BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Landasan Teori 2.1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran - PUJIENI BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2. Landasan Teori

2.1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

  Menurut Gagne dalam Sagala, (2010), belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman Sementara menurut Hamalik, (2003) belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

  Pakar teknologi pendidikan, Gane, Briggs, & Wager yang dikutip oleh Prawiradilaga, (2009) menyatakan bahwa proses belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal peserta didik itu sendiri dan faktor eksternal, yaitu pengaturan kondisi belajar. Proses belajar terjadi karena sinergi memori jangka pendek dan jangka panjang diaktifkan melalui penciptaan faktor eksternal, yaitu pembelajaran atau lingkungan belajar. Melalui inderanya, peserta didik dapat menyerap materi secara berbeda. Pengajaran mengarahkan agar pemrosesan informasi untuk memori jangka panjang dapat berlangsung lancar.

  Selanjutnya Skiner dalam Dimyati dan Mujiono, (2009) berpandangan bahwa” belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar makna responnya menjadi baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya

  8 menurun”. Sedangkan menurut Winkel, (2009) belajar adalah perubahan tingkah laku sesudah belajar. Masih dalam buku yang sama, Hilgard dan Bower dalam buku Theories of Learning, (1975) mengemukakan bahwa: “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang- ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan- keadaan sesaat seseorang (misalnya kecelakaan, pengaruh obat dan sebagainya). Dari beberapa pengertian belajar yang telah diungkapkan oleh para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses mental yang disengaja pada diri seseorang sehingga muncul perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut bisa berupa; dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi dapat mengerjakan sesuatu, dari memberikan respon yang salah atau stimulus- stimulus ke arah memberikan respon yang benar dan relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari dan tampak tanda-tanda perubahan perilaku manusia sebagai akibat terjadinya proses belajar. Belajar menyangkut perubahan dalam suatu organisma, yang berarti belajar juga membutuhkan waktu dan tempat.

  Menurut Natawidjaja, (2004) ada beberapa unsur yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa agar hasil belajarnya optimal yang digambarkan sebagai berikut:

Bagan 2.1. Unsur-unsur yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa

  Sumber: ( Yusuf, 1993: 36) Dari gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar siswa merupakan hasil perpaduan dari unsur tujuan, bahan pelajaran, perilaku siswa dan pribadi guru. Keberhasilan belajar siswa mungkin tidak optimal, bila salah satu unsur yang besar pengaruhnya terhadap pencapaian hasil belajar siswa di samping unsur lainnya

   Pembicaraaan mengenai strategi pembelajaran bahasa tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pendekatan, metode, dan teknik mengajar.

  TUJUAN Keterampilan atau kualitas tertentu yang diharapkan dapat memiliki atau diubah oleh siswa

  PERILAKU Umur, kemampuan, bakat, motivasi, ketrampilan, disiplin dan sebagainya

  

KEGIATAN

BELAJAR

SISWA

BAHAN PELAJARAN Isi atau silabus yang tersedia

PRIBADI GURU

  Pandanganya tentang mengajar, kekuatan pribadi, dan peran yang dianggapnya paling menyakinkan

  Unsur-unsur ekonomi dan administrasi

2.2. Pembelajaran Bahasa Indonesia

  Machfudz (2002) mengutip penjelasan Edward M. Anthony dalam H. Allen and Robert, (1972) menjelaskan sebagai berikut.

  2.2.1. Pendekatan Pembelajaran Istilah pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada teori-teori tentang hakekat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber landasan/prinsip pengajaran bahasa. Teori tentang hakikat bahasa mengemukakan asumsi-asumsi dan tesisi-tesis tentang hakikat bahasa, karakteristik bahasa, unsur-unsur bahasa, serta fungsi dan pemakaiannya sebagai media komunikasi dalam suatu masyarakat bahasa. Teori belajar bahasa mengemukakan proses psikologis dalam belajar bahasa sebagaimana dikemukakan dalam psikolinguistil. Pendekatan pembelajaran lebih bersifat aksiomatis dalam definisi bahwa kebenaran teori-teori linguistik dan teori belajar bahasa yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Dari pendekatan ini diturunkan metode pembelajaran bahasa. Misalnya dari pendekatan berdasarkan teori ilmu bahasa struktural yang mengemukakan tesis-tesis linguistik menurut pandangan kaum strukturalis dan pendekatan teori belajar bahasa menganut aliran behavioerisme diturunkan metode pembelajaran bahasa yang disebut Metode Tata Bahasa (Grammar Method).

  2.2.2. Metode Pembelajaran Istilah metode berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar. Dalam strategi pembelajaran, terdapat variabel metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu strategi pengorganisasian isi pembelajaran, (b) strategi penyampaian pembelajaran, dan (c) startegi pengelolaan pembelajaran . Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut:

  (a) Strategi Pengorganisasian Isi Pembelajaran Adalah metode untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. “Mengorganisasi” mengacu pada tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lain-lain yang setingkat dengan itu. Strategi penyampaian pembelajaran adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada pebelajar untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari pebelajar. Adapun startegi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara pebelajar dengan variabel pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.

