DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021 KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

  Bab ini berisikan penjelasan mengenai Profil APBD Kota Bima dalam pembangunan Bidang Cipta Karya, serta strategi peningkatan investasi bidang Cipta Karya. Sesuai PP No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun. Namun,seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah. Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan untuk: a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya, b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya, c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

9.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

  Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

  1. Undang-Undang No. 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

  2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan lain yang sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

  3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

  4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum.

  Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

  5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

  a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya; b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

  d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah; e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

  6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

  7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

  a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

  c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

  8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

  a. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

  Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; - Tingkat kerawanan air minum. -

  b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

  • kerawanan sanitasi; cakupan pelayanan sanitasi. -

  9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN,Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karyayang dibahas dalam RPI2-JM bidan Cipta Karya meliputi:

  a. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

  b. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

  c. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

  d. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate SocialResponsibility (CSR).

  e. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

  f. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada.Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya. Pembahasan mengenai aspek keuangan dalam penyusunan RPI2JM pada dasarnya adalah dalam rangka membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana kota yang meliputi :

  1. Pembelanjaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun;

  2. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada

  3. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru Pembahasan aspek ekonomi dalam penyusunan RPI2JM perlu memperhatikan hasil total atau produktifitas dan keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya bagi masyarakat dan keuntungan ekonomis secara menyeluruh tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber dana tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil adanya kegiatan.

9.2 Kompenen Keuangan

9.2.1 Komponen Penerimaan Pendapatan Kota Bima

  Komponen Penerimaan Pendapatan merupakan penerimaan yang merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih. Penerimaan Pendapatan Daerah terdiri atas : (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD); (2) Dana Perimbangan; dan (3) Pendapatan lainnya yang sah. Berikut akan dijelaskan satu persatu subkomponen Pendapatan dan gambaran umum tentang subkomponen Pendapatan di daerah pada umumnya.

  A. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

  Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangan. PAD bersumber dari :

  1. Pajak daerah, antaran lain : Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Kendaraan diatas air, Pajak Balik Nama, Pajak Bahan Bakar, Pajak Pengambilan Air Tanah, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Golongan C, Pajak Parkir, dan Pajak lain-lain. Pajak Pajak daerah ini diatur oleh UU No.

  34/2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah, Peraturan Pemerintah No. 65/2001 tentang Pajak Daerah.

  2. Retribusi Daerah, antara lain : Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pelayanan Persampahan, Retribusi Biaya Cetak Kartu, Retribusi pemakaman, Retribusi Parkir di Pinggir Jalan, Retribusi Pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, Retribusi Pemadam Kebakaran, dan lain-lain. Retribusi ini diatur oleh UU No.34/2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, dan Peraturan Pemerintah No.66/2001 tentang Retribusi Daerah.

  3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang di pisahkan, antara lain hasil deviden BUMD.

  4. Lain – lain pendapatan yang sah, antara lain : hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar komisi, potongan dan lain-lain yang sah.

  B. Dana Perimbangan

  Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan terdiri atas ;

  1. Dana Bagi Hasil terdiri atas Bagi Hasil Pajak (BHP) dan Bagi Hasil Bukan Pajak (BHBP) atau yang berasal dari hasil pengelolaan sumber daya alam. BHP antara lain : Pajak Bumi Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Penghasilan Badan maupun Pribadi; sedangkan BHBP antara lain : Kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.

  2. Dana Alokasi Umum (DAU) dibagikan berdasarkan ”Celah Fiskal” yaitu selisih antara kebutuhan Fiskal dan Kapasitas Fiskal ditambah Alokasi Dasar.

  3. Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diberikan untuk kegiatan khusus, misalnya: reboisasi, penambahan sarana pendidikan dan kesehatan dan bencana alam.

