Konflik SDA Pegunungan Kendeng Ekbudbang

  Pegunungan Kendeng Utara: Lansekap Pertarungan Akses SDA

Soeryo Adiwibowo

Departemen Sains Komunikasi & Pengembangan Masyarakat

  

Fakultas Ekologi Manusia IPB Forum Ekologi, Kebudayaan, dan Pembangunan Kampus IPB Dramaga, 5 September 2017 agian 1 B

  • Melihat fenomena perubahan lingkungan
  • Bagaimana ilmu-ilmu sosial membaca & memaknai fenomena tersebut

  

Wajah Taman Nasional:

  • Politik Konservasi
  • Ekologi Politik

NCICD (NATIONAL CAPITAL INTEGRATED COASTAL DEVELOPMENT) REKLAMASI TELUK JAKARTA

  • POLITIK SDA & LINGKUNGAN HIDUP?
  • EKOLOGI POLITIK?
  • SOSIOLOGI LINGKUNGAN?
  • MODERNISASI EKOLOGI?
  • POLITIK SDA & LINGKUNGAN HIDUP?

  • EKOLOGI POLITIK?
  • SOSIOLOGI LINGKUNGAN?
  • MODERNISASI EKOLOGI?

  

Bagaimana Ilmu-ilmu Sosial

“Membaca, Memaknai, dan Menyikapi” Perubahan Lingkungan?

We are not left nor right we are in front (Green Peace)

  Used book $5.26

  

Bagaimana Ilmu-ilmu Sosial

“Membaca, Memaknai, dan Menyikapi” Perubahan Lingkungan? Politik Lingkungan Hidup & Ekologi Politik B agian 2

  • Lansekap Pegunungan Kendeng Utara
  • Pertarungan Akses

  Pegunungan Kendeng Utara

  Cekungan Air Tanah Watuputih di Zona Rembang (sebelah Utara Zona Kendeng) atau di Pegunungan Kendeng Utara Watuputih CAT

  Karakteristi Peta Sebaran Gua, Ponor, Mata Air dan Sumur k Gali Daerah CAT Watuputih (Nugroho et al. CAT 2016) Watuputih

  Terdapat 74 gua, 29 mata air, 44 ponor yang berada di daerah Tegaldowo dan Timbrangan; serta 47 sumur gali yang berada di sekitar

  

Karakteristik

CAT Watuputih

Peta Sebaran Gua, Ponor, Mata Air dan Sumur Gali Daerah CAT Watuputih

(Nugroho et al.

2016)

  Mata Air Penambangan eksisting Kom pl, Pe munc ulan m ata air Mata Air Sumber Semen CAT W atuput ih

  Karakteristik CAT Watuputih Mata air Demang di Desa Kadiwono, Kecamatan Bulu.

  Di dalam IUP Mata air Patiren di Desa Pasuncen, Kec Gunem. Di dalam IUP

  Ponor (sinkhole) di Kebun

Harjo. Dalam IUP

Ponor Ombo di Desa Tegaldowo. Di dalam IUP

  Zona Jenuh Air Zona Transisi Zona Kering Ma. Brubulan Sendang Ngandong Ma. Trimbangan Fm. Paciran (batugamping pejal dan batugamping dolomitan) Fm. Wonocolo (Napal pasiran berselingan dengan batugamping pasiran) Fm. Bulu (Batugamping) pasiran dengan sisipan batunapal pasiran)

  Sayatan Geologi Kawasan CAT Watuputih Karakteristi k CAT Watuputih

  Karakteristik Sistem Hidrogeologi Karst CAT Watuputih CAT Watuputih Trimbangan Ma. Sendang Ngandong Brubulan Ma.

