aturan masyarakat yang menganggap laki- laki lebih berhak dibanding perempuan dalam memperoleh kesempatan, berpartisipasi, serta memiliki kontrol penuh dalam setiap pengambilan keputusan. Sikap perempuan yang cenderung pasif ketika berhadapan dengan berbagai bentuk ketidakadilan gender makin mempermudah jalan laki-laki untuk memiliki dominasi sepenuhnya terhadap perempuan. Set (2008:11) menambahkan bahwa ketika dominasi oleh laki-laki terjadi tanpa adanya perlawanan dari pasangan perempuan untuk kembali menyetarakan posisinya dalam hubungan mereka, maka cepat atau lambat akan muncul kondisi yang disebut kekerasan dalam pacaran.

  Subjek yang akan diteliti dalam penelitian ini termasuk kategori dewasa

  2003:23). Pemilihan dewasa awal karena pada tahap ini individu dihadapkan pada tugas perkembangan yaitu membangun relasi yang intim. Individu dewasa awal mendambakan hubungan-hubungan yang intim-akrab serta siap mengembangkan daya-daya yang dibutuhkan untuk memenuhi komitmen- komitmen meskipun memerlukan suatu pengorbanan (Hall & Lindzey, 1993:152).

  Melihat tingginya tingkat kekerasan dalam pacaran dan berbagai dampak negative yang dialami perempuan korban kekerasan dalam pacaran peneliti tertarik untuk melihat seberapa besar pengaruh kesadaran kesetaraan gender terhadap kecenderungan perempuan dewasa awal mengalami kekerasan dalam pacaran.

  Saat ini sebenarnya sudah cukup banyak penelitian mengenai kekerasan terhadap perempuan yang dihubungkan dengan kesetaraan gender namun, kebanyakan menggunakan subjek penelitian dengan jenis kelamin laki-laki karena dianggap sebagai pelaku utama kekerasan. Padahal sebenarnya selama ini menjamurnya kekerasan dalam pacaran tak lepas dari kontribusi sikap perempuan sendiri bersikap lebih lemah, pasif, dan memiliki ketergantungan yang besar pada laki-laki sehingga perempuan seringkali di jadikan korban kekerasan. Kesadaran gender tidak hanya penting untuk laki-laki namun juga bagi perempuan karena dengan adanya kesadaran kesetaraan gender, kaum perempuan akan lebih mandiri, menghargai, memperhatikan diri sendiri sehingga dapat mengantisipasi bahkan menolak segala bentuk ketidakadilan

  Penelitian lainnya mengenai kekerasan terhadap perempuan kebanyakan hanya melihat konsep diri perempuan yang menjadi korban dari kekerasan dan jarang melihat perilaku apa yang membuat perempuan cenderung mengalami kekerasan. Dengan kata lain, penelitian tersebut hanya melihat dampak dari kekerasan bukan tindak pencegahan terhadap kekerasan yang dialami perempuan. Lewat penelitian ini, peneliti mengharapkan agar perempuan dapat mengantisipasi terjadinya kekerasan dengan lebih menghargai dan melindungi diri sendiri.

  Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, maka penulis bermaksud meneliti tentang hubungan kesadaran kesetaraan gender dan kecenderungan perempuan dewasa awal mengalami kekerasan dalam pacaran.

B. Rumusan Masalah

  1. Apakah ada hubungan antara kesadaran kesetaraan gender dan kecenderungan perempuan dewasa awal mengalami kekerasan fisik dalam pacaran?

  2. Apakah ada hubungan antara kesadaran kesetaraan gender dan kecenderungan perempuan dewasa awal mengalami kekerasan psikologis dalam pacaran?

  3. Apakah ada hubungan antara kesadaran kesetaraan gender dan kecenderungan perempuan dewasa awal mengalami kekerasan seksual dalam pacaran?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kesadaran kesetaraan gender dan kecenderungan perempuan dewasa awal mengalami kekerasan dalam pacaran baik secara fisik, psikologis, dan seksual.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat ikut memperkaya khasanah dan memunculkan pemahaman yang lebih luas tentang psikologi sosial terutama kajian tentang kesadaran kesetaraan gender dan kecenderungan kekerasan secara fisik, psikologis, seksual dan ekonomi yang dialami perempuan dewasa awal dalam pacaran.

