EVALUASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT OLEH BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL KABUPATEN LEBAK - FISIP Untirta Repository

  

EVALUASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN

LEBAK NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG

PENGELOLAAN ZAKAT OLEH BADAN AMIL

ZAKAT NASIONAL KABUPATEN LEBAK

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu untuk memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik

  

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh

FAWAZ FAUZAN

  

NIM : 6661122200

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, JUNI 2017

  

ABSTRACT

Fawaz Fauzan. 6661122200. Evaluation of The Region Rule in Lebak Number:

11, 2005 about Collection Tithe in Baznas of Lebak, Departement of Public

Administration, Faculty of Social and Political Sciences, University of Sultan

Ageng Tirtayasa. Advisor I, Dr. Ipah Ema Jumiati, M.Si., Advisor II, Ima

Maisaroh, M.Si.

  

The rule must be evaluated by Baznas of Lebak, because there are many problems

are happed in collection, distribution, and advantages of tithe. tithe management

in Baznas of Lebak involve some aspects such as Baznas of Lebak, the collective

unit of tithe, and alms organization, etc. As for tithe problems in Lebak is less

optimal socialization, limited human resources in implementing the program, and

less strictly the Baznas of Lebak in optimizing the collective of tithe compulsory

from the muzaki. The formulation of the problem in this study on, how the

evaluation of Lebak regulation number 11, 2005 about the management of tithe at

Baznas Lebak. The purpose of this research is due to know, how the management

of tithe is being managed by Baznas of Lebak. The theory is used in this research

is criteria theory of regulacy evaluation on Nurkholis (2007:274). Reseacrh

method used in this research is descriptive method with qualitative approach.

The goal of this research is showing that the tithe management in Baznas of

Lebak haven’t been makes maximal, it’s proves with low human capital in

technology makes it effectiveles to be informed by Baznas of Lebak, the regulation

isn’t suitable with the regulations and doesn’t, be prevalent in collection,

advantages and distribution to whole areas in Lebak. Recommendation that can

be given is holding the trying to human capital in technology to imform to all

aspect of society about working together with tithe organization and making

service of infrastruction and technology.

  Keywords : Collection, Tithe, Tithe Organisation (Baznas of Lebak).

  

ABSTRAK

Fawaz Fauzan. 6661122200. Evaluasi Peraturan Daerah Kabupaten Lebak

Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Zakat Pada Baznas Kabupaten

Lebak, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing 1, Dr. Ipah

Ema Jumiati, M.Si., Pembimbing II, Ima Maisaroh, M.Si.

  Evaluasi Peraturan Daerah tentang pengelolaan zakat perlu dilakukan oleh Baznas Kabupaten Lebak karena masih banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kegiatan penghimpunan, penyaluran, dan pendayagunaan zakat.

  Pengelolaan zakat di Kabupaten Lebak melibatkan beberapa pihak terdiri dari Baznas Kabupaten Lebak, Unit Pengumpul Zakat, Lembaga Amil Zakat dan lain sebagainya. Adapun permasalahan zakat di Kabupaten Lebak ialah kurang optimalnya sosialisasi, terbatasnya sumber daya manusia dalam melaksanakan program, dan Kurang tegasnya pihak Baznas Kabupaten Lebak dalam pengoptimalan pemungutan wajib zakat dari para muzakki. Rumusan masalah dalam penelitian ini mengenai bagaimana Evaluasi Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No 11 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Zakat oleh Baznas Kabupaten Lebak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengelolaan zakat yang di kelola oleh Baznas Kabupaten Lebak. Teori yang digunakan dalam penelitian ini teori Kriteria Evaluasi Kebijakan menurut Nurcholis (2007 :274). Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengelolaan zakat pada Baznas Kabupaten Lebak belum maksimal, terbukti dengan terbatasnya sumber daya manusia dibidang teknologi, kurang efektifnya sosialisasi yang dilakukan oleh Baznas Kabupaten Lebak, belum di sesuaikannya Peraturan Daerah tentang zakat dengan undang-undang terbaru, dan belum meratanya penghimpunan, pendayagunaan, dan penyaluran ke semua wilayah Kabupaten Lebak. Rekomendasi yang dapat diberikan ialah mengadakan pelatihan terhadap sumber daya manusia dibidang teknologi, melakukan sosialisasi ke seluruh lapisan masyarakat, mengadakan kerjasama dengan Lembaga Amil Zakat masyarakat, dan mengadakan infrastruktur pelayanan dan infrastruktur di bidang teknologi.

  Kunci : Pengelolaan, Zakat, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Lebak.

  

Motto dan Persembahan

Learn from the mistake in the past, try by using

a different way, and always hope for a successful.