  Fm. Paciran (batugamping Fm. Wonocolo (Napal pejal dan batugamping pasiran berselingan dengan dolomitan) batugamping pasiran) batunapal pasiran) pasiran dengan sisipan Fm. Bulu (Batugamping) Perpaduan antara sistem porositas dan permeabilitas karst dalam mengalirkan air (peran sebagai daerah imbuhan air), serta sistem aliran bawah tanah dan munculnya mata air (peran menyuplai keluaran air)

  Karakteristik Daerah Imbuhan dan Distribusi Mata Air di

  CAT Watuputih Kawasan CAT Watuputih

  Batas delineasi CAT Watuputih merujuk pada Badan Geologi.

  Indikasi karakteristik CAT Watuputih karst yang disepakati adalah ciri dan bentuk karst luar (eksokarst) Data sekunder yg tersedia menunjukkan indikasi sistem aliran air bawah tanah

  Identifikasi Aliran Air Tanah di Bawah Permukaan Karakteristik dengan Metode Very Low Frequency (VLF, Nugroho CAT Watuputih et al. 2016)

  Penampang 3D dan korelasi sungai bawah permukaan (Nugroho dkk, 2016) Model estimasi aliran air bawah tanah dengan Inv2DVLF (Nugroho dkk, 2016)

  Karakteristik Pola Aliran dan Karakteristik CAT Watuputih CAT Watuputih

  HUJAN Q SUMBER SEMEN Aliran Air B awah Ta nah Q BRUBULAN Ilustrasi menggunakan modifikasi peta rekonstruksi Sulistiyo (2017)

  Akuifer air masih berjalan dengan sangat baik ditandai dengan mata air permanen yang keluar melalui zona – zona rekahan seperti Brubulan (100 l/s), Sumber Semen (700 l/s) dan Brubulan Pasucen (48 l/s). Terdapat 45 mata air (ANDAL SI 2012) atau 136 mata air (JMPPK).

  Karakteristik Identifikasi Aliran Air Bawah Permukaan melalui

  CAT Watuputih Tracer Study

  Pemasukan Titik Bor 5 Sumber air garam di Titik Bor 3 Semen lubang Bor 3

  Brubulan

  Mataair Brubulan

  Karakteristik Identifikasi Aliran Air Bawah Permukaan melalui

  CAT Watuputih Tracer Study

  Konduktifitas Tanggal Jam Lokasi Keterangan (μS/cm)

  Sebelum penuangan

  23 Januari 2012 Malam Mata air Brubulan 580 di Bor 3 Nilai tracer yang

  25 Januari 2012

  02.00 Bor 3 (penuangan) 40.000 dimasukan

  29 Januari 2012

02.00 Mata air Brubulan 1.800 Setelah hujan

9 Februari 2012

11.09 Mata air Brubulan 3.315,2 Setelah hujan

  Sumber: 1) Purwoarminta (2012). Tesis S2 UPN Veteran Yogyakarta 2) Dokumen Adendum ANDAL, RKL, dan RPL Kegiatan Penambangan Bahan Baku Semen dan Pembangunan serta Pengoperasian Pabrik Semen PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Kabupaten Rembang (PT Semen Indonesia 2017: III-87)

  b) Sebagian wilayah Pegunungan Kendeng Utara ditetapkan sebagai Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) Sukolilo.

  Lansekap Pegunungan Kendeng Utara

a) Lansekap akses Pegunungan Kendeng Utara:

  • kawasan hutan produksi Perum Perhutani
  • Pertanian lahan kering
  • Pertanian padi sawah irigasi.
  • Pertambangan batu kapur, batu gamping, & tanah liat
  • Pabrik semen: Sukolilo, Pati (PT SG), Rembang (PT SI), Tambakromo & Kayen, Pati (PT SMS)

  c) Legenda Aji Soko dan aksara Jawa.

  Industri Semen vs Budidaya Pertanian (Sukolilo, Pati): 2009

  • Warga Sukolilo mengajukan gugatan ke PTUN Semarang, 23 Januari 2009
  • Obyek sengketa: Izin Pertambangan Bahan Galian Golongan C PT SG
  • Warga mengajukan saksi untuk memberikan keterangan ahli pada aspek AMDAL, proses perijinan, & ekosistem karst.
  • Permohonan Peninjauan Kembali (PK) dari PT SG ditolak oleh MA.

