PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KABUPATEN SEMARANG PASCA BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT - Test Repository

  

PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN

BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT

NASIONAL (BAZNAS) KABUPATEN SEMARANG PASCA

BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO 23 TAHUN 2011

  

TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

  

Oleh:

ZAINAB

NIM: 214-13-001

  

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2017

  

PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN

BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT

NASIONAL (BAZNAS) KABUPATEN SEMARANG PASCA

BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO 23 TAHUN 2011

  

TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

  

Oleh:

ZAINAB

NIM: 214-13-001

  

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2017

MOTTO SERUPA AIR KADANG TAK HARUS MENGALIR. SESEKALI ANGKAT KEATAS UNTUK MENCIPTAKAN SESUATU YANG BARU ATAU SESUATU YANG BERULANG.

  

(Zainab)

JANGAN BANYAK MENCARI BANYAK, CARILAH BERKAH.

BANYAK BISA DIDAPAT DENGAN HANYA MEMINTA. TAPI MEMBERI AKAN MENDATANGKAN BERKAH.

  

(Gus Mus)

KAU AKAN BERHASIL DALAM SETIAP PELAJARAN, DAN KAU

HARUS PERCAYA AKAN BERHASIL, DAN BERHASILAH KAU;

  

ANGGAP SEMUA PELAJARAN MUDAH, DAN SEMUA AKAN

MENJADI MUDAH; JANGAN TAKUT PADA PELAJARAN

APAPUN, KARENA KATAKUTAN ITU SENDIRI KEBODOHAN AWAL YANG AKAN MEMBODOHKAN SEMUA.

  

(Pramoedya Ananta Toer)

  

PERSEMBAHAN

1.

   Apakku Ahmad Itqon dan Mamaku Muallimah yang telah mencurahkan kasih sayang dan do’anya kepada saya.

2. Abah Mahfudh Ridlwan,L.c. selaku Pengasuh Pondok Pesantren Edi Mancoro yang telah memberikan suri tauladan serta doanya.

  3. Kakak dan adek-adekku tercinta dek Nasirotul Ulya (adek sekaligus Sahabat), Kak Lu’luatus Salamah , Kak Sihab, dek alul, dek obih, Kak Nurul Mubin, Kak Fidzin, Kak Bus yang telah memberikan dukungan dan doanya.

4. Pamanku yang selalu mendukung kemauanku serta memberi arahan ketika aku kehilangan arah Samsul Bahri.

  5. Dosen pembimbing sekaligus dosen favorit Ibu Evi Ariyani, M.H., yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing saya tidak hanya dalam penyelesaian skripsi ini.

  6. Untuk seseorang yang telah rela membantu dalam penyusunan skripsi ini, H. Muhammad Ali Zakariya Ansori, Jazaakallahu Khairan bang..

  7. Mas Muhammad Haris dan mbakyuku Durrotun Nashihah, terimakasih atas dedikasinya selama saya berada di Salatiga.

  8. Sahabat-sahabatku Khoiriyatun Kholidiyah, Qisthi Faradina, Faiqotul Himmah, Arfias Wirda, Sabilatul Masruroh, Niken Rinda Safitri, Selly Ulvia Kholida , M. Faidlul Ma’ali, Imam Ahmad Shodiqin, Adib Baihaqi, Endang Tri

  Wahyuni, Sirril Inay, Siti Azizah, Athiyah Atsniah, Vj Taufik, munandarares yang senantiasa menginspirasi dan memberikan semangat.

  9. Keluarga besar Ya Bismillah (Youth Association of Bidikmisi Limardhotillah) IAIN Salatiga.

  10. Keluarga Besar Pondok Pesantren Edimancoro 11. Teman seperjuanganku seluruh mahasiswa Hukum Ekonomi angkatan 2013

KATA PENGANTAR

  Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang senantiasa dinanti- nantikan syafa‟atnya kelak di

  yaumul qiyamah .

  Penyusunan skripsi dengan Judul “Pelaksanaan Pengurangan Pajak Penghasilan bagi Pembayar Zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang pasca berlakunya Undang-Undang No 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat” adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar akademik Sarjana Hukum di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah 3.

  Ibu Evi Ariyani, S.H., M.H., selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah dan Dosen Pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan hingga skripsi ini selesai.

  4. Bapak Prof. Dr. Muh. Zuhri, M.A. selaku dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiranya guna memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

  5. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu dan bimbinganya kepada penulis.

  6. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan moral dan material.

  7. Kepada Pengurus BAZNAS Kabupaten Semarang yang telah membantu dan berkenan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan guna menyelesaikan skripsi ini.

  8. Kepada Pegawai KPP Pratama Salatiga, khususnya Bu imey yang telah membantu dan berkenan memberikan masukan dan arahan kepada saya guna menyelesaikan skripsi ini.

  Selanjutnya penyusun hanya dapat berdo‟a “jazakumullahu khairal jaza’

  jazaan katsiran

  ”. Penyusun sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat berharga bagi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penyusun hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya.

  Salatiga, 11 Mei 2017

  

ABSTRAK

  Zainab. 2017. (Pelaksanaan Pengurangan Pajak Penghasilan bagi Pembayar

  Zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang Pasca Berlakunya Undang-undang No 23 Tahun 2011).

