FRASA NOMINA YANG TERDIRI DARI TIGA KATA DALAM BAHASA INDONESIA

  FRASA NOMINA YANG TERDIRI DARI TIGA KATA DALAM BAHASA INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh MARYONO NIM: 06 4114 021 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  Rahmanto, M.Hum

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan Kepada kakakku Darsih dan para sahabatku sebagai tanda terimakasih atas dorongan dan penggorbanan selama proses studi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Yang bertandatangan di bawah ini, saya: Nama : Maryono NIM : 064114021 Program Studi : Sastra Indonesia Judul Skripsi : FRASA NOMINA YANG TERDIRI DARI TIGA

  KATA DALAM BAHASA INDONESIA Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, judul penelitian tersebut di atas belum ada atau dipergunakan orang lain sebagai persyaratan dalam penyelesaian studi.

  Yogyakarta,

  20 Maret 2010 Yang menyatakan,

  Maryono

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : MARYONO Nomor Mahasiswa : 06 4114 021

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

FRASA NOMINA YANG TERDIRI DARI TIGA KATA

DALAM BAHASA INDONESIA

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me- ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

  Yogyakarta, 24 April 2010 Yang menyatakan

  (MARYONO)

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya karena penulisan skripsi yang berjudul “Frasa Nomina yang Terdiri dari Tiga Kata dalam Bahasa Indonesia´´ dapat penulis selesaikan setelah melampaui proses dan masa yang tidak pendek.

  Selama penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun material. Sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.

  Dr.I. Praptomo Baryadi, M.Hum. selaku pembimbing I yang telah memberi pengarahan, bimbingan, dan semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi.

  2. Drs. Hery Antono, M.Hum. selaku pembimbing II yang memberi masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Para Dosen Program Studi Sastra Indonesia yang telah meberikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.

  4. Segenap karyawan Sekretariat Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma yang selalu membantu proses kelancaran perkuliahan.

  5. Segenap karyawan perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah melayani dengan ramah dan menyediakan berbagai buku yang diperlukan sebagai dari sumber pustaka. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak untuk penyempurnaan skripsi ini. Selain itu, penulis juga berharap penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi sumbangan bagi peneliti lain.

  Yogyakarta, …………2010 Penulis

  

ABSTRAK

  Maryono, 2010, “Frasa Nomina yang Terdiri dari Tiga Kata dalam Bahasa indonesia“. Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

  Dalam skripsi ini dibahas frasa nomina yang terdiri dari tiga kata dalam bahasa Indonesia. Ada dua masalah yang dijawab dalam penelitian ini: (1) bagaimana struktur frasa nomina yang terdiri dari tiga kata dan (2) apa saja makna gramatikal yang diungkapkan oleh pertemuan unsur-unsur pembentuk frasa tersebut. Dari segi struktur dipaparkan berbagai macam bentuk struktur frasa nomina terdiri atas tiga kata yang dihasilkan oleh perluasan nomina yang merupakan inti frasa ke arah kiri dan kanan. Selain itu, dijabarkan pula penentuan unsur-unsur pembangun yang berupa unsur pusat dan atribut serta kategori pengisi unsur tersebut sedangkan dari segi makna dipaparkan berbagai hubungan makna gramatikal yang dihasilkan oleh pertemuan unsur-unsurnya.

  Data penelelitian ini berupa kalimat yang mengandung frasa nomina yang terdiri dari tiga kata dalam bahasa Indonesia. Data tersebut diperoleh dari sumber tertulis dan lisan. Data tertulis diperoleh dari novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan surat kabar harian Kompas sedangkan data lisan diperoleh dari ujaran-ujaran oleh peneliti dan orang lain sebagai penutur asli bahasa Indonesia. Frasa nomina yang terdiri dari tiga kata yang terdapat dalam data tersebut merupakan objek dalam penelitian ini.

  Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, dan (iii) penyajian analisis data. Dalam tahap pengumpulan data penulis menggunakan metode simak sedangkan teknik yang digunakan adalah teknik sadap yang merupakan teknik dasarnya. Selanjutnya teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik catat, yaitu mencatat data baik dari sumber tertulis maupan lisan. Setelah pengumpulan data dirasa cukup, langkah berikutnya adalah menganalisis data dengan menggunakan metode agih (distribusional). Penerapan metode ini melalui teknik dasar dan lanjutan. Teknik dasar metode agih adalah teknik bagi unsur langsung sedangkan teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik sisip, lesap, baca markah, ganti, dan ubah wujud (parafrasa).