  Belajarlah dari kesalahan di masa lalu, mencoba dengan cara berbeda, dan selalu berharap untuk sebuah kesuksesan di masa depan.

  Skripsi ini kupersembahkan : Mamah dan Ayah tercinta dan Seluruh keluarga.

KATA PENGANTAR

  Saya ucapkan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmad dan hidayah-Nya, beserta ijin-Nya, saya dapat menyelesaikan Penelitian Skripsi ini dengan judul “Evaluasi Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Lebak” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

  Penelitian skripsi ini mungkin jauh dari kata sempurna. Sehingga penulis juga mengharapkan kritik dan saran untuk memotivasi penulis dalam penyempurnaan lebih lanjut, demikian penelitian skripsi ini saya ajukan.

  Pada Kesempatan ini penyusun mengucapkan Terimakasih yang sebesar- besarnya Kepada Yang Terhormat :

  1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  2. Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  3. Listyaningsih, S.Sos., M.Si., Kepala Program Studi Ilmu Administrasi Negara.

  4. Dr. Riswanda, Ph.d., Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara dan selaku penguji skripsi yang sudah memberikan arahan dan menguji skripsi peneliti dengan baik.

  5. Ramhawati, S.Sos, M.Si selaku penguji skripsi yang sudah memberikan arahan dan menguji skripsi peneliti dengan baik.

  6. Dr. Ipah Ema Jumiati, M.Si., Dosen Pembimbing I yang mengarahkan dan memberikan masukan dalam penelitian ini.

  7. Ima Maisaroh, S.Ag., M.SI., Dosen Pembimbing II yang mengarahkan dan memberikan masukan dalam penelitian ini.

  8. Rini Handayani, S.Si., M.Si. Pembimbing Akademik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  9. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan Ilmu-Ilmu serta Bimbingannya.

  10. Seluruh Staff Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah memberikan pelayanan terbaiknya kepada Mahasiswa.

  11. Seluruh Pegawai BAZNAS Kabupaten Lebak. Yang telah membantu proses penyelesaian skripsi.

  12. Kepada Ayah ku (Almarhum) yang selalu memberikan doa dan motivasi serta mengajarkan arti kehidupan untuk selalu mensyukuri. dan Ibu ku yang telah memberikan dukungan moral dan doanya yang tiada henti.

  13. Kepada Sahabat-sahabat dan kawan-kawan yang selalu setia untuk membantu dan memberikan motivasi dan dukungannya dalam penelitian ini.

  14. Teman-teman kelas A angakatan 2012 yang selama empat sampai lima tahun ini menemani hari-hari perkuliahan di kampus

  15. Seluruh pihak yang telah membantu, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  Selain itu, peneliti menyadari pula banyaknya kekurangan dari apa yang telah coba dipaparkan dan dibahas dalam skripsi ini. Maka dari itu peneliti dengan segala keterbukaan, kerendahan hati, dan juga kelapangan dada bersedia menerima segala masukan baik itu saran maupun kritik yang dapat membangun peneliti dalam melangkah dan memutuskan, serta membuat karya lebih baik dan lebih bermamfaat lagi di kemudian hari.

  Lebak, Juni 2017 Peneliti

  FAWAZ FAUZAN NIM. 6661122200

DAFTAR ISI

  Halaman LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………. ii LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………….. iii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS………………………… iv ABSTRAK…………………………………………………………….. v ………………………………………………………………………

  ABSTRACT

  vi Motto dan Persembahan………………………………………………… vii KATA PENGANTAR………………………………………………….. viii DAFTAR ISI…………………………………………………………… xi DAFTAR TABEL……………………………………………………… xiii DAFTAR GAMBAR…………………………………………………… xv

  BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah …………………….....................

  1

  1.2. Identifikasi Masalah………………………………………. 18 1.3. Pembatasan Masalah……………………………………….

  19

  1.4. Rumusan Masalah…………………………………………. 19 1.5.Tujuan Penelitian…………………………………………..

  20

  1.6. Manfaat Penelitian…………………………………………

  20 BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR

  2.1 Deskripsi Teori……………………………………………... 22 2.1.1 Pengertian Kebijakan……………………………..

  22

  2.1.3 Implementasi Kebijakan Publik………………….

  26

  2.1.4 Evaluasi Kebijakan Publik………………………. 28

  2.1.5 Pengertian Zakat………………………………… 35

  2.1.6 Hukum dan Tujuan Zakat……………………….. 36

  2.1.7 Hikmah Zakat……………………………………. 37

  2.1.8 Macam-Macam Zakat……………………………. 38

  2.2 Deskripsi Perda Kabupaten Lebak No 11 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Zakat ……………………………………………

  47

  2.3 Penelitian Terdahulu…………………………………………

  48

  2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian……………………………… 50 2.5 Asumsi Dasar Penelitian……………………………………..

