Analisis Karyawan Toyota Di Jepang Menin

UNIVERSITAS INDONESIA

Analisis Karyawan Toyota Di Jepang Meninggal Akibat Kerja Nonstop Dari
Aspek Psikososial dan Stress Kerja

MAKALAH
Diajukan sebagai salah satu tugas tambahan pada Mata Kuliah
Bahaya Psikososial dan Stress Kerja

Disusun Oleh:
Lia Anggraeni

1406648086

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
DEPOK
DESEMBER 2015
1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-Nyalah makalah

mengenai Analisis Kasus Karyawan Toyota di Jepang Meninggal Akibat Kerja
Nonstop dari Faktor Psikososial dan Stress Kerja dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini menyajikan pembahasan tentang bahaya psikososial dan stress
kerja bagi karyawan, faktor-faktor penyebab dan bagaimana cara menghindarinya.
Dengan harapan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah mengenai tujuh kebutaan dalam proses belajar.
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari bahwa ada banyak
kekurangan. Untuk itu kami meminta saran dan kritik yang membangun. Agar
kami bisa lebih baik lagi. Saya berharap makalah ini dapat berguna bagi yang
membacanya.

Depok, Desember
2015

Penyusun

2


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka-angka tentang kecelakaan kerja di Indonesia menunjukkan
bahwa kita harus memberikan perhatian serius untuk pekerja Indonesia. BPJS
ketenagakerjaan mencatat sepanjang tahun 2013 telah terjadi kecelakaan kerja
sebanyak 146.219 orang berjenis kelamin laki-laki dan 46.692 berjenis
kelamin perempuan (18/2/2014). Dari jumlah kecelakaan tersebut sebagian
besar atau sekitar 69,59 persen terjadi di dalam perusahaan ketika mereka
bekerja. Sedangkan yang di luar perusahaan sebanyak 10,26 persen dan
sisanya atau sekitar 20,15 persen merupakan kecelakaan lalu lintas yang
dialami para pekerja.
Salah satu sumber penyebab kecelakaan kerja adalah stress kerja
sebagai faktor psikologis, terbukti bahwa semakin stres berkaitan dengan
pekerjaan maka resiko kecelakaan semakin tinggi. Pekerja yang mengalami
stres dalam pekerjaannya akan cenderung bersikap negatif seperti menjadi
cemas, was-was, sulit tidur, gangguan pola makan, dan menjadi lebih diam
dari biasanya. Stres yang tidak cepat diatasi oleh pekerja menyebabkan
pekerja tidak konsentrasi dalam melaksanakan tugas dan merasa frustasi
dalam menyelesaikan tanggung jawab kerja sehingga pekerja melakukan

kesalahan ketika sedang bekerja (Sneddon, Mearns dan Flin, 2006).
Dalam makalah ini dilampirkan kasus yang berkaitan dengan masalah
psikososial dan stress kerja hingga mengakibatkan kecelakaan kerja bagi
karyawannya. Bagaimana perusahaan memperlakukan karyawannya sehingga
terjadi kecelakaan kerja. Untuk itulah kami ingin menganalisis kasus tersebut
berdasarkan aspek psikososial dan stress kerja.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Kasus Karyawan Toyota di Jepang Meninggal akibat Kerja Non
Stop dikaitkan dengan masalah psikososial dan stress kerja?
3

C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana Kasus Karyawan Toyota di Jepang Meninggal
akibat Kerja Non Stop dikaitkan dengan masalah psikososial dan stress kerja
D. Manfaat
Agar dapat memahami bagaimana Kasus Karyawan Toyota di Jepang
Meninggal akibat Kerja Non Stop dikaitkan dengan masalah psikososial dan
stress kerja

4


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Bahaya Psikososial Kerja (Stres Kerja)
Lazarus & Folkman 1986 mendefinisikan stres adalah keadaan
internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi
lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali
atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya
Stres kerja merupakan suatu kondisi dimana seorang karyawan
dihadapkan dengan tuntutan, hambatan, peluang dan tantangan yang berbeda
atau

tidak

sesuai

dengan

kondisi


yang

diharapkan

hingga

dapat

mempengaruhi kondisi fisik dan mentalnya. Stress kerja dapat ditandai
dengan adanya penyimpangan perilaku di dalam organisasi (Tom, 2000).
B. Penyebab Stres Kerja
Hampir semua orang setuju bahwa stress kerja didapat dari interaksi
antara pekerja dengan kondisi kerja. Tampilan berbeda, namun, tentang
pentingnya karakteristik pekerja terhadap kondisi kerja sebagai penyebab
utama stres kerja. Sudut pandang yang berbeda penting menyarankan cara
yang berbeda untuk mencegah stres di tempat kerja.
Menurut salah satu aliran pemikiran, perbedaan karakteristik individu
seperti kepribadian dan mengatasi gaya yang paling penting dalam
memprediksi apakah kondisi pekerjaan tertentu akan mengakibatkan stres