  

Industri Semen vs Budidaya Pertanian

(Tambakromo & Kayen, Pati): 2015

  • Gugatan warga ke PTUN Semarang, 18 Februari 2015
  • Obyek sengketa: Izin Lingkungan PT SMS
  • Hasil putusan dimenangkan Bupati Pati. Permohonan gugatan warga ditolak.
  • Warga mendaftarkan kasasi di PTUN Semarang (24 Agustus

    2016).

  Industri Semen vs Budidaya Pertanian (Rembang): 2014

  • Obyek sengketa: Izin Lingkungan kegiatan penambangan PT SI
  • Gugatan warga ke PTUN Semarang, 1 September 2014
  • Warga mengajukan saksi untuk keterangan ahli pada aspek AMDAL, & ekosistem karst.
  • Gugatan penggugat tidak diterima oleh PTUN Semarang (16 April

    2015). Penggugat mengajukan banding ke PTUN Surabaya (27 April

    2015)
  • Gugatan banding warga ke PTUN Surabaya kalah (3 November 2015)

  • Mengajukan PK ke MA (4 Mei 2016). Putusan MA: penggugat menang
B agian 3

  

Upaya Resolusi Konflik (2013 – 2015)

  Upaya Resolusi Konflik 2013 - 2015 ERANGKA ERJA ERSAMA EMANFAATAN K K B P EGUNUNGAN ENDENG YANG ERKELANJUTAN P K B & ERKEADILAN B

  Tujuan Kerangka Kerja Bersama Memanfaatkan dan mendayagunakan sumberdaya alam

Pegunungan Kendeng secara berkelanjutan dan berkeadilan,

baik dari sisi kepentingan ekonomi, ekologi dan sosial kemasyarakatan.

  Penggagas Akademisi (IPB, UNDIP, UGM)

  Strategi Resolusi Konflik Pemanfaatan SDA

Pegunungan Kendeng Utara (2013)

1. Jangka Pendek

  • Penanganan dan pencegahan sengketa warga dengan industri semen.
  • Penanganan dan pencegahan sengketa warga masyarakat dengan industri semen

  2. Jangka Panjang Solusi jangka panjang dan sistemik untuk mewujudkan pengelolaan berkelanjutan Pegunungan Kendeng Utara

  Faktor-faktor yang menjadi dasar membangun Kerangka Kerja Bersama Penanganan/penyelesaian sengketa harus dilakukan secara komprehensif (tidak parsial), yakni:

  • Mencakup rencana pendirian pabrik semen di Kabupaten Pati; Rembang & Grobogan (Purwodadi).
  • Mencakup kegiatan penambangan batu kapur dan batu gamping yang sekarang ini tengah berlangsung.
  • Mencakup seluruh ekoregion pegunungan Kendeng Utara;
  • Melibatkan para pihak berkepentingan: Pemerintah Kabupaten Pati, Rembang, Grobogan, Blora, serta warga masyarakat berkepentingan.
  • Memerlukan kesepakatan dan komitmen para pihak.

  Pertemuan Para Pihak & Persiapan Lokakarya Multi-Pihak 2014

  • Pertemuan Koena-Koeni 17 Januari 2013
  • Pimpinan SKPD Jateng & Akademisi

  1

  • MSW-1, 30 Januari 2013, Tempat: ESDM Jateng • Topik: Tata Ruang Jateng. Peserta: SKPD & Akademisi

  2

  2

  • MSW-2, 21 Feb 2013, Tempat: BLHD Jateng • Topik: Data SDA dan LH. Peserta SKPD & Akademisi

  3

  3

  • MSW-3, 6 Mei 2013, Tempat: Dinas Kehutanan Jateng • Topik: Kehutanan Wilayah Kendeng. SKPD & Akademisi