  53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Metode Penelitian………………………….…...

  54 3.2 Fokus Penelitian…..………………………………..............

  54

  3.3 Lokasi Penelitian………….…..……………………………

  55

  3.4 Variabel Penelitian……………………………………….. 55 3.4.1 Definisi Konsep……………..…………………..

  55

  3.4.2 Definisi Operasional……..………………………

  56

  3.5 Instrumen Penelitian…..……………………………………

  57 3.6 Informan Penelitian…..…..………………………………..

  58

  3.7 Teknik Pengumpulan Data…..……………………………

  60

  3.8 Teknik Analisis Data……………………………………… 62

  3.9 Uji Keabsahan Data…..…………………………………… 65

  3.10 Jadwal Penelitian……………………………………….

  66 BAB VI HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian…………………………………..

  68 4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Lebak………………........

  68 4.1.2 Deskripsi (BAZNAS) Kabupaten Lebak…………….......

  73 4.1.2.1 Visi dan Misi BAZNAS Kabupaten Lebak…............

  74 4.1.3 Arah Kebijakan Umum BAZNAS Kabupaten Lebak..

  75 4.1.3.1 Tugas Pokok dan Fungsi BAZNAS Kabupaten Lebak..

  77

  4.1.4 Struktur Organisasi BAZNAS Kabupaten Lebak……. 78

  4.2 Deskripsi Data…………………………………………………. 84

  4.2.1 Daftar Informan Penelitian…………………………… 84

  4.2.2 Deskripsi Data Penelitian……………………………... 85

  4.3 Deskripsi Hasil Penelitian……………………………………… 88

  4.3.1 Dimensi Input………………………………………… 88

  4.3.2 Dimensi Proses……………………………………….. 105

  4.3.3 Dimensi Output………………………………………. 119

  4.3.4 Dimensi Outcome…………………………………….. 124

  4.4 Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………… 127

  4.4.1 Input…………………………………………………… 128

  4.4.2 Proses…………………………………………………... 140

  4.4.3 Output…………………………………………………. 152

  4.4.4 Outcome………………………………………………... 156

  BAB V PENUTUP

  5.1 Kesimpulan …………………………………………………….. 159

  5.2 Saran…………………………………………………………….. 160

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  Halaman

  1.1 Perbedaan Lembaga Zakat di Indonesia dan Malaysia……………... 7

  1.2 Penghimpunan zakat infaq dan shadaqah melalui Baznas Kabupaten Lebak…………………………………………………….

  10

  1.3 Penyaluran zakat infaq dan sahadaqah melalui Baznas Kabupaten Lebak ………………………………………………........

  11

  1.4 Kegiatan Sosialisasi Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Lebak Tahun 2014-2016…………………………………………………………….

  15 2.1 Indikator Evaluasi Kebijakan…………………………………….....

  34 2.2 Harta Benda yang Wajib dizakati (Emas dan Perak)……………......

  41 2.3 Harta Benda yang Wajib dizakati (Binatang Ternak) ...................

  42 2.4 Harta Benda yang Wajib dizakat (Pertanian)………………………..

  43 2.5 Harta Benda Yang Wajib Dizakati Zakat Profesi……………….....

  44

  3.1 Fungsi dan Peran Informan Dalam Evaluasi Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Zakat oleh Baznas Kabupaten Lebak 58

  3.2 Pedoman Wawancara………………………………………………

  61 3.3 Jadwal Penelitian …………………………………………………...

  67

  4.1 Luas Wilayah dan Pembagian Daerah di Kabupaten Lebak,2015…. 70

  4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, 2015…………………… 71

  4.3 Laporan Penghimpunan dan Penyaluran Zakat, Infak dan Shadaqah Periode januari – 31 Desember 2016………………………………... 109

  4.4 Jumlah Sumber Daya Manusia Baznas Kabupaten Lebak………….. 132

  4.5 Rencana Penghimpunan Baznas Kabupaten Lebak………………….. 145

  4.6 Penghimpunan Zakat Mal Baznas Kabupaten Lebak Tahun 2016..... 150

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman 2.1 Kerangka Pemikiran……………………………………………..

  52 3.1 Komponen Dalam Analisis Data………………………………..