  Dalam analisis data dibahas empat macam struktur frasa nomina yang terdiri dari tiga kata, yaitu frasa nomina yang berstruktu Frasa (Fr)+N, Kata (K)+Frasa Nomina (FN), Kata Nomina (N)+Frasa (Fr), dan Frasa nomina (FN)+ kata (K). Dari struktur tersebut, dijabarkan penentuan unsur pusat dan atribut melalui diagram pohon, selanjutnya disimpulkan kategori pengisi unsur pusat dan atribut. Dari analisis tersebur akhirnya dapat disimpulkan bahwa unsur pusat dalam frasa nomina yang terdiri dari tiga kata selalu berkategori kata atau frasa nomina sedangkan atribut kata atau frasa nomina dan bukan nomina. Selain itu dari analisis terebut dihasilkan kaidah penyusunan frasa nomina dalam bentuk

  Pertemuan unsur-unsur pembentuk frasa nomina yang terdiri dari tiga kata menyatakan hubungan makna gramatikal. Makna gramatikal yang dihasilkan oleh frasa nomina yang beratribut di sebelah kiri unsur pusat adalah hubungan makna ‘jumlah’, ‘satu’, ‘jamak’, dan ‘tanpa kecuali’ sedangkan frasa nomina yang beratribut di sebelah kiri unsur pusat adalah hubungan makna ‘milik’, ‘penentu’, ‘lokatif’, ‘penjelas’, ‘superlatif’, árah’, ‘penerima’, ‘pembatas’, ‘aditif’, áltenatif’, dan ‘kesamaan’. Dari analisis hubungan makna tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur atribut mempunyai peranan penting dalam penentuan makna gramatikal.

  

ABSTRACT

Maryono, 2010, “Tree-words Nominal Phrases in Bahasa Indonesia”.

  Indonesian Literature, Department of Indonesian Literature, Faculty of Letters, Sanata Dharma University.

  This undergraduate thesis discusses about three-words nominal phrases in bahasa Indonesia. There are two problems that are going to be answered in this study, namely: (1) What is the structure of the three-word nominal phrases and (2) what are grammatical meanings revealed by the connection of the forming elements of the three-word nominal phrases in the discussion of the structure, various types of formal structure of the three-word nominal phrases produced by expansion of the noun heads to left and right sides of them are elaborated in addition, the determination of forming elements, namely the central element, attribute, and the categories of the element constructor is discussed. Meanwhile, as for the discussion on meaning, diverse connection of grammatical meaning, produced by the contacts their elements, are explained.

  The data used in this study are sentences containing three-word nominal phrases in bahasa Indonesia. Those data were collected from written and oral resources. Written data were obtained from the Ahmad Tohari´s novel Ronggeng

  

Dukuh Paruk and Kompas daily newspaper. Meanwhile, the oral ones were

  gathered from utterances produces by the researcher himself and ather bahasa Indonesia speakers. Three-word nominal phrases existing in those data are the object of this research.

  This research was done through three phases, namely: (i) data collection, (ii) data analysis, and (iii) data analysis presentation. In the phases of data collection, the researcher used the scrutiny method, while the technique applied was tapping, which is the basic technique. Furthermore, the next technique utilized was note-taking, writing down both the written and oral data. After the data collected were sufficient, the next step was to analyze the data by using distributional method. The application of the method was done through basic and advanced techniques. The basic technique of distributional method is the technique of direct division, while the advanced ones are insertion, deletion, marh reading, substitution, and paraphrasing.

  In the data analysis, for types of structure of the three-word nominal phrase were discussed. Those four types of structure are Phrase (Phr)+N, Word(W)+Nominal Phrase (NP), Noun (N)+Phrase (Phr), and Nominal Phrase (Phr)+Word (W). from those structure, the determination of the head and attribute(s) was explained via tree-diagram. After that, the categories of the element constructor were concluded. From the analyses, finally it can be concluded that the head in three-word nominal phrases is always in the categories of word or nominal phrases; while as for the attributes, they are word, nominal phrases, or non-nominal phrases. In addition, from the analyses, the rules of nominal phrase arrangement in the form of tree-diagram were produced.

  The contacts of the element’s constructor of tree-word nominal phrases induce grammatical meaning relationships. Grammatical meaning produced by the nominal phrases having the attribute(s) located in the left-side of the head are those stating ‘quantity’, ‘singularity’, plurality’, and ‘with-no-exception’; while the nominal phrases having the attribute(s) located in the right-side of the head are those stating ‘possessiveness’, ‘determiner’, ‘locative’, ‘relative’, ‘superlative’, ‘direction’, ‘recipient’, ‘restrictor’, ‘additive’, ‘alternative’, and ‘similarity’. From the analyses of meaning relationship, it can be concluded that element attribute has significant roles in term of grammatical meaning determination.

  DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG A. Daftar Singkatan

  Adj : adjektiva Adv : adverbia Art : artikel Atr : atribut D : diterangkan D-M : diterangkan menerangkan Dstr : demonstrativa FAdj : frasa adverbia FD : frasa depan FN : frasa nomina FNum : frasa numeralia Fr : frasa K : kata Ket : keterangan Knj : konjungsi M : menerangkan N : nomina nN : bukan nomina Num : numeralia O : objek

  Pg : penggolong Pr : pronomina S : subjek UP : unsur pusat V : verba B.