  Strategi pengorganisasian isi pembelajaran dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi pengorganisasian pada tingkat mikro dan makro. Strategi mikro mengacu pada metode untuk mengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep atau prosedur atau prinsip. Sedangkan strategi makro mengacu pada metode untuk mengorganisasi isis pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip. Strategi makro lebih banyak berurusan dengan bagaimana memilih, menata ururtan, membuat sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran yang paling berkaitan. Penataan ururtan isi mengacku pada keputusan tentang bagaimana cara menata atau menentukan ururtan konsep, prosedur atau prinsip-prinsip hingga tampak keterkaitannya dan menjadi mudah dipahami. (b) Strategi Penyampaian Pembelajaran

  Strategi penyampaian pembelajaran merupakan komponen variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Strategi ini memiliki dua fungsi, yaitu (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk kerja (seperti latihan tes). Secara lengkap ada tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam mendeskripsikan strategi penyampaian, yaitu (1) media pembelajaran, (2) interaksi pebelajar dengan media, dan (3) bentuk belajar mengajar.

  (1) Media Pembelajaran Media pembelajaran adalah komponen strategi penyampaian yang dapat dimuat pesan yang akan disampaikan kepada pebelajar baik berupa orang, alat, maupun bahan. Interkasi pebelajar dengan emdia adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu kepada kegiatan belajar.

  Adapun bentuk belajar mengajar adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu pada apakah pembelajaran dalam kelompok besar, kelompok kecil, perseorangan atau mandiri.

  Martin dan Brigss (1986) mengemukakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan pembelajaran. Essef dan Essef dalam Salamun, (2002) menyebutkan tiga kriteria dasar yang dapat digunakan untuk menyeleksi media, yaitu (1) kemampuan interaksi media di dalam menyajikan informasi kepada pebelajar, menyajikan respon pebelajar, dan mengevaluasi respon pebelajar, (2) implikasi biaya atau biaya awal melipui biaya peralatan, biaya material (tape, film, dan lain-lain) jumlah jam yang diperlukan, jumlah siswa yang menerima pembelajaran, jumlah jam yang diperlukan untuk pelatihan, dan (3) persyaratan yang mendukungh atau biaya operasional.

  (2) Interaksi Pebelajar dengan Media Bentuk interaksi antara pembelajaran dengan media merupakan komponen penting yang kedua untuk mendeskripsikan strategi penyampaian.

  Komponen ini penting karena strategi penyampaian tidaklah lengkap tanpa memebri gambaran tentang pengaruh apa yang dapat ditimbulkan oleh suatu media pada kegiatan belajar siswa. Oleh sebab itu, komponen ini lebih menaruh perhatian pada kajian mengenai kegiatan belajar apa yang dilakukan oleh siswa dan bagaimana peranan media untuk merangsang kegiatan pembelajaran.

  (3) Bentuk Belajar Mengajar Gagne (1968) mengemukakan bahwa “instruction designed for effective learning may be delivered in a number of ways and may use a variety of media”. Cara-cara untuk menyampaikan pembelajaran lebih mengacu pada jumlah pebelajar dan kreativitas penggunaan media. Bagaimanapun juga penyampaian pembelajaran dalam kelas besar menuntu penggunaan jenis media yang berbeda dari kelas kecil. Demikian pula untuk pembelajaran perseorangan dan belajar mandiri. (c) Strategi Pengelolaan Pembelajaran

  Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana interaksi antara pebelajar dengan variabel- variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian tertentu yang digunakan selama proses pembelajaran. Paling sedikit ada empat klasifikasi variabel strategi pengelolaan pembelajaran yang meliputi (1) penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran, (2) pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan (3) pengelolaan motivasional, dan (4) kontrol belajar. Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran atau komponen suatu strategi baik untuk strategi pengorganissian pembelajaran maupun strategi penyampaian pembelajaran merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan pembelajaran. Penjadwalan penggunaan strategi pengorganisasian pembelajaran biasanya mencakup pertanyaan “kapan dan berapa lama siswa menggunakan setiap komponen strategi pengorganisasian”.

  Sedangkan penjadwalan penggunaan strategi penyampaian melibatkan keputusan, misalnya “kapan dan untuk berapa lama seorang siswa menggunakan suatu jenis media” Pembuatan catatan kemajuan belajar siswa penting sekali bagi keperluan pengambilan keputusan-keputusan yang terkait dengan strategi pengelolaan. Hal ini berarti keputusan apapun yang dimabil haruslah didasarkan pad ainformasi yang lengkap mengenai kemajuan belajar siswa tentang suatu konsep, prosedur atau prinsip? Bila menggunakan pengorganisasian dengan hierarki belajar, keputusna yang tepat mengenai unsur-unsur mana saja yang ada dalam hierarki yang diajarkan perlu diambil. Semua ini dilakukan hanya apabila ada catatan yang lengkap mengenai kemajuan belajar siswa.