  4

  4

  • MSW-4, 4 Juni 2013, Tempat: PSIL UNDIP
  • • Topik: Kehutanan Wilayah Kendeng. SKPD & Akademisi

  35

  Peg Kendeng Masy Peg Kendeng

  PemProv & Pemkab Pengusaha

  LSM

Multi Pihak (Multi Stakeholders)

  

Pertemuan Para Pihak & Persiapan

Lokakarya Multi-Pihak 2014

  Status Inisiatif Kerangka Kerja Bersama 2014

  • Lokakarya Multi Pihak 2014 belum terlaksana hingga sekarang.
  • Lokakarya 2014 direncanakan melibatkan Pemerintah Pusat

    (Kementerian LHK, Kementerian ESDM, Kementerian Dalam

    Negeri, Kementerian ATR), Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten, Perusahaan, LSM, Organisasi akar rumput.
  • Lokakarya Multi Pihak dapat menjadi ajang deliberative

  democracy yang efektif, jika dan hanya jika, para pihak khususnya Pimpinan Daerah dapat berdiri di atas semua golongan dan kepentingan. B agian 4

  • Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
  • Proses Peradilan Tata Usaha Negara

  

Dua Jalur

KLHS

Jalur Resolusi

  

Konflik

Pemanfaatan Peg Konflik Akses

  Kendeng Pemanfaatan SDA Berkelanjutan Peg Kendeng

  Jalur Hukum/ PTUN Peradilan MA

  Tahap Pembuatan & Pelaksanaan KLHS

  Tahap 2. Alternatif Penyempurnaan KRP

  K: Kebijakan R: Rencana P: Program Tahap 3.

  Tahap 1.

  Rekomendasi Pengkajian Pengaruh KRP terhadap

  Lingkungan Hidup

  

Tahap 1. Pengkajian Pengaruh KRP

terhadap Lingkungan Hidup

  1.1. Identifikasi Isu Strategis Pembangunan Berkelanjutan

  

1.2.

Identifikasi KRP

yang Berpengaruh

terhadap Kondisi

Lingkungan Hidup

  1.3 Pengaruh KRP terhadap Lingkungan Hidup

  

Lingkup KLHS Sebelum dan Sesudah

14 Desember 2016

  Lingkup KLHS Sebelum 14 Setelah 14 Desember Desember 2016 2016

  Tahap 1 Menyelesaikan 6 dari KLHS difokuskan di

  23 Bab KLHS wilayah Rembang Tahap 2 Menyelesaikan 17 dari KLHS dilakukan untuk

  23 Bab KLHS seluruh wilayah Pegunungan Kendeng

  Identifikasi & Perumusan Isu Pembangunan Tahap 1. Berkelanjutan untuk Ekosistem CAT Watuputih

  Daya Dukung Lingkungan Hidup

1 Proses:

  Jasa Keanekaragaman Hayati

  1. Pengumpulan &

  2 Penyusunan Informasi

  2. Identifikasi Isu-Isu

  Produksi Pertanian Pangan

  3 Strategis Pembangunan Berkelanjutan

  Perekonomian Kabupaten

  4

  3. Perumusan Isu-isu Strategis Pembangunan

  Valuasi Ekonomi Jasa Lingkungan

  Berkelanjutan

5 Dinamika Sosial Budaya

  6

  Identifikasi KRP RTRW Jateng (Perda Jateng No. 6 Tahap 1. Tahun 2010) yang Berpengaruh thd CAT Watuputih) Sebagai Kawasan Lindung Kawasan Lindung Geologi, berupa Kawasan Imbuhan Air

  Pola Ruang CAT Sebagai pertambangan mineral

  Watuputih logam, bukan logam, batuan,

  RTRW Jawa Tengah dan batubara. Penetapan ini tidak teridentifikasi dalam Peta Rencana Pola Ruang (Lampiran Perda No 6 tahun 2010)

  Kawasan Budidaya kawasan pertanian semusim lahan kering, hutan produksi tetap, & hutan produksi terbatas.

