BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan teori Merger dan Akuisisi - 11. BAB II fix 2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Landasan teori Merger dan Akuisisi

  Merger dan akuisisi merupakan istilah yang umum digunakan dalam aksi sebuah atau beberapa perusahaan dalam melakukan ekspansi bisnis Akbarwati dalam (Associate Analyst Vibiz Research Center, 2010) menyatakan perluasan atau ekspansi bisnis diperlukan oleh suatu perusahaan untuk mencapai efisiensi, menjadi lebih kompetitif, serta untuk meningkatkan keuntungan atau profit perusahaan. Merger dan akuisisi atau penggabungan usaha merupakan salah satu bentuk restrukturisasi perusahaan, dalam dunia bisnis khususnya korporasi istilah merger dan akuisisi merupakan istilah yang tidak asing lagi. Merger merupakan salah satu strategi yang diambil perusahaan untuk mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan.

  Merger dan akuisisi juga terjadi pada perusahaan di berbagai sektor agar mampu bertahan di tengah berbagai kondisi ekonomi di Indonesia. Hal tersebut menjadi salah satu energi upaya perusahaan untuk meningkatkan kualitas perusahaan sehingga diharapkan sesudah proses merger dan akuisisi akan didapatkan kinerja keuangan. Merger adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu PT atau lebih untuk menggabungkan diri dengan PT lain yang telah ada dan selanjutya PT yang menggabungkan diri menjadi bubar

  (Hariyani, etal.2011). sedangkan akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan atau kendali operasional suatu perusahaan (Maheka,2008).

  Abdul Moin (2003) menyatakan bahwa merger dan akuisisi bisa didekati dari perspektif yaitu keuangan perusahaan (corporate finance) dan dari manajemen startegi (strategic management). Dari sisi keuangan perusahaan, merger dan akusisi adalah salah satu bentuk keputusan investasi jangka panjang (penganggaran modal/ capital budgeting) yang harus diinvestigasi dan dianalisis dari aspek kelayakan bisninsnya. Sementara itu dari perspektif manajemen strategi, merger dan akuisisi adalah alternatif strategi pertumbuhan melalui jalur eksternal untuk mencapai tujuan perusahaan.

2.1.1 Pengertian Merger

  Merger berasal dari bahasa latin “mergerer” yang berarti (1) bergabung, bersama, menyatu, berkombinasi (2) menyebabkan hilangnya identitas karena terserap atau tertelan sesuatu. Merge rmerupakan kombinasi dari dua perusahaan atau lebih untuk membentuk sebuah perusahaan baru (Scott C. Whitaker, 2012). Merger biasa digunakan dalam perusahaan sebagai proses penggabungan suatu usaha. Merger dapat dilakukan baik secara internal maupun eksternal. Merger internal terjadi ketika perusahaan sasaran berada dalam satu kepemilikan group yang sama sedangkan Merger eksternal terjadi ketika perusahaan sasaran berada dalam group kepemilikan yang berbeda.

  Dalam strategi bisnis Merger didefinisikan oleh Hitt (2001, h. 295) sebagai sebuah strategi dimana dua perusahaan setuju untuk menyatukan kegiatan operasionalnya dengan basis yang relatif seimbang, karena mereka memiliki sumber daya dan kapabilitas yang secara bersama-sama dapat menciptakan keunggulan kompetetif yang lebih kuat. Lebih lanjut Sudarsanam (1999, h. 1) mengatakan bahwa dalam Merger perusahaan- perusahaan yang menggabungkan dan membagi sumber daya yang mereka miliki untuk mencapai tujuan bersama, dan para pemegang saham dari perusahaan-perusahaan yang bergabung tersebut seringkali tetap dalam posisi pemilik bersama entitas yang digabungkan.

Gambar 2.1.1 Ilustrasi Merger

  Perusahaan A Perusahaan A

  Atau Perusahaan B Perusahaan B

2.1.2 Pengertian Akuisisi

  Akuisisi berasal dari kata “acquisition” (Latin) dan “acquisition” (Inggris), makna harfiah akuisisi adalah membeli atau mendapatkan sesuatu / Akuisisi dalam teminologi bisnis diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau asset suatu perusahaan oleh perusaahaan lain, dan dalam peristiwa baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah (Moin, 2003).

  Cara penggabungan usaha lainnya adalah dengan cara akuisisi. Melalui akuisisi perusahaan dapat menjadikan perusahaan targetnya sebagai anak perusahaannya jadi dengan kata lain perusahaan baik pengakuisisi ataupun perusahaan target tetap berdiri semua ( Agus Sartono, 2001). Dalam proses akuisisi kebanyakan pemegang saham perusahaan target akan mendapatkan banyak manfaaat dibandingkan dengan pemegang saham perusahaan pengakuisisi. Hal ini dapat terjadi bila dalam tender pengambilalihan banyak perusahaan berpartisipasi sehingga penawaran saham perusahaan menjadi lebih tinggi.

  Akuisisi dalam terminologi bisnis menurut Hadiningsih (dikutip dari Moin, 2003) diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusaahaan lain, dan dalam peristiwa baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah. Sedangkan sebuah akuisisi menurut Hitt (2001, h. 295) adalah strategi yang melaluinya suatu perusahaan perusahaan lain dengan tujuan untuk menggunakan kompetensi inti perusahaan itu secara efektif, dengan cara menjadikan perusahaan yang diakuisisi itu sebagai bagian dari bisnis dalam portofolio perusahaan yang mengakuisisi.

