hak dan kewajiban warga negara berdasark

KEWARGANEGARAAN
JURUSAN MANAGEMENT
STIE PERTIWI

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang sejarah perjalanan kehidupan bangsa Indonesia di era
orde baru dengan baik dan lancar .
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Kewarganegaraan serta membantu
mengembangkan kemampuan pemahaman pembaca terhadap sejarah perjalanan kehidupan bangsa
Indonesia di era orde baru.
Pemahaman tersebut dapat dipahami melalui pendahuluan , pembahasan masalah , serta
penarikan garis kesimpulan dalam makalah ini .
Makalah sejarah perjalanan kehidupan bangsa Indonesia di era orde baru. ini disajikan dalam
konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami makalah
ini .Dengan makalah ini,diharapkan pembaca dapat memahami mengenai Era Orde Baru. Ucapan
terimakasih penulis sampaikan kepada Dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk berkarya menyusun makalah sejarah perjalanan
kehidupan bangsa Indonesia di era orde baru.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran dan kritik sangat penulis

harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun mutu makalah ini .

Jakarta, 19 Juli 2016

1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………..…………………………………………......

1

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….........

2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………....…........

3


1.2 Rumusan Masalah …………………..…………………………………….…........

3

.3 Tujuan Penulisan …………………….…………………………………….….........

3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Sejarah Lahirnya Orde Baru ………………………………..............................

4

2.1.1 Latar Belakang Lahirnya Orde Baru....................................................

4


2.1.2 Upaya Menuju Pemerintahan Orde Baru.............................................

5

2.1.3 Proses Menguatnya Peran Negara Pada Masa Orde Baru.....................
2.2

5

Kondisi Politik Pada Masa Orde Baru……………..…………….……..............

6

2.2.1 Politik Dalam Negeri Era Orde Baru....................................................

6

2.2.2 Upaya-Upaya Pembaruan Politik Luar Negeri.....................................


9

2.2.3 Dampak Positif & Negatif Kebijakan Politik Pemerintahan Orde
Baru........
10
2.3

Keadaan Ekonomi Masa Orde Baru ………………………. ............................

11

2.3.1 Stabilisasi dan Rehabilisasi Ekonomi ……………………………........
2.3.2 Dampak Positif dan Negatif Kebijakan ekonomi Orde Baru …..........
2.4 Keadaan Sosial Masa Orde Baru.....................................................................

11
15
16

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………….....

18

3.2 Saran ……………………………………………………………..…………….....

18

2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di
Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era

pemerintahan Soekarno.Salah satu penyebab yang melatarbelakangi
runtuhnya orde lama dan lahirnya orde baru adalah keadaan keamanan
dalam negeri yang tidak kondusif pada masa Orde Lama. Terlebih lagi karena
adanya peristiwa pemberontakan G30S/PKI. Hal ini menyebabkan presiden
Soekarno memberikan mandat kepada Soeharto untuk melaksanakan
kegiatan pengamanan di Indonesia melalui surat perintah sebelas maret atau
Supersemar. Orde Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas
penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada masa Orde Lama. Orde
Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu
tersebut,ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi
bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu,
kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang saya buat, maka rumusan masalah adalah seperti
berikut :
1.


Bagaimana sejarah lahirnya Orde Baru ?

2.

Bagaimana kehidupan politik masa Orde Baru?

3.

Apa saja yang ada dalam kehidupan ekonomi masa Orde Baru?

4.

Bagaimana tindakan social pada masa Orde Baru?

1.3

Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian yang saya buat, maka tujuannya adalah seperti berikut :
1.


Untuk mengetahui sejarah lahirnya Orde Baru

2.

Untuk mengetahui bagaimana kondisi politik masa Orde Baru

3.
Untuk mengetahui apa saja yang ada dalam kehidupan ekonomi masa
Orde Baru

3

4.

Untuk mengetahui apa saja tindakan sosial pada masa Orde Baru

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Sejarah Lahirnya Orde Baru
2.1.1 Latar Belakang Lahirnya Orde Baru
Orde baru lahir karena dilatarbelakangi oleh beberapa hal, antara lain :
1.

Terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965.

2. Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa
Gerakan 30 September 1965 ditambah adanya konfik di angkatan darat yang
sudah berlangsunglama..
3. Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana infasi mencapai
600% sedangkanupaya pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan
harga bahan bakar menyebabkan timbulnya keresahan masyarakat.
4. Reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa
pembunuhan besar- besaran yang dilakukan oleh PKI. Rakyat melakukan
demonstrasi menuntut agar PKI berserta Organisasi Masanya dibubarkan
serta tokoh-tokohnya diadili.
5. Kesatuan aksi (KAMI,KAPI,KAPPI,KASI,dsb) yang ada di masyarakat
bergabungmembentuk Kesatuan Aksi berupa ³Front Pancasila´ yang
selanjutnya lebih dikenaldengan ³Angkatan 66´ untuk menghacurkan tokoh

yang terlibat dalam Gerakan 30September 19656.
6. Kesatuan Aksi ³Front Pancasila´ pada 10 Januari 1966 di depan gedung
DPR-GR mengajukan tuntutan’’TRITURA(Tri Tuntutan Rakyat).
7. Upaya reshufe kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan
Pembentukan KabinetSeratus Menteri tidak juga memuaskan rakyat sebab
rakyat menganggap di kabinettersebut duduk tokoh-tokoh yang terlibat
dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965.
8. Wibawa dan kekuasaan presiden Sukarno semakin menurun setelah
upaya untuk mengadili tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30
September 1965 tidak berhasil dilakukan meskipun telah dibentuk
Mahkamah Militer Luar Biasa(Mahmilub)

4

9. Sidang Paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah yang
sedang bergejolak tak juga berhasil. Maka Presiden mengeluarkan Surat
Perintah Sebelas Maret 1966 (SUPERSEMAR) yang ditujukan bagi Letjen
Suharto guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk mengatasi
keadaan negara yang semakin kacau dan sulit dikendalikan.


