Praktikm allelopati dan thd perkecambahan
PENGARUH ALLELOPATHY DAUN MINDI (Melia azadarach)
DAN AKASIA MANGIUM (Acacia mangium) TERHADAP
PERKEMBANGAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays)
DAN KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus)
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu ekosistem selalu melakukan hubungan interaksi satu sama lain baik bersifat
intraspesifik maupun interspesifik. Mekanisme ini dilakukan suatu tanaman untuk
memperoleh bahan kehidupannya berupa unsur hara yang terdapat di tanah maupun udara,
air dan sinar matahari serta ruangan untuk tumbuh dan berkembang. Mekanisme
pertahanan diri ini sering merangsang tanaman untuk melakukan suatu metabolisme
sekunder yang produknya biasa diendapkan dalam organ tumbuhan tersebut maupun
dieksudat keluar untuk menolak kompetitor lainnya.
Produk metabolisme suatu tanaman ini sering memainkan peranan penting dalam
interaksi ekologis, mereka dapat menghambat herbivory, perlindungan terhadap patogen,
alelopati, asosiasi simbiosisme, peningkatan perkecambahan, interaksi dengan pollinator,
disamping itu juga perlindungan terhadap sinar ultraviolet maupun suhu tinggi (Lambers
et al. 1998).
Kajian tentang alelopati untuk pertama kali umumnya dilakukan pada ilmu
kehutanan. Alelopati dapat mempengaruhi banyak aspek pada ekologi tumbuhan, meliputi
pertumbuhan, suksesi tanaman, struktur komunitas tanaman dominansi, keragaman
produktivitas tumbuhan. Pada awalnya kajian tentang alelopati hanya menekankan pada
efek negatig alelopati pada tanaman pangan, namun sejak tahun 1980an penelitian alelopati
mulai mengindentifikasi tanaman kehutanan yang memberikan pengaruh menguntungkan,
netral dan selektif terhadap tanaman pangan. Perkembangan terkini, kajian tentang
alelopati mulai mengamati pertumbuhan yang tidak baik pada tanaman kehutanan,
kerusakan tanaman pangan, pengurangan prduksi, masalah replant untuk pohon
hortukultura, kwasan bebas gulma, dan pola perubahan pada vegetasi (Ferguson &
Rathinasabapathi, 2003)
Krebs (2001) yang menyatakan bahwa allelopati (Allelopathy) adalah salah satu
mekanisme penghambatan penyebaran suatu jenis dalam kompetisi karena kehadiran
organisme lain. Menurut Molisch (1937) dalam Junaedi et al. (2006) alelopati adalah
mekanisme interaksi biokimia yang interaktif, baik merangsang ataupun menghambat
perkembangan semua jenis organisme. Penciri alelopati adalah adanya senyawa kimia
yang dikeluarkan ke lingkungan sebagai mekanisme kompetisi tersebut (Junaedi et al.
2006).
Diawal perkembangan alelopati banyak dikaji dalam bidang kehutanan. Alelopati
dapat berpengaruh terhadap beberapa aspek ekologi tanaman seperti pertumbuhan
tanaman, proses suksesi, struktur dan komposisi komunitas tanaman, dominasi suatu jenis,
keragaman dan produktivitas tanaman. Pada mulanya alelopati hanya dikaji tentang efek
negatifnya terhadap tanaman budi daya. Namun sejak tahun 1980an mulai digalakan riset
untuk mengetahui jenis-jenis tanaman kehutanan yang menguntungkan, bersifat netral
ataupun selektif terhadap tanaman budidaya. Perkembangan terkini, mulai menduga
hubungan alelopati terhadap perkembangan tumbuhan yang lambat, kerusakan tanaman
budidaya, pengurangan produksi, masalah replant pada tanaman kehutanan, penyebab
kawasan bebas gulma dan pola perubahan vegetasi yang terkait (Ferguson &
Rathinasabapathi, 2003). Termasuk pendugaan terhadap proses invasi tumbuhan eksotik
pada ekosistem yang berbeda (Hierro & Callaway, 2003; Broz & Vivanco, 2006). Begitu
juga potensinya sebagai herbisida dan pestisida biologis serta pola penamanan yang lebih
efektif terutama dalam pola tanam wanatani (Krebs, 2002; Junaedi, 2006)
Berdasarkan beberapa laporan penelitian yang telah didokumentasikan terdapat
banyak sumber alelopati yang dapat digunakan untuk material pertanian organik
berkelanjutan dan ramah lingkungan. Tercatat sekitar 64 jenis species gulma yang bersifat
alelopati terhadap gulma lain, 25 jenis bersifat autotoxicalautopathy, dan 51 jenis aktif
sebagai antifungi atau antibakteri (Qasem & Foy, 2001 yang dikutip oleh Junaedi et al.
2006). Menurut Batish et al (2001) yang dikutip oleh Junaedi et al. (2006) terdapat 56
species tanaman semusim bersifat alelopati terhadap gulma, 31 species bersifat autotoxic
dan 56 species lainnya bersifat alelopati terhadap tanaman lain. Beberapa tanaman berkayu
bersifat alelopati terhadap tanaman lain, berfungsi sebagai herbisida dan peptisida, antara
lainnya Eucalyptus spp, Leucaena leucocephala, Moringa oleifera, Glirycidia sepium,
Albizzia lebbeck, Azadirachta indica. Sisa tanaman yang bersifat alelopati antara lain
jagung, padi, seledri (Apium graveolens), gandum, buah persik (Prunus persica). Alelopati
yang berasal dari tepung sari antara lain dihasilkan oleh Parthenium hysterophorus,
Agrotis stolonifora, Erigerin annuus, Melilotus alba, Phleum pretense, Vicia craca dan
Hieracium aurantiacum (Junaedi et al. 2006)
2
B. Tujuan
Praktikum ini bertujun untuk mempelajari :
1. Pengaruh allelopati dari tanaman akasia mangium dan mindi terhadap perkecambahan
tanaman jagung dan kacang hijau
2. Pengaruh allelopati dari tanaman akasia mangium dan mindi terhadap pertumbuhan
tanaman jagung dan kacang hijau.
II. TELAAH PUSTAKA
A. Komunitas Tumbuhan, Interaksi dan Kompetisi
Komunitas tumbuhan adalah sekelompok organisme (tumbuhan) yang hidup
berdampingan membentuk suatu asosiasi interaksi antar jenis (intraspesies dan
interspesies) pada suatu kawasan tertntu pada periode waktu yang tertentu pula (Begon et
al. 1990; Pomeroy & Service, 1992; Molles, 2002). Persoalan pokok suatu komunitas
adalah seberapa banyak dan intimnya interaksi antar anggota penyusun komunitas (Krebs,
2002). Muller-Dombois & Ellenbreg (1974); Soerianegara & Indrawan (1980) menyatakan
bahwa interaksi pada suatu komunitas juga melibatkan komponen biotik dengan
lingkungannya. Komunitas (tumbuhan) merupakan suata subyek yang bersifat dinamis
menurut fungsi ruang dan waktu (Vogt et al. 1997), yang mengikuti perubahan gradien
lingkungan (Krebs, 2002).
Model-model interaksi pada suatu komunitas tanaman berdasarkan aktor
interaksinya menurut Walter (1962) yang dikutip oleh Muller-Dombois & Ellenbreg (1974)
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Pesaing langsung (direct competitor), tumbuhan yang bersaing pada sumber daya yang
sama dengan menguasi strata yang sama baik di atas atau di bawah tanah.
2. Penggantung (dependent species), yaitu tanaman yang hanya dapat hidup pada
sebagian relung habitatnya karena kehadiran tanaman lain.
3. Pelengkap (complementary species), yaitu tanaman yang tidak bersaing secara
langsung dengan tanaman lain karena mereka memanfaatan sumber daya yang berbeda
atau karena perbedaan irama musiman (seasonal rhythm)
Berdasarkan dampak pada tanaman lain, maka model interaski menurut Lambers et
al. (1998) dapat dibagi menjadi 3 yaitu falicitatin (interaksi positif), netral (interaksi nol),
dan Competition (interaski negatif). Sedangkan Krebs (2002) hanya membagi kelompok
ini hanya menjadi dua, yaitu mutualisme dan kompetisi.
3
Kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan
akan sumber daya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan
(survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing (Begon et al. 1990), sedangkan
Molles (2002) kompetisi didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat pada
pengurangan kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi pada antar individu
(intraspesific) atau antar individu pada satu species yang sama atau interspecific (Krebs,
2002; Molles, 2002).
Kompetisi dalam suatu komunitas dibagi menjadi dua, yaitu :
1.
Kompetisi sumber daya (resources competition atau scramble atau exploitative
competition), yaitu kompetisi dalam memanfaatkan secara bersama-sama sumber
daya yang terbatas.
2.
Inferensi (inference competition atau contest competition), yaitu usaha pencarian
sumber daya yang menyebabkan kerugian pada individu lain, meskipun sumber daya
tersebut tersedia secara tidak terbatas. Biasanya proses ini diiringi dengan
pengeluaran senyawa kimia (allelochemical) yang berpengaruh negatif pada individu
lain (Lamberg, 1998; Krebs, 2002; Molles, 2002).
B. Alelopati (Allelopathy)
Alelopati (Allelopathy) adalah efek negatif (menghambat perkecambahan dan
pertumbuhan) yang ditimbulkan oleh suatu tanaman pada tanaman lain yang ada di
sekitarnya melalui pelepasan senyawa kimia yang berasal dari proses metabolisme
sekunder (Muller-Dombois & Ellenberg, 1974; Soerianegara & Indrawan, 1980; Lamberrs,
1998; Muller, 1990 yang dikutip oleh Hierro & Callawai, 2003). Namun, tidak semua
alelopati bersifat negatif, ada beberapa senyawa alelopati yang bersifat positif baik secara
langsung ataupun tidak langsung (Lambers et al. 1998; Krebs, 2002; Ferguson &
Rathinasabapathi, 2003; Broz & Vivanco, 2006).
Pada suatu tanaman agroekosistem alelopati dapat dihasilkan oleh gulma, tanaman
pangan dan hortikultura (tanaman semusim), tanaman berkayu, residu dari tanaman dan
gulma atau bahkan oleh mikroorganisme. Alelopati dapat dikeluarkan dalam bentuk
eksudat dari akar dan serbuk sari, luruhan organ (decomposition), senyawa yang menguap
(Volatile) dari daun, batang, dan akar serta melalui pencucian (leaching) dari organ bagian
luar atau melalui mekanisme yang lain. (Soerianegara & Indrawan, 1980; Lumbers, 1998;
Broz & Vivanco, 2006; Reigosa et al. 200l, Qasem & Foy, 2001 yang dikutip oleh Junaedi
et al. 2006).
4
Penguasaan
tempat
Konsentrasi
alelopati
Suhu dan
presipitasi
Pertumbuhan
Ketersediaan
air tanah untuk
tumbuhan
Kematian
Tekstur
tanah
Gambar 1. Model ekotone untuk menjelaskan hubungan antara air tanah, alelopati, dan
perolehan tanaman, pertumbuhan dan mortalitas (Goslee et al. 2001 yang
dikutip oleh Hierro & Callawai, 2003)
Cara kerja berbagai senyawa alelopati belum diketahui secara mendalam. Bebarapa
senyawa fenolik menghambat perkecambahan biji rerumputan dan herba dan mereka dapat
juga menghambat pengambilan ion. Terpenoid yang menguap dapat menghambat
pembelahan sel. (Lambers et al. 1998)
Potensi alelopati dari suatu organisme sumber dan pengaruhnya terhadap
organisme target berbeda-beda tergantung pada faktor genetik dan lingkungan. Faktor
lingkungan yang menyebabkan keragaman alelopati meliputi perbedaan populasi, siklus
hidup dan waktu tanam, tanah dan iklim, serta adanya cekaman biotik maupun abiotik
(Lambers et al, 1998; Junaedi et al. 2006). Hubungan antara alelopati, tanaman target dan
faktor lingkungan diilustrasikan pada Gambar 1.
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Lingkungan Program Studi
D3 Analisis Lingkungan IPB, Gunung Gede, Bogor dari Tanggal 4 Oktober sampai 11
Oktober 2006 untuk pengamatan perkecambahan. Pengamatan pertumbuhan dilakukan di
shadehouse dari tanggal 4 Oktober sampai dengan 9 November 2006
B. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan adalah :
1. Blender
2. Gelas ukur 1500 cc
5
3. Gelas ukur 10 cc
4. Cawan Petri
5. Corong penyaring
6. Pisau/gunting
7. Penggaris
8. Neraca analitik
9. Alat tulis menulis
10. Alat dokumentasi.
11. Derijen air
12. Almari es
13. Polybag.
Bahan yang digunakan :
1. Air destilasi (aquadest)
2. Daun akasia mangium (Acacia mangium)
3. Daun mindi (Melia azedarach)
4. Biji jagung (Zea mays)
5. Biji kacang hijau (Phaseolus radiatus)
6. Kapas
C. Prosedur Praktikum
Tahapan praktikum :
1. Pembuatan ekstrak mindi dan akasia mangium
a) Daun mindi dan aksia dipotong-potong kecil untuk mempermudah penggilingan
(pemblenderan)
b) Menimbang potongan daun mindi dan akasia
c) Mencampur potongan daun mindi dan akasia dengan air dengan perbandingan (w/v)
1 : 7; 1 : 14; 1 : 21 dan 1 : 0 (kontrol) dan memblendernya sampai halus untuk masingmasing perlakuan.
d) Menyaring ekstrak hasil pemblenderan
e) Menyimpan hasil ekstrak dalam almari es selama 24 jam
2. Pemilihan biji untuk bibit
a) Memilih biji jagung dan kacang hijau yang berkualitas baik (besar, tidak rusak,
tenggelam dalam air)
b) Merendam biji kacang dan jagung dalam air selama 24 jam
3. Penanaman dan pengamatan perkecambahan biji
6
a) Menyiapkan cawan petri dan kertas saring sebagai media penanaman
b) Menabur benih yang terpilih pada cawan petri masing-masing satu benih
c) Menyiram sebanyak 10 cc masing-masing pengamatan dengan perlakukan yang telah
disiapkan sebelumnya
d) Melakukan penyiram setiap hari
e) Mengamati perkembangan masing-masing benih
f) Menghitung perkecambahan masing-masing perlakuan
4. Penanaman dan pengamatan pertumbuhan tanaman
1) Menumbuhkan beberapa biji dalam polibag
2) Menyeleksi tanaman dengan pertumbuhan yang baik sehingga tersisa 1 tanaman saja
pada masing-masing polybag
3) Mengukur tinggi tanaman sebagai data awal
4) Melakukan penyiraman dengan cairan allelopathy dan air secara bergiliran tiap hari
sebanyak 50 cc tiap polybag
5) Melakukan pengukuran tinggi setiap minggu selama 4 minggu
6) Melakukan pemanenan biomassa, kemudian mengukur panjang dan berat basah
tanaman
5. Analisa data
Praktikum ini merupakan percobaan laboratoris yang disusun dengan menggunakan
rancangan acak lengkap dengan 2 kali ulangan untuk tiap perlakuan (Setiadi et al.
