Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik

(1)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

TINJAUAN HUKUM PERJANJIAN TERHADAP TANGGUNG

JAWAB PARA PIHAK ATAS WANPRESTASI YANG

TERJADI DALAM JUAL BELI SOFTWARE SECARA

ELEKTRONIK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007

FAVE CHAYO SAPUTRA 02 0200 146

Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata BW


(2)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

TINJAUAN HUKUM PERJANJIAN TERHADAP TANGGUNG

JAWAB PARA PIHAK ATAS WANPRESTASI YANG

TERJADI DALAM JUAL BELI SOFTWARE SECARA

ELEKTRONIK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

FAVE CHAYO SAPUTRA 02 0200 146

Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata BW

Menyetujui, Ketua Departemen

PROF. Dr. H. TAN KAMELLO, SH., MS. NIP. 131 764 556

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. H. Tan Kamello, SH., MS. Rabiatul Syahriah, SH., M.Hum. NIP. 131 764 556 NIP. 131 571 772

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam atas segala limpahan nikmat, rahmat taufik dan hidayah-Nya baik yang disadari dan tidak disadari ataupun baru disadari setelah kehilangan nikmat tersebut. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabiyullah, hamba Allah dan Rasul-Nya, pembawa kebenaran, yang mengajak dan membimbing ke jalan Allah dan mengeluarkan manusia dari kegelapan jahiliyah kepada cahaya Islam. Shalawat serta keridhoan yang sempurna atas keluarga dan para sahabatnya yang setia melaju menjadi pengganti di atas jalan dakwah hingga hari kiamat. Kemudian penulis mohonkan rahmat sepenuhnya atas para mereka yang meneruskan perjuangan dalam iman, Islam dan ikhsan dan orang-orang yang jujur dalam agama dan umat Muhammad SAW.

Alhamdulillah, tiada ungkapan yang lebih pantas diucapkan selain rasa syukur yang sedalam-dalamnya kepada Allah SWT, karena hanya atas pertolongannya maka penulis telah berhasil menyelesaikan study di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan merampungkan penulisan skripsi yang berjudul “TINJAUAN HUKUM

PERJANJIAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK ATAS WANPRESTASI YANG TERJADI DALAM JUAL BELI SOFTWATE SECARA ELEKTRONIK” Tiada daya dan upaya melainkan hanya pertolongan Allah yang Maha

Tinggi lagi Maha Agung. Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Sesungguhnya banyak pihak yang memberikan dorongan dan pencerahan serta dukungan dan bantuan dalam penulisan skripsi ini, sehingga penulis merasa sangat terhutang budi terhadap mereka yang telah memberikan kontribusi dan wawasan keilmuan di bidang hukum. Melalui kesempatan ini, Penulis menyampaikan terima kasih, penghormatan dan penghargaan yang tinggi kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M.H., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H., selau Pembantu Dekan II Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Husni, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

5. Prof. Dr. H. Tan Kamello, S.H., M.S., selaku Ketua Departemen Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing I.


(4)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

6. Ibu T. Darwini, S.H., M.Hum., selaku Ketua Program Kekhususan Hukum

Perdata BW Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Ibu Rabiatul Syahriah, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Program Kekhususan

Hukum Perdata BW Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing II.

8. Bapak M. Eka Putra, S.H., M.Hum., selaku Dosen Penasehat Akademik.

9. Dan seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, terima kasih atas segala bimbingan dan ilmu yang diberikan. Dan seluruh Tenaga Administrasi serta staf pegawai Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10. Secara khusus Penulis juga ingin mengungkapkan penghargaan dan

penghormatan serta menghaturkan ribuan terima kasih kepada seluruh keluargaku:

Bapak, Ayahku tercinta Alm. Paimin yang telah mencintai dan berkorban jiwa dan raga demi anak-anaknya melebihi cintanya kepada diri sendiri. Akhirnya Aku dapat meneruskan cita-cita mu, Walaupun harus lama menunggu dengan berbagai halangan terus datang menghadang, onak dan duri selalu saja menghampiri. Dan biarpun kau tidak dapat menyaksikan, tetapi, Pak. anakmu telah menjadi seorang Sarjana Hukum.

Mamak, Ibuku tersayang Rubiah atas segala kasih sayang, cinta, nasehat, doa dan ridho yang tak hentinya hingga kini. Apa jadinya Aku tanpa kesabaran, ketabahanmu, do’a mu terus memayungiku dalam menghadapi kerasnya hidup ini. Engkau menjalani takdir Ilahi, memperjuangkan hidup kami dan menyerahkan pengabdian hidupmu hanya untuk kami. Terima kasih Mak, memang wajar dan indahnya hadits Rasulullah surga itu berada dibawah telapak kakimu. Maaf jika hingga kini Aku belum dapat membuatmu menitikkan air mata bahagia. Hanya skripsi yang sederhana ini sebagai awal persembahan baktiku padamu. Semoga Engkau senang, akhirnya ada juga anak Mamak yang wisuda sarjana. Sabar ya Mak..., semoga skripsi ini menjadi langkah awal dalam usahaku untuk bisa menghantar Mamak ke Tanah Suci. Aku akan terus berusaha.

Abang-abangku, Bang Putra dan Bang Wiwik, terima kasih atas do’a, nasehat, bantuan moril dan materilnya. Hidup ini cuma sekali, jadi, ayo...Bang kamu bisa.

Adik-adikku, Endang, Toto, Restu, Dedek (Rijwan). Enggak cuma satu jalan ke Roma, banyak jalan untuk berhasil dan bahagia, takdir dan kondisilah yang membuat kita seperti sekarang, tapi jangan patah semangat terus berusahalah dengan jalan kita masing-masing, nasib tidak akan berubah tanpa ada usaha kita untuk merubahnya Ok !, Aku nggak mau banyak

ngomong, cuma satu pesanku, inget, Bapak udah gak ada, orang tua tinggal


(5)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

Saudara sepupuku dimanapun berada, terima kasih atas kebaikan dan do’anya. Special for Dodi, semoga sukses coy!.

Keponakan-keponakan yang Om harapkan, Ipan, Jaka, Uci (the spacial one) dan Rizki, semoga kalian dapat menjadi orang yang berguna.

Seluruh sanak famili, kerabat dan handai tolan di Pantai Pakam, Stabat, Bulu Cina, Brastagi, Brandan dan dimana pun berada, terima kasih atas do’a dan kasih sayangnya, semoga Allah tetap mempersatukan kita di dunia dan di akhirat kelak, Amin.

11. Sahabat-sahabatku seperjuangan, Alumnus MIK-20, Gembel Camp dan

Konco-konconya, Robin, Edu, Dewi, Zulsandi, Sofi, Jhoni, juga special toek

spesies yang sama-sama “terancam punah” di Cafe Tengku, Coen-coen n’

Herman, makasih Coen atas segala bantuan dan supportnya selama ini, terutama

untuk motivasinya, makasih Bro.

Tax Generation, yang setia menghuni dan/atau menyambangi Tengku, Wak

Tomp....!!!! (Ical/Faisal, yang sok cute,) Bang Hendro (the real ketua), Bang Pa’i (ketua II), Hardi, Hazril (mantan my room mate), Rais dan Milan.

Teman-teman seangkatan di Fakultas Hukum yang udah pada tamat duluan Deni,

Dion, Boy, Hitler, Fernandus, Mada, Piteng, Felix, Aan, Edi “bokep” Santa Sembiring, Jeki, Mores dan seluruh angkatan 2002 lainnya yang tak dapat

disebutkan satu persatu.

Rasanya harus menambah banyak halaman untuk menyebutkan satu persatu mereka yang telah mendorong dan memberikan pencerahan dalam menghadapi perjuangan hidup ini menuju kebahagian dunia dan akhirat. Semoga Allah SWT selalu memberikan hidayah, limpahan rahmat dan karuniaNya, dan membalas kebaikan yang diberikan dengan yang lebih baik lagi.

Tak ada gading yang tak retak. Sebagai karya anak manusia, skripsi ini tidak luput dari kesalahan. Kepada para pembacalah, penulis mengharapkan agar dapat membaca dan menyimak lembar demi lembar, kata demi kata, kalimat demi kalimat dalam skripsi ini dan untuk kemudian memberikan kritik dan saran untuk membenahi apa saja yang terasa kurang dalam skripsi ini. Bila ada kebenaran dalam skripsi ini, sesungguhnya itu datang semata-mata dari Allah Azza Wajalla Yang Maha sempurna. Ada pun bila banyak kesalahan dan kekhilafan, itu semata-mata kedhaifan penulis dan semoga Allah berkenan memberikan rakhmat dan maghfiroh-Nya.

Akhirnya penulis bermohon pada Allah agar skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca dan juga bagi dunia pendidikan. Harapan penulis mudah-mudahan Allah SWT menjadikannya niat yang murni, ikhlas hanya karena Allah semata, hanya kepada Allah SWT Saya datang bersujud dan menyembah, hanya karena rahmat, kasih sayang dan ridho-Nya skripsi ini dapat ditulis dan dipersembahkan, Dialah yang dapat memberikan semua ini, semoga termasuk dalam perbuatan yang menambah berat amal baik penulis di akhirat nanti, serta menjadikannya amal yang bermanfaat fi-dini wad-dun-ya wal akhiroh, Allahumma Amin, Ya Rabbal ‘Alamin.

Medan, November 2007 Penulis


(6)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAKSI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 7

D. Keaslian Penulisan ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Metode Penulisan ... 16

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Pada Umumnya ... 19

B. Objek dan Subjek Perjanjian ... 21

C. Syarat Sah dan Asas-Asas Perjanjian ... 24

D. Jenis-jenis dan Hapusnya Perjanjian ... 26

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI SOFTWARE SECARA ELEKTRONIK A. Pengertian Umum Jual Beli Menurut KUHPerdata ... 39

B. Pengertian Umum Software ... 43

1. Defenisi software ... 43


(7)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

3. Software Sebagai Objek Jual Beli ... 65 C. Jual Beli Software Secara Elektronik ... 70 1. Jual Beli Software Secara Elektronik dan E-Commerce ... 71 2. Kewajiban Para Pihak Dalam Jual Beli Software

Secara Elektronik ... 84 3. Mekanisme Transaksi Jual Beli Software Secara Elektronik ... 96 D. Hubungan Antara Jual Beli Umumnya Dengan Jual Beli

Secara Elektronik ... 104 BAB IV TINJAUAN HUKUM PERJANJIAN TERHADAP TANGGUNG

JAWAB PARA PIHAK ATAS WANPRESTASI YANG TERJADI DALAM JUAL BELI SOFTWARE SECARA ELEKTRONIK.

