Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Database Pin Konveksi (Studi Kasus di Rista Bussiness Sampung Ponorogo) - Electronic theses of IAIN Ponorogo

  TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI (Studi Kasus di Rista Bussiness Sampung Ponorogo) SKRIPSI

  Oleh:

WULAN SUCI PUJO UTAMI NIM 210214255

  Pembimbing: Dr. SAIFULLAH, M.Ag.

  196208121993031001 JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAHFAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERIPONOROGO 2018

  

ABSTRAK

Utami,Wulan Suci Pujo. 2018. Tinjaun Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli

  Database Pin Konveksi (Studi Kasus di Rista Bussiness Sampung Ponorogo). Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Dr. Saifullah,M.Ag.

  Kata Kunci: Jual beli, Ijarah, Gharar, keuntungan, Database Pin Konveksi.

  Jual beli database pin konveksiadalah jual beli file yang didalamnya berisi beberapa pin atau kumpulan pin-pin dan kontak distributor atau produsen (pabrik) yang menjual barang seperti baju,tas, dan barang-barang impor maupun lokal dan beberapa produk lainnya yang sudah dikumpulkan dalam satu file.. Dalam praktiknya file yang diperjualbelikan tersebut didalamnya terdapat beberapa pin atau kontak yang tidak dapat dihubungi atau tidak valid. Namun oleh penjual tidak dijelaskan dalam proses transaksi jual beli database pin konveksi itu dan dalam keuntungannya sebagaimana dalam teori bahwa dalam pengambilan keuntungan dalam Islam tidak ada batasannya namun harus dengan jalan yang benar dalam memperolehnya yaitu tanpa adanya penipuan, manipulasi, penimbunan dan sebagainya dan selain itu, terdapat ketidakjelasan pada obyek yang diperjualbelikan karena tidak semua kontak dapat dihubungi dan tidak ada pihak yang dapat dimintai pertanggungjawaban apapun ketika pin/kontak tersebut tidak dapat dihubungi sehingga sangat merugikan pembeli.

  Dari latar belakang diatas penulis menggunakan dua rumusan masalah dalam penelitian. (1) Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap transaksi dalam jual beli database pin konveksi? (2) Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap cara perolehan keuntungan dalam jual beli database pin konveksi?

  Di dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis penelitian lapangan (Field Research). Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi terhadap data kependudukan. Kemudian teknik pengolahan kata itu terdapat di teori buku, selanjutnya terjun langsung di lapangan kemudian dapat ditarik kesimpulan dari analisa penulis. Dan kemudian dianalisis dengan hukum Islam.

  Hasil penelitian menyimpulkan bahwa praktik jual beli database pin konveksi di Rista Bussiness Ponorogo mengandung unsur gharar dan spekulasi yang tinggi dan tidak sesuai dengan hukum Islam karena, dalam transaksinya tidak dijelaskan atau tidak diberitahukan jumlah kevalidan pin yang ada di dalam file tersebut. Selain itu, promosi yang dilakukan juga mengandung penipuan karena gambar yang dipromosikan atau testimoni yang dijadikan promosi itu hanyalah hasil rekayasa penjual untuk menarik pembeli agar ikut bergabung dalam bisnis jual beli database pin konveksi. Keuntungan yang didapat dari hasil jual beli database ini juga tidak dibenarkan dalam Islam, karena keuntungan didapatkan dengan membohongi pembeli dengan menyembunyikan ketidakvalidan pin yang ada di file tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan ini manusia memerlukan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga terjadilah interaksi dalam masyarakat, yaitu jual beli. Secara etimologi jual beli diartikan pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang

  1

  lain). Inti dari jual beli adalah suatu perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau

  2 ketentuan yang telah dibenarkan syara’ dan disepakati.

  Para ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya

  3

  itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai. Hal ini sejalan dengan sebuah hadith riwayat imam Tirmidzi dari Amr bin ‘Auf, Rasulullah SAW. Bersabda: “segala macam transaksi dibolehkan berlangsung antara sesama kaum muslim kecuali transksi yang menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal. Kaum muslim boleh membuat segala macam persyaratan yang

  1 2 Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah (Bandung: CV. Pustaka Setia,2001),73. 3 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008),68 disepakati kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang

  4

  haram” Jual beli dikatakan belum sah sebelum ija>b qabu>l dilakukan, sebab ija>b qabu>l berorientasi pada kerelaan hati. Jual beli sebagai kibat dari terbentuknya akad antara kedua belah pihak maka di dalamnya harus terdapat sikap transparansi dan tanggung jawab antara keduanya, karena setiap orang yang melakukan akad terikat kepada isi akad yang telah disepakati bersama pihak lain dalam akad. Sehingga seluruh isi akad adalah sebagai peraturan yang wajib dilakukan oleh para pihak yang mengikatkan diri dalam akad.

  Syarat-syarat benda yang menjadi objek akad ialah suci atau mungkin disucikan sehingga tidak sah penjualan benda-benda najis seperti babi, khamr, darah dan lain sebagainya. Memberi manfaat menurut syara’, maka dilarang jual beli benda- benda yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut syara’(seperti menjual babi,cicak,katak dan lainnya), Tidak boleh ditaklikan, yaitu digantungkan kepada hal-hal lain, Tidak dibatasi waktunya, Dapat diserahkan dengan cepat maupun lambat, Kepemilikan sendiri, Dapat dikrtahui artinya barang yang diperjualbelikan harus dapat diketahui banyaknya, beratnya,takarannya, ukuran- ukuran yang lainnya, maka tidaklah sah jual beli yang menimbulkan keraguan

  5 pada salah satu pihak.

