FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNA DAKSA BAWAAN DI PUSAT REHABILITASI YAKKUM YOGYAKARTA

  

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPERCAYAAN DIRI

REMAJA TUNA DAKSA BAWAAN

DI PUSAT REHABILITASI YAKKUM YOGYAKARTA

  Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Oleh :

  

Kresentia Putri Pratama Kambay

NIM : 079114068

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2012

MOTTO

  

“ KEGAGALAN TIDAK HANYA BERHENTI DI

KEGAGALAN IA HANYA MENUMPANG LEWAT DI

DALAM DIRI KITA….”

“ percaya dan yakinlah kalau Tuhan

Yesus akan selalu membawa kita dengan

tangan kananNya menuju kemenangan

yang kita tidak akan pernah tau “

  HALAMAN PERSEMBAHAN

  

Skripsi ini saya persembahkan buat

keluarga dan orang-orang yang terus

mendukung saya

  v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 22 Mei 2012 Penulis,

  (Kresentia Putri Pratama Kambay) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNA DAKSA BAWAAN DI PUSAT REHABILITASI YAKKUM YOGYAKARTA

  

Kresentia Putri Pratama Kambay

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepercayaan diri dan peran faktor-

faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri remaja tuna daksa bawaan yang berada di Pusat

Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta. Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang

penting dalam kehidupan manusia. Kepercayaan diri adalah suatu keyakinan yang dimiliki oleh

seseorang untuk mencapai tujuan. Kepercayaan diri terbentuk melalui proses belajar dan interaksi

sosial. Pembentukan kepercayaan diri dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor mental/ psikologis

khususnya berkenaan dengan konsep diri, faktor fisik, dan faktor sosial (keluarga, teman sebaya,

dan lingkungan). Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang

mengungkap fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan observasi, dan wawancara. Subjek dalam penelitian ini adalah

remaja tuna daksa bawaan yang berusia 17-21 tahun dan berjenis kelamin laki-laki (2 orang) dan

perempuan (1 orang). Hasil penelitian menunjukkan subjek dua dan tiga cenderung memiliki

kepercayaan diri yang tinggi sedangkan subjek satu memiliki kepercayaan diri yang relatif rendah.

Rendahnya kepercayaan diri subjek satu dipengaruhi oleh konsep dirinya yang negatif yakni

subjek cenderung rendah diri, berpikir negatif tentang dirinya sendiri atau terlalu kritis terhadap

dirinya sehingga subjek kurang dapat menerima dan menghargai dirinya sendiri. Pada subjek dua

kepercayaan diri yang dimiliki cenderung positif karena adanya dukungan keluarga dan konsep

diri subjek yang sudah mulai terbentuk baik. Selain itu, subjek juga lebih bersikap realistis dalam

menerima kondisi fisiknya. Sedangkan subjek tiga cenderung percaya diri karena adanya faktor

dukungan sosial (keluarga dan lingkungan sekitar) yang membuatnya lebih berani tampil di depan

umum meskipun memiliki keterbatasan. Faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri lainnya ialah

konsep diri meskipun terkadang masih labil atau tidak menetap karena mencari identitas diri.

  Kata kunci : Kepercayaan diri, Remaja, Tuna daksa

  THE FACTORS THAT AFFECT DISABLED YOUTH THE CONFIDENCE

  IN YOGYAKARTA YAKKUM REHABILITION CENTER

  

Kresentia Putri Pratama Kambay

ABSTRACT This research was aimed to provide an overview of the role of the factors that affect

disabled youth the confidence in Yogyakarta Yakkum Rehabilitation Center. Self confidence is one

aspect of personalities that is important in people’s life. Self confidence is a belief that is owned by

a person to reach a goal. Confidence developed through learning process and social interaction.

The development of self confidence is influenced by three factors, they are: mental/psychological

factor, especially with regards to self-concept, physical and social factor (family, peers and

environment). The type of research being used is qualitative descriptive, that is a research that

reveals phenomenon of what has been experienced by the subject of the research. The methods

being used in this research are observation and interviews. The subjects of this research are

disabled youths under the age of 17-21 years old and consisted of male (2 person) and female (1

person). The result of the research showed that subjects two and three are likely to have high self

confidence whereas one subject had a relatively low confidence. Low self confidence subject is

affected by the subject of a negative self-concept where the subject tend to be a low self-

confidence, negative thinking about themselves or too critical of him self so that subject are less

nd

able to accept and respect him self. For the 2 subject, his self confidence was tend to be positive

since there was an existence of family support and an existence of self-concept that was starting to

be well developed. Besides, the subject was also more realistic in accepting his physical condition.

While the subject of three tend to believe themselves because of the factor of social support (family

and surrounding environment) that makes it able to appear in public despite its limitations. Other

factor which affected self confidence was self- concept although sometimes they were unstable and

unsettled since they were still trying to get their self identity.