  9.2.2 Komponen Pengeluaran Belanja

  Komponen Pengeluaran Belanja terdiri atas :

  1. Belanja Operasi

  2. Belanja Modal

  3. Transfer ke Desa/ Kelurahan

  4. Belanja Tak Terduga

  9.2.3 Komponen Pembiayaan

  Komponen Pembiayaan (Financial) merupakan komponen yang baru dalam sistem Keuangan Daerah. Istilah Pembiayaan berbeda dengan Pendanaan (Funding). Pendanaan diartikan sebagai dana atau uang dan digunakan sebagai kata umum, sedangkan Pembiayaan diartikan sebagai penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali. Contoh Konkritnya, didalam SAP-D yang lama, apabila daerah memperoleh pinjaman, Pinjaman tersebut diakui sebagai Pendapatan, selanjutnya Penerimaan Pendapatan dari Pinjaman ini tidak mempunyai konsekuensi atau dicatat pembayaran kembali; sedangkan di dalam SAP-D yang baru, apabila daerah memperoleh pinjaman, maka diterima sebagai penerimaan pembayaran yang perlu dibayar kembali. Demikian pula bila daerah memberi pinjaman, maka dikeluarkan sebagai Pengeluaran Pinjaman karena akan diterima kembali.

9.3 Profil Keuangan Daerah

9.3.1 Profil APBD Kota Bima

  Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kota Bima selama 3-5 tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realisasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut: a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

  b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, DanaPerimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  c. Pembiayaan Daerahmeliputi: Pembiayaan Penerimaan dan PembiayaanPengeluaran.

Tabel 9.1 Ringkasan APBD 5 Tahun Terakhir Kota Bima NO URAIAN 2012 2013 2014 2015 2016

  

1 PENDAPATAN 486.073.110.975,00 543.531.178.682,00 610.918.440.574,00 726.226.424.153,03 776.841.005.773,38

PENDAPATAN 1.1. 14.699.424.170,00 19.845.586.582,00 24.719.595.000,00 35.067.874.922,00 35.175.416.593,30 ASLI DAERAH Pendapatan Pajak 4.772.740.000,00 5.676.301.000,00 7.727.500.000,00 11.658.800.000,00 12.429.601.400,00 Daerah Hasil Retribusi

  6.652.797.300,00 8.904.065.582,00 11.594.875.000,00 7.406.715.712,00 7.708.872.868,00 Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 500.000.000,00 800.000.000,00 800.000.000,00 1.921.710.430,00 847.752.281,00 yang dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli 2.773.886.870,00 4.465.220.000,00 4.597.220.000,00 14.080.648.780,00 14.189.190.044,30 Daerah yang Sah DANA 1.2. 406.905.121.882,00 445.015.447.103,00 468.830.635.241,00 558.144.005.546,00 689.454.007.432,00 PERIMBANGAN Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil 36.893.464.882,00 26.758.175.103,00 24.355.235.241,00 23.989.746.546,00 31.464.012.282,00 Bukan Pajak Dana Alokasi Umum 329.098.457.000,00 377.377.812.000,00 410.483.310.000,00 435.279.239.000,00 464.125.442.000,00 Dana Alokasi 40.913.200.000,00 40.879.460.000,00 33.992.090.000,00 98.403.157.000,00 193.864.553.150,00 Khusus LAIN-LAIN PENDAPATAN 1.3. 64.468.564.923,00 78.670.144.997,00 117.368.210.333,00 133.014.543.685,03 52.211.581.748,08 DAERAH YANG SAH Pendapatan Hibah Dana Darurat Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi

  11.667.540.923,00 16.028.133.997,00 39.273.992.333,00 34.611.386.685,03 43.872.682.173,08 dan Pemerintah Daerah Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi 47.049.024.000,00 62.642.011.000,00 78.094.218.000,00 98.403.157.000,00 5.000.000.000,00 Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau

  5.752.000.000,00 3.338.899.575,00 Pemerintah Daerah

  Lainnya

  

2 BELANJA 507.852.252.662,00 572.008.452.552,14 643.491.654.111,01 754.815.387.101,63 808.503.574.275,08

BELANJA TIDAK 2.1. 305.279.639.162,00 345.530.520.504,14 384.267.560.868,01 428.922.786.202,63 413.763.475.973,08 LANGSUNG Belanja Pegawai 288.467.401.162,00 321.294.025.804,14 358.632.460.868,01 406.812.974.546,63 391.461.779.317,08 Belanja Hibah 4.739.800.000,00 11.538.494.700,00 9.572.600.000,00 16.304.400.000,00 14.663.400.000,00 Belanja Bantuan 11.072.438.000,00 10.710.500.000,00 9.575.000.000,00 3.983.000.000,00 5.270.885.000,00 Sosial Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/ Kota dan Pemerintah Desa Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/ 487.500.000,00 5.487.500.000,00 822.411.656,00 822.411.656,00 Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa dan Partai Politik Belanja Tidak