4 Kuswara, Mengenal MLM Syariah dari Halal Haram, Kiat Berwirausaha, Sampai Dengan

  Pengelolaannya. (Depok: QultumMedia, 2005), 74 5

  Dalam hadith yang diriwayatkan Ahmad, Rasulullah bersabda ‘’janganlah

  kamu membeli ikan di dalam air, karena jual beli seperti itu termasuk gharar, alias nipu

  ’’ (Riwayat Ahmad). Maka jual beli gharar yaitu jual beli yang samar sehingga ada kemungkinan terjadi penipuan, seperti penjualan ikan yang masih di kolam atau menjual kacang tanah yang atasnya kelihatan bagus tetapi di

  6 bawahnya jelek adalah dilarang atau haram.

  Hikmah disyariatkannya jual beli adalah seorang muslim bisa mendapatkan apa yang dibutuhkannya dengan sesuatu yang ada ditangan saudaranya tanpa kesulitan yang berarti. Diharapkan dalam sistem jual beli harus ada sikap saling mengntungkan, baik yang bersifat sosial maupun keuntungan

  7 yang bersifat ekonomi.

  Akhir-akhir ini di tengah-tengah masyarakat Indonesia muncul sistem perdagangan baru yang dikenal dengan istilah Multi Level Marketing yang di singkat MLM. Sistem perdagangan ini di praktekkan oleh berbagai perusahaan,

  8 baik yang berskala lokal, nasional, religional maupun internasional.

  Jual beli mengalami perkembangan dari waktu ke waktu yang mana dulu manusia melakukan trnasaksi jual beli secara langsung, kini dengan berkembangnya teknologi, transaksi jual beli pun dapat dilakukan tanpa harus bertemu dengan calon pembeli. Hal tersebut tentunya lebih memudahkan manusia dalam melakukan transaksi, dimana pembeli tidak perlu datang ke toko untuk 6 7 ibid.,81. 8 Ismail Nawawi, Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012),89.

  Hamdan Rasyid, Fiqh Indonesia Himpunan Fatwa-fatwa Aktual, (Jakarta: PT Al-MAWARDI melakukan transaksi, cukup dengan transfer sejumlah uang tertentu kepada penjual melalui Automatic Teller Machine (ATM), sehingga lebih menghemat

  9 waktu danbiaya bagi pihak pembeli.

  Disamping itu, kemajuan teknologi juga menguntungkan bagi pihak penjual. Dalam menawarkan produknya, dulu seseorang harus memasang iklan agar produknya dikenal banyak masyarakat dengan biaya yang tidak sedikit, sedangakan kini bisa dilakukan melalui media sosial, tentunya biaya yang dikeluarkan terjangkau. Dengan adanya kemudahan ini, tentunya membuka peluang bagi masyarakat yang ingin berbisnis dagang. Segala sesuatu yang dirasa bermanfaat bagi mayarakat, maka dapat diperjualbelikan. Hal ini terbukti dengan adanya bisnis yang sedang ramai diperbincangkan oleh masyarakat yaitu bisnis yang hanya bermodal sekali namun akan mendapatkan keuntungan yang berkali

  10 lipat yang mana, bisnis itu dikenal dengan jual beli database pin konveksi.

  Jual beli database pin konveksi adalah jual beli beberapa pin atau kumpulan pin-pin distributor atau produsen (pabrik) yang menjual barang seperti distributor baju, tas, sepatu,boneka, matras, gamis, jilbab, wedges, jeans, kaos, celana, jam tangan, kosmetik, parfum, smartphone, barng-barang import maupun lokal dan beberapa produk lainnya yang sudah dikumpulkan dalam satu file. Jadi dengan adanya pin konveksi kita bisa beli barang dengan harga murah langsung dari pabriknya (first hand) dan kita dapat menjual nya kembali pin tersebut untuk 9 Sri Wigati,Jurnal Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi, Maliyah Vol 07. No 01, Juni 2017, 139. 10 Ibid., 140.

  mendapatkan laba. Dengan menjadi reseller pin konveksi kita tidak akan merugi, karena modalnya hanya satu kali dan akan mendapatkan keuntungan berkali kali lipat.

  Cara kerja bisnis ini adalah mula-mula pembeli mendatangi penjual pin yaitu yang disebut dengan leader. Kemudian pembeli pin memilih harga pin yang ditawarkan yaitu harganya bervariasi antara Rp. 100.000,00 sampai Rp. 500.000,00 karena yang menjual banyak sehingga leader/seller berbeda koleksinya. Kemudian ketika sudah membeli pin tersebut dapat menjualnya kembali ke lainnya dengan harga suka-suka. Rista Bussiness menjual database pin konveksi seharga Rp. 500.000,00. Lalu dalam sehari ada 4 orang yang membeli pin di Rista Bussiness maka 4 x Rp. 500.000,00 = Rp. 2.000.000,00 dalam seminggu maka 7 x Rp. 2.000.000,00 = Rp. 14.000.000,00 dan jika sebulan maka 30 x Rp. 2.000.000,00 = Rp. 60.000.000,00. Inilah yang disebut dengan modal satu kali tetapi mendapatkan keuntungan berkali-kali atau berlipat- lipat. Namun dengan mendapatkan keuntungan yang berlipat kerap sekali dimanfaatkan oleh pelaku bisnis ini yang menjual pin yang tidak aktif alias tidak valid sehingga kerap sekali mengakibatkan penipuan.