   Daftar Lambang

  : Kalimat tidak gramatikal * ‘ .. ‘ : Menyatakan makna

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ iii PERSEMBAHAN ............................................................................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii

  ABSTRAC ......................................................................................................... ix

  DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xi DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1

  1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 5

  1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 5

  1.4 Manfaat Penelitian. ............................................................... 6

  1.5 Tinjauan Pustaka. .................................................................. 8

  1.6 Landasan Teori...................................................................... 10

  1.6.1 Pengertian Frasa ............................................................ 10

  1.6.2 Jenis Frasa ..................................................................... 11

  1.6.3 Unsur Frasa Menurut Jumlah Kata ............................... 13

  1.6.4 Unsur Frasa Menurut Kategori...................................... 14

  1.6.5 Makna Frasa. ................................................................. 14

  1.7 Metode Penelitian .................................................................. 15

  1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data........................ 15

  1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data................................. 16

  1.7.3 Metode Penyajian Analisis Data ................................... 20

  BAB II STRUKTUR FRASA NOMINA

  2.1 Pengantar............................................................................... 22

  2.2 Frasa Nomina yang Berstruktur Frasa (Fr) + Kata Nomina (N) ........................................................................... 22

  2.3 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata (K) + Frasa Nomina (FN) ....................................................................................... 25

  2.3.1 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata Numeralia (KNum) + Frasa Nomina (N+N).............................. 25

  2.3.2 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata Penggolong (KPg) + Frasa Nomina (N+N) ................................... 28

  2.3.3 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata Penggolong (KPg) + Frasa Nomina (N+Adj). ............................. 30

  2.3.4 Frasa Nomina yang Berstruktur Artikel (Art) + Frasa nomina (N+Adj). ................................... 32

  2.4 Frasa Nomina yang Berstruktur Frasa Nomina (FN) + Kata (K)....................................................................... 34

  2.4.1 Frasa Nomina yang Berstruktur Frasa Nomina (N+N) + Nomina (N). ................................................... 34

  2.4.2 Frasa Nomina yang Berstruktur Frasa Nomina (N+N) + Pronomina (Pr) ................................................. 36

  2.4.3 Frasa Nomina yang Berstruktur Frasa Nomina (N+N) + Adjektiva (Adj) ................................................ 38

  2.4.4 Frasa Nomina yang Berstruktur Frasa Nomina (N+N)+Demonstrativa (Dm)........................................... 40

  2.4.5 Frasa Nomina yang Berstruktur Frasa Nomina (N+Adj) + Pronomina (Pr) .............................................. 42

  2.4.6 Frasa Nomina yang Berstruktur Frasa Nomina (N+Adj) + Demonstrativa (Dm) ..................................... 44

  2.5 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata Nomina (N) + Frasa (Fr). .................................................................... 46

  2.5.1 Frasa Nomina yang Berstruktur Nomina (N) + Frasa Numeralia (FNum) ................................ 46

  2.5.2 Frasa Nomina yang Berstruktur Nomina (N) + Frasa Depan (FD) ............................................ 47

  BAB III HUBUNGAN MAKNA UNSUR-UNSUR PEMBENTUK FRASA NOMINA

  3.3 Hubungan Makna Unsur-unsur Pembentuk Frasa Nomina yang Beratribut di Sebelah Kanan Unsur Pusat. ................... 69

  3.2.3 Hubungan Makna ´Keseluruhan´ ................................ 68

  3.2.2 Hubungan Makna ´Jamak´ .......................................... 68

  3.2.1 Hubungan Makna ´Jumlah´......................................... 67

  3.2 Hubungan Makna Unsur-unsur Pembentuk Frasa Nomina yang Beratribut di Sebelah Kiri Unsur Pusat. ....................... 66

  3.1 Pengantar.................................................................................. 66

  2.8.2 Frasa Nomina yang Berstruktur Yang + Frasa Preposisi (FPr) ................................................. 63

  2.5.3 Frasa Nomina yang Berstruktur Nomina (N) + Frasa Adverbia (FAdv).................................... 50

  2.8.1 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata Yang + Frasa Verba (FV) ...................................................... 61

  2.8 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata Yang ......................... 61

  2.7.2 Frasa Nomina yang Berstruktur Nomina (N) + yang + Adverbia .............................................. 59

  2.7.1 Frasa Nomina yang Berstruktur Nomina (N) + yang + Adjektiva ............................................. 57

  2.7 Frasa Nomina yang Berstruktur Nomina (N) + Konjungsi (Knj) + Kata Bukan Nomina ................................................. 57

  2.6 Frasa Nomina yang Berstruktur Nomina (N) + Konjungsi (Knj) + Nomina ..................................................................... 54

  2.5.4 Frasa Nomina yang Berstruktur Nomina (N) + Frasa Verba (FVer).......................................... 52

  3.3.1 Hubungan Makna ´Milik`(‘Posesif’) ......................... 69

  3.3.2 Hubungan Makna ´Penentu´. ..................................... 70

  3.3.3 Hubungan Makna ´Asal Tempat´ .............................. 71

  3.3.4 Hubungan Makna ´Asal Bahan´ ................................ 72

  3.3.5 Hubungan Makna ´Proses´......................................... 73

  3.3.6 Hubungan Makna ´Perbandingan´ ............................. 73

  3.3.7 Hubungan Makna ´Merek Dagang´ ........................... 74

  3.3.8 Hubungan Makna ´Kelompok´ .................................. 75

  3.3.9 Hubungan Makna ´Penjelas´...................................... 75

  3.3.10 Hubungan Makna ´Superlatif´ ................................... 76

  3.3.11 Hubungan Makna ´Arah Tujuan´ ............................... 77

  3.3.12 Hubungan Makna ´Penerima´ .................................... 78

  3.3.13 Hubungan Makna ´Pembatas´ .................................... 78

  3.4 Hubungan Makna Unsur-unsur Koordinatif Frasa Nomina.................................................................................. 79