  63

  4.1 Peta Administratif Kabupaten Lebak……………………………

  69

  4.2 Struktur Organisasi Baznas Kabupaten Lebak………………….. 78

  4.3 Struktur Kelembagaan …………………………………………… 91

  4.4 Dokumentasi Kegiatan (Penyerahan secara simbolis dana Modal Usaha Bergulir (Dana Produktif) kepada Kelompok Usaha Bersama).. 143

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Indonesia adalah sebuah negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam dan di antara Negara-negara lain Indonesia memiliki persentase umat muslim Indonesia mencapai hingga 12,7 persen dari populasi dunia. Dari 205 juta penduduk Indonesia, dilaporkan sedikitnya 88,1 persen beragama Islam.

  Dengan jumlah penduduk mayoritas beragama Islam, seharusnya Indonesia lebih berkembang karena di dalam ajaran agama Islam umat muslim mengenal istilah zakat, dan zakat adalah salah satu rukun Islam yang harus dilakukan dan menjadi kewajiban bagi umat muslim. Dengan demikian, maka seharusnya Indonesia bisa lebih makmur dengan memanfaatkan pengelolaan zakat yang baik, akan tetapi sampai saat ini Indonesia termasuk Negara berkembang dan permasalahan kemiskinan di Indonesia masih menjadi tugas pemerintah untuk mengentaskannya.

  BPS merilis data terbaru tahun 2016 jumlah penduduk miskin di Indonesia. Meskipun mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, namun penduduk miskin di Indonesia masih berjumlah 28.01 juta jiwa, atau sekitar 10.86% dari jumlah penduduk di Indonesia. Jumlah yang sangat banyak dan masih menjadi tanggung jawab penuh Negara untuk mengentaskan mereka dari garis kemiskinan.

  Salah satu cara untuk menekan angka kemiskinan dan meningkatkan perekonomian di Indonesia, masyarakat muslim seharusnya memanfaatkan dana zakat. Dimana Islam memberikan alternatif kepada umatnya untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan. Bukanlah suatu hal yang tanpa tujuan, setengah hati, atau bahkan hanya sekedar mencari perhatian. Pengurangan angka kemiskinan, bagi Islam, justru menjadi asas yang khas dan pokok. Hal ini dibuktikan dengan zakat yang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai sumber jaminan hak-hak orang-orang fakir dan miskin itu sebagai bagian dari salah satu rukun Islam yang harus dilaksanakan oleh umat muslim.

  Zakat sebagai rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim yang mampu membayarnya dan diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya.

  Dengan pengelolaan yang baik, zakat merupakan sumber dana potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat.

  Memajukan kesejahteraan umum merupakan salah satu tujuan nasional negara Republik Indonesia yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, bangsa Indonesia senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik material dan mental spiritual, antara lain melalui pembangunan di bidang agama yang mencakup terciptanya suasana kehidupan beragama yang penuh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meningkatnya akhlak mulia, terwujudnya kerukunan hidup umat beragama yang dinamis sebagai landasan persatuan dan nasional. Guna mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya, antara lain dengan menggali dan memanfaatkan dana melalui zakat.

  Agar dana yang dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat fakir dan miskin terutama untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan sosial, perlu adanya pengelolaan zakat secara profesional dan bertanggung jawab yang dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah. Dalam hal ini pemerintah berkewajiban memberikan perlindungan, pembinaan, dan pelayanan kepada muzakki (wajib zakat), mustahiq (yang menerima zakat), dan pengelola zakat (LAZ) .Untuk maksud tersebut, perlu adanya undang-undang tentang pengelolaan zakat yang berasaskan keimanan dan takwa dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, kemaslahatan, keterbukaan, dan kepastian hukum sebagai pengamalan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

  Sebenarnya sistem pengelolaan zakat sudah di atur oleh pemerintah. Dimulai dengan regulasi zakat pertama di Indonesia yaitu Surat Edaran Kementerian agama No.A/VII/17367 tahun 1951 yang menyatakan bahwa Negara tidak mencampuri urusan pemungutan dan pembagian zakat, tetapi hanya melakukan pengawasan dan tidak langsung terjun dalam pengimplementasian program zakat. Hal ini menjadikan pengelolaan zakat di Indonesia menjadi lambat. Selanjutnya Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 dan 47 tahun 1991 tentang pembinaan Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah. Dan diikuti dengan intruksi Menteri Agama Nomor 5 Tahun 1991 tentang Pembinaan Teknis Badan Amil zakat, Infaq dan shadaqah dan Intruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1998 tentang Pembinaan Umum Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah.

  Puncaknya adalah ketika pada tahun 1999, Pemerintah bersama DPR menyetujui lahirnya Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Undang-undang Zakat ini kemudian di tindak lanjuti dengan keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 581 tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang- undang No 38 tahun 1999 dan Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haj Nomor D/291 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan zakat. Sebelumnya pada tahun 1997 juga keluar Keputusan Menteri Sosial Nomor 19 tahun 1998, yang member wewenang kepada masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir dan miskin untuk melakukan pengumpulan dana maupun menerima dan menyalurkan ZIS.

