MAKALAH PERANAN GREENPEACE INDONESIA DAL

MAKALAH
PERANAN GREENPEACE INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN
BEBERAPA KASUS PERUSAKAN LINGKUNGAN DI INDONESIA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:
Organisasi Internasional
Dosen Pengampu:
Angga Nurdin R. S.IP.,MA

Disusun oleh:
Wuri Handayani

6211 11 1 028

Chaerina Noor L

6211 11 1 005

Nurul Hikmah L

6211 11 1 033


Andi Firli Riska

6211 11 1 038

Deri Ferdian

6211 11 1 0

Jaja Jajuli

6211 11 1 0

Iqbal Ramadhan

6211 12 1 091

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2013


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Di seluruh dunia, hutan-hutan alami sedang dalam krisis. Tumbuhan dan
binatang yang hidup didalamnya terancam punah. Dan banyak manusia dan
kebudayaan yang menggantungkan hidupnya dari hutan juga sedang terancam. Tapi
tidak semuanya merupakan kabar buruk. Masih ada harapan untuk menyelamatkan
hutan-hutan ini dan menyelamatkan mereka yang hidup dari hutan.Hutan purba dunia
sangat beragam. Hutan-hutan ini meliputi hutan boreal yang merupakan jenis hutan
pinus yang ada di Amerika Utara, hutan hujan tropis, hutan sub tropis dan hutan
magrove. Hutan-hutan tersebut menjaga sistem lingkungan yang penting bagi
kehidupan di bumi serta mempengaruhi cuaca dengan mengontrol curah hujan dan
penguapan air dari tanah dan juga membantu menstabilkan iklim dunia dengan
menyimpan karbon dalam jumlah besar yang jika tidak tersimpan akan berkontribusi
pada perubahan iklim.
Hutan-hutan purba ini adalah rumah bagi jutaan orang rimba yang untuk
bertahan hidup bergantung dari hutan-baik secara fisik maupun spiritual. Hutan-hutan
ini juga merupakan rumah bagi duapertiga dari spesies tanaman dan binatang di

dunia. Yang berarti masa depan ratusan ribu tanaman dan pohon yang berbeda jenis
dan jutaan serangga juga tergantung pada hutan-hutan purba.
Hutan-hutan purba yang menakjubkan ini berada dalam ancaman. Di Brazil
saja, lebih dari 87 kebudayaan manusia telah hilang; pada 10 hingga 20 tahun kedepan

dunia nampaknya akan kehilangan ribuan spesies tanaman dan binatang. Tapi ada
kesempatan terakhir untuk menyelamatkan hutan-hutan ini dan orang-orang serta
spesies yang tergantung padanya.1
Greenpeace merupakan salah satu organisasi yang concern terhadap masalah
lingkungan di seluruh dunia. Organisasi ini tersebar di berbagai belahan negara, salah
satunya Indonesia. Greenpeace Indonesia telah banyak berkontribusi dalam berbagai
macam kasus yang terkait dengan permasalahan yang ada di Indonesia. Kasus yang
kami akan bahas dalam makalah ini merupakan kasus-kasus yang terjadi di hutanhutan Indonesia, seperti pada kasus penyelundupan kayu Merbau di Papua yang di
ekspor ke RRC, kasus pencemaran hutan akibat penggunaan kemasan boneka Barbie,
dan juga perusakan habitat spesies orangutan di hutan Kalimantan yang merupakan
akibat dari perkebunan kelapa sawit.
2. Rumusan Masalah
Bagaimana peranan Greenpeace Indonesia dalam menyelesaikan beberapa kasus
perusakan lingkungan yang pernah terjadi di Indonesia?


1

Greenpeace,
Melindungi
hutan
alam
terakhir,
(http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/melindungi-hutan-alam-terakhir/),
diakses pada tanggal 06 Desember 2013.

BAB II

KERANGKA TEORITIS

1. Pluralisme
Pada dasarnya Hubungan Internasional merupakan interaksi antar aktor suatu
negara dengan negara lainnya. Namun, pada kenyataannya Hubungan Internasional
tidak terbatas hanya pada hubungan antar negara saja, tetapi adapula aktor-aktor
selain negara, hal ini dikemukakan oleh paradigma pluralisme. Dalam konteks ini,
paradigma pluralisme menyatakan bahwa aktor-aktor dimana hubungan Internasional