  3.4.1 Hubungan Makna ´Aditif´............................................ 79

  3.4.2 Hubungan Makna ´Alternatif´...................................... 80

  3.4.3 Hubungan Makna ´Kesamaan´..................................... 80

  3.4.4 Hubungan Makna ´Keterangan Tambahan´ ................. 81

  BAB IV PENUTUP

  4.1 Kesimpulan .............................................................................. 83

  4.1.1 Struktur Frasa Nomina yang Terdiri dari Tiga................ 83

  4.1.2 Hubungan Makna Gramatikal Unsur-unsur Pembentuk Frasa Nomina .............................................. 85

  4.2 Saran......................................................................................... 86

  DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Dalam skripsi ini dibahas tentang frasa nomina yang terdiri dari tiga kata dalam bahasa Indonesia. Frasa nomina adalah frasa modifikatif yang terjadi dari nomina sebagai induk dan unsur perluasan lain yang mempunyai hubungan subordinatif dengan induk (Kridalaksana, 1988: 85).

  Dalam frasa yang terdiri dari tiga kata, nomina yang sebagai induk dapat berupa kata maupun frasa. Berikut ini contohnnya: (1) Dua ekor burung melayang meniti angin, berputar-putar tinggi di langit. (2) Perawan kecil itu sedang merangkai daun nangka dengan sebatang lidi untuk dijadikan sebuah mahkota. Frase dua ekor burung (1), kata nomina burung merupakan induk dan frasa dua ekor merupakan unsur perluasan yang mempunyai hubungan subordinatif dengan induk, yaitu burung yang termasuk kategori nomina, sehingga frasa dua

  

ekor burung termasuk golongan frasa nomina. Hal ini dapat dibuktikan melalui

teknik lesap.

  (1a) Φ Burung melayang meniti angin, berputar-putar tinggi di langit. Frasa Perawan kecil itu (2), frasa perawan kecil merupakan induk sedangkan kata itu merupakan unsur perluasan yang mempunyai hubungan subordinatif dengan induk, yaitu perawan kecil yang temasuk kategori nomina, sehingga frasa perawan kecil itu termasuk golongan frasa nomina. Hal ini dapat dibuktikan melalui teknik lesap.

  (2a) Perawan kecil

  Φ sedang merangkai daun nangka dengan sebatang lidi untuk dijadikan sebuah mahkota.

  Dalam menentukan unsur-unsur dan kategori kata pada frasa nomina yang terdiri dari tiga kata diperlukan adanya hirarki dalam bahasa yang berupa diagram pohon. Pada diagram di bawah ini dipaparkan proses pembentukan frasa.

  Frasa dua ekor burung dalam kalimat (1) terdiri dari tiga kata, yaitu kata

  

dua, ekor, dan burung . Kata burung berkaitan dua sehingga frasa dua ekor burung

  terdiri atas dua unsur, yaitu frasa dua ekor dan kata . Begitu pula frasa perawan

  

kecil itu (2) terdiri dari tiga kata, yaitu kata perawan, kecil dan itu. Kata itu

  berkaitan dengan perawan sehingga frasa perawan kecil itu terdiri atas dua unsur, yaitu frasa perawan kecil dan kata itu. Berikut ini diagramnya.

   (1b) dua ekor burung dua ekor

dua ekor burung

   (2b) perawan kecil itu perawan kecil perawan kecil itu

  Kata burung (1b) dan frasa perawan kecil (2b) masing-masing sebagai induk atau unsur pusat, sedangkan frasa dua ekor (1b) dan kata itu (2b) masing- masing sebagai unsur perluasan atau atribut berkategori frasa numeralia dan kata penunjuk (demonstrativa). Selanjutnya, frasa numeralia dua ekor (1b) terdiri atas numeralia dua dan kata penggolong ekor dan perawan kecil (2b) terdiri atas nomina perawan dan adjektiva kecil.

  Dari uraian kedua contoh tersebut dapat dikatakan bahwa frasa dua ekor

  

burung merupakan frasa nomina yang berstruktur frasa numeralia (FNum) + kata

  nomina (KN) sedangkan perawan kecil itu merupakan frasa nomina yang berstruktur frasa nomina (FN) + kata demonstrativa (Dstr). Dari kenyataan tersebut timbul permasalahan, yaitu bagaimana struktur frasa nomina yang terdiri dari tiga kata dalam bahasa Indonesia.