  Keuntungan yang didapatkan dari bisnis jual beli database pin konveksi diperoleh dari penjualan pin konveksi yang kemudian pin konveksi tersebut dapat diperjualbelikan kembali kepada pembeli lainnya dengan ketentuan harga yang ditetapkan oleh penjual. Kak Dela membeli pin konveksi kepada Rista Bussiness lain dengan harga Rp. 450.000,00 atau bahkan lebih tergantung si penjual akan menjual dengan harga berapa semakin tinggi harga yang ditetapkan maka semakin tinggi pula keuntungan yang didapatkan. Maka dari sini terdapat kejanggalan yaitu melakukan kegiatan jual beli yang bertujuan dapat mengambil keuntungan dari perbedaan harga ketika membeli dan menjual sehingga dalam kegiatan jual beli database pin konveksi ini mengandung unsure spekulasi yang tinggi. Dalam bisnis ini bisa menjadi untung dan bahkan bisa tidak atau merugi. Jika untung maka keuntungan 100% menjadi milik pribadi dan sebaliknya jika merugi tidak akan mendapat keuntungan apa-apa. Kerugian yang ditimbulkan disebabkan karena pihak tersebut tidak memanfaatkan kesempatan yang ada yaitu tidak melakukan promosi, tidak pandai-pandai membuat promosi, tidak membuka online shop sehingga tidak mendapatkan keuntungan, modal tidak kembali dan

  11 tidak mendapatkan apa-apa.

  Dalam bisnis jual beli database pin konveksi ini menjanjikan keuntungan berkali lipat karena, dalam bisnis ini hanya bermodal sekali saja untuk modal awal pembelian pin. Sekumpulan pin tersebut dapat diperjualbelikan lagi ke orang lain tanpa adanya pemindahan kepemilikan dalam artian, walaupun file yang berisikan pin tersebut oleh penjual telah dijual ke orang lain namun, si penjual tetap dapat menguasainya dan dapat diperjualbelikan ke orang lain lagi sampai tidak ada batasnya. Sehingga inilah yang dimaksud dengan keuntungan berkali lipat dengan modal sekali. Padahal dalam jual beli ketika barang telah dibeli maka 11 kepemilikan atas barang tersebut secara langsung akan berpindah ke tangan pembeli sehingga penjual tidak lagi dapat menguasai kepemilikan barang tersebut.

  Berangkat dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan seb uah penelitian mengenai bisnis ini dengan judul: ‘’Tinjauan Hukum Islam

  Terhadap Praktik Jual Beli Database Pin Konveksi (Studi kasus di Rista Bussiness Sampung Ponorogo)’’ B.

   Rumusan Masalah

  Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

  1. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap transaksi dalam jual beli database pin konveksi di Rista Bussiness Sampung Ponorogo?

  2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap cara perolehan keuntungan dalam jual beli database pin konveksi di Rista Bussiness Sampung Ponorogo?

C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan tinjauan hukum Islam terhadap akad dalam jual beli database pin konveksi di Rista Bussiness Sampung Ponorogo.

2. Untuk mendeskripsikan tinjauan hukum Islam terhadap keuntungan dalam

D. Manfaat Penelitian

  Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memerkaya khazanah pengetahuan masalah ilmu muamalah tentang bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik jual beli database pin konveksi di Rista Bussiness Sampung Ponorogo. Selain itu juga dapat dijadikan bahan perbandingan dengan penelitian lainnya.

2. Secara Praktis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan moril tentang status hukum mengenai praktik jual beli database pinkonveksi dan sumbangan pikiran kepada semua pihak yang terkait serta yang lebih membutuhkannya lebih khusus bagi penulis wawasan dan pengembangan karya ilmiah.

E. Telaah Pustaka

  Sejauh ini penulis menemukan beberapa penelitian terdahulu diantaranya sebagai berikut: Skripsi yang disusun oleh Suryadi dari IAIN Ponorogo yang berjudul

  ‘’Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Benda Maya Game Online (Studi

  Kasus di Warnetku Jalan Sultan Agung Ponorogo)’’ didalamnya menjelaskan

  Adapun kesimpulan dari skripsi tersebut adalah bahwa berakad melaui dunia maya dalam jual beli game online tersebut tidak sesuai dengan yang diakadkan yaitu benda tersebut tidak bermanfaat, selain itu pihak penjual dan pembeli pun belum baligh. Sedangakn mekanisme jual beli game online di warnet-ku tersebut tidak sesuai dengan hukum islam karena menyalahi perjanjian dalam transaksi jual beli pada kenyataan di lapangan dan termasuk dalam jual beli gharar atau

  12 penipuan.

  Selanjutnya skripsi yang disusun oleh Muhammad Irkham Firdaus, seorang penulis dari IAIN Ponorogo yang berjudul

  ’’Jual Beli Perspektif Fiqih (Studi Kasus di Toko Reog Ponorogo) . Dalam praktik jual beli ini diperbolehkan

  menurut perspektif fiqih karena terpenuhinya ija>b qabu>l antara kedua belah pihak selain itu objek jual beli secara online di Toko Reog Ponorogo tersebut menurut perspektif fiqih adalah boleh karena telah memenuhi syarat sahnya barang yang diperjualbelikan menurut Islam serta penyelesaian sengketa anatara pihak penjual dan pembeli yakni dengan adanya tanggung jawab dari pihak penjual atas kerusakan barang yang dikirimkan kepada pembeli diperbolehkan

  13 dan telah sesuai dengan fiqih.