2.1.2 Upaya menuju pemerintahan Orde Baru :
Setelah dikelurkan Supersemar maka mulailah dilakukan penataan pada
kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Penataan dilakukan didalam lingkungan lembaga tertinggi negara dan
pemerintahan. Dikeluarkannya Supersemar berdampak semakin besarnya
kepercayaan rakyat kepada pemerintah karena Suharto berhasil memulihkan
keamanan dan membubarkan PKI. Munculnya konfik dualisme kepemimpinan
nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan karena saat itu Soekarno masih
berkuasa sebagai presiden sementara Soeharto menjadi pelaksana
pemerintahan. Konfik Dualisme inilah yang membawa Suharto mencapai
puncak kekuasaannya karena akhirnya Sukarno mengundurkan diri dan
menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada Suharto.Pada tanggal 23
Februari
1967,
MPRS
menyelenggarakan
sidang
istimewa
untuk
mengukuhkan pengunduran diri Presiden Sukarno dan mengangkat Suharto
sebagai pejabatPresiden RI.
Dengan Tap MPRS No. XXXIII/1967 MPRS mencabut kekuasaan pemerintahan
negara dan menarik kembali mandat MPRS dari Presiden Sukarno. Tanggal
12Maret 1967 Jendral
Suharto
dilantik sebagai
Pejabat Presiden
Republik Indonesia. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde
Lama dan dimulainya kekuasaan Orde Baru. PadaSidang Umum bulan Maret
1968 MPRS mengangkat Jendral Suharto sebagai Presiden Republik Indonesia.
Tujuan perjuangan Orde Baru adalah menegakkan tata kehidupan
bernegara yang didasarkan atas kemurnian pelaksanaan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945. Sejalan dengan tujuan tersebut maka ketika
kondisi politik bangsa Indonesia mulai stabil untuk melaksanankan amanat
masyarakat maka pemerintah mencanangkan pembangunan nasional yang
diupakan melalui program pembangunan jangka pendek dan pembangunan
jangka panjang.
Pemerintahan Orde Baru senantiasa berpedoman pada tiga konsep
pembangunan nasional yang terkenal dengan sebutan Trilogi Pembangunan,
yaitu : (1) pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada
terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat; (2) pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi; dan (3) stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

5

2.1.3 Proses Menguatnya Peran Negara Pada Masa Orde Baru
Berkuasanya Orde Baru ternyata menimbulkan banyak perubahan
yang dicapai bangsa Indonesia melalui tahapan pembangunan di segala
bidang. Pemerintahan Orde Baru berusaha meningkatkan peran negara
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga langkah-langkah yang
diambil adalah mencapai stabilitas ekonomi dan politik.
Merujuk hasil Sidang Umum IV MPRS yang mengambil suatu
keputusan untuk menugaskan Jenderal Soeharto selaku pengembang Surat
Perintah Sebelas Maret yang sudah ditingkatkan menjadi ketetapan MPRS No.
IX/MPRS/1966 untuk membentuk kabinet baru. Kabinet baru diberi nama
Kabinet Ampera yang merupakan singkatan dari Kabinet Amanat Penderitaan
Rakyat selanjutnya diberi tugas untuk menciptakan stabilitas politik dan
ekonomi sebagai persyaratan dalam melaksanakan pembangunan nasional.
Tugas ini yang dikelak terkenal dengan sebutan ”Dwi Darma Kabinet
Ampera”. Sedangkan program kerja terkenal dengan sebutan Catur Karya
Kabinet Ampera, yaitu: (1) memperbaiki kehidupan rakyat terutama dibidang
sandang dan pangan; (2) melaksanakan pemilihan umum dalam batas waktu
seperti yang tercantum dalam ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1966 yaitu pada
5 Juli 1968;(3) Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk
kepentingan nasional, sesuai dengan Tap No. XI/MPRS/1966; (4) melanjutkan
perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan
manifestasinya.
Pada 21 Maret 1968 Jenderal Soeharto selaku Pejabat Presiden
menyampaikan laporan kepada Sidang Umum V MPRS Tahun 1968 tentang
pelaksanaan Dwi Darma dan Catur Karya Kabinet Ampera, yang dilaporkan
pertama kali bahwa telah dilaksanakan usaha mendudukkan kembali posisi,
fungsi, dan hubungan antar lembaga negara tertinggi sesuai dengan yang
diatur dalam UUD 1945.

2.2 Kondisi Politik Masa Orde Baru
2.2.1 Politik dalam negeri era order baru.
A.Pembentukan Kabinet Pembangunan Kabinet
Awal pada masa peralihan kekuasaan (28 Juli 1966) adalah Kabinet
AMPERA dengan tugas yang dikenal dengan nama Dwi Darma Kabinet Amper
yaitu untuk menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan
untuk melaksanakan pembangunan nasional. Program Kabinet AMPERA yang
disebut Catur Karya Kabinet AMPERA adalah sebagai berikut.
1) Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan
2) Melaksanakan pemilihan Umum dalam batas waktu yakni 5 Juli 1968.