A. Pengertian Perjanjian Secara Elektronik ... 109 B. Kedudukan Pacta Sunt Servanda Dalam Jual Beli

Secara Elektronik ... 115 C. Wanprestasi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik ... 126 D. Tanggung Jawab Atas Wanprestasi Dalam Jual Beli

Software Secara Elektronik ... 135 E. Mekanisme Penyelesaian Sengketa ... 170 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 182 B. Saran ... 186 KEPUSTAKAAN ... 188


(8)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

ABSTRAKSI

Prof. Dr. H. Tan Kamello, SH., MS.1 Rabiatul Syahriah, SH., M.Hum.2

Fave Chayo Saputra3

1

Dosen Pembimbing I, Staf Penganjar Fakultas Hukum USU. 2

Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar Fakultas Hukum USU. 3

Mahasiswa Fakultas Hukum USU, NIM : 020200146.

Dalam kehidupan masyarakat modern yang telah mengenal uang sebagai alat tukar, maka kegiatan jual beli adalah suatu hal yang lazim dilakukan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Seiring dengan perkembangan jaman yang telah bergeser ke era digital, secara otomatis melahirkan suatu sistem jual beli baru yang disebut dengan e-commerce. Sebuah sistem e-commerce mustahil akan dapat berjalan tanpa adanya sistem jaringan komputer yang mendukungnya, dan sebuah komputer mustahil dapat bekerja dan berfungsi tanpa adanya software yang menggerakannya.

Jadi secara singkat dapat dikatakan jual beli, komputer, dan software adalah 3 (tiga) hal yang saling terkait dan mendukung dalam sebuah proses jual beli secara elektronik (e-commerce). 3 (tiga) hal tersebutlah yang mendorong penulis untuk menjadikannya tema dalam karya ilmiah ini. Karena mengingat dalam sebuah jual beli secara elektronik (e-commerce) akan melibatkan banyak pihak dan rawan akan tindakan wanprestasi, maka untuk itu penelitian ini akan penulis sempitkan pada masalah tentang bagaimana tanggung jawab para pihak atas wanprestasi yang terjadi dalam jual beli software secara elektronik.

Guna mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang permasalahan tersebut, maka penelitian ini tidak hanya penulis batasi dengan data-data skunder dan tersier yang didapat dari hasil penelitian normatif, akan tetapi juga akan penulis coba lengkapi dengan dukungan dari penelitian empiris berupa pengamatan penulis atas beberapa website yang menyediakan layanan jual beli software. Namun pada dasarnya penelitian ini tetap akan menggunakan metode penelitian normatif sebagai metode penulisannya.

Setelah melalui beberapa tahap dan proses akhirnya penelitian yang dilakukan memberikan jawaban bahwa secara kondisional pada dasarnya ada 3 (tiga) pihak yang dapat dimintakan tanggung jawab akibat telah terjadinya wanprestasi dalam jual beli software secara elektronik yaitu pihak penjual, pihak pembeli dan pihak ketiga. Kemudian sesuai dengan asas pacta sunt servanda dan asas kebebasan berkontrak yang sifatnya universal, untuk menentukan bagaimana tanggung jawab yang dapat dibebankan kepada para pihak adalah sesuai dengan apa yang ditentukan dalam perjanjian, walaupun pada prakteknya tanggung jawab tersebut akan lebih berat dibebankan kepada pihak pembeli sebagai konsekwensi dari dari penggunaan klausula baku dalam jual beli secara elektronik tersebut. Adapun bentuk tanggung jawab yang umumnya digunakan adalah ganti rugi, yang apabila dilihat dalam konsepsi KUHPerdata ganti rugi tersebut dapat meliputi penggantian biaya, rugi dan bunga yang dalam bahasa Inggris disebut remedies. Kata Kunci :Hukum Perjanjian, Tanggung Jawab akibat Wanprestasi, Jual Beli


(9)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini disadari dunia sedang berada dalam era informasi (information age), yang merupakan tahapan selanjutnya dari era prasejarah, era agraris, dan era industri. Dalam era informasi keberadaan suatu informasi mempunyai arti dan peranan yang sangat penting dalam semua aspek kehidupan, serta merupakan suatu kebutuhan hidup bagi semua orang baik secara individual maupun organisasional, sehingga dapat dikatakan informasi berfungsi sebagai layaknya aliran darah pada tubuh manusia. Perubahan bentuk masyarakat menjadi suatu masyarakat informasi (information society) memicu perkembangan teknologi informasi (information technologi revolution) menjadi kian pesat sehingga terciptalah perangkat-perangkat informatika yang semakin canggih dan jaringan-jaringan sistem informasi yang semakin rumit dan handal.

Hal ini dapat dilihat dari kenyataan sekarang ini yaitu, jika dahulu produk teknologi informatika seperti komputer dan perangkat informasi hanya dapat dinikmati sebatas pada kalangan organisasi bisnis besar sekarang bisa dinikmati oleh perusahaan kecil dan bahkan sudah merambah masuk ke dalam lingkup rumah tangga. Dahulu komputer berukuran besar dan berharga mahal kini komputer menjadi kian kecil, semakin tinggi performanya dan semakin murah


(10)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

harganya. Singkatnya sekarang ini kita telah berada dalam perkembangan teknologi informasi yang berbasiskan lingkungan digital.4

Sebagai salah satu komponen utama dari teknologi informasi selain komunikasi (comunication) dan keterampilan (know how) perkembangan komputer yang terjadi saat ini sangatlah pesat, baik perkembangan perangkat-perangkat kerasnya (hardware) maupun perangkat-perangkat-perangkat-perangkat lunaknya (software), perkembangan tersebut merupakan tuntutan kebutuhan para pemakai komputer yang semakin kompleks, efesien dan efektif. Pada saat ini kebutuhan akan penggunaan komputer telah merambah hampir di segala bidang pekerjaan dan kehidupan masyarakat.5

Oleh karena itu pada dasarnya karena kebutuhan terhadap suatu data dan/atau informasi, maka komputer sebagai perangkat pengolah data atau informasi sebenarnya merupakan perwujudan sistem elektronik terhadap sistem pengolahan informasi yang sebelumya telah dilakukan secara manual. Ringkasnya komputer sebagai suatu sistem elektronik akan terdiri atas perangkat keras elektronik (hardware), perangkat lunak program komputer (software), prosedur-prosedur (procedures) dan penggunaannya (brainware) serta data dan atau informasi itu sendiri (content) yang tersaji dalam tahap tatap muka dengan komputer.6

Keberadaan software sebagai salah satu bagian penting dari komputer yang antara lain berfungsi sebagai modul pengantar peralatan fisik yang terdiri dari

4

Edmon Makarim I. 2004. Kompilasi Hukum Telematika. Ed 1. cet2. Jakarta: Raja Grafindo: 23-24

5

Abdul Rajaq, Bachrul Ulum. 2003. Cara Praktis Menguasai Komputer: Aplikasi Perkantoran. Surabaya: Indah: 9

6


(11)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

kumpulan beberapa perintah yang diproses dalam peralatan proses (procesing unit) sehingga akhirnya dapat menyelesaikan masalah, hanya dapat dirancang dan dibuat oleh orang yang sangat mengerti tentang komputer atau biasa disebut dengan seorang programer.7

Hal tersebut disebabkan karena peranti lunak atau software yang terdiri dari beberapa program komputer bukanlah bentuk program yang biasa ditemukan dalam radio atau televisi. Program-program yang dimaksud di sini adalah instruksi-instrusi yang berupa kode-kode numerik (0 dan 1) yang berada dalam memori komputer yang akan memberitahukan ke perangkat-perangkat keras komputer tentang pekerjaan apa yang harus diselesaikan, namun sekali lagi apabila kita hendak menulis sendiri software tersebut sangatlah sulit karena selain harus mengetahui bahasa pemrograman juga harus diketahui pula karakteristik dari sebuah hardware.

8

Namun metode yang lazim digunakan untuk memperoleh perangkat lunak yaitu dengan melalui lisensi baik ekslusif maupun non eklusif yang diberikan oleh penerbit perangkat lunak kepada orang-orang atau perusahaan yang membutuhkan

Apabila seseorang atau suatu organisasi membutuhkan perangkat lunak komputer yang baru atau tambahan maka ada beberapa macam pilihan untuk mendapatkannya, yaitu dengan membeli perangkat lunak yang sudah disediakan sebagai suatu “off-the-shelf” atau dapat digunakan cara lain yaitu mengembangan sendiri perangkat lunak yang dibutuhkan atau dimungkinkan juga menggunakan jasa dari software hause.

7

Abdul rajaq. Op:cit. 12 8


(12)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

perangkat lunak terkait, dengan memberikan izin untuk menggunakan perangkat lunak itu sebagai penukar atas pembayaran lisensi yaitu harga lisensi.9

9

David I. Bainbride. 1993. Komputer dan Hukum. Jakarta: Sinar Grafika: 13, 120

Belanja software saat ini dapat dilakukan dengan dua pilihan, yaitu bisa mendatangi toko komputer secara langsung di pusat perbelanjaan atau apabila ingin praktis bisa membelinya secara online di internet. Akan tetapi bila dicermati keterangan-keterangan yang disampaikan oleh produsen software di layar komputer, salah satu keterangan tersebut menyatakan bahwa bila anda berminat dan setuju dengan syarat dan keterangan dalam perjanjian anda tinggal menekan tombol yes dan bila anda tidak setuju tombol yes tersebut tidak perlu ditekan.

Kondisi yang hampir sama juga terjadi jika pembelian software langsung dilakukan di toko, melalui telepon atau faximail dimana pada bagian penutup kemasan akan ditemukan redaksi kalimat yang antara lain menyatakan bahwa dengan membuka paket tersebut maka telah terjadi kesepakatan terhadap ketentuan perjanjian.