  Dari sudut makna gramatikal, penggabungan unsur kata atau frasa nomina yang merupakan unsur pusat dengan unsur kata atau frasa nomina atau bukan nomina yang merupakan atribut membentuk frasa nomina yang terdiri dari tiga kata akan menyatakan makna tertentu. Dalam frasa dua ekor burung dalam kalimat (1), frasa dua ekor yang merupakan unsur atribut menyatakan hubungan makna ´jumlah´ bagi kata burung yang merupakan usur pusat. Hal ini dapat dibuktikan dengan kalmat tanya yang menanyakan jumlah seperti di bawah ini:

  (1) Berapa burung yang melayang meniti angin, berputar-putar tinggi di langit? Dalam frasa perawan kecil itu (2), kata itu yang merupakan unsur atribut menyatakan hubungan makna ´bukan yang lain´ (´penentu´) bagi frasa perawan

  

kecil yang merupakan unsur pusatnya karena demonstrativa itu digunakan sebagai

penunjuk kata atau frasa yang merupakan unsur pusatnya.

  Dari kedua contoh tersebut dapat dikatakan bahwa penggabungan unsur pusat dan atribut dalam frasa nomina menghasilkan makna tertentu. Dari kenyataan inilah muncul permasalahan yaitu makna gramatikal apa saja yang dapat dihasilkan dari pertemuan kedua unsur tersebut dalam frasa nomina.

  Frasa nomina yang terdiri dari tiga kata perlu diteliti mengingat unsur pusat dapat diperluas ke arah kiri dan kanan. Perluasan ini membuat penulis antusias untuk menjadi wadah ide kreatif dalam merangkai kata dalam satu frasa. Dari perluasan tersebut dapat diketahui kategori kata atau frasa apa saja yang dapat mengisi unsur sebagai atribut.

  Selain alasan tersebut, frasa nomina yang terdiri dari tiga kata perlu diteliti karena belum ada ahli linguistik yang meneliti secara khusus. Chaer (1988: 350 – 365) dalam bukunya yang berjudul Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia membahas tentang macam-macam frasa nomina, tetapi tidak membahas secara khusus kategori pengisi atribut dan makna yang dihasilkan dalam frase nominal. secara mendalam membahas penentuan unsur pusat dari frase nominal yang terdiri tiga kata atau lebih tetapi unsur pengisi atribut tidak dijelaskan secara khusus.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian dalam latar belakang, masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah struktur frasa nomina yang terdiri dari tiga kata?

  b. Makna gramatikal apa sajakah yang diungkapkan oleh hubungan unsur-unsur pembentuk frasa nominal yang terdiri dari tiga kata?

1.3 Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan struktur frasa nomina yang terdiri dari tiga kata dalam bahasa Indonesia. Tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan struktur frasa nomina yang terdiri dari tiga kata dalam bahasa Indonesia.

  b. Mendeskripsikan makna gramatikal yang diungkapan oleh hubungan unsur-unsur tersebut dalam frasa nomina yang terdiri dari tiga kata dalam bahasa Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

  Secara umum hasil penelitian ini berupa kaidah-kaidah struktur, kategori pengisi atribut, dan makna hubungan unsur-unsur pembentuk frasa nomina yang terdiri dari tiga kata. Kaidah tersebut diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengembangan tata bahasa Indonesia khususnya struktur frasa bahasa Indonesia.

  Manfaat yang lebih khusus lagi yaitu hasil penelitian ini dapat digunakan alat bantu penerjemahan bahasa asing khususnya bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, frasa nomina yang terdiri dari tiga kata dapat dibentuk dengan memperluas inti frasa ke kiri (pewatas depan) dan ke kanan

  

(pewatas belakang). Begitu pula dalam bahasa Inggris, namun yang menjadi

  masalah adalah urutan penyusunan kategori kata pengisi pewatas depan dan pewatas belakang berbeda.

  Dalam bahasa Indonesia, pewatas yang dapat mendahului nomina sebagai unsur pusat hanyalah kategori kata numeralia dan kategori kata penggolong, sedangkan dalam bahasa Inggris kurang lebih ada enam kategori kata yang dapat mendahului nomina sebagai unsur pusatnya. Kategori kata tersebut tidak harus ada semua, namun urutan pewatas harus dipatuhi. Berikut contoh perbandingan frasa nominal yang terdiri dari tiga kata dalam Bahasa Indonesia dan Inggris.

  (3) Tiga lembar kertas di atas meja. (4) Three sheetss of papers on the table. (5) Gadis cantik itu pacarku. (6) That prity girl is my girl friend. Dari contoh frase tiga lembar kertas kalimat (3) dan three sheets of paper

  (4) mengalami perluasan ke depan sebagai unsur pusatnya adalah kata kertas dan kata paper. Jika diperhatikan urutan kategori kata yang mendahului unsur pusat ke- dua frase tersebut juga sama, yaitu frasa numeralia yang terdiri atas kata numeralia

  

tiga diikuti kata penggolong lembar dan kata numeralia three diikuti preposisi of

  dan kata penggolong peaces. Jadi dalam hal ini dapat dikatakan pewatas yang dapat mendahului nomina dalam bahasa Indonesia dan Inggris dengan kategori kata numeralia dan penggolong sama urutanya.

  Lain halnya frasa gadis cantik itu (5) dan frase that prity girl (6). Kata penunjuk (demonstrativa) itu yang merupakan unsur atribut terletak di sebelah kanan dari frasa gadis cantik yang merupakan unsur pusat sedangkan kata that yang merupakan unsur atribut terletak di sebelah kiri frasa prity girl yang merupakan unsur pusat. Selanjutnya frasa gadis cantik terdiri atas nomina gadis yang diikuti adjektiva cantik sedangkan frasa prity girl terdiri atas adjektiva prity yang diikuti nomina girl.

  Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa frasa nomina yang terdiri dari tiga kata dalam bahasa Indonesia, kata demonstrativa yang merupakan unsur atribut terletak di sebelah kanan unsur pusat sedangkan dalam bahasa Inggris terletak di sebelah kiri unsur pusat. Begitu pula urutan kategori kata dalam frasa nomina yang merupakan uinsur pusat terdiri atas nomina diikuti adjektiva sedangkan dalam bahasa Inggris sebaliknya, yaitu adjektiva diikuti nomina.

1.5 Tinjauan Pustaka

  Pembicaraan tentang frasa nomina dalam bahasa Indonesia oleh para ahli tata bahasa dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) batasan atau pengertian frasa nomina, (2) hubungan antarunsur pembentuk frasa nomina, dan (3) kategori pengisi atribut dalam frasa nomina. Para ahli tata bahasa tersebut adalah Verhaar (1996), Kridalaksana (1988), Ramlan, (1983), dan Chaer (1988).

  Verhaar (1996: 293) menjelaskan batasan frasa nomina. Frasa nomina terdiri dari atas nomina sebagai induk dan atribut. Atribut dapat berupa nomina (N) maupun bukan nomina (nN).

  Kridalaksana (1988) dalam bukunya yang berjudul Beberapa Prinsip

  

Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indononesia menyebutkan bahwa frasa nomina

  merupakan frasa modifikasif yang terjadi dari nomina sebagai induk dan unsur perluasan lain yang mempunyai hubungan subordinatif dengan induk, yaitu adjektiva, verba, numeralia, demonstrativa, pronominal, frasa preposisi, frasa dengan yang, konstruksi yang … nya, serta frasa lain. Mengenai hubungan makna gramatikal yang terjadi antara komponen-komponen (unsur) frasa dijabarkan secara matematis, seperti ´a penyebab b´ dalam frasa kuman penyakit, sedangkan penjabaran tentang kategori pengisi unsur frasa tidak dijelaskan secara rinci khususnya tentang frasa nomina yang terdiri dari tiga kata.

  Ramlan (1983) dalam bukunya yang berjudul Sintaksis: Ilmu Bahasa

  

Indonesia menjelaskan frasa nomina ialah frasa yang memeliki distribusi yang sama

  dengan kata nomina. Selain itu pememaparan tentang frasa nomina dikupas sangat rinci baik dari segi struktur, hubungan makna antar unsur-unsurnya dan pengisi unsur atribut. Dari segi struktur dipaparkan bagaimana cara menentukan unsur pusat maupun atribut untuk frasa nomina yang terdiri atas lebih dari dua kata. namun mengenai frasa nomina yang terdiri dari tiga kata tidak dibahas secara khusus.

  Chaer (1988: 350 – 361) dalam bukunya yang berjudul Tata Bahasa Praktis

  

Bahasa Indonesia mengatakan bahwa unsur-unsur pembentuk frasa nomina dapat

  berstruktur diterangkan – menerangkan (D-M) dan menerangkan – diterangkan (M- D). Unsur D adalah nomina dan M adalah kata yang menerangkan nomina.

  Dalam frasa nomina yang terdiri dari tiga kata, kemungkinan unsur D dapat berupa kata nomina sedangkan unsur M berupa frasa atau unsur D berupa frasa nomina sedangkan unsur M berupa kata. Perhatikan contoh berikut: frase

  

sepasang burung bangau . Kata sepasang (M) menerangkan frasa burung bangau

  (D). Sedangkan frase perawan kecil itu (2) terdiri dari frasa perawan kecil (D) dan kata itu (M). Kata itu menerangkan kata perawan kecil pada frase perawan kecil itu.

  Selain itu, penelitian frasa nomina pernah dilakukan oleh Ernawati (2003) yang berjudul Frasa Nominal yang Terdiri dari Dua Unsur dalam Bahasa

  

Indonesia. Dalam penelitianya dipaparkan tentang kategori dan makna gramatikal

  frasa nomina yang terdiri dari dua kata tetapi tidak membahas struktur frasa. Selain itu, dalam penentuan unsur frasa nomina yang terdiri dari tiga kata berbeda dengan unsur frasa nomina yang terdiri dari dua kata.

1.6 Landasan Teori

  Landasan teori yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian ini adalah (1) pengertian frasa, (2) jenis frasa, (3) unsur-unsur frasa menurut jumlah kata, (4) unsur frasa menurut kategori, dan (5) makna frasa.

1.6.1 Pengertian Frasa

  Sebuah kalimat dapat dibagi menjadi beberapa bagian, dan bagian-bagian tersebut terdiri atas kata atau gabungan kata yang mengacu pada satu makna.