  Key words: self confidence, youth, disabled

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Kresentia Putri Pratama Kambay Nomor mahasiswa : 07 9114 068

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPERCAYAAN DIRI

REMAJA TUNA DAKSA BAWAAN

DI PUSAT REHABILITASI YAKKUM YOGYAKARTA

  Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan dan mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa harus meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 22 Mei 2012 Yang menyatakan, (Kresentia Putri Pratama Kambay)

KATA PENGANTAR

  Segala Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, dan Santo Yusuf atas berkat dan pertolonganNya serta kelancaran dalam pengerjaan skripsi saya ini sehingga skripsi ini dapat selesai indah pada waktunya.

  Akhirnya skripsi ini dapat selesai juga sesuai yang saya harapkan dari awal pengerjaan skripsi ini. Selain itu, tanpa dukungan orang-orang yang saya sayang dan doa dari mereka, tentu pengerjaan skripsi ini tidak akan lancar dan sukses seperti sekarang ini. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan bersyukur kepada :

  1. Orang pertama yang paling mengerti siapa saya yaitu Keluarga Yesus Kristus, berkat kasihNya dan dukunganNya saya dapat selesai juga walaupun awalnya saya bingung mau mengerjakan skripsi ini. Makasih banyak Tuhan buat penyertaanMu. ^_^

  2. Kemudian buat papa dan mama saya yang selalu mendukung dan selalu mendengarkan keluhan-keluhan selama pengerjaan skripsi ini. Ketika saya benar-benar jatuh dalam permasalahan yang ada dan putus asa, papa dan mama selalu ada dan selalu mendukung serta mengatakan bahwa saya mampu menghadapi semua masalah ini, doa dan pasrah kepada Tuhan. Saya sadari tanpa kalian, tidak mungkin saya mau terus melanjutkan skripsi ini. Kalianlah yang menjadi motivasi saya untuk cepat mengerjakan skripsi ini meskipun berat di awal tapi semua indah pada waktunya. Tuhan Yesus memberkati dan

  memberi umur panjang buat papa dan mama......

  3. Buat kedua adikku Eza dan Kevin, makasih buat doanya dan penghiburan kalian ketika mbak puput stress dalam mengerjakan skripsi ini. Tanpa kalian juga hidup ini tidak akan indah.

  4. Buat Ibu Sylvia dosen pembimbing, ibu saya mau ngucapin terima kasih banget, karena Ibu sudah menuntut saya dalam pengerjaan skripsi ini dengan hati yang super duper ekstra lembut dan sabar walaupun saya tau mungkin ibu terkadang jengkel dengan saya. Semoga Ibu dan keluarga selalu diberkati Tuhan.

  5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmu dan nilai buat saya, dari kampus ini saya semakin mengerti berbagai macam kepribadian dan semakin mengerti tentang solusi dalam setiap permasalahan yang ada.

  6. Buat Mas Muji di labotarium yang selalu sabar dan setia mengurus tes-tes kita semua, buat Mas Gandung, Mas Doni, Ibu Nanik, Pak Gie makasih buat kartu liftnya kalau kita telat dan semua staff Fakultas Psikologi.

  7. Terima kasih buat semua teman-teman di yayasan Yakum, Bapak dan Ibu pengurus Yakkum di Kaliurang atas kelancaran saya selama proses pengambilan data. Buat teman-teman di Yakum, aku bangga dengan kalian walaupun kalian mengalami kekurangan tapi semangat kalian buat hidup terus menyala. Semoga kalian selalu jadi inspirasi buat orang-orang sekitar kalian yang mempunyai kesempurnaan tubuh yang hanya bermalas-malasan.

  8. Makasih buat Jati yang selalu mengingatkanku disaat aku benar-benar putus asa apa aku mampu menyelesaikan skripsi ini, walaupun kamu tau aku keras kepala, mendukung, dan mendoakanku hingga aku selalu semangat dalam mengerjakan skripsi ini dan menjalani kembali kehidupan dari

  

  keterpurukanku. (*_*)

  9. Buat saudara-saudaraku yang mengisi dan mewarnai. Banyak kenangan dengan kalian semua dimanapun kalian berada. Senang punya keluarga kayak kalian. Makasih juga buat Mbak Cory yang udah ngebantu aku membantu merangkai kata-kata sampai susunannya benar.

  10. Makasih juga buat semua sahabat-sahabatku yang selalu membuatku tertawa dengan lepas, menangis dan curhat dengan kalian, bermain dan senang-senang dengan kalian. Kalian selalu membuat hari-hariku penuh dengan warna kehidupan dari kalian juga aku banyak belajar tentang arti kehidupan. Aku akan selalu merindukan keunikan kalian semua ( Stella, Opiek, Erin, Anggi, Krisna, Nenek, Ringgo, Ina, Ita, Nenist, Katie ) n angkatan 2007 I miss u all........

  11. Terakhir buat seseorang yang pernah membuatku kecewa, makasih buat semuanya dengan peristiwa itu membuatku sadar dan mengerti tentang hidup itu ternyata gak selalu manis dan sesuai dengan yang kita mau. Dengan peristiwa itu juga membuatku banyak belajar kalau kita gak boleh terlalu banyak berharap ketika kepastian itu belum tercapai di diri kita. Love u all..................God always with u dan me.