  Pengelolaan motivasional merupakan bagian yang amat penting dari pengelolaan inetraksi siswa dengan pembelajaran. Gunanya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Sebagian besar bidang kajian studi sebenarnya memiliki daya tarik untuk dipelajari, namun pembelajaran gagal menggunakannya sebagai alat motivasional. Akibatnya, bidang studi kehilangan daya tariknya dan yang tinggal hanya kumpulan fakta dan konsep, prosedur atau prinsip yang tidak bermakna.

  Jack C. Richards dan Theodore S. Rodgers (dalam Machfudz, 2002) menyatakan dalam bukunya “Approaches and Methods in Language

  Teaching ” bahwa metode pembelajaran bahasa terdiri dari (1) the oral approach and stiuasional language teaching , (2) the audio lingual method, (3) communicative language teaching , (4) total phsyical response, (5) silent way,

  (6) community language learning, (7) the natural approach, dan (8) suggestopedia .

  (1) Kondisi Pembelajaran Kondisi pembelajaran adalah faktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran (Salamun, 2002). Kondisi ini tentunya berinteraksi dengan metode pembelajaran dan hakikatnya tidak dapat dimanipulasi. Berbeda dengan halnya metode pembelajaran yang didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Semua cara tersebut dapat dimanipulasi oleh perancang-perancang pembelajaran. Sebaliknya, jika suatu kondisi pembelajaran dalam suatu situasi dapat dimanipulasi, maka ia berubah menjadi metode pembelajaran. Artinya klasifikasi variabel-variabel yang termasuk ke dalam kondisi pembelajaran, yaitu variabel-variabelmempengaruhi penggunaan metode karena ia berinteraksi dengan metode danm sekaligus di luar kontrol perancang pembelajaran. Variabel dalam pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu (a) tujuan dan karakteristik bidang stuydi, (bahasa) kendala dan karakteristik bidang studi, dan (c) karakteristik pebelajar.

  (2) Metode Pembelajaran Machfudz (2000) mengutip penjelasan Edward M. Anthony (dalam H. Allen and Robert, 1972) menjelaskan bahwa istilah metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini lebih bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar. Sedangkan menurut Salamun (2002), metode pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah sebuah cara untuk perencanaan secara utuh dalam menyajikan materi pelajaran secara teratur dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. (3) Hasil Pembelajaran

  Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran (Salamun, 2002). Variabel hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: (1) keefektifan, (2) efisiensi, dan (3) daya tarik.

  Hasil pembelajaran dapat berupa hasil nyata (actual outcomes), yaitu hasil nyata yang dicapai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi tertentu, dan hasil yang diinginkan (desired outcomes), yaitu tujuan yang ingin dicapai yang sering mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran dalam melakukan pilihan metode sebaiknya digunakan klasifikasi variabel-variabel pembelajaran tersebut secara keseluruhan ditunjukkan dalam diagram berikut.

  Kondisi Tujuan dan Kendala dan Karakteristik karakteristik karakteristik siswa bidang studi bidang studi

  Metode Strategi Strategi Strategi pengorganisasian penyampaian pengelolaan pembelajaran: pembelajaran pembelajaran strategi makro dan strategi mikro

  Hasil Keefektifan, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran Diagram 1: Taksonomi variabel pembelajaran (diadaptasi dari Reigeluth dan Stein: 1983).

  Keefektifan pembelajaran dapat diukur dengan tingkat pencapaian pebelajar. Efisiensi pembelajaran biasanya diukur rasio antara jefektifan dan jumlah waktu yang dipakai pebelajar dan atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan. Daya tatik pembelajaran biasanya juga dapat diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untun tetap terus belajar. Adapaun daya tarik pembelajaran erat sekali dengan daya tarik bidang studi. Keduanya dipengaruhi kualitas belajar.

2.3. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa, (1989).

  Kegiatan pengupayaan ini mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi. Gilstrap dan Martin, (1975) juga menyatakan bahwa peran pengajar lebih erat kaitannya dengan keberhasilan pebelajar, terutama berkenaan dengan kemampuan pengajar dalam menetapkan strategi pembelajaran.

  Di era yang serba canggih ini, semua informasi disajikan secara cepat dalam media yang beragam, termasuk media cetak. Kebutuhan para siswa Sekolah Dasar untuk berkomunikasi menjadi suatu hal yang penting. Kemampuan berkomunikasi dengan baik, benar, efektif, dan efisien adalah tuntutan mutlak. Oleh karena itu, ketrampilan berbahasa (berbicara, menyimak, membaca, dan menulis) menjadi hal mutlak pula yang harus dikuasai para siswa agar kita juga menjadi bagian dari kemajuan zaman.