  Namun Undang-undang No 38 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat sudah direvisi dengan Undang-undang No 23 tahun 2011 Tentang pengelolaan Zakat setelah disahkannya Undang-undang Pengelolaan Zakat tersebut Indonesia telah memasuki tahap institusionalisasi pengelolaan zakat dalam wilayah formal kenegaraan. Meskipun masih sangat terbatas.Lembaga-lembaga pengelola zakat mulai berkembang, termasuk pendirian lembaga zakat yang dikelola oleh pemerintah, yaitu BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional), BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) dan LAZ (Lembaga Amil Zakat) yang dikelola oleh masyarakat dengan manajemen lebih baik dan modern.

  Setidaknya dengan Undang-undang Zakat tersebut telah mendorong upaya pembentukan lembaga pengelolaan zakat yang amanah, kuat dan dipercaya masyarakat. Tentu saja hal ini meningkatkan pengelolaan zakat sehingga zakat akan lebih optimal. Lembaga-lembaga zakat telah mampu mengelola dana hingga puluhan milyar rupiah, dengan cakupan penyaluran mencapai seluruh wilayah Indonesia.

  Namun sejauh ini permasalahan zakat di Indonesia masih banyak dan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah pusat dan lembaga zakat, dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Meski Pengelolaan zakat di Indonesia sudah dipayungi hukum, akan tetapi secara keseluruhan belum optimal. Adapun permasalahan umum mengenai zakat di Indonesia ialah sebagai berikut :

  Pertama. Indonesia adalah Negara yang mayoritas beragama Islam, dan zakat adalah sebagai kewajiban dari agama Islam untuk menunaikannya, hasil survey PIRAC (Public Interest Research and Advocacy Center) menunjukan tingkat kesadaran dan kapasitas masyarakat berzakat sekitar 55% masyarakat sadar dan mengakui dirinya sebagai wajib zakat (muzakki). Akan tetapi sebagian besar responden ternyata memilih menyalurkan zakatnya kepada masjid sekitar rumah.Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap LAZ dan BAZ masing sangat kecil.Responden yang menyalurkan zakatnya ke BAZ dan LAZ hanya 6% dan 1.2%. (sumber:www.pirac.org/2012/05/25/mensejahterakan-umat-dengan-zakat/ diakses pada tanggal 26/10/2016. 21:15).

  Kedua. Pengelolaan zakat di Indonesia belum baik, meskipun pengelolaan zakat di Indonesia sudah mempunyai aturan yang mengatur pengelolaan zakat.

  Pengelolaan zakat di Indonesia sejauh ini masih belum baik karena pengumpulan dan penyaluran zakat belum baik dan tidak terencana jangka panjang, bagaimana zakat dapat mempunyai peran penting dalam menentukan perekonomian umat.

  Dari pokok permasalahan yang di sebutkan, bahwa meskipun di Indonesia mayoritas penduduknya adalah muslim dengan potensi zakat yang bisa mencapai angka yang lebih besar dari tahun sebelumnya ternyata pada kenyataannya hanya sebagian kecil umat muslim yang mengumpulkan zakat melalui Baznas. Hal ini mencerminkan bahwa kesadaran muzzaki untuk mengeluarkan zakat melalui Baznas masih minim.

  Menurut Nurfitriana (2008) Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Namun jika dilihat pengelolaan zakat diantara keduanya memiliki perbedaan.Karena dua Negara ini memiliki perundangan dan struktur birokrasi yang berbeda. Perbedaan ini tentunya berdampak pada performa zakat yang diperoleh di dua Negara ini.Hal ini perlu menjadi acuan bagi Indonesia untuk melihat bagaimana pengelolaan zakat yang dilakukan oleh lembaga zakat di Negara Malaysia.

  Dibawah ini adalah Tabel 1.1 mengenai perbandingan pengelolaan zakat di Negara Indonesia dan Negara Malaysia. Sebagai berikut :

Tabel 1.1 Perbedaan Lembaga Zakat di Indonesia dan Malaysia

  No Pengelolaan Zakat Indonesia Malaysia

  1 Lembaga Pengelola Zakat Terdapat banyak lembaga pengelola zakat baik formal maupun tradisional Terdapat empat belas pusat pungutan zakat, masing-masing satu di Negara bagian dan satu di wilayah persekutuan Kuala Lumpur.

  2 Pengaturan Pengelolaan zakat diatur dalam UU. No. 23 tahun 2011 Tidak diatur dalam undang- undang.

  3 Badan pengawas lembaga pengelola zakat Badan Amil Zakat Nasional

  (BAZNAS) merupakan lembaga pemerintah non struktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada presiden melalui menteri.