1989) dengan model umum persamaan matematikanya adalah :
Yij
=
Dimana
Yij
µ
Ai
εij
µ + Ai + εij
:
:
:
:
:
Nilai pengamatan
Nilai rata-rata umum
Pengaruh perlakuan konsentrasi ekstrak
Galat percobaan
7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Perkecambahan
Pengaruh alelopati yang diambil dari ekstrak daun mindi dan akasia terhadap
perkecambahan biji kacang hijau dan jagung menunjukan pola yang tidak seragam.
Persentase perkecambahan kacang hijau umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan
jagung pada jenis dan tingkat ekstrak alelopati yang berbeda. Ada kecenderungan bahwa
pemberian ektrak pada berbegai tingkat konsentrasi tidak berdampak pada perkecambahan
kacang hijau dan jagung. Perlakuan konsentrasi berbeda terhadap perkecambahan kacang
hijau menunjukan pengaruh yang nyata hanya diperlihatkan pada perkecambahan kacang
hijau dan diikuti pula oleh pertumbuhannya seperti yang ditunjukan pada Tabel 1 dan
Tabel 2. Semua perlakuan konsentrasi akasia berbeda nyata dengan kontrol pada
perkecambahan dan pertumbuhan kacang hijau. Data pengamatan percobaan ini dapat
dilihat pada Lampiran 1 – 8, sedangkan perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 17 –
24 dan Lampiran 33 & 34.
Tabel 1. Pengaruh pemberian ekstrak daun mindi dan akasia terhadap perkecambahan biji
kacang hijau dan jagung
Jenis Ekstrak
Akasia
Perkecambahan (%)
Kacang hijau
Jagung
Kacang hijau
Jagung
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
1:00
100 ± 0a
28 ± 2,83a
97 ± 1,41a
25,83 ± 10,61a
1:07
63 ± 1,41b
14 ± 2,83a
100 ± 0a
6,67 ± 4,71a
1:14
71 ± 4,24b
10 ± 2,83a
96 ± 5,66a
11,67 ± 0a
1:21
68 ± 16,97b
10 ± 8,49a
100 ± 0a
18,33 ± 4,716a
KK (%)
11,62
31,61
2,97
34,61
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berarti tidak berbeda nyata
Konsentrasi
(v/w)
Mindi
8
Tabel 2.
Pengaruh pemberian ekstrak mindi dan akasia terhadap pertumbuhan (cm)
kecambah biji kacang hijau dan jagung
Jenis ekstrak
Mindi
Konsentrasi
(v/w)
Akasia
Pertumbuhan kecambah (cm)
Kacang hijau
Jagung
Kacang hijau
Jagung
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
1:00
16,59 ± 2,05a
0,73 ± 0,10a
15,09 ± 0,44a
1,18 ± 0,73a
1:07
2,38 + 0,37b
0,33 ± 0,24a
12,92 ± 0,93a
0,07 ± 0,05a
1:14
2,49 ± 0,75b
0,2 ± 0,17a
12,3 ± 3,65a
0,68 ± 0,26a
1:21
2,39 ± 0,78b
0,18 ± 0,17a
15,67 ± 0,75a
0,48 ± 0,12a
KK (%)
19,68
49,14
13,81
42,97
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berarti tidak berbeda nyata
100
100
80
60
60
40
35
100
100
100
85
75
85
75
85
80
60
60
60
100
90
85
75
M0H1
M1H1
M2H1
M3H1
20
0
perkecambahan (%)
perkecambahan (%)
120
0
1
2
3
4
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
40
35
M3H2
10
5
100
100
A0H1
85
80
80
2. Pertumbuhan Tanaman
A1H1
60
A3H1
40
A3H1
20
0
1
2
3
4
hari pengamatan
Keterangan
: M0
M1
M2
M3
A0
A1
A2
A3
H1
H2
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
5
p erkecam b an (% )
perkecambahan (%)
100
100
15
10
15
5
5
3
15
4
M3H2
5
hari pengamatan
120
100
5
2
hari pengamatan
100
M1H2
25
1
5
M0H2
30
30
60
50
40
30
20
10
0
55
45
15
10
5
0
1
15
10
5
0
2
3
45
A1H2
30
25
20
20
10
5
10
5
4
A0H2
45
25
20
A2H2
A3H2
10
5
5
6
hari pengamatan
Ektrak daun mindi dengan perbandingan dengan air (v/w) = 1 : 0 (kontrol)
Ektrak daun mindi dengan perbandingan dengan air (v/w) = 1 : 7
Ektrak daun mindi dengan perbandingan dengan air (v/w) = 1 : 14
Ektrak daun mindi dengan perbandingan dengan air (v/w) = 1 : 21
Ektrak daun akasia dengan perbandingan dengan air (v/w) = 1 : 0 (kontrol)
Ektrak daun akasia dengan perbandingan dengan air (v/w) = 1 : 7
Ektrak daun akasia dengan perbandingan dengan air (v/w) = 1 : 14
Ektrak daun akasia dengan perbandingan dengan air (v/w) = 1 : 21
Kacang hijau
Jagung
Gambar 2. Grafik perkecambahan (%) tanaman kacang hijau dan jagung yang diberi
perlakuan ekstrak daun mindi dan akasia pada berbagai perbandingan (v/w)
9
20
3
pertumbuhan (cm)
16
15,7
15,15
15
M0H1
M1H1
10
M2H1
6,5
6,2
6
5
0
1
2
2,35
1,75
1,55
1,95
1,75
1,3
1,75
1,65
1,3
1,25
1
0
3
M3H1
pertumbuhan (cm)
18,1
18
2,55
2,5
M0H2
2
M1H2
1,5
M2H2
1
0,85
0,5
0
4
5
0,3
0,1
0,1
1
2
hari pengam atan
15,15
13,8
16,9
16,7
17,35
16,85
14,6
14,9
16,5
15,2
A0H1
13,05
12
11,6
17,95
17,8
A1H1
10,45
9,4
8,35
8,25
10
A2H1
A3H1
5
0
1
2
3
4
hari pengam atan
5
p ertu m b u h an (cm )
pertumbuhan (cm)
16,4
4
5
hari pengam atan
20
15
3
0,45
0,3
0,4
0,3
0,25
0,3
0,15
0,1
M3H2
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
A0H2
2,75
A1H2
A2H2
1,85
1,5
1,25
1
0,5
0,4
0,05
0,25
00,1
0,25
0,1
0
2
3
4
0,85
0,65
0,7
0,05
0,05
hari pengamatan
5
A3H2
1,25
0,85
0,25
6
Gambar 3. Grafik pertumbuhan (cm) tanaman kacang hijau dan jagung yang diberi
perlakuan ekstrak daun mindi dan akasia pada berbagai perbandingan (v/w)
Perkecambahan tanaman kacang hijau dan pertumbuhan kecambah kacng hijau
lebih tinggi daripada jagung. Kecambah kacang hijau cenderung lebih cepat berkecambah
dan tumbuh dengan pesat, namun umumnya setelah 5 hari perkecambahan masing-masing
biji pada masing-masing perlakuaan akan mengalami kematian dengan ditandai warna
yang lebih gelap pada radiclenya. Perkecambahan jagung belum mencapai 100% namun
menunjukan kematian pada perlakuaan ini seperti yang disajikan pada Gambar 2 dan
Gambar 3.
2. Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan tanaman kacang hijau dan jagung yang diberi ekstrak daun mindi dan
akasia menunujkan respon yang berbeda-beda, namun pada umumnya pemberian ekstrak
mindi atau akasia pada 3 tingkat konsentrasi tidak memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman. Pemberian ekstrak yang berpengaruh hanya pada perlakuan mindi
terhadap pertumbuhan kacang hijau, tanaman jagung yang diberi perlakuaan ekstrak daun
akasia seperti yang disajikan pada Tabel 3. Data pengamatan dan analisis datanya terlampir
pada Lampiran 9 – 12, Lampiran 25 – 28, Lampiran 35 – 36.
10
Tabel 3. Pengaruh pemberian ekstrak daun mindi dan akasia pada 3 tingkat perbandingan
(v/w) yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau dan jagung
Jenis Ekstrak
Mindi
Konsentrasi
(v/w)
Akasia
Pertumbuhan/tinggi (cm)
Kacang hijau
Jagung
Kacang hijau
Jagung
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
1:00
32,8 ± 1,56a
30,3 ± 2,69a
35,6 ± 0,99a
38,35 ± 1,34a
1:07
29,0 ± 1,56b
34,0 ± 3,96a
37,75 ± 1,77a
37,6 ± 0,71a
1:14
33,7 ± 0,42a
37,9 ± 0,28a
30,4 ± 1,13a
30,4 ± 1,13b
1:21
33,1 ± 0,28a
39,5 ± 0,57a
39,8 ± 1,27a
39,8 ± 1,27a
KK (%)
3,51
6,81
3,72
3,12
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berarti tidak berbeda nyata
Pertumbuhan tanaman kacang hijau dan jagung menunjukan pola yang sama
hampir sama, yaitu makin meningkat setiap minggunya. Kecenderungan umum pola
pertumbuhan tanaman tumbuh pesat pada minggu pertama, setelah itu melambat. Pola
pertumbuhan tanaman kacang hijau dan jagung yang diberi perlakuaan ekstrak daun mindi
dan jagung disarikan pada Gambar 4.
56
51
50
47,5
45
40
40
30
32
29,5
28,25
30,5
29,75
28,5
26,75
20
39
36,25
34,5
35
M1H1
M2H1
M3H1
15,5
14,5
13,5
13
10
M0H1
pertumbuhan (cm)
pertumbuhan (cm)
60
0
1
2
3
4
80
70
60
50
40
30
20
10
0
5
68,5
65
25,5
24,25
24
1
20
A0H1
34,5
34
33,25
30,75
29,75
30
55,5
52
50,5
50
51
48,5
45,5
42,75
A1H1
A2H1
A3H1
15,75
15,5
14
10
0
1
2
3
4
m inggu pengam atan
5
pertumbuhan (cm)
pertumbuhan (cm)
40
M0H2
41,5
42,75
M1H2
37
M2H2
M3H2
2
3
4
5
m inggu pengam atan
60
47,75
43,5
40,5
57,5
13,25
13
12,5
7
m inggu pengam atan
50
38
34
33,75
27
60
80
70
60
50
40
30
20
10
0
67,5
66
60
59,5
58,5
51,5
A0H2
A1H2
44,5
37,5
34,5
33,75
33,5
33
A2H2
27,5
26,5
25,25
24,75
A3H2
13
12,5
11,25
10,25
1
2
3
4
5
m inggu pengam atan
Gambar 4. Grafik pertumbuhan tanaman kacang hijau dan jagung pada berbagai perlakuan
ekstrak daun mindi dan akasia selama 5 minggu pengamatan
11
Tabel 4. Pengaruh pemberian ekstrak daun mindi dan akasia pada 3 tingkat perbandingan
(v/w) yang berbeda terhadap biomassa (gram) tanaman kacang hijau dan jagung
Jenis Ekstrak
Mindi
Konsentrasi
(v/w)
Akasia
Biomassa (gram)
Kacang hijau
Jagung
Kacang hijau
Jagung
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
1:00
7,48 ± 1,54a
11,10 ± 2,23a
7,48 ± 1,54b
11,1 ± 2,23a
1:07
3,89 ± 0,30a
8,46 ± 2,33a
7,95 ± 0,78b
8,95 ± 0,07a
1:14
6,44 ± 1,80a
13,58 ± 1,59a
6,36 ± 0,48b
7,11 ± 0,62a
1:21
9,33 ± 2,97a
13,37 ± 2,17a
10,58 ± 0,80a
8,35 ± 0,12a
KK (%)
28,23
18,07
12,11
13,05
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berarti tidak berbeda nyata
Pemanenan tanaman kacang hijau dan jagung yang diberi berbagai perlakuan
ekstrak daun mindi dan akasia menghasilkan biomassa yang berbeda-beda. Perlakuan
kontrol tidak selalu menunjukan biomassa yang terbesar, kecuali untuk tanaman jagung
yang diberi ekstrak daun akasia. Pemberian ekstrak daun mindi ataupun akasia tidak
mempengaruhi biomassa tanaman jagung ataupun kacang hijau. Respon perlakuan pada
biomassa tanaman hanya diperlihatkan oleh tanaman kacang hijau yang diberi ekstrak daun
akasia pada konsentrasi 1 : 21, selebihnya tidak merespon. Rekapitulasi data pengamatan
ditunjukan pada Tabel 4.
Biomassa tertinggi dihasilkan oleh kelompok perlakuan tanaman jagung yangdiberi
perlakuan ekstrak daun mindi, sedangkan angterkecil pada kelompok tanaman kacang
hijau yang diberi perlakuan ekstrak daun mindi, seperti pada Gambar 5.
16
13,58
13,37
biomassa (gram)
14
11,1
12
9,33
10
8
6
10,58
11,1
8,95
8,46
7,95
7,48
6,36
7,48
6,43
8,35
7,11
1:00
1:07
1:14
1:21
3,89
4
2
0
Kacanghijaumindi
jagung-mindi
kacang hijauakasia
jagung-akasia
perlakuan
Gambar 5. Diagram ukuran biomassa tanaman kacang hijau dan jagung yang diberi tiga
tingkat konsentrasi dari ekstrak daun mindi dan akasia
12
B. Pembahasan
1. Perkecambahan
Pada percobaan ini perkecambahan tanaman kacang hijau ternyata respon
perkecambahannya dipengaruhi oleh konsentrasi ekstrak mindi. Hal ini sejalan dengan
beberapa penelitian tentang efek negatif dari senyawa alelopati dari beberapa tanaman
dalam penghambatan proses perkecambahan seperti Barley (Hordeum vulgare) (Overland,
1966 yang dikutip oleh Krebs, 2002); Piper dan Cecropia pada Heliocarpus donnellsmithii (Anaya Lang, 1976 dalam Longman & Jenik, 1992); Leucaena leucocephala
(Ferguson & Rathinasabapathi, 2003). Centaurea moculosa (Broz & Vivanco. 2006).
Senyawa alelopati yang dihasil suatu tanaman untuk melakukan pertahanan diri
pada umumnya bersifat menghambat pertumbuhan perkecambahan dan pertumbuhan
tanaman di sekelilingnya. Mekanisme penghambatan bersifat spesifik tidak ada pola
umum, namun pada umumnya senyawa-senyawa ini memiliki daya hambat terhadap
pembelahan sel, perkecambahan benih, pengambilan unsur hara, proses fotosintesis dan
fungsi enzimatik lainnya (Ferguson & Rathinasabapathi, 2003).
Tapi, pada percobaan ini hampir semua perlakuan tingkatan konsentrasi tidak
memberikan pengaruh terhadap perkecambahan tanaman jagung dan kacang hijau, baik
yang diberi dengan ekstrak mindi maupun akasia. Senyawa-senyawa alelopati bersifat
selektif dan daya racunnya tidak selalu efektif pada tanaman lain (Longman & Jenik,
1992). Beberapa penelitian juga membuktikan hal ini (Conway et al. 2001; Dietz et al,
1996; Keay et al, 2000 yang dikutip oleh Hierro & Callaway 2003).