  Identifikasi KRP RTRW Rembang (Perda Rembang No. 14 Tahun 2011) yang Berpengaruh terhadap CAT Watuputih Pola Ruang CAT Watuputih RTRW Rembang

  Kawasan Lindung (1) kawasan lindung geologi berupa Kawasan imbuhan air (Pasal 19); (2) Kawasan perlindungan resapan air (11.314 Ha); (3) Kawasan perlindungan setempat karena banyak mata air

  Kawasan Budidaya Kawasan pertambangan mineral dan batubara.

  Mencakup hampir seluruh kawasan Watuputih (1) kawasan hutan produksi terbatas, (2) kawasan hutan produksi tetap, (3) kawasan peruntukan hutan rakyat, (4) kawasan peruntukan perkebunan, dan (5) kawasan

  Tahap 1

  Tiga Hasil Penting Tahap 1. Identifikasi KRP RTRW Rembang yang Berpengaruh terhadap CAT Watuputih

  1. Terdapat ketidak-sesuaian implementasi Kawasan Imbuhan Air menurut PP No 26/2008. Pada CAT Watuputih, lokasi dengan banyak mata air justru ditetapkan sebagai kawasan resapan air, sebaliknya lokasi-lokasi yang berciri sebagai kawasan imbuhan air (seperti adanya ponor, dolina, gua) justru ditetapkan sebagai kawasan budidaya.

  2. Pasal 19 menetapkan CAT Watuputih sebagai Kawasan Lindung Geologi berupa Kawasan Imbuhan Air namun pada Lampiran Perda Rencana Pola Ruang sebagian besar CAT Watuputih ditetapkan sebagai Kawasan Peruntukan Pertambangan.

  3. Ketidak konsisten serta tidak-tepatan dalam memberikan arahan pemanfaatan ruang dalam RTRW Kabupaten Rembang berakibat timbulnya konflik pemanfaatan sumber daya alam di CAT Watuputih.

  Pola Ruang RTRW Rembang Kawasan Lindung & Kawasan Budidaya di CAT Watuputih

  Kawasan Lindung (Resapan air) Kawasan Budidaya (Peruntukkan

  Pertambangan) Tahap 1.

  Peruntukan Ruang CAT Watuputih menurut RTRW Kabupaten Tahap 1.

  Rembang Kawasan Lindung (Resapan air) (Peruntukkan Pertambangan) Kawasan Budidaya

  • CAT Watuputih tergolong sebagai kawasan lindung geologi, yakni Kawasan imbuhan air
  • Kawasan Imbuhan Air pada CAT Watuputih meliputi kawasan resapan air. Kawasan resapan air adalah kawasan lindung yang melindungi daerah bawahnya. Di CAT Watuputih kawasan resapan air justru ditetapkan justru pada lokasi-lokasi mata air.
  • Hampir seluruh kawasan CAT Watuputih diperuntukan pertambangan. Di lokasi ini diidentifikasi terdapat
  • + Keanekaragaman Hayati & Jasa Lingkungan Tahap 1. Kelelawar di beberapa Gua CAT Watuputih

  Hipposideros larvatus Foto: S. Wiantoro (LIPI) Rhinolophus sp.

  Miniopterus sp.

  Penerbitan IUP Pertambangan Kabupaten Tahap 1.

