MAKALAH TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN INDONESIA

MAKALAH TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN
Penanganan Panen dan Pasca Panen Pembenihan Ikan Bandeng (Chanos chanos
Forskal)

Disusun oleh :
Aliriza Hamonangan M.

26010213140055

Latifah Aprilliana M.

26010213120026

Gini Pringgowati

26010213120033

Virna Novita

26010213140045


Asep Rohman

26010213140050

Indira Pagestyastuti

26010213140054

GP Mahara Pranandhira

26010213140060

Lidia Christi Adventia S.

26010213140079

Mulat Subekti

26010213140083


Nindya Kharisma M.

26010213140092

Ziadah Alfath

26010213130095

Ardita Rahmat Tri P.

26010213140101

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Ikan bandeng merupakan salah satu ikan konsumsi yang hidup tersebar diseluruh
tropik Indo Pasifik dan daerah penyebarannya di Asia meliputi perairan sekitar
Myanmar, Thailand, Vietnam, Malaysia dan Indonesia. Indonesia merupakan daerah
penyebaran bandeng yang telah diketahui meliputi perairan pantai timur Sumatera, utara
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Bali dan Nusa Tenggara. Ikan bandeng
termasuk salah satu jenis ikan ekonomis penting karena permintaan pasokan domestik
yang cukup tinggi disamping kandungan gizinya yang tinggi. Bandeng juga telah
menjadi komoditas yang memiliki tingkat konsumsi yang tinggi terutama di daerah
Jawa dan Sulawesi Selatan, sehingga meningkatkan kontribusi cukup besar bagi
peningkatan gizi masyarakat (Vatria, 2012).
Menurut Saanin (1968), klasifikasi ikan bandeng (Chanos chanos Forsk) adalah
sebagai berikut.
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Chordata


Sub phylum

: Vertebrata

Class

: Pisces

Sub class

: Teleostei

Ordo

: Malacopterygii

Famili

: Chanidae


Genus

: Chanos

Species

: Chanos chanos Forsk

Gambar 1. Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk)
Kandungan gizi ikan bandeng menurut Kurniawan dkk (2012), adalah sebagai
berikut.

Kandungan Gizi Ikan Bandeng
Kadar protein kasar (g/100g)
Kadar lemak (g/100g)
Kadar air (g/100g)
Calsium (mg/100g)
Kadar lisin (mg/gr)
Jumlah bakteri (cfu/g)


Nilai
20
4,8
72
20
29,89
217

Produksi ikan bandeng saat ini masih terbatas untuk memenuhi permintaan
dalam negeri, namun melihat potensi dan prospek yang ada, tidak tertutup kemungkinan
untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor. Ikan bandeng juga digunakan sebagai
umpan hidup bagi penangkapan tuna karena kualitasnya lebih tinggi dibandingkan
dengan beberapa jenis ikan lainnya. Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas, ikan
bandeng merupakan salah satu komoditas penting dalam dunia budidaya.
Kegiatan budidaya ikan bandeng diawali dengan adanya kegiatan pembenihan.
Kegiatan pembenihan ikan bandeng meliputi seleksi induk, pemeliharaan induk,
pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva, pendederan, serta pemanenan dan
penanganan pasca panen. Penanganan panen dan pasca panen benih ikan bandeng
merupakan bahasan utama dalam makalah ini. Penanganan panen maupun pasca panen

benih ikan bandeng penting dilakukan karena tingkat kelulushidupan bandeng hingga
lokasi tujuan distribusi sangat ditentukan oleh dua kegiatan budidaya tersebut. Kematian
benih ikan bandeng sangat mungkin terjadi apabila dalam penanganan kedua proses ini
tidak memenuhi standar, walaupun pada kegiatan-kegiatan budidaya sebelumnya sudah
sesuai standar. Penanganan yang kurang tepat akan menyebabkan ikan stres dan
akhirnya terjasi kematian. Menurut Carrasco et al. (1984) dalam Yanto (2012), bahwa

mortalitas yang cukup tinggi disebabkan oleh stres dan kerusakan fisik karena kesalahan
penanganan selama persiapan dan masa transportasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diperoleh rumusan masalah diantaranya
sebagai berikut.
1.