Pengaruh netral dari alelopati akasia dan mindi terhadap perkecambahan tanaman
jagung dan mindi disebabkan oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik senyawa tersebut.
Novizan (2002) menyatakan bahwa senyawa-senyawa dari metabolisme sekunder tanaman
mudah terdegradasi oleh pengaruh cahaya matahari, kelembaban, udara dan komponen
alam lainnya. Daya toksisitas senyawa-senyawa metabolisme sekunder umumnya relatif
rendah. Metode ekstraksi senyawa juga berpengaruh, umumnya ekstraksi dengan air
menghasilkan senyawa yang lebih beragam sifatnya. Jadi pengaruhnya belum tentu negatif.
Faktor internal meliputi daya racun persenyawaan tersebut. Akasia pada kondisi
alamiah menghambat penyebaran tanaman lain karena sifat dari daun tersebut yang sukar
terdekomposisi. Daun akasia merupakan perkembangan batang atau daun semua
(filopodia). Sedangkan senyawa yang dihasilkan oleh mindi, seperti meliantriol, salanin,
nimbin dan nimbidin bersifat kurang toksik dibandingkan dengan azadirachtin (C35H44O16)
13
yang terdapat pada mimba ( Azadirachta indica). Walaupun kedua tanaman ini secara
umum memiliki kandungan senyawa aktif yang sama, namun kandungannya tidak
sebanyak pada mimba (Sudarmadji, 1991 yang dikutip oleh Sonyaratri, 2006)
Diduga kematian pada benih tanaman kacang hijau dan jagung pada percobaan ini
disebabkan oleh faktor ketersediaan air yang tidak memadai. Perkecambahan tanaman
merupakan proses yang tidak bisa terhenti dan memerlukan kelembaban yang tinggi dan
kontinnyu. Jika proses ini terhenti karena pasokan airnya terhambat maka perkecambahan
akan berhenti dan benih akan mati. Hal ini bisa dilihat pada percobaan ini, dimana benih
menjadi kering dan radik (Radicle) menjadi kering dan hitam.
Perkecambahan kacang hijau yang lebih tinggi dibandingkan dengan jagung
dipengaruhi oleh karakteristik biji tersebut. Biji kacang hijau memiliki ukuran biji lebih
kecil dan kulit biji yang lebih tipis sehingga kecepatan perkecambahannya lebih tinggi
karena proses imbibisi lebih cepat.
2. Pertumbuhan Tanaman
Efek alelopati suatu tanaman pada kondisi sesungguhnya sangat berbeda dengan
kondisi yang terkontrol. Muller-Dombois & Ellenberg (1976) menyatakan bahwa efek
toksik dari senyawa alelopati kadang kala hilang ketika dipaparkan dalam kondisi
alamiahnya. Hal ini dikarenakan konsentrasi persenyawaan tersebut tidak cukup memadai
kesediaanya. Senyawa-senyawa menurut Hierro & Callaway (2003); Krebs, (2002);
Muller-Dombois &Ellenberg (1976); alelopati bersifat nonpersisten, sehingga pada mula
cukup toksisi namun berangsur-angsur berkurang bahkan hilang karena senyawa-senyawa
ini mudah tercuci oleh air, terserap oleh humus tanah, dirombak oleh bakteri atau mikroba
tanah (rhizophere).
Faktor berpengaruh terhadap persistensi dan ekspresi senyawa alelopati sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu udara dan tanah, kelembaban tanah,
tekstur tanah, kemasaman tanah, kandungan karbon organik, kandungan hara dan cahaya
(Junaedi et al. 2006). Tanggapan terhadap senyawa alelopati tergantung pada jenis
tanaman terget dan sumber alelopati (genetik).
Pada percobaan ini semua tanaman tidak terpengaruh oleh pemberian ekstrak pada
tiga perbandingan baik yang berasal dari mindi maupun akasia. Pengaruh nyata pada
pemberian ekstrak mindi pada perbandingan 1 : 7 terhadap pertumbuhan tanaman kacang
hijau dikarenakan efek alelopati tidak selama bersifat negatif. Kaerna senyawa alalopati
(kecuali tanin) sering mengalami perombakan secara mikrobiologis dan sering bersifat
14
menstimulus pertumbuhan tanaman (Lamber et al. 1998; Strurz & Christie. 2003 yang
dikutip oleh Junaedi et al. 2006). Jadi pada konsentrasi yang tertentu malah meningkatkan
pertumbuhan tanaman yang direpresentasikan lewat ketinggian tanaman. Seperti yang
ditunjukan oleh tanaman kacang walaupun responnya tidak seragam.
Tanggapan respon yang cukup heterogen dari tanaman kacang hijau dan jagung
terhadap pemberian ektrak akasia dan mindi dalam berbagai konsentrasi. Pertumbuhan
tanaman adalah proses yang komplek melibatkan faktor lingkungan dan sekaligus faktor
biotik. Hierro & Callaway (2003) menyatakan bahwa pengaruh senyawa-senyawa alelopati
dalam kondisi natural bersifat sangat kompleks. Keberadaannya dipengaruhi olek
kepadatan populasi, distribusi dan kepadata akar, karakteristik tanah, mikroklimat dan
aktivitas mikroorganisme.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Respon tanaman (jagung dan kacang hijau) terhadap pemberian ekstrak alelopati mindi
dan akasia berbeda-beda tergantung pada jenis alelopatinya dan faktor lingkungan
2. Ekstrak mindi relatif lebih berpengaruh dibandingkan dengan alelopati akasia
3. Perkecambahan kacang hijau lebih tinggi dibandingkan dengan jagung
B. Saran
1. Penyiraman kecambah pada pengujian metode pot harus lebih banyak lagi dan
kelembaba lingkungan harus dijaga lebih rendah
2. Media perkecambahan diganti dengan kapas yang lebih banyak menyimpan air
3. Metode ekstrak senyawa alelopati perlu diganti dengan ekstraksi dengan pelarut
khusus
4. Kondisi media tanam pada pengujian pot harus dijaga kelembabannya sehingga tidak
banyak senyawa alelopati yang terbuang.
5. Perlu dilakukan pengamatan interaksi antara jenis ekstrak (alelopati) dan tanaman
target.
15
DAFTAR PUSTAKA
Begon, M., J. L. Harper & C. R. Townsend. 1990. Ecology Individuals, Populations and
Communities. 2nd edition. Blackwell Scientific Publication.
Broz, A. K. & J. M. Vivanco. 2006. Secondary Metabolities and Allelopathy in Plant
Invasions
:
Case
Study
of
Centaurea
maculosa.
http://4e.plantphys.net/chapter.php?ch=13. diakses 28 November. 2006
Ferguson, J. J. & B. Rathinasabapathi. 2003. Allelopathy : How Plant Suppress other
Plants. http://edis.ifas.ufl.edu/pdf files/HS/HS186000.pdf. diakses 28 November.
2006
Hierro, J. L. & R. M. Callaway. 2003. Allelopathy and Exotic Plant Invasion. Plant and
Soil Vol. 256 : 29 - 39
Junaedi, A, M. A. Chozin & K. W. Kim. 2006. Perkembangan Terkini Kajian Alelopati.
Hayati Vol. 13 (2) : 79 – 84
Krebs, C. J. 2002. Ecology The Experiment Analysis of Distribution and Abundance. 5th
edition. Benjamin Cummings, San Fransisco
Lambers, H, F. S. Chapin & T. L. Pons. 1998. Plant Physiological Ecology. SpringerVerlag, Berlin
Longman, K. A. & J. Jenik. 1992. Tropical Forest and Its Enviroment. 2nd edition.
Longman Scientific & Technical, New York
Molles, M. C. 2002. Ecology Concepts and Applications. 2nd edition. Mc Graw Hill
Company, Boston
Muller-Dombois, D & H. Ellenberg. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology. John
Wiley and Sons, New York
Novizan. 2002. membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. AgroMedia
Pustaka, Jakarta
Pomeroy, D. & M. W. Service. 1992. Tropical Ecology. 2nd edition. Longman Scientific
and Technical, Harlow-Essex
Setiadi, D. I. Muhadiono & A. Yusron. 1989. Penuntun Praktikum Ekologi. Depdikbud,
Dirjen Dikti & PAU Ilmu Hayat IPB, Bogor
Soerianegara, I. & A. Indrawan. 1980. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen MH Fahutan
IPB, Bogor
Sonyaratri, D. 2006. Kajian Daya Insektisida Ekstrak daun Mimba (Azadirachta indica A.
Juss) dan Ekstrak daun Mindi (Melia azedarach L.) terhadap Perkembangan
Serangga Hama Gudang Sitophilus zeamais Motsch. Skripsi Fakultas teknologi
Pertanian IPB, Bogor. Tidak dipublikasikan
Vogt, K. A., J. C. Gordon, J. P. Wargo, D. J. Vogt, H. Asbjornsen, P. A. Palmiotto, H. J.
Clark, J. L. O’Hara, W. S. Keeton, T. Patel-Weynand & E. Witten. 1997.
Ecosystems Balancing Science with Management. Springer-Verlag Inc., New York
16
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data hasil pengamatan perkecambahan (%) kacang hijau yang diberi
perlakuaan ekstrak daun mindi dalam berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
Ulangan
M0H1
1
2
rerata
1
2
M1H1
rerata
1
2
M2H1
rerata
1
2
M3H1
rerata
1
100
100
100
60
60
60
70
0
35
0
0
0
Hari (%)
2
3
100 100
100 100
100 100
60
60
60
60
60
60
70
70
80
80
75
75
70
70
100 100
85
85
4
100
100
100
60
60
60
70
90
80
70
100
85
5
100
100
100
80
70
75
90
90
90
70
100
85
jumlah
rerata
500
500
500
320
310
315
370
340
355
280
400
340
100
100
100
64
62
63
74
68
71
56
80
68
Sd
0
1,414214
4,242641
16,97056
Lampiran 2. Data hasil pengamatan perkecambahan (%) jagung yang diberi perlakuan
ekstrak daun mindi dalam berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
Ulangan
M0H2
1
2
rerata
M1H2
1
2
rerata
M2H2
1
2
rerata
M3H2
rerata
1
2
1
20
0
10
0
10
5
10
0
5
10
0
5
2
20
30
25
0
10
5
10
0
5
10
0
5
Hari (%)
3
20
40
30
10
20
15
10
0
5
20
0
10
4
30
40
35
10
20
15
10
0
5
20
10
15
5
40
40
40
40
20
30
20
40
30
20
10
15
Jumlah
Rerata
130
150
140
60
80
70
60
40
50
80
20
50
26
30
28
12
16
14
12
8
10
16
4
10
SD
2,828427
2,828427
2,828427
8,485281
17
Lampiran 3. Data hasil pengamatan perkecambahan (%) kacang hijau yang diberi
perlakuan ekstrak daun akasia pada berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
Ulangan
A0H1
1
2
rerata
1
2
A1H1
rerata
1
2
A2H1
rerata
1
2
A3H1
rerata
1
90
80
85
100
100
100
100
60
80
100
100
100
Hari (%)
2
3
4
100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100
5
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Jumlah
Rerata
490
480
485
500
500
500
500
460
480
500
500
500
98
96
97
100
100
100
100
92
96
100
100
100
Sd
1,414214
0
5,656854
0
Lampiran 4. Data hasil pengamatan perkecambahan (%) jagung yang diberi perlakuan
ekstrak daun akasia pada berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuam
Ulangan
A0H2
Jumlah
Rerata
70
110
18,33333
40
40
200
33,33333
20
30
55
155
25,83333
10
10
10
30
60
10
0
0
0
0
20
20
3,333333
0
0
5
5
5
25
40
6,666667
1
10
10
10
10
10
20
70
11,66667
2
10
10
10
10
10
20
70
11,66667
10
10
10
10
10
20
70
11,66667
1
0
0
30
40
40
40
150
25
2
10
10
20
50
50
50
190
31,66667
5
5
25
45
45
45
170
28,33333
1
2
3
4
5
6
1
0
0
10
10
20
2
30
30
30
30
15
15
20
1
0
0
2
0
rerata
A1H2
rerata
A2H2
rerata
A3H2
rerata
Hari
Sd
10,6066
4,714045
0
4,714045
18
Lampiran 5. Data hasil pengamatan pertumbuhan (cm) kecambah kacang hijau yang diberi
perlakuan ekstrak daunmindi pada berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
Ulangan
M0H1
1
2
rerata
1
2
M1H1
rerata
1
2
M2H1
rerata
1
2
M3H1
rerata
1
13,5
16,8
15,15
1,4
1,1
1,25
2
0
1
0
0
0
Hari (cm)
2
3
4
13,5 13,5 17,5
17,9 18,5 18,5
15,7 16
18
1,5
1,5
1,7
1,1
1,1
1,4
1,3
1,3 1,55
2,1
2,1
2,1
1,4
1,4
1,4
1,75 1,75 1,75
1,3
1,3
1,7
2
2,6
3
1,65 1,95 2,35
5
17,7
18,5
18,1
4,5
8,5
6,5
6,8
5,6
6,2
4,9
7,1
6
Jumlah
Rerata
75,7
90,2
82,95
10,6
13,2
11,9
15,1
9,8
12,45
9,2
14,7
11,95
15,14
18,04
16,59
2,12
2,64
2,38
3,02
1,96
2,49
1,84
2,94
2,39
SD
2,05061
0,367696
0,749533
0,777817
Lampiran 6. Data hasil pengamatan pertumbuhan (cm) kecambah jagung yang diberi
perlakuan ekstrak daun mindi pada berbagai konsentrai (v/w)
Perlakuan
Ulangan
M0H2
1
2
rerata
M1H2
1
2
rerata
M2H2
1
2
rerata
M3H2
rerata
1
2
1
0,2
0
0,1
0
0,2
0,1
0,2
0
0,1
0,2
0
0,1
2
0,2
0,4
0,3
0
0,2
0,1
0,2
0
0,1
0,2
0
0,1
Hari (cm)
3
0,2
0,4
0,3
0,2
0,4
0,3
0,2
0
0,1
0,3
0
0,15
4
0,4
0,4
0,4
0,2
0,4
0,3
0,5
0
0,25
0,4
0,1
0,25
5
3
2,1
2,55
0,4
1,3
0,85
0,5
0,4
0,45
0,4
0,2
0,3
Jumlah
Rerata
4
3,3
3,65
0,8
2,5
1,65
1,6
0,4
1
1,5
0,3
0,9
0,8
0,66
0,73
0,16
0,5
0,33
0,32
0,08
0,2
0,3
0,06
0,18
SD
0,098995
0,240416
0,169706
0,169706
19
Lampiran 7. Data hasil pengamatan pertumbuhan (cm) kecambah kacang hijau yang diberi
perlakuaan ekstrak daun akasia pada berbagai konentasi (v/w)
Perlakuan
Ulangan
A0H1
1
2
rerata