  Rembang

  IUP batu gamping dari Kabupaten Rembang banyak yang diperkirakan menjadi input pada banyak pabrik semen di Jawa Tengah dan Jawa Timur

  Sumber data : Kab. Rembang, 2014

  Tahap Beberapa Lokasi Ijin Usaha Pertambangan (IUP) di CAT Watuputih 1. 3. Vinesco 2. SAF (Sinar Asia Fortuna) 1. Industry), ICCI (Indonesia Comco Crown 7. Wahyu Bumi Pertiwi 6. UTSG (United Tractors Semen Gresik 5. CV AMP (Alam Megah Putih)

  4. CV Bio Alam Indo 10. Karangjati 11. Ahaka

  8. Karangjati 9. Bangun Arta 15. CV DJS 14. CV Alam Mulyo Putro 13. Alfa Mineral

  12. Kurnia 19. PT RBP 18. PT SBR 17. PT BKM

  16. CV Salema 21. PT Semen Indonesia

  20. PT Tuder Kapur Bumi

  Tahap Pengaruh KRP Terhadap Lingkungan Hidup 1.

  K: Kebijakan R: Rencana

  Tanpa KRP vs dengan KRP RTRW

  P: Program

  Daya Dukung Lingkungan Perekonomian Daerah, Jasa Keanekaragaman Peluang Bekerja & Sumber Daya Air Hayati Berusaha Produksi Tanaman Pangan Sosial Budaya

  Tahap Pengaruh KRP terhadap Sumber Daya Air 1.

  Qmax Qmin Qrata Skenario 3 3 3 Qmax/Qmin (m /dtk) (m /dtk) (m /dtk)

  4,07 0,37 0,78 Skenario-1 (Tanpa KRP)

  11,12 0,79

  Skenario-2 (Dengan KRP) 4,18 0,22 20,18 Kegiatan penambangan pada 552 ha akan menambah pasokan air tanah secara langsung pada musim hujan melalui sistem rekahan terbuka (Qmax meningkat) dan pada musim kemarau debit baseflow akan turun (Qmin menurun) karena tidak ada yang tersimpan pada sistem rekahan di

  Rembang

  Pengaruh KRP terhadap Jasa Keanekaragaman Hayati Tahap 1.

  • > 4 spesies kelelawar
  • Informasi baru gua yang dihuni kelelawar: Gua Nglengkir, Gua Wiyu 1, dan Gua Rambut • Kelelawar pemakan serangga
  • Jelajah kelelawar mencapai Blora dan Tuban (10 km)

  Tahap Pengaruh KRP Terhadap Produksi Tanaman Pangan

  1.

  • Penurunan rasio Qmak/Qmin berpotensi menyebabkan resiko gagal panen 315 ha sawah
  • Terganggunya habitat kelelawar meyebabkan fungsi jasa lingkungan menurun dan berakibat pada penurunan

  produksi pertanian di Kawasan CAT Watuputih ± 15.443 ha sawah)

  • Pertumbuhan ekonomi juga akan mendorong alih fungsi lahan pertanian yg mengakibatkan

  penurunan produksi pertanian

  Tahap Pengaruh KRP terhadap Kab Rembang 2015 (Hasil Simulasi)

1. Multiplier Output

  • Multiplier Output sektor padi (1,82) lebih besar dari sektor penggalian (1,39) dan industri mineral non logam (1,04).
  • Masa depan: sektor padi & sektor penggalian

  Tahap Pengaruh KRP terhadap Kab Rembang 2015 (Hasil Simulasi)

1. Multiplier PDRB

  • Sektor padi (1,65) lebih besar dari sektor penggalian (1,20) dan industri mineral non logam (0,91).
  • Masa depan: sektor padi & sektor penggalian
  • Masa depan: harus dihindari sifat mutually exclusive antara sektor padi & sektor penggalian

  Tahap Pengaruh KRP terhadap Kab Rembang 2015 (Hasil

  Simulasi) 1.

  Multiplier Pendapatan

  • Sektor padi (1,57) lebih besar dari sektor penggalian (1,02) dan industri mineral non logam (0,54).
  • Masa depan: sektor padi penting terus dihadirkan & ditingkatkan karena multiplier pendapatannya paling tinggi
  • Peran sektor pertanian padi masih sangat signifikan sebagai sumber peningkatan kesejahteraan dibandingkan industri dan pertambangan
  • Masa depan: harus dihindari sifat

  mutually exclusive antara sektor padi & sektor penggalian

  Tahap Pengaruh KRP Terhadap Dinamika Sosial Budaya

  1.

