BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar - UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI SNOWBALL THROWING BERBANTU MEDIA TEKA-TEKI SILANG (TTS) SISWA KELAS IV SD NEGERI 02 KARANGGU

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Kata motivasi sering diartikan sebagai daya dalam diri seseorang

  untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang. Motivasi diartikan sebagai daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Sardiman (2007: 75) berpendapat bahwa motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seorang mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila seseorang tidak suka, maka berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Sagala (2010: 100) berpendapat bahwa dapat dipahami suatu variabel peyelang yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme yang m embangkitkan, mengelola, mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku menuju suatu sasaran. Siswa yang belajar harus diberi motivasi untuk belajar, dengan harapan bahwa belajar akan memperoleh hasil. Siswa harus memperhatikan informasi yang relevan, maka siswa telah siap untuk menerima pelajaran.

  Belajar jika tidak ada niatan dari dalam diri seseorang atau dari luar diri seorang maka tidak akan menghasilkan yang menguntungkan bagi pengetahuan seseorang. Sehubungan dengan hal itu menurut Uno (2013:

  8

  3) motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar merupakan perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang di landasi tujuan tertentu. Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas dalam mencapai tujuan yang akan dicapai. Suprijono (2013: 163) berpendapat bahwa motivasi belajar adalah dorongan-dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan tahan lama.

  Motivasi belajar menurut beberapa ahli di atas adalah merupakan suatu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya hasil belajar siswa.

  Belum tentu siswa yang cerdas bisa berhasil, misal jika ia tidak memiliki motivasi yang kuat untuk berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya, jika siswa yang asalnya tidak terlalu pintar namun siswa memiliki kemauan dan motivasi yang kuat untuk maju dan berhasil dalam belajarnya. Untuk itulah tugas utama guru selain memberikan materi berupa pengetahuan yang baru bagi siswa, guru juga harus memperhatikan, mengetahui mo tivasi belajar yang ada pada diri siswa.

  Tugas guru tidak hanya memberikan materi ajar, tetapi sekaligus sebagai fasilitator, pembimbing, teman bagi siswanya. Hal itu sangat berguna bagi guru karena jika seorang guru telah mengetahui motivasi belajar siswa maka akan mempermudah bagi guru dalam menyampaikan materi dengan motivasi yang ada pada diri siswa.

  b. Fungsi Motivasi

  Motivasi dalam proses belajar mengajar berfungsi sebagai pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak di dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Sehingga motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapean prestasi. Sadirman (2007: 85) mengemukakan bahwa fungsi motivasi : 1) Mendorong manusia untuk berbuat.

  2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.

  Berdasarkan fungsi motivasi tersebut siswa akan lebih terdorong dalam mengkuti pembelajaran sehingga prestasi belajar akan lebih meningkat.

  c. Prinsip-prinsip Motivasi

  Motivasi memiliki beberapa prinsip dasar dalam kegiatan pembelajaran. Sardiman (2007: 85) menjelaskan prinsip-prinsip dalam memberikan motivasi belajar yaitu: 1) Pujian lebih efektif dari pada hukuman.

  2) Pemahaman yang jelas terhadap tujuan akan merangsang motivasi. 3) Semua pelajar mempunyai kebutuhan psikologis tertentu yang harus mendapat kepuasan.

  4) Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksakan dari luar. 5) Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas pelajar.

  Prinsip-prinsip motivasi tersebut diharapkan membuat siswa agar lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran sehingga prestasi siswa lebih meningkat.

d. Cara Membangkitkan Motivasi Motivasi nerupakan aspek utama bagi keberhasilan dalam belajar.

  Guru menjadi salah satu faktor pendukung bagi seorang peserta didik dalam mencapai keberhasilanya. Menurut Nanang (2012: 28) ada beberapa cara untuk membangkitkan motivasi belajar, yaitu:

  1) Peserta didik mempeoleh pemhaman (comprehension) yang jelas mengenai proses pembelajaran. 2) Peserta didik memperoleh kesadaran diri (self consciousness) tahap pembelajaran. 3) Menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik secara ling and match. 4) Memberi sntuhan lembut (soft touch) 5) Memberikan hadiah (reword) 6) Memberikan pujian atau penghormatan 7) Peserta didik mengeta hui prestasi belajarnya 8) Adanya iklim belajar yang kompetitif secara sehat 9) Belajar menggunakan multimedia 10) Belajar menggunakan multimetode 11) Guru yang kompeten dan humoris 12) Suasana lingkungan yang sehat

  Munandar (1992) dalam Uno (2013: 21) menggungkapkan ciri-ciri indikator motivasi peserta didik diantaarnya sebgai berikut: 1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja trus-menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai). 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). 3) Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi. 4) Ingin mendalami bahan,/bidang pengetahuan yang diberikan.