  Penulis, (Kresentia Putri Pratama Kambay)

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................... ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..................................... vi ABSTRAK…………………………………………………………………... vii ABSTRACT..................................................................................................... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................... ix KATA PENGANTAR .................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang .............................................................................

  1 B. Rumusan Masalah ..........................................................................

  7 C. Tujuan Penelitian.............................................................................

  7 D. Manfaat Penelitian ..........................................................................

  8

BAB II. DASAR TEORI................................................................................ 9 A. Kepercayaan Diri .........................................................................

  9 1. Pengertian Kepercayaan Diri ......................................................

  9 2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri ..................................................

  10 3. Faktor-faktor yang dapat Mempengaruhi Kepercayaan Diri…...

  11 B. Remaja.............................................................................................

  15 1. Pengertian Remaja ......................................................................

  15 2. Aspek-aspek Remaja ..................................................................

  16 C. Tuna Daksa (Cacat Fisik) ................................................................

  18 1. Pengertian Tuna Daksa ...............................................................

  18 2. Penyebab Terjadinya Cacat Tubuh .............................................

  19

  3. Derajat Kecacatan dan Jenis Gangguan Fisik Tuna Daksa Bawaan .......................................................................................

  20 D. Dinamika Kepercayaan Diri Remaja Tuna Daksa Bawaan ............

  21 E. Skema Kepercayaan Diri Remaja Tuna Daksa Bawaan..................

  26 BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 27 A. Jenis Penelitian ..............................................................................

  27 B. Subjek Penelitian.............................................................................

  27 C. Metode Pengumpulan Data .............................................................

  28 D. Prosedur Pemilihan Subjek .............................................................

  31 E. Batasan Penelitian ...........................................................................

  32 F. Proses Analisis Data .......................................................................

  33

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 37 A. Persiapan Penelitian .....................................................................

  37 B. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................

  39 C. Analisis Data Hasil Penelitian.........................................................

  44 1. Deskripsi Subjek T .....................................................................

  45 2. Deskripsi Subjek S .....................................................................

  55 3. Deskripsi Subjek P .....................................................................

  65 D. Pembahasan ....................................................................................

  74 1. Gambaran Kepercayaan Diri Subjek ..........................................

  74

  2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri Subjek ........................................................................................

  75 BAB V. PENUTUP......................................................................................... 84 A. Kesimpulan ....................................................................................

  84 B. Saran................................................................................................

  85 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 86

DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Pelaksanaan Observasi ................................................................

  39 Tabel 4.2. Pelaksanaan Wawancara ..............................................................

  41 Tabel 4.3. Latar Belakang Subjek .................................................................

  43

LAMPIRAN Lampiran 1. Guideline Wawancara ...............................................................

  89 Lampiran 2. Hasil Wawancara 1 .....................................................................

  96 Lampiran 3. Hasil Wawancara 2 ..................................................................... 124 Lampiran 4. Hasil Wawancara 3 .................................................................... 152 Lampiran 5. Hasil Wawancara Pendamping ................................................... 177

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan

  yang lainnya. Hakikatnya manusia selalu mengalami perkembangan dengan dukungan lingkungan sekitarnya dimana setiap orang mampu mengambil peran dan menjalankan fungsinya dalam kehidupan yang memungkinkan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup secara layak. Akan tetapi banyak perbedaan yang terjadi ketika manusia dilahirkan, ada manusia yang terlahir normal (tidak mengalami kecacatan) namun ada pula yang tidak normal (cacat). Kondisi ini menyebabkan para penyandang cacat (difabel) terkadang mengalami hambatan dari lingkungan baik fisik maupun sosial. Menurut Sumarno dan Widjopranoto (2004), kecacatan dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu penyandang cacat fisik (physically disabled persons), penyandang cacat mental (mentally retarded persons), dan penyandang fisik dan mental. Faktor penyebab kecacatan adalah bawaan sejak lahir 65,62%, cacat yang disebabkan penyakit 21,88%, dan karena kecelakaan 12,50%.

  Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat (dalam Sumarno dan Widjopranoto, 2004) derajad kecacatan adalah tingkat berat ringannya keadaan cacat yang disandang seseorang. Salah satu karakteristik kondisi fisik penyandang cacat tubuh diukur dari kecacatan anggota gerak atas, bawah, dan tulang belakang dikaitkan dengan kemampuan melakukan kegiatan sehari-hari. Derajad kecacatan yang disandang difabel berpengaruh pada keberfungsian panca indra dan juga kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

  Penelitian ini subjeknya adalah remaja penyandang cacat fisik yang disebabkan karena faktor bawaan sejak lahir atau dikenal dengan istilah tuna daksa bawaan. Somantri (dalam Sujarwanto, 2005) mengemukakan, tuna daksa berarti suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, atau sendi dalam fungsinya yang normal. Sebagai contoh kelumpuhan anggota gerak dan tulang, tidak lengkapnya anggota tubuh atas atau bawah sehingga menimbulkan gangguan atau menjadi lambat untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara wajar.