  Skripsi Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum Ekonomi Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Evi Ariyani, S.H., M.H.

  Kata Kunci: Pajak, Zakat, UU No 23 Tahun 2011.

  Lahirnya Undang-undang No 23 Tahun 2011 sebagai pengurang penghasilan kena pajak bagi pembayar zakat merupakan salah satu perpaduan yang menarik yang mana selain untuk menggugurkan kewajiban membayar zakat akan mendorong untuk saling mendukung program pemerintah. Dari latar belakang tersebut, dilakukan penelitian guna mengkaji rumusan masalah, diantaranya yaitu: (1) Bagaimana Pelaksanaan Pengurangan Pajak Penghasilan bagi Pembayar zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang Pasca Berlakunya Undang-undang No 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat? ; (2) Apakah hambatan-hambatan yang dihadapi terkait Pelaksanaan Pengurangan Pajak Penghasilan bagi Pembayar zakat di Badan Amil Zakat Nasional BAZNAS Kabupaten Semarang Pasca Berlakunya Undang- undang No 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat?

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jenis penelitian kualitatif yaitu dengan pendekatan yuridis normatif empiris. Penulis meneliti terhadap pelaksanaan Pengurangan Pajak dengan mencocokkan norma atau peraturan yang ada dalam perundang-undangan dan juga implementasi ketentuan hukumnya. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

  Pelaksanaan di BAZNAS Kabupaten Semarang telah sesuai peraturan yang ada namun masih dalam prosentase sedikit. Adapun pelaksanaan administratifnya dengan cara pihak BAZNAS menerbitkan Bukti Setor Zakat (BSZ) kepada Wajib Pajak dan Wajib Pajak melampirkannya Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pajak. Ketentuan zakat yang menjadi Pengurang Pajak diperkenankan apabila nyata-nyata dibayarkan Wajib Pajak Orang Pribadi Pemeluk agama Islam. Cara melakukan Pengurangan Pajak Penghasilan hanya mencantumkan jumlah zakat dibawah kolom penghasilan kotor (Bruto). Adapun hambatannya adalah Kurang optimalnya sosialisasi baik dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama; kurang percayanya pihak muzakki untuk menyalurkannya di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS); adanya perbedaan penafsiran perhitungan pengurangan pajak bagi lembaga terkait; masyarakat tidak sadar hukum; pihak pajak merasa tidak diuntungkan dengan adanya peraturan pengurangan pajak bagi pembayar zakat.

DAFTAR ISI

  SAMPUL LEMBAR BERLOGO HALAMAN JUDUL i

  HALAMAN NOTA PEMBIMBING ii HALAMAN PENGESAHAN iii

  HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN iv HALAMAN MOTTO v

  HALAMAN PERSEMBAHAN vi

  KATA PENGANTAR viii

  ABSTRAK x

  DAFTAR ISI xi

  DAFTAR TABEL xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

  7 D. Kegunaan Penelitian

  7 E. Penegasan Istilah

  8 F. Tinjauan Pustaka

  10 G. Metode Penelitian

  13 H. Sistematika

  17 BAB II KAJIAN PUSTAKA

  1 B. Rumusan Masalah

  6 C. Tujuan Penelitian A.

  19 Tinjauan Umum Tentang Zakat 1.

  19 Pengertian Zakat 2.

  22 Pihak yang Berhak atas Zakat 3.

  25 Prinsip, Fungsi dan Tujuan Zakat 4.

  29 Macam-Macam Zakat 5.

  32 Zakat Profesi B.

  35 Tinjauan Umum Tentang Pajak 1.

  35 Pengertian Pajak 2.

  37 Fungsi Pajak 3.

  38 Jenis Pajak 4.

  39 Sistem Pemungutan Pajak 5.

  42 Tata Cara Pemungutan Pajak 6.

  44 Tarif Pajak 7.

  54 Pajak Penghasilan 8.

  58 Wajib Pajak C.

  58 Pajak Menurut Syari‟ah

  BAB I PENDAHULUAN A.

  65 Tinjauan Umum tentang (BAZNAS) Kabupaten Semarang 1.

  65 Sejarah Berdirinya 2.

  66 Visi Misi 3.

  66 Dasar Hukum 4.

  67 Struktur Organisasi 5.

  70 Tugas dan Fungsi Pokok

  6.

  71 Layanan 7.

  72 Pengumpulan dan Sumber Dana 8.

  73 Penganggaran Dana 9.

  74 Pemtasyarufan Dana 10.

  76 Prosedur Pentasyarufan B.

  79 Pelaksanaan Prosedur di BAZNAS

  BAB IV PELAKSANAAN PENGURANGAN PPH BAGI PEMBAYAR ZAKAT A.

  84 Tinjauan Umum Tentang KPP Pratama Salatiga 1.

  84 Sejarah 2.

  87 Visi dan Misi 3.

  88 Tugas Pokok 4.

  80 Fungsi 5.

  89 Struktur Organisasi 6.

  90 Uraian Tugas B.

  95 Prosedur Pengurangan Pajak di KPP Pratama C. 101

  Contoh Pelaksanaan Wajib Pajak D.

  108 Hambatan-hambatan

  BAB V PENUTUP A.

  111

KESIMPULAN B.