6

3) Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan
nasional.
4) Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala
bentuk dan manifestasinya.
B. Penyederhanaan dan Pengelompokan Partai Politik
Setelah pemilu 1971 maka dilakukan penyederhanakan jumlah partai
tetapi bukan berarti menghapuskan partai tertentu sehingga dilakukan
penggabungan (fusi) sejumlah partai. Sehingga pelaksanaannya kepartaian
tidak lagi didasarkan pada ideologi tetapi atas persamaan program.
Penggabungan tersebut menghasilkan tiga kekuatan sosial-politik, yaitu:
1) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan fusi dari NU, Parmusi,
PSII, danPartai Islam Perti yang dilakukan pada tanggal 5 Januari 1973
(kelompok partai politik Islam).
2) Partai Demokrasi Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI, Partai Katolik,
PartaiMurba, IPKI, dan Parkindo (kelompok partai politik yang bersifat
nasionalis).
3)

Golongan karya (golkar)

C. Pemilihan Umum Selama masa Orde Baru
Pemilihan umum pada masa orde baru diadakan setiap lima tahun sekali dan
telah dilaksanakan sebanyak enamkali. Tujuan pemilu tersebut untuk memilih
anggota MPR, DPR, DPRD 1 dan 11. Keanggotaan MPR, yaitu seluruh anggota
DPR, utusan daerah dan golongan. Setiap lima tahun sekali MPR mengadakan
sidang umum. MPR berwenang memilih dan mengangkat presiden dan wakil
presiden. Presiden dan kabinetnya berkewajiban menjalankan tugasnya
sesuai dengan UUD 1945 melaksanakan GBHN, mempertanggungjawabkan
tugasnya tersebut pada akhir masa jabatannya. DPR bertugas mengawasi
jalannya pemerintahan/tugas presiden. Mekanisme tugas dan kerja lembaga
negara lain menyesuikan UUD 1945 dan UU yang mengaturnya.
Pada masa orde baru kehidupan politiknya diatur dalam UU berikut ini.
1.

UU No.1 Tahun 1985 tentang pemilihan umum.

2.

UU No.2 Tahun 1985 tentang susunan dan kedudukan MPR dan DPR.

3.

UU No.3 Tahun 1985 tentang partai politik dan golongan karya.

4.

UU No.4 Tahun 1985 tentang preferendum.

5.

UU No.5 Tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan (Ormas).

Sistem politik yang adalah otoriter dan tidak demokratis, dimana kekuasaan
eksekutif terpusat dan tertutup dibawah kontrol lembaga kepresidenan,
dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan ekonomi banyak terjadi

7

KKN. Pemerintahan orde baru pimpinan soekarto berlangsung selama 32
tahun namun kehidupan politik pada waktu itu dinilai gagal. Sistem politik
yang berlaku adalah oteriter dan tidak demokratis dimana kekuasaan
eksekutif terpesat dan tertutup dibawah kontro lembaga kepresidenan dalam
penyelenggaraan negara dan pembangunan ekonomi banyak terjadi KKN.
Selanjutnya pemerintahan orde baru juga dinilai gagal karena telah
menciptakan pemerintahan yang sentralistik yaitu mekanisme hubungan
pusat dan daeraah cenderung menganut sentralisasi kekuasaan sehingga
menyebabkan kesenjangandan ketidakadilan antara pemerintahan pusat dan
pemerintahan daerah
Pemilihan Umum Selama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan
pemilihan umum sebanyak enam kali yang diselenggarakan setiap lima tahun
sekali, yaitu: tahun 1971, 1977,1982, 1987, 1992, dan1997.
1.

Pemilu 1971

a. Pejabat negara harus bersikap netral berbeda dengan pemilu 1955
dimana para pejabat negara termasuk perdana menteri yang berasal dari
partai peserta pemilu dapat ikut menjadi calon partai secara formal.
b. Organisasai politik yang dapat ikut pemilu adalah parpol yang pada saat
pemilu sudah ada dan diakui mempunyai wakil di DPR/DPRD.
c. Pemilu 1971 diikuti oleh 58.558.776pemilih untuk memilih 460 orang
anggota DPR dimana 360 orang anggota dipilih dan 100 orang diangkat.
d. Diikuti oleh 10 organisasi peserta pemilu yaitu Partai Golongan Karya
(236 kursi), Partai Nahdlatul Ulama (58 kursi), Partai Muslimin Indonesia (24
kusi), Partai Nasional Indonesia (20 kursi), Partai Kristen Indonesia (7 kursi),
Partai Katolik (3 kursi), Partai Islam Perti (2 kursi), Partai Murba dan Partai IPKI
(tak satu kursipun).
2. Pemilu 1977
Sebelum dilaksanakan Pemilu 1977 pemerintah bersama DPR mengeluarkan
UU No.3 tahun 1975 yang mengatur mengenai penyederhanaan jumlah partai
sehingga ditetapkan bahwa terdapat 2 partai politik (PPP dan PDI) serta
Golkar. Hasil dari Pemilu 1977 yang diikuti oleh 3 kontestan menghasilkan
232 kursi untuk Golkar, 99 kursi untuk PPP dan 29 kursi untuk PDI.
3. Pemilu 1982
Pelaksanaan Pemilu ketiga pada tanggal 4 Mei 1982. Hasilnya perolehan
suara Golkar secara nasional meningkat. Golkar gagal memperoleh
kemenangan di Aceh tetapi di Jakarta dan Kalimantan Selatan Golkar berhasil
merebut kemenangan dari PPP. Golkar berhasil memperoleh tambahan 10
kursi sementara PPP dan PDI kehilangan 5 kursi.
4. Pemilu 1987