  Berdasarkan pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (dalam Sugiyatma dan Pranowo, 2004), kecacatan mengakibatkan kesukaran dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat baik dibidang sosial, ekonomi, maupun psikologis yang dialami oleh seseorang yang disebabkan ketidaknormalan psikis, fisiologis, maupun tubuh dan ketidakmampuan melaksanakan kegiatan hidup secara normal.

  Potensi fisik penyandang tuna daksa yang diamati dalam penelitian ini meliputi beberapa aspek, diantaranya jenis kecacatan, penyebab kecacatan, alat bantu yang digunakan, aktivitas serta kegiatan yang mampu dilakukan tanpa bantuan orang lain. Menurut Sumarno dan Widjopranoto (2004) salah satu karakteristik penyandang cacat tubuh diukur dari derajat kecacatan kegiatan sehari-hari. Contoh aktivitas yang dirasakan sulit untuk dilakukan penyandang tuna daksa dengan keterbatasan fungsi tangan dan kaki adalah mencuci pakaian atau alat makan, bepergian jauh, mandi, memakai pakaian, dan buang air besar.

  Ditinjau dari aspek psikologis, remaja tuna daksa cenderung merasa apatis, malu, rendah diri, sensitif dan kadang-kadang pula muncul sikap egois terhadap lingkungannya. Penyandang cacat tubuh yang merasa minder, rendah diri akan sulit untuk bergaul di dalam masyarakat, karena individu yang bersangkutan cenderung untuk menutup diri dan tidak mempunyai keinginan untuk melakukan kegiatan bermasyarakat. Keterbatasan fisik terkadang dijadikan alasan untuk menghindari komunikasi dengan orang disekitarnya karena takut diejek atau disalahkan.

  Jumlah penyandang cacat di Indonesia menurut data terakhir dari Dinas Sosial pada tahun 2006 (dalam Yudono, 2010) mengatakan bahwa terdapat 10,6 juta penyandang cacat di Indonesia dan kondisi ini akan terus semakin meningkat seiring bertambahnya pertumbuhan penduduk dan beberapa faktor yang memicu peningkatan jumlah penyandang cacat. Selain itu, Biro Pusat Statistik (dalam Murdiyanto dan Aminatun, 2007) berpendapat bahwa jumlah penyandang cacat tubuh cukup banyak dan dalam hal ketenagakerjaan penyandang cacat tubuh pada saat mencari pekerjaan kalah bersaing dengan yang tidak cacat. Kondisi inilah yang mempengaruhi kepercayaan diri penyandang cacat fisik.

  Menurut Lauster (dalam Apollo, 2008) kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang penting dalam kehidupan manusia dimana kepercayaan diri adalah suatu keyakinan yang dimiliki oleh seseorang bahwa ia mampu berperilaku sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkan dalam mencapai tujuan, serta mampu mengatasi permasalahan yang ada dengan segala potensi yang dimilikinya.

  Remaja pada umumnya memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih baik dibandingkan dengan remaja tuna daksa. Adanya kepercayaan diri yang tinggi membuat remaja dapat melakukan suatu hal yang diinginkan dan dapat dengan bebas mengekspresikan diri sesuai dengan kemampuan yang ada dalam dirinya. Hal ini akan terlihat berbeda bagi seorang remaja yang memiliki keterbatasan fisik seperti penyandang tuna daksa. Remaja penyandang tuna daksa cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah meskipun tidak semuanya mengalami hal tersebut. Sumarno dan Widjopranoto (2004) menyatakan, penyandang cacat fisik sebagian besar (87,50 %) menerima apa adanya atas kondisi kecacatan yang mereka alami, tetapi ada juga yang merasa rendah diri atau malu akan kecacatannya. Hal inilah yang membuat para penyandang cacat fisik merasa takut untuk berbuat sesuatu atau merasa tidak berguna dalam hidupnya jika mengalami kegagalan.

  Adanya keterbatasan fisik yang disandang tuna daksa sering kali dijadikan sebagai hambatan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat ataupun dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, remaja tuna daksa juga orang disekelilingnya agar membuat dirinya lebih percaya diri dalam bersosialisasi dengan masyarakat meskipun mengalami keterbatasan fisik.

  Menurut Rahayu (dalam Ninawati dkk, 2005) keluarga yang memiliki anggota keluarga penyandang cacat fisik cenderung merasa malu dan menganggap hal tersebut sebagai beban keluarga. Banyak orang tua yang lebih memilih untuk menitipkan anak-anaknya daripada harus merawat sendiri dengan alasan supaya anak tersebut dapat menjadi mandiri. Remaja tuna daksa secara psikologis membutuhkan dorongan dan dukungan dari keluarga terutama orang tua untuk dapat melakukan penyesuaian diri mengatasi masalah yang dihadapi. Sikap penolakan yang dialami anak tersebut akan menimbulkan rasa rendah diri, kurang berharga, rasa diabaikan dan rasa disingkirkan. Hal tersebut akan mempengaruhi motivasi, kepercayaan diri dan sikap dalam menjalin hubungan dengan orang disekitarnya.