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi Tokoh Masyarakat Menjadi sumbangan pemikiran dan masukkan serta sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakkan pada kelompok- kelompok kunci masyarakat (seperti pendidik, orangtua, konselor, pemimpin agama, penyedia pelayanan sosial, para pakar, pemerhati kaum feminis dan lain sebagainya).

  b. Bagi Kaum Perempuan Dewasa awal

  a) Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perempuan dewasa awal agar dapat menyadari pentingnya kesadaran kesetaraan gender dengan pasangan sehingga perempuan dapat lebih menghargai diri sendiri serta dapat mengantisipasi dan mengambil tindakan menolak berbagai bentuk ketidakadilan gender termasuk kekerasan dalam pacaran b) Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perempuan yang tidak mengalami kekerasan untuk dapat lebih peka melihat segala bentuk ketidakadilan termanifestasi dalam kekerasan yang disebabkan karena perbedaan gender yang mereka jumpai. Sehingga, mereka dapat membantu mencari jalan keluar, menguatkan, dan motivator bagi perempuan lain yang mengalami kekerasan dalam pacaran untuk dapat mengakhiri kekerasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesadaran Kesetaraan Gender

1. Pengertian Kesetaraan Gender

  Kementrian pemberdayaan perempuan (2002:2) menjelaskan konsep kesetaraan gender sebagai suatu kondisi dan situasi yang menggambarkan kesinambungan peran, tugas, dan tanggung jawab serta kesempatan antara laki-laki dan perempuan dalam menjalankan dan menikmati berbagai hasil pembangunan sebagai warga negara dan warga masyarakat.

  Nugroho (2008:29) juga mendefinisikan kesetaraan gender sebagai kesamaan kondisi bagi laki-laki maupun perempuan dalam memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, pertahanan, dan keamanan nasional (hankamnas) serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan.

  Sementara itu, Demartoto (2007:19) mendefinisikan kesetaraan gender merupakan suatu kondisi dinamis dimana laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak, kewajiban, peranan, dan kesempatan yang dilandasi sikap saling menghormati, menghargai, dan membantu di berbagai sektor kehidupan.

  Berdasarkan beberapa pengertian mengenai kesetaraan gender, maka dapat disimpulkan bahwa kesetaraan gender adalah suatu kondisi dan situasi yang memiliki kesinambungan peran, tugas, tanggung jawab, dan kesempatan hokum, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, pertahanan dan keamanan serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan yang dilandasi sikap saling menghormati, menghargai dan membantu di berbagai sektor kehidupan.

2. Pengertian Kesadaran Kesetaraan Gender

  Kamus lengkap psikologi mengartikan kesadaran sebagai mengetahui sesuatu (Chaplin, 2002:106). Sementara itu Salim (1991:1301) mendefinisikan kesadaran adalah keinsafan atau keadaan mengerti yang dirasakan atau dialami seseorang. Farthing (dalam Vernoy, 1997:24) menyatakan bahwa kesadaran berhubungan dengan persepsi, pemikiran, perasaan, dan tindakan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kesadaran merupakan suatu keadaan mengerti, merasakan, mengetahui yang tergambar melalui tindakan atau sikap.

  Sementara itu kesetaraan gender adalah suatu kondisi dan situasi yang memiliki kesinambungan peran, tugas, tanggung jawab, dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan dalam menjalankan berbagai kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, pertahanan dan keamanan serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan yang dilandasi sikap saling menghormati, menghargai dan membantu di berbagai sektor kehidupan.

  Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kesadaran kesetaraan gender yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu kondisi mengerti, merasakan, mengetahui bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan yang sama dalam memperoleh hak, kewajiban, tugas, peran, jasa, sosial, budaya, pendidikan, dan pertahanan sehingga memunculkan sikap saling menghormati dan membantu di berbagai sektor kehidupan.

3. Aspek-Aspek Kesadaran Kesetaraan Gender

  Nursahbani Katjasungkono (seperti dikutip dalam dalam Nugroho, 2008:29) dan Laporan penelitian Kebijakan Bank Dunia atau LPKBD (2005:3) mengemukakan indikator dari kesadaran kesetaraan gender, antara lain: a. Akses

  Adalah mengerti, mengetahui, merasakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki peluang atau kesempatan yang sama dalam memperoleh atau mendapatkan sumber daya.