8

Pemilu tahun 1987 dilaksanakan pada tanggal 23 April 1987. Hasil dari
Pemilu 1987 adalah:
a. PPP memperoleh 61 kursi mengalami pengurangan 33 kursi dibanding
dengan pemilu 1982 hal ini dikarenakan adanya larangan penggunaan asas
Islam (pemerintah mewajibkan hanya ada satu asas tunggal yaitu Pancasila)
dan diubahnya lambang partai dari kabah menjadi bintang.
b. Sementara Golkar memperoleh tambahan 53 kursi sehingga menjadi 299
kursi.
c. PDI memperoleh kenaikan 40 kursi karena PDI berhasil membentuk DPP
PDI sebagai hasil kongres tahun 1986 oleh Menteri Dalam Negeri Soepardjo
Rustam.
5. Pemilu 1992
Pemilu tahun 1992 diselenggarakan pada tanggal 9 Juni 1992 menunjukkan
perubahan yang cukup mengagetkan. Hasilnya perolehan Golkar menurun
dari 299 kursi menjadi 282 kursi, sedangkan PPP memperoleh 62 kursi dan
PDI meningkat menjadi 56 kursi.
6. Pemilu 1997
Pemilu ke enam dilaksanakan pada 29 Mei 1997. Hasilnya:
1. Golkar memperoleh suara mayoritas perolehan suara mencapai 74,51 %
dengan perolehan kursi 325 kursi.
2. PPP mengalami peningkatan perolehan suara sebesar 5,43 % dengan
perolehan kursi 27 kursi.
3. PDI mengalami kemerosotan perolehan suara karena hanya mendapat 11
kursi di DPR. Hal ini disebabkan karena adanya konfik internal dan terpecah
antara PDI Soerjadi dan PDI Megawati Soekarno Putri.
Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama Orde Baru menimbulkan
kesan bahwa demokrasi di Indonesia sudah tercipta. Apalagi pemilu itu
berlangsung secara tertib dan dijiwai oleh asas LUBER(Langsung, Umum,
Bebas, dan Rahasia).
Kenyataannya pemilu diarahkan pada kemenangan peserta tertentu yaitu
Golongan Karya (Golkar) yang selalu mencolok sejak pemilu 1971-1997.
Kemenangan
Golkar
yang
selalu
mendominasi
tersebut
sangat
menguntungkan pemerintah dimana terjadi perimbangan suara di MPR dan
DPR. Perimbangan tersebut memungkinkan Soeharto menjadi Presiden
Republik Indonesia selama enam periode pemilihan. Selain itu, setiap
Pertangungjawaban, Rancangan Undang-undang, dan usulan lainnya dari
pemerintah selalu mendapat persetujuan dari MPR dan DPR tanpa catatan.

9

D. Mengadakan Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera) di Irian Barat pada
tanggal 2 Agustus 1969.
Kebijakan lain yang di ambil pemerintah Orde baru adalah menetapkan
peran ganda ABRI yang di kenal dengan Dwifungsi ABRI.ABRI tidak
hanya berperan dalam bidang pertahanan dan keamanan Negara tetapi juga
berperan di bidang politik.Hal terbukti dari banyaknya anggota ABRI yang
ternyata memegang jabatan sipil seperti walikota,bupati dan gubenur bahkan
ABRI memiliki jatah di keanggotaan MPR/DPR.Alasan yang mendasari
kebijakan tersebut tertuang dalam pasal 27 ayat (1)UUD 1945. Pasal
tersebut
mengemukakan
bahnwa
“segala
warga
Negara bersama
kedudukankannya di dalam hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.Bukan
hanya
pada
bidang
politik pemerintahan,ternyata
kedudkan ABRI dalam masyarakat Indonesia juga merambat di sector
ekonomi.Banyak anggota ABRI menjadi kepala skepala BUMN maupun
komisaris di berbagai perusahaan swasta .

2.2.2 Upaya-Upaya Pembaruan Politik Luar Negeri
Di samping membina stabilitas politik dalam negeri, pemerintah Orde Baru
juga mengadakan perubahan-perubahan dalam politik luar negeri. Berikut ini
upaya-upaya pembaruan dalam politik luar negeri.
1. Indonesia Kembali Menjadi Anggota PBB
Pada tanggal 28 September 1966 Indonesia kembali menjadi anggota
PBB. Sebelumnya pada masa Demokrasi Terpimpin Indonesia pernah keluar
dari PBB sebab Malaysia diterima menjadi anggota tidak tetap Dewan
Keamanan PBB. Keaktifan Indonesia dalam PBB ditunjukkan ketika Menteri
Luar Negeri Adam Malik terpilih menjadi ketua Majelis Sidang Umum PBB
untuk masa sidang tahun 1974.
2. Membekukan hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Cina (RRC)
Sikap politik Indonesia yang membekukan hubungan diplomatik
dengan RRC disebabkan pada masa G 30 S/PKI, RRC membantu PKI dalam
melaksanakan kudeta tersebut. RRC dianggap terlalu mencampuri urusan
dalam negeri Indonesia.
3. Normalisasi hubungan dengan Malaysia
Pada tanggal 11 Agustus 1966, Indonesia melaksanakan persetujuan
normalisasi hubungan dengan Malaysia yang pernah putus sejak tanggal 17
September 1963. Persetujuan normalisasi ini merupakan hasil Persetujuan
Bangkok tanggal 29 Mei sampai tanggal 1 Juni 1966. Dalam pertemuan
tersebut, delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Adam Malik,
sementara Malaysia dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri/Menteri Luar Negeri

10

Tun Abdul Razak. Pertemuan tersebut menghasilkan keputusan yang disebut
Persetujuan Bangkok (Bangkok Agreement), isinya sebagai berikut.
a. Rakyat Sabah dan Serawak diberi kesempatan untuk menegaskan kembali
keputusan yang telah mereka ambil mengenai kedudukan mereka dalam
Federasi Malaysia.
b. Pemerintah
diplomatik.

kedua

belah

pihak

menyetujui

pemulihan

hubungan

c. Tindakan permusuhan antara kedua belah pihak akan dihentikan.
4. Berperan dalam Pembentukan ASEAN
Peran aktif Indonesia juga ditunjukkan dengan menjadi salah satu negara
pelopor berdirinya ASEAN. Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik
bersama menteri luar negeri/perdana menteri Malaysia, Filipina, Singapura,
dan Thailand menandatangi kesepakatan yang disebut Deklarasi Bangkok
pada tanggal 8 Agustus 1967. Deklarasi tersebut menjadi awal berdirinya
organisasi ASEAN.