Dalam proses jual beli software ini baik yang secara langsung mendatangi toko ataupun melalui media elektronik, kedudukan sebuah perjanjian sangat penting bagi pembeli sebab pembelian yang dilakukan tanpa melalui pabrikan langsung maka akan terikat 3 (tiga) pihak sekaligus yaitu produsen (pabrikan), toko penjual dan pemakai. Antara toko penjual dan pemakai akan ada keterikatan hukum secara langsung karena terjadi kesepakatan dalam perjanjian jual beli barang, akan tetapi tidak demikian halnya antara produsen dengan pemakai dimana diantara mereka tidak ada hubungan secara langsung.


(13)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

Dalam jual beli software sering terjadi bahwa pembeli tidak menyadari ketika membeli suatu program software terdapat kerusakan atau cacat pada produk tersebut karena perhatian mereka hanya terfokus pada pemasangan software baru yang akan dipakai, kemudian sering juga terjadi ketentuan-ketentuan yang memuat larangan bagi konsumen dan bentuk pertanggungjawaban dari produsen dari kerusakan barang sama sekali tidak diperhatikan, karena umumnya pembeli hanya memaklumi adanya kesepakatan jual beli barang-barang software antara mereka dan toko komputer dan tidak menyangkut ijin lisensi pemakaian software yang merupakan perjanjian terpisah dari perjanjian jual beli tersebut.10

Kemudian dalam suatu proses jual beli, kesepakatan penjual dan pembeli terjadi manakala telah ada pembayaran (pasal 1320 KUHPerdata) tetapi pada saat pembeli software bermaksud memakainya ternyata masih ada syarat-syarat yang menyertai dan perlu dituruti yakni larangan-larangan untuk melakukan sesuatu dan tentang jaminan terbatas (limited liability) dari produsen software atas produk yang dijualnya itu.11

Seperti telah disebutkan di atas bahwa selain cara konvensional yaitu dengan cara membeli software langsung mendatangi tokonya, belanja software sekarang dapat dilakukan melalui telepon, faximail, atau internet dan seiring dengan perkembangan jaman belanja software melalui internet dianggap lebih cepat, mudah dan murah. Namun berbelanja di dunia maya sama sekali jauh berbeda dengan di dunia nyata.

10

Iman Syahputra. 2002. Problematika Hukum Internet Indonesia. Jakarta: Prehalindo: 7-11

11 Ibid


(14)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

Membeli suatu produk atau jasa yang diiklankan di internet, dengan cukup menekan tombol “send” tentunya setelah terpenuhinya segala kondisi yang disyaratkan (term of conditions) oleh penjual untuk kemudian membeli barang yang dibeli cukup hanya dengan menggesekan credit card. Begitu pula pihak penjual produk cukup menunggu dengan pasif persetujuan pembayaran dari bank atas credit card yang dipakai.

Idealnya transaksi diadakan sedemikian praktis, tapi dalam kenyataannya transaksi tersebut dapat mengundang banyak persoalan, mungkin dapat sangat merugikan pihak-pihak yang bertransaksi, terlebih lagi transaksi melalui internet terkadang tidak hanya meliputi satu wilayah karena dapat mencakup antar benua yang tidak mengenal batas geografis dan yurisdiksi hukum.

Atas dasar fenomena tersebut dapat dikatakan transaksi software secara elektronik dapat menimbulkan berbagai aspek termasuk aspek hukum bagi pihak-pihak penjual, pembeli dan produsen serta pihak-pihak ketiga mengenai siapakah yang tidak melakukan kewajiban, cedera janji (wanprestasi) sebagaimana yang diperjanjikan dan ketentuan mengenai tanggung jawab yang mengikutinya.12

Didasarkan atas latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, adapun pokok permasalahan yang akan diangkat dalam skripsi ini adalah mengenai tinjauan hukum perjanjian terhadap tanggung jawab para pihak atas wanprestasi

B. Perumusan Masalah

12


(15)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

yang terjadi dalam jual beli software secara elektronik, yang diantaranya menyangkut beberapa hal yaitu :

1. Bagaimana ketentuan jual beli software secara elektronik ? 2. Bagaimana bentuk jual beli software secara elektronik ?

3. Bagaimana tanggung jawab para pihak atas wanprestasi dalam transaksi jual beli software secara elektronik.

4. Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa yang terjadi dalam suatu transaksi jual beli software secara elektronik.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana ketentuan jual beli software secara elektronik. 2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk jual beli software secara elektronik. 3. Untuk mengetahui tanggung jawab para pihak atas wanprestasi yang terjadi

dalam transaksi jual beli software secara elektronik.

4. Untuk mengetahui mekanisme penyelesaian sengketa yang terjadi dalam suatu transaksi jual beli software secara elektronik.

Sebuah karya tulis yang dibuat diharapkan dapat memberikan suatu manfaat, demikian pula yang diharapkan dari penulisan skripsi ini. Adapun manfaat yang diharapkan tersebut adalah :


(16)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

1. Secara teoretis, penulisan skripsi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian terhadap perkembangan hukum khususnya yang berkaitan dengan jual beli software secara elektronik.

2. Secara praktis, dengan ditulisnya skripsi ini maka diharapkan akan dapat memberikan sumbangan pemikiran yuridis terhadap perkembangan hukum agar nantinya lebih dapat mengikuti atau bahkan mengimbangi perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat. Dan selain itu diharapkan agar dapat memberikan pemahaman dan wawasan ilmiah baik secara khusus maupun secara umum berkenaan dengan masalah tanggung jawab para pihak atas wanprestasi yang terjadi dalam jual beli software secara elektronik.

Penulis sangat menyadari bahwa keberadaan skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna, namun besar harapan penulis agar skripsi ini dapat berguna menjadi bahan bacaan bagi peminat hukum serta yang berkenaan dengannya pada khususnya dan masyarakat pencinta ilmu pengetahuan pada umumnya.

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini didasarkan pada ide, gagasan, maupun pemikiran penulis secara pribadi yang didasarkan dengan melihat perkembangan media elektronik khususnya internet sebagai bagian dari teknologi informasi yang mendukung semakin canggih dan praktisnya sebuah proses jual beli.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan baik melalui media internet maupun perpustakaan maka sepengetahuan penulis didapat fakta bahwa belum ada skripsi yang mengkhususkan diri untuk membahas masalah tentang tinjauan


(17)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

hukum perjanjian terhadap tanggung jawab para pihak atas wanprestasi yang terjadi dalam jual beli software secara elektronik.

Sehingga penulis sampai kepada satu kesimpulan tulisan ini bukanlah hasil penggandaan ataupun jiplakan dari karya tulis orang lain. Mengenai keberadaan kutipan pendapat dalam penulisan skripsi ini adalah hal yang tidak perlu untuk diperdebatkan karena sebuah kutipan merupakan hal yang lumrah dan wajar karena diajukan semata-mata demi kesempurnaan tulisan ini, jadi sama sekali tidak ada maksud penulis untuk melakukan suatu tindakan plagiat.

E. Tinjauan Pustaka

Sesuai dengan tujuan dari penulisan skripsi ini yang ingin membahas lebih lanjut mengenai tinjauan hukum perjanjian terhadap tanggung jawab para pihak atas wanprestasi yang terjadi dalam jual beli software secara elektronik, maka ada baiknya penulis memaparkan terlebih dahulu tentang pendapat hukum yang dianggap relevan dan sekiranya dapat digunakan sebagai landasan teori dalam penulisan skripsi ini. Adapun teori yang dimaksud adalah postal rule dan acceptance rule yang akan menjelaskan tentang kepada siapa beban tanggung jawab akan dibebankan jika terjadi wanprestasi dalam suatu proses jual beli melalui media elektronik.

Karena permasalahan utama yang ingin diangkat dalam skripsi ini adalah tentang masalah tanggung jawab akibat wanprestasi maka pada bagian lain penulis juga akan mencoba untuk melengkapi hal tersebut dari beberapa literatur. 1. Postal Acceptance Rule


(18)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

Pendapat hukum ini antara lain menyatakan bahwa ketika syarat-syarat dalam term of conditions yang ditentukan penjual dalam sebuah situs telah disetujui oleh pembeli, maka dengan menekan tombol send pembeli telah menandakan persetujuan terhadap ketentuan perjanjian yang ditawarkan oleh penjual dalam internet. Pendapat hukum ini disebut juga dengan teori kantor pos.

Secara praktis teori ini mengandung pengertian bahwa dengan surat di tangan kantor pos, pembeli dianggap telah melepaskan tanggung jawabnya dan apabila suatu saat terdapat keadaan dimana penjual mengatakan surat atau pesan melalui e-mail belum diterima sehingga barang yang dipesan pembeli belum dapat dikirim maka pihak pembeli dapat menuntut pihak penjual bertanggung jawab karena telah melakukan wanprestasi.

2. Acceptance Rule

Pendapat yang kedua menyatakan bahwa kata sepakat dalam transaksi internet terjadi pada saat surat pesanan suatu produk melalui e-mail diterima oleh penjual atau informasi telah ada di bawah kontrol penjual. Pendapat hukum ini berpedoman, walaupun pembeli telah memenuhi segala terms of conditions dalam suatu transaksi jual beli melalui internet, misalnya telah melakukan pembayaran, hal ini bukan merupakan jaminan penjual akan mengirimkan produknya karena pengiriman e-mail oleh pembeli harus diterima terlebih dahulu dan telah berada di bawah kontrol pihak penjual.13

Dengan demikian seandainya pesan atau surat (e-mail) hilang di perjalanan, tanggung jawab tidak dapat dibebankan kepada pihak penjual karena adanya

13

Zulfi Chairi. 2005. Aspek Hukum Perjanjian Jual Beli Melalui Internet. Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara: 41-43


(19)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

wanprestasi atau tidak dipenuhinya kewajiban baru dapat ditentukan saat apakah penjual telah menerima pesan e-mail. Dalam pendapat kedua ini pihak pembeli mempunyai hak untuk mengecek apakah informasi atau keterangan e-mail tersebut benar-benar telah diterima atau tidak oleh pihak penjual.14

Tanggung jawab adalah kewajiban dalam melakukan tugas tertentu, tanggung jawab timbul karena telah diterima wewenang, seperti wewenang tanggung jawab juga membentuk hubungan tertentu (interpersonal relationship) antara pemberi wewenang dan penerima wewenang, tanggung jawab seimbang dengan wewenang.