  5) Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya) 6) Menunjukan minat dengan bermacam-macam masalah. 7) Senang dan rajin belajar, penuh semangat, tidak pernah bosan dengan tugas tugas rutin, dapat dipertahankan pedapat- pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut). 8) Mengejar tujuan-tujuan jangka panjang. 9) Senang mencari dan memecahkan soal-soal.

  Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan kuat yang dimiliki seseorang dalam melakukan suatu hal yang ada dalam pikiranya. Keberhasilan siswa dapat dicapai dengan menumbuhkan kembengkan motivasi yang ada di dalam diri siswa tersebut. Guru dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa hendaknya selalu berfikir inovatif dan kreatif dalam mengemas kegiatan belajar mengajar, sehingga motivasi belajar siswa dalam belajar dapat meningkat.

2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar

  Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses. Pengertian prestasi belajar menurut Hamdani (2011: 137) adalah hasil suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun secara kelompok, selain itu pengertian prestasi belajar juga dikemukakan oleh Mulyasa (2013:189) bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar. Yung Feng et.al (2013: 52) juga berpendapat dalam jurnalnya bahwa Learning achievement is about how

success the learner can master the materials of the learning object.

  Prestasi belajar adalah tentang bagaimana keberhasilan pelajar dapat menguasai materi dari objek pembelajaran.

  Berdasarkan penjelasan tentang beberapa para ahli di atas, maka betapa pentingnya memahami dan mengetahui prestasi peserta didik.

  Sebab fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang study tertentu, tetapi sebagai pendidikan kualitas institusi pendidikan. Prestasi belajar juga bermanfaat sebagai umpan balik dari guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil pengukuran dari penilaian hasil belajar. Prestasi belajar dapat dinyatakan dalam bentuk simbol huruf maupun kalimat untuk menyimpulkan hasil yang sudah dicapai.

  Cronbach (Arifin, 2013: 13) mengemukakan bahwa kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain: 1) Sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar 2) Untuk keperluan diagnostik 3) Untuk keperluan imbingan dan penyuluhan 4) Untuk keperluan seleksi 5) Untuk keperluan penempatan atau penjurusan 6) Menentukan isi kurikulum 7) Menentukan kebijakan sekolah b.

   Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

  Taheri Mahdokht dkk (2015) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor sosial budaya, faktor lingkungan sekolah, faktor ekonomi, dan faktor lingkungan keluarga. Keterlibatan orang tua mungkin memiliki arti penting dalam kegiatan berbasis sekolah anak-anak mereka. Kegiatan ini mungkin melibatkan kontak dengan guru, memeriksa kehadiran anak di sekolah. Ahmadi dan Supriono (2013: 138) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yakni faktor dalam diri (faktor internal) ataupun dari luar (faktor eksternal) dari individu tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu: 1) Faktor Internal adalah:

  a) faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk kedalam faktor ini adalah penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.

  b) faktor psikologi baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh melalui usaha, yaitu terdiri atas: (1) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dari bakat serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. (2) Faktor non interaktif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motifasi, emosi, penyesuaian diri. 2) Faktor Eksternal adalah:

  a) Faktorsosial yang terdiri atas: (1) Lingkungan keluarga (2) Lingkungan sekolah (3) Lingkungan masyarakat

  (4) Lingkungan kelompok

  b) Faktor kebudayaan seperti adat, istiadat, ilmu pengetahuan, tehnologi dan kesenian.

  c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar.

  d) Faktor spiritual atau keagamaan berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.

3. Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

  Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat penting diajarkan pada jenjang SD, pembelajaran IPS menurut Susanto (2013: 143) pendidikan

  IPS di SD merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. IPS juga dikemukakan oleh Soemantri dalam Sapriya (2011: 9) bahwa IPS merupakan seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Ilmu pengetahuan sosial mengkaji hubungan manusia dengan lingkungan masyarakat.

  Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPS sebagai program pendidikan tidak hanya konsep dan tidak hanya hadir sebagai pengetahuan, tetapi juga, yang merupakan bagian paling penting mendidik para siswa untuk menjadi warga dan masyarakat yang mengetahui hak dan kewajiban, serta memiliki tanggung jawab yang luas dan kesejahteraan kolektif. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa IPS merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang masalah dan kehidupan yang terdapat dimasyarakat yang memiliki cangkupan yang sangat luas.

b. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

  Ilmu pengetahuan sosial merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan manusia dengan lingkungan, dengan lingkungan yang terus berubah dan mengalami perkembangan maka pelajaran ilmu pengetahuan sosial ini dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan dalam memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis. Tujuan pembelajaran IPS dalam Permendinas nomor 22 tahun 2006. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

  1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial;

  3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan;

  4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan

  berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program IPS disekolah dapat berjalan dengan baik. Rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut menurut Mutakin (Puskur, 2006: 4).

  1) Memiliki kesadaran dan keperdulian terhadap lingkunganya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. 2) Mengetahui dan memahami konsep dasar yang mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang berkembang dimasyarakat. 3) Mampu menggunakan model model dan proses berfikir serta membuat keputusan berfikir menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang dimasyarakat. 4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat. 5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri gar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat. 6) Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral. 7) Fasilitator didalam lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi. 8) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupanya

  “to prepare Students to be well-functioning citizens in a democratic society “dan mengembangkan

  kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya. 9) Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi IPS yang diberikan.

  Sedangkan menurut Depdiknas (2007: 18) mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kegidupan masyarakat dan lingkunganya 2) Memiliki kemampuan dasaruntuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masyalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

  3) Memiliki komitmen dan kesadaran dalam nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, berkerja sama dan bekompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global. Mengacu dari pendapat-pendapat di atas mengenai tujuan pembelajaran IPS maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS diajarkan dari tingkat pendidikan yang rendah sampai yang tinggi bertujuan untuk membentuk manusia yang mampu bertahan atau berkembang didalam masyarakat dengan segala permasalahan- permasalahan yang ada di dalamnya.

c. Materi Pelajaran IPS

  Standar : 2.3 Mengenal sumber daya alam, kegiatan Kopetensi ekonomi,dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten atau kota dan provinsi

  Kompetensi : 1. Mengenal perkembangan teknologi produksi, Dasar komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya.

  Indikator

  : 1. Menjelaskan pengertian teknologi produksi,

  transportasi, dan komunikasi

  2. Mendeskripsikan perkembangan teknologi teknologi produksi, transportasi dan komunikasi

  3. Menyebutkan contoh perkembangan teknologi produksi, transportasi dan komunikasi

  4. Menyebutkan kekurangan dan kelebihan perkembangan teknologi transportasi.

  5. Menceritakan pengalaman mengunakan teknologi produksi, transportasi dan komunikasi.

4. Pembelajaran Kooperatif

  Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatau siskap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan kelompok dari anggota sendiri. Solihatin (2009: 4) berpendapat bahwa Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas dalam suasana bersama diantara sesama kelompok.

  Suprijono (2013: 54) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luar meliputi kerja kelompok termasuk bentuk- bentuk yang dipimpin oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Utama et.al (2013: 5) berpendapat bahwa:

  Cooperative learning encourages students to verbalize their ideas and to compare them with ideas and feeling of other students. This approach also improves students‟ self esteem, positive interpersonal relations with others students, motivation to gain good mark, and positive attitudes towards schools.

  Maksud dari pernyataan di atas bahwa pembelajaran kooperatif mendorong siswa untuk memverbalisasi ide-ide mereka dan membandingkannya dengan ide-ide dan pendapat siswa lain. Pendekatan ini juga meningkatkan hubungan interpersonal yang positif dengan siswa lain, motivasi untuk mendapatkan sesuatu yang baik, dan sikap positif terhadap sekolah.