2.2.3 Dampak Positif dan Negatif Kebijakan Politik Pemerintahan Orde Baru
A. Dampak Positif Dari Kebijakan Politik Pemerintahan Orba
Pemerintah mampu membangun pondasi yang kuat bagi kekuasaan lembaga
kepresidenan yang membuat semakin kuatnya peran Negara dalam
masyarakat. Situasi keamanan pada masa ORBA relatif aman dan terjaga
dengan baik karena pemerintah mampu mengatasi semua tindakan dan sikap
yang dianggap bertentangan dengan Pancasila. Dilakukan peleburan partai
dimaksudkan agar pemerintah dapat mengontrol parpol.
B. Dampak Negatif dari Kebijakan Politik Pemerimtah ORBA :
Terbentuk pemerintahan orde baru yang bersifat otoriter, dominatif, dan
sentralis.
a. Otoritarianisme merambah segenap aspek kehidupan masyarakat,
berbangsa dan bernegara termasuk kehidupan politik yang sangat merugikan
rakyat.
b. Pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang
baik dan benar kepada rakyat Indonesia. Golkar menjadi alat politik untuk
mencapai stabilitas yang diinginkan, sementara 2 paratai lainnya hanya
sebagai boneka agar tercipta citra sebagai Negara demokrasi.
c. Sistem perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untuk
melanggengkan sebuah kekuasaan secara sepihak. Dalam setiap pemilihan
presiden melalui MPR Suharto selalu terpilih.

11

d. Demokratisasi yang terbentuk didasarkan pada KKN (Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme) sehingga banyak wakil rakyat yang duduk di MPR/DPR yang tidak
mengenal rakyat dan daerah yang diwakilinya.
e. Kebijakn politik teramat birokratis, tidak demokratis, dan cenderung KKN.
f. Dwifungsi ABRI terlalu mengakar masuk ke sendi-sendi kehidupan
bebangsa dan benegara bahkan pada bidang-bidang yang seharusnya
masyarakat yang berperan besar terisi oleh personel TNI dan Polri. Dunia
bisnis tidak luput dari intervensi TNI/Polri.
g. Kondisi politik lebih payah dengan adnya upaya penegakan hukum yang
sangat lemah. Dimana hukum hanya diciptakan untuk keuntungan
pemerimtah yang berkuasa sehingga tidak mampu mengadili para
konglomerat yang telah menghabisi uang rakyat.

2.3 Keadaan Ekonomi Masa Orde Baru
Pada masa Demokrasi Terpimpin, Negara bersama aparat ekonominya
mendominasi seluruh kegiatan ekonomi sehingga mematikan potensi dan
kreasi unit-unit ekonomi swasta. Sehingga, pada permulaan Orde Baru
program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamtan ekonomi nasioanl
terutama pada usaha mengendalikan tingkat infasi, penyelamatan keuangan
Negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat . Tindakan pemerintah ini
dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang
menunjukkan tingkat infasi kurang lebih 650 % setahun. Hal itu menjadi
penyebab kurang lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan
pemerintah.Oleh karena itu pemerintah menempuh cara sebagai berikut :
2.3.1 Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi
Ekonomi yang kacau sebagai peninggalan masa Demokrasi terpimpin,
pemerintah menempuh cara:
a. Mengeluarkan Ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang pembangunan.
b. MPRS mengeluarkan
penylematan,
program
pembangunan.

garis program pembangunan, yakni program
stabilitas
dan
rehabilitasi,
serta
program

Program pemerintah diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi
nasional terutama stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Stabilisasi berarti
mengendaliakan infasi agar harga barang-barang tidak melonjak terus.
Sedangkan Rehabilitasi adalah perbaikan secara fsik sarana dan prasarana
ekonomi. Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi
berencana yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi kearah
terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.Langkahlangakah yang diambil Kabinet pada saat itu yang mengacu pada Tap MPRS
tersebut adalah sebagai berikut:

12

1. Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang
menyebabkan kemacetan, seperti :
a. rendahnya penerimaan Negara
b. tinggi dan tidak efsiennya pengeluaran Negara
c. terlalu banyak dan tidak produktifnya ekspansi kredit bank
d. terlalu banyak tunggakan hutang luar negri
e. penggunaan devisa bagi impor yang sering kurang berorientasi pada
kebutuhan prasarana.
2.Debirokrtisasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian
3. Berorientasi pada kepentingan produsen kecil
Untuk melaksanakan langkah-langkahpenyelamatan tersebut maka ditempuh
cara:
a. mengadakan operasi pajak
b. cara pemungutan pajak baru bagi pendapatan perorangan dan kekayaan
dengan menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak orang
c. penghematan pengeluaran pemerintah (pengeluaran konsumtif dan rutin),
serta menghapuskan subsidi bagi perusahaan Negara
d. membatasi kredit bank dan menghapuskan kredit impor
Program
stabilisasi
dilakukan
dengan
cara
membendung
laju
infasi.Hasilnya bertolak belakang dengan perbaikan infasi sebab harga
bahan kebutuhan pokok melonjak namun infasi berhasil dibendung (pada
tahun 1967- awal 1968). Sesudah kabinet pembangunan dibentuk pada bulan
juli 1968 berdasarkan Tap MPRS NO.XLI/MPRS/1968, kebijakn ekonomi
pemerintah dialihkan pada pengendalian yang ketat terhadap gerak harga
barang khususnya sandang, pangan, dan kurs valas. Sejak saat itu kestabilan
ekonomi nasional relatif tercapai sebab sejak 1966 kenaikan harga bahanbahan pokok dan valas dapat diatasi.
Program rehabilitasi dilakukan dengan berusaha memulihkan
kemampuan berproduksi. Selam 10 tahun mengalami kelumpuhan dan
kerusakan pada prasarana ekonomi dan sosial. Lembaga perkreditan desa,
gerakan koperasi, perbankan disalahgunakan dan dijadikan alat kekuasaan
oleh golongan dan kepentingan tertentu. Dampaknya lembaga tidak dapat
melaksanakan fungsinya sebagai penyusun dan perbaikan tata hidup
masyarakat.
1. Kerja Sama Luar Negri