1
2
A1H1
rerata
1
2
A2H1
rerata
1
2
A3H1
rerata
1
12,1
4,4
8,25
10,1
9,4
9,75
9,7
7
8,35
10,4
10,5
10,45
2
13,5
16,8
15,15
12,3
13,8
13,05
15,2
8
11,6
15,8
17
16,4
Hari (cm)
3
4
16,6
17,1
17,2
17,6
16,9 17,35
12,4
12,8
14,6
14,9
13,5 13,85
15,8
16,8
8,2
9,3
12
13,05
16,1
16,3
17,3
17,4
16,7 16,85
5
17,7
17,9
17,8
13,7
15,2
14,45
16,9
16,1
16,5
17,1
18,8
17,95
Jumlah
Rerata
77
73,9
75,45
61,3
67,9
64,6
74,4
48,6
61,5
75,7
81
78,35
15,4
14,78
15,09
12,26
13,58
12,92
14,88
9,72
12,3
15,14
16,2
15,67
SD
0,438406
0,933381
3,648671
0,749533
Lampiran 8. Data hasil pengamatan pertumbuhan (cm) kecambah jagung yang diberi
perlakuaan ekstrak daun akasia pada berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
Ulangan
A0H2
1
2
rerata
A1H2
1
2
rerata
A2H2
1
2
rerata
A3H2
rerata
1
2
1
0
0,5
0,25
0
0
0
0,1
0,1
0,1
0
0,2
0,1
2
0
0,5
0,25
0
0
0
0,3
0,2
0,25
0
0,2
0,1
Hari (cm)
3
4
0,2
0,8
0,8
2,2
0,5
1,5
0,1
0,1
0
0
0,05 0,05
0,3
0,3
0,5
1,4
0,4 0,85
0,4
0,6
0,6
0,7
0,5 0,65
5
0,8
2,9
1,85
0,1
0
0,05
1
1,5
1,25
0,6
0,8
0,7
6
2,2
3,3
2,75
0,3
0,2
0,25
1
1,5
1,25
0,8
0,9
0,85
Jumlah
Rerata
4
10,2
7,1
0,6
0,2
0,4
3
5,2
4,1
2,4
3,4
2,9
0,666667
1,7
1,183333
0,1
0,033333
0,066667
0,5
0,866667
0,683333
0,4
0,566667
0,483333
Sd
0,730677
0,04714
0,259272
0,117851
20
Lampiran 9. Data hasil pengamatan tinggi tinggi (cm) tanaman kacang hijau yang diberi
perlakuan ekstrak daun mindi pada berrbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
Ulangan
M0H1
1
2
rerata
1
2
M1H1
Rerata
1
2
M2H1
rerata
1
2
M3H1
rerata
1
14,5
16,5
15,5
14
13
13,5
12,5
13,5
13
14,5
14,5
14,5
Minggu (cm)
2
3
4
31
36
38
28,5
34
34,5
29,75
35
36,25
28
28,5
34
29
30,5
35
28,5
29,5
34,5
31
33,5
42
30
30,5
40
30,5
32
41
28,5
28,5
45
25
28
45
26,75 28,25
45
5
50
45
47,5
35
43
39
48
56
52
50
52
51
Jumlah
Rerata
169,5
158,5
164
139,5
150,5
145
167
170
168,5
166,5
164,5
165,5
33,9
31,7
32,8
27,9
30,1
29
33,4
34
33,7
33,3
32,9
33,1
Sd
1,555635
1,555635
0,424264
0,282843
Lampiran 10. Data hasil pengamatan pengamatan tinggi (cm) tanaman jagung yang diberi
perlakuan ekstrak daun mindi pada berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
Ulangan
M0H2
1
2
rerata
M1H2
1
2
Rerata
M2H2
1
2
rerata
M3H2
rerata
1
2
1
10,5
14,5
12,5
15
11
13
13,5
13
13,25
7
7
7
Minggu (cm)
2
3
4
22,5
33
36
28,5
34,5
38
25,5 33,75
37
24
35
45
24
33
38
24
34
41,5
24,5
27
60
24
27
60
24,25
27
60
25,5
38
60
22,5
38
60
24
38
60
5
40
45,5
42,75
65
50
57,5
65,5
64,5
65
69
68
68,5
Jumlah
Rerata
142
161
151,5
184
156
170
190,5
188,5
189,5
199,5
195,5
197,5
28,4
32,2
30,3
36,8
31,2
34
38,1
37,7
37,9
39,9
39,1
39,5
SD
2,687006
3,959798
0,282843
0,565685
21
Lampiran 11. Data hasil pengamatan tinggi (cm) tanaman kacang hijau yang diberi
perlakuaan ekstrak daun akasia pada berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
Ulangan
A0H1
1
2
rerata
1
2
A1H1
Rerata
1
2
A2H1
rerata
1
2
A3H1
rerata
1
14,5
16,5
15,5
15,5
15,5
15,5
14,5
13,5
14
17
14,5
15,75
Minggu (cm)
2
3
4
31
34
40
28,5
35
45,5
29,75 34,5 42,75
31,5
38,5
47
30
48,5
50
30,75 43,5
48,5
33,5
49,5
54
33
46
48
33,25 47,75
51
34
40
45,5
34
41
45,5
34
40,5
45,5
5
55
56
55,5
50
51
50,5
54
50
52
50
50
50
Jumlah
Rerata
174,5
181,5
178
182,5
195
188,75
205,5
190,5
198
186,5
185
185,75
34,9
36,3
35,6
36,5
39
37,75
41,1
38,1
39,6
37,3
37
37,15
SD
0,989949
1,767767
2,12132
0,212132
Lampiran 12. Data hasil pengamatan tinggi (cm) tanaman jagung yang diberi perlakuaan
ekstrak daun akasia pada berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
Ulangan
A0H2
1
2
rerata
1
2
A1H2
Rerata
1
2
A2H2
rerata
1
2
A3H2
rerata
1
10,5
14,5
12,5
15,5
7
11,25
12
8,5
10,25
13
13
13
Minggu (cm)
2
3
4
24,5
33
52
28,5
34,5
51
26,5 33,75 51,5
25
33
57
24,5
34
60
24,75 33,5
58,5
26
35
35
24,5
34
40
25,25 34,5
37,5
28
33
59,5
27
33
59,5
27,5
33
59,5
5
67
68
67,5
60
60
60
40
49
44,5
70
62
66
Jumlah
Rata-rata
187
196,5
191,75
190,5
185,5
188
148
156
152
203,5
194,5
199
37,4
39,3
38,35
38,1
37,1
37,6
29,6
31,2
30,4
40,7
38,9
39,8
SD
1,343503
0,707107
1,131371
1,272792
Lampiran 13. Data hasil pengukuran biomassa basah (gram) tanaman kacang hijau yang
diberikan perlakuan ekstrak daun mindi pada berbagai konsentasi (v/w)
Perlakuan
M0H1
Ulangan
1
2
M1H1
1
2
M2H1
1
2
M3H1
1
2
Biomassa (gr)
8,57
6,395
Rerata
4,105
3,68
Rerata
5,16
7,71
Rerata
11,43
7,23
Rerata
Jumlah
Rerata
SD
14,965
7,4825
1,537957
7,785
3,8925
0,30052
12,87
6,435
1,803122
18,66
9,33
2,969848
22
Lampiran 14. Data hasil pengukuran biomassa (gr) tanaman jagung yang diberi perlakuaan
ekstrak daun mindi pada berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
M0H2
Ulangan
1
2
M1H2
1
2
M2H2
1
2
M3H2
1
2
Biomassa
12,68
9,529
rerata
10,11
6,812
rerata
12,45
14,7
rerata
14,9
11,83
rerata
Jumlah
Rerata
SD
22,209
11,1045
2,228093
16,922
8,461
2,332038
27,15
13,575
1,59099
26,73
13,365
2,170818
Lampiran 15. Data hasil pengukuran biomassa (gr) tanaman kacang hijau yang diberi
perlakuaan ekstrak daun akasia pada berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
A0H1
Ulangan
1
2
A1H1
1
2
A2H1
1
2
A3H1
1
2
Biomassa
8,57
6,395
rerata
7,4
8,5
rerata
6,7
6,02
rerata
11,14
10,01
rerata
Jumlah
Rerata
SD
14,965
7,4825
1,537957
15,9
7,95
0,777817
12,72
6,36
0,480833
21,15
10,575
0,799031
Lampiran 16. Data hasil pengukuran biomassa (gr) tanamanjagung yang diberi perlakuaan
ekstrak daun akasia pada berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
A0H2
Ulangan
1
2
A1H2
1
2
A2H2
1
2
A3H2
1
2
Biomassa
12,68
9,529
rerata
9
8,9
rerata
6,67
7,55
rerata
8,267
8,44
rerata
Jumlah
Rerata
SD
22,209
11,1045
2,228093
17,9
8,95
0,070711
14,22
7,11
0,622254
16,707
8,3535
0,122329
23
Lampiran 17. Anova perkecambahan kacang hijau yang diberi perlakuan ekstrak daun
mindi pada berbagai konsentrasi
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Galat
Total
kk(%)
db
3
4
7
11,62247
jk
1666
308
1974
kt
f.hitung
f. tabel (5%)
555,3333
77
7,212121*
6,59
Lampiran 18. Anova perkecambahan jagung yang diberi perlakuan ektraks daun mindi
pada berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
3
4
7
31,60632
jk
438
96
534
kt
f.hitung
146
24
f. tabel (5%)
6,083333ns
6,59
Lampiran 19. Anova perkecambahan kacang hijau yang diberi perlakuan ekstrak daun
kacang hijau pada berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
3
4
7
2,967406
jk
25,5
34
59,5
kt
f.hitung
8,5
8,5
1
f. tabel (5%)
ns
6,59
Lampiran 20. Anova perkecambahan jagung yang diberi perlakuan ekstrak daun akasia
pada berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
3
4
7
34,60775
jk
672,9837
157,1895
830,1732
kt
224,3279
39,29736
f.hitung
5,708472
f. tabel (5%)
ns
6,59
Lampiran 21. Anova pertumbuhan kecambah kacang hijau yang diberi perlakuan ekstrak
daun mindi pada berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
jk
kt
f.hitung
3
4
7
19,67882
301,1982
5,507
306,7052
100,3994
1,37675
72,92492**
f. tabel (5%)
6,59
24
Lampiran 22. Anova pertumbuhan kecambah jagung yang diberi perlakuan ekstrak daun
mindi pada berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
3
4
7
49,14391
jk
0,3916
0,1252
0,5168
kt
f.hitung
f. tabel (5%)
0,130533
0,0313
4,170394ns
6,59
Lampiran 23. Anova pertumbuhan kecambah kacang hijau yang diberi perlakuan ekstrak
daun akasia pada berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
jk
kt
f.hitung
3
4
7
13,8084
16,0666
14,938
31,0046
5,355533
3,7345
1,43407ns
f. tabel (5%)
6,59
Lampiran 24. Anova pertumbuhan kecambah jagung yang diberi perlakuan ekstrak daun
akasia pada berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
3
4
7
42,97334
jk
0,7958
0,2154
1,0112
kt
0,265267
0,05385
f.hitung
4,926029
f. tabel (5%)
ns
6,59
Lampiran 25. Anova tinggi tanaman kacang hijau yang diberi perlakuan ekstrak daun
mindi pada berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
3
4
7
3,512159
jk
kt
27,3
5,1
32,4
9,1
1,275
f.hitung
f. tabel (5%)
7,137255*
6,59
Lampiran 26. Anova tinggi tanaman jagung yang diberi perlakuan ekstrak daun mindi pada
berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
3
4
7
6,812996
jk
102,055
23,3
125,355
kt
34,01833
5,825
f.hitung
5,840057
f. tabel (5%)
ns
6,59
25
Lampiran 27. Anova tinggi tanaman kacang hijau yang diberi perlakuan ekstrak daun
akasia pada berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
jk
kt
f.hitung
f. tabel (5%)
3
4
7
3,71641
17,68375
7,795
25,47875
5,894583
1,94875
3,024802ns
6,59
Lampiran 28. Anova tinggi tanaman jagung yang diberi perlakuan ekstrak daun akasia
pada berbagai perlakuan
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
3
4
7
3,122062
jk
105,4538
5,205
110,6588
kt
35,15125
1,30125
f.hitung
27,01345**
f. tabel
(5%)
6,59
Lampiran 29. Anova biomassa kacang hijau yang diberi perlakuan ekstrak daun mindi
pada berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
3
4
7
28,23366
jk
30,13118
14,87428
45,00545
kt
10,04373
3,718569
f.hitung
2,700965ns
f. tabel
(5%)
6,59
Lampiran 30. Anova biomassa jagung yang diberi perlakuan ekstrak daun mindi pada
berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
3
4
7
18,06571
jk
34,22382
17,6465
51,87032
kt
11,40794
4,411626
f.hitung
2,585881
f. tabel (5%)
ns
6,59
Lampiran 31. Anova biomassa kacang hijau yang diberi perlakuan ektrak daun akasia pada
berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
jk
kt
f.hitung
3
4
7
12,10833
19,11353
3,839963
22,9535
6,371178
0,959991
6,636709*
f. tabel (5%)
6,59
26
Lampiran 32. Anova biomassa jagung yang diberi perlakuan ekstrak daun akasia pada
berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
jk
kt
f.hitung
3
4
7
13,05064
16,7268
5,371565
22,09837
5,575601
1,342891
4,151938ns
f. tabel (5%)
6,59
Lampiran 33. Uji lsd perkecambahan kacang hijau yang diberi perlakuan ekstrak daun
mindi pada berbagai konsentrasi
t
ktg
r
lsd
2,776
77
2
24,3593
100
100
71
68
63
71
29
68
32
3
63
37
8
5
Lampiran 34. uji lsd pertumbuhan kecambah kacang hijau ang diberi perlakuan ekstrak
daun mindi pada berbagai konsentrasi
t
ktg
r
lsd
2,776
1,37975
2
3,260766
16,59
16,59
2,49
2,39
2,38
2,49
14,1
2,39
14,2
0,1
2,38
14,21
0,11
0,01
Lampiran 35. uji lsd tinggi tanaman kacang hijau ang diberi perlakuan ekstrak daun mindi
pada berbagai konsentrasi
t
ktg
r
lsd
2,776
1,275
2
3,134545
33,7
33,7
33,1
32,8
29
33,1
0,6
32,8
0,9
0,3
29
4,7
4,1
3,8
27
Lampiran 36. uji lsd tinggi tanaman jagung yang diberi perlakuan ekstrak daun akasia pada
berbagai konsentrasi
t
ktg
r
lsd
2,776
1,30125
2
3,166648
39,8
39,8
38,35
37,6
30,4
38,35
1,45
37,6
2,2
0,75
30,4
9,4
7,95
7,2
Lampiran 37. uji lsd biomassa kacang hijau ang diberi perlakuan ekstrak daun akasia pada
berbagai konsentrasi
t
ktg
r
lsd
10,757
7,95
7,4825
6,36
2,776
0,95991
2
2,719786
10,575
7,95
2,807
7,4825
3,2745
0,4675
6,39
4,367
1,56
1,0925
28
DAN AKASIA MANGIUM (Acacia mangium) TERHADAP
PERKEMBANGAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays)
DAN KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus)
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu ekosistem selalu melakukan hubungan interaksi satu sama lain baik bersifat
intraspesifik maupun interspesifik. Mekanisme ini dilakukan suatu tanaman untuk
memperoleh bahan kehidupannya berupa unsur hara yang terdapat di tanah maupun udara,
air dan sinar matahari serta ruangan untuk tumbuh dan berkembang. Mekanisme
pertahanan diri ini sering merangsang tanaman untuk melakukan suatu metabolisme
sekunder yang produknya biasa diendapkan dalam organ tumbuhan tersebut maupun
dieksudat keluar untuk menolak kompetitor lainnya.
