DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021 KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
Pada bab ini berisikan penjelasan profil umum Kota Bima seperti batasa
dministrasiwilayah, demografi, geografi, topografi, geohidrologi, geologi, klimatologi,
serta kondisi social dan ekonomi wilayah.
GAMBARAN UMUM KOTA BIMA| 4 - 1
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
4.1
GambaranGeografisdanAdministratif Wilayah
Kota Bima merupakan salah satu dari dua kota administratif yang ada di provinsi Nusa
Tengara Barat (NTB) yang berada di bagian timur Pulau Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara
Barat dengan posisi geografis terletak antara 118°41’ – 118°48’ Bujur Timur dan 8°30’ –
8°20’ Lintang Selatan dan batas wilayahnya terdiri dari :
• Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima
• Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Wawo Kabupaten Bima
• Sebelah Selatan
: Berbatasan dengan Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima
• Sebelah Barat : Berbatasan dengan Teluk Bima
2
2
Kota Bima memiliki luas wilayah perairan sebesar 188,02 km dan luas daratan sebesar 222,25 km
2
yang terdiri dari lahan sawah lebih kurang 8,53 persen (18,96 km ), sedangkan sisanya 91,47 persen
2
(203,29 km ) merupakan lahan bukan sawah.
Secara administratif wilayah Kota Bima sebelum dilakukan pemekaran wilayah terbagi dalam 3 (tiga)
wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Rasanae Barat, Kecamatan Rasanae Timur, dan Kecamatan
Asakota dengan jumlah kelurahan sebanyak 25 (dua puluh lima) kelurahan dengan rincian
sebagaimana terlihat pada tabel 4.1.
Menjelang berakhirnya Tahun Anggaran 2007, dilakukan pemekaran wilayah sehingga secara
administratif wilayah Kota Bima terbagi menjadi 5 (lima) wilayah Kecamatan, yaitu Kecamatan Rasanae
Barat, Kecamatan Mpunda, Kecamatan Raba, Kecamatan Rasanae Timur, dan Kecamatan Asakota,
yang terbagi lagi menjadi 38 (tiga puluh delapan) kelurahan dengan rincian sebagaimana terlihat pada
tabel 4.2. dan peta 4.1. Persentase perbandingan luas wilayah masing-masing kecamatan setelah
adanya pemekaran wilayah dapat dilihat pada grafik 4.1.
Rasanae Barat;
3,73%
Mpunda; 7,70%
Rasanae Timur;
31,61%
Raba; 25,89%
Asakota; 31,06%
Grafik 4.1.
Perbandingan Luas Kecamatan di Kota Bima
Tabel 4.1. Pembagian wilayah administratif Kota Bima sebelum pemekaran
No.
I.
Kecamatan
Kecamatan Rasanae Barat
Kelurahan / Desa
Kel. Tanjung
Kel. Paruga
Kel. SaraE
Kel. NaE
Kel. Monggonao
Kel. Sadia
Kel. Sambinae
Kel. Santi
II.
Kecamatan Asakota
Kel. Melayu
Kel. Jatiwangi
Kel. Jatibaru
Kel. Kolo
III.
Kecamatan Rasanae Timur
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jumlah I
1.
2.
3.
4.
Jumlah II
1.
2.
3.
Kel. Penatoi
Kel. Penaraga
Kel. Rabangodu
2
Luas Wilayah(Km )
2,52
12,00
5,68
3,00
3,32
1,60
8,00
3,00
40,12
3,00
15,03
36,00
9,25
63,28
1,34
1,04
4,15
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 2
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
No.
Kecamatan
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Jumlah III
Kelurahan / Desa
Kel. Rabadompu
Kel. Kumbe
Kel. Lampe
Kel. Rontu
Kel. Nitu
Kel. Dodu
Kel. Kendo
Kel. Penanae
Kel. Ntobo
Kel. Nungga
2
Luas Wilayah(Km )
4,25
7,00
17,60
3,34
16,10
4,00
17,62
9,00
17,50
15,91
118,85
Jumlah I + II + III
222,25
Sumber Data : Bagian Pemerintahan Setda Kota Bima
Tabel 4.2. Pembagian wilayah administratif Kota Bima setelah pemekaran
No.
I.
Kecamatan
Kecamatan Rasanae Barat
Kelurahan / Desa
Kel. Tanjung
Kel. Paruga
Kel. SaraE
Kel. NaE
Kel. Pane
Kel. Dara
II.
Kecamatan Mpunda
Kel. Sambinae
Kel. Panggi
Kel. Monggonao
Kel. Manggemaci
Kel. Penatoi
Kel. Lewirato
Kel. Sadia
Kel. Mande
Kel. Santi
Kel. Matakando
III.
Kecamatan Raba
IV.
Kecamatan Asakota
V.
Kecamatan Rasanae Timur
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jumlah I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jumlah II
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Jumlah III
1.
2.
3.
4.
Jumlah IV
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jumlah V
Kel. Penaraga
Kel. Penanae
Kel. Rite
Kel. Rabangodu Utara
Kel. Rabangodu Selatan
Kel. Rabadompu Timur
Kel. Rabadompu Barat
Kel. Rontu
Kel. Ntobo
Kel. Kendo
Kel. Nitu
Kel. Melayu
Kel. Jatiwangi
Kel. Jatibaru
Kel. Kolo
Kel. Kumbe
Kel. Lampe
Kel. Oi Fo’o
Kel. Kodo
Kel Dodu
Kel. Lelamase
Kel. Nungga
Jumlah I + II + III + IV + V
2
Luas Wilayah (Km )
0,7845
0,9135
0,48
0,31
0,27
5,542
8,30
7,23
3,51
0,63
0,56
0,74
0,49
0,68
0,69
0,72
1,87
17,12
0,74
5,34
1,84
0,70
0,58
0,54
0,78
4,74
33,20
9,08
6,19
57,54
0,76
22,17
19,60
26,49
69,03
1,52
7,23
9,20
5,55
7,93
21,05
11,59
70,26
222,25
Sumber Data : Bagian Pemerintahan Setda Kota Bima
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 3
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
4.2
Gambaran Demografi
Wilayah Kota Bima sebagian besar tanahnya berada pada kemiringan 0 – 2% yaitu dengan kemiringan
sebesar 18,33% dari luas wilayah, untuk kemiringan tanah antara 2 – 15% mempunyai luas 24,28% dari
luas wilayah. Sedangkan lahan dengan kemiringan 15 – 40% seluas 23,76% dan lahan dengan
kemiringan lebih dari 40% sebesar 33,63%. Kondisi topografi Kota Bima secara rinci dapat dilihat pada
tabel 4.3.
Tabel 4.3
Kemiringan Lahan pada tiap Kecamatan di Kota Bima
No
1
2
3
4
5
Kecamatan
Rasanae Barat
Mpunda
Rasanae Timur
Raba
Asakota
Jumlah
%
0-2%
395,00
688,00
794,00
806,00
1.300,00
3.983,00
18.33
Kelompok Kemiringan
2-15%
15-40%
294,00
180,00
287,00
257,00
1.533,00
1.500,00
1.170,00
1.500,00
1.991,00
1.725,00
5.275,00
5.162,00
24.28
23.76
>40%
145,00
296,00
2.455,00
2.772,00
1.639,00
7.307,00
33.63
Jumlah
1.014,00
1.528,00
6.282,00
6.248,00
6.655,00
21.727,00
100
Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kota Bima dalam Kota Bima DA Tahun 2016
Bila ditinjau berdasarkan ketinggian wilayah dari permukaan laut, Kecamatan RasanaE Barat memiliki
ketinggian dengan kisaran antara 1-4 meter diatas permukaan laut, dengan wilayah tertinggi berada di
kelurahan Sarae dan terendah berada di Kelurahan Dara dan Tanjung. Kelurahan RasanaE Timur
memiliki ketinggian antara 5 sampai 200 meter (dpl), dengan wilayah tertinggi terdapat di Kelurahan Oi
Fo’o dan Lelamese (170-200 meter) dan wilayah terendah adalah Kelurahan Kumbe yang merupakan
Ibu Kota Kecamatan RasanaE Timur.
Berikutnya Kecamatan Raba memiliki ketinggian wilayah dengan kisaran antara 6 – 200 meter dpl,
dengan wilayah tertinggi di Kelurahan Nitu dan terendah di Kelurahan Rite dan Penaraga dengan
ketinggian 6 – 8 meter. Kemudian Kecamatan Mpunda memiliki ketinggian dengan kisaran antara 10 –
23 meter dpl, untuk wilayah tertinggi terdapat di Kelurahan Sambinae dan Panggi, wilayah terendah
terdapat di Kelurahan Penatoi dan Lewirato. Berikutnya adalah Kecamatan Asakota, dengan ketinggian
wilayah antara 2-6 meter dpl, dan wilayah terendah sebagian besar di Kelurahan Melayu. Secara rinci
dapat dilihat pada tabel 4.4.
Peta. 4.1. Batas Administrasi Kota Bima
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 4
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
Tabel 4.4
Tinggi Ibukota Kelurahan dari Permukaan Air Laut
Di Kecamatan Rasanae Barat
No
Kelurahan
Kecamatan Rasanae Barat
1
Dara
2
Paruga
3
Tanjung
4
Sarae
5
Pane
6
Nae
Kecamatan Rasanae Timur
1
Kumbe
2
Lampe
3
Oi Fo’o
4
Kodo
5
Dodu
6
Lelamase
7
Nungga
Kecamatan Raba
1
Penaraga
2
Penanae
3
Rite
4
Rabangodu Utara
5
Rabangodu Selatan
6
Rabadompu Timur
7
Rabadompu Barat
8
Rontu
9
Ntobo
10 Kendo’
11 Nitu
Kecamatan Mpunda
1
Sambinae
2
Panggi
3
Monggonao
4
Manggemaci
5
Penatoi
6
Lewirato
7
Sadia
8
Mande
9
Santi
10 Matakando
Kecamatan Asakota
1
Kel. Melayu
2
Kel. Jatiwangi
3
Kel. Jatibaru
4
Kel. Kolo
Ibu Kota Kelurahan
Dara
Paruga
Tanjung
Sarae
Pane
Nae
Ketinggian Diatas Permukaan Laut
(Meter)
1
3
1
4
2
2
Kumbe
Lampe
Oi Fo’o
Kodo
Dodu
Lelamase
Nungga
5
15
170
13
16
200
16
Penaraga
Penanae
Rite
Rabangodu Utara
Rabangodu Selatan
Rabadompu Timur
Rabadompu Barat
Rontu
Ntobo
Kendo’
Nitu
8
20
6
15
15
10
10
20
15
12
200
Sambinae
Panggi
Monggonao
Manggemaci
Penatoi
Lewirato
Sadia
Mande
Santi
Matakando
23
23
15
15
10
10
20
21
15
15
Kel. Melayu
Kel. Jatiwangi
Kel. Jatibaru
Kel. Kolo
2
5
6
5
Sumber : Kota Bima dalam Angka 2016
4.3
Kondisi Iklim
Kondisi Kota Bima adalah beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 87,8 mm dan hari hujan rata-rata
8 hari/bulan yang dihitung berdasarkan data Keadaan Curah Hujan,Hari Hujan dan Penyinaran Matahari
dirinci per Bulan diwilayah Kota Bima tahun 2015. Puncak hari dan curah hujan terjadi sekitar Bulan
Desember-Januari dengan cura hujan 448 mm di Kecamatan Rasanae Timur dengan temperatur berkisar
0
0
27,5 C sampai dengan 34,5 C. Matahari bersinar terik sepanjang musim dengan rata-rata intensitas
penyinaran tertinggi pada Bulan September. Secara rinci curah hujan tertinggi perkecamatan di Kota
Bima berdasarkan data 3 (tiga) tahun terakhir rata-rata pada kecamatan Rasanae Timur dan Asakota
curah hujannya tertinggi 149 mm dan hari hujan rata-rata 14 hari/bulan, terlihat pada table 4.5
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 5
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
Tabel 4.5
Curah Hujan rata-rata dan Hari Hujan Per Kecamatan di Kota Bima
No
Kecamatan
2013
2014
2015
Rata - Rata
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
1
Rasanae Barat
117
9
117
9
67
8
131
11
2
Mpunda
117
9
117
9
67
8
131
11
3
Rasanae Timur
119
13
119
13
134
8
149
14
4
Raba
119
13
119
13
50
6
128
13
5
Asakota
124
10
124
10
121
8
149
12
119
11
119
11
88
8
172
15
Rata – rata
Sumber : Kota Bima dalam Angka 2016
4.4
Karakteristik Tanah
Berdasarkan kelasnya, tekstur tanah di wilayah Kota Bima dibedakan menjadi tekstur tanah halus sampai
dengan tekstur tanah kasar. Tekstur tanah halus mencakup hampir 65,90% dari seluruh wilayah
sedangkan tekstur tanah kasar mencakup 3,09% dari seluruh wilayah Kota Bima. pada umumnya jenis
tanah yang ada termasuk dalam jenis tanah alluvial yang mempunyai kadar mineral yang cukup tinggi.
Wilayah Kota Bima memiliki kedalaman efektif antara 30-60 cm, yakni sebesar 61,77 Ha, dengan sebaran
terbesar di Kecamatan RasanaE Timur, Asakota dan Raba. Sedangkan kedalaman efektif antara 0-30
cm seluas 4.227,16 Ha atau 19,46% merupakan daerah lembah dan pinggiran pantai yang tersebar di
Kecamatan Asakota sebesar 1.262,23 Ha, RasanaE Barat 84,80 Ha, Mpunda 296,68 Ha, Kecamatan
Raba dengan luas 1.772,45 Ha dan Kecamatan RasanaE Timur dengan luas 811,00 Ha. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.6
Kedalaman Efektif Tanah di Kota Bima
Kedalaman Efektif (Ha)
No
Kecamatan
>90 cm
60-90 cm
30-60 cm
0-30 cm
1
Asakota
315,54
979,91
4.097,32
1.262,23
2
Rasanae Barat
104,71
280,30
544,19
84,80
3
Mpunda
256,90
424,46
549,96
296,68
4
Raba
429,46
344,40
3.701,69
1.772,45
5
Rasanae Timur
754,23
189,73
4.527,04
811,00
Jumlah
1.860,84
2.218,80
13.420,20
4.227,16
%
8,56
10,21
61,77
19,46
Sumber : BPN Kota Bima dalam Dokumen RTRW Kota BimaTahun 2011-2031
Jumlah
6.665
1.014
1.528
6.248
6.282
21.727
100
Peta 4.2. Topografi Kota Bima
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 6
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
4.5
Kondisi Hidrologi
Kota Bima dilalui oleh 7 (tujuh) sungai, 3 (tiga) diantaranya merupakan sungai besar, yaitu: Sungai
Padolo, Sungai Romo, Sungai Jatiwangi/Melayu. Untuk itu dapat dikatakan bahwa Kota Bima memiliki
potensi air permukaan yang cukup baik untuk kegiatan rumah tangga maupun untuk irigasi. Hampir
keseluruhan sungai yang ada mengaliri daerah irigasi dengan luas total 1.054 Ha.