Bagaimanakah proses penanganan panen benih ikan bandeng ?

2.

Bagaimanakah proses perlakuan pasca panen benih ikan bandeng ?


1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini diantaranya sebagai berikut.
1.

Mengetahui metode pemanenan benih ikan bandeng dan ikan bandeng produksi
yang tepat, dan efektif.

2.

Mengetahui perlakuan pasca panen yang tepat, terutama aspek transportasi agar
benih ikan bandeng dan ikan bandeng produksi sampai kepada konsumen dengan
kondisi baik.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PEMANENAN BENIH BANDENG
Benih bandeng (nener) merupakan salah satu sarana produksi yang utama dalam
usaha budidaya bandeng di tambak. Perkembangan teknologi budidaya bandeng di
tambak dirasakan sangat lambat dibandingkan dengan usaha budidaya udang. Faktor

ketersediaan benih merupakan salah satu kendala dalam menigkatkan teknologi
budidaya bandeng. Selama ini produksi nener alam belum mampu untuk mencukupi
kebutuhan budidaya bandeng yang terus berkembang, oleh karena itu peranan usaha
pembenihan bandeng dalam upaya untuk mengatasi masalah kekurangan nener tersebut
menjadi sangat penting.
2.1.1 PANEN
1) Panen dan Distribusi Telur.

Gambar 2. Panen Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk)

Dengan memanfaatkan arus air dalam tangki pemijahan, telur yang telah dibuahi
dapat dikumpulkan dalam bak penampungan telur berukuran 1x5,5x0,5 m yang
dilengkapi saringan berukuran 40x40x50 cm, biasa disebut egg collector, yang
ditempatkan di bawah ujung luar saluran pembuangan. Pemanenan telur dari bak
penampungan dapat dilakukan dengan menggunakan plankton net berukuran mata 200300 mikron dengan cara diserok. Telur yang terambil dipindahkan ke dalam akuarium
volume 30-100 liter, diareasi selama 15-30 menit dan didesinfeksi dengan formalin 40
% pada dosis 10 ppm selama 10-15 menit sebelum diseleksi. Sortasi telur dilakukan

dengan cara meningkatkan salinitas air sampai 40 ppt dan menghentikan aerasi. Telur
yang baik terapung atau melayang dan yang tidak baik mengendap. Persentasi telur

yang baik untuk pemeliharaan selanjutnya harus lebih dari 50 %. Kalau persentasi yang
baik kurang dari 50 %, sebaiknya telur dibuang. Telur yang baik hasil sortasi
dipindahkan kedalam pemeliharaan larva atau dipersiapkan untuk didistribusikan ke
konsumen yang memerlukan dan masih berada pada jarak yang dapat dijangkau
sebelum telur menetas ( ± 12 jam).
2) Distribusi Telur.

Gambar 3. Distribusi dan telur Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk)
Pengangkutan telur dapat dilakukan secara tertutup menggunakan kantong
plastik berukuran 40x60 cm, dengan ketebalan 0,05 – 0,08 mm yang diisi air dan
oksigen murni dengan perbandingan volume 1:2 dan dipak dalam kotak styrofoam.
Makin lama transportasi dilakukan disarankan makin banyak oksigen yang harus
ditambahkan. Kepadatan maksimal untuk lama angkut 8 – 16 jam pada suhu air antara
20 – 250 C berkisar 7.500-10.000 butir/liter. Suhu air dapat dipertahankan tetap rendah
dengan cara menempatkan es dalam kotak di luar kantong plastik. Pengangkutan
sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mencegah telur menetas selama transportasi.
Ditempat tujuan, sebelum kantong plastik pengangkut dibuka sebaiknya dilakukan
penyamaan suhu air lainnya. Apabila kondisi air dalam kantong dan diluar kantong
sama maka telur dapat segera dicurahkan ke luar.
3) Panen dan Distribusi Nener.