  112 SARAN DAFTAR PUSTAKA

  114 LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

Tabel 2.1Perhitungan PKP Orang Pribadi .................................................................. 44

Tabel 2.2 Perhitungan PTKP Tidak Kawin ................................................................ 51Tabel 2.3 Perhitungan PTKP Kawin Istri Tidak Bekerja ............................................ 52Tabel 2.4 Perhitungan PTKP Kawin Istri Bekerja ...................................................... 52Tabel 2.5 Perhitungan PTKP Badan ........................................................................... 54Tabel 2.6 Perhitungan PTKP Orang Pribadi ............................................................... 54Tabel 3.1 Susunan Pengurus BAZNAS Dewan Pertimbangan ................................... 68Tabel 3.2 Susunan Pengurus BAZNAS Dewan Pengawas ......................................... 68Tabel 3.3 Susunan Pengurus BAZNAS Dewan Pelaksana ......................................... 69Tabel 4.1 Susunan Pegawai KPP Pratama Salatiga .................................................... 89

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga setelah syahadat dan sholat,

  sehingga merupakan ajaran yang sangat penting bagi kaum muslimin. Bila saat ini kaum muslimin sudah faham tentang kewajiban sholat dan manfaatnya dalam membentuk kesholehan pribadi. Namun tidak demikian pemahamannya terhadap kewajiban terhadap zakat yang berfungsi untuk keshalehan sosial. Implikasi keshalehan sosial ini sangat luas, kalau saja kaum muslimin memahami tentang hal tersebut. Pemahaman sholat sudah merata dikalangan kaum muslimin, namun belum demikian terhadap zakat.

  Indonesia sebagai negara yang berpenduduk mayoritas Islam memiliki potensi yang besar dari penerimaan pajak melalui zakat. Seperti diketahui penerimaan negara didominasi oleh penerimaan dari sektor pajak. Seiring dengan perkembangan ekonomi, peraturan-peraturan perpajakan tentu banyak pula yang tidak sesuai dengan tuntutan perekonomian, sehingga pemerintah perlu untuk melakukan informasi undang-undang perpajakan yang diharapkan dapat menjawab dan menyelesaikan masalah-masalah dibidang perpajakan. Selama ini sebagian dari masyarakat, baik aparat pajak akan berusaha untuk mengenakan pajak yang sebesar-besarnya, sedangkan wajib pajak akan berusaha untuk membayar pajak yang sekecil-kecilnya. Seolah-olah terdapat jurang pertentangan yang besar antara aparat pajak dengan wajib pajak (Sangudi, 2000:27).

  Pada hakikatnya zakat adalah bagian tertentu yang ada pada harta orang Islam yang wajib dikeluarkan atas perintah Allah untuk kepentingan orang lain menurut kadar yang ditentukan-Nya. Pengeluaran itu diwajibkan sebagai tanda syukur manusia atas nikmat dan karunia Allah, mendekatkan diri kepada-Nya dan juga sebagai pembersih harta itu sendiri serta diri muslim yang melaksanakannya.

  Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah: 267

  

ِضْسَلأْا ٍَِّي ىُكَن بَُْخَشْخَأآًَِّئَ ْىُزْجَغَكبَي ِدبَجَِّٛط ٍِي إُقِفََأ إَُُياَء ٍَِٚزَّنا بََُّٓٚأبَٚ

َلَٔ

  ٌََّأ إًَُهْعأَ ِِّٛف إُضًِْغُر ٌَأ َِّٜإ ِِّٚزِخبَئِث ىُزْغَنَٔ ٌَُٕقِفُُر ُُِّْي َثِٛجَخْنا إًًَََُّٛر ذًَِٛح ٌَُِّٙغ َالله

  Artinya :

  “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan

Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa

yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih

yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu

sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata

terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

  (QS.Al-Baqarah: 267)

  Sedangkan pajak, pada hakikatnya adalah kewajiban material seorang warga pada negaranya untuk dibayar menurut ukuran yang telah ditentukan mengenai kekayaan dan pribadi seseorang, dan dipergunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara (Ali, 1988: 50).

  Dari pemaparan diatas maka zakat dan pajak sama-sama kewajiban yang harus dilakukan. Namun, dualisme pemungutan ini pada gilirannya tentu akan menyulitkan pemilik harta atau pemilik penghasilan. Kontraksi dana dengan dualisme sistem ini potensial menimbulkan efek yang kontra produktif dalam konteks mensejahterakan rakyat.

  Memperbincangkan relasi zakat dan pajak di Indonesia adalah sebuah hal penting, karena beberapa hal berikut ini:

  1. Keduanya merupakan hal yang signifikan di dalam upaya pensejahteraan rakyat, karena kenyataan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan kenyataan lain bahwa pajak adalah primadona penerimaan negara.

  2. Keduanya memiliki kesamaan. Qardhawi mengungkapkan persamaan antara zakat dan pajak dalam beberapa hal; (a) keduanya miliki unsur paksaan, (b) keduanya harus disetorkan kepada lembaga (c) keduanya tidak menyediakan imbalan tertentu, (d) keduanya memiliki tujuan ke masyarakatan, ekonomi, politik disamping tujuan keuangan.

  3. Keduanya memiliki perbedaan. Masih menurut Qardhawi, keduanya memiliki perbedaan dalam beberapa hal yakni dalam hal nama dan etikanya, dalam hal hakikat dan tujuannya, dalam hal nisab dan ketentuannya, dalam hal kelestarian dan kelangsungannya, dalam hal pengurangannya, dalam hal hubungan dengan penguasa dan dalam hal maksud dan tujuannya(Qardhawi, 1988:995).