Adapun sungai yang mengairi daerah irigasi sebagai ditunjukan dalam tabel 4.7.
Tabel 4.7
Sungai – Sungai Yang Mengairi Daerah Irigasi Di Kota Bima Tahun 2016
No
Nama Sungai
Lampe
Panjang
Sungai
(Km)
Lebar Sungai
(m)
Daerah
Irigasi
25
30
Rontu
Kecamatan
Hulu
Rasanae
Timur
Rasanae
Timur
Rasanae
Timur
Hilir
Rasanae
Barat
Rasanae
Timur
Luas
Baku
(Ha)
1
Sungai
(Padolo)
2
Sungai Dodu
12
20
Dodu
3
Sungai Nungga
22
20
Nungga
4
Sungai Kendo
15
15
Sangga
Raba
5
Sungai Ntobo
12
20
Keci Ntobo
Raba
6
Sungai
Jatiwangi
(Melayu)
16
15
Rabaponda
Asakota
Asakota
225
7
Sungai Romo
2
13
-
Asakota
Asakota
-
Mpunda
Rasanae
Barat
Rasanae
Barat
260
130
241
50
147
Sumber : Kota Bima Dalam Angka 2016
Kebutuhan air penduduk Kota Bima berasal dari air tanah dan air permukaan. Fasilitas air bersih dan air
minum ini sangat penting peranannya, mengingat kebutuhan air bersih untuk air minum dan MCK sangat
berhubungan erat dengan tingkat kebutuhan hidup perkotaan yang bersih dan sehat. Upaya penyediaan
air minum dan air bersih untuk kebutuhan penduduk sangat perlu ditingkatkan pelayanan dan
penyediaannya sehingga dapat memenuhi syarat kriteria dan secara kualitas dan kuantitas untuk
dikonsumsi secara aman dan sehat.
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 7
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
Sumber air bersih di Kota Bima dikelola oleh PDAM dengan sumber air dari Sori Nungga yang terletak di
Kelurahan Nungga, lebih kurang 7,5 km dari Kota Raba – Bima dengan kapasitas debit sebesar 40
liter/detik. Selain sumber air yang diperoleh dari Sori Nungga, sumber air lainnya adalah sumber Oi Si’i
yang terletak di Selatan Kelurahan Rontu, lebih kurang 5 km dari Kota Bima dengan kapasitas debit air
sebesar 2,5 liter/detik. Sedangkan sumur bor terletak di Jatiwangi dengan kapasitas 10 liter/detik,
Penaraga dengan kapasitas 10 liter /detik dan Sadia dengan kapasitas 10 liter/detik. Untuk lebih jelasnya
tentang kondisi hidrologi di Kota Bima dapat dilihat pada peta 4.3.
Peta. 4.3 Kondisi Hidrologi kota Bima
4.6
Kondisi Geologi
Kota Bima memili kondisi dan struktur geologi terdiri dari jenis tanah alluviual seluas 3.179,16 Ha, batu
gamping 3.154,96 Ha, batuan gunung api tua 154,97 Ha, dan batuan hasil gunung api tua seluas
14.400,90 Ha. Dengan kondisi geologi yang demikian, Kota Bima memiliki tingkat kestabilan lereng dan
pondasi yang tinggi, tingkat erosi rendah, dan resapan air tanah dangkal relatif besar sehingga memiliki
daya dukung lahan yang baik terhadap beban kegiatan yang ada diatasnya.
Kondisi geologi Kota Bima secara rinci dapat dilihat pada peta 4.4
Peta. 4.4. Geologi Kota Bima
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 8
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
4.7
Kondisi Geomorfologi
Secara fisiografi wilayah Kota Bima dan sekitarnya termasuk dalam Busur Gunungapi Nusa Tenggara
yang merupakan bagian dari Busur Sunda sebelah Timur dan Busur Banda sebelah Barat. Busur tersebut
terbentang mulai dari Pulau Jawa ke Nusa Tenggara yang selanjutnya melengkung mengitari Samudra
Indonesia (Sembiring, dkk, 1993). Wilayah Bima dan sekitarnya secara geomorfologi berdasarkan
morfometri dan morfogenesa, dapat dibedakan menjadi 4 satuan geomorfologi, yaitu:
1. Satuan geomorfologi dataran fluvial
Di daerah Kota Bima ini terhampar diantara perbukitan disekitarnya dan Teluk Bima yang terletak di
tengah-tengah daerah Kota Bima memanjang dari Barat ke Timur melalui celah antara Dora Pokah
dengan Doro Kolo. Satuan geomorfologi ini menempati ± 20% dari daerah Kota Bima, yang terhampar
luas pada bagian utara dan bagian selatan lokasi Kota Bima. Satuan geomorfologi dataran fluvial,
meliputi: daerah Jatibaru, Sadia, Sambinae, Monggonao, Paruga, Nae, Santi, Penatoi, Penaraga,
Raba Ngodu, Raba Dompu, Kumbe, Sadia, Kendo, Tato, Lampe, dan sekitarnya. Satuan
geomorfologi dataran fluvial ini memiliki nilai beda tinggi rata – rata 3 meter dan kemiringan lereng
rata – rata sebesar 2%. Litologi penyusun dari satuan geomorfologi ini adalah pasir dan lempung.
Tata guna lahan umumnya dimanfaatkan sebagai: daerah pemukiman, dan pertanian.
2. Satuan Geomorfologi Dataran Endapan Pantai
Satuan geomorfologi ini menempati ± 10% dari daerah Kota Bima, yang terhampar luas pada bagian
barat Kota Bima. Satuan geomorfologi dataran endapan pantai, meliputi: daerah Tanjung, Melayu dan
sekitarnya. Satuan geomorfologi dataran endapan pantai ini memiliki nilai beda tinggi rata – rata 2
meter dan kemiringan lereng rata – rata sebesar 2%. Litologi penyusun dari satuan geomorfologi ini
adalah pasir. Tata guna lahan umumnya dimanfaatkan sebagai: daerah pemukiman.
3. Satuan geomorfologi bergelombang lemah denudasional
Disusun oleh batuan hasil gunungapi tua, batuan sedimen dan setempat-setempat oleh batugamping
koral. Satuan geomorfologi ini menempati ± 30% dari daerah Kota Bima, yang terhampar luas pada
bagian tengah lokasi Kota Bima. Satuan geomorfologi bergelombang lemah denudasional, meliputi:
daerah Doro Oi’ombo, Doro Oi’si,i, Doro Jati Oi’ifoo, Nitu dan sekitarnya. memiliki nilai beda tinggi rata
– rata 42 meter dan kemiringan lereng rata – rata sebesar 6 %. Litologi penyusun dari satuan
geomorfologi ini adalah batugamping dan batupasir. Tata guna lahan umumnya dimanfaatkan
sebagai: lahan perkebunan.
4. Satuan geomorfologi bergelombang lemah–kuat vulkanik
Disusun oleh batuan hasil gunungapi tua berupa breksi, lava, tuf dan batuan beku terobosan. Satuan
geomorfologi ini menempati ± 40% dari daerah Kota Bima, yang terhampar luas pada bagian tengah
dan bagian selatan lokasi Kota Bima. satuan geomorfologi bergelombang lemah–kuat vulkanik,
meliputi: daerah Doro Kolo, Doro Lewamori, Doro Lalepa, Doro Londa dan sekitarnya. Memiliki nilai
beda tinggi rata – rata 75 meter dan kemiringan lereng rata – rata sebesar 13 %. Litologi penyusun
dari satuan geomorfologi ini adalah andesit dan tuf. Tata guna lahan umumnya dimanfaatkan sebagai:
lahan perkebunan.
Kondisi geomorfologi Kota Bima secara rinci dapat di lihat pada peta 4.5
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 9
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
Peta. 4.5. Geomorfologi Kota Bima
4.8
Struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin dan struktur umur
Struktur umur penduduk di suatu daerah akan dapat menentukan tingkat produktifitas penduduk pada
daerah tersebut. Hal ini dikarenakan analisis struktur umur penduduk akan berkaitan dengan banyaknya
penduduk di usia produktif di suatu daerah. Penduduk usia produktif artinya penduduk yang masih
memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaannya dan tidak tergantung kepada orang lain. Penduduk
usia produktif berkisar antara usia 15 - 64 tahun. Analisis struktur usia penduduk juga akan terkait dengan
penyediaan angkatan kerja pada suatu daerah.
Berdasarkan kelompok umur, penduduk Kota Bima yang berada pada usia produktif (15-64 tahun)
berjumlah 106 635 jiwa atau 66,32 %. Dari jumlah tersebut, proporsi perempuan lebih tinggi dari laki-laki,
yaitu 51 729 jiwa (51,61%) berbanding 54 896 jiwa (48,39%). Kelompok usia muda (0-14 tahun)
berjumlah 45 530 jiwa atau 29,09 % dan kelompok usia non produktif (65 tahun ke atas) berjumlah 7
581 jiwa atau 4,59 %
Tabel 4.8. Jumlah Penduduk Kota Bima Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin Tahun 2016
Kelompok Umur
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
TOTAL
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
8 087
7 768
7 346
8 201
8 776
6 602
5 998
5 343
4 938
4 153
3 355
2 665
1 698
1 383
903
1 177
78 394
7 703
7 495
7 131
8 376
8 967
6 707
6 645
5 643
5 610
4 460
3 567
2 966
1 955
1 496
1 068
1 553
81 342
Total
15 790
15 263
14 477
16 577
17 743
13 309
12 643
10 986
10 548
8 613
6 922
5 631
3 653
2 879
1 972
2 730
159 736
Sumber : BPS Kota Bima, 2016
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 10
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
Dari data komposisi penduduk menurut kelompok umur ini diketahuai rasio ketergantungan total adalah
sebesar 50,78 persen, artinya setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai
tanggungan sebanyak 50 orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi. Rasio sebesar
50,78 persen ini disumbangkan oleh rasio ketergantungan penduduk muda (perbandingan jumlah
penduduk umur 0-14 tahun dengan jumlah penduduk umur 15 - 64 tahun) sebesar 43,86 persen, dan
rasio ketergantungan penduduk tua (perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas dengan
jumlah penduduk di usia 15-64 tahun) sebesar 6,92 persen.
Kelompok Umur
Dari indikator ini terlihat bahwa pada tahun 2011, penduduk usia kerja di Kota Bima masih dibebani
tanggung jawab akan penduduk muda yang proporsinya lebih banyak dibandingkan tanggung jawab
terhadap penduduk tua.
70
65
60
55
50
45
40
35
30
25
20
15
10
75 +
-- 74
-- 69
-- 64
-- 59
-- 54
-- 49
-- 44
-- 39
-- 34
-- 29
-- 24
-- 19
-- 14
5 -- 9
0 -- 4
15.00
Perempuan
Laki-Laki
10.00
5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
Persentase
Grafik 4.2. Piramida Penduduk Kota Bima Tahun 2016
4.9
Laju pertambahan penduduk
Jumlah penduduk Kota Bima hingga tahun 2014 tercatat sebesar 159 736 jiwa dengan pertumbuhan ratarata 2,21% per tahun yang dihitung dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. Tingkat kepadatan
tertinggi berada pada Kecamatan Rasanae Barat yaitu sebesar 3.439 jiwa/Km2. Penyebaran penduduk
Kota Bima kurang merata dimana konsentrasi penduduk berada di pusat- pusat kegiatan ekonomi dan
pemerintahan. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Raba sebesar 39 038 jiwa, kemudian
Kecamatan Mpunda sebesar 36.409 jiwa, kecamatan RasanaE Barat sebesar 34.871 jiwa, Kecamatan
Asakota sebesar 31.263 jiwa dan Kecamatan RasanaE Timur sebesar 18.155 jiwa. Jumlah penduduk
Kota Bima Tahun 2011 - 2015 secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan
Dalam Kota Bima Tahun 2011 – 2015
No
Wilayah
Perencanaan
Jumlah Penduduk (jiwa)
2011
2012
2013
2014
2015
Rata- rata
Pertumbuhan
1
RasanaE Barat
31,440
31.626
32,447
34.143
34 871
2,21%
2
Mpunda
32,826
33.526
33,825
35.648
36 409
2,21%
3
RasanaE Timur
16,369
16.869
16.908
17.776
18 155
2,21%
4
Raba
35,196
35.626
36.391
38.223
39 038
2,21%
5
Asakota
28,187
28.661
29.074
30.610
31 263
2,21%
144,018
146.308
153.101
156.400
159 736
2,21%
Total
Sumber : Kota Bima Dalam Angka Tahun 2016
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 11
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
Terlihat dari gambar diatas bahwa perkembangan penduduk Kota Bima menunjukkan pertumbuhan yang
cukup pesat. Tingginya angka pertumbuhan penduduk Kota Bima salah satunya disebabkan oleh
banyaknya penduduk yang melakukan urbanisasi ke Kota Bima, karena sebagai kota berkembang, Kota
Bima merupakan pusat kegiatan pemerintahan, pendidikan, perdagangan, jasa, perindustrian dan
kegiatan lainnya.
4.10 Struktur penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, dilihat dari tingkat pendidikan terakhir,
Penduduk Kota Bima pada tahun 2015 didominasi oleh lulusan SLTA/sederajat yaitu mencapai 28,88 %.