Pemanenen sebaiknya diawali dengan pengurangan volume air, dalam tangki
benih kemudian diikuti dengan menggunakan alat panen yang dapat disesuaikan dengan
ukuran nener, memenuhi persyaratan hygienis dan ekonomis. Serok yang digunakan
untuk memanen benih harus dibuat dari bahan yang halus dan lunak berukuran mata
jaring 0,05 mm supaya tidak melukai nener. Nener tidak perlu diberi pakan sebelum
dipanen untuk mencegah penumpukan metabolit yang dapat menghasilkan amoniak dan
mengurangi oksigen terlarut secara nyata dalam wadah pengangkutan.
Hal yang harus diperhatikan dalam pengangkutan :
1. Kondisi nener dan kebutuhan oksigen
2. Usia dan ukuran nener, makin besar ukuran nener maka makin besar pula
kebutuhan oksigen.
3. Hubungan resistensi nener.
4. Temperatur air.
5. Lama waktu pengangkutan.
6. Jenis bahan wadah yang digunakan.
Beberapa faktor tersebut, masih ada dua hal penting yang harus diperhatikan
dalam pengangkutan nener yaitu :
1. Pengangkutan harus dilakukan pada saat kondisi cuaca sejuk.
2. Pengangkutan yang tepat dapat mencegah terjadinya perubahan airmedia
menjadi buruk akibat ekskresi nener.
3. Wadah sebaiknya diisi air sebanyak 70-80% saja.
4. Setelah sampai tujuan , nener langsung di aklimatisasi pelan-pelan.
Kegiatan pengemasan dan pengantongan nener umumnya dilakukan dari unit
pembanihan bandeng atau panti benih ke petambak yang memiliki fasilitas
pemeliharaan nener.pengantongan nener biasanya dilakukan menggunakan kantong
plastik yang diisi oksigen. Adapun pengaangkutan nener bandeng dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu :
1. Pengangkutan sistem terbuka

Gambar 4. Pengangkutan system Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk)
Cara ini, umumnya tidak menggunakan oksigen sebagai wadahnya digunakan
ember plastik. Cara pengangkutan seperti ini hanya dilakukan dengan jarak
dekat atau memerlukan waktu angkut yang singkat.
2. Pengangkutan sistem tertutup

Gambar
5.

Pengangkutan sistem tertutup Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk)
Cara ini menggunakan oksigen dan dapat dilakukan pengangkutan dalam jarak jauh atau
pun antar pulau. Wadah untuk pengangkutan tertutup dapat menggunakan kantong
plastik dengan ketebalan 0,015 mm – 0,020 mm yang cukup baik diisi air sebanyak 10
liter dengan kapasitas 5.000 ekor.

Jika persiapan pengangkutan telah selesai dikerjakan, nener dapat diangkut
untuk dihantarkan ke tempat tujuan. Pengangkutan antar pulau yang memerlukan waktu
lebih dari 16 jam perlu dilakukan penambahan oksigen ataupun pergantian air. Kualitas
air harus diperhatikan, karena jika kualitas air menurun, maka akan menyebabkan stres
bahkan akan berakibat kematian pada nener yang diangkut nener atau benih yang biasa
diangkut atau siap untuk di panen berkisar 5-7 cm.
2.2 Pemanenan Ikan Bandeng
Setelah melakukan pemeliharaan selama 4-6 bulan, atau setelahukuran panen
yang diinginkan/ukuran pasar tercapai, ikan dipanen.Ukuran panen tersebut berkisar
antara 150-300 gram per ekor.Pengelolaan pemanenan bandeng pada dasarnya ditujukan
untuk :
1.Menangkap seluruh ikan dalam waktu yang relatif singkat
2.Mendapatkan hasil panen dalam keadaan mati segar serta tidak
banyak