tidak saja terdiri dari aktor negara melainkan pula aktor non negara termasuk pula
didalamnya societal. Pluralisme merupakan salah satu perspektif yang berkembang
pesat. Kaum pluralis memandang Hubungan Internasional tidak hanya terbatas pada
hubungan antar negara saja tapi juga merupakan hubungan antar individu dan
kelompok kepentingan dimana negara tidak selalu berbagai aktor utama dan aktor
tunggal.
Empat asumsi pluralis:2
1. Aktor non-negara memiliki peranan penting dalam politik internasional seperti
organisasi internasional, baik pemerintahan maupun non-pemerintah, MNC’s,
kelompok ataupun individu.
2. Negara bukanlah unitary actor/aktor tunggal, karena aktor-aktor lain selain negara
juga memiliki peran yang sama pentingnya dengan negara dan menjadikan negara
bukan satu-satunya aktor.
2

Eletronik
library,
Jurnal
hubungan
internasional,

(http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=32975), diakses pada tanggal 07
Desember 2013.

3. Negara bukan aktor rasional. Dalam kenyataannya pembuatan kebijakan luar
negeri suatu negara merupakan proses yang diwarnai konflik, kompetisi, dan
kompromi antar aktor di dalam negara.
4. Masalah-masalah yang ada tidak lagi terpaku pada power atau national security,
tetapi meluas pada masalah-masalah sosial, ekonomi dan lain-lain.
Dalam makalah ini kami membahas tentang Greenpeace di Asia Tenggara,
khususnya di Indonesia. Dimana Greenpeace merupakan organisasi internasional
yang tersebar di seluruh penjuru dunia dan aktornya bukan hanya negara melainkan
sekelompok individu (civil society) atau komunitas yang peduli terhadap kelestarian
lingkungan. Sebagaimana yang diasumsikan oleh pendekatan Pluralisme bahwa
negara bukanlah akktor tunggal, melainkan terdapat aktor-aktor lain di luar negara.
Selain itu, Greenpeace di berbagai negara memiliki tujuan dan kepentingan yang
sama yakni untuk melindungi dan melestarikan alam demi kelangsungan hidup
manusia, hewan, dan juga tumbuhan. Mereka bekerjasama dalam pencapaian tujuan
tersebut. Sebagaimana yang dikatakan oleh pendekatan Pluralisme bahwa setiap
individu atau negara akan membentuk suatu organisasi untuk bekerjasama dalam
mencapai tujuan bersama.

Greenpeace juga merupakan organisasi yang terbentuk dikarenakan
kekhawatiran sekelompok individu terhadap dampak nuklir. Dan pada tahun-tahun
berikutnya berkembang dikarenakan meluasnya isu-isu atau permasalahan dalam
hubungan internasional, khususnya terkait dengan lingkungan yang cukup vital untuk
kelangsungan hidup manusia, flora, dan fauna.

2. Konsep Gerakan Lingkungan dan Politik Hijau

Merupakan konsep yang paling populer untuk menjelaskan munculnya
fenomena gerakan hijau (The Greens) tercakup pada terminologi perubahan struktur
sosial dan perubahan prioritas nilai dalam masyarakat pasca-industri. Pandangan ini
berawal dari munculnya sekelompok kalangan kelas menengah baru yang memikirkan
nasib Eropa Barat di bawah kondisi sosial yang relatif makmur dan damai. Orientasi
nilai yang mereka miliki tidak selamanya bersesuaian dengan paradigma tradisional
kiri-kanan, seperti terjadi dalam spektrum ideologi politik tradisional. Menurut
Ronald Inglehart yang dikutip dari penelitiannya pada level nasional, kehadiran the
greens merupakan fenomena pasca-materialisme (post materialism) yang berargumen
bahwa fenomena ini tidak bisa lepas dari adanya kecenderungan perubahan dalam
masyarakat pasca industri. Pada titik itu, terjadi pergeseran dari “nilai-nilai
kelangkaan” ke nilai-nilai “pascamaterialis”, dan sekaligus perubahan distribusi nilainilai yang tidak sesuai dengan jalur-jalur kelas seperti dikotomi kiri-kanan. Lebih

lanjut, Politik Hijau merupakan isu baru dalam kamus politik kontemporer.