dengan kata lain, apa yang menegangkan bagi satu orang mungkin tidak
menjadi masalah bagi orang lain. Sudut pandang ini menyebabkan strategi
pencegahan yang berfokus pada pekerja dan cara-cara untuk membantu
mereka mengatasi kondisi pekerjaan yang menuntut.
Meskipun pentingnya perbedaan individu tidak dapat diabaikan, bukti
ilmiah menunjukkan bahwa kondisi kerja tertentu dapat menjadi stres bagi
kebanyakan orang. Tuntutan beban kerja yang berlebihan dan harapan yang
saling bertentangan adalah bukti untuk lebih menekankan pada kondisi kerja

5

sebagai sumber utama stres kerja, dan untuk mendesain ulang pekerjaan
sebagai strategi pencegahan primer (Leka, 2003)
C. Kondisi pekerjaan yang dapat menyebabkan Stres
1. Desain Tugas
Beban kerja yang berat, waktu istirahat jarang, jam kerja yang panjang dan
Shiftwork; tugas sibuk dan rutin yang memiliki sedikit makna yang
melekat, tidak memanfaatkan keterampilan pekerja, dan memberikan
sedikit rasa kontrol.
2. Gaya manajemen

Kurangnya partisipasi pekerja dalam pengambilan keputusan, komunikasi
yang buruk dalam organisasi, kurangnya kebijakan yang ramah keluarga..
Hubungan interpersonal.
3. Lingkungan sosial yang buruk dan kurangnya dukungan atau bantuan dari
rekan kerja dan supervisor..
4. Peran bekerja.
Harapan pekerjaan yang bertentangan atau tidak pasti, terlalu banyak
tanggung jawab, terlalu banyak "topi untuk dipakai."
5. Kekhawatiran karir
Ketidakamanan kerja dan kurangnya kesempatan untuk berkembang,
kemajuan, atau promosi; perubahan yang cepat yang pekerja tidak siap.
6. Keadaan lingkungan.
Kondisi fisik yang tidak menyenangkan atau berbahaya seperti crowding,
kebisingan, polusi udara, atau masalah ergonomis (DHHS, 2002)
D. Stres Kerja dan Kesehatan:
1. Penyakit kardiovaskular
Banyak studi menunjukkan bahwa secara psikologis menuntut pekerjaan
yang memungkinkan karyawan memiliki sedikit kontrol atas proses kerja
yang dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular.
2. Gangguan muskuloskeletal


6

Berdasarkan penelitian oleh NIOSH dan banyak organisasi lainnya, secara
luas diyakini bahwa stres kerja meningkatkan risiko peningkatan gangguan
muskuloskeletal di ekstremitas atas dan bawah.
3. Gangguan psikologis
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perbedaan dalam tingkat
masalah kesehatan mental (seperti depresi dan kelelahan) untuk berbagai
pekerjaan adalah karena adanya perbedaan di tingkat stres kerja.
(Perbedaan status ekonomi dan gaya hidup antara pekerjaan juga dapat
berkontribusi untuk beberapa masalah ini.)
4. Cedera Tempat Kerja
Meskipun studi lebih lanjut diperlukan, ada kekhawatiran bahwa kondisi
stres kerja mengganggu praktek kerja yang aman dan menetapkan cedera
di tempat kerja.
5. Bunuh diri, Kanker, Luka, dan Fungsi kekebalan Gangguan
Beberapa studi menunjukkan hubungan antara kondisi stres kerja dan
masalah kesehatan ini. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum
kesimpulan perusahaan bisa ditarik (Goetzel, 1998).


7

BAB III
PEMBAHASAN
A. Kasus
Merdeka.com - Pada tahun 2008, seorang insinyur yang bekerja di
perusahaan mobil Toyota diketahui meninggal setelah bekerja terlalu lama.
Karyawan yang tak diketahui namanya tersebut berusia 45 tahun saat
meninggal.
Berdasarkan pengacaranya, Mikio Mizuno, sebelum meninggal pria
tersebut tengah mengalami tekanan pekerjaan sebagai pemimpin dalam
proyek pengembangan versi hybrid dari Toyota Camry. Selama dua bulan
sebelum kematiannya, pria tersebut diketahui sering bekerja lebih lama dari
jam kerja yang ditentukan. Dia bahkan sering bekerja di malam hari dan di
hari libur.
Tak hanya itu, insinyur tersebut juga sering dikirim ke luar negeri
untuk urusan pekerjaan dan tak mendapatkan waktu istirahat yang cukup.
Anak perempuannya menemukannya sudah tak bernyawa di rumah. Kasus
semacam ini juga pernah terjadi pada salah satu karyawan Toyota yang