  Selain perlakuan diskriminatif dari keluarga, individu penyandang tuna daksa juga menerima perlakuan diskriminatif dari masyarakat. Masyarakat cenderung menganggap tuna daksa lemah dan tidak produktif. Salah satu usaha untuk memulihkan dan memfungsikan kemampuan fisik penyandang tuna daksa agar dapat hidup secara mandiri atau tidak menggantungkan diri kepada orang lain adalah dengan menjalani program rehabilitasi dan refungsionalisasi. Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 1980 (dalam Sugiyatma, 2007) menjelaskan yang dimaksud rehabilitasi adalah suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan penderita cacat mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.

  Salah satu lembaga sosial di Yogyakarta yang memberikan pelayanan sosial bagi penyandang tuna daksa adalah Pusat Rehabilitasi Yakkum.

  Menurut (www.rehabilitasi-yakkum.or.id, 2006) Pusat Rehabilitasi Yakkum adalah sebuah lembaga non pemerintah, organisasi sosial Kristen yang merupakan bagian dari YAKKUM (Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum). Pusat Rehabilitasi ini memberikan pelayanan kepada anak-anak penyandang cacat dan didirikan pada November 1982 terletak di jalan Kaliurang, KM 13,5, Yogyakarta. Yakkum juga menyediakan pelayanan rehabilitasi untuk anak-anak dan remaja penyandang cacat, terutama bagi mereka yang secara ekonomi tidak mampu, yatim-piatu, dan mengalami ketidakberuntungan secara sosial. Pusat Rehabilitasi ini mencoba untuk memberdayakan para penyandang cacat untuk menjadi percaya diri di dalam semua aspek kehidupan keseharian mereka serta mampu mendapatkan penghasilan melalui ketrampilan-ketrampilan yang mereka miliki yang didapat selama berada di pusat rehabilitasi.

  Saat peneliti melakukan observasi awal sekitar pertengahan September 2011 di Yakkum khususnya di kelas pengembangan kepribadian peneliti menjumpai mayoritas siswanya merupakan remaja. Secara psikologis masa remaja adalah masa peralihan dimana citra diri atau body image merupakan faktor yang sangat penting. Oleh karena itu, kekurangan fisik yang terdapat diri atau rendah diri dan menghindari pergaulan. Temuan saat observasi awal sekitar pertengahan September 2011 terhadap siswa di Yakkum menunjukkan mayoritas remaja cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah namun ada beberapa remaja yang memiliki kepercayaan diri yang relatif tinggi.

  Rendahnya kepercayaan diri remaja penyandang tuna daksa dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal (kondisi psikologis) maupun eksternal (keluarga dan lingkungan). Kondisi inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti gambaran kepercayaan diri dan faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri remaja. Dengan adanya kepercayaan diri diharapkan para remaja tuna daksa dapat memiliki semangat untuk mampu melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri sama halnya dengan remaja pada umumnya.

B. Rumusan Masalah

  Bagaimana gambaran kepercayaan diri dan peran faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri remaja tuna daksa bawaan yang berada di Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta.

C. Tujuan Penelitian

  Ingin mengetahui gambaran kepercayaan diri dan peran faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri remaja tuna daksa bawaan yang berada di Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana pemahaman teoritis dalam bidang perkembangan khususnya individu berkebutuhan khusus.

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi remaja tuna daksa, para guru atau pendamping, keluarga serta masyarakat dapat semakin terbuka pola pemikirannya, bahwa keterbatasan fisik bukan menjadi hambatan untuk berani mengungkapkan jati dirinya, tetapi tetap bisa membangun kepercayaan diri.

  b. Bagi lembaga sosial atau pusat rehabilitasi yang peduli dengan permasalahan yang dihadapi remaja tuna daksa, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan membantu penanganan remaja tuna daksa di masa yang akan datang.

  Menurut Lauster (dikutip dalam Apollo, 2008) kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang penting dimana kepercayaan diri adalah suatu keyakinan yang dimiliki oleh seseorang bahwa ia mampu berperilaku sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkan dalam mencapai tujuan, serta mampu mengatasi permasalahan yang ada dengan segala potensi yang dimilikinya.

  American Psychological Association (Vandenbos, 2006, 828)

  mendefinisikan percaya diri sebagai “self assurance or trust in one’s own

  abilities, capacities, and judgment. Because it is most typically viewed as a positive personality trait, the encouragement or bolstering of self confidence is often a mediate or end goal in psychotherapeutic treatment.”

  Lumpkin (2005) menyatakan kepercayaan diri merupakan suatu konsep yang menarik. Seseorang bisa merasa percaya diri tetapi sekaligus rendah diri. Rasa percaya diri berarti memiliki beberapa hal yang meliputi integritas diri, wawasan pengetahuan, keberanian, sudut pandang yang luas, dan harga diri yang positif.

  Wurf (dalam Apollo, 2008) mengungkapkan kepercayaan diri dapat terbentuk dari proses belajar dan komparasi sosial. Melalui proses memperoleh informasi mengenai dirinya. Selain itu, melalui komparasi sosial individu dapat mengevaluasi dirinya dengan bercermin membandingkan dirinya dengan orang lain.