  Pusat Pungutan Zakat (PPZ) dan Baitul Maal berada dibawah Majelis Agama Islam Wilayah Persekutuan (MAIWP) yang bertanggung jawab penuh kepada sultan atau pemerintahan Negara Bagian.

  4 Badan pengelola dan penyalur dana zakat Lembaga amil ataupun badan amil berfungsi ganda sebagai lembaga pengumpul maupun lembaga penyalur dana zakat.

  PPZ berfungsi hanya sebagai pengumpul dana zakat, sedangkan tugas penyaluran dana zakat merupakan tanggung jawab Baitul Maal, dimana antara PPZ dan Baitul Maal, sama berada dibawah naungan MAIWP.

  5 Program pengelolaan dana zakat Indonesia mengambil sample

  LAZNAS Dompet Dhuafa melakukan program-program baik untuk hal konsumtif maupun pemberdayaan, lewat jejaring yang didirikan. Diantaranya :

  Baitul Maal Malaysia, dengan dana zakat yang terkumpul begitu besar melakukan program- program yang begitu banyak. Diantaranya :

  • Bantuan persekolahan perniagaan.
  • Bantuan perobatan, bantuan sewa rumah.
  • Lembaga pengembangan insani
  • Lembaga pertanian sehat.
  • Layanan kesehatan Cuma-Cuma.
  • Bantuan musibah dan agensi pendidikan.
  • Bantuan Al-Riqab.
  • Pembangun komunitas

    madani.
  • Pemberdayaan peternak lewat kampung ternak.
  • Institute manajemen zakat.
  • Bantuan pelajar institut professional Baitul Maal (IPB). Bantuan pertanian.
  • Bantuan menyelesaikan utang gharimin, bantuan ramadhan, dan lain-lain.
  • Usaha, lewat DD trafel.

Jika dilihat dari Tabel 1.1 tentang perbandingan pengelolaan zakat antara Indonesia dan Malaysia. Peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa sistem pengelolaan antara keduanya sangat berbeda, selain itu Baznas bersifat lembaga yang non struktural, hal ini menjadikan Baznas sebagai tanggungjawab dalam pengelolaannya, jika melihat pengelolaan di Malaysia menurut peneliti cukup efektif dan tentu masyarakat di Malaysia sudah sadar akan pentingnya membayar zakat. Di Indonesia sendiri jika potensi zakat digali serius oleh Negara maka tidak menuntup kemungkinan angka kemiskinan dan pengangguran berkurang, dan perekonomian masyarakat meningkat.

  Bantuan perkawinan.

  

Sumber: Nurfitriana (2008)

  Kabupaten Lebak, yang terletak di Provinsi Banten, merupakan salah satu daerah binaan kementerian percepatan daerah tertinggal (PDT). Dalam lima tahun tahun terakhir, pemerintah daerah dan segenap elemen masyarakat setempat secara progresif berusaha mengubah ketertinggalan dengan berbagai pembangunan tertinggal. Termasuk di dalamnya adalah pembangunan infrastruktur, peningkatan transparansi dan partisipasi masyarakat, dan penghimpunan dan pengelolaan dana masyarakat.

  Pengembangan dan pengelolaan zakat menjadi perhatian serius dari pemerintah Kabupaten Lebak yang diaplikasikan antara lain dalam bentuk penetapan Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2005 tentang Pengelolaan Zakat. Peratura Daerah ini merupakan penegasan terhadap penghimpunan dan penyaluran zakat yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten Lebak. Berdasarkan surat keputusan Bupati Kabupaten Lebak Nomor : 400/Kep.255/Kesra/2013. Tentang pembentukan Pengurus Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Lebak Periode 2013-2016. Sebelum adanya Peraturan daerah, eksistensi Baznas Kabupaten Lebak hanya berfungsi mengumpulkan zakat fitrah. Setelah adanya Peraturan Daerah Zakat No. 11 Tahun 2005, Baznas Kabupaten Lebak memiliki fungsi yang lebih dalam fundraising (penghimpunan) dana, tidak hanya zakat fitrah melainkan juga zakat mal/profesi, infak dan sedekah. selanjutnya dengan Adanya Peraturan Daerah yang mengatur pengelolaan zakat di Kabupaten Lebak, pendapatan/ penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah diharapkan meningkat secara signifikan.