  Lahirnya UU No 38 Tahun 1999 yang kemudian diganti oleh UU No

  23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat merupakan bukti adanya perhatian serius dari pemerintah dalam mengatur kaitannya antara zakat yang dibayarkan masyarakat sebagai pelaksanaan kewajiban beragama dengan pajak yang dibayarkan kepada negara yang merupakan kewajiban kenegaraan bagi setiap negara. Dalam UU No 23 Tahun 2011 yang secara khusus diatur dalam Pasal 22 dan P asal 23 yang menyebutkan bahwa “Zakat yang

  

dibayarkan oleh muzaki kepada BASNAS atau LAZ dikurangkan dari

penghasi lan kena pajak”. Dan Pasal 23 menyebutkan “BAZNAS dan LAZ

wajib memberikan bukti setoran zakat kepada muzakki, yang nantinya bukti

setoran tersebut digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak”.

  Dengan berlakukannya peraturan mengenai pajak UU No 36 Tahun 2008 tentang perubahan UU No 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang diberlakukan mulai tahun pajak 2009 kendala tersebut dapat diatasi, karena perlakuan zakat sebagai pengurangan telah diatur dalam UU PPh yang baru yaitu bahwa zakat (yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak) bukan merupakan objek pajak bagi si penerima serta zakat atas penghasilan boleh dikurangkan dari penghasilan kena pajak. Salah satu yang dipungut oleh pemerintah terkait dengan zakat sebagai pengurang pajak adalah pajak atas penghasilan. Dalam UU No 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan diatur dalam Pasal 4 ayat 1

  

“Penghasilan didefinisikan sebagai setiap tambahan kemampuan ekonomis

yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia

maupun dari luar Indonesia”. Kemudian didukung dengan adanya Peraturan

  Pemerintah No 18 Tahun 2009 tentang “Bantuan atau sumbangan termasuk

  

zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang dikecualikan dari

objek pajak penghasilan .

  ” Dalam hal ini juga diperkuat adanya Peraturan Pemerintah No 14

  Tahun 2014 tentang pelaksanaan UU No 23 Tahun 2011 mengenai zakat sebagai Pengurangan Pajak. Dan didukung adanya Inpres Nomor 3 Tahun 2014 semakin menguatkan peran negara dalam pengaturan zakat, sebagai salah satu sumber dana untuk mengurangi kemiskinan di Indonesia.

  Berdasarkan undang-undang diatas zakat dan pajak ternyata memiliki hubungan reduktif yaitu zakat atas pengahasilan kena pajak sebagai dasar perhitungan pajak. Adapun syarat zakat agar dapat dibiayakan (diperhitungkan sebagai pengurang) menurut Pasal 9 UU No 36 Tahun 2008 adalah

  ”Dibayarkan kepada Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga Amil

  Zakat (LA Z) yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah”.

  Dari tinjauan singkat ini dapat disimpulkan bahwa Negara Indonesia sudah mengakomodasi kerancuan sistem pajak dan zakat. Disamping itu pun banyak masyarakat yang belum memahami bahwa zakat yang sudah dikeluarkan dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto dengan menempatkan zakat sebagai unsur pengurang penghasilan bruto yang akan diproses lebih lanjut untuk menjadi dasar pengenaan pajak. Sistem ini juga dianggap belum sepenuhnya membuat pajak dan zakat saling menggantikan karena dampak pengurangan ini tidak signifikan dan hanya zakat yang diserahkan ke LAZ atau BAZ yang didirikan atau disahkan oleh pemerintah. Jika pemenuhan kewajiban zakat sudah optimal dan peranannya bagi ekonomi negara makin besar maka ada kemungkinan posisinya makin sejajar dengan pajak sehingga dapat betul betul saling menggantikan.

  Dengan demikian penelitian posisi zakat yang dikaitkan dengan pajak dalam kasus Indonesia khususnya di Kabupaten Semarang yang memberikan peluang bagi umat Islam yang menunaikan zakat untuk dapat mengurangkan zakat yang dibayar itu kepada penghasilan kena pajak kiranya sangat penting untuk ditelaah lebih lanjut sehingga dapat memberikan pemahaman yang utuh dan akurat kepada masyarakat.

  Atas dasar itulah penyusun berkeinginan untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK

  PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BAZNAS KABUPATEN SEMARANG PASCA BERLAKUNYA UNDANG- UNDANG NO 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT.

B. RUMUSAN MASALAH 1.

  Bagaimana pelaksanaan pengurangan pajak penghasilan bagi pembayar zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) kabupaten semarang pasca berlakunya UU No 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat? 2. Apakah hambatan-hambatan yang dihadapi terkait pelaksanaan pengurangan pajak penghasilan bagi pembayar zakat di Badan Amil

  Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang pasca berlakunya UU No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat? C.

TUJUAN PENELITIAN 1.

  Untuk mengetahui pelaksanaan pengurangan pajak penghasilan bagi pembayar zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang Pasca Berlakunya Undang-undang No 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

  2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi terkait pelaksanaan pengurangan pajak penghasilan bagi pembayar zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang Pasca Berlakunya Undang-undang No 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

  Adapun kegunaan Penelitian yang diharapkan dari adanya penelitian ini, yaitu: a.