  Berikutnya Skripsi yang disusun oleh EKA RAHAYU yang berjudul ‘’Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktik Social Media Business (SMB) di 12 Suryadi, ‘’Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Benda Maya Game Online (Studi Kasus

  di Warnet-ku Jalan Sultan Agung Ponorogo 13 )’’, (Skripsi, STAIN Ponorogo, Ponorogo, 2012), 73.

  Muchammad Fatchul Fauzi, ‘’Jual beli Online Perspektif Fiqih (Studi Kasus di Toko Reog

  Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi. Dalam skripsi tersebut menganalisis akad

  yang dilakukan dalam Social Media Business (SMB). Adapun kesimpulannya adalah kedudukan akad dalam Social Media Business tidak sah menurut Islam karena tidak memenuhi salah satu syarat akad yakni dari awal mengandung cacat dengan tidak disebutkan secara jelas mengenai kontak yang terdapat dalam paket file. Obyek yang diperjualbelikan pada praktik ini ditinjau dari hukum Islam adalah haram karena tidak terpenuhinya syarat-syarat obyek dan file tidak dapat

  14 dikuasai secara nyata.

  Dari telaah pustaka di atas, dapat diketahui persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini membahas mengenai akad dan keuntungan yang hanya bermodal satu kali namun mendapatkan keuntungan yang berali lipat dalam praktik jual beli database pin konveksi ditinjau dari hukum Islam. Oleh sebab itu skripsi ini berjudul ‘’ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Database Pin Konveksi (Studi Kasus di Rista Bussiness Sampung Ponorogo).

F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

  Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), yaitu 14 penelitian yang dilakukan di lapangan atau dalam masyarakat, yang berarti

  Eka Rahayu, ‘’Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Social Media Bussiness (SMB) di

  15 bahwa datanya diambil atau didapat dari lapangan atau masyarakat.

  Meskipun penelitian ini berbasis penelitian lapangan, penulis juga menggunakan sumber-sumber data kepustakaan dengan memanfaatkan buku-buku, hasil penelitian, dan internet digunakan untuk menelaah hal-hal yang berkenaan dengan jual beli dalam Islam.

  Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan

  kualitatif yaitu tata cara penelitian dengan menggunakan pengamatan atau

  16

  wawancara. Karena penelitian akan meneliti langsung mengenai jual beli database pin konveksi di Ristaa Bussiness Sampung Ponorogo.

  2. Kehadiran Peneliti

  Dalam penelitian ini secara langsung dilakukan dilapangan untuk memperoleh data yang peneliti butuhkan dan bertemu secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan praktik jual beli database pin konveksi ini.

  3. Lokasi Penelitian

  Dalam penelitian ini, lokasi yang diambil oleh peneliti yaitu penlitian yang dilakukan di Rista Bussiness Desa Sampung Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo.

  15 16 Jusuf Soewadji, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012), 21.

  Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009),

4. Sumber Data

  Adapun data-data yang penulis butuhkan untuk memecahkan masalah yang menjadi pokok pembahasan dalam penyusunan skripsi ini diantaranya: a.

  Penerapan akad dalam praktik jual beli database pin konveksi di Rista Bussiness ponorogo b. Pendapatan keuntungan yang diperoleh dari praktik jual beli database pin konveksi di Rista Bussiness Sampung Ponorogo.

  Berdasarkan data-data yang diteliti dalam penelitian ini, maka sumber data yang diperlukan diantaranya: a.

  Data primer Data primer adalah jenis data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian dari sumber asli. Dalam hal ini, maka proses pengumpulan datanya perlu dilakukan dengan memperhatikan siapa sumber utama yang akan dijadikan objek penelitian.dalam penelitian ini sumber primer berasal dari hasil wawancara peneliti dengan para

  17 member penjual pin konveksi.

  b.

  Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah pihak lain, biasanya sudah

  17 dalam bentuk publikasi. Data sekunder ini biasanya sebagai pelengkap

  18 dari data primer.Sumber sekunder, diperoleh dari masyarakat.

5. Teknik Pengumpulan Data

  Tehnik yang dipakai untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.

  Tehnik wawancara Wawancara merupakan salah satu metode dalam pengumpulan data dengan jalan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden, dan jawaban-jawaban

  19

  responden dicatat atau direkam dengan alat perekam. Dalam wawancara ini penulis melaksanakan wawancara terhadap para pihak atau member yang terkait dengan praktik jual beli database pin konveksi.

  b.

  Tehnik Observasi Observasi merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatatan secara sistematis. Observasi ini dilakukan dengan cara mengamati proses transaksi jual beli database pin konveksi di Rista Bussiness ini yang berkaitan dengan sistemnya.

  18 19 Ibid.

  c.

  Tehnik Dokumentasi Tehnik dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa transkip, catatan,buku, surat

  20 kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.

  Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan sebagai bahan untuk mendukung analisa terhadap persoalan yang menjadi tema penelitian, sehingga kesimpulannya akan bersifat lebih kredibel.

6. Analisis Data

  Dalam menganalisa data yang bersifat kualitatif akan dilakukan tiga tahapan, yaitu: reduksi data, display data dan mengambil kesimpulan dan verifikasi dalam proses analisa. Dalam proses reduksi data, bahan-bahan yang sudah terkumpul dianalisis, disusun secara sistematis, dan ditonjolkan pokok- pokok permasalahanya atau yang mana dianggap penting. Sedangkan display data merupakan proses pengorganisasian data sehingga mudah untuk dianalisis dan disimpulkan. Proses ini dapat dilakukan dengan cara membuat

  21 matrik , diagram, ataupun grafik.