  1.000.000.000,00 1.500.000.000,00 1.000.000.000,00 1.000.000.000,00 1.545.000.000,00 Terduga BELANJA 2.2. 202.572.613.499,60 226.477.932.048,00 259.224.093.243,00 325.892.600.899,00 394.740.098.302,00 LANGSUNG Belanja Pegawai 18.636.615.564,00 23.754.821.100,00 28.797.126.452,50 33.913.928.800,00 36.772.629.000,00 Belanja Barang dan 86.031.167.483,60 88.804.129.398,60 100.037.103.398,50 113.894.435.987,00 136.573.653.680,00 Jasa

  Belanja Modal 97.904.830.452,00 113.918.981.549,40 130.389.863.392,00 178.084.236.111,50 221.393.815.622,00 SURPLUS / (DEFISIT) (21.779.141.687,00) (28.477.273.870,14) (32.573.213.537,01) (28.588.962.948,60) (31.662.568.501,70)

  3 PEMBIAYAAN DAERAH PENERIMAAN 24.279.141.687,00

3.1. PEMBIAYAAN 30.177.273.870,14 33.673.213.537,01 36.610.673.378,60 35.012.568.501,70 DAERAH

  Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun 24.179.137.466,00 30.177.273.870,14 33.173.213.537,01

  36.610.673.378,60 35.012.568.501,70 Anggaran Sebelumnya Penerimaan Kembali Pemberian 100.004.221,00 500.000.000,00 Pinjaman Pencairan Dana Cadangan Penerimaan Piutang PENGELUARAN

  3.1. PEMBIAYAAN 2.500.000.000,00 1.700.000.000,00 1.100.000.000,00 4.021.710.430,00 3.350.000.000,00 DAERAH Penyertaan Modal (Investasi) 2.500.000.000,00 1.700.000.000,00 1.100.000.000,00 4.021.710.430,00 3.350.000.000,00 Pemerintah Daerah Pembayaran pokok hutang

  4 PEMBIAYAAN NETTO 21.779.141.687,00 28.477.273.870,14 32.573.213.537,01 28.588.962.948,60 31.662.568.501,70 SISA LEBIH PEMBIAYAAN

5 ANGGARAN TAHUN BERKENAAN

  Sumber: Bappeda Kota Bima, 2016

  Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada kurun waktu 5 tahun terakhir, setiap tahunnya Kota Bima memiliki jumlah pendapatan yang cenderung meningkat, namun demikian pengeluaran atau anggaran belanja juga mengalami peningkatan bahkan melebihi pendapatan yang diperoleh oleh Kota Bima. Berikut ini adalah grafik profil keuangan daerah 5 tahun terakhir:

  900,000.00 800,000.00 700,000.00 600,000.00

  an ar

  500,000.00

  ily M

  400,000.00 . 300,000.00

  Rp

  200,000.00 100,000.00

  0.00 2012 2013 2014 2015 2016 PENDAPATAN 486,073.11 543,531.18 610,918.44 762,226.42 776,841.00 PENGELUARAN 507,852.25 572,852.25 643,491.65 754,815.39 808,503.57

Gambar 9.1. Grafik Profil Pendapatan & Pengeluaran Kota Bima (dalam juta rupiah)

  Dilihat dari grafik diatas, dapat dilihat adanya ketimpangan antara jumlah pengeluaran Kota Bima pada tahun 2012-2016, oleh karena itu trend perkembangan 5 tahun ke depan kota harus mempertimbangkan aspek ini agar dapat merumuskan strategi untuk mendapatkan pendapatan daerah yang lebih tinggi atau bahkan dapat mengeliminir jumlah pengeluaran Kota Bima setiap tahunnya. Berikut ini adalah hasil proyeksi keuangan daerah pada tahun 2017-2020 berdasarkan analisis keuangan 4 tahun terakhir:

Tabel 9.2 Proyeksi Keuangan Daerah 2015-2018 2017 2018 2019 2020

  

Pendapatan 868.042.139.851,18 969.950.287.069,70 1.083.822.450.771,28 1.211.063.206.492,28

Pengeluaran 919.106.863.235,91 1.044.840.682.126,58 1.187.774.887.441,50 1.350.262.492.043,50

Surplus/(Defisit) (51.064.723.384,74) (74.890.395.056,88) (103.952.436.669,81) (139.199.285.551,22)