  Secara teoritis dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan yang lebih mendalam tentang pengurangan pajak bagi pembayar zakat serta untuk memberikan acuan referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi untuk menunjang perkembangan penulisan selanjutnya.

  b.

  Secara praktis diharapkan penelitian ini memberikan pengetahuan bagi masyarakat untuk mengetahui lebih jauh adanya pengurangan pajak bagi pembayar zakat.

E. PENEGASAN ISTILAH

  Agar tidak menimbulkan masalah dalam pemahaman terhadap judul skripsi ini maka perlu kiranya penulis menegaskan istilah tersebut

1. Zakat

  Perkataan zakat berasal dari kata zaka artinya tumbuh dengan subur. Makna lain kata zaka, sebagaimana digunakan dalam al- Qur‟an adalah suci dari dosa. Dalam kitab-kitab hukum Islam, perkataan zakat itu artikan dengan suci, tumbuh dan berkembang serta berkah. Dan jika pengertian itu dihubungkan dengan harta, maka menurut ajaran islam, harta yang dizakati itu akan tumbuh berkembang, bertambah karena suci dan berkah (membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan yang punya) (Daud, 1988: 12).

  Dapat dirumuskan zakat adalah distribusi kekayaan dikalangan umat Islam, untuk mempersempit jurang pemisah antara orang kaya dengan orang miskin dan menghindari pemupukan kekayaan ditangan seseorang.

  Sebagaimana firman Allah:

  َٔ َح َلََّصنا إًُِٛقَأَٔ ٍَِٛعِكاَّشنا َعَي إُعَكْسأَ َحبَكَّضنا إُرآ

  Artinya : “ dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah

  beserta orang- orang yang ruku’”. (QS. Al-Baqarah:43)

  Zakat yang dapat dijadikan sebagai pengurang pajak hanyalah zakat mal yang termaktub dalam

Pasal 4 UU No 23 Tahun 2011 bahwa “

  zakat meliputi zakat mal dan zakat fitrah, zakat mal sendiri meliputi (a) emas, perak, dan logam mulia lainnya (b) uang dan surat berharga lainnya (c) perniagaan (d) pertanian, perkebunan dan kehutanan (e) peternakan dan perikanan (f) pertambangan (g) perindustrian (h) pendapatan dan jasa (i) rikaz. Zakat mal yang dimaksud dalam pasal ini merupakan harta yang dimiliki oleh muzakki perseorangan atau badan usaha. Syarat dan tata cara perhitungan zakat mal dan zakat fitrah dilaksanakan sesuai dengan syariat Islam.”

2. Pajak Penghasilan

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pajak diartikan sebagai pemugutan wajib, biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli barang dan sebagainya (Soemitro, 1988:1).

  Pajak menurut para ahli keuangan ialah kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada negara sesuai dengan ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari negara dan hasilnya untuk membiayai pengeluaran umum satu pihak untuk merealisir sebagian tujuan ekonomi, sosial, politik, dan tujuan-tujuan lain (Qardhawi:999).

  Pajak adalah gejela masyarakat, artinya pajak hanya ada didalam masyarakat. Jika tidak ada masyarakat, tidak akan ada pajak. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang ada pada suatu waktu yang berkumpul untuk tujuan tertentu (Hafidudin, 2002:14).

3. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

  Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. BAZNAS merupakan lembaga pemerintah nonstrultural yang bersifat mandiri dan bertanggungan jawab kepada presiden melalui Menteri Agama.

  BAZNAS sendiri dibentuk berdasarkan UU No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Pembentukan BAZNAS pertama kali ditetapkan dengan Keputusan Presiden No 8 Tahun 2001 tentang Badan Amil Zakat Nasional sesuai amanat UU No 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat yang berlaku saat itu. Setelah perubahan regulasi BAZNAS berstatus sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama.

F. TINJAUAN PUSTAKA

  Penulis menemukan beberapa judul skripsi yang pernah ditulis oleh mahasiswa sebelumnya yang berkaitan dengan judul skripsi yang akan diteliti oleh penulis yang sekiranya dapat dijadikan sebagai studi review, yaitu:

  Dalam bentuk skripsi, studi tentang zakat dan pajak telah banyak dilakukan. Adapun yang membahas tentang zakat dan pajak salah satunya adalah Penelitian yang dilakukan oleh Mariah. Dengan judul “Zakat sebagai pengurang penghasil kena pajak (studi terhadap pelaksanaan UU zakat di kabupaten Bekasi)” penelitian ini menjawab bahwa adanya UU Nomor 17 tahun 2000 bahwasanya zakat dapat menjadi pengurang penghasilan kena pajak sehingga dapat mengurangi beban ganda kewajiban yang harus dibayar oleh orang muslim. UU tersebut cukup berhasil menjawab permasalahan kewajiban antara zakat dan pajak, namun pelaksanaannya nampaknya belum bisa maksimal. Dalam skripsi ini pengurangan pajak yang dilakukan adalah menggunakan UU yang lama dimana posisi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sangat tidak berperan dalam pemerintah, berbeda dengan UU yang baru dimana posisi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) berada dalam lembaga nonstruktur pemerintah. Selain itu, pelaksanaan yang ada dalam skripsi ini hanya menggambarkan pelaksanaan di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) saja tanpa memperdulikan pelaksanaan dikantor pajaknya.