  Kemudian data yang sudah difokuskan dan ditipologikan (dipolakan) akan disusun secara sistematis untuk disimpulkan sehingga makna data bisa ditemukan. Agar kesimpulan lebih mendalam dan akurat, maka data yang

20 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 236.

  21 baru bisa digunakan sehingga hasil penelitian diharapkan akan lebih

  22 sempurna.

  Melalui tahapan kerja ini peneliti ingin mengungkapkan secara jelas permasalahan yang ada yaitu, terkait tinjauan hukum islam terhadap akad dalam praktik jual beli database pin konveksi dan keuntungan berkali lipat yang diperoleh dalam praktik jual beli database pin konveksi ini.

7. Pengecekan Keabsahan Data

  Kriteria yang digunakan dalam pengecekan data atau pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini adalah pengecekan dengan kriteria kredabilitas. Kredibitas adalah suatu kriteria untuk memenuhi bahwa data dan informasi yang dikumpulkan harus mengandung nilai kebenaran, yang berarti bahwa penelitian kualitatif dapat dipercaya oleh pembaca.

  Adapun dalam penelitian ini, peneliti dalam pemeriksaan keabsahan hanya menggunakan cara triagulasi karena cara ini merupakan cara yang paling sesui dengan penelitian yang dilakukan.adapun yang dikaksud triangulasi yaitu verivikasi dengan menggunakan berbagai sumber informasi dan berbagai metode pengumpulan data. Sedangkan triangulsi yang digunakn dalam penelitian ini sebagai berikut: mendampingkan apa yang dikatakan secara pribadi, membandingkan dari wawancara dengan isi dokumen terkait, membandingkan apa yang di katakan orang tentang situasi penelitian dengan

  22 apa yang dikatakan sepanjang waktu, dan membandingkan keadaan dan

  23 perspektif seseorang dari berbagai pendapat dan pandangan orang lain.

8. Tahap-tahapan Penelitian

  Tahap-tahap yang berlaku untuk sebuah penelitian adalah: a.

  Research planning merupakan perencanaan untuk penelitian. Penelitian merumuskan persoalan secara jelas, menentukan sumber data yang akan diambil, dan selanjutnya menentukan metode yang akan ditempuh dan dari sumber apa yang di dapatkan.

  b.

  Data collection (pengumpulan data dan informasi). Agar pencapaian itu dapat diwujudkan maka pemilihan dan penentuan metode pengumpulan data serta penentuan instrumen pengumpulan adalah instrumen yang harus dicermati secara baik.

  c.

  Data analiting yaitu, pengelolahan data hasil riset kegiatan analisis yang meliputi: a) editing, pemeriksaan data yang berhasil dihimpun. b) cooding, mengatur dengan memberikan tanda pada data yang terkumpul. c)

  tabulating, membuat daftar klasifikasi bila diperlukan. d) analiting,

  24 menganalisis data yang terkumpul.

23 M. Junaidi Ghony dan Fauzan Al-manshur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Ar-

  Ruzz, 2012), 322-323 24

G. Sistematika Pembahasan

  Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini akan disusun dalam beberapa bab dan masing-masing bab dibagi menjadi sub-sub bab sebagai berikut:

  BAB I : PENDAHULUAN Bab ini mengemukakan tentang latar belakang pemilihan judul tinjauan hukum Islam terhadap praktik jual beli database pin konveksi (studi kasus di Rista Bussiness Sampung Ponorogo). Kemudian terdapat rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

  BAB II : LANDASAN TEORI Berisi uraian mengenai landasan teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini. Dalam bab ini diungkapkan mengenai konsep jual beli dalam Islam yang meliputi dasar hukum jual beli, rukun jual beli, syarat jual beli atau jual beli yang dilarang dalam Islam, pada sub berikutnya akan diuraikan mengenai objek yang diperjualbelikan serta perolehan bonus atau keuntungannya.

  BAB III : PRAKTIK JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI DI RISTA BUSSINESS SAMPUNG PONOROGO Pada bab ini akan dijelaskan tentang data-data yang merujuk pada himpunan dan wawancara serta berbagai dokumen yang penulis telah kumpulkan serta telah dikonfirmasikan mengenai praktik jual beli database pin konveksi. Dalam penjelasan gambaran umum mengenai praktik jual beli pin konveksi meliputi sejarah berdirinya, lokasi, dan obyek yang diperjualbelikan dalam jual beli ini.

  Sedangakan penjelasan tentang mekanismenya atau cara kerjanya meliputi transaksi jual beli pin konveksi serta perolehan bonus atau keuntungan yang didapatkan. Dan inilah yang sangat penting karena merupakan bagian permasalahan dalam penelitian ini untuk menemukan hukum dari praktik jual beli database pin konveksi ini.

  BAB IV : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI (Studi Kasus di Rista Bussiness Sampung Ponorogo) Bab ke IV ini sebagai hasil dari jawaban dan merupakan bab terpenting untuk pembahasan status hukum dari akad dalam jual beli database pin konveksi dan keuntungan atau bonus yang didapatkan dalam praktik jual beli database pin konveksi ini.

  BAB V : PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir pembahasan skripsi yang didalamnya berisikan kesimpulan sebagai jawaban dan rumusan masalah, saran-kritik yang dilengkapi dengan lampiran-lampiran sebagai solusi untuk kemajuan dan pengembangan pihak-pihak yang terkait dalam permasalahan ini.