Dari data juga diketahui bahwa jumlah penduduk yang menyelesaikan pendidikan tinggi baru mencapai
6,99 %, sangat kecil dibandingkan penduduk yang menempuh pendidikan sampai tingkat sekolah
menengah.
Tabel 4.11. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Bima Tahun 2015
Kecamatan
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Rasanae
Barat
Mpunda
Rasanae
Timur
Raba
Asakota
Tidak/ Belum Sekolah
5 958
5 783
3 983
8 178
6 285
30 187
Tidak Tamat SD/ Sederajat
3 981
3 789
3 097
5 243
4 860
20 970
Tamat SD/ Sederajat
2 883
2 599
2 436
4 102
5 214
17 234
SLTP/ Sederajat
3 654
2 656
2 237
3 761
3 875
16 183
SLTA/ Sederajat
9 524
8 355
4365
10 821
6 753
39 818
284
373
147
421
179
1 404
Diploma I/II
Akademi/ Diploma III/ SarMuda
426
539
170
591
247
1 973
2 052
3 093
536
2 825
1 128
9 634
Strata II
86
169
8
120
55
438
Strata III
2
2
0
5
2
11
Jumlah
28 850
27 358
16 979
36 067
28 598
137 852
Diploma IV/ Strata I
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bima, 2016
Grafik 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Bima Tahun 2015
1.02%
1.43%
6.99%
0.32%
0.01%
21.90%
Tidak/ Belum Sekolah
Tidak Tamat SD/ Sederajat
Tamat SD/ Sederajat
28.88%
15.21%
SLTP/ Sederajat
12.50%
SLTA/ Sederajat
11.74%
Diploma I/II
4.11 Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian/tingkat kesejahteraan
Sesuai undang - undang ketenagakerjaan, yang termasuk dalam kategori tenaga kerja adalah penduduk
yang telah berusia diatas 15 tahun ke atas. Sedangkan menurut ILO yang termasuk dalam katagori
tenaga kerja adalah penduduk yang berusia mulai dari umur diatas 10 tahun. Tenaga kerja dapat
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 12
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
diklasifikasikan pada komponen Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Yang dimaksud dengan
Angkatan Kerja adalah Penduduk usia kerja 15 tahun atau lebih yang bekerja atau punya pekerjaan tetapi
sifatnya sementara, tidak bekerja dan yang mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk Bukan
Angkatan Kerja adalah Penduduk Usia Kerja 15 tahun ke atas yang kegiatan utamanya seperti sekolah,
mengurus rumah tangga dan lansia (penerima pensiun).
Jumlah angkatan kerja di Kota Bima pada tahun 2015 mencapai 67,02%, dimana dari jumlah tersebut
60,22% dalam kondisi bekerja dan 6,80% menganggur. Sementara jumlah bukan angkatan kerja sebesar
32,98 % dengan kegiatan utama yang terbesar adalah mengurus rumah tangga yaitu 19,6810 %, sekolah
10,12% dan kegiatan lainnya 3,18%.
Tabel 4.12 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut
Kegiatan Utama Tahun 2015
Kegiatan Utama
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
43 735
33 132
76 867
- Bekerja
38 261
30 802
69 063
- Menganggur
5 474
2 330
7 804
11 706
26 115
37 821
- Sekolah
5 293
6 316
11 609
- Mengurus Rumah Tangga
3 970
18 596
22 566
- Lainnya
2 443
1 203
3 646
I. Angkatan Kerja
II. Bukan Angkatan Kerja
Sumber : BPS Kota Bima, 2016
Komposisi penduduk menurut lapangan pekerjaan di Kota Bima pada tahun 2015 didominasi oleh 5
(lima) sektor lapangan pekerjaan. Penduduk yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan adalah yang
paling besar yaitu 32,33 %. Posisi kedua pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu 17,86%.
Sektor lain yang juga besar adalah industri pertanian sebesar 15,61%. Sementara penduduk yang
bekerja di sektor lainnya masih cukup besar dengan prosentase 28,07%.
Tabel 4.13. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama Selama Seminggu
Yang Lalu dan Jenis Kelamin Tahun 2015
Lapangan Pekerjaan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan
15,61
10,58
13,37
6,12
17,77
11,32
3. Perdagangan,Rumah Makan,dan Hotel
17,86
39,27
27,41
4. Jasa Kemasyarakatan,Sosial, dan perorangan
32,33
30,80
31,65
5. Lainnya
28,07
100
1,58
100
16,26
100
2. Industri Pengolahan
Jumlah
Sumber : BPS Kota Bima, 2016
Tabel 4.14. Perkembangan Persentase Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan
Berdasarkan Sektor di Kota Bima Tahun 2011 - 2015
No
1
Sektor
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan
2011
13,71
2013
11,90
2015
13,37
2
Pertambangan dan Penggalian
2,32
-
1,11
3
Industri Pengolahan
14,65
15,07
11,32
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
0,00
-
0,23
5
Bangunan
4,67
-
6,24
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
22,27
21,29
27,41
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 13
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
7
8
9
Pengangkutan, Penggudangan dan Komunikasi
Keuangan, Asuransi, Persewaan
Bangunan dan
Jasa Perusahaan
7,72
-
5,71
2,33
-
2,96
Jasa Kemasyarakatan
32,35
32,35
31,65
Sumber : BPS Kota Bima,
Dilihat dari perkembangan selama tahun 2011 – 2015, ada 4 (empat) sektor yang menjadi mata
pencaharian penduduk terbesar yaitu Jasa Kemasyarakatan 31,65%, Perdagangan, Hotel dan Restoran
27,41%, Pertanian dan perkebunan 13,37% dan Industri pengolahan 11,32%, meskipun terjadi fluktuasi
jumlah penduduk yang bekerja menurut masing-masing sektor.
Tabel 4.15 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera
KS I, KS II, KS III, KS III + Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2015
No.
Kecamatan
(1)
(2)
Jumlah KK Keluarga Pra
Terdata
Sejahtera
(3)
(4)
KS I
KS II
KS III
KS
III +
(5)
(6)
(7)
(8)
1
Rasanae Barat
7 529
2 053
1 330
1 568
2 407
171
2
Mpunda
6 548
956
1 472
1 448
2 577
95
3
Rasanae Timur
4 648
951
1 424
673
1 562
38
4
5
Raba
Asakota
Jumlah
9 639
6 610
34 974
2 088
1 545
7 593
2 419
1 463
8 108
2 161 2 679
1 628 1 648
7 478 10 873
292
326
922
Sumber Data : Kota Bima Dalam Angka Tahun 2016
4.12 Profil Ekonomi
4.12.1 Tinjauan Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Statistik pendapatan merupakan salah satu alat untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi suatu
daerah. Dalam hal ini sering dikaburkan istilah pemakaian pendapatan regional dan pendapatan daerah.
Untuk memberikan batasan yang jelas, maka secara singkat dapat dilihat perbedaan pengertian jenis
pendapatan ini :
-
Pendapatan Daerah adalah penerimaan Pemerintah Daerah, baik pusat, Propinsi maupun tingkat
Kota/Kabupaten berupa pajak dan retribusi daerah, serta macam-macam pungutan lainnya.
-
Pendapatan Regional adalah pendapatan semua golongan dari lapisan masyarakat pada suatu daerah,
dari segala kegiatan ekonomi yang meliputi sektor-sektor mulai dari sektor pertanian sampai dengan
sektor jasa-jasa.
Salah satu kegunaan dari pendapatan regional adalah untuk membandingkan pendapatan atau melihat
perkembangan pendapatan produk dari tahun ke tahun. Karena adanya inflasi yang dialami hampir
semua negara di dunia. Maka daya beli akan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Oleh karenanya,
kenaikan income seseorang belum tentu menaikkan daya beli orang. Untuk bisa melihat apakah income
seseorang baik, maka faktor inflasi ini terlebih dahulu dieliminir.
Setelah faktor inflasi dieliminir, maka income yang dihasilkan akan merupakan income riil, sehingga naik
turunnya income seseorang akan mencerminkan naik turunnya daya beli.
Regional income dengan masih adanya faktor inflasi di dalamnya merupakan regional income atas dasar
harga berlaku sedangkan apabila faktor inflasi sudah dieliminir maka akan menjadi regional income atas
dasar harga konstan, atau dengan kata lain akan disebut atas dasar harga yang berlaku bila produksi
tiap-tiap tahun dinilai dengan harga pada tahun-tahun yang bersangkutan dan akan disebut atas dasar
harga konstan bila produksi tiap tahu dinilai dengan harga pada suatu tahun tertentu (dengan tahun harga
dasar).
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 14
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
Struktur ekonomi Kota Bima pada tahun 2015 sebagaimana tahun-tahun sebelumnya masih didominasi
oleh 5 (lmpat) sektor yaitu sektor pertanian, perdagangan, hotel dan restoran, angkutan
transfortasi&pergudangan, Administrasi Pemerintahan dan dan jasa-jasa.
Dilihat dari pertumbuhan PDRB, kinerja ekonomi Kota Bima menunjukkan tren yang cukup
menggembirakan, karena terjadi pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi
Kota Bima tercatat sebesar 5,12 terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya dan hingga tahun 2015
menjadi 5,50.
Tabel 4.16 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kota Bima
Tahun 2011-2015 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010
2011
Kategori
2012
2013*
2014**
2015****
Rp (Juta)
%
Rp (Juta)
%
Rp (Juta)
%
Rp (Juta)
%
Rp (Juta)
%
A
Pertanian,
Kehutanan, dan
Perikanan
317.118,0
16,24
329.910,4
16,00
335.784,6
15,45
348.209,7
15,16
351.914,49
14,53
B
Pertambangan
dan Penggalian
8.864,7
0,45
9.435,5
0,46
8.954,2
0,41
9.541,5
0,42
10.091,48
0,42
C
Industri Pengolahan
72.606,0
3,72
76.078,3
3,69
80.008,9
3,68
83.281,6
3,63
86.717,64
3,58
2.863,5
0,15
3.219,5
0,16
4.028,9
0,19
4.961,1
0,22
4.891,55
0,20
780,6
0,04
797,7
0,04
812,4
0,04
839,7
0,04
871,52
0,04
182.132,7
9,33
193.122,3
9,36
204.246,5
9,40
217.319,2
9,46
233.699,40
9,65
407.883,2
20,88
442.759,9
21,47
482.727,7
22,21
514.297,9
22,40
546.821,98
22,57
212.446,2
10,88
222.056,9
10,77
233.239,8
10,73
246.744,2
10,75
264.554,80
10,92
Pengadaan Listrik
dan Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan
Sampah, Limbah dan
Daur Ulang
D
E
F
Konstruksi
Perdagangan
Besar dan
Eceran;
Reparasi
Mobil dan Sepeda
Motor
Transportasi dan
Pergudangan
G
H
I
Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum
47.129,9
2,41
50.255,7
2,44
53.703,7
2,47
56.180,2
2,45
59.082,35
2,44
J
Informasi dan
Komunikasi
34.174,8
1,75
36.788,7
1,78
38.284,1
1,76
40.904,0
1,78
44.315,57
1,83
42.877,8
2,20
46.608,4
2,26
50.156,2
2,31
53.331,0
2,32
57.526,91
2,37
97.692,4
5,00
102.889,3
4,99
109.062,7
5,02
114.300,1
4,98
122.112,40
5,04
Jasa Peahaan
6.735,5
0,34
7.231,6
0,35
7.585,4
0,35
8.106,9
0,35
8.573,80
0,35
O
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial
Wajib
225.509,0
11,55
233.356,6
11,31
241.203,9
11,10
253.082,1
11,02
262.427,53
10,83
P
Jasa Pendidikan
154.813,3
7,93
159.813,1
7,75
167.086,9
7,69
177.858,4
7,75
190.791,07
7,88
Q
Jasa Kesehatan
dan Kegiatan
Sosial
69.179,7
3,54
72.551,7
3,52
75.729,1
3,48
79.558,1
3,46
84.947,61
3,51
70.348,9
3,60
75.621,7
3,67
81.321,4
3,74
87.701,7
3,82
93.144,34
3,84
1.953.159,0
100
2.062497,3
100
2.173.936,5
100
2.296.217,3
100
2.422.484,44
100
Jasa Keuangan
dan Asuransi
K
L
Real Estate
M,N
R,S,T,U Jasa lainnya
PDRB
Sumber : BPS Kota Bima, 2016
*) Angka Sememtara ; ****) Angka Sangat Sangat Sementara
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 15
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
Tabel 4.17 Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kota Bima Menurut Lapangan Usahan
(persen) Tahun 2011-2015
Kategori
2011
2012
2013
2014
2015*****
A
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
2,75
4,03
1,78
3,70
1,06
B
Pertambangan dan Penggalian
5,23
6,44
(5,10)
6,56
5,76
C
Industri Pengolahan
2,89
4,78
5,17
4,09
4,13
D
Pengadaan Listrik dan Gas
12,80
12,43
25,14
23,14
-1,40
E
Pengandaan Air, PEngelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang
1,18
2,20
1,84
3,35
3,79
F
Konstruksi
6,88
6,03
5,76
6,40
7,54
G
Perdagangan Besar dan Eceran Reparasi
Motor dan Sepeda Motor
7,12
8,55
9,03
6,54
6,32
H
Transportasi dan Pergudangan
4,56
4,52
5,04
5,79
7,22
I
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
5,38
6,63
6,86
4,61
5,17
J
Informasi dan Komunikasi
7,81
7,65
4,06
6,84
8,34
K
Jasa Keuangan dan Asuransi
7,02
8,70
7,61
6,33
7,87
L
Real Eastet
5,49
5,32
6,00
4,80
6,83
M,N
Jasa Perusahaan
O
Administrasi Pemerintahan,
dan jaminan Sosial Wajib
4,52
7,37
4,89
6,87
5,76
3,48
3,23
3,36
4,55
4,92
6,45
3,69
7,27
Pertanahan
P
Jasa Pendidikan
3,51
5,44
Q
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
3,92
4,87
4,38
5,06
6,77
R,ST,
U
Jasa lainnya
6,80
7,50
7,54
7,85
6,21
5,12
PDRB
Sumber : BPS Kota Bima, 2016
*) Angka Sememtara ; ****) Angka Sangat Sangat Sementara
5,60
5,40
5,62
5,50
Primer
14,27%
Sekunder
17,52%
Tersier
68,21%
Apabila diamati berdasarkan kelompok-kelompok kegiatan
ekonomi, maka dapat dijelaskan bahwa perekonomian
Kota Bima hingga tahun 2015 masih didominasi oleh
kelompok tersier (kelompok sektor jasa) seperti, Sektor
jasa-jasa; Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran; Sektor
Angkutan dan Komunikasi; dan Sektor Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan kontribusi pada
tahun 2015 sebesar 68,21 persen.