13

Keadaan ekonomi Indonesia paska Orde Lama sangat parah,hutangnya
mencapai 2,3-2,7 miliar sehingga pemerintah Indonesia meminta Negaranegara kreditor untuk dapat menunda pembayaran kembali utang Indonesia.
Pemerintah mengikuti perundingan dengan Negara-negara kreditor di Tokyo
Jepang pada 19-20 September 1966 yang menanggapi baik usaha
pemerintah Indonesia bahwa devisa ekspornya akan digunakan untuk
pembayaran utang yang selanjutnya akan dipakai untuk mengimpor bahanbahan baku. Perundingan dilanjutkan di Paris, Perancis dan dicapai
kesepakatan sebagai berikut:
a. Utang-utang Indonesia yang seharusnya dibayar tahun 1968 ditunda
pembayarannya hingga tahun 1972-1979
b. Utang-utang Indonesia yang seharusnya dibayar tahun1969 dab 1970
dipertimbangkan untuk ditunda juga pembayarannya.
Kemudian kerundingan dilanjutkan di Amsterdam, Belanda pada tanggal
23-24 Februari 1967. Perundingan itu bertujuan membicarakan kebutuhan
Indonesia akan bantuan luar negri serta kemungkinan pemberian bantuan
dengan syarat lunak yang selanjutnya dikenal dengan IGGI (Inter
Governmental Group for Indonesia). Melalui pertemuan itu pemerintah
Indonesia berhasil mengusahakn bantuan luar negri. Indonesia mendapatkan
penangguhan dan keinginan syarat-syarat pembayaran utangnya.
1. Pembangunan Nasional
Dilakukan pembangunan nasional pada masa orde baru dengan tujuan
terciptanya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. Arah dan kebijaksanaan ekonominya adalah pembangunan pada
segala bidang. Pedoman pembangunan nasional adalah Trilogi Pembangunan
dan Delapan Jalur Pemerataan. Inti dari kedua pedoman tersebut adalah
kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana politik dan
ekonomi yang stabil. Isi trilogi Pembangunan adalah sebagai berikut :
a.Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
c. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis
Sedangkan pelaksanannya
bertahap yaitu:
a.

pembanguanan

nasional

dilakukan

secara

Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahun.

b. Jangka pendek mencakup periode 5 tahun(pelita / pembangunan lima
tahun), merupakan jabaran lebih rinci dari pembangunan jangka panjang
sehingga tiap pelita akan selalu saling berkaitan/berkesinambunagn. Selama
periode Orde Baru terdapat 6 pelita, yaitu :

14

1)

Pelita I

Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi
landasan awal pembanguna ORBA. Tujuan Pelita I : untuk meningkatkan taraf
hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan
dalam tahap berikutnya. Sasaran Pelita I : pangan, sandang, perbaikan
prasarana,perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan
rohani.
Titik Berat Pelita I : pembanguan bidang pertanian sesuai dengan tujuan
untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan
bidang pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia masih hidup dari
hasil pertanian.
Muncul peristiwa marali (malapetaka limabelas januari) terjadi pada tanggal
15-16 Januari 1974 bertepatan dengan kedatangan PM Jepang Tanaka ke
Indonesia. Peristiwa ini merupakan kelanjutan demonstrasi para mahasiswa
yang menuntut Jepang agar tidak melakukan dominasi ekonomi di Indonesia
sebab produk barang Jepang terlalu banyak beredar di Indonesia. Terjadilah
pengrusakan dan pembakaran barang-barang buatan Jepang.
2)

Pelita II
Pelita II dilaksanakan pada tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979.

Sasaran Utamanya adalah tersedianya pangan, sandang, perumahan, sarana
dan prasarana, mensejahterakan rakyat dan memperluas kesempatan kerja.
Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil, pertimbuhan ekonomi rata-rata
mencapai 7 % per tahun. Pada awal pemerintahan Orde Baru laju infasi
mencapai 60 % dan pada akhir Pelita I laju infasi turun menjadi 47 %.
Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, infasi menjadi 9,5 %.
3)

Pelita III

Pelita III dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 hingga 31 Maret 1984.
Pelita III pembangunan masih berdasarkan pada Trilogi Pembangunan dengan
penekanan lebih menonjol pada segi pemerataan yang dikenal dengan
Delapan Jalur Pemerataan, yaitu:
a. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya sandang,
pangan, dan perumahan
b. Pemerataan
kesehatan.

kesempatan

memperoleh

c. Pemerataan pembagian pendapatan
d. Pemerataan kesempatan kerja
e. Pemerataan kesempatan berusaha

15

pendidikan

dan

pelayanan

f. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya
bagi generasi muda dan kaum perempuan.
g. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
h. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan
4)