BAB II KAJIAN TEORI A. Hukum Jual Beli dalam Islam 1. Pengertian Jual beli Secara etimologi jual beli berarti al-mubadalah (saling tukar

  1

  menukar/barter). Selain itu, jual beli juga diartikan:

  ئشب ئش ةلب اقم

  Artinya:

  

‘’pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain).’’

  Kata lain dari al-

  ba’y> adalah asy-syira>’, al-muba>dah, dan at- tija>ra>h. Berkenaan dengan kata at-tija>rah, dalam al-

  Qur’an surat Fathir ayat 29 dinyatakan

  ’Mereka mengharapkan tija>ra>h (perdagangan) yang

  tidak akan rugi’’ Adapun jual beli menuurut terminologi adalah, para ualama berbeda pendapat dalam mendefinisikannya, antara lain: a.

  Ulama Hanafiyah Jual beli adalah pertukaran harta (benda) dengan harta berdasarkan cara khusus (yang diperbolehkan) b.

  Menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ Jual beli adalah pertukran harta dengan harta untuk kepemilikan.

  c. 1 Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab al-Mughni

  Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta untuk saling menjadikan

  2 milik.

  2. Landasan Syara’

  Dasar hukum jual beli adalah sebagai berikut: a.

  Firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah (2): 282

  … ْنِإَف َْل ِنْيَديِهَش َنِم َنْوَضْرَ ت ْنَِّمِ ِْيَلُجَر اَنوُكَي ْمُكِلاَجِر ْنِم اوُدِهْشَتْساَو

  ِناَتَأَرْماَو لُجَرَ ف ْنَأ اَذِإ

  َّلِضَت اوُعُد اَُهُاَدْحِإ اَُهُاَدْحِإ ِءاَدَهُّشلا لاَو اَم ُءاَدَهُّشلا َبْأَي لاَو ىَرْخلأا َرِِّكَذُتَ ف لاَأ َِّللّا

  َلِإ ْنَأ َدْنِع ِةَداَهَّشلِل َنْدَأَو ُمَوْ قَأَو ْمُكِلَذ ِهِلَجَأ اًيرِبَك ْوَأ اًيرِغَص ُهوُبُتْكَت اوُمَأْسَت

  ُطَسْقَأ لاَأ لاِإ ْنَأ

  َنوُكَت اَهوُبُتْكَت حاَنُج ْمُكْيَلَع ْمُكَنْ يَ ب ًةَراَِتِ اوُباَتْرَ ت اَهَ نوُريِدُت ًةَرِضاَح َسْيَلَ ف

  اَذِإ ديِهَش ُهَّنِإَف اوُلَعْفَ ت ََّللّا اوُقَّ تاَو ْمُكِب ْنِإَو لاَو بِتاَك َّراَضُي لاَو ْمُتْعَ ياَبَ ت اوُدِهْشَأَو

  قوُسُف

  3 ) ٢٨٢ ( ميِلَع َُّللّاَو َُّللّا

  ءْيَش ِِّلُكِب ُمُكُمِِّلَعُ يَو

  Artinya : .....dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki

  diantara kamu. Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki dan dua orang perempuan diantara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi (yang ada), agar jika seorang lupa maka yang seorang lagi mengingatkannya. Dan janganlah kamu bosan menuliskannya, untuk batas waktunya baik (utang itu) kecil maupun besar. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih dapat menguatkan kesaksian,dan lebih mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika hal itu merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya. Dan ambillah saksi apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis dipersulit dan begitu juga saksi, jika kamu lakukan (yang demikian), maka sungguh, hal itu suatu kefasikan pada 2 kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan 3 Rachmat Syafe’i,Fiqih Muamalah (Bandung: CV . Pustaka Setia,2001),74.

  pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala

  4 sesuatu. (Q.S Al-Baqarah : 282).

  b.

  Firman Allah dalam Q.S An-Nisa (4): 29

  يا ْنَأ َّلاِإ َلا

َنوُكَت اوُلُكْأَت

ْنَع ِلِطاَبْلاِب اوُنَمآ

  ًةَراَِتِ ْمُكَنْ يَ ب ْمُكَلاَوْمَأ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ

  5 َّنِإ اوُلُ تْقَ ت

  ََّللّا اًميِحَر ْمُكِب َناَك ْمُكَسُفْ نَأ َلاَو ْمُكْنِم ضاَرَ ت

  Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling

  memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu. Sungguh, Allah Maha

  6 Penyayang kepadamu.

  c.

  Hadith Nabi : ‘’ dari Rifa’ah ibn Rafi’ , bahwa Rasulullah Saw, dianya

  salah seorang sahabat mengenai pekerjaan (profesi) apa yang paling baik, Rasulullah Saw., ketika itu menjawab: usaha tangan manusia sendiri dan jual beliyang diberkati’’.

  d.

  Hadith Nabi, Rasulullah menyatakan:

  ) هامج نبا و ىقهيبلا هاور ( اََّنَِّا ْنَع ُعْيَ بْلا ضاَرَ ت َو

  Artinya: jual beli itu didasarkan kepada suka sama suka ‘’. (HR. Al-

7 Baihaqi) e.

  Hadith Nabi, Rasulullah Saw., bersabda: ‘’Pedagang yang jujur dan terpercaya itu sejajar (tempatnya di surga) dengan para Nabi, para

  8 4 shiddiqin, dan para syuhada’’. (HR. Tirmidzi).