Berkaca pada dua teori di atas maka terjawab sudah permasalahan tentang pihak mana atau siapa yang harus bertanggung jawab, namun bila kita kembali kepada pokok masalah yang ingin dibahas dalam skripsi ini maka akan timbul sebuah pertanyaan yaitu bagaimana bentuk pertanggung jawaban akibat wanprestasi tersebut ?.

3. Bentuk Tanggung Jawab Akibat Wanprestasi

15

Perjanjian adalah sesuatu yang sangat berkaitan dengan tanggung jawab sebab perjanjian yang dibuat akan menimbulkan hubungan hukum. Sebuah perjanjian berisikan suatu tujuan bahwa pihak yang satu akan memperoleh prestasi dan pihak yang lain berhak atas pemenuhan prestasi atau kewajiban. Dalam setiap perjanjian debitur wajib bertanggung jawab melakukan kewajiban

14

Ibid. 15


(20)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

sesuai dengan isi perjanjian termasuk di dalamnya kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap tuntutan kreditur akibat terjadinya wanprestasi.

Prof. Dr. Mariam Darus Badrulzaman, S.H. berpendapat bahwa : “... hak-hak yang dimiliki kreditur apabila terjadi ingkar janji yaitu : a) Hak menuntut pemenuhan perikatan (nokamen)

b) Hak menuntut pemutusan perikatan atau apabila perikatan itu bersifat timbal balik menuntut pembatalan perikatan (outbinding)

c) Hak menuntut ganti rugi (schade vergoeding)

d) Hak menuntut pemenuhan perikatan dengan ganti rugi

e) Hak menuntut pemutusan atau pembatalan perikatan dengan ganti rugi…….”.16

Sedangkan menurut J. Satrio,S.H.

“... akibat-akibat hukum berupa tuntutan dari kreditur dapat menimpa debitur apabila debitur tidak memenuhi kewajiban-kewajibannya. Tuntutan dari kreditur ini dapat berupa :

a) Pertama-tama sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 1236 dan 1243 KUHPerdata bahwa dalam hal debitur lalai untuk memenuhi kewajibannya kreditur berhak untuk menuntut penggantian kerugian yang berupa ongkos-ongkos kerugian dan bunga. Akibat hukum seperti ini menimpa debitur baik dalam perikatan untuk memberikan sesuatu untuk melakukan sesuatu ataupun tidak melakukan sesuatu.

b) Selanjutnya pasal 1237 KUHPerdata mengatakan bahwa sejak kreditur lalai maka resiko atas objek perikatan menjadi tanggung jawab debitur. c) Yang ketiga ialah kalau perjanjian itu berupa perjanjian timbal balik

maka berdasarkan pasal 1266 kreditur berhak untuk menuntut pembatalan perjanjian dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi tetapi kesemuanya itu tidak mengurangi hak dari kreditur untuk tetap menuntut pemenuhan prestasi…….”17

Masih dalam hal akibat dari wanprestasi ini Subekti berpendapat

“... bahwa terhadap kelalaian atau kealpaan si berhutang (debitur) diancam dengan beberapa sanksi atau hukuman, hukuman atau akibat-akibat yang tidak enak bagi debitur yang lalai tadi ada 4 (empat) macam, yaitu : a) Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengan singkat

dinamakan dengan ganti rugi

b) Pembatalan perjanjian atau juga dinamakan “pemecahan” perjanjian c) Peralihan resiko

16

Mariam Darus I. 1996. KUH Perdata Buku II Hukum Perikatan Dengan Penjelasan. Bandung: Alumni: 26

17


(21)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

d) Pembayaran biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di muka hakim…….”18

Kemudian untuk sekedar memenuhi prinsip kemutakhiran dalam sebuah tinjauan pustaka serta agar dapat memberikan tambahan uraian tentang bentuk tanggung jawab maka di sini penulis juga akan mencoba sedikit memaparkan sebuah artikel yang masih ada hubungannya dengan masalah bentuk tanggung jawab tersebut.

Dalam artikelnya yang berjudul “Product Liability dan Perlindungan Konsumen, Tanggung Jawab Pelaku Usaha ?”, Rosewitha Irawaty mengungkapkan antara lain bahwa product liability meletakan beban tanggung jawab produk terhadap produsen atau dikenal dengan strict liability yaitu apabila terdapat kesalahan atau cacat pada produk akibat/dianggap kesalahan dari pihak produsen dan menyebabkan kerugian konsumen atau pihak lain, maka hal tersebut menjadi tanggung jawab produsen secara mutlak. Dengan penerapan tanggung jawab mutlak ini maka pelaku usaha/pembuat produk dianggap bersalah atas kerugian yang ditimbulkan, kecuali apabila pihak produsen dapat membuktikan bahwa kerugian yang terjadi tidak dapat dipersalahkan padanya.

Product liability diartikan sebagai tanggung jawab secara hukum dari produsen dan penjual untuk mengganti kerugian yang diderita oleh pembeli, pengguna atau pihak lain akibat dari cacat dan kerusakan yang terjadi karena kesalahan pada saat mendapatkan barang, khususnya jika produk tersebut dalam keadaan cacat yang berbahaya bagi konsumen dan pengguna.19

18

Idris Zainal. 1996. Segi-Segi Hukum Pada Perjanjian Jual Beli. Medan: FH USU: 49-50 19

Rosewitha Irawaty. Product Liability dan Perlindungan Konsumen Tanggung Jawab Pelaku Usaha. http://www.lkht.net/artikel lengkap.php?id=18


(22)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

4. Ketentuan Ganti Rugi Dalam KUHPerdata

Uraian di atas menggambarkan bahwa ganti rugi merupakan hal dominan yang paling sering timbul akibat terjadinya suatu wanprestasi, ganti rugi sendiri dapat diartikan sebagai sanksi yang dapat dibebankan kepada debitur yang tidak memenuhi prestasi dalam suatu perikatan untuk memberikan penggantian biaya, rugi atau bunga, hal ini diatur dalam Pasal 1243 sampai dengan Pasal 1252 KUHPerdata.

Sedangkan biaya merupakan segala pengeluaran atau pengongkosan yang nyata-nyata telah dikeluarkan oleh kreditur. Sedangkan rugi adalah segala kerugian karena musnahnya atau rusaknya barang-barang milik kreditur akibat kelalaian debitur. Kemudian bunga adalah segala keuntungan yang diharapkan atau sudah diperhitungkan.

Dalam hal kerugian ini tidak dapat dituntut dengan sekehendak hati oleh kreditur, melainkan dibatasi oleh undang-undang yang meliputi :

a) Pembatasan pertama yaitu untuk segala macam wanprestasi disebutkan dalam Pasal 1248 KUHPerdata yang menentukan tentang tuntutan ganti rugi disebabkan karena adanya akibat langsung dari tidak dipenuhinya perikatan. b) Pembatasan kedua termuat dalam Pasal 1247 KUHPerdata yang menentukan

bahwa penggantian kerugian oleh debitur jujur hanya terbatas pada ganti rugi yang sejak semula dapat dikira akan terjadi, sedangkan untuk debitur yang tidak jujur juga harus mengganti kerugian yang tidak dapat diperkirakan orang akan terjadi.


(23)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

c) Pembatasan berikutnya diatur dalam Pasal 1250 KUHPerdata yang mengatur bahwa debitur yang lalai membayar sejumlah uang kepada kreditur diwajibkan membayar penggantian kerugian berupa bunga yaitu bunga maratoir, bunga maratoir ini hanya terdiri atas bunga yang ditentukan undang-undang dan terhitung mulai gugatan diajukan di muka pengadilan.20

Dalam hal ganti rugi ini Mariam Darus berpendapat bahwa “rugi (schade) adalah kerugian nyata (faitelijknadee) yang dapat diduga atau diperkirakan pada saat perikatan itu diadakan yang timbul sebagai akibat ingkar janji, jumlahnya ditentukan dengan suatu perbandingan diantara keadaan kekayaan seandainya tidak terjadi ingkar janji”.

Pada dasarnya bentuk ganti rugi yang lazim digunakan adalah uang, oleh karena menurut ahli hukum perdata maupun yurisprudensi uang merupakan alat yang paling praktis dan paling sedikit menimbulkan perselisihan dalam menyelesaikan suatu sengketa. Selain uang masih ada bentuk lain yang dipergunakan sebagai bentuk ganti rugi yaitu pemulihan pada keadaan semula (in natura) dan larangan utuk mengulangi.

Mengenai masalah ganti kerugian immateril tidak ada pengaturannya di dalam KUHPerdata tetapi berdasarkan yurisprudensi dan pendapat para ahli hukum perdata, dinyatakan bahwa ganti rugi juga layak diberikan kepada kerugian immateril.21

Dari pendapat-pendapat di atas, maka kiranya telah terjawab tentang hal konkrit apa yang harus ditanggung oleh seorang debitur apabila ia melakukan

20

Ridwan Syahrani. 1992. Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata. Bandung: Alumni: 232-236.

21


(24)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

wanprestasi. Namun sekali lagi penulis ingin menyatakan bahwa uraian tersebut dianggap masih bersifat sangat umum dan dapat dianggap belum dapat menjawab pokok permasalahan seutuhnya, seperti apakah ketentuan tersebut berlaku juga bagi debitur mancanegara yang tunduk pada mekanisme hukum yang berbeda, kemudian apakah bentuk pertanggungjawaban tersebut juga berlaku bagi pihak ketiga yang juga ikut berperan dalam sebuah proses jual beli software secara elektronik.

Ketidakmampuan teori, pendapat dan artikel di atas memberikan jawaban atas beberapa pertanyaan yang dianggap menjadi substansi utama permasalahan yang ingin diangkat, mendorong penulis untuk melakukan penelitian dalam hal tersebut yang kesemuahasilnya akan dituangkan dalam skripsi ini.