Grafik 4.5. Struktur Ekonomi Kota Bima Tahun 2015
Sementara sektor primer yang terdiri dari Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan & Penggalian
mempunyai peranan sebesar 14,27 persen, dan sektor sekunder yang terdiri dari Sektor Industri; Sektor
Listrik dan Air Bersih; dan Sektor Konstruksi (Bangunan) pada tahun 2015 hanya berperan sebesar 7,89
persen.
Pertumbuhan ekonomi Kota Bima yang dicerminkan dengan pertumbuhan PDRB selama periode tahun
2013-2015 menunjukkan adanya pertumbuhan yang positif setiap tahun. Hal ini dapat dilihat dari cukup
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 16
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
tingginya pertumbuhan ekonomi setiap tahun. Pada Tahun 2015 Laju pertumbuhan ekonomi impilisit
mencapai 5,91 persen, ini menunjukan laju pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2009 PDRB tumbuh
sebesar 6,38 persen; melambat menjadi 5,77 persen pada tahun 2010; dan pada tahun 2011 sedikit
mengalami perlambatan kembali menjadi 5,31 persen. Kondisi tersebut merupakan dampak krisis
ekonomi global yang berpengaruh terhadap perlambatan pertumbuhan perekonomian nasional secara
keselurahan, termasuk perekonomian Kota Bima.
PDRB Per Kapita
PDRB perkapita atas dasar harga berlaku Kota Bima selama periode 2011-2014 tumbuh pada kisaran
angka 6-10 persen, sementara pertumbuhan PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2010 dalam
periode yang sama tumbuh sebesar 3-6 persen.
Tabel 18. PDRB Perkapita Kota Bima Tahun 20112015
Uraian
2011
2012
2013
2014
2015****
Nilai PDRB
Atas Dasar Harga Konstan
2010 (Juta Rp)
1.953.159,0
2.062.497,3
2.173.936,5
2.296.217,3
2.422.484,4
Nilai PDRB
Atas Dasar Harga Berlaku
(Juta Rp)
2.022.521,3
2.192.206,8
2.369.813,1
2.653.586,3
2.982.576,2
146.501
149.800
153.101
156.400
155.281
13,33
13,77
14,20
14,68
15,60
13,81
14,63
15,48
16,97
18,67
Jumlah Penduduk (jiwa)
PDRB perkapita Atas Dasar
Harga
Konstan (Juta Rp/jiwa/Tahun)
PDRB perkapita Atas Dasar
Harga
Berlaku (Juta Rp/jiwa/Tahun)
Sumber : BPS Kota Bima, 2016
Grafik 4.6 Pertumbuhan (%) PDRB Per Kapita Tahun 2012-2015
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 17
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
Laju Inflasi
Angka inflasi Kota Bima periode 5 tahun terakhir trennya cenderung menurun. Hingga tahun 2015 inflasi
Kota Bima mencapai 4,07 persen. Angka ini masih sedikit lebih tinggi dibanding inflasi Provinsi NTB
yang sebesar 3,37 persen.
Tabel 19. Nilai inflasi rata-rata Tahun 2010-2015 Kota
Bima
Uraian
2011
2012
2013
2014
2015
Provinsi NTB
6,55
3,99
9,51
7,23
3,37
Kota Bima
7,19
3,61
10,42
7,37
4,07
Sumber : BPS Kota Bima, 2016
Grafik tingkat Inflasi Kota Bima dan Provinsi NTB Tahun 2011 - 2015
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 18
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
4.12.2 Kondisi Fiskal Kota Bima
Kondisi fiskal/keuangan Kota Bima akan dijelaskan melalui kapasitas fiskal Kota Bima. Data
kapasitas fiskal yang ditampilkan meliputi data kondisi beberapa tahun terakhir.
Menurut peraturan menteri keuangan dijelaskan bahwa Kapasitas Fiskal adalah gambaran
kemampuan keuangan daerah yang dicerminkan melalui pendapatan daerah, tidak termasuk
Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat, dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk
membiayai pengeluaran tertentu, dikurangi dengan belanja pegawai serta dikaitkan dengan
jumlah penduduk miskin. Sedangkan Peta Kapasitas Fiskal adalah pengelompokan Daerah
berdasarkan indeks kapasitas fiskal menjadi empat kelompok yaitu Daerah berkapasitas fiskal
sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah.
Perkembangan indeks kapasitas fiskal Kota Bima dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir
mengalami penurunan. Dimulai dengan nilai indeks sebesar 1,0375 pada tahun 2007 dan 2008
termasuk dalam kategori tinggi menjadi 0,5758 pada tahun 2009 dan 0,7293 pada tahun 2010
termasuk dalam kategori sedang. Indeks ini kemudian menurun menjadi 0,3646 pada tahun
2011 yang memasukkannya dalam kategori rendah. Dalam peraturan menteri keuangan
mengenai peta kapasitas fiskal tersebut tidak disebutkan nilai komponen penyusun perhitungan
kapasitas fiskal. Akan tetapi, dapat diperkirakan penurunan nilai indeks kapasitas fiskal ini
terjadi karena beberapa kemungkinan yang perlu diteliti lebih lanjut, antara lain:
•
Jumlah penduduk miskin yang meningkat.
•
Jumlah pendapatan yang tidak meningkat secara signifikan dimana Kota Bima masih
sangat bergantung secara fiskal kepada pusat sedangkan pertambahan Dana Alokasi
Umum tiap tahunnya terbatas.
•
Adanya pergeseran pada proporsi struktur belanja pegawai dibandingkan belanja lainnya
dimana proporsi belanja pegawai mengalami peningkatan secara signifikan.
Tabel 4.20
Kapasitas Fiskal Kota Bima Tahun 2007 – 2011
No
Tahun
Indeks Kapasitas Fiskal
Kategori
1
2007
1,0375
Tinggi
2
2008
1,0375
Tinggi
3
2009
0,5758
Sedang
4
2010
0,7293
Sedang
5
2011
0,3646
Rendah
Sumber: Bappeda Kota Bima, Peraturan Menteri Keuangan Tahun 2011.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan fiskal Kota Bima sangat terbatas untuk
melaksanakan investasi dengan nilai yang besar khususnya dibidang infrastruktur. Dengan
demikian peran serta pendanaan dari pemerintah pusat dan propinsi serta sektor swasta
diharapkan dapat lebih berperan lagi dimasa yang akan datang.
4.13 Profil Sosial Budaya
Masyarakat Bima dalam kehidupannya mengarah pada sistem kehidupan komunal yang
mengutamakan kebersamaan dan gotong royong, sehingga sangat lazim ditemukan
dibeberapa wilayah, dimana tingkat swadaya masyarakat dalam berbagai kegiatan khususnya
GAMBARAN UMUM KOTA BIMA| 4 - 19
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSATENGGARA BARAT
pembangunan fisik sering digambarkan cukup besar nilainya, hal ini merupakan salah satu
bentuk aplikatif dari karakter sosial budaya masyarakat Bima pada khususnya.
Keheterogenitas suatu masyarakat dalam suatu daerah memiliki keunggulan komperatif serta
berkorelasi positif terhadap pembangunan daerah. Keanekaragaman tingkat sosial, pekerjaan, tingkat
pendapatan serta agama dan kepercayaan yang dianut masyarakat justru membantu terbentuknya
ide dan kreasi baru, serta menjadi nilai tambah yang terakumulasi dalam terciptanya inovasi-inovasi
baru dalam dinamika kehidupan masyarakat.
Adat istiadat yang masih sampai sekarang hidup dikalangan masyarakat adalah masih menghormati
mereka yang lebih tua darinya, rasa tenggang rasa, masih patuh pada orang yang sangat dihormati
dan tidak mudah diprovokasi.
1. Sistem Kemasyarakatan
a. Sistem kekeluargaan dalam masyarakat bersifat patrilineal, mengikuti garis keturunan ayah,
sehingga pengaruh orang tua laki-laki sangat besar dalam sebuah keluarga ataupun keluarga
besar mereka. Sistem kekeluargaan dalam masyarakat Bima bersifat tinggal dekat, yang
dapat digambarkan dalam pola bermukim mereka dimana masih ditemukan dibeberapa
wilayah di Kota Bima, kompleks perumahan yang ditempati oleh satu kelompok besar
masyarakat yang masing-masing diantara mereka masih mempunyai hubungan kekeluargaan
yang dekat. Tata nilai kekeluargaan yang berkembang dalam masyarakat Bima, dapat dilihat
dari dua segi yaitu tata nilai yang mengatur hubungan yang sifatnya intern dan tata nilai yang
mengatur hubungan yang sifatnya ekstern, dimana hubungan yang sifatnya intern akan
mengatur antara orang tua dengan anak, antara orang tua dan yang dituakan dalam keluarga
batih mereka dan antara anak dengan yang sebaya dengan mereka, sedangkan hubungan
yang sifatnya ekstern lebih kepada hubungan antara masyarakat pada umumnya.
b. Sistem gotong royong dan kebersamaan yang dikembangkan di wilayah Kota Bima pada
umumnya bersifat swadaya dan atas dasar kerelaan dari masyarakat, hal ini terkait dengan
faktor rasa saling membutuhkan antar masyarakat, artinya masyarakat secara tidak langsung
menyadari bahwa mereka tidak dapat hidup sendiri. Akibat adanya pandangan ini, maka
sangat wajar ditemukan di Bima secara umum masyarakat akan datang dengan sukarela
dalam setiap kegiatan sosial kemasyarakatan, misalnya pembangunan sarana peribadatan
ataupun sarana sosial lainnya.
c.
Aktivitas Masyarakat Dalam Mengisi Waktu Senggang. Kehidupan masyarakat Bima yang
cukup beragam dapat diklasifikasn menjadi dua, pada wilayah perkotaan kehidupan
masyarakat didominasi oleh kegiatan jasa dan sektor ikutannya sedangkan pada wilayah
perdesaan kegiatannya mengarah pada kegiatan pertanian dan perikanan. Namun demikian,
disamping pekerjaan utama tersebut, maka masyarakat Bima masih dapat memanfaatkan
waktu senggang mereka untuk berbagai kegiatan. Dibeberapa kelurahan untuk mengisi
waktu luang mereka sebagian masyarakat melakukan aktivitas dengan membuat berbagai
barang kerajinan, misalnya kerajinan berupa kain tenun, kegiatan industri rumah tangga,
seperti pembuatan penganan khas Bima dan lain sejenisnya di samping itu masyarakat
mengembangkan kegiatan perikanan, terutama perikanan laut.
2. Tata budaya
a. Istana Raja Bima
Musium Asi Mbojo dan Masjid Sultan Sulahuddin Bima adalah peninggalan Raja Bima
merupakan pusat kebudayaan masyarakat Bima sampai saat ini. Kompleks istana Raja Bima
terletak dipusat Kota Bima merupakan salah satu aset Kota yang perlu dilestarikan terus
dikembangkan.
GAMBARAN UMUM KOTA BIMA | 4 - 20
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSATENGGARA BARAT
b. Pakaian Adat
Tenun Ikat Bima pernah dikenakan oleh Kepala-Kepala Negara pada Pertemuan APEC di
Bali beberapa tahun lalu. Termasuk dikenakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
pada saat menyampaikan Visi Misinya sebagai Calon Presiden di hadapan Anggota KADIN
pada Pemilu Pilpres Tahun 2009. Secara umum busana atau pakaian adat Bima hampir
sama dengan Sulawesi Selatan. Hal itu diperkuat dengan ikatan sejarah bahwa Bima dengan
Makasar, Gowa, Bone dan Tallo itu memiliki hubungan dan ikatan kekeluargaan serta
kekerabatan. Proses pembauran dan asimilasi budaya itu telah berlangsung lama dan
mempengaruhi juga cara berbusana dan motif busana yang dikenakan. Meskipun ada
beberapa perbedaan antara busana adat Bima dengan Sulawesi Selatan. Warna yang
menonjol dalam pakaian adat Bima antara lain hitam, hijau, coklat, merah, biru tua, serta
putih. Untuk pakaian harian, wanita memakai kain sarung kotak-kotak yang dikenal dengan
sebutan Tembe Lombo dan menutupi kepala dan muka yang dikenal dengan “RIMPU”
layaknya jilbab pada masa sekarang. Disamping pakaian sehari-hari pakaian adat juga diatur
oleh pihak Kesultanan. Yang diatur oleh Majelis Adat yang disebut KANI SARA. Prosedur dan
Tata Cara pemakaiannya pun telah diatur dalam ketetapan Hadat.
c.
Rumah Adat
Ncuhi adalah rumah adat yang digunakan sebagai sarana upacara adat dan berkumpulnya
tetua kampung dan masyarakat adat. Konon, menurut sejarah para leluhur yang sudah
meninggal puluhan tahun bahkan ratusan tahun yang lalu tetap tinggal di rumah ncuhi
tersebut dan dapat mengabulkan permohonan misalnya saja warga yang ingin meminta
mendapatkan anak atau meminta kekuatan/mantra bisa di dapat di rumah ncuhi tersebut tapi
dengan catatan harus melalui ketua adat. Di dalam ncuhi terdapat dua bilik, bilik pertama
merupakan tempat tidur sekaligus tempat memasak (dapur). Sedangkan bilik ke dua
digunakan untuk menyimpan barang-barang keperluan seperti padi dan sebagainya dan
sekaligus tempat pemujaan terhadap leluhur.