Gambar 2.1.2 Ilustrasi Akuisisi

  Sebelum Akusisi Setelah Akusisi Perusahaan A

  Perusahaan A Pengendalian

  Perusahaan B Perusahaan B

2.1.3 Definisi Merger dan Akuisisi Menurut Para Ahli Penggabungan usaha dapat dilakukan melalui merger dan akuisisi.

  Merger menurut Foster (1986) dalam Usadha dan Yasa (2009) adalah

  penggabungan dari dua perusahaan atau lebih, tetapi salah satu nama perusahaan masih tetap digunakan, sedangkan yang lain melebur menjadi satu kesatuan hokum. Sedangkan akuisisi menurut Foster (1986) dalam Helga dan Salamun (2006) adalah pembelian seluruh atau sebagian besar kepemilikan baik dalam bentuk saham ataupun aktiva oleh perusahaan lain. Akuisisi saham dilakukan dengan cara mengambilalih atau membeli seluruh atau sebagian besar saham yang telah dikeluarkan oleh perusahaa yang diakuisisi dengan

  (2004) dengan akuisisi mengakibatkan beralihnya pengendalian kepada perusahaan lainnya.

  Motif utama perusahaan melakukan merger dan akuisisi menurut Brigham dan Houston (2004) adalah sinergi, pertimbangan pajak, pembelian aktiva dibawah penggantianya, diversifikasi, insentif pribadi manajer, nilai residual. Selain dari beberapa motif diatas Sinuraya, (1999) juga mengemukakan alasan-alasan dilakukannya merger. Alasan-alasan tersebut mungkin tidak mutually exclusive tetapi dipertimbangkan bersama-sama yaitu untuk bias beroperasi dengan lebih ekonomis, memeroleh manajemen yang lebih baik, penghematan pajak yang belum dimanfaatkan, untuk memanfaatkan dana yang mengganggur.

  Gie (1992) dalam Payamta dan Setiawan (2004) mencatat beberapa manfaat merger dan akuisisi yaitu komplementaris, pooling kekuatan, mengurangi persaingan, menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan beberapa kondisi kadang dinyatakan bahwa penggabungan usaha tidak lain adalah pengambilalihan salah satu perusahaan bermaksud membeli perusahaan lain dan kerap kali berada diluar kemauan perusahaan atau kelompok-kelompok pemegang saham. Merger dan akuisisi (M&A) merupakan suatu kegiatan penggabungan usaha yang banyak dilakuka oleh perusahaan dalam negeri maupun luar negeri.

2.1.4 Motif Merger dan Akuisisi

  Pada prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahaan melakukan merger dan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif non-ekonomi.

  Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Disisi lain, motif non ekonomi adalah motif yang bukan didasarkan pada esensi tujuan perusahaan, tetapi didasarkan pada keinginan subyektif atau ambisi pribadi pemilik atau manajemen perusahaan (Moin, 2003).

1. Motif Ekonomi

  Merger dan akuisisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencapai peningkatan n ilai tersebut. Oleh sebab itu seluruh aktivitas dan pengambilan keputusan harus diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Esensi dari tujuan perusahaan, jika ditinjau dari perpektif manajemen keuangan, adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Merger dan akusisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya adalah mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu seluruh aktivitas dan keputusan yang diambil oleh perusahaan harus diarahkan mencapai tujuan ini.

  Implentasi program yang dilakukan oleh perusahaan harus melalui langkah-langkah konkrit misalnya melalui efisiensi produksi, peningkatan penjualan, pemberdayaan dan peningkatan produktivitas sumder daya manusia. Disamping itu dalam motif ekonomi merger dan akuisisi yang lain meliputi (Moin, 2004): 1) Mengurangi waktu, biaya dan resiko kegagalan memasuki pasar baru. 2) Mengakses reputasi teknologi, produk dan merek dagang. 3)

  Memperoleh individu-individu sumberdaya manusia yang professional.

  4) Membangun kekuatan pasar. 5) Memperluas pangsa pasar. 6) Mengurangi persaingan. 7) Mendiversikasi lini produk. 8) Mempercepat pertumbuhan. 9) Menstabilkan cashflow dan keuntungan.

  2. Motif Sinergi Salah satu motivasi atau alasan utama perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah menciptakan sinergi. Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger simultan dari kekuatan atau lebih elemen-elemen perusahaan yang bergabung.

  Pengaruh sinergi dapat timbul dari empat sumber, yaitu: (1) Penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi; (2) Penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh para analisis sekuritas; (3) Perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah merger dan (4) Peningkatan penguasaaan pasar akibat berkurangnya persaingan (Brigham dan Houston, 2001). Bentuk-bentuk sinergi disajikan sebagai berikut : 1)

  Sinergi Operasi Sinergi operasi (operating synergy) terjadi ketika perusahaan hasil kombinasi mencapai efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai dengan cara pemanfaatan secara optimal sumberdaya-sumberdaya perusahaan. Sehingga dengan adanya merger ataupun akuisisi yang dilakukan perusahaan maka diharapakan perusahaan dapat memasarkan produknya hingga kapasitas penuh, dimana yang sebelumnya masih idle akan dapat dioptimalkan untuk mendukung permintaan pasar.

  Disini terjadi efisiensi karena pemanfaatan kapasitas produksi yang

  2) Sinergi Financial

  Sinergi finansial (Financial synergy) dihasilkan ketika perusahaan hasil merger memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber dana dari luar secara lebih mudah dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan semakin menurun. Struktur permodalan yang kuat akan menjamin berlangsungnya aktivitas operasi perusahaan tanpa menghadapi kesulitan likuiditas. Akses yang semakin mudah terhadap sumber- sumber dana dimungkinkan ketika perusahaan memiliki ukuran yang semakin besar. Perusahaan memliki struktur permodalan yang kuat dan size yang besar akan diberi kepercayaan dan kepercayaan yang positif oleh publik. Kondisi seperti ini akan memberikan dampak positif bagi perusahaan karena makin meningkatnya kepercayaan pihak lain seperti lembaga-lembaga keuangan sehingga mereka bersedia meminjamkan dana. Perusahaan yang memiliki kepercayaan dari publik seperti itu memiliki risiko kebangkrutan yang lebih kecil daripada yang tidak memiliki kepercayaan publik.