F. Metode Penulisan

Metode penulisan yang penulis gunakan dalam skripsi yang berjudul “TINJAUAN HUKUM PERJANJIAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK ATAS WANPRESTASI YANG TERJADI DALAM JUAL BELI SOFTWARE SECARA ELEKTRONIK” ini adalah metode penelitian normatif dengan menggunakan studi pustaka (library research) atau studi dokumentasi sebagai alat pengumpul datanya, serta menggunakan bahan-bahan dengan tipe datanya yang meliputi :


(25)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat antara lain :

a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) b) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

c) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang d) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten

e) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

f) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen g) UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce (1996) with additional

article 5 bis as adopted in 1998 and guide to enactment.

2. Bahan hukum skunder yaitu bahan-bahan hukum yang dapat menjelaskan bahan hukum primer, seperti rancangan Undang-undang, rancangan peraturan pemerintah, hasil penelitian hukum, buku-buku, artikel, majalah, dan koran, atau internet maupun makalah-makalah yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, adapun rancangan undang-undang (RUU) yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini yaitu RUU tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

3. Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberikan petunjuk atau penjelelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum skunder seperti kamus hukum, kamus bahasa, ensiklopedia dan lain sebagainya.22

22

Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. –Cet. 3. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press): 50-52


(26)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

G. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini seluruhnya merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan satu sama lain. Untuk memberikan kemudahan dalam penulisan skripsi ini maka penulis menggunakan sistematika sebagai berikut : BAB I adalah pendahuluan yang mencakup atas latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II akan menjelaskan tinjauan umum tentang hukum perjanjian yang meliputi pengertian perjanjian pada umumnya, subjek dan objek perjanjian, syarat sah dan asas-asas perjanjian, serta kemudian akan diuraikan jenis-jenis dan hapusnya perjanjian.

BAB III menguraikan tinjauan umum tentang jual beli software secara elektronik yang terdiri atas empat bagian yakni mengenai pengertian umum jual beli menurut KUHPerdata, pengertian umum software yang terbagi atas defenisi software, kedudukan software dalam sistem hukum Indonesia dan software sebagai objek jual beli. Kemudian juga akan dibahas mengenai jual beli secara elektronik dan hubungan antara jual beli umumnya dengan jual beli secara elektronik.

BAB IV adalah analisis mengenai tinjauan hukum perjanjian terhadap tanggung jawab para pihak atas wanprestasi yang terjadi dalam jual beli software secara elektronik yang mencakup pengertian perjanjian secara elektronik, kedudukan pacta sunt servanda dalam jual beli secara elektronik, tanggung jawab atas wanprestasi dalam jual beli software secara


(27)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

elektronik, kemudian yang terakhir adalah tentang mekanisme penyelesaian sengketa.

BAB V merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-saran atas pembahasan pada bab-bab sebelumnya.

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN


(28)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

Sebelum diuraikan lebih jauh mengenai pengertian umum dari perjanjian ini, maka ada baiknya dipaparkan terlebih dahulu mengenai pengertian dari perjanjian dan perikatan.

Subekti berpendapat bahwa perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak berdasarkan mana pihak yang satu (kreditur/si berpiutang) berhak menuntut suatu hak dan pihak yang lain (debitur/si berhutang) yang berkewajiban memenuhi tuntutan itu.

Sedangkan dalam hal perjanjian Subekti berpendapat bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang yang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Perjanjian tersebut menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Disatu kesempatan subekti juga berpendapat bahwa perkataan “kontrak” adalah lebih sempit dari perjanjian karena ditujukan kepada perjanjian atau persetujuan yang tertulis.

Perikatan dan perjanjian menunjukan pada dua hal yang berbeda, perikatan adalah suatu istilah atau pernyataan yang bersifat abstrak sedangkan perjanjian adalah sesuatu hal yang bersifat konkrit, suatu perikatan tidak dapat dilihat dengan mata kepala tetapi perjanjian dapat dilihat, dibaca atau diraba.23

Hukum perikatan merupakan istilah yang paling luas cakupannya, istilah perikatan merupakan kesepadanan dari istilah belanda “verbentenis” istilah hukum perikatan ini mencakup semua ketentuan dalam buku III KUHPerdata,

23


(29)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

karena itu hukum perikatan terdiri atas dua golongan besar yaitu hukum perikatan yang berasal dari undang-undang dan hukum perikatan yang berasal dari perjanjian (Pasal 1233 KUHPerdata). Eksistensi sebuah perjanjian sebagai salah satu sumber perikatan juga berlandaskan pada ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan yang mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”.

Dengan membuat perjanjian berarti para pihak secara sukarela telah mengikatkan diri untuk melakukan prestasi dengan jaminan berupa harta kekayaan yang dimiliki atau akan dimiliki oleh pihak-pihak yang berjanji. Sifat sukarela di sini merupakan indikator bahwa perjanjian tersebut harus lahir dari kehendak dan harus dilaksanakan sesuai dengan maksud dari pihak-pihak yang membuat perjanjian, pernyataan sukarela ini menunjukan bahwa perikatan merupakan hasil dari sebuah perjanjian dan bukan undang-undang.

Para pihak dalam perjanjian harus melaksanakan prestasi dan tahu konsekwensi dari pelaksanaan atau alpa melaksanakan prestasi serta mengetahui bagaimana pemaksaan pelaksanaan prestasi tersebut.24

Berdasarkan ketentuan KUHPerdata pada prinsipnya perjanjian yang kita kenal merupakan perjanjian obligatoir kecuali undang-undang menentukan lain, perjanjian obligatoir mengandung arti bahwa dengan ditutupnya perjanjian itu pada dasarnya baru melahirkan perikatan saja, dalam arti hak atas objek perjanjian belum beralih untuk perikatan tersebut.25

24

Kartini Mulyadi, Gunawan Widjaja. 2003. Seri Hukum Perikatan: Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, ed1. cet1. Jakarta: PT Raja Grafindo: 1-3

25


(30)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

Para sarjana hukum perdata pada umumnya berpendapat bahwa defenisi perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah tidak lengkap dan terlalu luas, tidak lengkap karena yang dirumuskan hanya mengenai perjanjian sepihak saja. Terlalu luas karena dapat mencakup mengenai perjanjian dalam hukum keluarga.

Dalam hal bentuk perjanjian tertulis Mariam Darus berpendapat bahwa suatu bentuk perjanjian tertulis tidak hanya bersifat sebagai alat pembuktian apabila terjadi perselisihan, namun merupakan syarat untuk adanya perjanjian itu (bestaandwaarde) sehingga apabila hal itu tidak dituruti maka perjanjian itu tidak sah, misalnya perjanjian mendirikan PT harus dengan akta notaris (Pasal 38 KUHD).26

Intisari atau hakikat perjanjian tiada lain adalah prestasi, sesuai dengan ketentuan Pasal 1234 KUHPerdata prestasi yang diperjanjikan itu adalah untuk menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu atau untuk tidak melakukan sesuatu. Memberikan sesuatu sesuai dengan ketentuan Pasal 1235 KUHPerdata berarti suatu kewajiban untuk memberikan atau menyerahkan benda yang tidak hanya terbatas pada benda yang berwujud ataupun benda yang tertulis tetapi juga termasuk ke dalamnya penyerahan akan kenikmatan (genot) dari suatu barang, misalnya sewa menyewa.

B. Objek Dan Subjek Perjanjian 1. Objek Perjanjian

27

26

Mariam Darus Badrulzaman I. Op:cit: 89-90 27


(31)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

Menurut Pasal 1332 hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja yang dapat menjadi pokok-pokok perjanjian. Barang-barang yang dipergunakan untuk kepentingan umum tidak dapat dijadikan objek perjanjian. Kemudian agar suatu perjanjian dapat dikatakan memenuhi kekuatan hukum yang sah, bernilai dan mempunyai kekuatan yang mengikat maka prestasi yang menjadi objek perjanjian harus tertentu, atau sekurang-kurangnya jenis objek harus tertentu (Pasal 1323 KUHPerdata).

Prestasi yang harus dilaksanakan debitur harus sesuatu yang benar-benar mungkin dapat dilaksanakan. Akan tetapi dalam mempersoalkan masalah prestasi yang tidak mungkin untuk dilaksanakan harus dapat dibedakan ketidakmungkinan mutlak dan ketidakmungkinan dari segi debitur. Secara teoretis atas ketidakmungkinan tersebut dapat diangkat 2 (dua) pendapat, yaitu :

a) Ketidakmungkinan yang subjektif yaitu didasarkan atas anggapan subjektif debitur, hal ini tidak berimplikasi pada batalnya perjanjian.

b) Ketidakmungkinan objektif, prestasi secara nyata dan benar memang tidak bisa dilaksanakan debitur.

Perjanjian yang prestasinya tidak mungkin dilakukan sejak dari semula membuat perjanjian yang demikian dengan sendirinya dianggap tidak berharga, tidak sah, tidak mengikat, dan tidak ada kewajiban dari pihak debitur untuk memenuhinya, sebab ketidakmungkinan itu telah menghapus kewajiban itu sendiri dan menghapuskan resiko yang dapat dipikulkan kepada debitur.

Apabila pada saat dibuat perjanjian prestasi semula memang benar-benar mungkin namun kemudian oleh karena satu hal menjadi tidak mungkin maka


(32)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

perjanjian yang seperti itu dianggap sah dan berharga. Adapun masalah sampai dimana pengaruh kejadian yang menyebabkan ketidakmungkinan tersebut termasuk ke dalam ruang lingkup overmacht.

Prestasi yang menjadi objek perjanjian bisa saja yang tidak bernilai uang, hal tersebut didasarkan pada pengertian penggantian suatu kerugian atau ganti rugi tidak berwujud berupa pemulihan kerugian di bidang moral dan kesopanan. Hal ini diatur dalam Pasal 1239, 1240, 1241, 1243 KUHPerdata. Akan tetapi pendapat yang lain menyatakan bahwa prestasi harus dapat dinilai dengan uang hal ini didasarkan pada pandangan bahwa setiap prestasi harus mempunyai nilai ekonomi yang dengan sendirinya akan mempunyai nilai uang.

2. Subjek Perjanjian

Timbulnya perjanjian disebabkan oleh adanya hubungan hukum kekayaan antara dua orang atau lebih yang menduduki tempat berbeda sebagai debitur dan kreditur.