Perkembangan gerakan politik ini tidak hanya muncul dan berkembang dalam
fora politik nasional, tetapi sudah ikut berkembang dalam tingkat regional bahkan
global (politik internasional). Di tingkat Uni Eropa, Partai Hijau ikut berperan di
Parlemen Eropa seperti Le Verst dari Perancis yang bergabung dengan Bundnis
90/The Grunen dari Jerman. Bahkan, gebrakan-gebrakan Politik Hijau ini juga
mempengaruhi hubungan antar negara . Menurut Tim Hayward, perkembangan teori
Politik Hijau (Green Political Theory) diambil dari faktra bahwa manusia merupakan

bagian dari alam, sehingga yang memiliki implikasi bagi perilaku politiknya. Dengan
argumen ini, teori politik juga harus selaras dengan teori-teori lingkungan. Artinya,
manusia tidak hanya dilihat sebagai individu yang rasional (seperti dalam pandangan
liberalisme) atau sebagai makhluk sosial (seperti pandangan sosialisme) akan tetapi
sebagai natural beings, dan lebih jauh sebagai political animals.3

3

Frepository,
Teori

Hijau:
Alternatif
alam
hubungan
internasional,
(http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&ved=0CGIQFjAF&url=http
%3A%2F%2Frepository.unand.ac.id%2F17653%2F1%2FVol.02_No.01_2011_
%28Apriwan
%29.pdf&ei=znalUpT8AouzrgeWr4CYDA&usg=AFQjCNE6c4AXyL6uqrsBUL3Hh97O
cJ4ybQ&sig2=iDmTRfWkNe-ICPNvNOMADA&bvm=bv.57752919,d.bmk),
diakses
pada tanggal 07 Desember 2013.

BAB III
GAMBARAN UMUM

Greenpeace adalah suatu lembaga masyarakat, organisasi lingkungan global yang
bertindak untuk mengubah sikap dan perilaku untuk melindungi dan melestarikan lingkungan
dan mempromosikan perdamaian dengan membuat sebuah revolusi energi untuk mengatasi

ancaman seperti misalnya perubahan iklim. Greenpeace merupakan salah satu New Social
Movement (NSM), karena isu utama yang menjadi perbincangan mereka adalah terkait
dengan isu lingkungan.
Greenpeace mempunyai kantor regional dan nasional pada 41 negara-negara di
seluruh dunia, yang semuanya berhubungan dengan pusat Greenpeace Internasional
di Amsterdam. Organisasi global ini menerima pendanaan melalui kontribusi langsung dari
individu yang diperkirakan mencapai 2,8 juta para pendukung keuangan, dan juga dari dana
dari yayasan amal, tetapi tidak menerima pendanaan dari pemerintah atau korporasi.4
Sejarah Greenpeace

4

Justitia,
Greenpeace:
sejarah
dan
perjalanannya,
(http://justitia.wordpress.com/2013/04/27/greenpeace-sejarah-dan-perjalananya/),
diakses pada 04 Desember 2013.


Asal mula Greenpeace didirikan yaitu dengan motivasi dan visi untuk menjadikan
dunia menjadi hijau dan damai. Dimulai dengan pembentukan formasi Don’t Make a Wave
Committee oleh sekelompok aktivis Kanada dan AS di Vancouver. Nama komite ini diambil
dari sebuah slogan yang digunakan selama protes terhadap uji coba nuklir AS pada akhir
1969, komite datang bersama dengan misi mereka untuk “menjadi saksi kerusakan” karena
percobaan nuklir yang di lakukan AS di Amchitka, sebuah pulau kecil di lepas pantai Alaska.
Namun, uji coba tersebut tidak berhasil dihentikan, tetapi komite telah membentuk dasar
untuk aktivitas greenpeace selanjutnya.5 Kemudian, pada tahun-tahun berikutanya fokus
organisasi

Greenpeace

mulai

mengarah

ke

isu

lingkungan

lainnya,

seperti

penggunaan pukat ikan, pemanasan global, dan rekayasa genetika.
Bill

Darnell

adalah

orang

yang

mengkombinasikan

kata green (hijau)

dan peace (damai), yang kemudian menjadi nama bagi organisasi ini. Pada 4 Mei 1972,
setelah Dorothy Stowe menyelesaikan masa jabatan ketua Don’t Make A Wave Committee,
organisasi ini kemudian secara resmi mengganti namanya menjadi “Yayasan Greenpeace”.
Dewasa ini, Greenpeace adalah suatu organisasi internasional yang berkampanye untuk
kampaye lingkungan secara global.
Greenpeace merupakan organisasi yang bertujuan untuk memperjuangkan kelestarian
lingkungan dan perdamaian dunia. Jika terjadi kerusakan lingkungan, maka greenpeace akan
berperan untuk menanggulanginya. Greenpeace berhasil mengubah kebijakan pemerintahan
dunia dari yang tidak berpihak pada pelestarian lingkungan dan perdamaian menjadi
kebijakan yang pro-lingkungan dan perdamaian. Tonggak keberhasilan pertamanya adalah
menghentikan percobaan nuklir di Amerika. Aksi greenpeace telah mampu mengubah