  S kripsi Mia Yulfitria dalam skripsi yang berjudul “Sikap Masyarakat atas Kewajiban Ganda Membayar Zakat dan Pajak (Studi di Desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta)”, dimana masyarakat cenderung untuk lebih memilih membayar pajak dari pada membayar zakat, karena mereka lebih cenderung membayar zakatnya langsung kepada orang-orang yang membutuhkan yang berada di lingkungan sekitarnya daripada membayarkannya di lembaga zakat dengan tujuan agar lebih mudah. Skripsi ini cenderung mengkaji sikap seseorang dalam membayar zakat tidak menyangkut tentang mekanisme pengurangan pajak bagi pembayar zakat yang penyusun lakukan.

  Penelitian yang dilakukan oleh Nur Hasan. Denga n judul “Pengaturan Zakat dan Pajak untuk Keadilan Sosial (Studi Pemikiran Masdar Farid Mas‟udi)” penelitian ini menyimpulkan bahwa pada dasarnya spirit zakat itu sama dengan spirit pajak yang sepenuhnya dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat dan operasional negara, bahwasanya Masdar ingin mengembalikan konsep zakat dan pajak seperti zaman Rasullah SAW, yakni dikelola sepenuhnya oleh Negara, namun untuk konteks Negara Indonesia yang berbentuk Republik maka zakat dan pajak harus disatukan agar tidak terjadi dua beban kewajiban terutama pada orang Islam. Pemikiran Masdar untuk menyatukan zakat ke dalam pajak adalah berdasarkan dalil

  qath’i dan zanni.

  Penelitian membahas pemikiran tokoh terhadap penyatuan zakat dan pajak tentunya sangat berbeda dengan pelaksanaan atau mekanisme pengurangan pajak bagi pembayar zakat.

  Dari sekian banyak yang membahas antara zakat dan pajak, maka penulis membahas tentang pelaksanaan pengurangan pajak penghasilan bagi pembayar zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang pasca berlakunya Undang-Undang No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

G. METODE PENELITIAN 1.

  Jenis Penelitian dan Pendekatan Jenis penelitian ini adalah kualitatif yaitu dengan pendekatan yuridis normatif empiris. Penulis meneliti Pelaksanaan terhadap pengurangan pajak bagi pembayar zakat yang kemudian mencocokkan dengan Undang-Undang yang ada. Kemudian mengenai implementasi ketentuan hukum yang ada dalam pelaksanaan pengurangan pajak.

  2. Kehadiran Peneliti Pada penelitian ini penulis hadir di Kantor BAZNAS Kabupaten

  Semarang dan KPP Pratama Salatiga untuk mengetahui secara langsung bagaimana proses pelaksanaan pengurangan pajak bagi pembayar zakat.

  3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di BAZNAS Kabupaten Semarang Jl.

  Slamet Riyadi No.03 Ungaran dan KPP Pratama Salatiga Jl. Diponegoro No. 163, Sidorejo Lor Kota Salatiga.

  4. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dan yang diperoleh dari lapangan yang menjadi objek penelitian (Munawaroh, 2012:82). 1)

  Informan Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2000: 90).

  Dalam penelitian yang menjadi informan adalah pegawai BAZNAS, pegawai KPP Pratama Salatiga, dan wajib pajak yang membayarkan zakatnya di BAZNAS.

  2) Dokumen

  Dalam hal penelitian ini dokumen yang digunakan adalah formulir, surat keterangan dan surat-surat penting yang berhubungan dengan pelaksanaan pengurangan pajak penghasilan bagi pembayar zakat.

  b.

  Data Sekunder Data sekunder adalah sumber data yang digunakan untuk mendukung data primer. Misalnya berupa Undang-Undang No 23

  Tahun 2011, buku-buku atau hasil penelitian yang terkait dengan pengurangan pajak penghasilan bagi pembayar zakat.

5. Teknik pengumpulan Data

  Data yang dikumpulkan secara langsung dari sumbernya ditempat penelitian. Pada pengumpulan data secara primer, penulis menggunakan beberapa teknik guna memperoleh data antara lain: a.

  Observasi adalah sebuah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik mengenai fenomena yang diteliti (Parmono: 131). Pada pedoman ini berisi tentang pengamatan peneliti terhadap kesesuaian pelaksanaan pengurangan pajak penghasilan bagi pembayar zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang pasca berlakunya Undang-Undang No 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat hasil dari informasi tersebut hingga kendala-kendala yang dihadapi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang mengenai pengurangan pajak penghasilan bagi pembayar zakat.

  b.

  Wawancara/ interview adalah metode pengumpulan data dengan proses tanya jawab dengan cara lisan dimana dua orang atau lebih saling berhadapan secara fisik Wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan pedoman wawancara terstruktur. Dalam wawancara terstruktur ini, peneliti akan memberikan pertanyaan terhadap pengurus BAZNAS Kabupaten Semarang mengenai pengurangan pajak penghasilan bagi pembayar zakat dan mencatat/merekam setiap hasil wawancara yang sudah dilaksanakan.

  c.

  Dokumentasi adalah merupakan teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan untuk mengumpulkan data dari dokumen yang ada kaitannya dengan penelitian skripsi.