Sesuai dengan teori dan prektek hukum, kreditur terdiri dari : a) Individu sebagai person yang bersangkutan, yang terdiri dari :

1) natuurlijke persoon atau manusia tertentu

2) recht persoon atau badan hukum

Jika badan hukum yang menjadi subjek, perjanjian yang diikat bernama perjanjian atas nama (verbintenis op naam) dan kreditur yang bertindak sebagai penuntut disebut tuntutan atas nama.

b) Seorang atau keadaan tertentu mempergunakan kedudukan/hak orang lain tertentu, contohnya seorang penyewa rumah A. penyewa bertindak atas


(33)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

keadaan dan kedudukan sebagai penyewa sekalipun rumah telah dijual oleh pemilik semula atau pemilik semula telah meninggal, perjanjian sewa menyawa tetap berjalan.

c) Persoon yang dapat diganti, mengenai persoon yang dapat diganti berarti

penggantian kreditur telah ditetapkan dalam perjanjian. 28 Mariam Darus Badrulzaman berpendapat bahwa

“... yang dimaksud dengan subjek perjanjian adalah pihak-pihak yang terikat dengan diadakannya suatu perjanjian, yang dapat dibedakan atas 3 golongan yakni :

1) para pihak yang mengadakan perjanjian itu sendiri

2) para ahli waris mereka dan mereka yang mendapat hak dari padanya 3) pihak ketiga……..”. 29

Pihak-pihak dalam perjanjian diatur secara sporadis di KUHPerdata yaitu di dalam Pasal 1315, 1340, 1317, dan 1318.

C. Syarat Sah dan Asas-Asas Perjanjian 1. Syarat Sah Perjanjian

Ketentuan tentang syarat sah perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata yang mengatakan bahwa untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu :

a) Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya b) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan c) Suatu hal tertentu

d) Suatu sebab yang halal

28

Ibid. 11-16 29


(34)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

Keempat unsur tersebut selanjutnya dalam doktrin ilmu hukum yang berkembang digolongkan ke dalam :

a) Unsur subjektif, yaitu unsur pokok yang menyangut subjek atau pihak yang mengadakan perjanjian. Unsur ini meliputi unsur kesepakatan secara bebas dan kecakapan dari para pihak yang berjanji. Jika terjadi pelanggaran pada unsur ini maka suatu perjanjian dapat dibatalkan.

b) Unsur objektif yaitu unsur pokok lainnya yang berhubungan langsung dengan objek perjanjian yang meliputi keberadaan dari pokok persoalan yang merupakan objek yang diperjanjikan dan causa dari objek yang berupa prestasi yang disepakati untuk dilaksanakan. Dalam hal tidak dipenuhinya unsur objektif ini maka perjanjian dapat dinyatakan batal demi hukum. 30 2. Asas-Asas Perjanjian

Pasal 1313 KUHPerdata mengawali ketentuan yang diatur dalam bab II buku III dengan judul “tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan dari kontrak atau perjanjian –perjanjian” dengan menyatakan bahwa “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.

Perumusan yang demikian memperlihatkan bahwa suatu perjanjian adalah ; a) Suatu perbuatan

b) Antara sekurang kurangnya dua orang

c) Perbuatan tersebut melahirkan perikatan diantara para pihak

30


(35)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

Perbuatan di sini mengandung maksud bahwa perjanjian hanya mungkin terjadi jika ada suatu perbuatan nyata, yang tidak terbatas dalam bentuk pikiran atas dasar inilah kemudian dikenal adanya perjanjian konsensuil, perjanjian formil dan perjanjian riil.

Bagian kedua dari unsur Pasal 1313 tersebut menyatakan bahwa “antara sekurang-kurangnya dua orang” menunjukan bahwa suatu perjanjian tidak mungkin dibuat sendiri. Lalu pada bagian selanjutnya dinyatakan “perbuatan tersebut melahirkan perikatan diantara para pihak” mempertegas bahwa debitur pada satu pihak sebagai pihak yang berkewajiban dan kreditur pada pihak lain yang berhak atas pelaksanaan prestasi oleh debitur.

Dalam rangka menciptakan keseimbangan dan memelihara hak-hak yang dimiliki para pihak, sebelum perjanjian yang dibuat mengikat para pihak maka oleh KUHPerdata diberikan berbagai asas umum yang menjadi batas serta pedoman dalam mengatur dan membentuk perjanjian yang akan dibuat, yaitu : asas personalia, asas konsensualitas, asas kebebasan berkontrak, asas perjanjian berlaku sebagai undang-undang, asas kepercayaan, asas kekuatan mengikat, asas persamaan hukum, asas keseimbangan, asas kepastian hukum, asas moral, asas kepatutan. Selanjutnya mengenai asas-asas tersebut akan dijelaskan dan diuraikan pada bagian pembahasan “kedudukan pacta sunt servanda dalam jual beli secara elektronik” di bab IV.

D. Jenis-jenis Dan Hapusnya Perjanjian 1. Jenis-jenis Perjanjian


(36)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

a) Perjanjian Timbal Balik

Perjanjian timbal balik sering kali juga disebut dengan perjanjian bilateral atau bisa disebut dengan perjanjian dua pihak. Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban-kewajiban kepada kedua belah pihak dan hal serta kewajiban itu saling berhubungan satu dengan yang lain.

Yang dimaksud dengan mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang lain adalah bahwa bilamana dalam perikatan yang muncul dari perjanjian tersebut, yang satu mempunyai hak maka pihak yang lain di sana berkedudukan sebagai pihak yang memikul kewajiban. Jadi pembagian di sini didasarkan atas perikatan yang muncul dari perjanjian tersebut, apakah mengikat satu pihak atau kedua belah pihak. Perjanjian timbal balik ini dapat dicontohkan dengan perjanjian jual beli, sewa menyewa dan tukar menukar.

Selain itu ada juga yang merumuskan sebagai perjanjian yang bagi masing-masing pihak menerbitkan perikatan bagi yang lain. Perumusan seperti ini mendasarkan pada pikiran bahwa dalam tiap-tiap perikatan selalu ada dua pihak dimana pihak yang satu mempunyai hak dan pihak yang lain mempunyai kewajiban. Syarat bahwa kewajiban pada kedua belah pihak harus mempunyai nilai yang sama (seimbang), baik objektif maupun subjektif tidak mempengaruhi pengelompokan perjanjian tersebut ke dalam perjanjian timbal balik.31

“... dari perjanjian yang timbal balik yang tidak sempurna senantiasa timbul suatu kewajiban pokok bagi satu pihak sedangkan mungkin juga pihak yang lainnya adalah wajib untuk melakukan sesuatu tanpa bahwa di b) Perjanjian Timbal Balik Tidak Sempurna

H.F.A. Vollmar berpendapat bahwa

31

J.Satrio II. 1995. Hukum Perikatan: Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian. Bandung: PT Citra Aditya Bakti: 43-45


(37)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

situ dengan tegas ada prestasi-prestasi yang satu sama lain saling seimbang, misalnya si penerima pesan senantiasa adalah wajib untuk melaksanakan pesan yang dikenakan dan diterima, tetapi atas pundak orang yang memberi pesan hanyalah meletakan kewajiban-kewajiban apabila si penerima pesan telah mengeluarkan biaya-biaya atau olehnya telah diperjanjikan upah…….”32

Perjanjian timbal balik tidak sempurna pada dasarnya adalah perjanjian sepihak karena kewajiban pokoknya hanya ada pada salah satu pihak saja. Tetapi dalam hal-hal tertentu dapat timbul kewajiban-kewajiban pada pihak lain, misalnya perjanjian pemberian kuasa (lastgeving) tanpa upah.33

Redaksi kata “memberikan keuntungan” pada Pasal 1314 seperti tersebut di atas sebenarnya lebih tepat kalau diganti dengan kata prestasi, sebab tidak menjadi soal apakah pada akhirnya prestasi itu menguntungkan atau tidak.

c) Perjanjian cuma-cuma

KUHPerdata dalam Pasal 1314 telah memberikan perbedaan defenisi antara perjanjian cuma-cuma dan perjanjian atas beban, yaitu :

“suatu persetujuan dibuat cuma-cuma atau atas beban

suatu persetujuan dengan cuma-cuma adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan kepada pihak yang lain tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri

suatu persetujuan atas beban adalah suatu persetujuan yang mewajibkan masing-masing pihak memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu”

34

Dalam hal perjanjian cuma-cuma ini Mariam Darus berpendapat bahwa perjanjian cuma-cuma adalah perjanjian yang memberikan keuntungan bagi salah satu pihak saja, contoh dari perjanjian cuma-cuma ini yaitu hibah, pinjam pakai cuma-cuma, penitipan barang cuma-cuma.

32

H.F.A. Vollmar. 1984. Pengantar Studi Hukum Perdata: Diterjemahkan Oleh I.S. Adiwimarto. Jakarta: CV Rajawali: 130

33

J.Satrio II. Op:cit 45 34


(38)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

Termasuk dalam perjanjian cuma-cuma ini adalah perjanjian-perjanjian dimana ada prestasi pada kedua belah pihak tetapi prestasi yang satu adalah lebih kecil atau tidak seimbang, sehingga tidak dapat dikatakan bahwa prestasi dimaksudkan agar terjadi suatu kontra prestasi terhadap pihak lain.

d) Perjanjian Atas Beban

Defenisi perjanjian atas beban yang ada dalam Pasal 1314 KUHPerdata dianggap lebih mengarah kepada perjanjian timbal balik, untuk itu para sarjana telah memberikan perumusan lain tentang perjanjian atas beban yaitu :

Perjanjian atas beban yaitu persetujuan dimana terhadap prestasi yang satu selalu ada kontraprestasi pihak lain, dimana kontraprestasinya tidak semata-mata merupakan pembatasan atas prestasi yang satu atau hanya sekedar menerima kembali prestasinya sendiri.

Beberapa hal yang dapat diperhatikan dari defenisi di atas yaitu :

1) Kata terhadap “yang satu” mencerminkan bahwa prestasi yang satu mempunyai hubungan dengan prestasi yang lain.