Produk metabolisme suatu tanaman ini sering memainkan peranan penting dalam
interaksi ekologis, mereka dapat menghambat herbivory, perlindungan terhadap patogen,
alelopati, asosiasi simbiosisme, peningkatan perkecambahan, interaksi dengan pollinator,
disamping itu juga perlindungan terhadap sinar ultraviolet maupun suhu tinggi (Lambers
et al. 1998).
Kajian tentang alelopati untuk pertama kali umumnya dilakukan pada ilmu
kehutanan. Alelopati dapat mempengaruhi banyak aspek pada ekologi tumbuhan, meliputi
pertumbuhan, suksesi tanaman, struktur komunitas tanaman dominansi, keragaman
produktivitas tumbuhan. Pada awalnya kajian tentang alelopati hanya menekankan pada
efek negatig alelopati pada tanaman pangan, namun sejak tahun 1980an penelitian alelopati
mulai mengindentifikasi tanaman kehutanan yang memberikan pengaruh menguntungkan,
netral dan selektif terhadap tanaman pangan. Perkembangan terkini, kajian tentang
alelopati mulai mengamati pertumbuhan yang tidak baik pada tanaman kehutanan,
kerusakan tanaman pangan, pengurangan prduksi, masalah replant untuk pohon
hortukultura, kwasan bebas gulma, dan pola perubahan pada vegetasi (Ferguson &
Rathinasabapathi, 2003)
Krebs (2001) yang menyatakan bahwa allelopati (Allelopathy) adalah salah satu
mekanisme penghambatan penyebaran suatu jenis dalam kompetisi karena kehadiran
organisme lain. Menurut Molisch (1937) dalam Junaedi et al. (2006) alelopati adalah
mekanisme interaksi biokimia yang interaktif, baik merangsang ataupun menghambat
perkembangan semua jenis organisme. Penciri alelopati adalah adanya senyawa kimia
yang dikeluarkan ke lingkungan sebagai mekanisme kompetisi tersebut (Junaedi et al.
2006).
Diawal perkembangan alelopati banyak dikaji dalam bidang kehutanan. Alelopati
dapat berpengaruh terhadap beberapa aspek ekologi tanaman seperti pertumbuhan
tanaman, proses suksesi, struktur dan komposisi komunitas tanaman, dominasi suatu jenis,
keragaman dan produktivitas tanaman. Pada mulanya alelopati hanya dikaji tentang efek
negatifnya terhadap tanaman budi daya. Namun sejak tahun 1980an mulai digalakan riset
untuk mengetahui jenis-jenis tanaman kehutanan yang menguntungkan, bersifat netral
ataupun selektif terhadap tanaman budidaya. Perkembangan terkini, mulai menduga
hubungan alelopati terhadap perkembangan tumbuhan yang lambat, kerusakan tanaman
budidaya, pengurangan produksi, masalah replant pada tanaman kehutanan, penyebab
kawasan bebas gulma dan pola perubahan vegetasi yang terkait (Ferguson &
Rathinasabapathi, 2003). Termasuk pendugaan terhadap proses invasi tumbuhan eksotik
pada ekosistem yang berbeda (Hierro & Callaway, 2003; Broz & Vivanco, 2006). Begitu
juga potensinya sebagai herbisida dan pestisida biologis serta pola penamanan yang lebih
efektif terutama dalam pola tanam wanatani (Krebs, 2002; Junaedi, 2006)
Berdasarkan beberapa laporan penelitian yang telah didokumentasikan terdapat
banyak sumber alelopati yang dapat digunakan untuk material pertanian organik
berkelanjutan dan ramah lingkungan. Tercatat sekitar 64 jenis species gulma yang bersifat
alelopati terhadap gulma lain, 25 jenis bersifat autotoxicalautopathy, dan 51 jenis aktif
sebagai antifungi atau antibakteri (Qasem & Foy, 2001 yang dikutip oleh Junaedi et al.
2006). Menurut Batish et al (2001) yang dikutip oleh Junaedi et al. (2006) terdapat 56
species tanaman semusim bersifat alelopati terhadap gulma, 31 species bersifat autotoxic
dan 56 species lainnya bersifat alelopati terhadap tanaman lain. Beberapa tanaman berkayu
bersifat alelopati terhadap tanaman lain, berfungsi sebagai herbisida dan peptisida, antara
lainnya Eucalyptus spp, Leucaena leucocephala, Moringa oleifera, Glirycidia sepium,
Albizzia lebbeck, Azadirachta indica. Sisa tanaman yang bersifat alelopati antara lain
jagung, padi, seledri (Apium graveolens), gandum, buah persik (Prunus persica). Alelopati
yang berasal dari tepung sari antara lain dihasilkan oleh Parthenium hysterophorus,
Agrotis stolonifora, Erigerin annuus, Melilotus alba, Phleum pretense, Vicia craca dan
Hieracium aurantiacum (Junaedi et al. 2006)
2
B. Tujuan
Praktikum ini bertujun untuk mempelajari :
1. Pengaruh allelopati dari tanaman akasia mangium dan mindi terhadap perkecambahan
tanaman jagung dan kacang hijau
2. Pengaruh allelopati dari tanaman akasia mangium dan mindi terhadap pertumbuhan
tanaman jagung dan kacang hijau.
II. TELAAH PUSTAKA
A. Komunitas Tumbuhan, Interaksi dan Kompetisi
Komunitas tumbuhan adalah sekelompok organisme (tumbuhan) yang hidup
berdampingan membentuk suatu asosiasi interaksi antar jenis (intraspesies dan
interspesies) pada suatu kawasan tertntu pada periode waktu yang tertentu pula (Begon et
al. 1990; Pomeroy & Service, 1992; Molles, 2002). Persoalan pokok suatu komunitas
adalah seberapa banyak dan intimnya interaksi antar anggota penyusun komunitas (Krebs,
2002). Muller-Dombois & Ellenbreg (1974); Soerianegara & Indrawan (1980) menyatakan
bahwa interaksi pada suatu komunitas juga melibatkan komponen biotik dengan
lingkungannya. Komunitas (tumbuhan) merupakan suata subyek yang bersifat dinamis
menurut fungsi ruang dan waktu (Vogt et al. 1997), yang mengikuti perubahan gradien
lingkungan (Krebs, 2002).
Model-model interaksi pada suatu komunitas tanaman berdasarkan aktor
interaksinya menurut Walter (1962) yang dikutip oleh Muller-Dombois & Ellenbreg (1974)
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Pesaing langsung (direct competitor), tumbuhan yang bersaing pada sumber daya yang
sama dengan menguasi strata yang sama baik di atas atau di bawah tanah.
2. Penggantung (dependent species), yaitu tanaman yang hanya dapat hidup pada
sebagian relung habitatnya karena kehadiran tanaman lain.
3. Pelengkap (complementary species), yaitu tanaman yang tidak bersaing secara
langsung dengan tanaman lain karena mereka memanfaatan sumber daya yang berbeda
atau karena perbedaan irama musiman (seasonal rhythm)
Berdasarkan dampak pada tanaman lain, maka model interaski menurut Lambers et
al. (1998) dapat dibagi menjadi 3 yaitu falicitatin (interaksi positif), netral (interaksi nol),
dan Competition (interaski negatif). Sedangkan Krebs (2002) hanya membagi kelompok
ini hanya menjadi dua, yaitu mutualisme dan kompetisi.
3
Kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan
akan sumber daya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan
(survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing (Begon et al. 1990), sedangkan
Molles (2002) kompetisi didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat pada
pengurangan kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi pada antar individu
(intraspesific) atau antar individu pada satu species yang sama atau interspecific (Krebs,
2002; Molles, 2002).
Kompetisi dalam suatu komunitas dibagi menjadi dua, yaitu :
1.
Kompetisi sumber daya (resources competition atau scramble atau exploitative
competition), yaitu kompetisi dalam memanfaatkan secara bersama-sama sumber
daya yang terbatas.
2.
Inferensi (inference competition atau contest competition), yaitu usaha pencarian
sumber daya yang menyebabkan kerugian pada individu lain, meskipun sumber daya
tersebut tersedia secara tidak terbatas. Biasanya proses ini diiringi dengan
pengeluaran senyawa kimia (allelochemical) yang berpengaruh negatif pada individu
lain (Lamberg, 1998; Krebs, 2002; Molles, 2002).
B. Alelopati (Allelopathy)
Alelopati (Allelopathy) adalah efek negatif (menghambat perkecambahan dan
pertumbuhan) yang ditimbulkan oleh suatu tanaman pada tanaman lain yang ada di
sekitarnya melalui pelepasan senyawa kimia yang berasal dari proses metabolisme
sekunder (Muller-Dombois & Ellenberg, 1974; Soerianegara & Indrawan, 1980; Lamberrs,
1998; Muller, 1990 yang dikutip oleh Hierro & Callawai, 2003). Namun, tidak semua
alelopati bersifat negatif, ada beberapa senyawa alelopati yang bersifat positif baik secara
langsung ataupun tidak langsung (Lambers et al. 1998; Krebs, 2002; Ferguson &
Rathinasabapathi, 2003; Broz & Vivanco, 2006).
Pada suatu tanaman agroekosistem alelopati dapat dihasilkan oleh gulma, tanaman
pangan dan hortikultura (tanaman semusim), tanaman berkayu, residu dari tanaman dan
gulma atau bahkan oleh mikroorganisme. Alelopati dapat dikeluarkan dalam bentuk
eksudat dari akar dan serbuk sari, luruhan organ (decomposition), senyawa yang menguap
(Volatile) dari daun, batang, dan akar serta melalui pencucian (leaching) dari organ bagian
luar atau melalui mekanisme yang lain. (Soerianegara & Indrawan, 1980; Lumbers, 1998;
Broz & Vivanco, 2006; Reigosa et al. 200l, Qasem & Foy, 2001 yang dikutip oleh Junaedi
et al. 2006).
4
Penguasaan
tempat
Konsentrasi
alelopati
Suhu dan
presipitasi
Pertumbuhan
Ketersediaan
air tanah untuk
tumbuhan
Kematian
Tekstur
tanah
Gambar 1. Model ekotone untuk menjelaskan hubungan antara air tanah, alelopati, dan
perolehan tanaman, pertumbuhan dan mortalitas (Goslee et al. 2001 yang
dikutip oleh Hierro & Callawai, 2003)
Cara kerja berbagai senyawa alelopati belum diketahui secara mendalam. Bebarapa
senyawa fenolik menghambat perkecambahan biji rerumputan dan herba dan mereka dapat
juga menghambat pengambilan ion. Terpenoid yang menguap dapat menghambat
pembelahan sel. (Lambers et al. 1998)
Potensi alelopati dari suatu organisme sumber dan pengaruhnya terhadap
organisme target berbeda-beda tergantung pada faktor genetik dan lingkungan. Faktor
lingkungan yang menyebabkan keragaman alelopati meliputi perbedaan populasi, siklus
hidup dan waktu tanam, tanah dan iklim, serta adanya cekaman biotik maupun abiotik
(Lambers et al, 1998; Junaedi et al. 2006). Hubungan antara alelopati, tanaman target dan
faktor lingkungan diilustrasikan pada Gambar 1.
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Lingkungan Program Studi
D3 Analisis Lingkungan IPB, Gunung Gede, Bogor dari Tanggal 4 Oktober sampai 11
Oktober 2006 untuk pengamatan perkecambahan. Pengamatan pertumbuhan dilakukan di
shadehouse dari tanggal 4 Oktober sampai dengan 9 November 2006
B. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan adalah :
1. Blender
2. Gelas ukur 1500 cc
5
3. Gelas ukur 10 cc
4. Cawan Petri
5. Corong penyaring
6. Pisau/gunting
7. Penggaris
8. Neraca analitik
9. Alat tulis menulis
10. Alat dokumentasi.
11. Derijen air
12. Almari es
13. Polybag.
Bahan yang digunakan :
1. Air destilasi (aquadest)
2. Daun akasia mangium (Acacia mangium)
3. Daun mindi (Melia azedarach)
4. Biji jagung (Zea mays)
5. Biji kacang hijau (Phaseolus radiatus)
6. Kapas
C. Prosedur Praktikum
Tahapan praktikum :
1. Pembuatan ekstrak mindi dan akasia mangium
a) Daun mindi dan aksia dipotong-potong kecil untuk mempermudah penggilingan
(pemblenderan)
b) Menimbang potongan daun mindi dan akasia
c) Mencampur potongan daun mindi dan akasia dengan air dengan perbandingan (w/v)
1 : 7; 1 : 14; 1 : 21 dan 1 : 0 (kontrol) dan memblendernya sampai halus untuk masingmasing perlakuan.
d) Menyaring ekstrak hasil pemblenderan
e) Menyimpan hasil ekstrak dalam almari es selama 24 jam
2. Pemilihan biji untuk bibit
a) Memilih biji jagung dan kacang hijau yang berkualitas baik (besar, tidak rusak,
tenggelam dalam air)
b) Merendam biji kacang dan jagung dalam air selama 24 jam
3. Penanaman dan pengamatan perkecambahan biji
6
a) Menyiapkan cawan petri dan kertas saring sebagai media penanaman
b) Menabur benih yang terpilih pada cawan petri masing-masing satu benih
c) Menyiram sebanyak 10 cc masing-masing pengamatan dengan perlakukan yang telah
disiapkan sebelumnya
d) Melakukan penyiram setiap hari
e) Mengamati perkembangan masing-masing benih
f) Menghitung perkecambahan masing-masing perlakuan
4. Penanaman dan pengamatan pertumbuhan tanaman
1) Menumbuhkan beberapa biji dalam polibag
2) Menyeleksi tanaman dengan pertumbuhan yang baik sehingga tersisa 1 tanaman saja
pada masing-masing polybag
3) Mengukur tinggi tanaman sebagai data awal
4) Melakukan penyiraman dengan cairan allelopathy dan air secara bergiliran tiap hari
sebanyak 50 cc tiap polybag
5) Melakukan pengukuran tinggi setiap minggu selama 4 minggu
6) Melakukan pemanenan biomassa, kemudian mengukur panjang dan berat basah
tanaman
5. Analisa data
Praktikum ini merupakan percobaan laboratoris yang disusun dengan menggunakan
rancangan acak lengkap dengan 2 kali ulangan untuk tiap perlakuan (Setiadi et al.