6. Analisis Data

  Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu menganalisa data yang tersedia dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono: 244). Analisis data dianalisa secara induktif yaitu dengan cara pengambilan kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta-fakta khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat umum (Munawaroh, 2012:20). Mengumpulkan informasi dari Pengurus BAZNAS dan Pegawai KPP Pratama Salatiga.

7. Pengecekan Keabsahan Data

  Pengambilan data-data melalui tiga tahapan, diantaranya yaitu tahap pendahuluan, tahap penyaringan dan tahap melengkapi data yang masih kurang. Dari ketiga tahap itu, untuk pengecekan keabsahan data banyak terjadi pada tahap penyaringan data. Oleh sebab itu, jika terdapat data yang tidak relavan dan kurang memadai maka akan dilakukan penyaringan data sekali lagi dilapangan, sehingga data tersebut memilki kadar validitas yang tinggi.

  Moleong (2011) berpendapat bahwa dalam pengertian diperlukan suatu teknik pemeriksaan keabsahan data. Sedangkan untuk memperoleh keabsahan temuan perlu diteliti kredibilitasnya dengan menggunakan teknik trianggulasi yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data. Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trigulasi sumber data dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Sehingga perbandingan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan terhadap bagaimana pelaksanaan pengurangan pajak penghasilan bagi pembayar zakat di BAZNAS Kabupaten Semarang pasca berlakunya UU No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

8. Tahap-tahap Penelitian

  Setelah menentukan tema yang akan diteliti, maka penulis melakukan penelitian pendahuluan terhadap pelaksanaan pengurangan pajak penghasilan bagi pembayar zakat dengan bertanya kepada Pengurus BAZNAS dan Pegawai KPP Pratama Salatiga serta mengetahui hambatan-hambatan pelaksanaan pengurangan pajak penghasilan bagi pembayar zakat. Kemudian membuat proposal penelitian dilanjutkan dengan melakukan penelitian dan menyusun hasil penelitian tersebut.

H. Sistematika penulisan

  Untuk mengetahui gambaran tentang isi dan mempermudah pembaca dalam memahami sistematika penulisan penelitian ini, berikut kami sampaikan penjelasannya:

  BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II KAJIAN TEORI Dalam bab ini penulis akan memaparkan beberapa teori-teori yang berkaitan dengan judul skripsi ini diantaranya tentang tinjauan umum tentang zakat dan pajak, dan pajak menurut syariat.

  BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KABUPATEN SEMARANG Dalam bab ini membahas data dan pelaksanaan pembayaran zakat di BAZNAS Kabupaten Semarang berisi tentang gambaran umum BAZNAS Kabupaten Semarang dan analisisnya. BAB IV PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI KPP PRATAMA SALATIGA Dalam bab ini membahas mengenai analisis pelaksanaan pengurangan pajak penghasilan bagi pembayar zakat di KPP Pratama Salatiga dan analisisnya serta hambatan-hambatan yang dihadapi terkait pelaksanaan.

  BAB V PENUTUP Dalam bab ini membahas kesimpulan dan saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Zakat 1. Pengertian Zakat Zakat adalah ibadah

  maaliyyah ijtima’iyyah yang memiliki

  posisi sangat penting, strategis, dan menentukan, baik dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat.

  Sebagai suatu ibadah pokok, zakat termasuk salah satu rukun (rukun ketiga) dari rukun Islam yang lima (Hafidhuddin, 2002: 1).

  Secara etimologis kata zakat berasal dari kata dasar zaka yang berarti suci, berkembang, tumbuh, bersih, baik. Tetapi yang terkuat kata zaka berarti bertambah dan tumbuh sehingga bisa dikatakan tanaman itu zaka artinnya tumbuh, sedangkan tiap sesuatu yang tumbuh disebut zaka artinya bertambah (Ali, 1995: 231).

  Secara terminologis zakat didefenisikan sebagai bagian tertentu dari sebagian harta yang diwajibkan Allah SWT untuk sejumlah orang yang berhak menerimanya, dengan syarat tertentu pula(Hafidhuddin, 2007:108).

  Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa zakat itu adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam surah at-Taubah ayat 103 dan surah ar- Ruum ayat 39 :

  ٌَِّإ ۖ ْىَِْٓٛهَع ِّمَصَٔ بَِٓث ْىِِّٓٛكَضُرَٔ ْىُُْشَِّٓطُر ًخَقَذَص ْىِِٓنإَْيَأ ٍِْي ْزُخ ىِٛهَع عًَِٛع ُ َّاللهَٔ ۗ ْىَُٓن ٍَكَع َكَر َلََص

  Artinya:

  ”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan

zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah

untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman

jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha

Mengetahui.” (QS. At-Taubah:103)

  بَئَ ۖ ِ َّالله َذُِْع ُٕثْشَٚ َلََف ِطبَُّنا ِلإَْيَأ ِٙف َُٕثْشَِٛن بًثِس ٍِْي ْىُزَْٛرآ بَئَ ٌَُٕفِعْضًُْنا ُىُْ َكِئََٰنُٔؤَف ِ َّالله َّْخَٔ ٌَُٔذِٚشُر ٍحبَكَص ٍِْي ْىُزَْٛرآ

  Artinya:

  “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan

agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak

menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat

yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang

berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan

(pahalanya).”(QS. Ar-Rum:39).