  Departemen Agama RI, AL- Qur’an dan Terjemahnya,(Jakarta: PT. Sygma Examedia Arkanleema,2009),48. 5 Al- 6 Qur’an,4: 29.

  . Departemen Agama RI, AL- 7 Qur’an dan Terjemahnya,.....83. 8 Ibnu Majah,2/737: 2185.

3. Rukun dan Syarat Jual Beli

  Rukun (unsur)

  ba’y (jual beli) terdiri atas: a.

  Pihak-pihak; Yaitu: penjual, pembeli, dan pihak lain yang terlibat dalam perjanjian tersebut.

  b.

  Objek Objek jual beli terdiri dari benda yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang bergerak maupun yang tidak bergerak dan yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar. Menurut Sayid Sabiq, syarat objek jual beli, yaitu: 1.

  Suci barangnya 2. Barangnya dapat dimanfaatkan 3. Barang tersebut milik sendiri, kecuali bila dikuasakan untuk menjualnya oleh pemiliknya.

  4. Barang tersebut dapat diserahterimakan Bila barang tersebut tidak dapat diserahterimakan, seperti menjual ikan yang masih ada di air, maka jual beli tersebut tidak sah. Hal ini berdasarkan hadith: ‘’ janganlah kamu menjual ikan yang ada di dalam air, karena itu mengandung ghara>r (ketidakpastian).

  5. Barang tersebut dan harganya diketahui Bila barang tersebut atau harganya tidak diketahui, maka jual beli

  9 Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah, syarat objek yang

6. Barang tersebut sudah diterima oleh pembeli (qabdh).

  diperbolehkan adalah: 1)

  Barang yang diperjualbelikan harus sudah ada 2)

  Barang yang diperjualbelikan harus dapat diserahterimakan 3)

  Barang yang diperjualbelikan harus berupa barang yang memiliki nilai/ harga tertentu 4)

  Barang yang diperjualbelikan harus halal 5)

  Barang yang diperjualbelikan harus diketahui oleh pembeli 6)

  Kekhususan barang yang diperjualbelikan harus diketahui 7)

  Penunjukan dianggap memenuhi syarat kekhususan barang yang dijualbelikan jika barang itu ada di tempat jual beli 8)

  Sifat barang yang yang dapat diketahui secara langsung oleh pembeli tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut 9)

  Barang yang dijual harus ditentukn secara pasti pada waktu akad.

10 Para ahli hukum Islam mensyaratkan beberapa syarat pada objek

  akad yaitu: 1) Objek akad dapat diserahkan atau dapat dilaksanakan.

  9 Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2010),191. 10 Ekslusivkompilasi hukum ekonomi syariah: 29 (diakses pada tanggal 19

  Objek akad disyaratkan harus dapat diserahkan apabila objek tersebut berupa barang seperti dalam akad jual beli atau dapat dinikmati atau diambil manfaatnya apabila objek itu berupa manfaat benda seperti dalam sewa-menyewa benda (ija>rah al- manafi’). Apabila objek akad berupa suatu perbuatan seperti mengajar, melukis, mengerjakan suatu pekerjaan itu harus

  11 mungkin dan dapat dilaksanakan.

  Dasar ketentuan ini disimpulkan dari beberapa hadith Nabi Saw. Antara lain adalah : 1.

  Hadith Hakim Ibn Hazm yang menyatakan bahwa Nabi Saw.

  Bersabda: ‘’jangan engkau menjual barang yang tidak ada

  12 padamu ‘’(HR. Nasa’i) 2.

  Hadis Abu Hurairah yang mengatakan: Rasulullah Saw.

  Melarang jual beli lempar krikil dan jual beli ghara>r . (HR.

13 Muslim).

  Larangan menjual barang yang tidak ada pada seseorang dalam hadis pertama causa legis-nya adalah karena Nabi Saw.

  Mempertimbangkan bahwa barang itu tidak dapat dipastikan 11 apakah akan dapat diserahkan oleh penjual atau tidak. Atas dasar 12 Syamsul Anwar,Hukum Perjanjian Syariah,...191.

  An- Nasa’i, Sunan an-Nasa’i(a-Mujtaba),(Alleppo: Maktab al-Mathbu’at al-Islamiyyah, 1406/1096),VII/ 289: 4613. 13 itu disimpulkan suatu aturan umum mengenai objek akad, yaitu bahwa objek tersebut harus merupakan barang yang dapat dipastikan bisa diserahkan. Hadith kedua melarang jual beli lempar kirkil dan jual beli ghara>r di sisni adalah objek yang tidak dapat dipastikan apakah akan bisa diserahkan atau tidak.

  Larangan dalam kedua hadith di atas dan banyak hadith lain serupa diabstraksikan aturan umum bahwa objek akad harus

  14 dapat dipastikan bisa diserahkan atau dilaksanakan.

  Ahli hukum Syafi’i mengatakan ‘’tidak dibenarkan jual beli objek yang tidak ada, seperti buah yang belum jadi berdasarkan alasan hadits riwayat Abu Hurairah bahwa Nabi Saw. Melarang jual beli ghara>r, dan yang dimaksud dengan

  ghara>r adalah sesuatu yang tidak dapat dipastikan perihalnya

  dan tidak diketahui kelanjutannya. Terdapat beberapa kemungkinan mengenai ada dan tidaknya objek pada waktu penutupan akad sebagai berikut: 1.

  Objek ada secara sempurna pada waktu penutupan akad 2. Objek ada secara belum sempurna pada waktu penutupan akad.