1989) dengan model umum persamaan matematikanya adalah :
Yij
=
Dimana
Yij
µ
Ai
εij
µ + Ai + εij
:
:
:
:
:
Nilai pengamatan
Nilai rata-rata umum
Pengaruh perlakuan konsentrasi ekstrak
Galat percobaan
7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Perkecambahan
Pengaruh alelopati yang diambil dari ekstrak daun mindi dan akasia terhadap
perkecambahan biji kacang hijau dan jagung menunjukan pola yang tidak seragam.
Persentase perkecambahan kacang hijau umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan
jagung pada jenis dan tingkat ekstrak alelopati yang berbeda. Ada kecenderungan bahwa
pemberian ektrak pada berbegai tingkat konsentrasi tidak berdampak pada perkecambahan
kacang hijau dan jagung. Perlakuan konsentrasi berbeda terhadap perkecambahan kacang
hijau menunjukan pengaruh yang nyata hanya diperlihatkan pada perkecambahan kacang
hijau dan diikuti pula oleh pertumbuhannya seperti yang ditunjukan pada Tabel 1 dan
Tabel 2. Semua perlakuan konsentrasi akasia berbeda nyata dengan kontrol pada
perkecambahan dan pertumbuhan kacang hijau. Data pengamatan percobaan ini dapat
dilihat pada Lampiran 1 – 8, sedangkan perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 17 –
24 dan Lampiran 33 & 34.
Tabel 1. Pengaruh pemberian ekstrak daun mindi dan akasia terhadap perkecambahan biji
kacang hijau dan jagung
Jenis Ekstrak
Akasia
Perkecambahan (%)
Kacang hijau
Jagung
Kacang hijau
Jagung
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
1:00
100 ± 0a
28 ± 2,83a
97 ± 1,41a
25,83 ± 10,61a
1:07
63 ± 1,41b
14 ± 2,83a
100 ± 0a
6,67 ± 4,71a
1:14
71 ± 4,24b
10 ± 2,83a
96 ± 5,66a
11,67 ± 0a
1:21
68 ± 16,97b
10 ± 8,49a
100 ± 0a
18,33 ± 4,716a
KK (%)
11,62
31,61
2,97
34,61
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berarti tidak berbeda nyata
Konsentrasi
(v/w)
Mindi
8
Tabel 2.
Pengaruh pemberian ekstrak mindi dan akasia terhadap pertumbuhan (cm)
kecambah biji kacang hijau dan jagung
Jenis ekstrak
Mindi
Konsentrasi
(v/w)
Akasia
Pertumbuhan kecambah (cm)
Kacang hijau
Jagung
Kacang hijau
Jagung
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
1:00
16,59 ± 2,05a
0,73 ± 0,10a
15,09 ± 0,44a
1,18 ± 0,73a
1:07
2,38 + 0,37b
0,33 ± 0,24a
12,92 ± 0,93a
0,07 ± 0,05a
1:14
2,49 ± 0,75b
0,2 ± 0,17a
12,3 ± 3,65a
0,68 ± 0,26a
1:21
2,39 ± 0,78b
0,18 ± 0,17a
15,67 ± 0,75a
0,48 ± 0,12a
KK (%)
19,68
49,14
13,81
42,97
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berarti tidak berbeda nyata
100
100
80
60
60
40
35
100
100
100
85
75
85
75
85
80
60
60
60
100
90
85
75
M0H1
M1H1
M2H1
M3H1
20
0
perkecambahan (%)
perkecambahan (%)
120
0
1
2
3
4
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
40
35
M3H2
10
5
100
100
A0H1
85
80
80
2. Pertumbuhan Tanaman
A1H1
60
A3H1
40
A3H1
20
0
1
2
3
4
hari pengamatan
Keterangan
: M0
M1
M2
M3
A0
A1
A2
A3
H1
H2
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
5
p erkecam b an (% )
perkecambahan (%)
100
100
15
10
15
5
5
3
15
4
M3H2
5
hari pengamatan
120
100
5
2
hari pengamatan
100
M1H2
25
1
5
M0H2
30
30
60
50
40
30
20
10
0
55
45
15
10
5
0
1
15
10
5
0
2
3
45
A1H2
30
25
20
20
10
5
10
5
4
A0H2
45
25
20
A2H2
A3H2
10
5
5
6
hari pengamatan
Ektrak daun mindi dengan perbandingan dengan air (v/w) = 1 : 0 (kontrol)
Ektrak daun mindi dengan perbandingan dengan air (v/w) = 1 : 7
Ektrak daun mindi dengan perbandingan dengan air (v/w) = 1 : 14
Ektrak daun mindi dengan perbandingan dengan air (v/w) = 1 : 21
Ektrak daun akasia dengan perbandingan dengan air (v/w) = 1 : 0 (kontrol)
Ektrak daun akasia dengan perbandingan dengan air (v/w) = 1 : 7
Ektrak daun akasia dengan perbandingan dengan air (v/w) = 1 : 14
Ektrak daun akasia dengan perbandingan dengan air (v/w) = 1 : 21
Kacang hijau
Jagung
Gambar 2. Grafik perkecambahan (%) tanaman kacang hijau dan jagung yang diberi
perlakuan ekstrak daun mindi dan akasia pada berbagai perbandingan (v/w)
9
20
3
pertumbuhan (cm)
16
15,7
15,15
15
M0H1
M1H1
10
M2H1
6,5
6,2
6
5
0
1
2
2,35
1,75
1,55
1,95
1,75
1,3
1,75
1,65
1,3
1,25
1
0
3
M3H1
pertumbuhan (cm)
18,1
18
2,55
2,5
M0H2
2
M1H2
1,5
M2H2
1
0,85
0,5
0
4
5
0,3
0,1
0,1
1
2
hari pengam atan
15,15
13,8
16,9
16,7
17,35
16,85
14,6
14,9
16,5
15,2
A0H1
13,05
12
11,6
17,95
17,8
A1H1
10,45
9,4
8,35
8,25
10
A2H1
A3H1
5
0
1
2
3
4
hari pengam atan
5
p ertu m b u h an (cm )
pertumbuhan (cm)
16,4
4
5
hari pengam atan
20
15
3
0,45
0,3
0,4
0,3
0,25
0,3
0,15
0,1
M3H2
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
A0H2
2,75
A1H2
A2H2
1,85
1,5
1,25
1
0,5
0,4
0,05
0,25
00,1
0,25
0,1
0
2
3
4
0,85
0,65
0,7
0,05
0,05
hari pengamatan
5
A3H2
1,25
0,85
0,25
6
Gambar 3. Grafik pertumbuhan (cm) tanaman kacang hijau dan jagung yang diberi
perlakuan ekstrak daun mindi dan akasia pada berbagai perbandingan (v/w)
Perkecambahan tanaman kacang hijau dan pertumbuhan kecambah kacng hijau
lebih tinggi daripada jagung. Kecambah kacang hijau cenderung lebih cepat berkecambah
dan tumbuh dengan pesat, namun umumnya setelah 5 hari perkecambahan masing-masing
biji pada masing-masing perlakuaan akan mengalami kematian dengan ditandai warna
yang lebih gelap pada radiclenya. Perkecambahan jagung belum mencapai 100% namun
menunjukan kematian pada perlakuaan ini seperti yang disajikan pada Gambar 2 dan
Gambar 3.
2. Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan tanaman kacang hijau dan jagung yang diberi ekstrak daun mindi dan
akasia menunujkan respon yang berbeda-beda, namun pada umumnya pemberian ekstrak
mindi atau akasia pada 3 tingkat konsentrasi tidak memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman. Pemberian ekstrak yang berpengaruh hanya pada perlakuan mindi
terhadap pertumbuhan kacang hijau, tanaman jagung yang diberi perlakuaan ekstrak daun
akasia seperti yang disajikan pada Tabel 3. Data pengamatan dan analisis datanya terlampir
pada Lampiran 9 – 12, Lampiran 25 – 28, Lampiran 35 – 36.
10
Tabel 3. Pengaruh pemberian ekstrak daun mindi dan akasia pada 3 tingkat perbandingan
(v/w) yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau dan jagung
Jenis Ekstrak
Mindi
Konsentrasi
(v/w)
Akasia
Pertumbuhan/tinggi (cm)
Kacang hijau
Jagung
Kacang hijau
Jagung
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
1:00
32,8 ± 1,56a
30,3 ± 2,69a
35,6 ± 0,99a
38,35 ± 1,34a
1:07
29,0 ± 1,56b
34,0 ± 3,96a
37,75 ± 1,77a
37,6 ± 0,71a
1:14
33,7 ± 0,42a
37,9 ± 0,28a
30,4 ± 1,13a
30,4 ± 1,13b
1:21
33,1 ± 0,28a
39,5 ± 0,57a
39,8 ± 1,27a
39,8 ± 1,27a
KK (%)
3,51
6,81
3,72
3,12
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berarti tidak berbeda nyata
Pertumbuhan tanaman kacang hijau dan jagung menunjukan pola yang sama
hampir sama, yaitu makin meningkat setiap minggunya. Kecenderungan umum pola
pertumbuhan tanaman tumbuh pesat pada minggu pertama, setelah itu melambat. Pola
pertumbuhan tanaman kacang hijau dan jagung yang diberi perlakuaan ekstrak daun mindi
dan jagung disarikan pada Gambar 4.
56
51
50
47,5
45
40
40
30
32
29,5
28,25
30,5
29,75
28,5
26,75
20
39
36,25
34,5
35
M1H1
M2H1
M3H1
15,5
14,5
13,5
13
10
M0H1
pertumbuhan (cm)
pertumbuhan (cm)
60
0
1
2
3
4
80
70
60
50
40
30
20
10
0
5
68,5
65
25,5
24,25
24
1
20
A0H1
34,5
34
33,25
30,75
29,75
30
55,5
52
50,5
50
51
48,5
45,5
42,75
A1H1
A2H1
A3H1
15,75
15,5
14
10
0
1
2
3
4
m inggu pengam atan
5
pertumbuhan (cm)
pertumbuhan (cm)
40
M0H2
41,5
42,75
M1H2
37
M2H2
M3H2
2
3
4
5
m inggu pengam atan
60
47,75
43,5
40,5
57,5
13,25
13
12,5
7
m inggu pengam atan
50
38
34
33,75
27
60
80
70
60
50
40
30
20
10
0
67,5
66
60
59,5
58,5
51,5
A0H2
A1H2
44,5
37,5
34,5
33,75
33,5
33
A2H2
27,5
26,5
25,25
24,75
A3H2
13
12,5
11,25
10,25
1
2
3
4
5
m inggu pengam atan
Gambar 4. Grafik pertumbuhan tanaman kacang hijau dan jagung pada berbagai perlakuan
ekstrak daun mindi dan akasia selama 5 minggu pengamatan
11
Tabel 4. Pengaruh pemberian ekstrak daun mindi dan akasia pada 3 tingkat perbandingan
(v/w) yang berbeda terhadap biomassa (gram) tanaman kacang hijau dan jagung
Jenis Ekstrak
Mindi
Konsentrasi
(v/w)
Akasia
Biomassa (gram)
Kacang hijau
Jagung
Kacang hijau
Jagung
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
(µ ± Sd)
1:00
7,48 ± 1,54a
11,10 ± 2,23a
7,48 ± 1,54b
11,1 ± 2,23a
1:07
3,89 ± 0,30a
8,46 ± 2,33a
7,95 ± 0,78b
8,95 ± 0,07a
1:14
6,44 ± 1,80a
13,58 ± 1,59a
6,36 ± 0,48b
7,11 ± 0,62a
1:21
9,33 ± 2,97a
13,37 ± 2,17a
10,58 ± 0,80a
8,35 ± 0,12a
KK (%)
28,23
18,07
12,11
13,05
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berarti tidak berbeda nyata
Pemanenan tanaman kacang hijau dan jagung yang diberi berbagai perlakuan
ekstrak daun mindi dan akasia menghasilkan biomassa yang berbeda-beda. Perlakuan
kontrol tidak selalu menunjukan biomassa yang terbesar, kecuali untuk tanaman jagung
yang diberi ekstrak daun akasia. Pemberian ekstrak daun mindi ataupun akasia tidak
mempengaruhi biomassa tanaman jagung ataupun kacang hijau. Respon perlakuan pada
biomassa tanaman hanya diperlihatkan oleh tanaman kacang hijau yang diberi ekstrak daun
akasia pada konsentrasi 1 : 21, selebihnya tidak merespon. Rekapitulasi data pengamatan
ditunjukan pada Tabel 4.
Biomassa tertinggi dihasilkan oleh kelompok perlakuan tanaman jagung yangdiberi
perlakuan ekstrak daun mindi, sedangkan angterkecil pada kelompok tanaman kacang
hijau yang diberi perlakuan ekstrak daun mindi, seperti pada Gambar 5.
16
13,58
13,37
biomassa (gram)
14
11,1
12
9,33
10
8
6
10,58
11,1
8,95
8,46
7,95
7,48
6,36
7,48
6,43
8,35
7,11
1:00
1:07
1:14
1:21
3,89
4
2
0
Kacanghijaumindi
jagung-mindi
kacang hijauakasia
jagung-akasia
perlakuan
Gambar 5. Diagram ukuran biomassa tanaman kacang hijau dan jagung yang diberi tiga
tingkat konsentrasi dari ekstrak daun mindi dan akasia
12
B. Pembahasan
1. Perkecambahan
Pada percobaan ini perkecambahan tanaman kacang hijau ternyata respon
perkecambahannya dipengaruhi oleh konsentrasi ekstrak mindi. Hal ini sejalan dengan
beberapa penelitian tentang efek negatif dari senyawa alelopati dari beberapa tanaman
dalam penghambatan proses perkecambahan seperti Barley (Hordeum vulgare) (Overland,
1966 yang dikutip oleh Krebs, 2002); Piper dan Cecropia pada Heliocarpus donnellsmithii (Anaya Lang, 1976 dalam Longman & Jenik, 1992); Leucaena leucocephala
(Ferguson & Rathinasabapathi, 2003). Centaurea moculosa (Broz & Vivanco. 2006).
Senyawa alelopati yang dihasil suatu tanaman untuk melakukan pertahanan diri
pada umumnya bersifat menghambat pertumbuhan perkecambahan dan pertumbuhan
tanaman di sekelilingnya. Mekanisme penghambatan bersifat spesifik tidak ada pola
umum, namun pada umumnya senyawa-senyawa ini memiliki daya hambat terhadap
pembelahan sel, perkecambahan benih, pengambilan unsur hara, proses fotosintesis dan
fungsi enzimatik lainnya (Ferguson & Rathinasabapathi, 2003).
Tapi, pada percobaan ini hampir semua perlakuan tingkatan konsentrasi tidak
memberikan pengaruh terhadap perkecambahan tanaman jagung dan kacang hijau, baik
yang diberi dengan ekstrak mindi maupun akasia. Senyawa-senyawa alelopati bersifat
selektif dan daya racunnya tidak selalu efektif pada tanaman lain (Longman & Jenik,
1992). Beberapa penelitian juga membuktikan hal ini (Conway et al. 2001; Dietz et al,
1996; Keay et al, 2000 yang dikutip oleh Hierro & Callaway 2003).