  Demartoto (2007:30) menambahkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan untuk memanfaatkan sumber daya keluarga tanpa adanya perasaan dan sikap menghalangi atau terhalangi satu sama lain sesuai dengan kepentingan bersama yang telah disepakati. Sumber daya terdiri dari: 1). Sumber daya fisik

  Terbagi menjadi dua, yaitu:

  a) Sumber daya buatan seperti modal berupa uang, peralatan, alat-alat produksi, gedung, rumah, sarana dan prasarana, dan sebagainya.

  b) Sumber daya alami seperti modal berupa tanah, air, kekayaan

  2). Sumber daya sosial-budaya misalnya informasi, pendidikan atau ilmu pengetahuan, pelatihan, pelayanan sosial (kesehatan, organisasi lingkungan), dan lain sebagainya. 3). Sumber daya manusia, misalnya relasi sosial.

  b. Partisipasi Adalah mengerti, mengetahui, merasakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan hak ikutserta dalam mendayagunakan aset atau sumber daya produktif di dalam lingkungan. Laki-laki maupun perempuan ikut aktif dalam perumusan, perencanaan maupun dalam pelaksanaan segala kegiatan baik dalam wilayah domestik maupun publik (Demartoto, 2007:20).

  c. Kontrol Adalah mengerti, mengetahui, merasakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama untuk melakukan kontrol atas pemanfaatan sumber daya. Hal tersebut berarti baik laki-laki maupun perempuan memiliki kewenangan penuh untuk menentukan penggunaan dan pemanfaatan berbagai hasil sumber daya.

  Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesadaran kesetaraan gender terdiri dari tiga indikator yaitu akses, partisipasi, dan kontrol.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Kesetaraan Gender

  Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesadaran kesetaraan gender pada individu antara lain: a. Sosialisasi Kesetaraan Gender

  Ketidakadilan gender yang dialami perempuan masih banyak dijumpai di masyarakat meskipun kedudukan perempuan dalam bidang pendidikan, pekerjaan, politik, dan sebagainya mengalami peningkatan. Beberapa pihak yang peduli mengenai ketidaksetaraan perempuan, mensosialisasikan konsep-konsep mengenai gender dan kesetaraan gender melalui berbagai cara, salah satu cara yang cukup efektif ialah media massa. Bentuk sosialisasi kesetaraan gender dapat dilakukan melalui media massa antara lain; televisi, radio, koran, majalah, iklan, film, ceramah, pelatihan, seminar, dialog, shared-learning , program pengembangan perempuan, kebijakan dan program pemerintah, dan lain sebagainya (Nugroho, 2008:33; Fakih; 2008:16; LPKBB, 2005:234).

  Wiasti (2002:6) mengemukakan bahwa media massa merupakan sarana sosialisasi yang sangat mendukung dalam mengenal, membentuk atau mengubah pandangan perempuan dan laki-laki mengenai kesetaraan gender. Azwar (2005:34) juga menyatakan bahwa media massa memberikan pengaruh dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang dengan memberikan pesan atau informasi yang bersifat sugestif. Pesan sugestif yang cukup kuat mampu memberikan dasar dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu dalam diri individu.

  Sosialisasi mengenai kesetaraan gender tersebut diharapkan dapat menambah pengetahuan, membantu memperluas gagasan baru mengenai relasi gender, mengubah pandangan dan keyakinan yang sudah melekat tentang hubungan antara laki-laki dan perempuan (Staggenborg, 2003:44).

  Wiasti (2002:13) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa individu yang akhirnya mengetahui arti dari gender serta konsep-konsep mengenai kesetaraan yang sebenarnya akan sadar dan terdorong untuk mengubah pandangan mengenai peran gender yang selama ini merugikan bagi perempuan maupun laki-laki.

  b. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membangkitkan kesadaran kritis gender yakni kesadaran akan ideologi hegemoni dominan dan kaitannya dengan ketidakadilan gender (Fakih, 2008:159). Nugroho (2008:232) mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan dan kecerdasan seseorang mempengaruhi mudah tidaknya individu tersebut menerima dan memahami kesetaraan gender. Individu dewasa awal dengan pendidikan yang lebih rendah cenderung menerima konsep peranan laki-laki dan perempuan secara tradisional dibandingkan dengan peranan moderat dan perkembangan (Mappiare, 1983:50).