3. Objek tidak ada sama sekali pada waktu penutupan akad,

  14 akan tetapi dipastikan akan ada di kemudian hari.

  4. Objek tidak ada atau ada sebagian, akan tetapi tidak dapat dipastikan adanya secara sempurna di kemudian hari.

  5. Objek absolut tidak ada pada waktu penutupan akad dan

  15 tidak mungkin ada dikemudian hari.

  2) Objek akad harus tertentu atau dapat ditentukan

  Syarat kedua objek akad adalah bahwa objek tersebut tertentu atau dapat ditentukan. Dasar ketentuan ini adalah larangan Nabi Saw. Mengenai jual beli krikil yang telah dikutip di atas. Sehingga dari larangan ini diabstraksikan ketentuan umum bahwa suatu objek akad harus tertentu atau dapat ditentukan.

  Dalam Pasal 303 Mursyid al-Hairan mengenai syarat ini ditegaskan: untuk sahnya akad atas beban mengenaikekayaan disyaratkan bahwa objek akad tersebut tertentu sedemikian rupa sehingga dapat meniadakan ketidakjelasan yang mencolok baik penentuan itu dilakukan dengan cara menunjuknya atau menunjuk tempatnya yang khusus jika objek tersebut ada pada waktu akad atau dengan menjelaskan kualifikasinya serta dengan menjelaskan jumlahnya jika objek itu merupakan barang yang dapat dihitung, atau dengan cara lain semacam itu yang dapat 15 menghilangkan ketidakjelasan mencolok; penyebutan jenis saja tidak cukup untuk menggantikan penyebutan jumlah atau kualifikasi.

  Objek akad itu tertentu artinya diketahui dengan jelas oleh para pihak sedemikian rupa sehngga tidak menimbulkan sengketa. Ketika objek tidak jelas dan menimbulkan sengketa maka akadnya tidak sah. Ketidakjelasan kecil (sedikit) yang tidak membawa kepada persengketaan tidak membatalkan akad

  16 .

  Apabila objek akad berupa benda, maka kejelasan objek tersebut terkait apakah objek tersebut hadir (ada) di majelis akad (tempat ditutupnya perjanjian) atau tidak. Bialamana objek dimaksud ada (hadir) pada majlis akad, maka kejelasan objek tersebut menurut ahli-ahli hukum Hanafi dan Hanbali, cukup dengan menunjukkannya kepada mitra janji sekalipun objek tersebut berada di dalam tempat tertutup seperti gandum,gula dalam karung. Menurut ahli hukum Maliki penunjukan tidak cukup melainkan harus dilihat secara langsung jika hal itu memang dimungkinkan. Jika tidak mungkin dilihat, cukup dideskripsikan. Ahli hukum Syafi’i mengharuskan melihat secara langsung terhadap objek, baik objek itu hadir atau tidak di 16 tempat dilakukannya akad.

  Objek akad yang tidak ada di majlis akad dapat dideskripsikan dengan suatu keterangan yang dapat memberikan gambaran yang jelas dan menghilangkan ketidakjelasan

  17 mencolok mengenai objek.

  3) Objek akad dapat ditransaksikan menurut syarak

  Suatu objek dapat ditransaksikan dalam hukum Islam apabila memenuhi kriteria-kriteria berikut:

  1. Tujuan objek tersebut tidak bertentangan dengan transaksi, dengan kata lain sesuatu tidak dapat ditransaksikan apabila tranasaksi tersebut bertentangan dengan tujuan yang ditentukan unutk sesuatu tersebut.

  2. Sifat atau hakikat dari objek itu tidak bertentangan dengan transaksi, dengan kata lain sesuatu tidak dapat ditransaksikan apabila sifat atau hakikat sesuatu itu tidak memungkinkan transaksi.

  18 3.

  Objek tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban umum.

  Sedangkan syarat jual beli adalah sebagai berikut: 17 1) Dilakukan saling ridha antara penjual dan pembeli. 18 Ibid,.204.

  Rukun ridha: Para ulama menyebutkan, rukun saling ridha ada 2: a.

  Ilmu (mengetahui dan menyadari) dan b. al-ikhtiyar (tidak ada paksaan). Sebagaimana dinyatakan dalam kaidah fiqhiyyah yang artinya ‘’Unsur paksaan, menggugurkan ridha’’.

  2) Penjual dan pembeli termasuk orang yang boleh bertransaksi.

  Seseorang disebut memiliki ahliyah fi tasharruf ketika baligh, berakal, dan rasyid (dewasa dalam harta). Anak kecil, atau yang tidak dewasa, tidak boleh melakukan transaksi, kecuali atas izin dan pengawasan walinya.

  3) Orang yang akad harus pemilik, atau mewakili pemilik karena seseorang tidak boleh men-transaksikan milik orang lain. Baik menjual barang orang lain maupun membeli dengan uang orang lain.

  4) Barang yang dijual, manfaatnya mubah. 5) Barang memungkinkan untuk diserah-terimakan 6) Barang harus diketahui ketika akad

  Untuk mengetahui barang, bisa dg 2 cara yaitu dengan melihatnya secara langsung dan dengan memahami kriteria

  7) Harga barang telah ditentukan ketika akad.

  19 c.

  Kesepakatan Kesepakatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan masing-masing pihak, baik kebutuhan hidup naupun pengembangan usaha.

  Ketika terjadi perubhan akad jual beli akibat perubahan harga, maka akad terakhir yang dinyatakan berlaku.

  Kesepakatan penjual dan pembeli meliputi: 1.