  Sumber: Analisis, 2016

  Dilihat dari proyeksi diatas, perkembangan keuangan Kota Bima pada 4 tahun mendatang masih mengalami defisit, dimana pengeluaran belanja Kota Bima lebih besar dari pendapatan yang diterima oleh daerah. Pengeluaran daerah sektor keciptakaryaan dalam kurun waktu 4 tahun terakhir untuk daerah Kota Bima disajikan pada tabel-tabel berikut :

Tabel 9.3 Belanja Tidak Langsung Kota Bima URUSAN/ SKPD/PROGRAM/KEGIATAN BELANJA TIDAK LANGSUNG 2012 2013 2014 2015 2016 DINAS PEKERJAAN UMUM 2.165.905.832,00 2.473.953.440,00 2.636.834.181,00 3.798.918.550,73 4.467.868.566,68

  Urusan Wajib Pekerjaan Umum 2.165.905.832,00 2.473.953.440,00 2.636.834.181,00 3.798.918.550,73 4.467.868.566,68

  Sumber: Bappeda Kota Bima, 2016

Tabel 9.4 Belanja Langsung Kota Bima URUSAN/ SKPD/PROGRAM/KEGIATAN BELANJA LANGSUNG 2012 2013 2014 2015 2016

DINAS PEKERJAAN UMUM 25.470.135.000,00 52.721.740.910,00 61.508.221.601,00 128.405.536.400,00 141.450.506.550

  Urusan Wajib Pekerjaan Umum 25.470.135.000,00 52.721.740.910,00 61.508.221.601,00 128.405.536.400,00 141.450.506.550

  Sumber: Bappeda Kota Bima 2016

Tabel 9.5 Total APBD Kota Bima URUSAN/ SKPD/PROGRAM/KEGIATAN TOTAL APBD 2012 2013 2014 2015 2016

DINAS PEKERJAAN UMUM 27.636.040.832,00 55.195.694.350,00 64.145.055.782,00 132.204.454.950,73 145.918.375.116,68

  Urusan Wajib Pekerjaan Umum 27.636.040.832,00 55.195.694.350,00 64.145.055.782,00 132.204.454.950,73 145.918.375.116,68

  Sumber: Bappeda Kota Bima 2016

  Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa kontribusi pengeluaran daerah sektor keciptakaryaan Kota Bima terhadap total pengeluaran APBD Kota Bima adalah sebagai berikut:

Tabel 9.6 Peningkatan Anggaran Belanja Kota Bima (%) BELANJA TIDAK LANGSUNG BELANJA LANGSUNG

  

2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016

0,0783725 0,0448215 0,0411074 0,028735 0,0306189 0,9216275 0,9551785 0,9588926 0,9712648 0,969381

Sumber: Bappeda Kota Bima 2016

  Dilihat dari profil pengeluaran daerah tersebut, peningkatan pengeluaran belanja tidak langsung untuk Dinas Pekerjaan Umum terjadi pada tahun 2012 yakni sebesar 0,078%, dan pengeluaran belanja langsung terjadi pada tahun 2015, yaitu sebesar 0,97% dari Total APBD Dinas Pekerjaan Umum Kota Bima Tahun 2015.

9.4 Permasalahan dan Analisa Keuangan

  9.4.1 Kondisi Keuangan Pemerintah Kota Bima

  Pendapatan Daerah Kota Bima TA. 2016 mengalami peningkatan sebesar Rp. 50.614.581.620,35 cukup relevan dengan trend pendapatan daerah yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2015, 2014, 2013 dan 2012. Sementara jumlah pengeluarannya masih cukup besar daripada jumlah pendapatannya. Hal demikian disebabkan oleh beberapa hal antara lain : a. Lemahnya manajemen/pengelolaan pendapatan daerah di unit-unit pengelola PAD, khususnya dari segi dukungan teknologi sistem informasi dan SDM baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.

  b. Lemahnya penegakan peraturan-peraturan yang ada.

  c. Belum akuratnya data dan sistem yang ada sehingga kurang mendukung perhitungan penerimaan pendapatan daerah d. Lemahnya koordinasi dalam rangka optimalisasi Pendapatan Daerah khususnya PAD.

  e. Proses transisi di pemerintah pusat juga turut menjadi penyebab turun drastisnya pendapatan/penerimaan dari kelompok Dana Perimbangan, khususnya pada pos DAK.