GAMBARAN UMUM KOTA BIMA | 4 - 21
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
Pada bab ini berisikan penjelasan profil umum Kota Bima seperti batasa
dministrasiwilayah, demografi, geografi, topografi, geohidrologi, geologi, klimatologi,
serta kondisi social dan ekonomi wilayah.
GAMBARAN UMUM KOTA BIMA| 4 - 1
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
4.1
GambaranGeografisdanAdministratif Wilayah
Kota Bima merupakan salah satu dari dua kota administratif yang ada di provinsi Nusa
Tengara Barat (NTB) yang berada di bagian timur Pulau Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara
Barat dengan posisi geografis terletak antara 118°41’ – 118°48’ Bujur Timur dan 8°30’ –
8°20’ Lintang Selatan dan batas wilayahnya terdiri dari :
• Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima
• Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Wawo Kabupaten Bima
• Sebelah Selatan
: Berbatasan dengan Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima
• Sebelah Barat : Berbatasan dengan Teluk Bima
2
2
Kota Bima memiliki luas wilayah perairan sebesar 188,02 km dan luas daratan sebesar 222,25 km
2
yang terdiri dari lahan sawah lebih kurang 8,53 persen (18,96 km ), sedangkan sisanya 91,47 persen
2
(203,29 km ) merupakan lahan bukan sawah.
Secara administratif wilayah Kota Bima sebelum dilakukan pemekaran wilayah terbagi dalam 3 (tiga)
wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Rasanae Barat, Kecamatan Rasanae Timur, dan Kecamatan
Asakota dengan jumlah kelurahan sebanyak 25 (dua puluh lima) kelurahan dengan rincian
sebagaimana terlihat pada tabel 4.1.
Menjelang berakhirnya Tahun Anggaran 2007, dilakukan pemekaran wilayah sehingga secara
administratif wilayah Kota Bima terbagi menjadi 5 (lima) wilayah Kecamatan, yaitu Kecamatan Rasanae
Barat, Kecamatan Mpunda, Kecamatan Raba, Kecamatan Rasanae Timur, dan Kecamatan Asakota,
yang terbagi lagi menjadi 38 (tiga puluh delapan) kelurahan dengan rincian sebagaimana terlihat pada
tabel 4.2. dan peta 4.1. Persentase perbandingan luas wilayah masing-masing kecamatan setelah
adanya pemekaran wilayah dapat dilihat pada grafik 4.1.
Rasanae Barat;
3,73%
Mpunda; 7,70%
Rasanae Timur;
31,61%
Raba; 25,89%
Asakota; 31,06%
Grafik 4.1.
Perbandingan Luas Kecamatan di Kota Bima
Tabel 4.1. Pembagian wilayah administratif Kota Bima sebelum pemekaran
No.
I.
Kecamatan
Kecamatan Rasanae Barat
Kelurahan / Desa
Kel. Tanjung
Kel. Paruga
Kel. SaraE
Kel. NaE
Kel. Monggonao
Kel. Sadia
Kel. Sambinae
Kel. Santi
II.
Kecamatan Asakota
Kel. Melayu
Kel. Jatiwangi
Kel. Jatibaru
Kel. Kolo
III.
Kecamatan Rasanae Timur
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jumlah I
1.
2.
3.
4.
Jumlah II
1.
2.
3.
Kel. Penatoi
Kel. Penaraga
Kel. Rabangodu
2
Luas Wilayah(Km )
2,52
12,00
5,68
3,00
3,32
1,60
8,00
3,00
40,12
3,00
15,03
36,00
9,25
63,28
1,34
1,04
4,15
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 2
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
No.
Kecamatan
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Jumlah III
Kelurahan / Desa
Kel. Rabadompu
Kel. Kumbe
Kel. Lampe
Kel. Rontu
Kel. Nitu
Kel. Dodu
Kel. Kendo
Kel. Penanae
Kel. Ntobo
Kel. Nungga
2
Luas Wilayah(Km )
4,25
7,00
17,60
3,34
16,10
4,00
17,62
9,00
17,50
15,91
118,85
Jumlah I + II + III
222,25
Sumber Data : Bagian Pemerintahan Setda Kota Bima
Tabel 4.2. Pembagian wilayah administratif Kota Bima setelah pemekaran
No.
I.
Kecamatan
Kecamatan Rasanae Barat
Kelurahan / Desa
Kel. Tanjung
Kel. Paruga
Kel. SaraE
Kel. NaE
Kel. Pane
Kel. Dara
II.
Kecamatan Mpunda
Kel. Sambinae
Kel. Panggi
Kel. Monggonao
Kel. Manggemaci
Kel. Penatoi
Kel. Lewirato
Kel. Sadia
Kel. Mande
Kel. Santi
Kel. Matakando
III.
Kecamatan Raba
IV.
Kecamatan Asakota
V.
Kecamatan Rasanae Timur
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jumlah I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jumlah II
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Jumlah III
1.
2.
3.
4.
Jumlah IV
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jumlah V
Kel. Penaraga
Kel. Penanae
Kel. Rite
Kel. Rabangodu Utara
Kel. Rabangodu Selatan
Kel. Rabadompu Timur
Kel. Rabadompu Barat
Kel. Rontu
Kel. Ntobo
Kel. Kendo
Kel. Nitu
Kel. Melayu
Kel. Jatiwangi
Kel. Jatibaru
Kel. Kolo
Kel. Kumbe
Kel. Lampe
Kel. Oi Fo’o
Kel. Kodo
Kel Dodu
Kel. Lelamase
Kel. Nungga
Jumlah I + II + III + IV + V
2
Luas Wilayah (Km )
0,7845
0,9135
0,48
0,31
0,27
5,542
8,30
7,23
3,51
0,63
0,56
0,74
0,49
0,68
0,69
0,72
1,87
17,12
0,74
5,34
1,84
0,70
0,58
0,54
0,78
4,74
33,20
9,08
6,19
57,54
0,76
22,17
19,60
26,49
69,03
1,52
7,23
9,20
5,55
7,93
21,05
11,59
70,26
222,25
Sumber Data : Bagian Pemerintahan Setda Kota Bima
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 3
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
4.2
Gambaran Demografi
Wilayah Kota Bima sebagian besar tanahnya berada pada kemiringan 0 – 2% yaitu dengan kemiringan
sebesar 18,33% dari luas wilayah, untuk kemiringan tanah antara 2 – 15% mempunyai luas 24,28% dari
luas wilayah. Sedangkan lahan dengan kemiringan 15 – 40% seluas 23,76% dan lahan dengan
kemiringan lebih dari 40% sebesar 33,63%. Kondisi topografi Kota Bima secara rinci dapat dilihat pada
tabel 4.3.
Tabel 4.3
Kemiringan Lahan pada tiap Kecamatan di Kota Bima
No
1
2
3
4
5
Kecamatan
Rasanae Barat
Mpunda
Rasanae Timur
Raba
Asakota
Jumlah
%
0-2%
395,00
688,00
794,00
806,00
1.300,00
3.983,00
18.33
Kelompok Kemiringan
2-15%
15-40%
294,00
180,00
287,00
257,00
1.533,00
1.500,00
1.170,00
1.500,00
1.991,00
1.725,00
5.275,00
5.162,00
24.28
23.76
>40%
145,00
296,00
2.455,00
2.772,00
1.639,00
7.307,00
33.63
Jumlah
1.014,00
1.528,00
6.282,00
6.248,00
6.655,00
21.727,00
100
Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kota Bima dalam Kota Bima DA Tahun 2016
Bila ditinjau berdasarkan ketinggian wilayah dari permukaan laut, Kecamatan RasanaE Barat memiliki
ketinggian dengan kisaran antara 1-4 meter diatas permukaan laut, dengan wilayah tertinggi berada di
kelurahan Sarae dan terendah berada di Kelurahan Dara dan Tanjung. Kelurahan RasanaE Timur
memiliki ketinggian antara 5 sampai 200 meter (dpl), dengan wilayah tertinggi terdapat di Kelurahan Oi
Fo’o dan Lelamese (170-200 meter) dan wilayah terendah adalah Kelurahan Kumbe yang merupakan
Ibu Kota Kecamatan RasanaE Timur.
Berikutnya Kecamatan Raba memiliki ketinggian wilayah dengan kisaran antara 6 – 200 meter dpl,
dengan wilayah tertinggi di Kelurahan Nitu dan terendah di Kelurahan Rite dan Penaraga dengan
ketinggian 6 – 8 meter. Kemudian Kecamatan Mpunda memiliki ketinggian dengan kisaran antara 10 –
23 meter dpl, untuk wilayah tertinggi terdapat di Kelurahan Sambinae dan Panggi, wilayah terendah
terdapat di Kelurahan Penatoi dan Lewirato. Berikutnya adalah Kecamatan Asakota, dengan ketinggian
wilayah antara 2-6 meter dpl, dan wilayah terendah sebagian besar di Kelurahan Melayu. Secara rinci
dapat dilihat pada tabel 4.4.
Peta. 4.1. Batas Administrasi Kota Bima
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 4
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
Tabel 4.4
Tinggi Ibukota Kelurahan dari Permukaan Air Laut
Di Kecamatan Rasanae Barat
No
Kelurahan
Kecamatan Rasanae Barat
1
Dara
2
Paruga
3
Tanjung
4
Sarae
5
Pane
6
Nae
Kecamatan Rasanae Timur
1
Kumbe
2
Lampe
3
Oi Fo’o
4
Kodo
5
Dodu
6
Lelamase
7
Nungga
Kecamatan Raba
1
Penaraga
2
Penanae
3
Rite
4
Rabangodu Utara
5
Rabangodu Selatan
6
Rabadompu Timur
7
Rabadompu Barat
8
Rontu
9
Ntobo
10 Kendo’
11 Nitu
Kecamatan Mpunda
1
Sambinae
2
Panggi
3
Monggonao
4
Manggemaci
5
Penatoi
6
Lewirato
7
Sadia
8
Mande
9
Santi
10 Matakando
Kecamatan Asakota
1
Kel. Melayu
2
Kel. Jatiwangi
3
Kel. Jatibaru
4
Kel. Kolo
Ibu Kota Kelurahan
Dara
Paruga
Tanjung
Sarae
Pane
Nae
Ketinggian Diatas Permukaan Laut
(Meter)
1
3
1
4
2
2
Kumbe
Lampe
Oi Fo’o
Kodo
Dodu
Lelamase
Nungga
5
15
170
13
16
200
16
Penaraga
Penanae
Rite
Rabangodu Utara
Rabangodu Selatan
Rabadompu Timur
Rabadompu Barat
Rontu
Ntobo
Kendo’
Nitu
8
20
6
15
15
10
10
20
15
12
200
Sambinae
Panggi
Monggonao
Manggemaci
Penatoi
Lewirato
Sadia
Mande
Santi
Matakando
23
23
15
15
10
10
20
21
15
15
Kel. Melayu
Kel. Jatiwangi
Kel. Jatibaru
Kel. Kolo
2
5
6
5
Sumber : Kota Bima dalam Angka 2016
4.3
Kondisi Iklim
Kondisi Kota Bima adalah beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 87,8 mm dan hari hujan rata-rata
8 hari/bulan yang dihitung berdasarkan data Keadaan Curah Hujan,Hari Hujan dan Penyinaran Matahari
dirinci per Bulan diwilayah Kota Bima tahun 2015. Puncak hari dan curah hujan terjadi sekitar Bulan
Desember-Januari dengan cura hujan 448 mm di Kecamatan Rasanae Timur dengan temperatur berkisar
0
0
27,5 C sampai dengan 34,5 C. Matahari bersinar terik sepanjang musim dengan rata-rata intensitas
penyinaran tertinggi pada Bulan September. Secara rinci curah hujan tertinggi perkecamatan di Kota
Bima berdasarkan data 3 (tiga) tahun terakhir rata-rata pada kecamatan Rasanae Timur dan Asakota
curah hujannya tertinggi 149 mm dan hari hujan rata-rata 14 hari/bulan, terlihat pada table 4.5
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 5
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
Tabel 4.5
Curah Hujan rata-rata dan Hari Hujan Per Kecamatan di Kota Bima
No
Kecamatan
2013
2014
2015
Rata - Rata
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
1
Rasanae Barat
117
9
117
9
67
8
131
11
2
Mpunda
117
9
117
9
67
8
131
11
3
Rasanae Timur
119
13
119
13
134
8
149
14
4
Raba
119
13
119
13
50
6
128
13
5
Asakota
124
10
124
10
121
8
149
12
119
11
119
11
88
8
172
15
Rata – rata
Sumber : Kota Bima dalam Angka 2016
4.4
Karakteristik Tanah
Berdasarkan kelasnya, tekstur tanah di wilayah Kota Bima dibedakan menjadi tekstur tanah halus sampai
dengan tekstur tanah kasar. Tekstur tanah halus mencakup hampir 65,90% dari seluruh wilayah
sedangkan tekstur tanah kasar mencakup 3,09% dari seluruh wilayah Kota Bima. pada umumnya jenis
tanah yang ada termasuk dalam jenis tanah alluvial yang mempunyai kadar mineral yang cukup tinggi.
Wilayah Kota Bima memiliki kedalaman efektif antara 30-60 cm, yakni sebesar 61,77 Ha, dengan sebaran
terbesar di Kecamatan RasanaE Timur, Asakota dan Raba. Sedangkan kedalaman efektif antara 0-30
cm seluas 4.227,16 Ha atau 19,46% merupakan daerah lembah dan pinggiran pantai yang tersebar di
Kecamatan Asakota sebesar 1.262,23 Ha, RasanaE Barat 84,80 Ha, Mpunda 296,68 Ha, Kecamatan
Raba dengan luas 1.772,45 Ha dan Kecamatan RasanaE Timur dengan luas 811,00 Ha. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.6
Kedalaman Efektif Tanah di Kota Bima
Kedalaman Efektif (Ha)
No
Kecamatan
>90 cm
60-90 cm
30-60 cm
0-30 cm
1
Asakota
315,54
979,91
4.097,32
1.262,23
2
Rasanae Barat
104,71
280,30
544,19
84,80
3
Mpunda
256,90
424,46
549,96
296,68
4
Raba
429,46
344,40
3.701,69
1.772,45
5
Rasanae Timur
754,23
189,73
4.527,04
811,00
Jumlah
1.860,84
2.218,80
13.420,20
4.227,16
%
8,56
10,21
61,77
19,46
Sumber : BPN Kota Bima dalam Dokumen RTRW Kota BimaTahun 2011-2031
Jumlah
6.665
1.014
1.528
6.248
6.282
21.727
100
Peta 4.2. Topografi Kota Bima
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 6
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
4.5
Kondisi Hidrologi
Kota Bima dilalui oleh 7 (tujuh) sungai, 3 (tiga) diantaranya merupakan sungai besar, yaitu: Sungai
Padolo, Sungai Romo, Sungai Jatiwangi/Melayu. Untuk itu dapat dikatakan bahwa Kota Bima memiliki
potensi air permukaan yang cukup baik untuk kegiatan rumah tangga maupun untuk irigasi. Hampir
keseluruhan sungai yang ada mengaliri daerah irigasi dengan luas total 1.054 Ha.