Pengaruh netral dari alelopati akasia dan mindi terhadap perkecambahan tanaman
jagung dan mindi disebabkan oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik senyawa tersebut.
Novizan (2002) menyatakan bahwa senyawa-senyawa dari metabolisme sekunder tanaman
mudah terdegradasi oleh pengaruh cahaya matahari, kelembaban, udara dan komponen
alam lainnya. Daya toksisitas senyawa-senyawa metabolisme sekunder umumnya relatif
rendah. Metode ekstraksi senyawa juga berpengaruh, umumnya ekstraksi dengan air
menghasilkan senyawa yang lebih beragam sifatnya. Jadi pengaruhnya belum tentu negatif.
Faktor internal meliputi daya racun persenyawaan tersebut. Akasia pada kondisi
alamiah menghambat penyebaran tanaman lain karena sifat dari daun tersebut yang sukar
terdekomposisi. Daun akasia merupakan perkembangan batang atau daun semua
(filopodia). Sedangkan senyawa yang dihasilkan oleh mindi, seperti meliantriol, salanin,
nimbin dan nimbidin bersifat kurang toksik dibandingkan dengan azadirachtin (C35H44O16)
13
yang terdapat pada mimba ( Azadirachta indica). Walaupun kedua tanaman ini secara
umum memiliki kandungan senyawa aktif yang sama, namun kandungannya tidak
sebanyak pada mimba (Sudarmadji, 1991 yang dikutip oleh Sonyaratri, 2006)
Diduga kematian pada benih tanaman kacang hijau dan jagung pada percobaan ini
disebabkan oleh faktor ketersediaan air yang tidak memadai. Perkecambahan tanaman
merupakan proses yang tidak bisa terhenti dan memerlukan kelembaban yang tinggi dan
kontinnyu. Jika proses ini terhenti karena pasokan airnya terhambat maka perkecambahan
akan berhenti dan benih akan mati. Hal ini bisa dilihat pada percobaan ini, dimana benih
menjadi kering dan radik (Radicle) menjadi kering dan hitam.
Perkecambahan kacang hijau yang lebih tinggi dibandingkan dengan jagung
dipengaruhi oleh karakteristik biji tersebut. Biji kacang hijau memiliki ukuran biji lebih
kecil dan kulit biji yang lebih tipis sehingga kecepatan perkecambahannya lebih tinggi
karena proses imbibisi lebih cepat.
2. Pertumbuhan Tanaman
Efek alelopati suatu tanaman pada kondisi sesungguhnya sangat berbeda dengan
kondisi yang terkontrol. Muller-Dombois & Ellenberg (1976) menyatakan bahwa efek
toksik dari senyawa alelopati kadang kala hilang ketika dipaparkan dalam kondisi
alamiahnya. Hal ini dikarenakan konsentrasi persenyawaan tersebut tidak cukup memadai
kesediaanya. Senyawa-senyawa menurut Hierro & Callaway (2003); Krebs, (2002);
Muller-Dombois &Ellenberg (1976); alelopati bersifat nonpersisten, sehingga pada mula
cukup toksisi namun berangsur-angsur berkurang bahkan hilang karena senyawa-senyawa
ini mudah tercuci oleh air, terserap oleh humus tanah, dirombak oleh bakteri atau mikroba
tanah (rhizophere).
Faktor berpengaruh terhadap persistensi dan ekspresi senyawa alelopati sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu udara dan tanah, kelembaban tanah,
tekstur tanah, kemasaman tanah, kandungan karbon organik, kandungan hara dan cahaya
(Junaedi et al. 2006). Tanggapan terhadap senyawa alelopati tergantung pada jenis
tanaman terget dan sumber alelopati (genetik).
Pada percobaan ini semua tanaman tidak terpengaruh oleh pemberian ekstrak pada
tiga perbandingan baik yang berasal dari mindi maupun akasia. Pengaruh nyata pada
pemberian ekstrak mindi pada perbandingan 1 : 7 terhadap pertumbuhan tanaman kacang
hijau dikarenakan efek alelopati tidak selama bersifat negatif. Kaerna senyawa alalopati
(kecuali tanin) sering mengalami perombakan secara mikrobiologis dan sering bersifat
14
menstimulus pertumbuhan tanaman (Lamber et al. 1998; Strurz & Christie. 2003 yang
dikutip oleh Junaedi et al. 2006). Jadi pada konsentrasi yang tertentu malah meningkatkan
pertumbuhan tanaman yang direpresentasikan lewat ketinggian tanaman. Seperti yang
ditunjukan oleh tanaman kacang walaupun responnya tidak seragam.
Tanggapan respon yang cukup heterogen dari tanaman kacang hijau dan jagung
terhadap pemberian ektrak akasia dan mindi dalam berbagai konsentrasi. Pertumbuhan
tanaman adalah proses yang komplek melibatkan faktor lingkungan dan sekaligus faktor
biotik. Hierro & Callaway (2003) menyatakan bahwa pengaruh senyawa-senyawa alelopati
dalam kondisi natural bersifat sangat kompleks. Keberadaannya dipengaruhi olek
kepadatan populasi, distribusi dan kepadata akar, karakteristik tanah, mikroklimat dan
aktivitas mikroorganisme.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Respon tanaman (jagung dan kacang hijau) terhadap pemberian ekstrak alelopati mindi
dan akasia berbeda-beda tergantung pada jenis alelopatinya dan faktor lingkungan
2. Ekstrak mindi relatif lebih berpengaruh dibandingkan dengan alelopati akasia
3. Perkecambahan kacang hijau lebih tinggi dibandingkan dengan jagung
B. Saran
1. Penyiraman kecambah pada pengujian metode pot harus lebih banyak lagi dan
kelembaba lingkungan harus dijaga lebih rendah
2. Media perkecambahan diganti dengan kapas yang lebih banyak menyimpan air
3. Metode ekstrak senyawa alelopati perlu diganti dengan ekstraksi dengan pelarut
khusus
4. Kondisi media tanam pada pengujian pot harus dijaga kelembabannya sehingga tidak
banyak senyawa alelopati yang terbuang.
5. Perlu dilakukan pengamatan interaksi antara jenis ekstrak (alelopati) dan tanaman
target.
15
DAFTAR PUSTAKA
Begon, M., J. L. Harper & C. R. Townsend. 1990. Ecology Individuals, Populations and
Communities. 2nd edition. Blackwell Scientific Publication.
Broz, A. K. & J. M. Vivanco. 2006. Secondary Metabolities and Allelopathy in Plant
Invasions
:
Case
Study
of
Centaurea
maculosa.
http://4e.plantphys.net/chapter.php?ch=13. diakses 28 November. 2006
Ferguson, J. J. & B. Rathinasabapathi. 2003. Allelopathy : How Plant Suppress other
Plants. http://edis.ifas.ufl.edu/pdf files/HS/HS186000.pdf. diakses 28 November.
2006
Hierro, J. L. & R. M. Callaway. 2003. Allelopathy and Exotic Plant Invasion. Plant and
Soil Vol. 256 : 29 - 39
Junaedi, A, M. A. Chozin & K. W. Kim. 2006. Perkembangan Terkini Kajian Alelopati.
Hayati Vol. 13 (2) : 79 – 84
Krebs, C. J. 2002. Ecology The Experiment Analysis of Distribution and Abundance. 5th
edition. Benjamin Cummings, San Fransisco
Lambers, H, F. S. Chapin & T. L. Pons. 1998. Plant Physiological Ecology. SpringerVerlag, Berlin
Longman, K. A. & J. Jenik. 1992. Tropical Forest and Its Enviroment. 2nd edition.
Longman Scientific & Technical, New York
Molles, M. C. 2002. Ecology Concepts and Applications. 2nd edition. Mc Graw Hill
Company, Boston
Muller-Dombois, D & H. Ellenberg. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology. John
Wiley and Sons, New York
Novizan. 2002. membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. AgroMedia
Pustaka, Jakarta
Pomeroy, D. & M. W. Service. 1992. Tropical Ecology. 2nd edition. Longman Scientific
and Technical, Harlow-Essex
Setiadi, D. I. Muhadiono & A. Yusron. 1989. Penuntun Praktikum Ekologi. Depdikbud,
Dirjen Dikti & PAU Ilmu Hayat IPB, Bogor
Soerianegara, I. & A. Indrawan. 1980. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen MH Fahutan
IPB, Bogor
Sonyaratri, D. 2006. Kajian Daya Insektisida Ekstrak daun Mimba (Azadirachta indica A.
Juss) dan Ekstrak daun Mindi (Melia azedarach L.) terhadap Perkembangan
Serangga Hama Gudang Sitophilus zeamais Motsch. Skripsi Fakultas teknologi
Pertanian IPB, Bogor. Tidak dipublikasikan
Vogt, K. A., J. C. Gordon, J. P. Wargo, D. J. Vogt, H. Asbjornsen, P. A. Palmiotto, H. J.
Clark, J. L. O’Hara, W. S. Keeton, T. Patel-Weynand & E. Witten. 1997.
Ecosystems Balancing Science with Management. Springer-Verlag Inc., New York
16
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data hasil pengamatan perkecambahan (%) kacang hijau yang diberi
perlakuaan ekstrak daun mindi dalam berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
Ulangan
M0H1
1
2
rerata
1
2
M1H1
rerata
1
2
M2H1
rerata
1
2
M3H1
rerata
1
100
100
100
60
60
60
70
0
35
0
0
0
Hari (%)
2
3
100 100
100 100
100 100
60
60
60
60
60
60
70
70
80
80
75
75
70
70
100 100
85
85
4
100
100
100
60
60
60
70
90
80
70
100
85
5
100
100
100
80
70
75
90
90
90
70
100
85
jumlah
rerata
500
500
500
320
310
315
370
340
355
280
400
340
100
100
100
64
62
63
74
68
71
56
80
68
Sd
0
1,414214
4,242641
16,97056
Lampiran 2. Data hasil pengamatan perkecambahan (%) jagung yang diberi perlakuan
ekstrak daun mindi dalam berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
Ulangan
M0H2
1
2
rerata
M1H2
1
2
rerata
M2H2
1
2
rerata
M3H2
rerata
1
2
1
20
0
10
0
10
5
10
0
5
10
0
5
2
20
30
25
0
10
5
10
0
5
10
0
5
Hari (%)
3
20
40
30
10
20
15
10
0
5
20
0
10
4
30
40
35
10
20
15
10
0
5
20
10
15
5
40
40
40
40
20
30
20
40
30
20
10
15
Jumlah
Rerata
130
150
140
60
80
70
60
40
50
80
20
50
26
30
28
12
16
14
12
8
10
16
4
10
SD
2,828427
2,828427
2,828427
8,485281
17
Lampiran 3. Data hasil pengamatan perkecambahan (%) kacang hijau yang diberi
perlakuan ekstrak daun akasia pada berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
Ulangan
A0H1
1
2
rerata
1
2
A1H1
rerata
1
2
A2H1
rerata
1
2
A3H1
rerata
1
90
80
85
100
100
100
100
60
80
100
100
100
Hari (%)
2
3
4
100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100
5
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Jumlah
Rerata
490
480
485
500
500
500
500
460
480
500
500
500
98
96
97
100
100
100
100
92
96
100
100
100
Sd
1,414214
0
5,656854
0
Lampiran 4. Data hasil pengamatan perkecambahan (%) jagung yang diberi perlakuan
ekstrak daun akasia pada berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuam
Ulangan
A0H2
Jumlah
Rerata
70
110
18,33333
40
40
200
33,33333
20
30
55
155
25,83333
10
10
10
30
60
10
0
0
0
0
20
20
3,333333
0
0
5
5
5
25
40
6,666667
1
10
10
10
10
10
20
70
11,66667
2
10
10
10
10
10
20
70
11,66667
10
10
10
10
10
20
70
11,66667
1
0
0
30
40
40
40
150
25
2
10
10
20
50
50
50
190
31,66667
5
5
25
45
45
45
170
28,33333
1
2
3
4
5
6
1
0
0
10
10
20
2
30
30
30
30
15
15
20
1
0
0
2
0
rerata
A1H2
rerata
A2H2
rerata
A3H2
rerata
Hari
Sd
10,6066
4,714045
0
4,714045
18
Lampiran 5. Data hasil pengamatan pertumbuhan (cm) kecambah kacang hijau yang diberi
perlakuan ekstrak daunmindi pada berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
Ulangan
M0H1
1
2
rerata
1
2
M1H1
rerata
1
2
M2H1
rerata
1
2
M3H1
rerata
1
13,5
16,8
15,15
1,4
1,1
1,25
2
0
1
0
0
0
Hari (cm)
2
3
4
13,5 13,5 17,5
17,9 18,5 18,5
15,7 16
18
1,5
1,5
1,7
1,1
1,1
1,4
1,3
1,3 1,55
2,1
2,1
2,1
1,4
1,4
1,4
1,75 1,75 1,75
1,3
1,3
1,7
2
2,6
3
1,65 1,95 2,35
5
17,7
18,5
18,1
4,5
8,5
6,5
6,8
5,6
6,2
4,9
7,1
6
Jumlah
Rerata
75,7
90,2
82,95
10,6
13,2
11,9
15,1
9,8
12,45
9,2
14,7
11,95
15,14
18,04
16,59
2,12
2,64
2,38
3,02
1,96
2,49
1,84
2,94
2,39
SD
2,05061
0,367696
0,749533
0,777817
Lampiran 6. Data hasil pengamatan pertumbuhan (cm) kecambah jagung yang diberi
perlakuan ekstrak daun mindi pada berbagai konsentrai (v/w)
Perlakuan
Ulangan
M0H2
1
2
rerata
M1H2
1
2
rerata
M2H2
1
2
rerata
M3H2
rerata
1
2
1
0,2
0
0,1
0
0,2
0,1
0,2
0
0,1
0,2
0
0,1
2
0,2
0,4
0,3
0
0,2
0,1
0,2
0
0,1
0,2
0
0,1
Hari (cm)
3
0,2
0,4
0,3
0,2
0,4
0,3
0,2
0
0,1
0,3
0
0,15
4
0,4
0,4
0,4
0,2
0,4
0,3
0,5
0
0,25
0,4
0,1
0,25
5
3