  Individu yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki pandangan masalah termasuk permasalahan mengenai ketidaksetaraan gender sehingga dapat lebih percaya diri, cerdas, sejahtera, sehat, bahagia, dihargai dan dihormati orang lain (Havigurst dalam Monk, 2004:32; Wardhani, 2009:18). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kusumiati (2001:8) yang menyatakan bahwa salah satu tujuan pendidikan yaitu mengubah perilaku individu ke arah yang lebih baik agar individu lebih memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan, mandiri, berkepribadian, mampu berpikir dan memiliki pertimbangan dalam bersikap.

  Pendidikan merupakan sektor yang strategis untuk menanamkan nilai-nilai keadilan dan kesetaraan gender, karena pendidikan diharapkan dapat terbentuk manusia Indonesia yang demokratis, berkeadilan dan tidak diskriminatif. Oleh karena itu, nilai-nilai kesetaraan gender perlu ditanamkan pada individu sedini mungkin melalui pendidikan (http://www.kedaulatan-rakyat.com).

B. Kecenderungan Perempuan Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran

1. Pengertian Kekerasan Dalam Pacaran

  Rifka Annisa (http://lawforwo.multiply.com) mengungkapkan bahwa kekerasan dalam pacaran meliputi semua kekerasan yang dialami individu yang dilakukan oleh pasangan diluar hubungan pernikahan yang resmi berdasar UU Perkawinan no. 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 2 termasuk kekerasan yang dilakukan mantan suami, mantan pacar dan pasangan yang mengakibatkan kesengsaraan dan penderitaan secara fisik, psikis, dan seksual.

  Abbot (1992:155) menambahkan kekerasan dalam pacaran (KDP) meliputi segala bentuk tindakan paksaan, tekanan, perusakan dan pelecehan fisik maupun psikologis.

  Berdasarkan dari beberapa definisi diatas mengenai kekerasan dalam pacaran atau dating violence, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa kekerasan dalam pacaran merupakan segala bentuk tindakan kekerasan baik berupa kekerasan fisik, psikologis, maupun seksual yang dilakukan pasangan di luar hubungan pernikahan yang resmi atau dalam masa pacaran. yang dapat mengakibatkan kesengsaraan dan penderitaan bagi korban.

2. Kekerasan Terhadap Perempuan

  Kekerasan dalam pacaran dapat dilakukan dan dialami oleh siapa saja, baik perempuan atau laki-laki. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, kekerasan dalam pacaran kebanyakan dialami oleh kaum perempuan oleh karena itu, kekarasan dalam pacaran merupakan bagian dari kekerasan terhadap perempuan. kekerasan terhadap perempuan adalah Pasal 1 deklarasi penghapusan kekerasan terhadap perempuan, mendefinisikan kekerasan terhadap perempuan adalah setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat kesengsaraan dan penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi dalam masyarakat atau dalam kehidupan pribadi (Luhulima, 2000:150).

  Komnas perempuan menyatakan bahwa kekerasan terhadap perempuan merupakan segala bentuk tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan yang berakibat atau kecenderungan mengakibatkan kerugian atau penderitaan fisik, seksual, maupun psikologis pada perempuan.

  Peraturan menteri negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia no. 2 Tahun 2008 mengungkapakan bahwa kekerasan terhadap perempuan merupakan setiap tindakan terhadap perempuan yang melanggar, menghambat, meniadakan kenikmatan, dan mengabaikan hak asasi manusia.

  Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah segala tindakan yang dilakukan terhadap perempuan yang mengakibatkan kesengsaraan, kerugian, penderitaan secara fisik, psikis, dan seksual.

3. Kecenderungan Perempuan Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran

  Kecenderungan adalah organisasi dari perasaan, kehendak, dan pengenalan yang dipengaruhi oleh pengalaman dan akhirnya menjadi kesiapan reaktif yang mendorong dan mengarahkan aksi reaksi individu terhadap suatu situasi atau peristiwa tertentu (Prasetyowati, 2004:19). Kecenderungan bersifat menekan dan disposisional, yaitu bukan merupakan tingkah laku, tetapi sesuatu yang menimbulkan atau mengarahkan tingkah laku. Kecenderungan juga tidak bersifat herediter dan tidak kaku dan dapat menjadi suatu kebiasaan. Jadi kecenderungan dapat di simpulkan sebagai organisasi pengenalan yang dipengaruhi pengalaman yang dapat menimbulkan atau mengarahkan tingkah laku yang dapat menjadi suatu kebiasaan.