  Tujuan utama pendidikan dan pembelajaran di Sekolah Dasar adalah mengembangkan segenap potensi yang dimiliki peserta didik secara maksimal. Oleh karena itu, berbagai kegiatan yang dilaksanakan siswa di sekolah dasar adalah untuk memajukan perkembangan peningkatan kemampuan siswa. Keberhasilan meningkatkan hasil belajar siswa dapat dijadikan suatu indikator guru dan sekolah dalam melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), namun keberhasilan belajar seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang ada di luar individu adalah tersedianya bahan ajar yang memberikan kemudahan bagi individu untuk mempelajarinya, sehingga hasil belajar menjadi lebih baik. Selain itu juga gaya belajar yang merupakan karakteristik kognitif, afektif, dan psikomotor, sebagai indikator yang bertindak relatif stabil untuk pebelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar.

  Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan.

  Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa, menurut Basiran, (1999) adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Untuk mencapai tujuan di atas, pembelajaran bahasa harus mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa yang kemudian diwujudkan dalam kegiatan pembelajarannya, serta menjadikan aspek-aspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan pembelajarannya. Prinsip-prinsip belajar bahasa dapat disarikan sebagai berikut. Pebelajar akan belajar bahasa dengan baik bila (1) diperlakukan sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat, (2) diberi kesempatan berapstisipasi dalam penggunaan bahasa secara komunikatif dalam berbagai macam aktivitas, (3) bila ia secara sengaja memfokuskan pembelajarannya kepada bentuk, keterampilan, dan strategi untuk mendukung proses pemerolehan bahasa, (4) ia disebarkan dalam data sosiokultural dan pengalaman langsung dengan budaya menjadi bagian dari bahasa sasaran, (5) jika menyadari akan peran dan hakikat bahasa dan budaya, (6) jika diberi umpan balik yang tepat menyangkut kemajuan mereka, dan (7) jika diberi kesempatan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri , (Aminuddin, 1994).

2.4. Media Pembelajaran

   Banyak pendapat yang disampaikan para pakar tentang media

  pembelajaran, diantaranya yang dikemukakan oleh Smaldino, dkk (2005:9) yang menyebutkan:

  

“A medium (plural, media) is a means of communication and source of

information. Devided from the Latin word meaning ‘beetween’ the term

refer to anything that caries information between a source and

receiver” (media mengandung pengertian komunikasi dan sumber

  informasi. Berasal dari bahasa Latin yang berarti “antara” yang mengacu pada segala sesuatu yang dapat menyampaikan informasi antara sumber dan penerima).

  Winkel (1998:310) mengemukakan bahwa media merupakan bentuk jamak dari medium yang artinya perantara atau pengantar dari pengirim pesan ke penerima pesan. Apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran, maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang merupakan alat transfer belajar yaitu pengantar pesan pembelajaran dan sumber belajar kepada pebelajar. Media pembelajaran mencakup bahan dan alat belajar. Bahan dalam pengertian ini juga sering disebut sebagai perangkat lunak (software) dan alat yang digunakan sering disebut sebagai perangkat keras (hardware). Menurut Hamalik (2003:16) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membantu proses belajar mengajar. Media yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran sangatlah banyak ragamnya. Guru dapat memilih dan menentukan penggunaan media pembelajaran sesuai dengan bahan pembelajaran yang hendak disampaikan kepada peserta didik.

  Anderson dalam Rahadi (2003:21) mengelompokkan media menjadi 10 (sepuluh) golongan sebagai berikut:

Tabel 2.1. Pengelompokkan Media Belajar

  No. Golongan Media Contoh dalam pembelajaran

  1. Audio Kaset audio,siaran radio, CD, telepon.

  2. Cetak Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar

  3. Audio-cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis

  4. Proyeksi visual Overhead transparasi diam (OHT), film bingkai (slide)

  5. Proyeksi Audio Film bingkai (Slide) Visual diam bersuara

  6.. Visual gerak Film bisu

  7. Audio Visual gerak Film gerak bersuara, video/VCD, Televisi

  8. Obyek fisik Benda nyata, model, spesimen

  9. Manusia dan Guru, pustakawan, aboran Lingkungan

  10. Komputer CAI (pembelajaran berbantuan komputer), CBI (pembelajaran berbasis komputer)

  Sementara Briggs dalam Sadiman, dkk, (2006: 23) pengelompokan media pembelajaran yang mengarah pada karakteristik menurut stimulus atau rangsangan yang dapat ditimbulkan dari media sendiri, yaitu kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik siswa, tugas pembelajaran, bahan, dan transmisinya. Briggs mengidentifikasi 13 macam media yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu: objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film, televisi dan gambar.

  Cara penggolongan lain yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pemanfaatan media adalah berdasarkan teknologi yang digunakan, mulai dari yang teknologi rendah (low technology) sampai yang teknologi tinggi (high technology). Heinich dkk dalam Uno (2007: 115) mengklasifikasikan media pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 2.2. Klasifikasi Media Pembelajaran

  Klasifikasi Jenis Media

  Media yang tidak diproyeksikan (non projektor media)

  Realita, model, bahan grafis (graphical material , display)

  Media yang diproyeksikan (projected media)

  OHT, Slide Media Audio (Audio) Audio kaset, audio vision, active

  audio vision

  Media video (media Video) Video Media berbasis komputer (computer based media)

  Computer Assited Instruction (CIA) Computer Managed Instruction (CMI)

  Multi media kit Perangkat praktikum Dengan adanya penggolongan yang didasarkan pada teknologi maka klasifikasi penggolongan akan selalu berubah, media yang pada saat ini digolongkan teknologi tinggi, tidak menutup kemungkinan pada tahun mendatang akan tidak menjadi teknologi tinggi lagi bahkan sangat mungkin menjadi tergeser.

  Penggunaan media pembelajaran memiliki manfaat yang tinggi dalam pembelajaran yang dapat memberikan motivasi siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Menurut Rahadi (2003:27) bahwa dengan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber- sumber ilmu pengetahuan.

  Secara lebih khusus dan rinci, Kemp dan Dayton (1985:72) mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu: 1) Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan

  Setiap guru dalam menafsirkan konsep materi pembelajaran tertentu dapat berbeda-beda, dengan menggunakan media pembelajaran perbedaan penafsiran tersebut dapat dihindari. Semua siswa akan melihat dan mendengarkan uraian materi melalui media yang sama maka siswa akan mendapatkan informasi yang sama antara siswa yang satu dengan yang lain.

  2) Proses pembelajaran lebih jelas dan menarik Media potensi yang dimiliki media dapat menyampaikan informasi melalui suara, gambar, warna, ataupun gerak, baik yang bersifat alami maupun manipulasi. Materi pembelajaran yang dikemas melalui media pembelajaran akan lebih jelas, lengkap dan menarik minat peserta didik.

  Sehingga siswa tumbuh rasa ingin tahu serta merangsang siswa mereaksi atau merespon baik secara fisik maupun secara emosional.

  3) Proses pembelajaran lebih efektif Media mampu membantu guru melakukan komunikasi dua arah antara guru dan siswa, membangun interaksi yang dinamis karena jika tidak menggunakan media, guru akan cenderung berbicara satu arah yang berakibat hanya guru yang aktif sedangkan siswa tidak ikut melibatkan diri saat pembelajaran secara aktif. 4) Efisiensi dalam Waktu dan Tenaga

  Keterbatasan waktu dapat diatasi dengan menggunakan media, karena guru yang biasanya jika menyampaikan pembelajaran tidak bermedia harus menjelaskan semua bagian-bagiannya secara rinci dan menghabiskan waktu, namun dengan memanfaatkan media meskipun ada bagian-bagian yang tidak dapat disampaikan oleh guru melalui kata- kata atau ucapan, isi materi dapat ditangkap oleh peserta didik sehingga waktu yang dimanfaatkan dapat lebih efisien. Isi materi akan lebih mudah dipahami siswa.

  5) Meningkatkan Kualitas Hasil Belajar Siswa Penggunaan media mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyerap isi materi pembelajaran yang lebih mendalam karena penggunaan media akan dapat melibatkan berbagai indra akan membawa hanyut perasaannya ke dalam proses pembelajaran membuat pemahaman siswa lebih baik.

  6) Memungkinkan Proses Belajar dapat Dilaksanakan Dimana Saja Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kesempatan kepada siswa belajar dengan leluasa, tanpa harus terikat dengan tempat dan waktu sehingga siswa akan termotivasi untuk dapat belajar secara mandiri.

  7) Menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar Dengan menggunakan media proses pembelajaran lebih menarik, membuat siswa mencintai ilmu pengetahuan dan membangun kebiasaan siswa untuk dapat bersikap positif mencari berbagai sumber belajar sendiri.

  8) Peran guru akan terbantu oleh media, karena guru tidak menjadi satu- satunya sumber. Guru tidak perlu menjelaskan secara keseluruhan karena berbagi peran dengan media pembelajaran.

  Dalam konteks penelitian ini, media pembelajaran yang digunakan adalah lingkungan sekolah. Pengertian lingkungan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono, 1995: 256) adalah: “(1) daerah (kawasan dan sebagainya) yang termasuk didalamnya; (2) bagian wilayah di kelurahan yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan pemerintahan desa; (3) golongan, kalangan; (4) semua yang mempengaruhi pertumbuhan manusia atau hewan”.

  2.4.1. Audio Visual Audio adalah dilihat, tampilan visual menunjukkan bagaimana suatu desain pembelajaran disajikan oleh pencetusnya atau berhubungan dengan pendengaran atau bunyi ( sound). Suara (audio) yang berarti dapat dideteksi oleh telinga manusia berada pada kisaran frekuensi 20 Hz sampai 20 kHz. Sedangkan visual adalah segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh indra penglihatan manusia sebagai hasil dari penglihatan dan pengamatan yang dilakukannya.

  Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Dengan demikian visual dapat pula menumbuhkan motivasi belajar siswa serta dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia yang nyata. Agar menjadi efektif, maka visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) untuk meyakinkan terjadinya proses informasi. Visual sendiri dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu gambar atau grafis, garis-garis, symbol yang merupakan suatu bentuk yang dapat ditangkap dengan menggunakan indra penglihatan. Dengan demikian yang dimaksud audio visual adalah setiap pesan yang diterima oleh indra penglihatan dan indra pendengaran sebagai penerima bentuk visual yang disebut media audio visual. Seperti yang dikatakan Sulaiman, media audio visual adalah alat-alat yang”audible” artinya dapat didengar dan alat-alat yang”visible” artinya dapat dilihat.

  Manfaat penggunaan audio visual diantaranya dalam pembelajaran bahasa Indonesia supaya siswa tidak ferbalisme sehingga penggunaan pendengaran dan penglihatan berkonsentrasi sehingga mendapatkan hasil yang maksimal dan konsep dasar pembelajaran akan mengena dibenak siswa dan tak akan terlupakan. Adapun kaitanya antara media audio visual dengan menulis karangan narasi adalah supaya dalam menulis akan memudahkan siswa dalam berimajinasi dalam menulis karangan. Siswa akan lebih mudah bernarasi sehingga menghasilkan tulisan yang realita kehidupan siswa maupun apa yang dilihat dan didengar siswa tersebut.

  Media audio visual sehari-hari dikenal masyarakat sebagai media hiburan dan memberikan informasi seperti televisi, video, bioskop, dll. Informasi yang diberikan oleh alat-alat tersebut sangat cepat dan mudah diterima oleh manusia karena melibatkan dua indra sekaligus yaitu indra penglihatan dan indra pendengaran. Berdasarkan hasil penyelidikan terhadap kegunaan media audio visual terhadap pendidikan yang dilakukan oleh Edgar dale, YD Finn, dan F.Hoban, dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila media audio visual digunakan secara baik akan memberikan sumbangan pada pendidikan sebagai berikut: a).Memberikan dasar pengalaman konkret bagi pemikiran dengan pengertian- pengertian abstrak; b) mempertinggi perhatian anak; c).memberikan realitas, sehingga mendorong adanya selfactivity; d).memberikan hasil belajar yang permanent; e).menambah perbendaharaan bahasa anak yang benar-benar dipahami (tidak ferbalisme); f) memberikan pengalaman yang sukar diperoleh dengan cara lain. Selanjutnya Danim mengidentifikasikan keuntungan pemanfaatan media audio visual, yaitu:

  Media audio visual membuat pendidikan lebih produktif. Media audio visual telah menunjukkan kemampuan dalam rangka meningkatkan rute belajar. Dia memungkinkan bagi guru untuk memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien serta menjauhkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu.

  Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas yang dimaksud dengan media audio visual adalah segala sesuatu yang digunakan oleh pengajar untuk menyampaikan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan perhatian siswa yang disampaikan melalui bunyi dan bentuk. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan media audio visual berupa VCD.

  Media audio visual merupakan salah satu dari sekian banyak media yang dapat memenuhi tuntutan tersebut. Media audio visual mempunyai peran dalam pencapaian kompetensi yang akan dicapai, dan mendorong motivasi belajar dan memperjelas informasi pada waktu tatap muka dalam proses belajar mengajar.

  Selain itu media audio visual memiliki potensi sebagai penyalur pesan dan memperjelas pesan sehingga memudahkan siswa dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan.

  Penggunaan media audio visual dalam pembelajaran memperjelas konsep-konsep abstrak melalui visualisasi konkrit dari materi pelajaran. Dengan media audio visual, guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, kreatif, dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan ketrampilan menulis pada siswa. Dengan demikian akan menunjang pencapaian tujuan yang telah ditetapkan secara optimal.

2.5. Motivasi

  2.5.1. Pengertian Motivasi Belajar Secara etimologi motivasi berasal dari bahasa latin “motivum” yang menunjuk kepada pengertian bahwa ada alasan tertentu mengapa sesuatu itu bergerak. Menurut pendapat User Usman dikatakan bahwa : motif adalah daya diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisasi yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. sedangkan motivasi adalah sesuatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk kebutuhan dan mencapai tujuan.

  Motif dapat juga diartikan sebagai upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu motif. Motif dikatakan sebagai daya penggerak di dalam maupun di luar diri manusia untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat juga diartikan sebagai kondisi intern manusia (kesiapsiagaan). Sedangkan menurut M.C. Donald dalam Sardiman AM, (1997: 203-204). berpendapat bahwa motif adalah perubahan dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan dilakukan dengan adanya tanggapan tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan MC. Donald ini mengandung tiga elemen penting yaitu : a) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem neurophsyiological yang ada pada organisme manusia karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motif itu muncul dalam diri manusia) penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

  b) Motif ditandai dengan munculnya afeksi seseorang. Dalam hal ini motif relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

  c) Motif akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motif dalam hal iini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motif manusia muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terdorong adanya tujuan dan unsur lain dalam hal ini adalah tujuan.

  Ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motif itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motif akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada dalam diri manusia sehingga akan berhubungan dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya suatu tujuan, kebutuhan dan keinginan.

  Pengertian umum dari motivasi adalah sebagai kebutuhan yang mendorong perbuatan kearah suatu tujuan tertentu. Serangkaian kegiatan yang dilakukan seseorang sebenarnya dilatarbelakangi oleh motivasi.

  Motif inilah yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Dengan demikian motif itu mempengaruhi adanya kegiatan. Ada tiga fungsi motif yaitu: 1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak/motor yang melepaskan energi, 2) menentukan arah perbuatan, 3) menyeleksi perbuatan.

  Abraham Maslow mengemukakan jika kebutuhan yang lebih rendah tingkatannya telah dapat dipenuhi, maka kebutuhan di tingkat atasnya akan muncul dan minta dipenuhi. Oleh karena itu kebutuhan manusia tersebut secara berjenjang dan terus menerus minta dipenuhi. Menurut Maslow ada 5 kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh manusia yaitu : 1) Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan akan makan dan minum, pakaian dan tempat tinggal. Termasuk dalam kebutuhan ini adalah kebutuhan seks. 2) Kebutuhan akan keamanan, yakni rasa aman, bebas dari rasa takut dan kecemasan. 3) Kebutuhan akan cinta dan kasih, meliputi hubungan akan dicintai diperhatikan, sebagai pribadi dan diakui sebagai anggota kelompok. 4) Kebutuhan ego termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan dan status. 5) Kebutuhan aktualisasi diri seperti mengembangkan bakat, mempertinggi potensi yang dimiliki dan pengembangan diri secara maksimal.

  Sesuai dengan kebutuhan itu Maslow menciptakan piramida hierarki kebutuhan yang lebih lengkap seperti bagan dibawah ini.

  Under- Standing and

  Knowledge (6) Self Actualization (5)

  Self Esteem (4) Love and Belonging (3) Safety (2) Physiological (1)

  Tabel 1. Piramida Hierarki Kebutuhan Manusia Kebutuhan-kebutuhan tersebut menurut Maslow harus terpenuhi, sebab kebutuhan yang telah lama tidak terpenuhi, tidak dapat menjadi motivator aktif.

  Jika kebutuhan tersebut terhambat dan tidak bisa termotivasi maka usaha manusia hanya terbatas pada level sebelumnya dan tidak ada peningkatan. Oleh karena itu pemenuhan kebutuhan demikian sangat penting guna meningkatkan motivasi seseorang dalam mengikuti kegiatan.

  Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua yaitu (1) motif intrinsik (dalam diri manusia) dan (2) motif ekstrinsik (luar diri manusia). Kedua jenis motif tersebut memandang bahwa segala tindakan manusia karena terdapatnya tanggung jawab internal dan eksternal pada diri manusia.

  Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

  1. Tekun menghadapi tugas.

  2. Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), tidak cepat puas dengan prestasi yang dicapainya.

  3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa, misalnya masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi dan sebagainya.

  4. Lebih senang bekerja mandiri.

  5. Dapat mempertahankan pendapatnya Menurut pendapat Sardiman, (2004: 49) Fungsi motivasi ada 3 macam yaitu : (1) mendorong manusia untuk berbuat, siswa mengerjakan sesuatu karena dorongan dalam dirinya, (2) menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai, dalam melakukan suatu kegiatan didasarkan pada tujuan yang hendak dicapai, (3) Menyeleksi perbuatan yaitu menentukan perbuatan yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Siswa yang akan menghadapi ujian tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain.

  Didalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan tercapai. Motivasi dalam belajar memang memegang peranan yang sangat penting. Hal ini terutama diakui oleh para ahli psikologi behavioritik Dr. Sarlito Wirawan Sarwono mengemukakan bahwa “ Motivasi merupakan istilah yang menunjuk kepada seluruh proses gerakan termasuk istilah yang menunjuk kepada seluruh proses gerakan termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang timbul oleh situasi dan tujuan/akhir dari pada gerakan atau perbuatan.

  Dalam pendidikan, motivasi merupakan hal yang penting dalam membimbing belajar. Berbagai macam teknik misalnya kenaikan tingkat, penghargaan, hadiah, piagam prestasi, pujian dan celaan telah dipergunakan untuk mendorong murid-murid agar mau belajar Dengan penggunaan motivasi didalam pendidikan dan pelajaran akan dapat berhasil memuaskan sesuai dengan yang diharapkan. Seseorang bukan tidak bisa mengerjakan sesuatu, tetapi ketidakbisaan itu disebabkan oleh tidak adanya kemauan terhadap pekerjaan itu. Kejadian di atas dapat pula disebabkan bukan karena kecakapan yang kurang, tetapi karena kurangnya motivasi. Motif-motif yang kurang kuat, maka dorongannya, kemauannya tidak kuat, sehingga hasil pekerjaan ( kecakapan nyata) tidak sesuai dengan kecakapannya. “ Motivasi merupakan suatu tenaga ( dorongan, alasan, kemauan) dari dalam diri yang menyebabkan kita berbuat atau bertindak yang mana tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu yang hendak dicapai.”

  Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu daya upaya yang bertujuan untuk mendorong seseorang melakukan suatu kegiatan dalam rangka mencapai tujuan.

  Beberapa pengertian motivasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan dan motivasi dapat memberikan arah dari kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, serta dapat menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan, yang sesuai guna mencapai tujuan dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

  Motivasi di dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi peserta didik untuk mendayagunakan potensi- potensi yang ada pada dirinya dan potensi di luar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar. Pesarta didik yang memiliki motivasi belajar akan nampak melalui kesungguhan untuk terlibat di dalam proses belajar, antara lain nampak melalui keaktifan bertanya, mengemukakan bertanya, menyimpulkan pelajaran, mencatat, membuat resume, memprektekkan sesuatu, mengerjakan latihan-latihan dan evaluasi sesuai dengan tuntutan pembelajaran. Di dalam aktivitas belajar sendiri, motivasi individu dimanifestasikan dalam bentuk ketahanan atau ketekunan dalam belajar, kesungguhan dalam menyimak isi pelajaran, kesungguhan dan ketelatenan dalam mengerjakan tugas dan sebagainya. Sebaliknya peserta didik yang tidak atau kurang memiliki motivasi umumnya kurang mampu bertahan untuk belajar lebih lama, kurang sungguh-sungguh di dalam mengerjakan tugas. Sikap yang kurang positif di dalam belajar ini semakin nampak ketika tidak ada orang lain (guru, orangtua) yang mengawasinya. Oleh karena itu, rendahnya motivasi meruapakan masalah dalam belajar, karena hal ini memberikan dampak bagi ketercapaian hasil belajar yang diharapkan (Aunurrahman, 2009:180).

  Motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri sendiri maupun dari luar diri peserta didik untuk mau melakukan sesuatu pekerjaan. Dalam hal ini dorongan untuk mau meningkatkan belajar menulis agar memperoleh hasil yang lebih baik, dengan kata lain tanpa adanya dorongan-dorongan tersebut maka pembelajaran tidak dapat berlangsung dengan baik (Sadirman, 1997: 203-204).

  Motivasi adalah tingkat kebutuhan siswa untuk mencapai atau melakukan kegiatan sekolah dengan bersemangat. Motivasi tidak hanya penting sebagai input dari pembelajaran namun juga sebagai output dalam pembelajaran jika siswa dikondisikan untuk dapat beradaptasi dengan segala perubahan kondisi dan masalah di luar lingkungan sekolah formal. Semakin cepat perubahan yang terjadi maka semakin penting keberadaan motivasi untuk belajar dalam menghadapi tantangan. Rentang motivasi dari sangat termotivasi sampai tidak termotivasi dalam melakukan suatu kekuatan (Gardner, 2006:61).

  Motivasi merupakan proses internal, yaitu faktor psikologis yang ada dalam diri seseorang yang berfungsi sebagai tenaga (dorongan, alasan) yang menyebabkan seseorang bertindak. Tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu yang ingin dicapai, sedangkan motif adalah serangkaian pengaruh pada seseorang agar dapat melakukan kegiatan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu (Pasaribu, 1983: 50).

  Belajar sangat diperlukan suatu motivasi sehingga hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para peserta didik. Motivasi juga dipengaruhi oleh suatu tujuan, sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi:

  a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai pengerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor pengerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

  b) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

  Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

  c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuannya, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Peserta didik yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar sesuai dengan tujuannya. Peserta didik yang melakukan aktifitas belajar karena mempunyai motivasi belajar yang baik akan melahirkan proses dan hasil belajar yang baik.

  Semakin tinggi motivasi belajar peserta didik maka akan semakin tinggi kualitas proses dan hasil belajar yang akan dicapai oleh peserta didik. Oleh karena itu, para pendidik harus dapat menerapkan proses belajar di kelas yang dapat menumbuhkembangkan motivasi belajar pada diri peserta didik (Hadis, 2006: 32).

  Motivasi sangat erat kaitannya dengan tujuan yang hendak dicapai. Semakin tinggi tujuan yang hendak dicapai maka semakin tinggi pula motivasi yang harus dimiliki. Motivasi belajar dapat dinilai dari beberapa hal yaitu ketekunan dalam belajar, partisipasi peserta didik, minat belajar, usaha untuk belajar, perhatian di kelas, dan keaktifan dalam penyelesaian tugas- tugas belajar (Sardiman, 2004: 49). Dalam penelitian ini aspek-aspek di atas sebagai acuan motivasi menulis bagi guru yang dapat dipengaruhi dari luar seperti penggunaan metode kajian kritis.

  Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku, artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. (Santrock, 2008:510). Menurut Santrock (2008:511), perspektif psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda pula yaitu perspektif behavioral, humanistis, kognitif, dan sosial.

  Perspektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan menentukan motivasi muid. Peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid adalah insentif. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat (Emmer,dkk., 2000 dalam Santrock, 2008:511-512).