Adapun sungai yang mengairi daerah irigasi sebagai ditunjukan dalam tabel 4.7.
Tabel 4.7
Sungai – Sungai Yang Mengairi Daerah Irigasi Di Kota Bima Tahun 2016
No
Nama Sungai
Lampe
Panjang
Sungai
(Km)
Lebar Sungai
(m)
Daerah
Irigasi
25
30
Rontu
Kecamatan
Hulu
Rasanae
Timur
Rasanae
Timur
Rasanae
Timur
Hilir
Rasanae
Barat
Rasanae
Timur
Luas
Baku
(Ha)
1
Sungai
(Padolo)
2
Sungai Dodu
12
20
Dodu
3
Sungai Nungga
22
20
Nungga
4
Sungai Kendo
15
15
Sangga
Raba
5
Sungai Ntobo
12
20
Keci Ntobo
Raba
6
Sungai
Jatiwangi
(Melayu)
16
15
Rabaponda
Asakota
Asakota
225
7
Sungai Romo
2
13
-
Asakota
Asakota
-
Mpunda
Rasanae
Barat
Rasanae
Barat
260
130
241
50
147
Sumber : Kota Bima Dalam Angka 2016
Kebutuhan air penduduk Kota Bima berasal dari air tanah dan air permukaan. Fasilitas air bersih dan air
minum ini sangat penting peranannya, mengingat kebutuhan air bersih untuk air minum dan MCK sangat
berhubungan erat dengan tingkat kebutuhan hidup perkotaan yang bersih dan sehat. Upaya penyediaan
air minum dan air bersih untuk kebutuhan penduduk sangat perlu ditingkatkan pelayanan dan
penyediaannya sehingga dapat memenuhi syarat kriteria dan secara kualitas dan kuantitas untuk
dikonsumsi secara aman dan sehat.
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 7
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
Sumber air bersih di Kota Bima dikelola oleh PDAM dengan sumber air dari Sori Nungga yang terletak di
Kelurahan Nungga, lebih kurang 7,5 km dari Kota Raba – Bima dengan kapasitas debit sebesar 40
liter/detik. Selain sumber air yang diperoleh dari Sori Nungga, sumber air lainnya adalah sumber Oi Si’i
yang terletak di Selatan Kelurahan Rontu, lebih kurang 5 km dari Kota Bima dengan kapasitas debit air
sebesar 2,5 liter/detik. Sedangkan sumur bor terletak di Jatiwangi dengan kapasitas 10 liter/detik,
Penaraga dengan kapasitas 10 liter /detik dan Sadia dengan kapasitas 10 liter/detik. Untuk lebih jelasnya
tentang kondisi hidrologi di Kota Bima dapat dilihat pada peta 4.3.
Peta. 4.3 Kondisi Hidrologi kota Bima
4.6
Kondisi Geologi
Kota Bima memili kondisi dan struktur geologi terdiri dari jenis tanah alluviual seluas 3.179,16 Ha, batu
gamping 3.154,96 Ha, batuan gunung api tua 154,97 Ha, dan batuan hasil gunung api tua seluas
14.400,90 Ha. Dengan kondisi geologi yang demikian, Kota Bima memiliki tingkat kestabilan lereng dan
pondasi yang tinggi, tingkat erosi rendah, dan resapan air tanah dangkal relatif besar sehingga memiliki
daya dukung lahan yang baik terhadap beban kegiatan yang ada diatasnya.
Kondisi geologi Kota Bima secara rinci dapat dilihat pada peta 4.4
Peta. 4.4. Geologi Kota Bima
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 8
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
4.7
Kondisi Geomorfologi
Secara fisiografi wilayah Kota Bima dan sekitarnya termasuk dalam Busur Gunungapi Nusa Tenggara
yang merupakan bagian dari Busur Sunda sebelah Timur dan Busur Banda sebelah Barat. Busur tersebut
terbentang mulai dari Pulau Jawa ke Nusa Tenggara yang selanjutnya melengkung mengitari Samudra
Indonesia (Sembiring, dkk, 1993). Wilayah Bima dan sekitarnya secara geomorfologi berdasarkan
morfometri dan morfogenesa, dapat dibedakan menjadi 4 satuan geomorfologi, yaitu:
1. Satuan geomorfologi dataran fluvial
Di daerah Kota Bima ini terhampar diantara perbukitan disekitarnya dan Teluk Bima yang terletak di
tengah-tengah daerah Kota Bima memanjang dari Barat ke Timur melalui celah antara Dora Pokah
dengan Doro Kolo. Satuan geomorfologi ini menempati ± 20% dari daerah Kota Bima, yang terhampar
luas pada bagian utara dan bagian selatan lokasi Kota Bima. Satuan geomorfologi dataran fluvial,
meliputi: daerah Jatibaru, Sadia, Sambinae, Monggonao, Paruga, Nae, Santi, Penatoi, Penaraga,
Raba Ngodu, Raba Dompu, Kumbe, Sadia, Kendo, Tato, Lampe, dan sekitarnya. Satuan
geomorfologi dataran fluvial ini memiliki nilai beda tinggi rata – rata 3 meter dan kemiringan lereng
rata – rata sebesar 2%. Litologi penyusun dari satuan geomorfologi ini adalah pasir dan lempung.
Tata guna lahan umumnya dimanfaatkan sebagai: daerah pemukiman, dan pertanian.
2. Satuan Geomorfologi Dataran Endapan Pantai
Satuan geomorfologi ini menempati ± 10% dari daerah Kota Bima, yang terhampar luas pada bagian
barat Kota Bima. Satuan geomorfologi dataran endapan pantai, meliputi: daerah Tanjung, Melayu dan
sekitarnya. Satuan geomorfologi dataran endapan pantai ini memiliki nilai beda tinggi rata – rata 2
meter dan kemiringan lereng rata – rata sebesar 2%. Litologi penyusun dari satuan geomorfologi ini
adalah pasir. Tata guna lahan umumnya dimanfaatkan sebagai: daerah pemukiman.
3. Satuan geomorfologi bergelombang lemah denudasional
Disusun oleh batuan hasil gunungapi tua, batuan sedimen dan setempat-setempat oleh batugamping
koral. Satuan geomorfologi ini menempati ± 30% dari daerah Kota Bima, yang terhampar luas pada
bagian tengah lokasi Kota Bima. Satuan geomorfologi bergelombang lemah denudasional, meliputi:
daerah Doro Oi’ombo, Doro Oi’si,i, Doro Jati Oi’ifoo, Nitu dan sekitarnya. memiliki nilai beda tinggi rata
– rata 42 meter dan kemiringan lereng rata – rata sebesar 6 %. Litologi penyusun dari satuan
geomorfologi ini adalah batugamping dan batupasir. Tata guna lahan umumnya dimanfaatkan
sebagai: lahan perkebunan.
4. Satuan geomorfologi bergelombang lemah–kuat vulkanik
Disusun oleh batuan hasil gunungapi tua berupa breksi, lava, tuf dan batuan beku terobosan. Satuan
geomorfologi ini menempati ± 40% dari daerah Kota Bima, yang terhampar luas pada bagian tengah
dan bagian selatan lokasi Kota Bima. satuan geomorfologi bergelombang lemah–kuat vulkanik,
meliputi: daerah Doro Kolo, Doro Lewamori, Doro Lalepa, Doro Londa dan sekitarnya. Memiliki nilai
beda tinggi rata – rata 75 meter dan kemiringan lereng rata – rata sebesar 13 %. Litologi penyusun
dari satuan geomorfologi ini adalah andesit dan tuf. Tata guna lahan umumnya dimanfaatkan sebagai:
lahan perkebunan.
Kondisi geomorfologi Kota Bima secara rinci dapat di lihat pada peta 4.5
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 9
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
Peta. 4.5. Geomorfologi Kota Bima
4.8
Struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin dan struktur umur
Struktur umur penduduk di suatu daerah akan dapat menentukan tingkat produktifitas penduduk pada
daerah tersebut. Hal ini dikarenakan analisis struktur umur penduduk akan berkaitan dengan banyaknya
penduduk di usia produktif di suatu daerah. Penduduk usia produktif artinya penduduk yang masih
memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaannya dan tidak tergantung kepada orang lain. Penduduk
usia produktif berkisar antara usia 15 - 64 tahun. Analisis struktur usia penduduk juga akan terkait dengan
penyediaan angkatan kerja pada suatu daerah.
Berdasarkan kelompok umur, penduduk Kota Bima yang berada pada usia produktif (15-64 tahun)
berjumlah 106 635 jiwa atau 66,32 %. Dari jumlah tersebut, proporsi perempuan lebih tinggi dari laki-laki,
yaitu 51 729 jiwa (51,61%) berbanding 54 896 jiwa (48,39%). Kelompok usia muda (0-14 tahun)
berjumlah 45 530 jiwa atau 29,09 % dan kelompok usia non produktif (65 tahun ke atas) berjumlah 7
581 jiwa atau 4,59 %
Tabel 4.8. Jumlah Penduduk Kota Bima Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin Tahun 2016
Kelompok Umur
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
TOTAL
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
8 087
7 768
7 346
8 201
8 776
6 602
5 998
5 343
4 938
4 153
3 355
2 665
1 698
1 383
903
1 177
78 394
7 703
7 495
7 131
8 376
8 967
6 707
6 645
5 643
5 610
4 460
3 567
2 966
1 955
1 496
1 068
1 553
81 342
Total
15 790
15 263
14 477
16 577
17 743
13 309
12 643
10 986
10 548
8 613
6 922
5 631
3 653
2 879
1 972
2 730
159 736
Sumber : BPS Kota Bima, 2016
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 10
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
Dari data komposisi penduduk menurut kelompok umur ini diketahuai rasio ketergantungan total adalah
sebesar 50,78 persen, artinya setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai
tanggungan sebanyak 50 orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi. Rasio sebesar
50,78 persen ini disumbangkan oleh rasio ketergantungan penduduk muda (perbandingan jumlah
penduduk umur 0-14 tahun dengan jumlah penduduk umur 15 - 64 tahun) sebesar 43,86 persen, dan
rasio ketergantungan penduduk tua (perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas dengan
jumlah penduduk di usia 15-64 tahun) sebesar 6,92 persen.
Kelompok Umur
Dari indikator ini terlihat bahwa pada tahun 2011, penduduk usia kerja di Kota Bima masih dibebani
tanggung jawab akan penduduk muda yang proporsinya lebih banyak dibandingkan tanggung jawab
terhadap penduduk tua.
70
65
60
55
50
45
40
35
30
25
20
15
10
75 +
-- 74
-- 69
-- 64
-- 59
-- 54
-- 49
-- 44
-- 39
-- 34
-- 29
-- 24
-- 19
-- 14
5 -- 9
0 -- 4
15.00
Perempuan
Laki-Laki
10.00
5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
Persentase
Grafik 4.2. Piramida Penduduk Kota Bima Tahun 2016
4.9
Laju pertambahan penduduk
Jumlah penduduk Kota Bima hingga tahun 2014 tercatat sebesar 159 736 jiwa dengan pertumbuhan ratarata 2,21% per tahun yang dihitung dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. Tingkat kepadatan
tertinggi berada pada Kecamatan Rasanae Barat yaitu sebesar 3.439 jiwa/Km2. Penyebaran penduduk
Kota Bima kurang merata dimana konsentrasi penduduk berada di pusat- pusat kegiatan ekonomi dan
pemerintahan. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Raba sebesar 39 038 jiwa, kemudian
Kecamatan Mpunda sebesar 36.409 jiwa, kecamatan RasanaE Barat sebesar 34.871 jiwa, Kecamatan
Asakota sebesar 31.263 jiwa dan Kecamatan RasanaE Timur sebesar 18.155 jiwa. Jumlah penduduk
Kota Bima Tahun 2011 - 2015 secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan
Dalam Kota Bima Tahun 2011 – 2015
No
Wilayah
Perencanaan
Jumlah Penduduk (jiwa)
2011
2012
2013
2014
2015
Rata- rata
Pertumbuhan
1
RasanaE Barat
31,440
31.626
32,447
34.143
34 871
2,21%
2
Mpunda
32,826
33.526
33,825
35.648
36 409
2,21%
3
RasanaE Timur
16,369
16.869
16.908
17.776
18 155
2,21%
4
Raba
35,196
35.626
36.391
38.223
39 038
2,21%
5
Asakota
28,187
28.661
29.074
30.610
31 263
2,21%
144,018
146.308
153.101
156.400
159 736
2,21%
Total
Sumber : Kota Bima Dalam Angka Tahun 2016
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 11
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
Terlihat dari gambar diatas bahwa perkembangan penduduk Kota Bima menunjukkan pertumbuhan yang
cukup pesat. Tingginya angka pertumbuhan penduduk Kota Bima salah satunya disebabkan oleh
banyaknya penduduk yang melakukan urbanisasi ke Kota Bima, karena sebagai kota berkembang, Kota
Bima merupakan pusat kegiatan pemerintahan, pendidikan, perdagangan, jasa, perindustrian dan
kegiatan lainnya.
4.10 Struktur penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, dilihat dari tingkat pendidikan terakhir,
Penduduk Kota Bima pada tahun 2015 didominasi oleh lulusan SLTA/sederajat yaitu mencapai 28,88 %.