  Arends (2008: 21) berpendapat bahwa langka-langkah model pembelajaran kooperatif sebagai berikut: a. Fase 1: mengklasifikasi tujuan dan establishing set, pada kegiatan ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan materi yang akan disampaikan.

  b. Fase 2: mempresentasikan informasi, pada kegiatan ini guru mempresentasikan materi pembelajaran kepada siswa secara verbal atau dengan teks.

  c. Fase 3: mengorganisasikan ke dalam tim-tim belajar, pada kegiatan ini guru menjelaskan kepada siswa tata cara membentuk tim-tim belajar dan membantu kelompok untuk melakukan transisi yang efisien.

  d. Fase 4: membantu kerja tim dan belajar, pada kegiatan ini guru membantu tim-tim belajar selama mereka mengerjakan tugas di dalam pembelajaran.

  e. Fase 5: mengujikan berbagai materi, pada kegiatan ini guru menguji pengetahuan siswa tentang berbagai materi belajar atau kelompok- kelompok mempresentasikan hasil-hasil kerjanya.

  f. Fase 6: memberikan pengukuran, pada kegiatan ini guru mencari cara untuk mengakui usaha dan presentasi individual atau kelompok.

  Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengutamakan kerja sama dalam suatu kelompok. Pembelajaran kooperatif dimagsudkan agar satu kelompok dapat bekerja sama sehingga tidak ada yang berperilaku individu.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing

  Model pembelajaran tipe snowball throwing ini meruapakan salah satu strategi pembelajaran aktif (active learning), yang dalam pelaksanaanya banyak melibatkan siswa. Peran guru dalam proses kegiatan belajarnya hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya menertibkan jalanya pembelajaran. Keaktifan siswa akan terlihat dalam proses pembelajaran snowball throwing ini, dimana siswa akan berlatih memberikan arahan kepada teman sendiri atau sebagai tutor sebaya.

  Snowball throwing merupakan strategi pembelajaran yang menggali

  potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok. Siswa dilatih untuk terampil membuat, menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju (Komalasari, 2011:67). Menurut Hamid (2014: 230) snowball throwing adalah salah satu strategi pembelajaran yang menarik untuk diberikan kepada siswa. Strategi ini menyenangkan, menantang, dan mewajibkan peserta untuk menjawab pertanyaan .

  Suprijono (2013: 128) berpendapat bahwa langkah-langkah strategi pembelajaran snowball throwing sebagai berikut; 1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan. 2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing- masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi,

  3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan guru kepada temanya,

  4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan sutu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok,

  5) Kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu peserta ke peserta yang lain seama kurang 15 menit. 6) Setelah peserta didik mendapat satu bola atau satu pertanyaan diberikan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian,

  7) Evaluasi 8) Penutup

  Sebelum menerapkan strategi pembelajaran snowball throwing, sebaiknya mengetahui kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh strategi pembelajaran ini, Faturrohman (2015: 62) berpendapat sebagai berikut: a. Kelebihan strategi pembelajaran snowball throwing yaitu: 1) Melatih kesiapan siswa .

  2) Saling memberikan pengetahuan.

  b. Kelemahan strategi snowball throwing yaitu: 1) Pengetahuan tidak luas hanya berkuat pada pengetahuan sekitar siswa 2) Tidak efektif karena pembelajaranya memerlukan waktu yang lama

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan strategi pembelajran snowball

  throwing ini akan memberikan dampak positif terhadap pemahaman konsep

  siswa. Pemebelajaran akan memiliki suasana belajar yang lebih menarik dan efektif, hal ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti proses belajar sehingga pemahaman konsep siswa terhadap suatu materi yang dapat meningkat. Selain model pembelajaran sendiri, terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi pemahaman konsep siswa, salah satunya motivasi belajar siswa. Dari peryataan tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu pembelajaran aktif yang melibatkan siswa secara langsung di dalam proses pembelajaran. Penerapan model pembelajaran ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan belajar dalam memperoleh pengetahuanya secara optimal.