  • Dalam perspektif masyarakat Pegunungan Kendeng Utara merupakan suatu kesatuan ekosistem yang dimetaforakan sebagai Naga yang Sedang Tidur
  • Tradisi, sejarah lokal dan praksis sehari-hari masyarakat menempatkan lingkungan alam sebagai bagian tidak terpisahkan dari manusia (deep ecology) dan sakral (sacred ecology)
  • Kedekatan manusia dengan alam terwujud dalam matapencaharian sebagai petani, kesakralan alam dihadirkan dalam ritus nyadran bumi
  • Pertanian sebagai ruang hidup terancam dengan adanya penambangan karst yang merupakan sumber air
  • Penolakan terhadap kehadiran Pabrik Semen tidak sekedar merupakan refleksi dari keterancaman ruang kehidupan tetapi nilai-nilai kehidupan yang menempatkan lingkungan sebagai realita sakral
  • Untuk mencari jalan keluar dari konflik akibat penolakan kehadiran pabrik semen, masyarakat harus diajak berbicara untuk menemukan solusi yang

  Tahap 2 Alternatif Penyempurnaan KRP

  1. Perlu keseimbangan baru antara pertumbuhan ekonomi dan

perlindungan ekosistem pada tataran Kabupaten Rembang.

  2. Kabupaten Rembang membutuhkan pertumbuhan ekonomi melalui industri pengolahan dan juga peningkatan produksi pangan yang dapat membangkitkan multiplier yang lebih besar pada output, pendapatan, dan PDRB

  3. KRP Alternatif 1, CAT Watuputih perlu ditetapkan sebagai

  • Sebagai Kawasan Lindung berupa Kawasan Resapan Air

  • Sebagai Kawasan Lindung Geologi berupa Kawasan Imbuhan Air Tanah

  Tahap 2 Alternatif Penyempurnaan KRP

4. Konsekuensi KRP Alternatif 1 CAT Watuputih:

  • Fungsi CAT Watuputih sebagai penyedia jasa ekosistem khususnya sumber daya air harus dicegah dari kerusakan.
  • Kehilangan keanekaragaman hayati sebagai jasa pengatur keseimbangan ekosistem harus dicegah.
  • Konflik pemanfaatan ruang di CAT Watuputih dan sekitarnya harus dicegah dan dicari solusinya.
  • Kerentanan produksi pangan harus dicegah.
  • Bila CAT Watuputih tetap ditambang, akan timbul kerugian setara Rp

    2,2 Trilyun per tahun sebagai akibat dari rusaknya fungsi jasa

  Tahap 2 Alternatif Penyempurnaan KRP

  4. KRP Alternatif 2. CAT Watuputih perlu ditetapkan sebagai:

  • Sebagai Kawasan Lindung berupa Kawasan Resapan Air
  • Sebagai Kawasan Lindung Geologi berupa Kawasan Imbuhan Air Tanah
  • Diusulkan sebagai Kawasan Keunikan Bentang Alam yang yang perlu ditindaklanjuti dengan proses penetapan Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK).

  5. Konsekuensi KRP Alternatif 2 CAT Watuputih:

  • Selama proses penetapan status CAT Watuputih sebagai Kawasan Lindung dan/atau KBAK, daya dukung lingkungan di CAT Watuputih harus dijaga.
  • Penambangan batu gamping di CAT Watuputih dihentikan secara bertahap hingga tahun 2020. Tidak ada perpanjangan IUP, atau penerbitan IUP baru.
  • Bagi IUP yang belum beroperasi, penambangan batu gamping harus dilakukan di luar CAT Watuputih yang menurut RTRW Kabupaten Rembang

  Rekomendasi Tahap 3

  1. Menetapkan CAT Watuputih dan sekitarnya sebagai kawasan lindung sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam RTRWN; dan melakukan proses penetapan Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK).”