  3) Sinergi Manajerial

  Sinergi manajerial (mangerial synergy) dihasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas manajerial dan skill dari perusahaan yang yang seperti ini mampu bersinergi dalam mengambil keputusan- keputusan startegik. Transfer kapabilitas terutama sekali terjadi ketika sebuah perusahaan yang memiliki kinerja manajerial yang lebih baik merger dengan perusahaan lain yang memiliki kinerja manajerial yang kurang bagus. Perusahaan yang superior dalam suatu industry seringkali memiliki sumberdaya manajemen yang lebih bagus dibanding perusahaan yang lain di industri yang sama. Perusahaan yang belum memiliki manajerial yang bagus perlu pembelajaran internal (internal learning) melalui merger dengan perusahaan lain apabila ingin memiliki keunggulan manajerial.

  4) Sinergi Teknologi

  Sinergi teknologi bisa dicapai dengan memadukan keunggulan teknik sehingga saling memetik manfaat. Sinergi teknologi dapat terjadi misalnya pada departemen riset dan pengembangan, departemen disain dan engineering, proses manufacturing, dan teknologi informasi. 5)

  Sinergi Pemasaran Perusahaan yang melakukan merger akan memperoleh manfaat dari semakin luas dan terbukanya produk, bertambahnya lini produk yang dipasarkan, dan semakin banyak konsumen yang bisa dijangkau.

  3. Motif Diversifikasi Diversifikasi adalah strategi perkembangan bisnis yang dapat dilakukan melalui merger dan akuisisi. Diversifikasi dimaksud untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. Akan tetapi jika melakukan diversifikasi yang semakin jauh dari bisnis semula, maka perusahaan tidak lagi berada pada koridor yang mendukung kopetensi inti (core competence).

  4. Motif Non-Ekonomi Aktivitas merger dan akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat non-ekonomi, seperti prestise dan ambisi. Motif non-ekonomi dapat berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan.

  1) Hubris Hypothesis menyatakan bahwa merger dan akuisisi sematamata didorong oleh motif ketamakan dan kepentingan pribadi para eksekutif perusahaan.

  2) Ambisi pemilik untuk menguasai berbagai sektor industri.Perusahaan- perusahaan tersebut akan membentuk konglomerasi dibawah kendali perusahaan induk.

  Menurut Brigham dan Houston (1998) beberapa alasan merger dan akuisisi yang sering dimunculkan adalah sinergi, pertimbangan pajak, manajer dan break up value. Dari keenam alasan tersebut yang paling dominan adal ah alasan sinergi.

2.1.5 Tahapan Merger dan Akuisisi

  Pelaksanaan merger dan akuisisi diharapkan memberi dampak positif pada kinerja keuangan perusahaan. Nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi akan lebih besar dari penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger dan akuisisi. Selain itu merger dan akuisisi dapat memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan, antara lain efisiensi berupa penurunan biaya produksi, peningkatan keterampilan manajerial, serta peningkatan kemampuan dalam pemasaran.

  Dalam pelaksanaan merger dan akuisisi biasanya akan melewati beberapa proses. Secara umum tahapan-tahapan merger dan akuisisi, pertama perusahaan besar akan menentukan perusahaan target yang akan mereka beli. Lalu dilanjutkan dengan sebuah negosiasi yang mana bila negosiasi berjalan dengan lancar akan diikuti dengan pemebelian perusahaan target dengan nilai yang telah dikehendaki bersama. Sangat jarang sebuah perusahaan menawarkan untuk di ambilalih oleh perusahaan lian, kecuali dalam kasus ketika perusahaan tersebut memiliki masalah atau kesulitan keuangan.

  Menurut Agus Sartono (2001) tahapan pertama merger dan akuisisi adalah perusahaan yang akan melakukan pengambilalihan akan mengidentifikasikan pengmbilalih akan menghubungi manajemen perusahaan target untuk dilakukan sebuah negoisiasi. Bila kedua perusahaan sepakat maka manajemen perusahaan target akan melakukan pendekatan kepada para pemegang saham untuk meyakinkan mereka bahwa penggabungan perusahaan ini akan membawa keuntungan kepada kedua perusahaan, setelah para pemegang saham setuju penggabungan dapat dilaksanakan baik dalam bentuk pemabayaran tunai maupun dalam bentuk pembayaran dengansaham perusahaan.

  Sedangkan menurut Estanol dan Jo (2005) dalam merger terdapat tiga tahapan yaitu :

  1. Pre-Merger Tahap ini merupakan keadaan sebelum merger dimana dalam tahap ini, tugas dari seluruh jajaran direksi maupun manajemen kedua atau lebih perusahaan adalah mengumpulkan informasi yang kompeten dan signifikan unuk kepentingan proses merger perusahaan-perusahaan tersebut sehingga dapat terjadi sinergi dari merger yang akan dilakukan.

  2. Merger Ketika perusahaan memutuskan untuk melakukan merger , hal yang harus dilakukan untuk pertama kalinya dalam tahap ini adalah penyesuaian diri dan saling mengintegrasikan diri dengan partner mereka agar dapat terjadi

3. Post-Merger

  Pada tahapan ini, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan. Langkah pertama (1) yang akan dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan resktruktrisasi, dimana dalam merger , sering terjadi adanya dualism kepemimpinan yang akan membawa pengaruh buruk dalam organisasi. Langkah kedua (2) yang diambil adalah dengan membangun suatu kultur baru dimana kultur atau budaya ini dapat merupakan gabungan dari keunggulan kedua budaya perusahaan atau dapat juga merupakan budaya yang sama sekali baru bagi perusahaan.