  9.4.2 Proyeksi Kemampuan Keuangan Kota Bima

  Proyeksi kemampuan keuangan disesuaikan dengan kondisi keuangan Pemerintah Kota Bima :

  1. Dihitung untuk kurun waktu 4 tahun

  2. Menggunakan asumsi dasar sebagai berikut :

  • Melihat kecendrungan trend ( past trend )
  • Estimasi pertumbuhan akibat action plan
  • Kebijaksanaan khusus pemerintah Kota Bima

  3. Proyeksi ketersediaan dana untuk pelaksanaan RPI2JM

  4. Perhitungan kemampuan meminjam Pemerintah Kota Bima

1. Proyeksi Penerimaan dan Belanja

  Ditinjau dari kontribusi terhadap total Belanja Daerah, pos Belanja Pegawai merupakan pos yang paling tinggi menyerap Belanja Daerah yaitu sekitar 53,89 % dari total Belanja Daerah, diikuti kemudian oleh pos Belanja Barang dan Jasa sebesar 15,45 %. Penambahan Belanja Pegawai pada tahun anggaran 2015 terjadi peningkatan yaitu sebesar 13,43 % sedangkan pada tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 3,92%, diasumsikan pos ini untuk empat tahun mendatang kenaikannya tidak terlalu signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga pos belanja lainnya seperti Belanja Barang dan Jasa serta Belanja Modal penyerapannya dapat ditingkatkan khususnya untuk membiayai prasarana kota.

  KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

Tabel 9.7. Proyeksi APBD Kota Bima 2017-2020

  Rata-rata

NO URAIAN 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Pertumbuhan

  APBD/thn

  1 PENDAPATAN 486.073,11 543.531,18 610.918,44 726.226,42 776.841,01 12,52 874.101,50 983.539,01 1.106.678,1 1.245.234,2 PENDAPATAN

  1.1. 14.699,42 19.845,59 24.719,60 35.067,87 35.175,42 ASLI DAERAH DANA

  1.2. 406.905,12 445.015,45 468.830,64 558.144,06 689.454,01 PERIMBANGAN LAIN-LAIN PENDAPATAN

  1.3. 64.468,56 78.670,14 117.368,21 133.014,54 52.211,58 DAERAH YANG SAH

  2 BELANJA 507.852,25 572.008,45 643.491,65 754.815,38 808.503,57 12,38 908.596,31 1.021.080,5 1.147.490,3 1.289.549,6 BELANJA

  2.1. TIDAK 305.279,64 345.530,52 384.267,56 428.922,78 413.763,48 LANGSUNG BELANJA

  2.2. 202.572,61 226.477,93 259.224,09 325.892,60 394.740,01 LANGSUNG

  SURPLUS / (DEFISIT) (21.779,14) (28.477,27) (32.573,21) (28.588,96) (31.662,57) (34.494,81) (37.541,52) (40.812,21) (44.315,41)

  Sumber: Analisis 2016 ASPEK PEMBIAYAAN | 9 - 13

2. Proyeksi PAD dan Dana Perimbangan

  Perhitungan proyeksi PAD dan Dana Perimbangan didasarkan pada :

  1. Dihitung untuk kurun waktu 4 tahun

  2. Menggunakan asumsi atas dasar trend historis, yang disesuaikan dengan inflasi yang berlaku serta kesepakatan antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota Bima

  3. Analisis selama kurun waktu proyeksi tersebut unsur PAD dan penerimaan yang memberikan kontribusi terbesar. Dilihat dari pertumbuhan per tahun maka dapat dilihat bahwa pertumbuhan pendapatan setiap tahunnya terus meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 12,52%. Peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada peningkatan Dana Alokasi Khusus (DAK) pada tahun 2015 yaitu sebesar 189,49% sedangkan pertumbuhan terendah pada Dana Alokasi Khusus (DAK) pada tahun 2013 yaitu -0,08%. Prosentase untuk proyeksi pertumbuhan digunakan asumsi atas dasar trend historis serta kesepakatan antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota Bima. Prosentase dana perimbangan proyeksi pertumbuhan terbesar ada pada pendapatan dari Dana Alokasi Khusus yaitu rata-rata sebesar 67,39% sedangkan untuk Pendapatan Asli Daerah proyeksi pertumbuhan terbesar ada pada Pendapatan Asli Daerah lain-lain yang Sah yaitu sebesar 67,74%. Untuk lebih rinci Proyeksi PAD dan Dana Perimbangan Pemerintah Kota Bima dapat dilihat pada tabelberikut.