  Menurut Guilford (dalam Apollo, 2008) individu yang mempunyai kepercayaan diri tinggi memiliki ciri-ciri merasa adekuat, merasa dapat diterima oleh kelompoknya, percaya pada dirinya sendiri, serta memiliki ketenangan sikap, tidak takut atau cemas mengatakan sesuatu kepada orang lain. Selain itu, menurut Lauster (2002) dalam hubungannya dengan orang lain rasa rendah diri terlihat sebagai rasa malu, kebingungan, rendah hati yang berlebihan, kemasyhuran yang besar, kebutuhan yang berlebihan untuk pamer, dan keinginan yang berlebih-lebihan untuk dipuji.

  Berdasarkan definisi-definisi kepercayaan diri di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang penting dalam kehidupan manusia. Kepercayaan diri adalah suatu keyakinan yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai tujuan. Kepercayaan diri terbentuk melalui proses belajar dan interaksi sosial.

  Menurut Frenson (dalam Susanti, 2008) aspek-aspek kepercayaan diri adalah: a. Menerima dan menghargai dirinya sendiri maupun orang lain.

  b. Optimis dan memiliki keyakinan akan dirinya dan kemampuan yang c. Tidak takut dan berani mencoba melakukan hal-hal dalam situasi apapun.

  d. Sportif, dimana berani bertanggung jawab dan menerima kekurangan dan kegagalan yang dimilikinya dengan dirinya, dengan lingkungannya.

  e. Mandiri, tidak selalu bergantung pada orang lain dan tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain.

  Menurut Mangunharjana (dalam Apollo, 2008) faktor–faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri adalah: a. Faktor fisik, seseorang yang memiliki tubuh yang sempurna akan lebih percaya diri dibandingkan dengan yang tidak memiliki kesempurnaan tubuh/ cacat.

  b. Faktor mental, seseorang akan percaya diri karena mempunyai kemampuan yang cenderung tinggi, bakat atau keahlian khusus.

  c. Faktor sosial, seseorang akan percaya diri apabila dapat berinteraksi dan dapat diterima secara positif oleh orang lain (anggota keluarga, teman sebaya dan masyarakat sekitar).

  Frenson (dalam Susanti, 2008) mengungkapkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri: a. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam individu itu sendiri berupa perasaan dan sikap batin. Untuk membentuk sikap batin yang sehat b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada di luar individu. Sebagai contoh pola asuh, sikap orang lain, dan lingkungan disekitar individu.

  Sedangkan menurut Middlenbrook (dalam Rahayu dan Khusnia, 2010), beberapa hal yang mempengaruhi rasa percaya diri, adalah:

  a. Keluarga. Individu pertama kali belajar bersosialisasi dari lingkungan keluarganya. Sehingga dalam hal ini keluarga memegang peran yang sangat penting bagi individu.

  b. Pola Asuh. Faktor pola asuh juga merupakan hal yang sangat penting terutama bagi perkembangan individu. Jika pola asuh orang tua baik maka individu tersebut juga memiliki sikap dan perilaku yang baik begitu juga sebaliknya.

  c. Figur otoritas. Keberadaan panutan atau figur otoritas memegang peranan yang penting untuk membentuk perilaku individu.

  d. Hereditas. Rasa percaya diri akan muncul apabila individu lahir dari keluarga yang sehat fisik dan mental.

  e. Jenis kelamin. Peran laki-laki dan perempuan memang berbeda, sehingga keluarga yang memiliki kebiasaan untuk membeda-bedakan peran jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan akan sangat berpengaruh dalam pembentukan konsep diri. Rasa percaya diri yang tinggi akan terbentuk apabila memiliki konsep diri yang positif begitu juga sebaliknya. f. Pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang memiliki peranan cukup besar terhadap keberhasilan seseorang. Semakin tinggi kemampuan, pandangan, dan pengalaman yang dimiliki dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang.

  g. Peranan fisik. Penampilan merupakan hal yang penting bagi seseorang.

  Penampilan fisik yang menarik seringkali lebih disukai atau dicari dibandingkan dengan seseorang yang memiliki penampilan fisik yang kurang menarik. Sehingga kepercayaan diri juga terbentuk apabila seseorang tersebut memiliki penampilan fisik yang menarik.

  Berdasarkan uraian diatas, peneliti membatasi faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri meliputi faktor : a. Kondisi mental/ psikologis :

  Konsep diri Menurut Hamdun (2009), konsep diri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri. Menurut Centi (1993) konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri. Konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia yang diharapkan. Penglihatan kita atas diri sendiri disebut gambaran diri (self-image). Perasaan kita atas diri sendiri merupakan penilaian kita atas diri sendiri (self-evaluation).

  Harapan kita atas diri kita sendiri menjadi cita-cita diri (self-ideal).