  Gabungan kata tersebut oleh para ahli linguistik disebut frasa, dan diberi pengertian sebagai berikut:

a. Frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi (Ramlan, 1986: 142).

  b. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat rapat dan renggang (Kridalaksana, 1983: 46) c. Frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa atau tidak melampaui batas subjek atau predikat (Tarigan, 1984: 50). Dari ketiga padangan tersebut dapat disimpulkan bahwa frasa adalah satuan linguistik (gramatika) yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri klausa atau tidak batas fungsi. Yang dimaksud tidak melampaui batas fungsi mengandung arti bahwa satuan gramatik tersebut selalu berada di dalam satu fungsi unsur klausa yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), atau keterangan (Ket).

1.6.2 Jenis Frasa

  Ramlan, (1982) dalam bukunya yang berjudul Sintaksis disebutkan bahwa jenis frasa berdasarkan distribusinya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu frasa indosentrik dan eksosentrik. Frasa endosentrik adalah frasa yang mempunyai distribusi yang dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya sedangkan frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya.

  Menurut Kridalaksana (1987: 81) dalam bukunya yang berjudul

  

Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia disebutkan bahwa

  frasa endosentrik yang beriduk satu terdiri atas frasa nomina, adjektiva, pronomina, numeralia, dan verba sedangkan yang beriduk banyak terdiri atas frasa koodinatif dan apositif. Frasa endosentrik adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya (Ramlan, 1983: 140)

  Seperti dikemukakan pada awal bab I, frasa nomina adalah frasa modifikatif yang terjadi dari nomina sebagai induk dan unsur perluasan lain yang mempunyai hubungan subordinatif dengan induk (Kridalaksana, 1988: 85).

  Dalam frasa nomina yang terdiri dari tiga kata dalam bahasa Indonesia, nomina yang sebagai induk dapat berupa kata N atau FN. Berikut ini contohnya: (7) Gumpalan rumput kering menggelinding dan berhenti karena terhalang pematang. (8) Tiga ujung kulub terarah pada titik yang sama. Frasa gumpalan rumput kering (7) frasa gumpalan rumput merupakan induk dan kata kering sebagai unsur perluasan yang mempunyai hubungan subordinataif dengan induk, yaitu gumpalan rumput yang termasuk kategori FN nomina yang berinti N gumpalan. Begitu pula frasa tiga ujung kulup (8), kata kulup merupakan induk dan frasa tiga ujung merupakan unsur perluasan yang mempunyai hubungan subordinatif dengan induk, yaitu kulup yang termasuk kategori N. Hal ini dapat dibuktikan teknik lesap, seperti tampak pada kalimat berikut: (7a) Gumpalan rumput

  Φ menggelinding dan berhenti karena terhalang pematang. (8a) Φ Kulub terarah pada titik yang sama. Frasa verba adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata golongan verba (Ramlan, 1983: 154). Berikut ini contohnya:

  (9) Dua perjaka tanggung sedang menuruni bukit membawa sepikul kayu bakar.

  Frasa sedang menuruni (9) mempunyai distribusi yang sama dengan kata menuruni.

  Kata menuruni termasuk golongan verba, karena itu frasa sedang

  

menuruni termasuk golongan frasa verba. Persamaan distribusi tampak seperti

kalimat di bawah ini.

  (9a) Dua perjaka tanggung - menuruni bukit membawa sepikul kayu bakar. Frasa bilangan (numeralia) adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan (Ramlan, 1983: 146). Berikut ini contohnya.

  (10) dua ekor kambing sedang makan rumput di lapangan. Frasa dua ekor dalam dua ekor kambing (10) yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata dua. Kata dua termasuk golongan numeralia sehingga frasa

  

dua ekor dapat dikatakan sebagai frasa numeralia. Persamaan distribusi itu tampak

seperti kalimat berikut.

  (10a) dua - kambing sedang makan rumput di lapangan. Frasa keterangan adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan

  (11) Pesta kemarin malam membuat para tamu bahagia. Frasa kemarin malam dalam pesta kemarin malam (11) yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata kemarin. Kata kemarin termasuk golongan adverbia, karena itu, frasa kemarin malam termasuk golongan frasa adverbia. Persamaan distribusi tampak seperti kalimat di bawah ini.

  (11a) Pesta kemarin - membuat para tamu bahagia. Frasa depan (preposisi) adalah frasa yang diawali oleh kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata/frasa golongan nomina, verba, bilangan, atau adverbia sebagai penanda. Berikut ini contohnya.

  (12) Urat-urat di tangan mulai menegang. Frasa di tangan dalam urat-urat di tangan (12) termasuk frasa preposisi karena frasa di tangan terdiri atas preposisi di sebagai penanda, diikuti nomina

  tangan sebagai petanda.

  Frasa endosentrik yang koordinatif adalah frasa yang unsur-unsurnya setara (Ramlan, 1983: 142) sedangkan frasa endosentrik yang apositif adalah frasa yang unsur unsurnya tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau (Ramlan, 1983: 143)

1.6.3 Unsur Frasa Menurut Jumlah Kata

  Anton Moeliono dkk., ed. (1988) dalam bukunya yang berjudul Tata Bahasa

  

Baku Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa unsur pembangun suatu frasa adalah

  unsur inti yang dinamakan unsur pusat dan konstituen bawahan yang merupakan perluasan dari inti dinamakan pewatas atau atribut. Berarti dalam frasa nomina yang

  (unsur pusat) dan frasa yang merupakan konstituen bawahan (atribut) atau frasa yang menduduki fungsi sebagai unsur pusat dan kata yang menduduki fungsi sebagai atribut.