2) “Yang kontra prestasinya bukan merupakan pembatasan atas prestasi yang lain” dapat dicontohkan dengan hibah bersyarat dimana satu pihak bersedia memberikan hibah (prestasi) asal si penerima hibah memberikan sesuatu kepada pemberi hibah

3) Kemudian dalam kalimat “yang kontra prestasinya bukan sekedar menerima kembali prestasinya sendiri” dapat dicontohkan dengan perjanjian pinjam


(39)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

pakai dimana kontra prestasinya adalah sekedar mengembalikan apa yang dipinjam yang tak lain adalah prestasinya pihak lain itu sendiri.

Selanjutnya menurut Hofmann, kontraprestasi dapat merupakan : 1) Kontra kewajiban, artinya kewajiban yang masih harus dilaksanakan

2) Suatu prestasi yang telah dinikmati, seperti pada utang piutang dimana ada kewajiban untuk mengembalikan uang pokok ditambah bunga, atas dasar kredit yang telah diberikan.

3) Dipenuhinya syarat patistatif, misalnya A akan memberikan hadiah kepada B kalau dalam waktu seminggu bisa mencarikan rumah kontrakan yang memenuhi selera A. Sebenarnya B tidak mempunyai kewajiaban untuk mencarikan rumah kontrakan bagi A.35

e) Perjanjian Bernama

Perjanjian khusus adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri, maksudnya adalah bahwa perjanjian tersebut diatur dan dibatasi nama oleh pembentuk undang-undang berdasarkan tipe yang paling banyak terjadi sehari-hari. Perjanjian khusus terdapat dalam bab V sampai dengan bab XVIII KUHPerdata.36

Nama-nama yang dimaksud adalah jual beli, sewa menyewa, perjanjian pemborongan, perjanjian wesel, perjanjian asuransi dan lain-lain. Dan disamping undang-undang memberikan nama tersendiri, undang-undang juga memberikan pengaturan khusus atas perjanjian-perjanjian bernama. Dari contoh-contoh

35

Ibid. 39-41 36

Mariam Darus Badrulzaman II. 2001 Kompilasi Hukum Perikatan: Dalam Rangka Memperingati Memasuki Masa Purna Bakti Usia 70 Tahun. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Op:cit 67


(40)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

terseburt nampak bahwa perjanjian bernama tidak hanya terdapat di dalam KUHPerdata saja tetapi juga dalam KUHD bahkan dalam undang-undang tersendiri. Jadi yang penting dalam perjanjian bernama yaitu perjanjian tersebut telah daitur dalam undang-undang atau telah mendapat pengaturan khusus dalam undang-undang.

f) Perjanjian Tidak Bernama

Pasal 1319 KUHPerdata menyebutkan dua kelompok perjanjian yang oleh undang-undang diberikan suatu nama khusus yang kemudian disebut perjanjian bernama (nominaatcontracten) dan perjanjian yang dalam undang-undang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu yang dikenal dengan perjanjian tidak bernama (innominaat contracten).

Perjanjian tidak bernama merupakan perjanjian di luar perjanjian bernama yang tidak diatur dalam KUHPerdata tetapi terdapat dalam masyarakat. Jumlah perjanjian ini tidak terbatas dengan nama yang disesuaikan dengan kebutuhan pihak-pihak yang mengadakannya, seperti perjanjian kerja sama, perjanjian pemasaran, perjanjian pengelolaan. Terjadinya perjanjian ini di dalam praktek adalah berdasarkan asas kebebasan berkontrak (partij otonomie).

Bahkan dalam kehidupan sehari-hari ada perjanjian yang mempunyai nama yang sama dengan yang disebutkan dalam undang-undang tetapi dalam masyarakat diberikan arti yang lain. Misalnya oleh masyarakat kontrak dan perjanjian yang pada prinsipnya sama diartikan sebagai perjanjian tertulis yang berlaku untuk jangka waktu tertentu.37

37

J.Satrio II. Op:cit 148


(41)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

g) Perjanjian Obligatoir

Perjanjian obligatoir adalah perjanjian dimana pihak-pihak sepakat, mengikatkan diri untuk melakukan penyerahan suatu benda kepada pihak lain, menurut KUHPerdata perjanjian jual beli saja belum mengakibatkan beralihnya hak milik dari suatu benda dari penjual kepada pembeli. Fase ini baru merupakan kesepakatan (konsensuil) dan harus diikuti dengan penyerahan (perjanjian kebendaan).

h) Perjanjian Kebendaan (zakelijk)

Perjanjian kebendaan merupakan perjanjian dengan mana seorang menyerahkan haknya atas suatu benda kepada pihak lain yang membebankan kewajiban (oblige) pihak itu untuk menyerahkan benda tersebut kepada pihak lain (levering). Penyerahan itu sendiri merupakan perjanjian kebendaan. Dalam hal jual beli benda tetap maka perjanjian jual belinya disebutkan perjanjian jual beli sementara (voorlopig koopcontract). Untuk jual beli benda-benda bergerak maka perjanjian obligatoir dan perjanjian kebendaan jatuh bersamaan.38

Perjanjian kebendaan dimaksudkan untuk mengoperkan atau mengalihkan benda (hak atas benda) disamping untuk menimbulkan, mengubah atau menghapuskan hak-hak kebendaan. Hal lain yang perlu diingat yaitu bahwa peralihan, perubahan dan penghapusan hak-hak kebendaan tidak semata-mata

38


(42)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

didasarkan atas sepakat saja, tetapi undang-undang sering kali menyaratkan bentuk sepakat tertentu misalnya tertulis membuat akta atau didaftarkan.

Sehubungan dengan hal tersebut maka ada dua kelompok pendapat para sarjana yaitu kelompok yang menganggap hanya dengan sepakat saja sudah menimbulkan akibat hukum kebendaan atau telah terjadi perjanjian kebendaan. Sedangkan kelompok yang lain menganggap bahwa ada perjanjian kebendaan kalau dalam sepakat sudah tersimpul adanya kehendak untuk menimbulkan akibat kebendaan, timbulnya akibat hukum itu tidak cukup dengan sepakat saja.39

Perjanjian konsensuil adalah perjanjian dimana adanya kata sepakat antara para pihak saja sudah cukup untuk timbulnya perjanjian yang bersangkutan. Sedangkan Mariam Darus berpendapat bahwa “perjanjian konsensuil adalah perjanjian dimana diantara kedua belah pihak telah tercapai persetujuan kehendak untuk mengadakan perikatan. Menurut KUHPerdata perjanjian ini sudah mempunyai kekuatan mengikat.

i) Perjanjian Konsensuil

40

39

J.Satrio II. Op:cit 57-58 40

Mariam Darus Badrulzaman II. Op:cit. 68 j) Perjanjian Rill

Perjanjian rill adalah perjanjian yang baru terjadi kalau barang yang menjadi pokok perjanjian telah diserahkan. Contohnya perjanjian utang piutang, pinjam pakai, penitipan barang. Perjanjian jual beli menurut KUHPerdata pada asasnya merupakan perjanjian konsensuil, tetapi perjanjian jual beli tanah menurut hukum agraria merupakan perjanjian riil karena mendasarkan pada hukum adat yang bersifat riil.


(43)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

Sebuah kesepakatan dianggap belum cukup untuk menimbulkan perjanjian riil. Bahkan pada perjanjian riil sepakat mempunyai dua fungsi yaitu sebagai unsur dari pada perjanjian riil dan unsur lainnya dapat menimbulkan perjanjian yang berdiri sendiri.

k) Perjanjian Liberatoir

Perjanjian liberatoir yaitu perjanjian yang membebaskan orang dari keterikatannya dari suatu kewajiban tertentu, jadi perjanjian liberatoir atau perjanjian yang menghapuskan perikatan yaitu perjanjian antara dua orang atau pihak yang maksudnya atau isinya adalah untuk menghapuskan perikatan yang ada diantara mereka.41

Tidak terlalu jauh berbeda dengan defenisi di atas Vollmar berpendapat bahwa “sebuah perjanjian disebut perjanjian liberatoir kebalikan dari yang obligatoir apabila itu mengenai perjanjian-perjanjian yang dari itu tidak terutama timbul kewajiban-kewajiban malah dari itu dihapuskan kewajiban-kewajiban yang ada”42

41

J.Satrio II. Op:cit. 49-54 42

H.F.A. Vollmar. Op:cit. 134

. Yang dapat dicontohkan dari perjanjian liberatoir yaitu novasi dan pembebasan utang.

l) Perjanjian Pembuktian

Perjanjian pembuktian adalah perjanjian dimana para pihak menetapkan alat-alat bukti apa yang dapat atau dilarang digunakan dalam hal terjadi perselisihan antara para pihak. Di dalamnya dapat pula ditetapkan kekuatan pembuktian yang bagaimana yang akan diberikan oleh para pihak terhadap satu alat bukti tertentu.


(44)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

Ada yang menamakan perjanjian pembuktian sebagai perjanjian yang berkaitan dengan hukum acara. Karena sebagai bagian dari suatu perjanjian yang lebih luas perjanjian pembuktian bermanfaat dalam pelaksanaannya dalam suatu proses perkara.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pembuktian perjanjian pembuktian adalah :

1. Memudahkan pembuktian dan karenanya menghindari proses perkara yang berkepanjangan

2. Membatasi atau menyimpangi ketentuan undang-undang tentang pembuktian.43

m) Perjanjian untung-untungan

Dapat dikatakan bahwa hampir setiap perjanjian bermaksud menguntungkan atau merugikan para pihak sebagai akibat dari pada peristiwa yang masih tidak pasti dan baru akan terjadi di kemudian hari. Hal yang istimewa dari perjanjian untung-untungan adalah bahwa prestasi-prestasi timbal balik tidak akan seimbang antara yang satu dengan yang lain, sedangkan pihak-pihak justru mengaharapkan ketidaksamaan nilai dari pada prestasi-prestasinya.