  2. Perbaikan KRP RTR Nasional, RTRW Provinsi Jawa Tengah, dan RTRW Rembang

  

3. Selama proses penetapan status CAT Watuputih dan sekitarnya sebagai

kawasan lindung dan/atau KBAK, dilarang melakukan kegiatan yang

mengganggu sistem akuifer, dengan melakukan

  a. Keterbukaan informasi publik terkait IUP yang mencakup nama perusahaan, lokasi, luas, & masa berakhir IUP yang dilakukan oleh PemProv dan Pemkab.

b. Penghentian penerbitan IUP baru bagi perusahaan pertambangan yang akan beroperasi di CAT Watuputih dan sekitarnya.

  Tahap 3 Rekomendasi

  Selama proses penetapan status CAT Watuputih dan sekitarnya sebagai kawasan lindung dan/atau KBAK, dilarang melakukan kegiatan yang mengganggu sistem akuifer, dengan melakukan (lanjutan)

  c. Penghentian kegiatan penambangan tanpa izin yang beroperasi di CAT Watuputih dan sekitarnya.

  d. Pemerintah memerintahkan audit lingkungan hidup sebagai dasar untuk menentukan penutupan dan/atau menentukan kelayakan kegiatan penambangan sampai IUPnya berakhir serta tindak-lanjut perbaikan kinerja.

  e. Bagi perusahaan telah memiliki IUP namun belum melakukan operasi penambangan, alternatif lokasi penambangan batu gamping mengacu pada perubahan RTRW Kabupaten Rembang setelah direvisi.

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Citra Landsat 8 Untuk Penilaian Vegetasi Sebagai Indikator Proses Degradasi di Daerah Karst Pegunungan Kendeng Utara

1 15 52

Praktek Jurnalisme Lingkungan dalam Pemberitaan Pembangunan Pabrik Semen Di Kawasan Pegunungan Kendeng Rembang. (Analisis Framing Praktek Jurnalisme Lingkungan dalam Pemberitaan Pembangunan Pabrik Semen di Kawasan Pegunungan Kendeng Rembang pada Media Mon

0 6 16

BAB 1 Praktek Jurnalisme Lingkungan dalam Pemberitaan Pembangunan Pabrik Semen Di Kawasan Pegunungan Kendeng Rembang. (Analisis Framing Praktek Jurnalisme Lingkungan dalam Pemberitaan Pembangunan Pabrik Semen di Kawasan Pegunungan Kendeng Rembang pada Me

0 2 26

PENUTUP Praktek Jurnalisme Lingkungan dalam Pemberitaan Pembangunan Pabrik Semen Di Kawasan Pegunungan Kendeng Rembang. (Analisis Framing Praktek Jurnalisme Lingkungan dalam Pemberitaan Pembangunan Pabrik Semen di Kawasan Pegunungan Kendeng Rembang pada

0 4 86

TRANSFER KOGNISI TRADISI LISAN MASYARAKAT SAMIN DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN (Masyarakat Samin di Kaki Pegunungan Kendeng Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati).

1 1 2

STRATEGI BERTAHAN DAN STRATEGI ADAPTASI PETANI SAMIN TERHADAP DUNIA LUAR (Petani Samin Di Kaki Pegunungan Kendeng Di Sukolilo Kabupaten Pati).

0 3 9

(B. Sosial) Transfer Kognisi Tradisi Lisan Masyarakat Samin dalam Pelestarian Lingkungan (Masyarakat Samin di Kaki Pegunungan Kendeng Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati).

0 0 1

Konflik SDA Pengalaman dan Penanganan

0 0 1

Petaka SDA Rahim Kekerasan dan Konflik S

0 0 10

Membongkar Fantasi Pertambangan Semen di Pegunungan Kendeng

0 0 226