  1.6.4 Unsur Frasa Menurut Kategori

  Kategori adalah golongan satuan bahasa yang anggotanya mempunyai perilaku sintaksis dan sifat hubunganya sama (KBBI, 2008: 635). Menurut Moeliono, dkk.,ed. (1988: 30) dalam bahasa Indonesia terdapat empat kategori utama, yaitu nomina atau kata benda, verba atau kata kerja adjektiva atau kata sifat, dan adverbia atau kata keterangan. Selain itu, ada satu kelompok lain yang dinamakan kata tugas yang terdiri atas sub-kelompok yang kecil, misalnya preposisi atau kata depan, konjungsi atau kata sambung, dan partikel.

  Dalam frasa nomina yang terdiri dari tiga kata, kata atau frasa yang merupakan unsur pusat selalu berkategori nomina sedangkan kata atau frasa yang merupakan atribut dapat berupa nomina atau bukan nomina.

  1.6.5 Makna Frasa

  Makna adalah pertautan yang ada antara satuan bahasa (Djajasudarma, 1993: 13). Chaer (1989: 59-62) menyebutkan bahwa berdasarkan jenis semantiknya, makna dapat dibedakan atas makna gramatikal dan makna leksikal.

  Makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi, sedangkan makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil obsevasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita Pertemuan unsur-unsur dalam suatu frasa menimbulkan hubungan makna

  (Ramlan, 1983: 148). Pada penelitian ini dibahas hubungan makna yang terjadi karena pertemuan unsur-unsur pembentuk frasa nomina yang terdiri dari tiga kata.

  Pada frasa gumpalan rumput kering (7) terdiri dari unsur frasa gumpalan rumput dan kata kering. Pertemuan kata kering yang merupakan unsur atribut menyatakan makna ´penjelas´ bagi unsur frasa gumpalan rumput dalam frasa gumpalan rumput

  

kering. kata tiga yang merupakan unsur atribut menyatakan makna `jumlah` bagi

frasa ujung kulup yang merupakan unsur pusat dalam frasa tiga ujung kulub (8).

1.7 Metode Penelitian

  Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (1) tahap pengumpulan data, (2) tahap analisis data, dan (3) tahap penyajian data. Pelaksanaan setiap tahap menggunakan metode dan teknik tertentu.

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

  Data penelitian adalah kalimat yang mengandung frasa nomina yang terdiri dari tiga kata. Data diperoleh dari sumber tertulis dan lisan. Data tertulis diperoleh dari novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan surat kabar harian Kompas sedangkan data lisan diperoleh dari ujaran-ujaran orang lain.

  Penyediaan data lisan dilakukan dengan metode simak. Penerapan selanjutnya digunakan teknik sadap, yaitu menyadap penggunaan bahasa (Sudaryanto 1993: 132). Teknik lanjutan yang digunakan dalam penyediaan data ini adalah teknik catat, yaitu mencatat data yang diperoleh dari sumber tertulis maupun lisan. Pengumpulan data yang diperoleh dari sumber tertulis dan lisan tersebut kemudian diklasifikasikan berdasarkan struktur, unsur dan kategori pembentukan.

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

  Langkah berikutnya adalah menganalisis data yang sudah terklasifikasi dengan menggunakan metode agih. Metode agih merupakan metode penelitian bahasa yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993: 15). Untuk menerapkan metode ini digunakan teknik dasar metode agih yaitu teknik bagi unsur langsung. Teknik lanjutan yang kemudian digunakan adalah teknik sisip, teknik lesap, teknik baca markah, dan teknik ganti.

  Menurut Sudaryanto (1993: 31), teknik bagi unsur langsung merupakan teknik analisis data dengan cara membagi suatu konstruksi menjadi beberapa bagian dan bagian-bagian itu dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk kontruksi yang dimaksud. Dalam penelitian ini, teknik_ini digunakan untuk menentukan bagian – bagian konstruksional dari suatu fungsi. Hasil penerapan teknik bagi unsur langsung menjadi dasar bagi analisis data selanjutnya. Contoh kerja teknik bagi unsur langsung dalam kalimat (8) Sepasang burung bangau melayang meniti angin.

  Kalimat tersebut dibagi menjadi empat bagian yaitu:

  a. sepasang burung bangau,

  b. melayang,

  c. meniti, dan d. angin. Teknik sisip adalah teknik analisis data dengan cara menyisipkan satuan kebahasaan lain di antara konstruksi yang dianalisis (Kesuma, 2003: 60).

  Dalam penelitian ini, teknik sisip digunakan untuk menentukan hubungan makna yang dihasilkan oleh pertemuan unsur-unsur dalam frasa nomina. Berikut ini contohnya.

  (9) Batik tulis Pekalongan diekspor ke berbagai mancanegara. (10) Pulau Bali mempunyai laut berair jernih.

  

Frasa batik tulis Pekalongan (9) dan laut berair jernih (10) masing –masing