Dari data juga diketahui bahwa jumlah penduduk yang menyelesaikan pendidikan tinggi baru mencapai
6,99 %, sangat kecil dibandingkan penduduk yang menempuh pendidikan sampai tingkat sekolah
menengah.
Tabel 4.11. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Bima Tahun 2015
Kecamatan
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Rasanae
Barat
Mpunda
Rasanae
Timur
Raba
Asakota
Tidak/ Belum Sekolah
5 958
5 783
3 983
8 178
6 285
30 187
Tidak Tamat SD/ Sederajat
3 981
3 789
3 097
5 243
4 860
20 970
Tamat SD/ Sederajat
2 883
2 599
2 436
4 102
5 214
17 234
SLTP/ Sederajat
3 654
2 656
2 237
3 761
3 875
16 183
SLTA/ Sederajat
9 524
8 355
4365
10 821
6 753
39 818
284
373
147
421
179
1 404
Diploma I/II
Akademi/ Diploma III/ SarMuda
426
539
170
591
247
1 973
2 052
3 093
536
2 825
1 128
9 634
Strata II
86
169
8
120
55
438
Strata III
2
2
0
5
2
11
Jumlah
28 850
27 358
16 979
36 067
28 598
137 852
Diploma IV/ Strata I
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bima, 2016
Grafik 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Bima Tahun 2015
1.02%
1.43%
6.99%
0.32%
0.01%
21.90%
Tidak/ Belum Sekolah
Tidak Tamat SD/ Sederajat
Tamat SD/ Sederajat
28.88%
15.21%
SLTP/ Sederajat
12.50%
SLTA/ Sederajat
11.74%
Diploma I/II
4.11 Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian/tingkat kesejahteraan
Sesuai undang - undang ketenagakerjaan, yang termasuk dalam kategori tenaga kerja adalah penduduk
yang telah berusia diatas 15 tahun ke atas. Sedangkan menurut ILO yang termasuk dalam katagori
tenaga kerja adalah penduduk yang berusia mulai dari umur diatas 10 tahun. Tenaga kerja dapat
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 12
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
diklasifikasikan pada komponen Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Yang dimaksud dengan
Angkatan Kerja adalah Penduduk usia kerja 15 tahun atau lebih yang bekerja atau punya pekerjaan tetapi
sifatnya sementara, tidak bekerja dan yang mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk Bukan
Angkatan Kerja adalah Penduduk Usia Kerja 15 tahun ke atas yang kegiatan utamanya seperti sekolah,
mengurus rumah tangga dan lansia (penerima pensiun).
Jumlah angkatan kerja di Kota Bima pada tahun 2015 mencapai 67,02%, dimana dari jumlah tersebut
60,22% dalam kondisi bekerja dan 6,80% menganggur. Sementara jumlah bukan angkatan kerja sebesar
32,98 % dengan kegiatan utama yang terbesar adalah mengurus rumah tangga yaitu 19,6810 %, sekolah
10,12% dan kegiatan lainnya 3,18%.
Tabel 4.12 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut
Kegiatan Utama Tahun 2015
Kegiatan Utama
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
43 735
33 132
76 867
- Bekerja
38 261
30 802
69 063
- Menganggur
5 474
2 330
7 804
11 706
26 115
37 821
- Sekolah
5 293
6 316
11 609
- Mengurus Rumah Tangga
3 970
18 596
22 566
- Lainnya
2 443
1 203
3 646
I. Angkatan Kerja
II. Bukan Angkatan Kerja
Sumber : BPS Kota Bima, 2016
Komposisi penduduk menurut lapangan pekerjaan di Kota Bima pada tahun 2015 didominasi oleh 5
(lima) sektor lapangan pekerjaan. Penduduk yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan adalah yang
paling besar yaitu 32,33 %. Posisi kedua pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu 17,86%.
Sektor lain yang juga besar adalah industri pertanian sebesar 15,61%. Sementara penduduk yang
bekerja di sektor lainnya masih cukup besar dengan prosentase 28,07%.
Tabel 4.13. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama Selama Seminggu
Yang Lalu dan Jenis Kelamin Tahun 2015
Lapangan Pekerjaan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan
15,61
10,58
13,37
6,12
17,77
11,32
3. Perdagangan,Rumah Makan,dan Hotel
17,86
39,27
27,41
4. Jasa Kemasyarakatan,Sosial, dan perorangan
32,33
30,80
31,65
5. Lainnya
28,07
100
1,58
100
16,26
100
2. Industri Pengolahan
Jumlah
Sumber : BPS Kota Bima, 2016
Tabel 4.14. Perkembangan Persentase Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan
Berdasarkan Sektor di Kota Bima Tahun 2011 - 2015
No
1
Sektor
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan
2011
13,71
2013
11,90
2015
13,37
2
Pertambangan dan Penggalian
2,32
-
1,11
3
Industri Pengolahan
14,65
15,07
11,32
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
0,00
-
0,23
5
Bangunan
4,67
-
6,24
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
22,27
21,29
27,41
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 13
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
7
8
9
Pengangkutan, Penggudangan dan Komunikasi
Keuangan, Asuransi, Persewaan
Bangunan dan
Jasa Perusahaan
7,72
-
5,71
2,33
-
2,96
Jasa Kemasyarakatan
32,35
32,35
31,65
Sumber : BPS Kota Bima,
Dilihat dari perkembangan selama tahun 2011 – 2015, ada 4 (empat) sektor yang menjadi mata
pencaharian penduduk terbesar yaitu Jasa Kemasyarakatan 31,65%, Perdagangan, Hotel dan Restoran
27,41%, Pertanian dan perkebunan 13,37% dan Industri pengolahan 11,32%, meskipun terjadi fluktuasi
jumlah penduduk yang bekerja menurut masing-masing sektor.
Tabel 4.15 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera
KS I, KS II, KS III, KS III + Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2015
No.
Kecamatan
(1)
(2)
Jumlah KK Keluarga Pra
Terdata
Sejahtera
(3)
(4)
KS I
KS II
KS III
KS
III +
(5)
(6)
(7)
(8)
1
Rasanae Barat
7 529
2 053
1 330
1 568
2 407
171
2
Mpunda
6 548
956
1 472
1 448
2 577
95
3
Rasanae Timur
4 648
951
1 424
673
1 562
38
4
5
Raba
Asakota
Jumlah
9 639
6 610
34 974
2 088
1 545
7 593
2 419
1 463
8 108
2 161 2 679
1 628 1 648
7 478 10 873
292
326
922
Sumber Data : Kota Bima Dalam Angka Tahun 2016
4.12 Profil Ekonomi
4.12.1 Tinjauan Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Statistik pendapatan merupakan salah satu alat untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi suatu
daerah. Dalam hal ini sering dikaburkan istilah pemakaian pendapatan regional dan pendapatan daerah.
Untuk memberikan batasan yang jelas, maka secara singkat dapat dilihat perbedaan pengertian jenis
pendapatan ini :
-
Pendapatan Daerah adalah penerimaan Pemerintah Daerah, baik pusat, Propinsi maupun tingkat
Kota/Kabupaten berupa pajak dan retribusi daerah, serta macam-macam pungutan lainnya.
-
Pendapatan Regional adalah pendapatan semua golongan dari lapisan masyarakat pada suatu daerah,
dari segala kegiatan ekonomi yang meliputi sektor-sektor mulai dari sektor pertanian sampai dengan
sektor jasa-jasa.
Salah satu kegunaan dari pendapatan regional adalah untuk membandingkan pendapatan atau melihat
perkembangan pendapatan produk dari tahun ke tahun. Karena adanya inflasi yang dialami hampir
semua negara di dunia. Maka daya beli akan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Oleh karenanya,
kenaikan income seseorang belum tentu menaikkan daya beli orang. Untuk bisa melihat apakah income
seseorang baik, maka faktor inflasi ini terlebih dahulu dieliminir.
Setelah faktor inflasi dieliminir, maka income yang dihasilkan akan merupakan income riil, sehingga naik
turunnya income seseorang akan mencerminkan naik turunnya daya beli.
Regional income dengan masih adanya faktor inflasi di dalamnya merupakan regional income atas dasar
harga berlaku sedangkan apabila faktor inflasi sudah dieliminir maka akan menjadi regional income atas
dasar harga konstan, atau dengan kata lain akan disebut atas dasar harga yang berlaku bila produksi
tiap-tiap tahun dinilai dengan harga pada tahun-tahun yang bersangkutan dan akan disebut atas dasar
harga konstan bila produksi tiap tahu dinilai dengan harga pada suatu tahun tertentu (dengan tahun harga
dasar).
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 14
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
Struktur ekonomi Kota Bima pada tahun 2015 sebagaimana tahun-tahun sebelumnya masih didominasi
oleh 5 (lmpat) sektor yaitu sektor pertanian, perdagangan, hotel dan restoran, angkutan
transfortasi&pergudangan, Administrasi Pemerintahan dan dan jasa-jasa.
Dilihat dari pertumbuhan PDRB, kinerja ekonomi Kota Bima menunjukkan tren yang cukup
menggembirakan, karena terjadi pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi
Kota Bima tercatat sebesar 5,12 terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya dan hingga tahun 2015
menjadi 5,50.
Tabel 4.16 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kota Bima
Tahun 2011-2015 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010
2011
Kategori
2012
2013*
2014**
2015****
Rp (Juta)
%
Rp (Juta)
%
Rp (Juta)
%
Rp (Juta)
%
Rp (Juta)
%
A
Pertanian,
Kehutanan, dan
Perikanan
317.118,0
16,24
329.910,4
16,00
335.784,6
15,45
348.209,7
15,16
351.914,49
14,53
B
Pertambangan
dan Penggalian
8.864,7
0,45
9.435,5
0,46
8.954,2
0,41
9.541,5
0,42
10.091,48
0,42
C
Industri Pengolahan
72.606,0
3,72
76.078,3
3,69
80.008,9
3,68
83.281,6
3,63
86.717,64
3,58
2.863,5
0,15
3.219,5
0,16
4.028,9
0,19
4.961,1
0,22
4.891,55
0,20
780,6
0,04
797,7
0,04
812,4
0,04
839,7
0,04
871,52
0,04
182.132,7
9,33
193.122,3
9,36
204.246,5
9,40
217.319,2
9,46
233.699,40
9,65
407.883,2
20,88
442.759,9
21,47
482.727,7
22,21
514.297,9
22,40
546.821,98
22,57
212.446,2
10,88
222.056,9
10,77
233.239,8
10,73
246.744,2
10,75
264.554,80
10,92
Pengadaan Listrik
dan Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan
Sampah, Limbah dan
Daur Ulang
D
E
F
Konstruksi
Perdagangan
Besar dan
Eceran;
Reparasi
Mobil dan Sepeda
Motor
Transportasi dan
Pergudangan
G
H
I
Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum
47.129,9
2,41
50.255,7
2,44
53.703,7
2,47
56.180,2
2,45
59.082,35
2,44
J
Informasi dan
Komunikasi
34.174,8
1,75
36.788,7
1,78
38.284,1
1,76
40.904,0
1,78
44.315,57
1,83
42.877,8
2,20
46.608,4
2,26
50.156,2
2,31
53.331,0
2,32
57.526,91
2,37
97.692,4
5,00
102.889,3
4,99
109.062,7
5,02
114.300,1
4,98
122.112,40
5,04
Jasa Peahaan
6.735,5
0,34
7.231,6
0,35
7.585,4
0,35
8.106,9
0,35
8.573,80
0,35
O
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial
Wajib
225.509,0
11,55
233.356,6
11,31
241.203,9
11,10
253.082,1
11,02
262.427,53
10,83
P
Jasa Pendidikan
154.813,3
7,93
159.813,1
7,75
167.086,9
7,69
177.858,4
7,75
190.791,07
7,88
Q
Jasa Kesehatan
dan Kegiatan
Sosial
69.179,7
3,54
72.551,7
3,52
75.729,1
3,48
79.558,1
3,46
84.947,61
3,51
70.348,9
3,60
75.621,7
3,67
81.321,4
3,74
87.701,7
3,82
93.144,34
3,84
1.953.159,0
100
2.062497,3
100
2.173.936,5
100
2.296.217,3
100
2.422.484,44
100
Jasa Keuangan
dan Asuransi
K
L
Real Estate
M,N
R,S,T,U Jasa lainnya
PDRB
Sumber : BPS Kota Bima, 2016
*) Angka Sememtara ; ****) Angka Sangat Sangat Sementara
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 15
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
Tabel 4.17 Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kota Bima Menurut Lapangan Usahan
(persen) Tahun 2011-2015
Kategori
2011
2012
2013
2014
2015*****
A
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
2,75
4,03
1,78
3,70
1,06
B
Pertambangan dan Penggalian
5,23
6,44
(5,10)
6,56
5,76
C
Industri Pengolahan
2,89
4,78
5,17
4,09
4,13
D
Pengadaan Listrik dan Gas
12,80
12,43
25,14
23,14
-1,40
E
Pengandaan Air, PEngelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang
1,18
2,20
1,84
3,35
3,79
F
Konstruksi
6,88
6,03
5,76
6,40
7,54
G
Perdagangan Besar dan Eceran Reparasi
Motor dan Sepeda Motor
7,12
8,55
9,03
6,54
6,32
H
Transportasi dan Pergudangan
4,56
4,52
5,04
5,79
7,22
I
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
5,38
6,63
6,86
4,61
5,17
J
Informasi dan Komunikasi
7,81
7,65
4,06
6,84
8,34
K
Jasa Keuangan dan Asuransi
7,02
8,70
7,61
6,33
7,87
L
Real Eastet
5,49
5,32
6,00
4,80
6,83
M,N
Jasa Perusahaan
O
Administrasi Pemerintahan,
dan jaminan Sosial Wajib
4,52
7,37
4,89
6,87
5,76
3,48
3,23
3,36
4,55
4,92
6,45
3,69
7,27
Pertanahan
P
Jasa Pendidikan
3,51
5,44
Q
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
3,92
4,87
4,38
5,06
6,77
R,ST,
U
Jasa lainnya
6,80
7,50
7,54
7,85
6,21
5,12
PDRB
Sumber : BPS Kota Bima, 2016
*) Angka Sememtara ; ****) Angka Sangat Sangat Sementara
5,60
5,40
5,62
5,50
Primer
14,27%
Sekunder
17,52%
Tersier
68,21%
Apabila diamati berdasarkan kelompok-kelompok kegiatan
ekonomi, maka dapat dijelaskan bahwa perekonomian
Kota Bima hingga tahun 2015 masih didominasi oleh
kelompok tersier (kelompok sektor jasa) seperti, Sektor
jasa-jasa; Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran; Sektor
Angkutan dan Komunikasi; dan Sektor Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan kontribusi pada
tahun 2015 sebesar 68,21 persen.