Pelita IV

Pelita IV dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret 1989.
titik beratnya adalah sektor pertanian menuju swasembada pangan dan
meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri.
Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang berpengaruh terhadap
perekonomian Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan
moneter dan fskal sehingga kelangsungan pembangunan ekonomi dapat
dipertahankan.
5)

Pelita V

Pelita V dilaksanakan pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Titik
beratnya pada sektor pertnian dan industri. Indonesia memiliki kondisi
ekonomi yang cukup baik dengan pertumbuhan rata-rata 6,8% per tahun.
Posisi
perdagangan
luar
negri
memperlihatkan
gambaran
yang
menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik dibanding sebelumnya.
6)

Pelita VI

Pelita VI dilaksankan pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret 1999.
Titik beratnya pada pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan
dengan industri dan pertanian serta pembanguan dan peningkatan kualitas
sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Pada periode ini terjadi krisis
moneter yang melanda Negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Karena krisis moneter dan peristiwa plitik dalam negri yang mengganggu
perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.
2.3.2 Dampak Positif dan Negatif Kebijakan Ekonomi Orde Baru
A. Dampak Positif Kebijakan Ekonomi Orde Baru
a. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap program pembangunan
pemerintah terencana dengan baik dan hasilnya pun dapat dilihat secara
konkrit.
b. Indonesia mengubah ststus dari Negara pengimpor beras terbesar menjadi
bangsa yang memenuhi kebutuhan beras sendiri (swasembada beras).
c. Penurinan angka kemiskinan yang diikuti dengan perbaikan kesejahteraan
rakyat.
d. Penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi pendidikan dasar
yang semakin meningkat.

16

B. Dampak Negatif Kebijakan Ekonomi Orde Baru
a. Kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan summer daya alam.
b. Perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan, antar
kelompok dalam masyarakat tersa semakin tajam.
c. Terciptalah kelompok yang terpinggirkan (marginalisasi sosial)
d. Menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang erat dengan KKN (Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme).
e. Pembangunan yang dilakukan hasilnya hanya dapat dinikmati oleh
sebagian kecil kalangan masyarakat, pembangunan cenderung terpusat dan
tidak merata.
f. Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa
diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dam sosial yang demokratis dan
berkeadilan.
g. Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat tapi secara fundamental
pembangunan ekonomi sangat rapuh.
h. Pembangunan tidak merata, tampak dengan adanya kemiskinan
disejumlah wilayah yang justru menjadi penyumbang devisa terbesar seperti
Riau, Kalimantan Timur, dan Irian. Faktor inilah yang selanjutnya ikut menjadi
penyebab terpuruknya perekonomian nasional Indonesia menkelang akhir
tahun 1997.

2.4 Keadaan Sosial Masa Orde Baru
Orde Baru harus mengahadapi masalah-maslah sosial yang lebih besar
daripada yang dihadapi para reformis dimasa politik Etis. Hal ini terjadi
sebagian karena Belanda gagal menyelesaikan masalah-masalah ini
beberapa dekade sebelumnya, dan sebagian lagi karena berlalunya waktu
dan pergolakan yang terjadi sejak penahlukan Jepang membuat masalah
tersebut kin kompleks. Belanda gagal memenuhi kesejahteraan bangsa yang
pada tahun 1930 berpenduduk 60,7 juta. Karena kelalaian selama beberapa
dekade lalu dan mndesaknya kebutuhan untuk lebih dahulu mengendalikan
ekonomi bangsa ditahun-tahun setelah 1965, maka mungkin tak
mengejutkan jika pemerintahan Orde Baru awalnya tidak mampu
berkontribusi banyak dalam memenuhi kesejahteraan penduduknya, yang
pada sensus tahun 1971 telah mencapai 119,2 juta jiwa dan 147,3 jutapada
tahun 1980.
Standar kesehatan dan pendidikan masih rendah, tetapi jauh lebih
baik daripada di zaman Belanda. Pada tahun 1974, trdapat 6.221 dokter. Di
Jawa terdapat satu dokter untuk setiap 21,7 ribu penduduk dan diluar pulau
Jawa terdapat satu dokter untuk setiap 17,9 ribu ( angka ini tidak berarti
akses untuk mendapatkan dokter lebih mudah disana, karena penduduk
tersebar ditempat yang saling berjauhan). Sensus tahun 1971 menunjukkan