  Langkah ketiga (3) yang diambil adalah dengan cara melancarkan transisi, dimana yang harus dilakukan dalam hal ini adalah dengan membangun suatu kerjasama, dapat berupa tim gabungan ataupun kerjasama mutual

2.1.6 Alasan Melakukan Merger dan Akuisi

  Alasan perusahaan memilih merger dan akuisisi sebagai strateginya adalah karena merger dan akuisisi dianggap jalan cepat untuk mewujudkan tujuan perusahaan dimana perusahaan tidak perlu memulai dari awal suatu bisnis baru. Merger dan akuisisi juga dianggap dapat menciptakan sinergi yaitu nilai keseluruhan perusahaaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger dan akuisisi. Selain itu keuntungan lebih banyak diberikan melalui merger dan pemasaran, riset, skill manajerial, transfer teknologi, dan efisiensi berupa penurunan biaya produksi.

  Merger dan akuisisi adalah keputusan strategis para manajer dari suatu perusahaan, yang mana juga merupakan produk dari salah satu aspek mendasar dalam strategi korporasi, memiliki beragam alasan, motif dan tujuan. Menurut Simanjuntak (dikutip dari Prasana Chandra, 2001, h. 914) menyatakan bahwa alasan ekonomi yang utama dari merger adalah nilai (value) perusahaan hasil merger diharapkan lebih besar dari jumlah nilai mandiri (independent values) dari perusahaan-perusahaan yang bergabung (merger). Sedangkan Brigham (2001) menyatakan bahwa sinergi merupakan alasan utama perusahaan melakukan merger dan akuisisi. Pengaruh sinergi sendiri bisa timbul dari empat sumber, yaitu (1) Penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi; (2) Penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh para analisis sekuritas; (3) Perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah merger dan (4) Peningkatan penguasaaan pasar akibat berkurangnyapersaingan.

  Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik melalui Pertimbangan pajak, f. Meningkatkan likuiditas pemilik, g. Melindungi diri dari pengambilalihan. Alasan perusahaan melakukan Merger dan Akuisisi adalah untuk memperoleh sinergi atau nilai tambah, strategies opportunities, meningkatkan efektivitas dan mengeksploitasi mispricing di pasar modal (Foster 1994, dalam Annas, 2010). Selain itu, alasan lain dilakukan merger yaitu perusahaan ingin meningkatkan nilai perusahaan dan mensejahterakan pemilik saham.

  Sedangkan menurut Agus Sartono (2001) alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah sebagai berikut :

  1. Ekonomies of Scale dengan merger dan akuisisi perusahaan dapat mencapai skala operasi yang ekonomis. Skala ekonomis disini adalah skala operasi dengan biaya rata-rata terendah. Dengan melakukan merger dan akuisisi duplikasi fasilitas operasi dapat dihilangkan, serta dapat memberikan pemasaran yang lebih efisien. Dengan merger dan akuisisi dapat diperoleh adanya sinergi dimana nilai keseluruhan lebih besar dari penjumlahan nilai setiap bagiannya. Skala ekonomi terjadi tidak hanya dalam artian proses produksi saja, melainkan dalam bidang pemasaran, personalia, keuangan dan juga bidang administrasi. Secara luas cakupan skala ekonomi yang ingin dicapai adalah dalam seluruh penggunaan sumber daya yang ada. Skala ekonomi dapat dicapai dengan berbagai sama. Secara vertical akan memperpanjang jaringan usaha. Merger vertical dapat dari depan ke belakang untuk menjamin supply bahan baku ataupun dari belakang ke depan untuk menjangkau konsumen lebih banyak lagi.

  2. Memperbaiki manajemen akibat dari pengelolaan perusahaan yang tidak efisien maka profitabilitas perusahaan akan menjadi rendah. Kurangnya motivasi untuk ncapai profit yang tinggi, kurangnya keberanian untuk mengambil resiko meruapakan bagian dari kegagalan perusahaan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Dengan merger dan akuisisi perusahaan dapat mempertahankan karyawan yang memang benar-benar membawa keuntungan bagi perusahaan sehingga kemakmuran pemegang saham dapat ditingkatkan selain itu efisiensi dan produktivitas karyawan dapat ditingkatkan.

  3. Penghematan pajak perusahaan sering mendapatkan potensi untuk menghemat pajak, tetapi karena perusahaan tidak memperoleh laba maka perusahaa tidak dapat memanfaatkannya. Maka perusahaan memutuskan untuk menggabungkan usaha dengan perusahaan lain yang memperoleh laba, dengan ini pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan menjadi lebih kecil.

4. Diversifikasi atau Risk Reduction diversifikasi menjadi mudah dengan

  dapat memperkecil pengaruh siklus laba perusahaan yang diperoleh. Dengan diversifikasi maka risiko yang dihadapi atas suatu saham dapat dikompensasikan oleh saham lain dengan demikian resiko secara keseluruhan menjadi lebih kecil. Hal ini dapat terjadi dengan asumsi bahwa investor bersifat risk averse dan investor dapat melakukan diversifikasi dengan efisien.

5. Meningkakan Corporate Growth Rate melalui merger dan akuisisi

  perusahaan dapat meningkatkan pertumbuhanny. Hal ini sangat dimungkinkan dengan adanya penguasaan jaringan pemasaran yang lebih luas, manajemen yang lebih baik dan efisien. Sebagai contoh pemebelian saham PT. Semen Gresik oleh Cemex dari Mexico dapat meningkatkan kapasitas produksi serta pertumbuhan perusahaan. Dengan kata lain alternative ini dapat memudahkan perusahaan untuk melakukan penetrasi pasar yang lebih luas, terutama pasar asing.

2.1.7 Tipe Merger dan Akuisisi

2.1.7.1 Tipe Merger

  Tipe merger menurut Simanjuntak (2004, h. 26) dari segi ekonomi keuangan (finance) dan biasanya dipergunakan dan diaplikasikan dalam dunia usaha adalah tipe merger horizontal (horizontal merger), merger vertikal

  1. Merger Horizontal (horizontal merger) Suatu merger horizontal terjadi apabila 2 (dua) perusahaan yangmemiliki lini usaha yang sama bergabung atau apabila perusahaan-perusahaaan yang bersaing di industri yang sama melakukan merger. Merger horizontal ini akan memfasilitasi integrasi karena kedua perusaahaan yang merger pada dasarnya memahami problema usaha dan industri mereka, merger ini lebih lanjut menurut Simanjuntak (dikutip dari Van Horn & M.