  Sejauh ini pengelolaan zakat yang dilakukan oleh Baznas Kabupaten Lebak di Kabupaten Lebak baik, akan tetapi masih banyak masalah-masalah yang ditemukan baik dari internal maupun ekternalnya, jika dilihat dari internal maka dapat diketahui sumber daya manusia yang dimiliki terbatas maka dari itu Baznas Kabupaten Lebak mengikutsertakan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan Program zakat, selain itu kurangnya sosialisasi yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Selanjutnya ekternal, kurangnya kesadaran masyarakat Kabupaten Lebak untuk membayar zakat melalui Baznas Kabupaten Lebak, hal ini karena kurangnya kepercayaan dan masyarakat lebih memilih secara langsung dibandingkan melalui Baznas Kabupaten Lebak Karena masyarakat berasumsi bahwa jika melalui Baznas prosesnya berbelit-belit, penyaluran tidak jelas dan lain sebagainya.

  Sisa Saldo Tahun 2014 Rp 3,428,844,085

  Berikut dibawah ini adalah Tabel penghimpunan dan penyaluran zakat, infak dan shadaqah melalui Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Lebak periode bulan Januari s.d 31 Desember Tahun 2015. Sebagai berikut :

  I Zakat Fitrah

  

Kabupaten Lebak

NO URAIAN JUMLAH A PENGHIMPUNAN

Tabel 1.2 Penghimpunan zakat infaq dan shadaqah melalui Baznas

  Akan tetapi sejauh ini pengelolaan zakat di Kabupaten Lebak jika dilihat dari dana yang terhimpun setiap tahunnya mengalami naik dan turun cendrung kurang stabil. Dan ini perlu adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia dan perbaikan dalam hal pelayanan, birokrasi dan lain sebagainya guna pengelolaan zakat dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat dan menyediakan lapangan kerja di Kabupaten Lebak.

  • Dari unit Pengumpul Zakat 18252 Jiwa

  Rp 547,560,000

  • Dari Perorangan 27 Jiwa Rp 960,000

  • - Dari Kantor Kecamatan 214 Jiwa Rp 6,240,000

  II Zakat Mal

  • Dari Perorangan Rp 24,270,000
  • - Dari Pengusaha Rp 2,000,000

  III Zakat Profesi

  • Dari Unit Pengumpul Zakat Rp 1,525,455,978
  • Dari Perorangan Rp 48,631,733

  IV Zakat Kifarat 5 jiwa Rp 150,000

  V Infaq dan Shadaqah

  • Dari unit Pengumpul Zakat Rp 154,602,548
  • Dari Perorangan Rp 16,000,000
  • Dari Pengusaha Rp 2,461,527,377

  VI Fidyah/ dll

  a. Bagi Hasil Penempatan Dana Pada :

1) Bank Jabar Banten Rp 18,467,690

2) Bank Rakyat Indonesia Rp 3,187,334

3) Bank Syariah Mandiri Rp 1,328,617

4) Bank Mega Syariah Rp 31,354,636

  

b. Bagi hasil usaha Alfamart Baznas Kabupaten Lebak Rp 137,126,235

  

c. Sewa tempat toko & teras Alfamart Rp 13,000,000

  d. Penerimaan bentuk sumbangan dari :

Nasabah Bank Mandiri Syariah Rangkasbitung Rp 212,000

  • Nasabah BRI Rangkasbitung Rp 600,000 -

  Rp 51,500,000 - BAZNAS Provinsi Banten BAZNAS Pusat kegiatan. Pekan gizi nusantara Rp 72,500,000 - Pengembalian modal bergulir Rp 308,650,000 -

  Rp 8,854,348,273 JUMLAH

  

Sumber: Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Lebak , 2015

  Berdasarkan Tabel 1.2 mengenai Penghimpunan dana di Badan Amil Zakat Nasional Lebak merupakan kegiatan yang progresif. Hal ini bisa dilihat dari nilai nominal dana yang dikumpulkan mencapai lebih dari Rp. 3,6 Milyar (pembukuan tahun 2009). Dana tersebut jauh meningkat bila dibandingkan pada tahun 2003 dengan nilai kurang dari Rp. 100 juta, atau pada tahun 2006 sebesar Rp. 521 juta, dan pada tahun 2014 mencapai Rp. 8.943.189.818,-. Akan tetapi tidak setiap tahunnya penghimpunan dana zakat tidak terus meningkat dengan melihat hasil dana zakat di tahun 2015 sedikit menurun dibandingkan tahun 2014, hal ini perlu adanya perbaikan dan evaluasi guna di setiap tahun-tahun berikutnya terus meningkat dana penghimpunan yang diterima Baznas Kabupaten Lebak. Adapun dibawah ini adalah penyaluran zakat melalui Baznas Kabupaten Lebak :