Perjanjian untung-untungan bersifat timbal balik yaitu bahwa bagi kedua belah pihak timbul kewajiban meskipun dengan syarat yang konsuil atau kebetulan, dengan catatan bahwa kewajiban-kewajiban tersebut telah dimasukan ke dalam daya berlakunya syarat yang konsuil tersebut dan bukan hanya merupakan tambahan, unsur untung-untungan harus dominan itu merupakan

43


(45)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

bagian yang esensial dari perjanjian.44

Perajanjian publik merupakan perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum publik, karena salah satu pihak yang bertindak adalah pemerintah, dan pihak lainnya swasta. Diantara keduanya terdapat hubungan atasan dan bawahan (subrodinated) jadi tidak berada dalam kedudukan yang sama (co-ordinated) misalnya perjanjian ikatan dinas.

Perjanjian untung-untungan dapat dicontohkan dengan perjanjian asuransi.

n) Perjanjian Publik

45

44

H.F.A. Vollmar. Op:cit. 408-409 45

J.Satrio II. Op:cit. 63

o) Perjanjian Campuran (contarctus sui generis)

Perjanjian campuran adalah perjanjian yang mengandung berbagai unsur perjanjian, misalnya pemilik hotel yang menyewakan kamar (sewa menyewa) tetapi juga menyajikan makanan (jual beli) dan juga memberikan pelayanan. Terhadap perjanjian campuran ini ada berbagai paham diantaranya :

1) teori kombinasi atau kumulasi

Teori ini berpendapat bahwa unsur-unsur perjanjian dipisah-pisahkan, kemudian untuk masing-masing diterapkan ketentuan perjanjian bernama yang cocok untuk unsur tersebut, atau dengan kata lain ketentuan mengenai perjanjian khusus diterapkan secara analogi sehingga unsur dari setiap perjanjian khusus tetap ada (contractus kombinasi). Dalam teori ini kesulitan akan timbul bila ketentuan perjanjian tersebut bertentangan satu sama lain.


(1)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

Akan tetapi dalam prakteknya pihak ketiga hanya akan berhubungan dengan penjual sehingga apabila ia melakukan wanprestasi maka tuntutan tanggung jawab hanya ada pada pihak penjual yang didasarkan atas perjanjian yang telah disepakati diantara mereka.

4. Seperti halnya perjanjian jual beli secara elektronik pada umumnya jual beli software secara elektronik juga memungkinkan terjadinya hubungan hukum antara dua atau lebih pihak yang berbeda sistem hukum yang dianutnya, baik karena kewarganegaraan, domisili atau hal lainnya. Adanya perbedaan sistem hukum ini memungkinkan timbulnya sengketa mengenai hukum dan pengadilan mana yang berkompeten menyelesaikan permasalahan yang timbul diantara para pihak.

Untuk mengatasi hal tersebut, dalam praktek jual beli software secara elektronik pihak penjual atau merchant telah melengkapi klausul-klausul dalam terms of use atau perjanjian lisensi yang mereka buat dengan klausula pilihan hukum dan pilihan pengadilan.

Dan apabila ternyata sengketa diantara para pihak terjadi sementara pilihan hukum dan pilihan pengadilan belum ditentukan maka prinsip-prinsip dalam hukum perdata internasional dapat digunakan sebagai acuan.

B. Saran.

1. Agar tidak menimbulkan kerancuan dan kebingungan di masyarakat, maka diperlukan kejelasan atas sifat software sebagai benda bergerak atau tidak bergerak dalam kedudukannya sebagai objek jual beli. Kejelasan konsepsi ini agar dapat lebih berkekuatan hukum dapat dilakukan dengan melakukan revisi


(2)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

terhadap UU Hak Cipta sebagai undang-undang yang mengatur tentang software, namun dengan tetap mempertahankan software sebagai kekayaan intelektual yang tidak dapat dipatenkan.

2. Jual beli software secara elektronik dalam praktek umumnya menggunakan media internet dengan fasilitas web internet. Merchant yang menawarkan software melalui internet ini baik yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri sama-sama menggunakan sistem kereta dorong dalam transaksinya. Namun kepada merchant lokal, diharapkan dapat menambah fasilitas-fasilitas pelayanannya agar dapat menyamai fasililitas-fasilitas yang diberikan oleh merchant luar negeri, sehingga nantinya dapat meningkatkan daya saing. Selain itu, Untuk masyarakat awam mekanisme jual beli software secara elektronik merupakan sesuatu yang amat rumit. Untuk itu agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat diperlukan penyederhanaan, terutama dalam tahap pembayarannya.

3. Agar dapat tercapai kedudukan yang seimbang antara penjual dan pembeli dalam sebuah klausula baku, maka diharapkan kepada pihak penjual sebagai pihak yang menyusun klausula baku tersebut untuk memberikan bagian yang sama atas hak dan kewajiban bagi pembeli dan penjual.

4. Sebagai bagian dari e-commerce, jual beli software secara elektronik juga memungkinkan akan melibatkan dua atau lebih pihak yang berbeda negara dan yurisdiksi hukum, untuk itu diperlukan UU yang khusus mengatur tentang transaksi jual beli secara elektronik. Dan bila perlu untuk kemudian dapat


(3)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

ditindaklanjuti dengan pembentukan UU tentang transaksi jual beli secara elektronik yang dapat berlaku secara global dan universal.

Walaupun UU yang ada pada dasarnya tetap dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul akibat dari transaksi secara elektronik, namun karena UU tersebut mempunyai sifat yang terbatas pada yurisdiksi nasional dan umumnya sudah tua maka hanya terbatas pada kasus-kasus tertentu saja UU tersebut dapat digunakan.

5. Mengingat asas-asas yang dikenal dalam KUHPerdata, khususnya asas pacta sunt servanda dan asas kebebasan berkontrak juga dikenal dan dapat diterapkan dalam jual beli software secara elektronik, maka agar pihak pembeli dapat paham dan mengerti tentang isi perjanjian yang telah disetujuinya, dituntut kepada pihak penjual untuk menyediakan redaksi perjanjian yang tidak hanya menggunakan satu bahasa.

KEPUSTAKAAN

A. Buku-buku

Apa Dan Bagaimana E-Commerce. 2002. Yogyakarta. Andi Semarang. Wahana Komputer.

Badrulzaman, Maryam Darus, dkk. 2001. Kompilasi Hukum Perikatan: Dalam Rangka Memperingati Memasuki Masa Purna Bakti Usia 70 Tahun.

Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

_____ 1996. KUH Perdata Buku II Hukum Perikatan Dengan Penjelasan. Bandung: Alumni.


(4)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

Chairi, Zulfi. 2005. Aspek Hukum Perjanjian Jual Beli Melalui Internet. Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Darwini, T. 2007. Hukum Perdata. Fakultas Hukum USU: Medan Ensiklopedia Umum. 1973. Jakarta: Penerbit Kanisius

Harahap, M.Yahya. 1986. Segi-segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni. Indrajit, Richardus Eko. 2001. E-Commerce: Kiat Dan Strategi Bisnis Di

Dunia Maya. Jakarta: P.T Elex Media Komputindo.

Kadir, Abdul. 2003. Pengenalan Sistem Operasi. Yogyakarta: Andi.

Makarim, Edmon. 2004. Kompilasi Hukum Telematika. Ed 1. cet2. Jakarta: Raja Grafindo.

Muhammad, Abdul Karim. 2001. Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual. Bandung: P.T Citra Aditya Bakti.

Mulyadi, Kartini dan Gunawan Widjaja. 2003. Seri Hukum Perikatan: Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, ed1. cet1. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Prodjodikoro, Wirjono. 1974. Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu. Cet 6. Bandung: Sumur.

Rajaq, Abdul dan Bachrul Ulum. 2003. Cara Praktis Menguasai Komputer: Aplikasi Perkantoran. Surabaya: Indah.

Rusli, Hardijan. Hukum Perjanjian Indonesia Dan Common Law. Cet-1. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan. 1992.

Saidin, O.K.. 2006. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelectual Property Rights). Ed. Revisi 5. Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada.

Salim, Peter dan Yenny Salim. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern english Press.

Satrio, J. 1993. Hukum Perikatan: Perikatan Pada Umumnya. Bandung: Alumni.

_____ 1995. Hukum Perikatan: Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian. Bandung: PT Citra Aditya Bakti: 43-45


(5)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. –Cet. 3. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press): 50-52

Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen. 1981. Hukum Perdata: Hukum Benda. Yogyakarta: Liberty.

Subekti. 1970. Hukum Perjanjian. Jakarta: PT Pembimbing Masa

Syahputra, Iman. 2002. Problematika Hukum Internet Indonesia. Jakarta: Prehalindo.

Syahrani, Ridwan. 1992. Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata. Bandung: Alumni.

Vollmar, H.F.A. 1984. Pengantar Studi Hukum Perdata: Diterjemahkan Oleh I.S. Adiwimarto. Jakarta: CV Rajawali.

Zainal, Idris. 1996. Segi-Segi Hukum Pada Perjanjian Jual Beli. Medan: FH USU.

B. Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce (1996) with additional article 5 bis as adopted in 1998 and guide to enactment.

RUU tentang Informasi dan Transaksi Elektronik


(6)

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

Aspek Hukum Perjanjian Perdagangan Dalam Transaksi Elektronik (electronic commerce). hukum transaksi elektronik.pdf

Edmon Makarim. 19/5/2005. Apakah Menjebol Program Pengunci (Locking Software) Tidak Bertentangan Dengan Hukum. http://www.lkht.net/artikel lengkap.

Hendriyana, Yulian F. dan Dicky Wahyu P. Operating System bukanlah Aplikasi!!!. http://www.infolinux.co.id.

http://www.un.or.at/uncitral/english/text/electcom/ml-ec.htm

Konsep Dasar Perangkat Komputer: Komponen Sistem Komputer.

Paten MP3 dan Perlindungannya di Indonesia. 28-11-2006.

http://www.ipcenter.ui.org/artikel.

Paten, Merek dan Hak Cipta perlindungan hak cipta atas program komputer

Paten Perangkat Lunak. http://blog.compactbyte.com

Paten Program Komputer Tidak Berlaku, Pembuat Software Lebih Bebas. http://www.bppt.go.id/index.php

Paten: Subjek yang dapat dipatenkan. Rendy W Prasetio. 31/7/2004. Kepastian Hukum Atas Sistem Elektrionik.

Rosewitha Irawaty. Product Liability dan Perlindungan Konsumen Tanggung Jawab Pelaku Usaha. http://www.lkht.net/artikel lengkap.