berusia 30 tahun pada tahun 2002. Pekerja tersebut juga diketahui meninggal
saat bekerja.
Di Jepang meninggal akibat bekerja nonstop disebut dengan istilah
'Karoshi'. Jepang merupakan negara kedua yang sering mengalami kasus
seperti ini setelah China. Kasus Karoshi di jepang telah meningkat sejak
tahun 1987.
http://www.merdeka.com/sehat/4-kasus-karyawan-meninggal-setelahbekerja-nonstop/karyawan-toyota-jepang.html
B. Analisis Kasus
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa karyawan Toyota di
Jepang tersebut mengalami masalah psikososial dan stress kerja. Hal tersebut
ditunjukkan dengan karyawan tersebut mengalami tekanan sebagai pemimpin
8

dalam proyek pengembangan versi hybrid dari toyota camry. Tanggung
jawab yang besar sebagai pemimpin dan bekerja untuk sebuah perusahaan
besar sekelas Toyota pasti akan menimbukan tekanan-tekanan yang akan
menjadi beban bagi karyawan tersebut. Target pencapaian, deadline, kualitas
dan kesempurnaan selalu menjadi beban pikiran yang selalu ada dalam
pikirannya terlebih Toyota merupakan perusahaan kelas dunia sehingga
kegagalan akan menjatuhkan nama perusahaan dan karier karyawan itu

sendiri. Pada akhirnya untuk mencapai kesemuanya itu karyawan tersebut
memaksa dirinya sendiri untuk bekerja di luar batas normal. Dalam artikel
disebutkan karyawan tersebut bekerja lebih lama dari jam kerja yang
ditentukan dan bahkan sering bekerja di malam hari dan di hari libur. Hal
tersebut tentu sangat tidak ideal, dimana idealnya adalah 8 jam perhari.
Setidaknya sore hari para pekerja sudah selesai dengan pekerjaannya dan
pulang ke rumah masing-masing. Tetapi yang ditunjukkan dalam kasus diatas
karyawan tersebut bekerja sampai malah dan bahkan di hari liburpun masih
tetap bekerja. Hal tersebut menunjukkan beban kerja yang sangat berat yang
diberikan dari perusahaan terbukti dengan waktu kerja normal pekerjaannya
belum selesai sehingga membuatnya bekerja hingga malam dan di hari libur.
Faktor-faktor lain seperti tekanan dari petinggi toyota dan waktu juga pasti
ikut memberikan beban lebih kepada karyawan tersebut. Dan akhirnya tingkat
stress dari karyawan tersebut semakin meningkat.
Selain itu sepertinya perusahaan dimana karyawan tersebut bekerja
tidak begitu memperhatikan kesehatan karyawannya terbukti dari pernyataan
anaknya bahwa perusahaan pernah mengirimkan karyawan tersebut ke luar
negeri tetapi tidak mendapat waktu istirahat yang cukup. Bisa dibayangkan
bagaimana melelahkannya perjalanan ke luar negeri dengan waktu tempuh
perjalanan yang lama. Dan dalam hal ini perusahaan tidak memberikan waktu
istirahat yang cukup. Perjalanan yang melelahkan, waktu istirahat yang
kurang, dan beban pekerjaan untuk nantinya di presentasikan tentu akan
semakin meningkatkan stress yang dialami si karyawan. Disamping stress
kesehatan karyawan tersebut juga akan menurun.
9