  Wachowichz) juga akan menghasilkan suatu “economies (of scale)” yang hasil utamanya adalah terjadinya penghapusan (elimination) fasilitas ganda (duplicate facility) dan adanya penawaran lini produk yang lebih luas (broader product line) sesuai dengan harapan peningkatan permintaan.

  2. Merger Vertikal (Vertical Merger) Merger vertikal terjadi apabila suatu perusahaan bergabung dengan penyalurnya atau pelanggannya, seperti merger antara penjual (seller) dan pembelinya (buyer). Merger vertikal ini memberikan perusahaan suatu pengawasan lebih luas atas distribusi dan pembeliannya. Dan merger vertikal ini jarang dihalangi (block).

  3. Merger Konglomerat (Conglomerate Merger) Merupakan gabungan dari perusahaan-perusahaan yang tidak mempunyai kosmetik. Tipe merger bila ditinjau dari prosesnya menurut Husnan (2002) merger dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

  1) Friendly merger, proses ini disepakati oleh dua belah pihak dengan cara sebagai berikut : Pertama, mengidentifikasikan perusahaaan yang akan menjadi target merger dan akuisisi. Kedua, menentukan harga beli yang bersedia dibayarkan pada perusahaan yang akan membeli menghubungi perusahaan target untuk melakukan negosiasi. Jika pemegang saham perusahaan target menyetujui, maka penggabungan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik melalui pembayaran tunai atau pembayaran dengan saham perusahaan

  2) Hostile takeover, proses ini terjadi jika perusahaan target yang akan di merger tersebut berkeberatan dengan alasan harga yang ditetapkan terlalu rendah (undervalue) atau karena manajer takut kehilangan jabatannya, sehingga terkadang pihak manajer melakukan berbagai cara untuk menggagalkan kegiatan merger ini.

4. Merger Congeneric

  Menurut simanjuntak (dikutip dari Brigham & Gapenski, 1990, h. 965) menyatakan, para ekonom juga melihat Congeneric sebagai salah satu grup merger disamping merger horizontal, vertikal, dan konglomerat. namun bukan produsen produk yang sama (horizontal) ataupun dalam hubungan produsen dan penyalur (vertical).

  5. Merger Ekstensi Pasar Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area pasar. Tujuan merger dan akuisisi ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing-masing perusahaan. Merger dan akusisi ekstensi pasar sering dilakukan oleh perusahan-perusahan lintas Negara dalam rangka ekspansi dan penetrasi pasar. Strategi ini dilakukan untuk mengakses pasar luar negeri dengan cepat tanpaharus membangun fasilitas produksi dari awal di negara yang akan dimasuki. Merger dan akuisisi ekstensi pasar dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ekspor karena kurang memberikan fleksibilitas penyediaan produk terhadap konsumen luar negeri.

  6. Merger Ekstensi Produk Merger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh duaatau lebih perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan.

  Setelah merger perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis dan lini produk sehingga akan menjangkau konsumen yang lebih luas. Merger dan akuisisi ini dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan departemen riset

2.1.7.2 Tipe Akuisisi

  Tipe akuisisi perusahaan menurut Hitt (2001) ada beberapa macam bentuk kemiripan dengan bentuk merger, adalah akuisisi horizontal, vertikal, dan akuisisi berkaitan untuk meningkatkan pasar.

  1. Akuisisi Horizontal Akuisisi horizontal adalah mengakuisisi sebuah perusahaan yang bersaing dalam industri yang sama. Akuisisi ini bertujuan meningkatkan kekuatan pasar perusahaan dengan mendayagunakan sinergi yang berbasis biaya dan pendapatan.

  2. Akuisisi Vertikal Akuisisi vertikal adalah perusahaan yang mengakuisisi pemasok atau penyalur, satu atau lebih, barang-barang atau jasanya.

  3. Akuisisi berkaitan Akuisisi berkaitan adalah akuisisi sebuah perusahaan dalam industry yang tingkat keterkaitannya tinggi.

  Menurut Marcel Go (1992, dalam Hutagalung 2002) Akuisisi sebagai salah satu bentuk kombinasi bisnis dapat dibedakan dalam 2 tipe, yaitu : a.

  Akuisisi Finansial (Financial Acquisition ) Akuisisi finansial merupakan suatu tindakan akusisi terhadap satu atau beberapa perusahaan tertentu yang dilaksanakan dengan tujuan untuk perusahaan target dengan harga semurah mungkin, untuk menjual kembali dengan harga jual yang lebih tinggi. Namun demikian apabila transaksi tersebut dilaksanakan antar perusahaan yang berada dalam satu group bisnis atau kepemilikan yang sama, maka harga belinya dapat lebih menjadi mahal ataupun murah, tergantung pada kepentingan dan keuntungan yang akan diperoleh pemilik mayoritas perusahaan yang bersangkutan.

  Motif utama akuisisi tipe ini adalah untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Seringkali perusahaan yang sedang mengalami kemerosotan dan dalam kondisi yang relative lemah. Indikasinya adalah adanya beban hutang yang relative besar, kemacetan pemasaran dan distribusi , harga saham yang semakin melemah di lantai bursa, kapasitas produksi yang menganggur, dn sebaliknya.

  Namun demikian tindakan akuisisi terhadap suatu perusahaan target tidak selalu mecerminkan indikasi-indikasi seperti diatas tersebut, karena dalam prakteknya yang menjadi incaran justru perusahaan target yang memiliki posisi keuangan yang likuid dan perolehan laba yang relative tinggi serta memiliki prospek yang cukup baik.

  b.