2,1
2,55
0,4
1,3
0,85
0,5
0,4
0,45
0,4
0,2
0,3
Jumlah
Rerata
4
3,3
3,65
0,8
2,5
1,65
1,6
0,4
1
1,5
0,3
0,9
0,8
0,66
0,73
0,16
0,5
0,33
0,32
0,08
0,2
0,3
0,06
0,18
SD
0,098995
0,240416
0,169706
0,169706
19
Lampiran 7. Data hasil pengamatan pertumbuhan (cm) kecambah kacang hijau yang diberi
perlakuaan ekstrak daun akasia pada berbagai konentasi (v/w)
Perlakuan
Ulangan
A0H1
1
2
rerata
1
2
A1H1
rerata
1
2
A2H1
rerata
1
2
A3H1
rerata
1
12,1
4,4
8,25
10,1
9,4
9,75
9,7
7
8,35
10,4
10,5
10,45
2
13,5
16,8
15,15
12,3
13,8
13,05
15,2
8
11,6
15,8
17
16,4
Hari (cm)
3
4
16,6
17,1
17,2
17,6
16,9 17,35
12,4
12,8
14,6
14,9
13,5 13,85
15,8
16,8
8,2
9,3
12
13,05
16,1
16,3
17,3
17,4
16,7 16,85
5
17,7
17,9
17,8
13,7
15,2
14,45
16,9
16,1
16,5
17,1
18,8
17,95
Jumlah
Rerata
77
73,9
75,45
61,3
67,9
64,6
74,4
48,6
61,5
75,7
81
78,35
15,4
14,78
15,09
12,26
13,58
12,92
14,88
9,72
12,3
15,14
16,2
15,67
SD
0,438406
0,933381
3,648671
0,749533
Lampiran 8. Data hasil pengamatan pertumbuhan (cm) kecambah jagung yang diberi
perlakuaan ekstrak daun akasia pada berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
Ulangan
A0H2
1
2
rerata
A1H2
1
2
rerata
A2H2
1
2
rerata
A3H2
rerata
1
2
1
0
0,5
0,25
0
0
0
0,1
0,1
0,1
0
0,2
0,1
2
0
0,5
0,25
0
0
0
0,3
0,2
0,25
0
0,2
0,1
Hari (cm)
3
4
0,2
0,8
0,8
2,2
0,5
1,5
0,1
0,1
0
0
0,05 0,05
0,3
0,3
0,5
1,4
0,4 0,85
0,4
0,6
0,6
0,7
0,5 0,65
5
0,8
2,9
1,85
0,1
0
0,05
1
1,5
1,25
0,6
0,8
0,7
6
2,2
3,3
2,75
0,3
0,2
0,25
1
1,5
1,25
0,8
0,9
0,85
Jumlah
Rerata
4
10,2
7,1
0,6
0,2
0,4
3
5,2
4,1
2,4
3,4
2,9
0,666667
1,7
1,183333
0,1
0,033333
0,066667
0,5
0,866667
0,683333
0,4
0,566667
0,483333
Sd
0,730677
0,04714
0,259272
0,117851
20
Lampiran 9. Data hasil pengamatan tinggi tinggi (cm) tanaman kacang hijau yang diberi
perlakuan ekstrak daun mindi pada berrbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
Ulangan
M0H1
1
2
rerata
1
2
M1H1
Rerata
1
2
M2H1
rerata
1
2
M3H1
rerata
1
14,5
16,5
15,5
14
13
13,5
12,5
13,5
13
14,5
14,5
14,5
Minggu (cm)
2
3
4
31
36
38
28,5
34
34,5
29,75
35
36,25
28
28,5
34
29
30,5
35
28,5
29,5
34,5
31
33,5
42
30
30,5
40
30,5
32
41
28,5
28,5
45
25
28
45
26,75 28,25
45
5
50
45
47,5
35
43
39
48
56
52
50
52
51
Jumlah
Rerata
169,5
158,5
164
139,5
150,5
145
167
170
168,5
166,5
164,5
165,5
33,9
31,7
32,8
27,9
30,1
29
33,4
34
33,7
33,3
32,9
33,1
Sd
1,555635
1,555635
0,424264
0,282843
Lampiran 10. Data hasil pengamatan pengamatan tinggi (cm) tanaman jagung yang diberi
perlakuan ekstrak daun mindi pada berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
Ulangan
M0H2
1
2
rerata
M1H2
1
2
Rerata
M2H2
1
2
rerata
M3H2
rerata
1
2
1
10,5
14,5
12,5
15
11
13
13,5
13
13,25
7
7
7
Minggu (cm)
2
3
4
22,5
33
36
28,5
34,5
38
25,5 33,75
37
24
35
45
24
33
38
24
34
41,5
24,5
27
60
24
27
60
24,25
27
60
25,5
38
60
22,5
38
60
24
38
60
5
40
45,5
42,75
65
50
57,5
65,5
64,5
65
69
68
68,5
Jumlah
Rerata
142
161
151,5
184
156
170
190,5
188,5
189,5
199,5
195,5
197,5
28,4
32,2
30,3
36,8
31,2
34
38,1
37,7
37,9
39,9
39,1
39,5
SD
2,687006
3,959798
0,282843
0,565685
21
Lampiran 11. Data hasil pengamatan tinggi (cm) tanaman kacang hijau yang diberi
perlakuaan ekstrak daun akasia pada berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
Ulangan
A0H1
1
2
rerata
1
2
A1H1
Rerata
1
2
A2H1
rerata
1
2
A3H1
rerata
1
14,5
16,5
15,5
15,5
15,5
15,5
14,5
13,5
14
17
14,5
15,75
Minggu (cm)
2
3
4
31
34
40
28,5
35
45,5
29,75 34,5 42,75
31,5
38,5
47
30
48,5
50
30,75 43,5
48,5
33,5
49,5
54
33
46
48
33,25 47,75
51
34
40
45,5
34
41
45,5
34
40,5
45,5
5
55
56
55,5
50
51
50,5
54
50
52
50
50
50
Jumlah
Rerata
174,5
181,5
178
182,5
195
188,75
205,5
190,5
198
186,5
185
185,75
34,9
36,3
35,6
36,5
39
37,75
41,1
38,1
39,6
37,3
37
37,15
SD
0,989949
1,767767
2,12132
0,212132
Lampiran 12. Data hasil pengamatan tinggi (cm) tanaman jagung yang diberi perlakuaan
ekstrak daun akasia pada berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
Ulangan
A0H2
1
2
rerata
1
2
A1H2
Rerata
1
2
A2H2
rerata
1
2
A3H2
rerata
1
10,5
14,5
12,5
15,5
7
11,25
12
8,5
10,25
13
13
13
Minggu (cm)
2
3
4
24,5
33
52
28,5
34,5
51
26,5 33,75 51,5
25
33
57
24,5
34
60
24,75 33,5
58,5
26
35
35
24,5
34
40
25,25 34,5
37,5
28
33
59,5
27
33
59,5
27,5
33
59,5
5
67
68
67,5
60
60
60
40
49
44,5
70
62
66
Jumlah
Rata-rata
187
196,5
191,75
190,5
185,5
188
148
156
152
203,5
194,5
199
37,4
39,3
38,35
38,1
37,1
37,6
29,6
31,2
30,4
40,7
38,9
39,8
SD
1,343503
0,707107
1,131371
1,272792
Lampiran 13. Data hasil pengukuran biomassa basah (gram) tanaman kacang hijau yang
diberikan perlakuan ekstrak daun mindi pada berbagai konsentasi (v/w)
Perlakuan
M0H1
Ulangan
1
2
M1H1
1
2
M2H1
1
2
M3H1
1
2
Biomassa (gr)
8,57
6,395
Rerata
4,105
3,68
Rerata
5,16
7,71
Rerata
11,43
7,23
Rerata
Jumlah
Rerata
SD
14,965
7,4825
1,537957
7,785
3,8925
0,30052
12,87
6,435
1,803122
18,66
9,33
2,969848
22
Lampiran 14. Data hasil pengukuran biomassa (gr) tanaman jagung yang diberi perlakuaan
ekstrak daun mindi pada berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
M0H2
Ulangan
1
2
M1H2
1
2
M2H2
1
2
M3H2
1
2
Biomassa
12,68
9,529
rerata
10,11
6,812
rerata
12,45
14,7
rerata
14,9
11,83
rerata
Jumlah
Rerata
SD
22,209
11,1045
2,228093
16,922
8,461
2,332038
27,15
13,575
1,59099
26,73
13,365
2,170818
Lampiran 15. Data hasil pengukuran biomassa (gr) tanaman kacang hijau yang diberi
perlakuaan ekstrak daun akasia pada berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
A0H1
Ulangan
1
2
A1H1
1
2
A2H1
1
2
A3H1
1
2
Biomassa
8,57
6,395
rerata
7,4
8,5
rerata
6,7
6,02
rerata
11,14
10,01
rerata
Jumlah
Rerata
SD
14,965
7,4825
1,537957
15,9
7,95
0,777817
12,72
6,36
0,480833
21,15
10,575
0,799031
Lampiran 16. Data hasil pengukuran biomassa (gr) tanamanjagung yang diberi perlakuaan
ekstrak daun akasia pada berbagai konsentrasi (v/w)
Perlakuan
A0H2
Ulangan
1
2
A1H2
1
2
A2H2
1
2
A3H2
1
2
Biomassa
12,68
9,529
rerata
9
8,9
rerata
6,67
7,55
rerata
8,267
8,44
rerata
Jumlah
Rerata
SD
22,209
11,1045
2,228093
17,9
8,95
0,070711
14,22
7,11
0,622254
16,707
8,3535
0,122329
23
Lampiran 17. Anova perkecambahan kacang hijau yang diberi perlakuan ekstrak daun
mindi pada berbagai konsentrasi
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Galat
Total
kk(%)
db
3
4
7
11,62247
jk
1666
308
1974
kt
f.hitung
f. tabel (5%)
555,3333
77
7,212121*
6,59
Lampiran 18. Anova perkecambahan jagung yang diberi perlakuan ektraks daun mindi
pada berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
3
4
7
31,60632
jk
438
96
534
kt
f.hitung
146
24
f. tabel (5%)
6,083333ns
6,59
Lampiran 19. Anova perkecambahan kacang hijau yang diberi perlakuan ekstrak daun
kacang hijau pada berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
3
4
7
2,967406
jk
25,5
34
59,5
kt
f.hitung
8,5
8,5
1
f. tabel (5%)
ns
6,59
Lampiran 20. Anova perkecambahan jagung yang diberi perlakuan ekstrak daun akasia
pada berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
3
4
7
34,60775
jk
672,9837
157,1895
830,1732
kt
224,3279
39,29736
f.hitung
5,708472
f. tabel (5%)
ns
6,59
Lampiran 21. Anova pertumbuhan kecambah kacang hijau yang diberi perlakuan ekstrak
daun mindi pada berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
jk
kt
f.hitung
3
4
7
19,67882
301,1982
5,507
306,7052
100,3994
1,37675
72,92492**
f. tabel (5%)
6,59
24
Lampiran 22. Anova pertumbuhan kecambah jagung yang diberi perlakuan ekstrak daun
mindi pada berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
3
4
7
49,14391
jk
0,3916
0,1252
0,5168
kt
f.hitung
f. tabel (5%)
0,130533
0,0313
4,170394ns
6,59
Lampiran 23. Anova pertumbuhan kecambah kacang hijau yang diberi perlakuan ekstrak
daun akasia pada berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
jk
kt
f.hitung
3
4
7
13,8084
16,0666
14,938
31,0046
5,355533
3,7345
1,43407ns
f. tabel (5%)
6,59
Lampiran 24. Anova pertumbuhan kecambah jagung yang diberi perlakuan ekstrak daun
akasia pada berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
3
4
7
42,97334
jk
0,7958
0,2154
1,0112
kt
0,265267
0,05385
f.hitung
4,926029
f. tabel (5%)
ns
6,59
Lampiran 25. Anova tinggi tanaman kacang hijau yang diberi perlakuan ekstrak daun
mindi pada berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
3
4
7
3,512159
jk
kt
27,3
5,1
32,4
9,1
1,275
f.hitung
f. tabel (5%)
7,137255*
6,59
Lampiran 26. Anova tinggi tanaman jagung yang diberi perlakuan ekstrak daun mindi pada
berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
3
4
7
6,812996
jk
102,055
23,3
125,355
kt
34,01833
5,825
f.hitung
5,840057
f. tabel (5%)
ns
6,59
25
Lampiran 27. Anova tinggi tanaman kacang hijau yang diberi perlakuan ekstrak daun
akasia pada berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
jk
kt
f.hitung
f. tabel (5%)
3
4
7
3,71641
17,68375
7,795
25,47875
5,894583
1,94875
3,024802ns
6,59
Lampiran 28. Anova tinggi tanaman jagung yang diberi perlakuan ekstrak daun akasia
pada berbagai perlakuan
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
3
4
7
3,122062
jk
105,4538
5,205
110,6588
kt
35,15125
1,30125
f.hitung
27,01345**
f. tabel
(5%)
6,59
Lampiran 29. Anova biomassa kacang hijau yang diberi perlakuan ekstrak daun mindi
pada berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
3
4
7
28,23366
jk
30,13118
14,87428
45,00545
kt
10,04373
3,718569
f.hitung
2,700965ns
f. tabel
(5%)
6,59
Lampiran 30. Anova biomassa jagung yang diberi perlakuan ekstrak daun mindi pada
berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
3
4
7
18,06571
jk
34,22382
17,6465
51,87032
kt
11,40794
4,411626
f.hitung
2,585881
f. tabel (5%)
ns
6,59
Lampiran 31. Anova biomassa kacang hijau yang diberi perlakuan ektrak daun akasia pada
berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
jk
kt
f.hitung
3
4
7
12,10833
19,11353
3,839963
22,9535
6,371178
0,959991
6,636709*
f. tabel (5%)
6,59
26
Lampiran 32. Anova biomassa jagung yang diberi perlakuan ekstrak daun akasia pada
berbagai konsentrasi
Sumber
keragaman
perlakuan
galat
total
kk(%)
db
jk
kt
f.hitung
3
4
7
13,05064
16,7268
5,371565
22,09837
5,575601
1,342891
4,151938ns
f. tabel (5%)
6,59
Lampiran 33. Uji lsd perkecambahan kacang hijau yang diberi perlakuan ekstrak daun
mindi pada berbagai konsentrasi
t
ktg
r
lsd
2,776
77
2
24,3593
100
100
71
68
63
71
29
68
32
3
63
37
8
5
Lampiran 34. uji lsd pertumbuhan kecambah kacang hijau ang diberi perlakuan ekstrak
daun mindi pada berbagai konsentrasi
t
ktg
r
lsd
2,776
1,37975
2
3,260766
16,59
16,59
2,49
2,39
2,38
2,49
14,1
2,39
14,2
0,1
2,38
14,21
0,11
0,01
Lampiran 35. uji lsd tinggi tanaman kacang hijau ang diberi perlakuan ekstrak daun mindi
pada berbagai konsentrasi
t
ktg
r
lsd
2,776
1,275
2
3,134545
33,7
33,7
33,1
32,8
29
33,1
0,6
32,8
0,9
0,3
29
4,7
4,1
3,8
27
Lampiran 36. uji lsd tinggi tanaman jagung yang diberi perlakuan ekstrak daun akasia pada
berbagai konsentrasi
t
ktg
r
lsd
2,776
1,30125
2
3,166648
39,8
39,8
38,35
37,6
30,4
38,35
1,45
37,6
2,2
0,75
30,4
9,4
7,95
7,2
Lampiran 37. uji lsd biomassa kacang hijau ang diberi perlakuan ekstrak daun akasia pada
berbagai konsentrasi
t
ktg
r
lsd
10,757
7,95
7,4825
6,36
2,776
0,95991
2
2,719786
10,575
7,95
2,807
7,4825
3,2745
0,4675
6,39
4,367
1,56
1,0925
28