  Santrock (2002) menyatakan konsep diri mengacu pada evaluasi bidang spesifik dari diri sendiri. Terbentuknya kepercayaan diri pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu kelompok. Konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya sendiri. Seseorang yang mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep diri negatif, sebaliknya orang yang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki konsep diri positif. Jadi konsep diri adalah pandangan dan perasaan individu tentang dirinya bisa bersifat psikologis, sosial, dan fisik (Rakhmat, 2008).

  b. Kondisi fisik Perubahan fisik yang terjadi merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan fisik itu (Sarwono, 2005). Penampilan fisik merupakan gambaran tubuh dan membawa pengaruh bagi kepercayaan diri seseorang. Orang yang puas dengan keadaan fisiknya pada umumnya memiliki kepercayaan diri yang tinggi daripada tidak. (Centi, 1993) c. Sosial

  Menurut Soekanto (2003) interaksi sosial adalah hubungan antar manusia, hubungan antar kelompok serta hubungan antara manusia dengan kelompok di dalam proses kehidupan bermasyarakat. Seseorang akan percaya diri karena dapat berinteraksi dengan orang masyarakat. Tingkat kepercayaan diri seseorang dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa kehidupan atau pengalaman hidup, yang dapat mempengaruhi perkembangan individu. Pengalaman hidup yang mengecewakan akan berpengaruh pada timbulnya rasa rendah diri atau kurang percaya diri. Lebih-lebih jika seorang individu memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang perhatian (Santrock, 2002). Pengalaman hidup tersebut dapat diperoleh dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan pendidikan di sekolah.

  Masa remaja adalah suatu masa dimana banyak diwarnai dengan perubahan baik perubahan psikologis maupun fisiologis. Masa remaja menurut Santrock (2002) merupakan periode perkembangan transisi dari masa anak-anak hingga masa awal dewasa yaitu merentang dari usia 10-12 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun. Sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (dalam Sarwono, 2005) menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda. Batasan remaja di Indonesia yang mendekati PBB tentang pemuda yaitu usia 14-24 tahun.

  Masa remaja menurut Santrock (2002) ialah masa dimana pengambilan keputusan meningkat. Transisi dalam pengambilan keputusan muncul kira- kira pada usia 11 hingga 12 tahun dan pada usia 15 hingga 16 tahun. Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan sikap dan pola perilaku anak. Terdapat beberapa perubahan yang sama yang bersifat universal:

  1. Meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.

  2. Perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru.

  3. Perubahan minat dan pola perilaku, maka nilai juga berubah. Apa yang dianggap penting pada masa kanak-kanak pada masa dewasa menjadi tidak penting.

  4. Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan dimana mereka menginginkan kebebasan tetapi juga tidak dapat bertanggung jawab.

  a. Aspek Fisik Perubahan fisik pada masa remaja adalah dimana remaja disibukkan dengan tubuhnya dan mengembangkan citra individual mengenai gambaran dirinya. Santrock (2002) mengatakan masa remaja awal ialah suatu periode dimana kematangan kerangka dan seksual terjadi secara pesat, dimana perubahan tubuh ini terjadi rata-rata 2 tahun lebih awal pada perempuan (usia 10 ½ tahun) daripada laki-laki (usia 12 ½ tahun). Empat perubahan yang paling menonjol pada perempuan ialah pertambahan tinggi badan yang cepat, menarche, sedangkan pada laki-laki ialah pertambahan tinggi badan yang cepat, pertumbuhan penis, pertumbuhan testis, dan pertumbuhan rambut kemaluan. Dalam California Longitudinal Study anak laki-laki yang lebih cepat matang (early maturing) memahami diri mereka lebih positif dan lebih berhasil menjalin relasi dengan teman-teman sebaya daripada yang terlambat matang (late maturing).

  b. Aspek Kognitif Dalam perkembangan kognitif, pemikiran mereka semakin abstrak, logis, dan idealistis dimana lebih menguji pemikiran sendiri, pemikiran orang lain, dan apa yang orang lain pikirkan tentang diri mereka serta cenderung menginterpretasikan dan memantau dunia sosial. Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002) remaja memiliki pemikiran operasional formal yang berlangsung antara usia 11 hingga 15 tahun dimana pemikiran ini lebih abstrak daripada pemikiran seorang anak. Para remaja juga mempunyai pemikiran yang idealistis dimana mereka mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri. Remaja juga mengembangkan suatu tipe egosentrisme khusus yang meliputi penonton khayalan dan dongeng pribadi tentang makhluk yang unik. Sedangkan di dalam pengambilan keputusan masa remaja ialah masa semakin meningkatnya pengambilan keputusan.

  c. Aspek Sosio–Emosi Masa remaja adalah masa yang penuh emosi. Salah satu ciri emosinya yang meledak-ledak dan sulit untuk dikendalikan. Meningginya emosi remaja ini, dikarenakan adanya perubahan fisiologis. Akan tetapi, emosi yang menggebu ini bermanfaat untuk remaja mencari identitas dirinya. Remaja ingin bebas tetapi masih bergantung dengan orang tua, ingin dianggap dewasa tetapi masih diperlakukan seperti anak kecil ( Sarwono, 2005)

  Menurut Assjari, 1995 (dalam Sujarwanto, 2005) istilah tuna daksa berasal dari kata tuna yang berarti rugi, kurang, dan daksa berarti tubuh.