  Akuisisi Strategis (Strategic Acquisition) Akuisisi strategis merupakan suatu akuisisi yang dilaksanakan dengan sinergi keuangan, tetatpi juga mencakup sinergi produksi, sinergi distribusi, sinergi pengembangan teknologi atau gabungan dari sinergi- sinergi tersebut.

2.1.8 Proses Dalam Merger dan Akuisisi

  Merger dan akuisisi adalah hal yang sangat umum dilakukan agar perusahaan dapat memenangkan persaingan serta terus tumbuh dan berkembang. Merger dan akuisisi yang sukses menuntut pemilihan yang cermat, perencanaan yang rapi, dan pendanaan yang tepat, tetapi tindakan ini saja belum cukup, keberhasilan juga memerlukan kerjasama karena menggabungkan dua perusahaan sangatlah rumit dan memerlukan serta melibatkan banyak pihak atau orang. Proses merger dan akuisisi dilakukan dalam beberapa tahapan kegiatan, menurut Setyasih (dikutip dari Payamta, 2001) proses itu meliputi : 1.

  Penetapan Tujuan 2. Mengidentifikasikan perusahaan target yang potensial untuk merger atau diakuisisi.

  3. Menyeleksi calon target.

  4. Mengadakan kontrak dengan manajemen perusahaan target untuk mendaptakan informasi.

  5. Mencari informasi yang dibutuhkan, terutama informasi kondisi keuangan perusahaan target, yang mencakup periode 5 tahun terakhir dan komitmen yang dilakukan perusahaan target.

  6. Menetapkan harga penawaran dan cara pembiayaannya.

  7. Mencari alternatif sumber pembiayaan.

  8. Melakuka uji kelayakan (due diligency) terhadap perusahaan target.

  9. Mempersiapkan dan menandatangani kontrak merger dan akuisisi.

  10. Pelaksanaan merger dan akuisisi.

2.1.9 Manfaat Merger dan Akuisisi

  Menurut Kwik Kian Gie (1992) dalam Widjanarko (2004) ada beberapa manfaat merger dan akuisisi, yaitu sebagai berikut:

  1. Komplementaris Penggabungan 2 perusahaan sejenis atau lebih secara horisontal dapatmenimbulkan sinergi dalam berbagai bentuk, misal: perluasan produk,transfer teknologi, sumber daya manusia yang tangguh, dansebagainya.

  2. Pooling Kekuatan Perusahaan-perusahaan yang terlampau kecil untuk mempunyai fungsi- fungsi penting untuk perusahaannya. Misalnya fungsi Research dan

  Development, akan lebih efektif jika bergabung dengan perusahaan lain yang telah memiliki fungsi tersebut.

  3. Mengurangi Persaingan Penggabungan usaha diantara perusahaan sejenis akan mengakibatkanadanya pemusatan pengendalian, sehingga dapat mengurangi pesaing.

  4. Menyelamatkan Perusahaan dari Kebangkrutan Bagi perusahaan yang kesulitan likuiditas dan terdesak oleh kreditur,keputusan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang kuat akanmenyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan.

2.1.10 Masalah Dalam Merger dan akuisisi

  Menurut Payamta (dikutip dari Suta, 1992) keputusan merger dan akuisisi selain membawa manfaat juga tidak terlepas dari permasalahan diantaranya biayauntuk melaksanakan merger dan akuisisi sangat mahal dan hasilnyapun belum pasti sesuai dengan apa yang diharapkan. Disamping itu, pelaksanaan akuisisi juga dapat memberikan pengaruh negatif terhadap posisi keuangan dari acquiring company apabila strukturisasi dari akuisisi melibatkan cara pembayaran dengan kas dan melalui pinjaman. Permasalahan yang lain adalah kemungkinan adanya corporate culture, sehingga berpengaruh pada sumber daya manusia yang dipekerjakan.

  Disamping memiliki alasan untuk melakukan merger dan akuisisi, Hitt (2001, h. 308) menyatakan akuisisi juga dapat memiliki masalah dalam meraih suksesnya, yaitu :

  1. Kesulitan Intergrasi 2.

  Evaluasi sasaran yang tidak memadai.

  3. Utang yang besar atau luar biasa.

  4. Ketidakmampuan untuk mencapai sinergi.

  5. Terlalu banyak diversifikasi.

  6. Manager terlalu focus pada merger dan akuisisi.

  Sementara Brigham (2001) menyatakan alasan suatu merger dan akuisisi tidak berhasil adalah :

  1. Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat.

  2. Biaya konsultan yang mahal.

  3. Meningkatnya kompleksitas birokrasi.

  4. Biaya koordinasi yang mahal.

  5. Seringkali menurunkan moral organisasi.

  6. Tidak menjamin nilai peningkatan perusahaan.

  7. Tidak menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.

  Merger dan akuisisi diungkapkan oleh Bengtsoon, (1994, h. 13) dimotivisir oleh sasaran yang jelas dan strategi serta didukung oleh tindakan yang telah direncanakan secara tepat dalam semua prosesnya.

2.1.11 Faktor yang mempengaruhi Kegagalan Merger dan Akuisisi 1.

  Perencanaan pimpinan yang kurang matang.