Dengan banyaknya masalah psikososial dan stress kerja yang
dialami karyawan tersebut tentu pekerjaan semakin tidak fokus semakin
menjadi beban dan pada akhirnya stress bertambah berat. Dan pada akhirnya
kesemuanya tersebut berdampak pada kesehatan. Dengan usia si karyawan
yang telah berusia 45 tahun tentu tidak bisa dikatakan dia masih muda lagi
dan fungsi tubuhnya juga telah mengalami penurunan. Dengan berbagai
faktor tersebut berbagai masalah kesehatan timbul seperti penyakit
kardiovaskular dan gangguan psikologis. Pola makan tidak teratur dan
istirahat yang kurang semakin memperburuk kondisi kesehatannya. Dan
akhirnya si karyawan tersebut ditemukan meninggal.
Kecelakaan kerja tersebut tidak perlu terjadi jika perusahaan lebih
memperhatikan karyawannya dan karyawannya bisa memanagemen stress.
Dari perusahaan seharusnya tidak terlalu membebani karyawan tersebut
dengan pekerjaan yang terlalu berat atau perusahaan dapat memberikan
tambahan sumber daya untuk membantu karyawan tersebut. Perusahaan juga
harusnya tidak terlalu menekan karyawan tetapi lebih memberikan
kepercayaan kepada karyawan tersebut. Liburaan dan istirahat yang cukup
saat melakukan kunjungan ke luar negeri harusnya dapat diberikan oleh
perusahaan selain itu perusahaan harus menciptakan kondisi lingkungan kerja
yang nyaman dan kondusif. Sehingga jika semua faktor diatas dapat terpenuhi
oleh perusahaan maka masalah psikososial dan stress kerja dapat dihindari
dan keccelakaan kerja tidak perlu terjadi. Sedangkan dari diri karyawan
sendiri managemen stress dapat dilakukan dengan istirahat yang cukup,
mengambil liburan untuk refresing. Dan seharusnya jika memang merasa
tidak sanggup tidak perlu memaksakan diri tapi lebih berkoordinasi dengan
pimpinannya untuk tambahan sumber daya sehingga dapat membantu
pekerjaannya.
Untuk Pemerintah Jepang harusnya kasus tersebut dapat menjadi
pembelajaran agar peraturan tentang ketenagakerjaan lebih diperhatikan lagi,
mengingat pada tahun-tahun sebelumnya di perusahaan yang sama juga
pernah terjadi peristiwa serupa. Sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap
10

perusahaan tersebut dan regulasi untuk tenaga kerja lebih diperhatikan lagi
sehingga kecelakaan kerja bisa dihindari.

11

BAB IV
SIMPULAN
A. Simpulan
1. Faktor Psikososial dan Stress Kerja mempunyai peranan penting bagi
terjadinya kecelakaan kerja. Faktor tersebut umumnya dimiliki para
pekerja karena tingginya beban kerja, lingkungan yang tidak nyaman,
tekanan-tekanan dari berbagai pihak dan lain-lain. Akibatnya terjadi stress
kerja hingga terjadi kecelakaan kerja.
2. Kasus Karyawan Toyota di Jepang Meninggal Akibat Kerja Non Stop
menunjukkan bahwa karyawan tersebut mengalami stress kerja karena
tekanan sebagai pemimpin untuk salah satu proyek yang tengah dikerjakan
perusahaan tersebut. Dan juga karena perusahaan tidak memperhatikan
kesehatannya karena saat kunjungan ke luar negeri karyawan tersebut
tidak mendapatkan istirahat yang cukup. Lama kelamaan akibatnya stress
kerja semakin besar dan timbul gangguan kesehatan hingga akhirnya
karyawan tersebut ditemukan meninggal.
B. Saran
1. Diperlukan aturan-aturan yang lebih mengatur tentang ketenagakerjaan
dan mekanisme kerja sehingga keselamatan dan kesejahteraan pekerja
dapat lebih diperhatikan sehingga kecelakaan kerja bisa dihindari.
2. Perusahaan

hendaknya

lebih

memperhatikan

karyawannya,

tidak

memberikan beban kerja yang berlebihan, tidak terlalu menekan
karyawannya,

menciptakan

lingkungan

kerja

yang

nyaman

dan

memberikan waktu bagi karyawannya untuk liburan.
3. Pemerintah harus mengevaluasi perusahaan tersebut mengingat pada
tahun-tahun sebelumnya kecelakaan kerja yang serupa juga terjadi, sanksi
dan evaluasi aturan yang mengatur ketenagakerjaan harus dilakukan.

12

DAFTAR PUSTAKA
DHHS (NIOSH) Publication No. 99–101, NIOSH working group, Stress at Work,
2002
Leka, S., Cox, T., Griffits,A. 2003. Work Organisation & Stress. Switzerland:
World Health Organization
JOURNAL Dari Occupational and Environmental Medicine Goetzel RZ,
Anderson DR, Whitmer RW, Ozminkowski RJ, Dunn RL, Wasserman J,
Health Enhancement Research Organization (HERO) Research Committee
[1998]. The relationship between modifiable health risks and health care
expenditures: an analysis of the multi-employer HERO health risk and cost
database. Journal of Occupational and Environmental Medicine 40(10).
Tom Cox CBE, Amanda Griffiths, Eusebio Rial-Gonzales, Research on Work
Related Stress., European Agency for Safety and Health at Work, ISBN 92828-9255-7, Belgium 2000

13

Dokumen yang terkait

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGRIBISNIS PERBENIHAN KENTANG (Solanum tuberosum, L) Di KABUPATEN LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

27 309 21

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63