  Cacat fisik atau tuna daksa adalah penderita kelainan fisik, khususnya anggota badan, seperti tangan, kaki, atau bentuk tubuh dimana penyimpangan perkembangan terjadi pada ukuran, bentuk tubuh, atau kondisi lainnya.

  Somantri (dalam Sujarwanto, 2005) mengemukakan tuna daksa berarti suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, atau sendi dalam fungsinya yang normal. Secara intelektual kondisi anak yang mengalami gangguan fisik sama dengan anak normal, dari intelektual yang rendah sampai ke intelektual yang tinggi.

  Kecacatan tubuh seseorang dapat disebabkan oleh beberapa hal yang secara garis besar menurut Menteri Sosial RI (dalam Sugiyatma dan Sudjadi, 2007) adalah sebagi berikut pembawaan sejak lahir, luka, dan penyakit. Menurut Herman Sukarman (dalam Sugiyatma dan Sudjadi, 2007) menyatakan timbulnya kecacatan berasal dari penyakit misalnya polio, rematik, catitis lepra dan lain-lain, kecelakaan misalnya kecelakaan lalu lintas, jatuh dari pohon dan lain sebagainya, kecelakaan dalam pekerjaan, atau perusahaan, peperangan, cacat sejak lahir. Penyebab cacat tubuh dapat dijelaskan sebagai berikut:

  a. Karena penyakit, antara lain : Penyakit Polio, TBC tulang, TBC sendi dan sebagainya.

  b. Karena kecelakaan, antara lain : Kecelakaan yang dapat menyebabkan orang menjadi cacat antara lain kecelakaan lalu lintas dan jatuh dari pohon.

  c. Karena kecelakaan pekerjaan, seperti : kecelakaan kerja akibat dari mesin-mesin dapat berupa anggota tubuhnya tergilas mesin yang menyebabkan anggota tubuhnya putus, yang mengakibatkan cacat seumur hidup.

  d. Karena perang, peperangan merupakan bencana yang tidak menguntungkan bagi semua pihak, bagi mereka yang menang juga mengalami pengorbanan yang besar dan yang kalahpun juga mengalami benda, nyawa dari para pejuangnya yang masih hidup namun mengalami kecelakaan akibat terkena senjata perang.

  e. Karena cacat sejak lahir/ gangguan fisik karena bawaan.

  Cacat bawaan artinya begitu lahir sudah nampak cacat. Contohnya: anak lahir sebagian anggota badannya tidak lengkap, lahir dalam kondisi normal atau sempurna akan tetapi dalam pertumbuhannya makin lama tampak adanya kelainan. Kelainan gangguan motorik bawaan ini terjadi karena faktor dari dalam yaitu berupa heriditer dari ayah, ibu atau dari keduanya, sehingga anak mengalami cacat.

  Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat (dalam Sumarno dan Widjopranoto, 2004) derajad kecacatan adalah tingkat berat ringannya keadaan cacat yang disandang seseorang. Salah satu karakteristik kondisi fisik penyandang cacat tubuh diukur dari kecacatan anggota gerak atas, bawah, dan tulang belakang dikaitkan dengan kemampuan melakukan kegiatan sehari-hari. Derajad kecacatan yang disandang tuna daksa memiliki pengaruh pada fungsi panca indra dan juga kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

  Berdasarkan pendapat Somantri (dalam Sujarwanto, 2005) jenis gangguan fisik atau tuna daksa yang dibawa sejak lahir meliputi :

  a. Club foot (kaki seperti tongkat)

  b. Club hand (tangan seperti tongkat)

  c. Poydactylism (jari yang lebih dari lima pada masing-masing tangan

  atau kaki)

  d. Syndactylism (jari-jari yang berselaput atau menempel satu dengan

  yang lainnya)

  e. Torticollis (gangguan pada leher sehingga kepala terkulai ke muka)

  f. Cretinism (kerdil)

  g. Mycrocephalus (kepala yang kecil tidak normal)

  h. Hydrocephalus (kepala yang besar karena berisi cairan) i. Clefpalats (langit-langit mulut berlubang) j. Herelip (gangguan pada bibir dan mulut) k. Congenital hip dislocation (kelumpuhan pada bagian paha) l. Congenital amputation (bayi yang dilahirkan tanpa anggota tubuh

  tertentu)

  m. Fredresich ataxia (kerusakan pada sumsum tulang belakang) n. Coxa valga (gangguan pada sendi paha, terlalu besar)

o. Syphilis (kerusakan tulang dan sendi akibat penyakit syphilis).

  Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa cacat fisik adalah suatu kelainan pada fisik yang mengganggu saraf-saraf motoriknya sehingga tidak dapat berfungsi secara normal.

D. Dinamika Kepercayaan Diri Remaja Tuna Daksa Bawaan

  Remaja yang berperilaku mandiri adalah remaja yang mempunyai kepercayaan diri positif. Artinya remaja tersebut mampu memainkan perannya selaku individu yang bebas yang melakukan segala tindakannya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang matang, sehingga apa yang dilakukannya tidak menyusahkan orang lain.