6. Teka-teki Silang

  Teka-teki silang merupakan salah satu permainan asah otak yang diminati banyak orang. Bukan hanya orang dewasa, permainan ini juga bermanfaat bagi anak, terutama untuk mengasah kemampuan otak. Biasanya orang mengisi teka-teki silang diwaktu luang dalam keadaan santai. Rantika dkk, (2015: 185) berpendapat bahwa teka-teki silang merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk pembelajaran keterampilan menulis. Media ini sangat mudah untuk dibuat oleh guru dan dapat digunakan untuk semua tingkatan, baik untuk pemula, menengah atau yang sudah lanjut, disamping itu juga materi yang dapat dipilih sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Hidayati (2009: 121) juga berpendapat mengisi TTS bukan hanya sebagai hiburan di waktu luang, tetapi juga meningkatkan fungsi kerja otak, mencegah kepikunan dini, menambah wawasan, dan mengasah kemampuan berfikir cepat.

  Adapun prosedur atau langkah-langkah dalam TTS menurut Silberman (2010: 256) adalah: 1) membuat kotak TTS sederhana; 2) membuat petunjuk untuk kata-kata dalam TTS; 3) membagikan kepada siswa, baik individual ataupun kelompok; dan 4) menentukan batas waktu pengerjaan. TTS dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran, melihat fungsinya yaitu membangunkan saraf otak yang memberi efek menyegarkan ingatan sehingga fungsi kerja otak kembali optimal karena otak dibiasakan untuk terus belajar dengan santai. Dengan proses pembelajaran dalam keadaan santai, materi yang diajarkan akan lebih masuk dan mengena dalam otak sehingga pembelajaran lebih efektif (Erlinna, 2011).

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan TTS merupakan sebuah permainan yang mengasah otak, dimainkan dengan cara mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah kata berdasarkan petunjuk. Permainan ini memiliki banyak manfaat, tidak hanya sebagai hiburan, tetapi dapat menambah wawasan, meningkatkan fungsi kerja otak, mencegah kepikunan dini dan mengasah ketajaman otak. Mengingat permainan TTS yang mudah, menyenangkan, dan berbagai manfaat yang diberikan, maka dapat dijadikan sebagai media sehingga siswa lebih tertarik dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran dan prestasi siswa menjadi meningkat.

7. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Berbantu Media Teka-Teki Silang (TTS)

  Pada penelitian ini akan melakukan inovasi pembelajaran menggunakan strategi snowball trowing berbantu media TTS. Langkah- langkah implementasi tersebut sebagai berikut:

  a. Fase 1: mengklasifikasi tujuan dan establishing set, pada kegiatan ini guru menyampaikan materi yang akan disajikan.

  b. Guru melalukan apersepsi dengan tanya jawab siswa tentang materi yang sudah disampaikan.

  c. Guru menjelaskan tentang cara permainan TTS.

  d. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok.

  e. Fase 2: mempresentasikan informasi, pada kegiatan ini guru menjelaskan materi untuk menyusun TTS kepada semua ketua kelompok di depan.

  f. Fase 3: mengorganisasikan ke dalam tim-tim belajar, pada kegiatan ini masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan guru kepada temanya.

  g. Setiap kelompok diberi lembar kertas kerja untuk membuat TTS sesuai materi yang disampaikan ketua kelompok. h. Fase 4: membantu kerja tim dan belajar, Siswa berdiskusi mengerjakan lembar kerja untuk membuat TTS dan diperbolehkan membaca materi dari buku. i. Guru membimbing siswa dalam menyusun lembar kerja TTS. j. Kertas yang berbentuk TTS dibuat seperti bola dan dilempar dari satu kelompok ke kelompok lain. k. Setelah mendapatkan bola kertas, kemudian siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk mengisi dan menjawab pertanyaan berupa TTS. l. Fase 5: mengujikan berbagai materi, pada kegiatan ini, setiap kelompok mempresentasikan jawaban dari pertanyaan yang telah di dapat berupa

  TTS secara bergantian. m. Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran. n. Fase 6: memberikan pengukuran, pada kegiatan ini guru mengadakan evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. o. Guru memberikan tindak lanjut atau umpan balik berupa pekerjaan rumah (PR).