  2. Perusahaan target memiliki kesesuian strategi yang rendah dengan perusahaan pengambil alih.

  3. Hanya mengandalkan analisis strategic yang baik tidak cukup untuk mencapai keberhasilan merger dan akuisisi.

  4. Tidak adanya kejelasan mengenai nilai yang tercipta dari program merger dan akuisisi.

  5. Rencana integrasi yang tidak disesuaikan dengan kondisi lapangan.

2.1.12 Faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Merger dan Akuisisi

  Keberhasilan suatu merger dan akuisisi sangat bergantung pada ketepatan analisis dan penelitian yang menyeluruh terhadap faktor-faktor penyelaras atau kompatibilitas antara organisasi yang akan bergabung. Neil M. Kay (1997), dalam bukunya Pattern in Corporate Evolution, mengungkapkan bahwa merger dan akuisisi akan berlangsung sukses apabila diantara perusahaan yang akan bergabung memiliki market link dan technological link. Sementara Robins (2000), dalam Organizational Behavior, menambahkan bahwa kompatibilitas budaya organisasi yang akan bergabung dalam mendukung keberhasilan sebuah proses merger. Sedangkan Pringle dan Harris (1987), dalam bukunya Esentials of Managerial Finance memandang bahwa kinerja keuangan pada perusahaan hasil merger merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau lebih akan bergabung. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan merger dan akuisisi sebagai berikut : 1.

  Melakukan audit sebelum merger dan akuisisi.

  2. Perusahaan target dalam keadaan baik.

  3. Memiliki pengalaman merger dan akuisisi sebelumnya.

  4. Perusahaan target relative kecil.

  5. Melakukan merger dan akuisisi yang bersahabat

2.1.13 Kelebihan dan Kekurangan Merger dan Akuisisi

2.1.13.1 Kelebihan dan Kekurangan Merger a.

  Kelebihan merger Pengambil alihan melalui merger lebih sederhana serta lebih murah dibandingkan bentuk pengambilalihan yang lain.

  b.

  Kekurangan merger Dibandingkan akuisisi, waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan merger cenderung lebih lama karena dalam merger harus ada persetujuan dari para pemegang saham masing-masing perusahaan, yang tentunya

2.1.11.2Kelebihan dan Kekurangan Akuisisi a.

  Kelebihan Akuisisi 1.

  Akusisi saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran Bidding firm, mereka dapat menahan sahamnya dan tidak menjual kepada pihak Bidding firm.

  2. Perusahaan yang mengakuisisi dapat berurusan langsung dengan pemegang saham perusahaan yang diakuisisi dengan melakukan tender offer, sehingga tidak diperlukan persetujuan manajemen perusahaan.

  3. Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan maka, akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambil alihan perusahaan yang tidak bersahabat (hostile takeover).

  4. Akuisisi asset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan mayoritas suara pemegang saham. Seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada halangan bagi pemegang saham minoritas, jika mereka tidak menyetujui akuisisi.

  b.

  Kekurangan Akuisisi 1.

  Jika para pemegang saham minoritas yang tidak setuju terhadap umumnya anggaran dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua pertiga (67%) suara setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi.

2. Bila perusahaan pengakuisisi mengambil alih seluruh saham yang di beli maka terjadi merger.

  3. Pada dasarnya pembelian setiap asset dalam akuisisi asset harus secara hukum di balik nama sehinggga menimbulkan biaya legal yang tinggi.

2.2 Kinerja Perusahaan

2.2.1 Penilaian Kinerja Perusahaan

  Menurut teori keuangan modern, Sudarsanam (1999, h. 246) menyatakan keputusan-keputusan manajemen ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham dan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam hal ini merger dan akuisisi sebagai bagian dari keputusan manajemen perlu adanya pembuktian keberhasilannya dalam mencapai tujuan tersebut. Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan penggabungan usaha biasanya adalah pada kinerja perusahaan dan penampilan perusahaan yang praktis membesar dan meningkat. Kondisi dan posisi perusahaan mengalami perubahan, dan hal ini tercermin dalam pelaporan keuangan perusahaan.

  Menurut Kuncoro (2014) Kinerja perusahaan adalah prestasi yang perusahaan dan mencerminkan nilai perusahaan.Penilaian kinerja perusahaan dilakukan dengan tujuan untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang ditetapkan sebelumnya agar tercapai tujuan perusahaan yang baik.Melalui penilaian kinerja keuangan, maka perusahaan dapat menentukan struktur dan strategi keuangannya.Penilaian kinerja perusahaan yang baik dalam pandangan investor adalah perusahaan yang mampu memberikan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi mereka. Selain itu perusahaan yang memiliki tingkat efisien yang tinggi dalam memanfaatkan aktiva yang dimiliki dalam mengahasilkan laba juga mendapatkan perhatian yang baik oleh investor sebelum menginvestasikan dana yang mereka miliki.

  Penilaian kinerja menurut Setyasih (2009) adalah penentuan efektivitas operasional, organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya secara periodik. Ada dua macam kinerja, yakni kinerja opeasional dan kinerja keuangan. Kinerja operasional lebih ditekankan pada kepentingan internal perusahaan seperti kinerja cabang/divisi yang diukur dengan kecepatan dan kedisiplinan. Sedangkan kinerja keuangan lebih kepada evaluasi laporan keuangan perusahaan pada waktu dan jangka tertentu. dan Houston (2001, h. 78) mencakup (1) pembandingan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama dan (2) evaluasi kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu. Laporan keuangan perusahaan melaporkan baik posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa periode yang lalu.

  Secara teori, setelah merger dan akuisisi ukuran perusahaan dengan sendirinya bertambah besar karena aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan digabung bersama dan kinerja pascamerger dan akuisisi seharusnya semakin baik dibandingkan dengan sebelum merger dan akuisisi. Kinerja keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dapat dinilai dan diukur dengan menggunakan rasio keuangan.

2.2.2 Metode Analisis Kinerja dengan Rasio Keuangan

  Kinerja keuangan perusahaan diukur dari efisiensinya diproksi dengan beberapa tolok ukur yang tercermin di dalam laporan keuangan ( Machmoedz, 1999). Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar ( Fahmi, 2012:2).

  Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia kinerja ( performance ) artinya adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan Kinerja Keuangan dapat diukur dengan efisiensi, sedangkan efisiensi bisa diartikan rasio perbandingan antara masukan dan keluaran.