Tabel 9.8. Proyeksi PAD dan Dana Perimbangan Kota Bima

  Rata-rata NO URAIAN 2012 2013 2014 2015 2016 Pertumbuhan 2017 2018 2019 2020 per tahun

PENDAPATAN ASLI

1 DAERAH

  1.1. PAJAK DAERAH 4.772.740.000 5.676.301.000 7.727.500.000 11.658.800.000 12.429.601.400 28,14 15.927.369,040 20.409.430,000 26.152.771.870 35.512.325.590 RETRIBUSI 1.2. 6.652.797.300 8.904.065.582 11.594.875.000 7.406.715.712 7.708.872.868 8,00 8.325.582.700 8.991.629.316 9.710.959.661 10.487.836.430 DAERAH

  HASIL PENGELOLAAN

  1.3. KEKAYAAN 500.000.000 800.000.000 800.000.000 1.921.710.430 847.752.281 36,08 11.536.383.230 15.698.947.100 21.363.449.450 29.071.820.530 DAERAH YANG DIPISAHKAN LAIN-LAIN PENDAPATAN 1.4. 2.773.886.870 4.465.220.000 4.597.220.000 14.080.648.780 14.189.190.044 67,74 23.801.890.920 39.926.874.590 66.975.994.480 112.349.986.900 ASLI DAERAH YANG SAH

  2 DANA PERIMBANGAN DANA BAGI HASIL

  2.1. PAJAK/BAGI 36.893.464.882 26.758.175.103 24.355.235.241 23.989.746.546 31.464.012.282 1,70 31.998.900.200 32.542.881.510 33.096.110.490 33.658.744.370 HASIL BUKAN PAJAK DANA ALOKASI

  2.2. 329.098.457.000 377.377.812.000 410.483.310.000 435.279.239.000 464.125.442.000 9,03 506.024.850.600 551.706.774.300 601.512.681.600 655.814.869.400 UMUM DANA ALOKASI 2.3. 40.913.200.000 40.879.460.000 33.992.090.000 98.403.157.000 193.864.553.150 67,39 324.513.954.300 543.210.744.500 909.291.908.700 1.522.082.882.000 KHUSUS

  Sumber : Analisa, 2016 ASPEK PEMBIAYAAN | 9 - 15

KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

  9.4.3 Rencana Pembiayaan Program

  Berdasarkan kondisi keuangan yang ada di Pemerintah Kota Bima yang masih mengandalkan Dana Alokasi Khusus (DAK) maka untuk pembangunan prasarana kota Pemerintah Kota Bima masih sangat mengharapkan bantuan Pemerintah Pusat khususnya untuk sektor air bersih,drainase dan persampahan.

  Dengan adanya program peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) diharapkan lambat laun pembangunan prasarana kota akan dilaksanakan dengan kekuatan sendiri (APBD dan Masyarakat) dan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi hanya bersifat stimulan dan pelengkap.

  9.4.4 Pelaksanaan Pembiayaan RPIJM

  Sumber – sumber pembiayaan untuk pembiayan RPI2JM Kota Bima bersumber dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Swasta . Nilai dan besarnya biaya untuk masing masing sektor serta sumber pembiayaannya dirumuskan dalam dokumen Project Memorandum ( Kesepakatan Pelaksanaan Program ).

KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

  ASPEK PEMBIAYAAN | 10 - 17

Tabel 9.9. Rencana Alokasi Pendanaan Program Prasarana Kota Bima No. Pembiayaan Kuat Potensial Lemah APBN Kota Prop. Masy Swasta APBN Kota Prop. Masy Swasta APBN Kota Prop. Masy Swasta

  1. Air Minum √ √ √ √ √

  2. Drainase √ √ √ √ √ √

  3. Sampah √ √ √ √ √

  4. Air Limbah √ √ √ √ √

  5. Pengembangan Permukiman

  √ √ √ √ √

  6. Tata Bangunan Lingkungan

  √ √ √ √ √

  Sumber: Analisis 2016