B. Penelitian Yang Relevan

  Penelitian yang terkait dengan model pembelajaran snowball throwing dan media Teka Teki Silang (TTS), diantaranya: Ahiriyah (2011) dengan judul penelitianya “Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang”. Menyimpulkan bahwa model pembelajaran snowball

  throwing dapat meningkatkan aktifitas guru dalam pembelajaran IPS. Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya aktifitas guru pada setiap siklus. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan aktifitas guru pada siklus I adalah 2,5 sedangkan pada siklus II 3,0 dan pada siklus III adalah 3,4 yang termasuk kategori sangat baik. Model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran IPS. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan aktifitas siswa pada siklus I adalah 3,0 sedangkan pada siklus II adalah 3,53 dan siklus III adalah 3,56 yang termasuk kategori sangat baik. Model pembelajaran snowball

  

throwing juga dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siklus I adalah 60%,

pada siklus II adalah 73,9% dan pada siklus III adalah 84,7%.

  Peneliti yang terkait dengan penerapan model snowball throwing selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dewi. dkk (2015) dengan judul penelitian “Pengaruh Model Snowball Throwing Berbantu Multimedia Interaktif Terhadap Hasil Belajar IPA”. Penelitian juga dapat dijadikan salah satu reverensi yang mendukung penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

  

snowball throwing . Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa hasil belajar

  IPA siswa kelompok esperimen yang belajar menggunakan model pembelajaran

  

snowball throwing berbantu media multimedia interaktif cenderung tinggi, hal

ini di tunjukan dengan hasil belajar siswa yang meningkat.

  Fathonah dkk, (2013) pada penelitian ini bahwa media TTS lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dibanding media kartu pada pembelajaran kimia melalui pendekatan CTL pada materi pokok zat adiktif dan psikotropika kelas VIII SMP N 2 Ngadirojo, Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini terbukti dari hasil uji t-pihak kanan harga t hitung prestasi belajar aspek kognitif (1,861) dan aspek afektif (2,839) lebih besar dari t tabel (1,645).

  Dari beberapa penelitian yang ada, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dengan media TTS dapat dijadikan sebagai salah satu pembelajaran yang efektif untuk dilaksanakan guru dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar khususnya untuk mata pelajaran

  IPS. Penggunaan model pembelajaran dan media yang tepat oleh guru dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, sekaligus dapat menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai prestasi belajar yang lebih baik. Setelah kita ketahui bahwa ukuran keberhasilan mengajar guru utamanya adalah terletak pada terjadi tidaknya peningkatan hasil belajar siswa.

C. Kerangka Pikir

  Berdasarkan kajian teori di atas maka dapat dibuat kerangka berfikir sebagai berikut: Pada kondisi awal sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing berbantu media TTS pembelajaran IPS di SD kelas IV, guru masih menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran.

  Kurangnya motivasi dan prestasi belajar IPS masih rendah khususnya materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi. Peserta didik belum menguasai materi atau kompetensi yang diinginkanya untuk mengatasi masalah yang dihadapainya. Adanya keinginan untuk belajar akan membuat kemajuan pada dirinya sendiri yang didorong oleh motivasi dari guru untuk memperoleh prestasi belajar dan hasil pembelajaran yang meningkat.

  Pembelajaran IPS harusnya menarik dan tidak membosankan sehingga dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh siswa, dan diperlukan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa sehingga pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru tetapi siswa lebih diikutkan untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing berbantu media TTS, diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa khususnya yang berkaitan dengan mata pelajaran IPS yang terkesan rumit, dan kurangnya motivasi belajar siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Karena proses pembelajaran yang menyenangkan akan membuat siswa bersemangat dalam pembelajaran, bahkan hasil belajar IPS materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi akan meningkat.

  Adapun kerangka pikir penggunaan strategi pembelajaran snowball

  

throwing berbantu media TTS untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar

siswa dapat dilihat pada bagan Gambar 2.1.

  Skema Kerangka Pikir

Kondisi Awal Tindakan Siklus I Tindakan Siklus II

Siswa kurang tertarik Guru menggunakan Guru menggunakan strategi snowball pada pelajaran IPS, strategi snowball throwing pada siklus I throwing pada siklus II motivasi dan prestasi untuk meningkatkan belajar rendah. untuk meningkatkan motivasi dan prestasi motivasi dan prestasi belajar

  Kondisi Akhir Observasi Penggunaan strategi snowball throwing dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan Refleksi transportasi

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

D. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :

  1. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing berbantu media TTS dapat meningkatkan motivasi siswa pada kelas IV SD tentang materi pekembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi.

  2. Melalui model pemebelajaran kooperatif tipe snowball throwing berbantu media TTS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD tentang materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi.