sejarah dan gereja dan katolik

Sejarah Gereja Perdana dan Pertengahan

Nama
:
Prodi
:
Semester :
Mata Kuliah :

Martinus Rikiwi Setiaji, MSC

Martinus Rikiwi Setiaji, MSC
Filsafat
III
Sejarah Gereja Perdana dan Pertengahan

Succesio Apostolik:
Sejarah dan Sifat Gereja Dilihat dari Peran Petrus

Latar Belakang
“Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan

jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya”. Kalimat tersebut
adalah kalimat formula pendirian Gereja oleh Kristus melalui Petrus, Sang
Kefas. Petrus adalah seorang rasul yang perannya amat sentral dalam
Gereja karena melalui Petruslah pewarisan ajaran dan iman Gereja terus
dijaga dan dilestarikan kemurniannya. Tak dapat disangkal bahwa dalam
sejarah Gereja, baik sejak awal hingga pada perkembangannya
selanjutnya, Petrus mempunyai peran dan tempat yang tak bisa
dipisahkan dari keberadaan Gereja sendiri. Sebagai rasul yang diangkat
menjadi pemimpin sendiri oleh Yesus serta menjadi sok guru Gereja
bersama dengan Paulus, Petrus adalah rasul yang akan terus dibawa
melekat di sejarah dan perkembangan Gereja hingga akhir zaman seperti
janji Yesus sendiri bahwa Gereja-Nya takkan lekang bahkan oleh maut
sekalipun.
Para Rasul sebagai awal kesatuan Gereja
Seturut syahadat Para Rasul dan syahadat Nicea, diterjemahkan bahwa
Gereja yang satu itu secara esensial mesti bersifat Apostolik. Dalam
Perjanjian Baru sendiri kata Apostolos memiliki arti yang berbeda. Ia bisa
berarti kelompok 12 rasul yang dikumpulkan dan dibentuk oleh Yesus
yang mana adalah lambang dari 12 suku Israel, di lain tempat rasul
berarti utusan dari jemaat tertentu. Paulus sendiri melihat rasul sebagai

mereka yang melihat Kristus yang bangkit dan mendapat tugas perutusan
dari-Nya untuk mewartakan Injil sebagai misionaris pertama.
Dalam perkembangan sejarah Gereja, Gereja menyadari bahwa para rasul
merupakan jembatan yang menghubungkan dan tak tergantikan antara
Yesus Kristus dengan Gereja. Para rasul adalah satu-satunya saksi
mengenai hidup, karya dan kebangkitan Kristus. Hanya melalui tulisan
1

Sejarah Gereja Perdana dan Pertengahan

Martinus Rikiwi Setiaji, MSC

merekalah jemaat hingga hari ini tetap dalam garis kontak dengan
historitas Yesus yang bangkit. Lebih jauh lagi, Gereja hanya bisa
mempertahankan relasinya dengan Kristus, bila dalam tradisinya selalu
berhubungan dengan kesaksian dan ajaran para rasul. Untuk itulah
pentingnya kontinutas para rasul terus berlanjut dalam Gereja dengan
succesio apostolic.

Petrus: Apostolitas Gereja

Petrus sebagai rasul Yesus mendapatkan tempat yang penting dan
istimewa dalam hubungan antara Yesus dan Gereja. Yesus
bersabda,“Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan
mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya”. Inilah
kata-kata formula yang menempatkan Petrus pada posisi penting pada
Kelompok 12 rasul dan sejarah Gereja selanjutnya. Kalimat itu pula yang
membuat Gereja tetap menjadi satu kesatuan walau dalam tubuh Gereja
terdapat banyak bentuk yang disebabkan oleh tersebarnya para rasul dan
pengejaran mereka. Dalam diri Petruslah perbedaan tersebut diikat dan
disatukan sehingga misi dan karya keselamatan yang Yesus wartakan
tetap berlanjut hingga saat ini dalam primat Paus, yang adalah pewaris
peran dan fungsi Petrus sebagai penjaga iman Gereja.
Keyakinan bahwa Succesio Apostolic tetap berlanjut dalam diri seorang
Paus tetap kuat dipertahankan. Apostolitas ditentukan oleh kenyataan
bahwa suatu Gereja berada dalam persekutuan dengan Uskup Roma,
Paus. Pujangga Gereja abad 3, Ireneus menyatakan bahwa daripada
bersusah payah membuktikan kebenaran iman dan apostolisitasnya,
cukup bahwa setiap jemaat berorientasi pada Uskup Roma. Roma
didirikan oleh rasul, yakni Petrus dan Paulus, yang merupakan 2 rasul
terpenting dan merupakan jemaat terpandang. Jelaslah menurutnya

bahwa suatu jemaat bersifat apostolik bila ia berada dalam persekutuan
dengan jemaat Roma.
Ada tiga kriteria yang selama ini diimani menentukan apostolitas suatu
Gereja :
 Tradisi
Tradisi dipandang apostolik bila ia secara total sesuai dengan ajaran
dan praktik para rasul.
 Persekutuan
Gereja seluruhnya sebagai persekutuan Gereja-Gereja lokal
memikul tanggung jawab untuk menyerahkan iman apostolik,
2

Sejarah Gereja Perdana dan Pertengahan

Martinus Rikiwi Setiaji, MSC

sejauh mereka mempertahankanm persekutuan satu sama lain
dalam iman apostolic.
 Suksesi
Suksesi dalam jabatan harus melindungi dan mempertahankan

apostolisitas iman dari seluruh Gereja.Suksesi harus melayani
Gereja.
Pada kelanjutannya, Succesio Apostolic tak dapat dipisahkan dengan Roh
Kudus. Yesus sendiri menjanjikan bahwa Gereja takkan bisa dihancurkan
bahkan oleh maut sekalipun dan akan senantiasa dalam terang Roh
Kudus. Oleh Gereja Roh Kudus terus dibawa dalam sejarah karena Gereja
menyadari peran yang tak tergantikan dari Roh Kudus sebagai
pembimbing arah Gereja berjalan dan mengantar umat Allah menuju pada
keselamatan abadi. Roh Kudus hadir dalam dan melalui Succesio
Apostolic
dan terus menjaga kesatuan akan iman yang sama dan
menguatkan Gereja ketika Gereja diterpa badai iman. Gereja takkan
mampu bertahan diterpa gelombang zaman tanpa ada peran dan karya
Roh Kudus, karena memang dalam Roh Kuduslah kekuatan Allah hadir
dan menyatukan Gereja dalam kepelbagaian rupa dan rumusan.
Dalam Perjanjian Baru sendiri posisi kedua belas rasul diusahakan agar
tetap 12. Sepeninggal Yudas yang mengkhianati Yesus dan bunuh diri di
tanah yang dibelinya, para rasul yang lain lalu berdoa dan memohon
petunjuk agar Tuhan sendiri menentukan siapakah yang dikehendaki-Nya
untuk menggantikan posisi Yudas. Lalu dibuang undi dan keluarlah Matias

sebagai pengganti Yudas Si Pengkhianat. Kisah ini menunjukkan sudah
ada usaha dari para rasul sendiri untuk terus melestarikan dan
mewariskan apa yang telah Yesus buat. Hal ini juga sama dengan Petrus
yang adalah Batu Karang Gereja dan pewarisan apostoliknya.
Cara pewarisan Succesio Apostolic adalah dengan cara penumpangan
tangan1 dan menghadirkan Roh Kudus saat penumpangan tangan
dilakukan.
Jabatan imamat diteruskan oleh tangan Uskup yang
merupakan pengganti dan penerus para rasul.

Struktur dan Hierarki Gereja
Pada kelanjutannya, Succesio Apostolic ini tak berhenti pada Paus semata
karena lalu muncul hierarkis sesuai dengan apa yang terjadi dalam jemaat
perdana. Maka muncul struktur hierarkis Gereja yang sekarang terdiri dari
dewan para Uskup dengan Paus sebagai kepalanya, dan para imam serta
1

bdk Kis 6:6 dan I Tim 5:22

3


Sejarah Gereja Perdana dan Pertengahan

Martinus Rikiwi Setiaji, MSC

diakon sebagai pembantu uskup sebagaimana yang ada dalam jemaat
perdana itu :
1. Para Rasul
Sejarah awal perkembangan Hierarki adalah kelompok 12 rasul. Inilah
kelompok yang sudah terbentuk waktu Yesus masih hidup. Seperti Paulus
juga menyebutnya kelompok itu " mereka yang telah menjadi rasul
sebelum aku 2". Demikian juga Paulus pun seorang rasul, sebagaimana
dalam Kitab Suci3.
Pada akhir perkembangannya ada struktur dari Gereja St. Ignatius dari
Antiokhia, yang mengenal "penilik" (Episkopos), "penatua" (presbyteros),
dan "pelayan" (diakonos). Struktur ini kemudian menjadi struktur Hierarkis
yang terdiri dari uskup, imam dan diakon.

2. Dewan Para Uskup
Pada akhir zaman Gereja perdana, sudah diterima cukup umum bahwa

para uskup adalah pengganti para rasul, seperti juga dinyatakan dalam
Konsili Vatikan II4. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa hanya ada dua belas
uskup (karena 12 rasul). Di sini dimaksud bukan rasul satu persatu diganti
oleh orang lain, tetapi kalangan para rasul sebagai pemimpin Gereja
diganti oleh kalangan para uskup. Hal tersebut juga di pertegas dalam
Konsili Vatikan II5.
Tegasnya, dewan para uskup menggantikan dewan para rasul. Yang
menjadi pimpinan Gereja adalah dewan para uskup. Seseorang diterima
menjadi uskup karena diterima ke dalam dewan itu. itulah tahbisan
uskup, "Seorang menjadi anggota dewan para uskup dengan menerima
tahbisan sakramental dan berdasarkan persekutuan hierarkis dengan
kepada maupun para anggota dewan"6. Sebagai sifat kolegial ini, tahbisan
uskup selalu dilakukan oleh paling sedikit tiga uskup, sebab tahbisan
uskup berarti bahwa seorang anggota baru diterima kedalam dewan para
uskup7.
3. Paus
Kristus mengangkat Petrus menjadi ketua para rasul lainnya untuk
menggembalakan umat-Nya. Paus, pengganti Petrus adalah pemimpin
2
3

4
5
6
7

Gal 1:17
1 Kor 9:1, 15:9
LG 20
LG 20 dan LG 22
LG 22
LG 21

4

Sejarah Gereja Perdana dan Pertengahan

Martinus Rikiwi Setiaji, MSC

para uskup. Menurut kesaksian tradisi, Petrus adalah uskup Roma
pertama. Karena itu Roma selalu dipandang sebagai pusat dan pedoman

seluruh Gereja. Maka menurut keyakinan tradisi, uskup roma itu
pengganti Petrus, bukan hanya sebagai uskup lokal melainkan terutama
dalam fungsinya sebagai ketua dewan pimpinan Gereja. Paus adalah
uskup Roma, dan sebagai uskup Roma ia adalah pengganti Petrus dengan
tugas dan kuasa yang serupa dengan Petrus. hal ini dapat kita lihat dalam
sabda Yesus sendiri : "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab
bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang
di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di
atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak
akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga.
Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang
kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." 8
4. Uskup
Paus adalah juga seorang uskup. kekhususannya sebagai Paus, bahwa dia
ketua dewan para uskup. Tugas pokok uskup di tempatnya sendiri dan
Paus bagi seluruh Gereja adalah pemersatu. Tugas hierarki yang pertama
dan utama adalah mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas itu
boleh disebut tugas kepemimpinan, dan para uskup "dalam arti
sesungguhnya disebut pembesar umat yang mereka bimbing9.
Tugas pemersatu dibagi menjadi tiga tugas khusus menurut tiga bidang

kehidupan Gereja. Komunikasi iman Gereja terjadi dalam pewartaan,
perayaan dan pelayanan. Maka dalam tiga bidang itu para uskup, dan
Paus untuk seluruh Gereja, menjalankan tugas kepemimpinannya. "Di
antara tugas-tugas utama para uskup pewartaan Injilah yang
terpenting"10. Dalam ketiga bidang kehidupan Gereja uskup bertindak
sebagai pemersatu, yang mempertemukan orang dalam komunikasi iman.
5. Imam
Pada zaman dahulu, sebuah keuskupan tidak lebih besar daripada
sekarang yang disebut paroki. Seorang uskup dapat disebut "pastor
kepala" pada zaman itu. dan imam-imam "pastor pembantu", lama
kelamaan pastor pembantu mendapat daerahnya sendiri, khususnya di
pedesaan. Makin lama daerah-daerah keuskupan makin besar. Dengan
Demikian, para uskup semakin diserap oleh tugas oraganisasi dan
administrasi. Tetapi itu sebetulnya tidak menyangkut tugasnya sendiri

8

Mat 16:17-19
LG 27
10
LG 25
9

5

Sejarah Gereja Perdana dan Pertengahan

Martinus Rikiwi Setiaji, MSC

sebagai uskup, melainkan cara melaksanakannya. sehingga uskup
sebagai pemimpin Gereja lokal, jarang kelihatan ditengah-tengah umat.
Melihat perkembangan demikian, para imam menjadi wakil uskup. "Di
masing-masing jemaat setempat dalam arti tertentu mereka
menghadirkan uskup. Para imam dipanggil melayani umat Allah sebagai
pembantu arif bagi badan para uskup, sebagai penolong dan organ
mereka"11.
Tugas konkret mereka sama seperti uskup: "Mereka ditahbiskan untuk
mewartakan Injil serta menggembalakan umat beriman, dan untuk
merayakan ibadat ilahi"
6. Diakon
"Pada tingkat hierarki yang lebih rendah terdapat para diakon, yang
ditumpangi tangan bukan untuk imamat, melainkan untuk pelayanan" 12.
Mereka pembantu uskup tetapi tidak mewakilinya. Para uskup mempunyai
2 macam pembantu, yaitu pembantu umum (disebut imam) dan
pembantu khusus (disebut diakon). Bisa dikatakan juga diakon sebagai
"pembantu dengan tugas terbatas". Jadi diakon juga termasuk ke dalam
anggota hierarki.

Hubungan Petrus sebagai Batu Karang Gereja dengan sifat-sifat
Gereja
Dalam Syahadat Nikea-Konstantinopel, dikatakan: “Aku percaya akan
Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik”. Inilah keempat sifat
Gereja. Keempat sifat ini, yang tidak boleh dipisahkan satu dari yang lain,
melukiskan ciri-ciri hakikat Gereja dan perutusannya. Gereja tidak
memilikinya dari dirinya sendiri. Melalui Roh Kudus, Kristus menjadikan
Gereja-Nya itu satu, kudus, katolik dan apostolik. Di sini peran Petrus juga
tak bisa ditinggalkan begitu saja karena sifat-sifat Gereja berkaitan erat
dengan kehadiran dan fungsi Petrus sebagaimana telah Yesus sendiri
berikan pada Petrus.
Gereja yang satu
Katekismus Gereja Katolik menjelaskan bahwa Gereja itu satu, karena tiga
alasan. Pertama, Gereja itu satu menurut asalnya, yang adalah Tritunggal
Mahakudus, kesatuan Allah tunggal dalam tiga Pribadi - Bapa, Putra dan
11
12

LG 28
LG 29

6

Sejarah Gereja Perdana dan Pertengahan

Martinus Rikiwi Setiaji, MSC

Roh Kudus. Kedua, Gereja itu satu menurut pendiri-Nya, Yesus Kristus,
yang telah mendamaikan semua orang dengan Allah melalui darah-Nya di
salib. Ketiga, Gereja itu satu menurut jiwanya, yakni Roh Kudus, yang
tinggal di hati umat beriman, yang menciptakan persekutuan umat
beriman, dan yang memenuhi serta membimbing seluruh Gereja13.
“Kesatuan” Gereja juga kelihatan nyata. Pengikut Kristus dipersatukan
dalam pengakuan iman yang satu dan sama, dalam perayaan ibadat
bersama
terutama
sakramen-sakramen,
dan
struktur
hierarkis
berdasarkan suksesi apostolik yang dilestarikan dan diwariskan melalui
Sakramen Tahbisan Suci. Semua ibadat yang ada dalam Gereja
dipersembahkan oleh imam yang dipersatukan dengan uskupnya, yang
dipersatukan dengan Bapa Suci, Paus, penerus Petrus.
Namun demikian, Gereja yang satu ini memiliki kemajemukan yang luar
biasa. Umat beriman menjadi saksi iman dalam panggilan hidup yang
berbeda-beda dan dalam beraneka bakat serta talenta, tetapi saling
bekerjasama untuk meneruskan misi Tuhan kita. Keanekaragaman
budaya dan tradisi memperkaya Gereja dalam ungkapan iman yang satu.
Cinta kasih merasuki Gereja, sebab melalui cinta kasihlah para
anggotanya saling dipersatukan dalam kebersamaan dan saling
bekerjasama dalam persatuan yang harmonis.
Gereja Yang Kudus
Tuhan sendiri adalah sumber dari segala kekudusan: “Sebab hanya
satulah Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi
kita dalam tubuh-Nya, yakni Gereja”14. Kristus menguduskan Gereja, dan
pada gilirannya, melalui Dia dan bersama Dia, Gereja adalah agen
pengudusan-Nya. Melalui pelayanan Gereja dan kuasa Roh Kudus, Tuhan
mencurahkan berlimpah rahmat, teristimewa melalui sakramensakramen. Oleh karena itu, melalui ajarannya, doa dan sembah sujud,
serta perbuatan-perbuatan baik, Gereja adalah tanda kekudusan yang
kelihatan.
Gereja telah ditandai dengan teladan-teladan kekudusan yang luar biasa
dalam hidup para kudus sepanjang masa. Tak peduli betapa gelapnya
masa bagi Gereja, selalu ada para kudus besar melalui siapa terang
Kristus dipancarkan. Manusia memang rapuh, dan terkadang jemaat juga
jatuh dalam dosa; tetapi, selalu ada pertobatan dari dosa dan melanjutkan
perjalanan di jalan kekudusan. Dalam arti tertentu, Gereja adalah Gereja
kaum pendosa, bukan kaum yang merasa diri benar atau merasa yakin
akan keselamatannya sendiri. Salah satu doa terindah dalam Misa
13

KGK 813

14

Konstitusi Dogmatis tentang Gereja no 14)
7

Sejarah Gereja Perdana dan Pertengahan

Martinus Rikiwi Setiaji, MSC

dipanjatkan sebelum Tanda Damai, “Tuhan Yesus Kristus, jangan
memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu.”
Meski individu-individu warga Gereja rapuh dan malang, jatuh dan
berdosa, Gereja terus menjadi tanda dan sarana kekudusan.
Gereja yang katolik
St Ignatius dari Antiokhia (± tahun 100) mempergunakan kata ini yang
berarti “universal” untuk menggambarkan Gereja (surat kepada jemaat di
Smyrna). Gereja bersifat Katolik dalam arti bahwa Kristus secara universal
hadir dalam Gereja dan bahwa Ia telah mengutus Gereja untuk
mewartakan Injil ke seluruh dunia - “Karena itu pergilah, jadikanlah
semua bangsa murid-Ku” (Matius 28:19).
Gereja yang apostolik
Kristus mendirikan Gereja dan mempercayakan otoritas-Nya kepada para
rasul-Nya, para uskup yang pertama. Ia mempercayakan otoritas khusus
kepada St Petrus, Paus Pertama dan Uskup Roma, untuk bertindak
sebagai Vicar-Nya (wakil-Nya) di dunia. Otoritas ini telah diwariskan
melalui Sakramen Tahbisan Suci melalui suksesi apostolik dari uskup ke
uskup, dan kemudian diperluas ke imam dan diakon. Melalui
penumpangan tangan ini lalu jabatan para rasul lalu diteruskan sehingga
bila semua uskup, imam dan diakon bila ditelusuri jejaknya, maka akan
sampai pada Petrus dan rasul yang lain. Di sinilah bukti bahwa pada diri
Petrus dan para rasul iman Gereja terus diwariskan dan dilestarikan.
Petrus mempunyai tempat penting karena ia adalah pemimpin para rasul
dan simbol kesatuan Gereja.
Gereja adalah juga apostolik dalam arti warisan iman seperti yang kita
dapati dalam Kitab Suci dan Tradisi Suci dilestarikan, diajarkan dan
diwariskan oleh para rasul. Di bawah bimbingan Roh Kudus, Roh
kebenaran,
Magisterium15
berkewajiban
untuk
melestarikan,
mengajarkan, membela dan mewariskan warisan iman. Di samping itu,
Roh Kudus melindungi Gereja dari kesalahan dalam otoritas mengajarnya.
Meski seturut berjalannya waktu, Magisterium harus menghadapi
masalah-masalah terkini, seperti perang nuklir, eutanasia, penggunaan KB
buatan, prinsip-prinsip kebenaran yang sama diberlakukan di bawah
bimbingan Roh Kudus.

Keempat sifat Gereja ini - satu, kudus, katolik dan apostolik - sepenuhnya
disadari dalam Gereja Kristus. Sementara Gereja Kristen lainnya
15

Otoritas mengajar Gereja yang dipercayakan kepada para rasul dan penerus para
rasul.

8

Sejarah Gereja Perdana dan Pertengahan

Martinus Rikiwi Setiaji, MSC

menerima dan mengaku syahadat dan mempunyai unsur-unsur
kebenaran dan pengudusan, tetapi hanya Gereja Katolik Roma yang
mencerminkan kepenuhan dari sifat-sifat ini. Konsili Vatican Kedua
mengajarkan, “Gereja itu [yang didirikan Kristus], yang didunia ini disusun
dan diatur sebagai serikat, berada dalam Gereja Katolik, yang dipimpin
oleh pengganti Petrus dan para Uskup dalam persekutuan dengannya”
(Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, #8), dan “Hanya melalui Gereja
Kristus yang Katolik-lah, yakni upaya umum untuk keselamatan, dapat
dicapai seluruh kepenuhan upaya-upaya penyelamatan” (Dekrit tentang
Ekumenisme, #3).
Penutup : Apa yang kupelajari?
Petrus, sebagai Kefas Gereja terus ada dalam sosok yang berbeda. Petrus
Si Nelayan memang tealah wafat dengan memlilih untuk disalib terbalik,
namun Kefas sebagai Penjaga Iman terus hadir dalam diri Uskup Roma
dengan nama yang juga berbeda antara satu pribdai dengan pribadi yang
lain. Kefas Bar uterus ada untuk menjaga bahwa warta sukacita yang
telah Yesus bawa dan wartakan tetap bergema melampaui batas ruang
dan waktu, tak hanya di sini dan di sana, namun di mana-mana samapi ke
tempat yang paling jauh sekalipun. Tak hanya pada abad-abad awal
kekristenan, namun hingga 20 abad selanjutnya iman dan karya
keselamatan itu tetap ada dan bergema membawa harapan yang sama.
Diakui bahwa saat ini, bahkan sejak awal Gereja ada, terus muncul ajaranajaran yang membuat Katolik nampak menjadi Gereja yang begitu
berdosa, namun iman akan kesatuan dean persekutuan dengan Roma
adalah sebuah warisan yang takdapat disangkal karena dari sanalah
keselamatan itu terus dijaga dan diwartakan. Kefas, dalam wajah yang
baru setiap zamannya, benar-benar telah menjaga tradisi iman seperti
yang Yesus sendiri janjikan kepadanya, bahwa Engkau adalah Petrus dan
di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut
tidak akan menguasainya”.
Gereja adalah persekutuan manusia-manusia yang mengimani Kristus. Di
dalam Gereja juga terus dibawa seluruh kemanusiaan yang melekat pada
pribadi-pribadi manusia yang bersatu dalam tubuh mistik Kristus. Tak
dapat disangkal bahwa ada pribadi-pribadi yang terlalu dekat kepada
dunia ketimbang dekat pada karya Roh Kudus sebagai jiwa Gereja. Tak
dapat disangkal bahwa pada sejarahnya, Gereja juga pernah mengalami
masa-masa iman yang kering. Namun itu semua bukan akhir dari Gereja.
Gereja telah ada dalam rencana Tritunggal. Allah Bapa menghendaki,
Allah Putra melaksanakan dan Allah Roh Kudus yang mengarahkan.
Gereja sebagai lembaga ilahi yang terdiri atas orang-orang yang percaya
9

Sejarah Gereja Perdana dan Pertengahan

Martinus Rikiwi Setiaji, MSC

akan karya keselamatan yang diwartakan oleh Yesus tetap membutuhkan
pemimpin-pemimpin yang menjadi panutan dalam hal ajaran dan karya
imanen. Yesus telah mengajarkan hukum yang baru: hukum cinta kasih,
yang mana telah Ia ajarkan secara langsung pada para murid. Maka maka
murid juga mendapat perintah baru untuk menyebarkan ajaran Yesus
yang menggenapi seluruh hukum yang mana telah dibawa oleh para
hakim dan nabi Israel. Dan succesio apostolic adalah satu cara di mana
kebenaran ajaran dari Yesus sendiri dapat ditelusuri dan terus diimani.
Iman juga perlu pemahaman, pemahaman yang menunjukkan iman yang
diimani adalah benar.
Gereja adalah perahu Nuh yang membawa keselamatan pada
penumpangnya dan Petrus bersama dengan rasul lain adalah Nahkoda
yang dipanggil oleh Yesus Sang Nahkoda Kehidupan yang sejati.

Daftar pustaka :
 Gandi SJ, Antonius. Dari Petrus sampai Kita. Yogyakarta: Kanisius,
2003.
 Simbolon SJ, Managamtua. Suksesio Apostolik: Kita Lawan Mereka!.
Yogyakarta: Kanisius, 2009.
 Katekismus Gereja Katolik.
 Lumen Gentium.
 McClory, Robert. Paus dan Kekuasaan. Jakarta: Obor, 2009.
 Cheetam, Nicolas. Keeper of the Key: A History of the Popes From
Peter to John Paul II. Yogyakarta: Obor, 2010.

10