mengalami

kerusakan

fisik,

seperti

memar-memar,

sisik

lepasdan

kotor/berlumpur. Kesegaran ikan dapat dilihat dari penempilanikan yang tidak terlalu
jauh beda dri ikan yang masi hidup, sertabadannya lemas tidak kaku.Untuk mencapai
keadaan diatas ada beberapa hal yang perludiperhatikan sehubungan dengan pemanenan
ini, yakni menetapkan saat panen yang tepat,mempersiapkan bahan dan peralatan yang
dibutuhkan, cara melaksanakan pemanenan dan menangani hasil panen yang baik.
Pertumbuhan ikan bandeng pada satu tempat bisa berbedadengan tempat lain
bergantung pada kesuburan tambaknya. Oleh karenaitu saat panen yang tepat, sebaiknya
ditetapkan setelah diketahuiukuran yang dikehendaki tercapai.Untuk itu sebelumnya
perludilakukan pemantauan pertumbuhan ikan bandeng dengan melakukanpengecekan
ukuran/berat bandeng.Caranya adalah pada saat mendekatiwaktu panen, sejumlah ikan
tertentu, misalnya 20 ekor, ditangkapdengan menggunakan jala atau jaring, di beberapa
tempat.Kemudianditimbang dan dihitung berat rata-ratanya.Jika berat rata-ratanyasudah
sesuai dengan ukuran yang diinginkan maka pemanenan sudah bisadilaksanakan, tetapi
jika tidak maka masa pemeliharaan harus ditambah.Waktu pelaksanaan panen bandeng
yang tepat adalah pagi atausore hari suhu air di dalam tambak rendah sehingga ikan
bandeng tidakstress.Sebelum pemanenan dijalankan terlebih dahulu disiapkan bahandan

alat yang dperlukan selama pemanenan dan selama penangananhasil.Cara pemanenan
ada 2 macam yakni pemanenan penjarangan danpemanenen total. Panen penjarangan
diakukan ketika tambak masih adaair, sedangkan panen total dilakukan melalui
pengurasan air tambak.Peralatan yang digunakan adalah :
1. Alat tangkap yaitu alat yang digunakan untuk menangkap ikan secara langsung.
Jenis alat antara lain serokan atau seser (scoopnet) jala dan jaring. Alat untuk
menangkap udang liar adalah prayang (bubu).
2. krey/wide, yakni alat bantu untuk menggiring bandeng agarberkumpul di satu
tempat biasanya sekat pintu air
3. Alat penampung sementara, yang juga digunakan untuk mengangkuthasil panen
jarak dekat ke tempat penempungan akhir danpengemasan, seperti box plastik,
ember, baskom, atau drum plastik
4. Timbangan untuk mengetahui hasil panen
5. Bahan-bahan, seperti air untuk menghilangkan lumpur dari tubuh ikan, es untuk
pengangkutan,
Pemanenan dilaksanakan sebagai berikut :
2.2.1 Pemanenan penjarangan
Pemanenan penjarangan pada dasarnya dilakukan denganmemanfaatkan sifat
ikan bandeng yang cenderung melawan arus air.Cara ini cocok jika tambak
pemeliharaan bandeng dilengkapi denganpetak penangkapan (B) yang letaknya di
belakang pintu air tambakpembesaran.Pelaksanaan pemanenan dimulai dengan
menurunkan permukaanair tambak beberapa puluh sentimeter dengan mengeluarkannya
lewatpintu air tambak ketika air laut sedang surut.Setelah penurunan airselesai, pintu air
ditutup kembali.Ketika ketinggian air mencapaipuncak pasang, maka pintu air dibuka
kembali dan saringan pintu airyang cukup kuat dan tinggi dipasang.Karena adanya
pemasukan air baruini bandeng terangsang untuk menyongsong air baru sehingga
berkumpuldi sekitar pintu air atau di dalam petak penangkapan.Ketika ikan sudah
memenuhi petak penangkapan, maka saringanpada pintu petak penangkapan dipasang,
agar ikan tidak dapat masukkembali ke dalam petak pembesaran.Ikan-ikan yang
bergerombol dipetak penangkapan ini selanjutnya ditangkap menggunakan serokan,

jalaatau jaring secara berulang-ulang.Segera ikan yang tertangkapdimasukkan ke dalam
tempat penampungan sementara.Panen dilakukan untuk meringankan pekerjaan pada
saat panentotal, karena ikan yang dipanen berkurang.Panen ini juga bermanfaatuntuk
mendapatkan hasil tangkap yang berkualitas baik, karenaditangkap dalam keadaan
hidup, sehingga masa kesegaran ikanlama/tidak cepat busuk, bahkan bisa diupayakan
hidup hingga di tangankonsumen.Pemanenan penjarangan tidak biasa dilakukan jika
ikan yangdipelihara tidak banyak atau hasil panen penjarangan terlalu sedikit,sehingga
tanggung untuk diangkut atau dijual.
2.2.2 Pemanenan Total
Pemanenan total dilakukan melalui pengeringan tambak danpenangkapan
seluruh ikan yang ada. Pelaksanaannya dimulai dengan pengeluaran air tambak, ketika
air laut sedang surut, hingga air tambak hanya tersisa pada saluran dasar.Setelah itu
pada caren di bagian ujungtambak di pasang sepasang wide atau krey.Wide ini berfungsi
untuk menggiring bandeng agar berkumpul dan terkonsentrasi pada arealtertentu,
sehingga mudah ditangkap. Wide yang satu digerakkan ke arahkiri dan yang lainnnya ke
arah kanan, semuanya mengarah ke tempat penangkapan, yaitu di bagian caren yang
berada di depan pintu air .Selagi wide ini digerakkan ikan bandeng dan ikan
rucah(terutama udang liar dan ikan-ikan yang lemah/mati) yang berkumpul sekitar wide
sudah mulai ditangkap.Alat yang digunakan berupaserokan, atau dengan tangan
langsung.Oleh karena itu harus ada orang yang bertugas menangkap ikan, selain yang
menggerakkan wide.
Penangkapan yang lebih intensif dilakukan ketika kumpulan ikan sudah
terkonsentrasi di sekitar pintu air. Ikan yang tertangkap dikumpulkan dalam satu tempat.
Ikan harus diupayakan agar segera mati, tidak membiarkannya melompat-lompat, agar
fisik ikan tidak rusak dan kesegaran ikan lama. Pada pemanenan total biasanya semua
jenis ikan bercampur dan diseliputi
lumpur. Lumpur ini segera dibersihkan dan jenis ikan disortir.Satu jenis ikan
dikumpulkan terpisah dari jenis lainnya.
Ikan yang tertangkap dikumpulkan dalam satu tempat.Ikanharus diupayakan
agar segera mati, tidak membiarkannya melompat-lompat, agar fisik ikan tidak rusak

dan kesegaran ikan lama. Padapemanenan total biasanya semua jenis ikan bercampur
dan diseliputi lumpur. Lumpur ini segera dibersihkan dan jenis ikan disortir.Satu jenis
ikan dikumpulkan terpisah dari jenis lainnya.
Kegiatan akhir dari pemanenan adalah mengecek hasil panen,yaitu dengan
menimbang dan menghitung jumlah bandeng yang berhasildipanen. Dengan
menggunakan data sewaktu kita menebar nener dandata sewaktu panen, kita bisa
mengetahui berapa produksi, kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan bandeng untuk
tiap kalipanen, yaitu :
Produksi kotor =

Produksi bersih =

Kelangsungan hidup =

Pertumbuhan =

Keterangan :
Bt= Berat total ikan saat panen (kg)
B0= Berat ikan saat tebar (Kg)
Nt= Jumlah ikan yang dapat dipanen panen (ekor)
N0= Jumlah ikan saat tebar (ekor)
Wt= Berat rata-rata seekor ikan saat panen (gram)