17

bahwa tingkat melek huruf bagi anak yang berusia 10 tahun adalah 72%
dikalangan laki-laki dan 50,3% pada perempuan. Tetapi secara umum
kualitas sistem sekolah telah menurun sejak tahun 1950-an, sehingga angka
melek huruf ini tidak bisa dianggap sebagai bukti bhwa pendidikan formal
sudah cukup tersedia. Pada tahun 1973, walaupun 57% (11,8 juta) dari
penduduk yang berusia 7-12 tahun duduk disekolah dasar, namun masih
tersisa sekitar 8.9 juta dalam kelompok ini ynag tidak berpendidikan. Pada
tingat perguruan tinggi, pemerintahan ndonesia mampu melampaui rekor
yang dicapai Belanda. Namun, pada tahun 1973, hanya sekitar seperempat
dari 1% penduduk (329.300) yang terdaftar dilembaga perguruan tinggi
negeri dan swasta, 117.600 diantaranya terdaftar di Universitas atau
lembaga perguruan tinggi negeri. Jumlah ini agak rendah, tetapi jumlah
lulusannya lebih banyak daripada yang bisa dipekerjakan negara, kerena
faktanya tingkat pengangguran bagi lulusan kian bertambah. Kualitas
pendidikan pada tingkat perguruan tinggi ini juga menuai kririk. Pemerintah
baru mampu membuat kemajuan besar dibidang kesehatan dan pendidikan
dipertengahan tahun 1970-an.
Masalah sosial bangsa semakin rumit dengan berlanjutnya urbanisasi.
Pada ahun 1971, sebanyak 17,3% dari penduduk Indonesia tinggal dikota
bandingkan dengan 14,8% Pada tahun 1962 dan 3,8% pada tahun 1930/.
Pada tahun 1971,penduduk Jakarta sudah melampaui 4,5 juta jiwa. Jawa tetap
tecatat sebagai pulau dengan jumlah populasi tersebar di Indonesia (60,4%
pada ahun 1971). Orde Baru, seperti juga Belanda, gagal memindahkan
penduduk dipulau Jawa keluar pulau dalam proporsi yang signifkan.
Kebijakan memindahkan penduduk dari tempat yang padat ke tempat yang
jarang ini kini disebut dengan “transmigrasi”.
Masa Orde Baru diakui telah banyak mencapai kemajuan dalam
proses untuk mewujudkan cita-cita nasional. Dalam kehidupan sosial budaya,
masyarakat dapat digambarkan dari berbagai sisi. Selama dasawarsa 1970an laju pertumbuhan penduduk mencapai 2,3% setiap tahun. Dalam tahun
tahun awal 1990-an angka tadi dapat diturunkan menjadi sekitar 1,6% setiap
tahun. Jika awal tahun 1970-an penduduk Indonesia mempunyai harapan
hidup rata-rata sekitar 50 tahun maka pada tahun 1990-an harapan hidup
lebih dari 61 tahun. Dalam kurun waktu yang sama angka kematian bayi
menurun dari 142 untuk setiap 1000 kelahiran hidup menjadi 63 untuk setiap
1000 kelahiran hidup. Hal ini antara lain dimungkinkan makin meningkatnya
pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Sebagai contoh adanya Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Pos Pelayanan Terpadu sampai di
tingkat desa atau RT.
Dalam himpunan Tap MPR Tahun 1993 di bidang pendidikan, fasilitas
pendidikan dasar sudah makin merata. Pada tahun 1968 fasilitas sekolah
dasar yang ada hanya dapat menampung sekitar 41% dari seluruh anak yang
berumur sekolah dasar. Fasilitas sekolah dasar yang telah dibangun di
pelosok tanah air praktis mampu menampung anak Indonesia yang berusia
sekolah dasar. Kondisi ini merupakan landasan kuat menuju pelaksanan wajib

18

belajar 9 tahun di tahun-tahun yang akan datang. Sementara itu, jumlah
rakyat yang masih buta huruf telah menurun dari 39% dalam tahun 1971
menjadi sekitar 17% di tahuan1990-an. Dampak dari pemerataan pendidikan
juga terlihat dari meningkatnya tingkat pendidikan angkatan kerja. Dalam
tahun 1971 hampir 43% dari seluruh angkatan kerja tidak atau belum pernah
sekolah. Pada tahun 1990-an jumlah yang tidak atau belum pernah sekolah
menurun menjadi sekitar 17%. Dalam kurun waktu yang sama angkatan kerja
yang berpendidikan SMA ke atas adalah meningkat dari 2,8% dari seluruh
angkatan kerja menjadi hampir 15%. Peningkatan mutu angkatan kerja akan
mempunyai dampak yang luas bagi laju pembangunan di waktu-waktu yang
akan datang.

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Kalau membicarakan masalah orba atau orde baru memang seakanakan gak ada habisnya dan masih menarik juga kok buat dibahas
bareng-bareng. Dulu sih, katanya waktu mulainya zaman orba udah
diwarisin tuh sama keadaan ekonomi yang parah. Yaitu utang luar
negri yang banyaknya nih sekitar 2,3-2,7 milyar, tingkat infasi yang
tinggi, dan permasalahan ekonomi politik yang lainnya. Jadi pada
zaman orba pemerintah melakukan berbagai banyak cara seperti
stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi, membentuk kerja sama dengan
luar negri, dan pembangunan ekonomi yang berorientasikan pada

19

usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha
mengendalikan tingkat infasi, penyelamatan keuangan Negara dan
pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Dan terbukti dengan cara
tersebut masalah-masalah itu mulai bisa di atasi dengan cepat. Itu
teraplikasi dengan pemerintah mengeluarkan beberapa program
pembangunan, yaitu PELITA (Pembangunan Lima Tahun), dan berjalan
dengan lancar.
Tapi dibalik keberhasilan pemerintah, ada juga dampak negatif dari
kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Seperti, terjadinya otoritas,
KKN, dwifungsi ABRI/Polri,pembangunan yang tidak merata,
fundamental pembangunan ekonomi yang sangat rapuh.
3.2

Saran

Dalam suatu pemerintahan memang banyak terjadi kendala dan masalah yang mungkin
banyak diketahui dan ada juga yang mungkin sampai sekarang belum diketahui rakyat.
Sebenarnya dalam pemerintahan sebuah Negara hal tersebut merupakan hal yang
mungkin sering terjadi. Tapi hendaknya pemerintah memberikan pemberitahuan kepada
rakyat karena Negara kita menganut system demokrasi. Inilah yang harus diterapkan pada
pemerintahan di era reformasi ini.
Pada masa pemerintahan orba mungkin banyak sekali hal-hal positif yang telah dilakukan
pemerintah yang mungkin masih dirasakan sampai sekarang. Tapi tidak sedikit juga halhal negatif yang terjadi.
Masa orde baru sebaiknya dijadikan pembelajaran bagi pemerintahan era reformasi ini
agar Indonesia menjadi Negara yang makmur dalam segi apapun. Hal-hal yang baik pada
masa itu hendaknya kita contoh dan lebih diperbaiki lagi, tapi hal-hal buruk pada masa itu
harus kita tingalkan dalam pemerintahan era reformasi ini.

20