Grafik 4.5. Struktur Ekonomi Kota Bima Tahun 2015
Sementara sektor primer yang terdiri dari Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan & Penggalian
mempunyai peranan sebesar 14,27 persen, dan sektor sekunder yang terdiri dari Sektor Industri; Sektor
Listrik dan Air Bersih; dan Sektor Konstruksi (Bangunan) pada tahun 2015 hanya berperan sebesar 7,89
persen.
Pertumbuhan ekonomi Kota Bima yang dicerminkan dengan pertumbuhan PDRB selama periode tahun
2013-2015 menunjukkan adanya pertumbuhan yang positif setiap tahun. Hal ini dapat dilihat dari cukup
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 16
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
tingginya pertumbuhan ekonomi setiap tahun. Pada Tahun 2015 Laju pertumbuhan ekonomi impilisit
mencapai 5,91 persen, ini menunjukan laju pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2009 PDRB tumbuh
sebesar 6,38 persen; melambat menjadi 5,77 persen pada tahun 2010; dan pada tahun 2011 sedikit
mengalami perlambatan kembali menjadi 5,31 persen. Kondisi tersebut merupakan dampak krisis
ekonomi global yang berpengaruh terhadap perlambatan pertumbuhan perekonomian nasional secara
keselurahan, termasuk perekonomian Kota Bima.
PDRB Per Kapita
PDRB perkapita atas dasar harga berlaku Kota Bima selama periode 2011-2014 tumbuh pada kisaran
angka 6-10 persen, sementara pertumbuhan PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2010 dalam
periode yang sama tumbuh sebesar 3-6 persen.
Tabel 18. PDRB Perkapita Kota Bima Tahun 20112015
Uraian
2011
2012
2013
2014
2015****
Nilai PDRB
Atas Dasar Harga Konstan
2010 (Juta Rp)
1.953.159,0
2.062.497,3
2.173.936,5
2.296.217,3
2.422.484,4
Nilai PDRB
Atas Dasar Harga Berlaku
(Juta Rp)
2.022.521,3
2.192.206,8
2.369.813,1
2.653.586,3
2.982.576,2
146.501
149.800
153.101
156.400
155.281
13,33
13,77
14,20
14,68
15,60
13,81
14,63
15,48
16,97
18,67
Jumlah Penduduk (jiwa)
PDRB perkapita Atas Dasar
Harga
Konstan (Juta Rp/jiwa/Tahun)
PDRB perkapita Atas Dasar
Harga
Berlaku (Juta Rp/jiwa/Tahun)
Sumber : BPS Kota Bima, 2016
Grafik 4.6 Pertumbuhan (%) PDRB Per Kapita Tahun 2012-2015
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 17
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
Laju Inflasi
Angka inflasi Kota Bima periode 5 tahun terakhir trennya cenderung menurun. Hingga tahun 2015 inflasi
Kota Bima mencapai 4,07 persen. Angka ini masih sedikit lebih tinggi dibanding inflasi Provinsi NTB
yang sebesar 3,37 persen.
Tabel 19. Nilai inflasi rata-rata Tahun 2010-2015 Kota
Bima
Uraian
2011
2012
2013
2014
2015
Provinsi NTB
6,55
3,99
9,51
7,23
3,37
Kota Bima
7,19
3,61
10,42
7,37
4,07
Sumber : BPS Kota Bima, 2016
Grafik tingkat Inflasi Kota Bima dan Provinsi NTB Tahun 2011 - 2015
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA | 4 - 18
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT
4.12.2 Kondisi Fiskal Kota Bima
Kondisi fiskal/keuangan Kota Bima akan dijelaskan melalui kapasitas fiskal Kota Bima. Data
kapasitas fiskal yang ditampilkan meliputi data kondisi beberapa tahun terakhir.
Menurut peraturan menteri keuangan dijelaskan bahwa Kapasitas Fiskal adalah gambaran
kemampuan keuangan daerah yang dicerminkan melalui pendapatan daerah, tidak termasuk
Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat, dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk
membiayai pengeluaran tertentu, dikurangi dengan belanja pegawai serta dikaitkan dengan
jumlah penduduk miskin. Sedangkan Peta Kapasitas Fiskal adalah pengelompokan Daerah
berdasarkan indeks kapasitas fiskal menjadi empat kelompok yaitu Daerah berkapasitas fiskal
sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah.
Perkembangan indeks kapasitas fiskal Kota Bima dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir
mengalami penurunan. Dimulai dengan nilai indeks sebesar 1,0375 pada tahun 2007 dan 2008
termasuk dalam kategori tinggi menjadi 0,5758 pada tahun 2009 dan 0,7293 pada tahun 2010
termasuk dalam kategori sedang. Indeks ini kemudian menurun menjadi 0,3646 pada tahun
2011 yang memasukkannya dalam kategori rendah. Dalam peraturan menteri keuangan
mengenai peta kapasitas fiskal tersebut tidak disebutkan nilai komponen penyusun perhitungan
kapasitas fiskal. Akan tetapi, dapat diperkirakan penurunan nilai indeks kapasitas fiskal ini
terjadi karena beberapa kemungkinan yang perlu diteliti lebih lanjut, antara lain:
•
Jumlah penduduk miskin yang meningkat.
•
Jumlah pendapatan yang tidak meningkat secara signifikan dimana Kota Bima masih
sangat bergantung secara fiskal kepada pusat sedangkan pertambahan Dana Alokasi
Umum tiap tahunnya terbatas.
•
Adanya pergeseran pada proporsi struktur belanja pegawai dibandingkan belanja lainnya
dimana proporsi belanja pegawai mengalami peningkatan secara signifikan.
Tabel 4.20
Kapasitas Fiskal Kota Bima Tahun 2007 – 2011
No
Tahun
Indeks Kapasitas Fiskal
Kategori
1
2007
1,0375
Tinggi
2
2008
1,0375
Tinggi
3
2009
0,5758
Sedang
4
2010
0,7293
Sedang
5
2011
0,3646
Rendah
Sumber: Bappeda Kota Bima, Peraturan Menteri Keuangan Tahun 2011.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan fiskal Kota Bima sangat terbatas untuk
melaksanakan investasi dengan nilai yang besar khususnya dibidang infrastruktur. Dengan
demikian peran serta pendanaan dari pemerintah pusat dan propinsi serta sektor swasta
diharapkan dapat lebih berperan lagi dimasa yang akan datang.
4.13 Profil Sosial Budaya
Masyarakat Bima dalam kehidupannya mengarah pada sistem kehidupan komunal yang
mengutamakan kebersamaan dan gotong royong, sehingga sangat lazim ditemukan
dibeberapa wilayah, dimana tingkat swadaya masyarakat dalam berbagai kegiatan khususnya
GAMBARAN UMUM KOTA BIMA| 4 - 19
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSATENGGARA BARAT
pembangunan fisik sering digambarkan cukup besar nilainya, hal ini merupakan salah satu
bentuk aplikatif dari karakter sosial budaya masyarakat Bima pada khususnya.
Keheterogenitas suatu masyarakat dalam suatu daerah memiliki keunggulan komperatif serta
berkorelasi positif terhadap pembangunan daerah. Keanekaragaman tingkat sosial, pekerjaan, tingkat
pendapatan serta agama dan kepercayaan yang dianut masyarakat justru membantu terbentuknya
ide dan kreasi baru, serta menjadi nilai tambah yang terakumulasi dalam terciptanya inovasi-inovasi
baru dalam dinamika kehidupan masyarakat.
Adat istiadat yang masih sampai sekarang hidup dikalangan masyarakat adalah masih menghormati
mereka yang lebih tua darinya, rasa tenggang rasa, masih patuh pada orang yang sangat dihormati
dan tidak mudah diprovokasi.
1. Sistem Kemasyarakatan
a. Sistem kekeluargaan dalam masyarakat bersifat patrilineal, mengikuti garis keturunan ayah,
sehingga pengaruh orang tua laki-laki sangat besar dalam sebuah keluarga ataupun keluarga
besar mereka. Sistem kekeluargaan dalam masyarakat Bima bersifat tinggal dekat, yang
dapat digambarkan dalam pola bermukim mereka dimana masih ditemukan dibeberapa
wilayah di Kota Bima, kompleks perumahan yang ditempati oleh satu kelompok besar
masyarakat yang masing-masing diantara mereka masih mempunyai hubungan kekeluargaan
yang dekat. Tata nilai kekeluargaan yang berkembang dalam masyarakat Bima, dapat dilihat
dari dua segi yaitu tata nilai yang mengatur hubungan yang sifatnya intern dan tata nilai yang
mengatur hubungan yang sifatnya ekstern, dimana hubungan yang sifatnya intern akan
mengatur antara orang tua dengan anak, antara orang tua dan yang dituakan dalam keluarga
batih mereka dan antara anak dengan yang sebaya dengan mereka, sedangkan hubungan
yang sifatnya ekstern lebih kepada hubungan antara masyarakat pada umumnya.
b. Sistem gotong royong dan kebersamaan yang dikembangkan di wilayah Kota Bima pada
umumnya bersifat swadaya dan atas dasar kerelaan dari masyarakat, hal ini terkait dengan
faktor rasa saling membutuhkan antar masyarakat, artinya masyarakat secara tidak langsung
menyadari bahwa mereka tidak dapat hidup sendiri. Akibat adanya pandangan ini, maka
sangat wajar ditemukan di Bima secara umum masyarakat akan datang dengan sukarela
dalam setiap kegiatan sosial kemasyarakatan, misalnya pembangunan sarana peribadatan
ataupun sarana sosial lainnya.
c.
Aktivitas Masyarakat Dalam Mengisi Waktu Senggang. Kehidupan masyarakat Bima yang
cukup beragam dapat diklasifikasn menjadi dua, pada wilayah perkotaan kehidupan
masyarakat didominasi oleh kegiatan jasa dan sektor ikutannya sedangkan pada wilayah
perdesaan kegiatannya mengarah pada kegiatan pertanian dan perikanan. Namun demikian,
disamping pekerjaan utama tersebut, maka masyarakat Bima masih dapat memanfaatkan
waktu senggang mereka untuk berbagai kegiatan. Dibeberapa kelurahan untuk mengisi
waktu luang mereka sebagian masyarakat melakukan aktivitas dengan membuat berbagai
barang kerajinan, misalnya kerajinan berupa kain tenun, kegiatan industri rumah tangga,
seperti pembuatan penganan khas Bima dan lain sejenisnya di samping itu masyarakat
mengembangkan kegiatan perikanan, terutama perikanan laut.
2. Tata budaya
a. Istana Raja Bima
Musium Asi Mbojo dan Masjid Sultan Sulahuddin Bima adalah peninggalan Raja Bima
merupakan pusat kebudayaan masyarakat Bima sampai saat ini. Kompleks istana Raja Bima
terletak dipusat Kota Bima merupakan salah satu aset Kota yang perlu dilestarikan terus
dikembangkan.
GAMBARAN UMUM KOTA BIMA | 4 - 20
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSATENGGARA BARAT
b. Pakaian Adat
Tenun Ikat Bima pernah dikenakan oleh Kepala-Kepala Negara pada Pertemuan APEC di
Bali beberapa tahun lalu. Termasuk dikenakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
pada saat menyampaikan Visi Misinya sebagai Calon Presiden di hadapan Anggota KADIN
pada Pemilu Pilpres Tahun 2009. Secara umum busana atau pakaian adat Bima hampir
sama dengan Sulawesi Selatan. Hal itu diperkuat dengan ikatan sejarah bahwa Bima dengan
Makasar, Gowa, Bone dan Tallo itu memiliki hubungan dan ikatan kekeluargaan serta
kekerabatan. Proses pembauran dan asimilasi budaya itu telah berlangsung lama dan
mempengaruhi juga cara berbusana dan motif busana yang dikenakan. Meskipun ada
beberapa perbedaan antara busana adat Bima dengan Sulawesi Selatan. Warna yang
menonjol dalam pakaian adat Bima antara lain hitam, hijau, coklat, merah, biru tua, serta
putih. Untuk pakaian harian, wanita memakai kain sarung kotak-kotak yang dikenal dengan
sebutan Tembe Lombo dan menutupi kepala dan muka yang dikenal dengan “RIMPU”
layaknya jilbab pada masa sekarang. Disamping pakaian sehari-hari pakaian adat juga diatur
oleh pihak Kesultanan. Yang diatur oleh Majelis Adat yang disebut KANI SARA. Prosedur dan
Tata Cara pemakaiannya pun telah diatur dalam ketetapan Hadat.
c.
Rumah Adat
Ncuhi adalah rumah adat yang digunakan sebagai sarana upacara adat dan berkumpulnya
tetua kampung dan masyarakat adat. Konon, menurut sejarah para leluhur yang sudah
meninggal puluhan tahun bahkan ratusan tahun yang lalu tetap tinggal di rumah ncuhi
tersebut dan dapat mengabulkan permohonan misalnya saja warga yang ingin meminta
mendapatkan anak atau meminta kekuatan/mantra bisa di dapat di rumah ncuhi tersebut tapi
dengan catatan harus melalui ketua adat. Di dalam ncuhi terdapat dua bilik, bilik pertama
merupakan tempat tidur sekaligus tempat memasak (dapur). Sedangkan bilik ke dua
digunakan untuk menyimpan barang-barang keperluan seperti padi dan sebagainya dan
sekaligus tempat pemujaan terhadap leluhur.
GAMBARAN UMUM KOTA BIMA | 4 - 21