W0= berat rata-rata seekor ikan saat tebar (gram)
t = Lama pemeliharaan (hari)
Setelah masa pemeliharaan 4 bulan ikan bandeng mencapaiukuran 150-200
gram dan produksi kotornya mencapai 400-700 kg permusim
2.2.3 Pasca Panen Ikan Bandeng
Setelah panen dengan menggunakan jaring dan dimasukkan kedalam blung dan
apabila bandeng dipanen pada pada siang maupun sore hari maka bandeng akan
diawetkan dengan menggunakan es balokdan dijual pada malam hari ataupun pada dini
hari dan apabila panennya pada malam hari atau pada dini hari maka ikan bandeng akan
bisa langsung dijual.Cara penjualan ikan bandeng ini bisa berbagai macam bisa dijual
langsung kepasar ataupun dengan memanggil bakul ikan maka ikan tersebut akan
diambil oleh bakul ikan dan upah penjualan itu biasanya dengan menggunakan komisi.
2.2.4 Pengemasan dan Pengangkutan Ikan Bandeng
Pengangkutan ikan merupakan salah satu kegiatan pasca panenyang sangat
berpengaruh terhadap kualitas ikan yang sampai kekonsumen. Ikan bandeng yang sudah
tidak segar lagi kurang disenangikonsumen dan akibatnya harga menjadi lebih
murah.Ikan bandeng diangkut dalam keadaan mati segar. Agarkesegaran ikan terjaga
cukup lama maka perlu penanganan yang baiksejak ikan itu ditangkap hingga sampai ke
tangan konsumen. Padadasarnya ikan membusuk disebabkan adanya proses autolysis
danbakteri. Autolysis adalah penguraian jaringan tubuh disebabkan olehenzym yang
secara alami ada di dalam tubuh yang dalam keadaan ikan hidup enzym ini berperan
dalam pencernaan makanan.Demikian pula bakteri yang ada dalam insang, usus dan
otot mengeluarkan enzim yangberaksi pada daging ikan.Penanganan itu mencakup
persiapan, pengemasan danpelaksanaan pengangkutan.Persiapan dilakukan segera
setelah ikanbandeng ditangkap.Ikan-ikan disimpan dalam keranjang (bambu/rotan)atau
digelar di atas lantai tembok. Setelah itu diupayakan segera mati,jangan dibiarkan ikan
menggelepar-gelepar terlalu lama karena akanmempersingkat kesegaran ikan.
Tumpukan ikan yang cukup tinggi didalam keranjang bisa mempercepat ikan
mati.Setelah

ikan

terkumpulcukup

banyak,

kemudian

dilakukan

pembersihan

denganmenyemprotkan air bersih ke atas tumpukan ikan bandeng tersebut,hingga
kotoran hanyut. Bakteri yang terdapat pada lumpur yang melekat pada tubuh ikan jika
dibiarkan akan mempercepat proses pembusukantubuh ikan.Ikan yang sudah bersih
dipersiapkan untuk proses pengemasan.Pada proses ini pertama-tama ikan dimasukkan
ke dalam wadah angkutyang berupa keranjang, drum atau tong plastik. Selanjutnya suhu
didalam wadah angkut diupayakan sedingin mungkin, agar kerja enzim didalam tubuh
ikan dan bakteri yang berperan dalam pembusukan terhambat.Caranya adalah dengan
memasukkan butiran es atau escurah kedalam wadah angkut.Es ini ditempatkan diantara
lapisan-lapisan ikan. Es yang paling baik dilakukan yaitu 1 kg es untuk satu kg ikan
(perbandingan1:1). Makin kecil perbandingan esdengan ikan makin tinggi suhu
pegangkutan dan makin cepat esmeleleh, seperi terlihat pada tabel 1 di bawah ini :
Perbandingan es

Temperatur di

Waktu untuk Es

dengan ikan

dalam wadah (0C)

meleleh
seluruhnya (jam)