Tabel 1.3 Penyaluran zakat infaq dan sahadaqah melalui Baznas Kabupaten Lebak

  No Penyaluran Jumlah B Penyaluran

  1 Penyaluran Fuqoro Masakin Rp 2,251,133,570

  2 Penyaluran Fisabilillah Rp 1,173,404,500

  3 Penyaluran Mualaf Rp 1,100,000

  4 Penyaluran Ibnu Sabil Rp 4,700,000

  5 Penyaluran Amilin Rp 597,219,862 Jumlah Total Penyaluran Rp2,027,567,932

  Sisa Saldo Rp 4,826,780,342

  

Sumber : Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Lebak, 2015

  Berdasarkan Tabel 1.3 di atas, penyaluran zakat yang dilakukan Baznas Kabupaten Lebak masih terdapat saldo cukup besar, hal ini tentu optimalnya penyaluran yang dilakukan Baznas Kabupaten Lebak kepada para mustahiq (yang berhak menerima zakat) khususnya di Kabupaten Lebak, diharapkan Baznas Kabupaten Lebak lebih mencakup luas penyaluran dana zakat kepada masyarakat Kabupaten Lebak agar masyarakat yang benar-benar membutuhkan dapat diberikan. Selain itu dapat ditingkatkan kembali program-program zakat yang berhubungan dengan membangun perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

  Berdasarkan hasil evaluasi sebelumnya yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa Republika (DDR) dan IMZ Jakarta pada hari Rabu, 25 Agustus 2010 di Warunggunung Lebak. Menyebutkan bahwa sampai saat ini penghimpunan dana zakat yang dilakukan oleh Baznas Kabupaten Lebak sudah baik, meskipun dominan tergali hanya melalui infak/sedekah pengusaha. Karena itu harus pula dikembangkan kembali potensi zakat mal/profesi/pendapatan dari PNS dan masyarakat umum yang selama ini kurang tergali dengan maksimal. Sebab dalam

  pasal 2 di sebutkan, bahwa setiap masyarakat yang beragama Islam dan mampu atau badan yang memiliki orang muslim berkewajiban menunaikan zakat. Selanjutnya, belum optimalnya antara aturan wajib bayar pajak dan wajib zakat, meski para orang kaya menunaikan zakat akan tetapi mereka juga membayar pajak, dan hal ini mereka membayar double antara membayar wajib melihat Negara Malaysia sama hal seperti di Indonesia akan tetapi ada perbedaan antara di Indonesia dan Malaysia jika di Malaysia pada tahun 1978, pemerintah Malaysia mengesahkan aturan setiap pembayaran zakat individu dapat menjadi pengurang pajak. Pada tahun 1990, zakat pengurang pajak mulai diberikan kepada perusahan yang membayar zakat dengan potongan kecil, jika pembayaran zakat individu dapat menjadi potongan pajak 100%, pada tahun 2005, pemerintah Malaysia mengeluarkan keputusan menerima zakat perusahaan menjadi pengurang pajak hanya sebesar 25% saja. Diakses pada tanggal 27/10/2016.01:00 (http://darussaadah.or.id/kajian/19/keberhasilan_pengelolaan_zakat_di_Malaysia. html)

  Selain itu Peraturan Daerah ini masih mempunyai kekurangan yakni tidak dicantumkannya aturan hukum yang memikat dan memaksa kepada orang yang enggan membayar zakat. Padahal dengan adanya kekuatan hukum, apabila di dalamnya ada sanksi atas pelanggaran-pelanggaran yang terjadi bagi muzzaki yang enggan membayar zakat, maka potensi dana zakat dapat terhimpun secara maksimal.

  Baznas Kabupaten Lebak mempunyai salah satu program unggulan yakni Mustahiq menjadi Muzakki (M-3) melalui modal usaha bergulir, program ini mempunyai sasaran kepada para usaha bakulan, gerobak dorong dan usaha-usaha mikro lainnya.Diharapakan dengan adanya program ini para pengusaha- pengusaha kecil dapat berkembang dan Baznas Kabupaten Lebak dapat mencetak para mustahiq menjadi muzakki tercapai dengan diadakannya program yang meningkatkan perekonomian. Sampai saat ini kelompok binaaan yang ada di Baznas Kabupaten Lebak sebanyak 35 Kelompok usaha Bersama (KUB) dan setiap bulannya para KUB tersebut mulai berinfak melalui Baznas Kabupaten Lebak, tentu ini menjadi salah satu dampak positif dan terus ditingkatkan.

  Berdasarkan hasil observasi di lapangan, peneliti menemukan beberapa permasalahan yang harus segera dibenahi oleh Baznas Kabupaten Lebak guna kedepannya proses kegiatan pengelolaan tidak terhambat dengan adanya permasalahan-permasalahan yang ada. Adapun permasalahan yang ditemukan di lapangan ialah sebagai berikut :