  Dengan pengeluaran biaya tertentu diharapkan memperoleh hasil yang optimal atau dengan hasil tertentu diharapkan mengeluarkan biaya seminimal mungkin.

  Analisis kinerja keuangan pada penelitian ini bertujuan untuk menilai implementasi strategi perusahaan dalam hal merger dan akuisisi. Kinerja keuangan perusahaan menurut Brigham dan Houston (2001, h. 78) diukur dengan menggunakan analisis rasio keuangan untuk mengetahui keunggulan dari kekuatan perusahaan dan secara simultan, mengoreksi kelemahan perusahaan. Dengan hal ini diharapakan menunjukkan hubungan suatu laporan keuangan finansial baik berupa neraca dan atau laporan laba rugi. Lebih lanjut rasio keuangan yang digunakan dalam pengukuran kinerja perusahaan sebelum dan setelah merger dan akuisisi pada penelitian ini adalah rasio likuiditas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas.

1. Rasio Liquiditas

  Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk mengetahuikemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutang

  2. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas atau financial leverage merupakan tingkat jumlah hutang terhadap seluruh kekayaan perusahaan. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio .

  3. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio ini membantu perusahaan dalam mengontrol penerimaannya. Rasio-rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Net Profit Margin, Return

  on Assets, dan Return on Equity.

  2.3 Penelitian Terdahulu Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

  Nama Dan Judul Peneliti Variabel Yang Digunakan Hasil Penelitian

  Aloke Ghosh (2010) Does Operating Performance really improve following Corporate Acquitions ?

  Cash flow, sales growth dan operating expenses

  Hasil penelitian menujukkan tidak adanya perbedaan setelah terjadi merger dan akuisisi dengan menggunakan penggabungan saham antar dua perusahaan

  Dyaksa Widyaputra (2011) Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan & Abnormal Return Saham

  PER, PBV, EPS, OPM, NPM, TATO, ROA, ROE

  Hasil kinerja perusahaan setelah merger dan akuisisi tidak mengalami perubahan signifikan sedangkan secara parsial beberapa

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu (lanjut)

  Nama dan Judul Peneliti Variabel Yang Digunakan Hasil Penelitian Annisa dan Presetiono (2010) Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi

  Rasio Profitabilitas,

  Rasio Aktivitas

  Hasilnya adalah terdapat perbedaan signifikan terhadap kinerja perusahaan dimana total aaset turnover (TATO) mengalami kenaikan sesudah merger dan akuisisi dibandingkan sebelum merger dan akuisisi, sedangkan NPM dan ROA mengalami mengalami penurunan sesudah merger dan akuisisi

  Harjeet dan Jiayin (2013) An

  Empirical Investigation of mergers and acquisitions by Chinese listed companies Abnormal return, Operating

  Performance

  Menyatakan terjadi perubahan positif pada perusahaan yang di akuisisi dimana sebagian besar tindakan akuisisi dan merger dilakukan oleh perusahaan negara

  Sumber : Kesimpulan Penelitian Terdahulu Di dalam penelitian-penelitian terdahulu memiliki perbedaan dalam periode penelitian, sampel yang digunakan, jenis, maupun rasio keuangan yang digunakan. Dalam penggunaan periode penelitian ada yang menggunakan periode penelitian selama satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah, dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah, tiga tahun sebelum dan tiga tahun sesudah, dan ada pula yang menggunakan periode penelitian dua tahun sebelum dan tiga tahun. Sampel penelitian pada penelitian terdahulu ada yang mengambil sampel dari perusahaan secara umum ada pula yang mengambil sampel perusahaan secara tunggal. Dalam penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang Go Public di BEI yang melakukan

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

  Merger dan akuisisi adalah tindakan strategis dari perusahaan untukmengembangkan usahanya. Keberhasilan perusahaan dalam merger dan akuisisidapat dilihat dari kinerja perusahaan tersebut, terutama kinerja keuangan.Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan merger danakuisisi biasanya akan tampak pada kinerja perusahaan dan penampilanfinansialnya. Pasca merger dan akuisisi kondisi dan posisi keuangan perusahaanmengalami perubahan dan hal ini tercermin dalam laporan keuangan perusahaanyang melakukan merger dan akuisisi. Seperti telah diuraikan sebelumnyaperusahaan yang melakukan merger dan akuisisi didasari motivasi sinergi, nilaikeseluruhan perusahaan setelah melakukan merger dan akuisisi, yang lebih besardaripada perusahaan yang motivasi sinergi lebih kecil. Dimana dengan motivasisinergi akan membawa perusahaan yang melakukan merger dan akuisisimengalami perbedaan yang positive pada kinerjanya, tanpa motivasi sinergi maka perusahaan yang melakukan merger dan akuisis hanya akan bertambah nilai assetssaja namun sejalan dengan itu kinerja perusahaan berpotensi menurun.

  Sinergi yang terjadi pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dapat tercemin dari kinerja perusahaan. Dimana dari telah pustaka dimana mendukung dirumuskannya hipotesi-hipotesi pemilihan, maka yang sinergis setelah melakukan merger dan akuisisi dapat terukur dari rasio- rasio keuangan.Rasio keuangan tersebut adalah rasio profitabilitas, financial leverage, dan rasio likuiditas.

  Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari penujualannya. Dimana jika terjadi sinergi yang baik maka secara umum tingkat profitabilitas perusahaan akan lebih baik dari sebelum melakukan sinergi.Dimana margin pendapat bersih (NPM), serta return atas asset (ROA) dan ekuitas (ROE) juga akan meningkat.

  Financial leverage merupakan tingkat jumlah hutang terhadap seluruh kekayaan perusahaan. Maka jika terjadi sinergi atas dilakukannya merger danakusisi maka secara umum kesertaan modal mereka akan cukup baik untukmelakukan usahanya sehingga penggunaan hutang, secara keselurah (DR) atauatas ekuitas perusahaan (DER), untuk menjalankan perusahaan dapat diminimalisir.