1: 1

0 hingga 1,1

17

1:4

2,2 hingga 4,4

6

1:6

6,6 hingga 7,7

5

Proses pengemasan berakhir setelah wadah angkut ditutup rapat. Kegiatan
selanjutnya adalah pengangkutan. Pada pengangkutan perlu
diperhatikan :
1. Kesiapan alat angkut. Hindarkan penggunaan kendaraan yangberisiko
mengalami gangguan di perjalanan. Penundaan masapengangkutan yang
disebabkan kendaraan mogok akan berakibatkepada penurunan kualitas
ikan
2. Pengangkutan dilakukan ketika suhu rendah, biasanya sore hinggamalam
hari

3. Waktu tempuh harus benar-benar diperhitungkan agar ikan bias sampai
di tempat pemasaran pada saat yang tepat, yakni subuh ataupaling lambat
pagi hari.
Setelah ikan sampai ditujuan, ikan dibongkar dari wadah pengangkutan untuk
dijajakan ke konsumen atau disimpan dulu di dalam wadah penyimpanan baru dengan
menempatkan ikan diantara lapisan-lapisan es yang baru atau disimpan dalam wadah
yang dilengkapi denganpendingin ruangan (freezer).

BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dalam Penanganan Panen dan Pasca Panen
Pembenihan Ikan Bandeng (Chanos chanos) adalah sebagai berikut :
1.

Metode pemanenen pada benih ikan bandeng sebaiknya diawali dengan
pengurangan volume air, dalam tangki benih kemudian diikuti dengan
menggunakan alat panen yang dapat disesuaikan dengan ukuran nener, memenuhi

persyaratan hygienis dan ekonomis, dan untuk pemanenan ikan bandeng produksi
saat panen sebaiknya dilakukan pengecekan ukuran/berat bandeng, pemanenan
dilakukan setelah ukuran yang di inginkan terpenuhi.
2.

Pengangkutan benih dapat dilakukan dengan cara sistem terbuka dan tertutup.
Pada sistem terbuka umumnya tidak menggunakan oksigen, sebagai wadahnya
digunakan ember plastik. Cara pengangkutan seperti ini hanya dilakukan dengan
jarak dekat atau memerlukan waktu angkut yang singkat, dan pada sistem tertutup
menggunakan oksigen dan dapat dilakukan pengangkutan dalam jarak jauh atau
pun antar pulau. Pengangkutan antar pulau yang memerlukan waktu lebih dari 16
jam perlu dilakukan penambahan oksigen ataupun pergantian air, karena jika
kualitas air menurun, maka akan menyebabkan stres bahkan akan berakibat
kematian pada benih atau nener.

DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, Deddy Wikanta, Margaretha Tuti Susanti, Fahmi Arifan, dan Hadi
Suyanto. 2012. Kemampuan Asap Cair pada Pengawetan Ikan Bandeng (Chanos
chanos Forsk) Disertai Perendaman Prapengasapan dalam Larutan Mikrokapsul
Oleoresin Daun Sirih (Piper betle L.). Prosiding Seminar Nasional Kimia III.
Semarang: Badan Penerbit UNNES Press.

Mansyur, Abdul dan Tonnek S. 2003. Prospek Budi Daya Bandeng dalam Karamba
Jaring Apung Laut dan Muara Sungai. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. XXII (3).
Murtidjo, B.A . 2002. Budidaya Dan Pembenihan Bandeng. Kanisius. Yogyakarta.
Raswin, M. M. 2003. Pemanenan dan Pengangkutan Ikan Bandeng. Bidang Budidaya
Ikan Progam Keahlian Budidaya Air Payau.
Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan, Jilid I-II Edisi II. Bogor: Bina
Cipta.
Subekti, E, Ahmad,R. 2011. Teknik Budidaya Ikan Bandeng Di Kabupaten Demak.
Tarwiyah. 2001. Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jenderal Perikanan,
Departemen Pertanian. Jakarta.
Vatria, Belvi. 2012. Pengolahan Ikan Bandeng (Chanos chanos) Tanpa Duri. Jurnal
Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa.
Yanto, H. 2012. Kinerja MS-222 dan Kepadatan Ikan Botia (Botia macracanthus) yang
Berbeda Selama Transportasi. Jurnal Penelitian Perikanan. Vol. I (1).