  Qardhawi menjelaskan bahwa selain sebagai sarana untuk menyucikan jiwa dan harta, zakat juga merupakan tips bagi jaminan perlindungan, pengembangan dan pengaturan peredaran serta distribusi kekayaan.

  Cara memanfaatkannya didasarkan pada fungsi sosialnya bagi kepentingan masyarakat yang menyentuh kalangan miskin maupun kaya. Selain itu dalam pandangan ajaran Islam, didalam harta orang kaya terdapat harta orang miskin dan penekun agama yang harus dikeluarkan dalam bentuk zakat, infak, shadaqoh, dan sebagainya. Perintah menafkahkan harta guna membantu mereka yang kurang beruntung dan tekun menegakkan syiar agama merupakan ibadah yang berdimensi prinsip keadilan sosial dan pemerataan kesejahteraan (Khasanah, 2010: 52).

  Dalam al-Quran zakat disebut sebanyak 82 kali. Antara lain terdapat dalam surah al-Baqarah: 43, surah al- An‟am: 141, yaitu:

  ٍَِٛعِكاَّشنا َعَي إُعَكْسأَ َحبَكَّضنا إُرآَٔ َح َلََّصنا إًُِٛقَأَٔ

  Artinya : “ Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan

  ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’”. (QS. Al-Baqarah:43)

  Selain dalam al- Qur‟an, perintah zakat juga terdapat dalam hadist

  . Antara lain yaitu hadist dari Ibnu „Umar radhiyallahu „anhuma, ia berkata Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,

  ُالله َِٙضَس ِةبَّطَخْنا ٍِْث َشًَُع ٍِْث ِالله ِذْجَع ًٍَِْحَّشنا ِذْجَع ِٙثَأ ٍَْع

َٗهَع ُوَلَْعِلإْا َُُِٙث : ُلُْٕقَٚ ىهعٔ الله ٗهص ِالله َلُْٕعَس ُذْعًَِع : َلبَق بًََُُْٓع

ِحَلََّصنا ُوبَقِإَٔ ِالله ُلُْٕعَس ًاذًََّحُي ٌََّأَٔ ُالله َّلِإ ََّنِإ َل ٌَْأ ُحَدبََٓش : ٍظًَْخ ] ىهغئ ٘زيشزنا ِأس[. ٌَبَضَيَس ُوَْٕصَٔ ِذَْٛجْنا ُّححَٔ ِحبَك َّضنا ُءبَزِْٚإَٔ

  Artinya:

  “Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-

Khottob radiallahuanhuma, dia berkata : saya mendengar Rasullah

Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Islam dibangun diatas lima

perkara; Bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain

Allah dan bahwa nabi muhammad utusan Allah, menegakkan shalat,

menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa ramadhan.”

  (HR.Turmuzi dan Muslim)

2. Pihak yang Berhak atas Zakat (Mustahiq)

  Dalam firman Allah surah at-Taubah : 60 disebutkan:

  ِٙفَٔ ْىُُٓثُٕهُق ِخَفَّنَؤًُْنأَ بََْٓٛهَع ٍَِٛهِيبَعْنأَ ٍِِٛك َٰغًَنأَ ِءاَشَقُفْهِن ُذَٰقَذَّصنا بًَََِّإ

ىِٛهَع ُ َّاللهَٔ ِ َّالله ٍَِي ًخَضِٚشَف ِمِٛجَّغنا ٍِْثأَ ِ َّالله ِمِٛجَع ِٙفَٔ ٍَِٛيِسبَغْنأَ ِةبَقِّشنا

ىِٛكَح

  Artinya:

Dokumen yang terkait

ANALISA IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT (STUDY KASUS DI BADAN AMIL ZAKAT KABUPATEN LUMAJANG

0 13 16

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT (LAZ) LAZISMU CABANG BANYUWANGI DAN BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KABUPATEN BANYUWANGI

0 5 20

EVALUASI PENERAPAN PSAK N0. 109 TENTANG AKUNTANSI ZAKAT PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL KOTA PROBOLINGGO

2 14 16

ANALISIS DALAM FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI MUZAKKI MEMBAYAR ZAKAT DI LEMBAGA AMIL ZAKAT KOTA SEMARANG

21 126 221

KOMPARASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PENGELOLAAN LEMBAGA AMIL ZAKAT

0 0 13

Kata kunci: Pengelolaan Zakat, Pemberdayaan, Masyarakat Miskin 1. Pendahuluan - STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA PEKANBARU

0 0 14

MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL DI LEMBAGA AMIL ZAKAT NASIONAL (STUDI KASUS PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT NASIONAL YANG MEMILIKI KANTOR PUSAT DI SURABAYA) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 138

KEWENANGAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK) DALAM MELAKUKAN PEMERIKSAAN INVESTIGATIF TERHADAP PENGELOLAAN PENERIMAAN ZAKAT OLEH BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 75

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT (STUDI DI LEMBAGA AMIL ZAKAT AL-IHSAN JATENG CABANG SALATIGA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam (S.H.I)

0 0 99

PENGELOLAAN ZAKAT FITRAH DI DUSUN TUKANG KEC. PABELAN DALAM TINJAUAN UNDANG-UNDANG NO 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT - Test Repository

0 0 97