5

Madhienyutnyut, Greenpeace, (http:madhienyutnyut.blogspot.com), diakses pada 05
Desember 2013.

kebijakan AS saat itu untuk menghentikan percobaan senjata nuklir di kawasan tersebut, dan
menjadikan kawasan itu sebagai kawasan lindung untuk burung-burung.
Struktur organisasi Greenpeace terdiri dari Greenpeace International yang berbasis
di Amsterdam, Belanda, dan 28 cabang regional yang berada di 45 negara. Cabang regional
bekerja secara otonom di bawah pengawasan Greenpeace International. Greenpeace
menerima pendanaan dari pendukung, perorangan maupun yayasan. Greenpeace tidak
menerima dana dari pemerintah, lembaga negara, partai politik, maupun perusahaan dengan
tujuan untuk menghindari pengaruh mereka. Sumbangan dari perorangan maupun yayasan
bisa mereka tolak jika sumbangan tersebut bersyarat sehingga menghalangi atau mengekang
aktivitas dan kebebasan Greenpeace dalam mencapai tujuannya.
Berbagai prestasi telah diraih oleh Greenpeace Asia Tenggara seperti legislasi
(mendorong pemerintah Philipina untuk membuat undang-undang udara bersih tahun 1999),
kampannye mempromosikan solusi dari dampak perubahan iklim yang diakibatkan oleh
pembangunan PLTU batu bara di Bo Nok dan Ban Krut, Prachuap Khiri, Thailand, serta
rencana pembangunan PLTU di Pulupandan, Propinsi Negros, Filipina tahun 2002. Selain itu,
Greenpeace Asia Tenggara juga mengatasi permasalahan terhadap perlindungan hewan
langka seperti desakan perlindungan terhadap paus Minke, hiu putih, pohon merbau, dan
lumba-lumba jenis Irrawaddy yang direalisasikan pada konvensi perdagangan internasional
satwa dan tumbuhan langka (CITES) di Bangkok, Thailand tahun 2004, dan sebagainya.6
Greenpeace hadir di Indonesia pada tahun 2005. Berdasarkan hukum yang berlaku di
Indonesia, Greenpeace Indonesia sudah terdaftar resmi di Departemen Kehakiman dan HAM
sebagai perkumpulan Greenpeace dengan enam pendiri berdasarkan akte pendiriannya.
Greenpeace Indonesia memfokuskan kampanyenya pada beberapa persoalan yakni persoalan
6

Wikipedia, Greenpeace, (http://id.wikipedia.org/wiki/Greenpeace), diakses pada 06
Desember 2013.

kehutanan, energi, air dan kelautan. Kampanye kehutanan terutama hutan gambut terkait
dengan pemanasan global/perubahan iklim. Kampanye hutan Greenpeace tidak hanya
berlangsung di negara-negara berkembang seperti Indonesia atau Kongo saja, tetapi juga
berkampanye perlindungan hutan di negara-negara maju, dan berhasil menyelamatkan jutaan
hektar hutan di Kanada, Brasil, Rusia dan lain-lain. Kampanye mengenai revolusi energi
sebagai hal yang krusial dalam menanggulangi bencana perubahan iklim, yakni menyerukan
efisiensi energi dengan peningkatan besar-besaran penggunaan energi terbarukan dan
meninggalkan penggunaan energi fosil kotor.7

7

Greenpeace, Perubahan iklim global, (http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/
perubahan-iklim-global/), diakses pada 06 Desember 2013.

BAB IV
STUDI KASUS

Berikut ini adalah beberapa contoh kasus yang pernah ditangani oleh Greenpeace
Indonesia:
1. Kasus Penyelundupan Kayu Merbau dari Indonesia ke RRC.
Kasus kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia yaitu kebakaran hutan.
Indonesia dianggap tidak mampu mengelola hutan dengan baik karena masih terus
berlangsungnya pembalakan liar (illegal loging) dan perdagangan hasil hutan secara
ilegal. Adanya illegal loging terkait dengan sindikat regional dan internasional yang
ikut terlibat dalam penyelundupan kayu dari Indonesia. Pengawasan pemerintah yang
semakin berkurang karena keterbatasan perlengkapan pendukung dan kurangnya
diplomasi dengan negara tetangga dalam pemberantasan illegal loging membuat
persentase penyelundupan kayu dari Indonesia ke luar negeri semakin meningkat.
Kayu yang diselundupkan dari Indonesia diputihkan di Malaysia, Singapura,
dan RRC. Indonesia kehilangan kayu yang yang ditebang secara liar khususnya kayu
Merbau yang merupakan jenis kayu yang memeliki harga jual tinggi di pasar
internasional. Salah satu impotir kayu merbau adalah RRC, yang juga merupakan

konsumen sekaligus pasar terbesar kayu merbau di dunia. Penyeelundupan kayu
merbau dari Papua ke RRC setiap bulannya mencapai 300.000 m3.
Merbau merupakan jenis kayu yang menghadapai resiko kepunahan tinggi di
alam bebas karena mengalami eksploitasi yang besar. Untuk itu lah Greenpeace
berupaya untuk mencegah terjadinya kepunahan serta melakukan tindakan dengan
menekan pemerintah Indonesia untuk melakukan peningkatan sistem kontrol
pengelolaan hutan. Greenpeace berupaya dengan aksi nyata untuk menghentikan
pembalakan liar dan perdagangan tidak sah dengan cara berkampanye menyelamatkan
lingkungan hidup dan berbagai hutan di dunia.
Kerjasama yang dilakukan antara Greenpeace Indonesia dengan Greenpeace
RRC, antara lain:8
1. Melakukan kampanye dan melobby.
2. Melakukan investigasi langsung ke Pulau Papua.
3. Melakukan pemetaan terhadap wilayah-wilayah yang terjadi pembalakan
liar.
4. Mencari informasi tentang pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam
pembalakan liar kayu merbau di pulau Papua.
5. Menggunakan satelit terhadap hutan Papua.

Dengan upaya-upaya tersebut, peran Greenpeace cukup signigfikan dan
membuat kasus penyelundupan kayu merbau ke RRC mengalami penurunan.
Greenpeace juga mendorong pemerintah untuk meningkatkan penegakan hukum
8

Arvin
Radclife,
Peran
Greenpeace
Dalam
Kasus,
(arvinradclife.blogspot.com/2012/03/peran-greenpeace-dalam-kasus.html), diakses pada
04 Desember 2013.

terhadap pembalakan liar. Peran greenpeace juga mendapatkan hasil yang baik
terhadap perusahaan-perusahaan besar yang mengeksploitasi kayu merbau di Papua,
karena pemerintah menindaklanjuti tindakannya dengan menutup jalur transportasi
pengiriman kayu dan memberlakukan perundang-undangan guna mnghentikan
pembuatan distribusi atau penjualan kayu yang digunakan dan dinyatakan legal oleh
badan FSC (Forest Stewardship Council).

2. Kasus Penggunaan Kemasan Barbie yang Dapat Merusak Hutan Indonesia
Produsen boneka Barbie yang terkenal dikecam karena telah menggunakan
kemasan yang bahan bakunya berasal dari hutan Indonesia. Kelompok peduli
lingkungan Greenpeace melakukan investigasi sejak tahun 2009 pada semua kemasan
mainan dunia. Dari investigasi itu mereka menemukan produsen Barbie (Mattel),
mainan merk Disney, Hasbro, dan Lego menggunakan kemasan dari produsen yang
sama.
Sejumlah produsen kemasan mainan merk terkenal tersebut menggunakan
bahan baku yang berasal dari hutan rimba Indonesia yang menjadi rumah harimau
Sumatra. Investigasi dilakukan dengan mengambil sampel setiap kemasan mainan.
Dari hasil uji lab ditemukan kemasan mainan mengandung Mixed Tropical Hardwood
(MTH) atau kayu rimba campuran yang berasal dari penghancuran hutan alam yang
hanya diproduksi di hutan tropis Indonesia.
Dengan adanya hasil investigasi ini, Greenpeace meminta agar perusahaan
mainan dunia seperti Mattel, Disney, Hasbro, dan Lego untuk menghentikan
menggunakan kemasan yang berbahan baku MTH karena dapat merusak hutan
indonesia.

3. Perusakan Habitat Spesies Orangutan di Hutan Kalimantan yang Merupakan
Akibat dari Perusahaan Minyak Sawit
Greenpeace menangkap basah kegiatan perusahaan minyak sawit, Bumitama
Agri Ltd, saat mereka membabat hutan gambut yang merupakan habitat kritis
orangutan. Konsensi Bumitama Agri Ltd bersebelahan dengan taman nasional yang
terkenal di seluruh dunia. Selama lebih dari enam bulan, beberapa Organisasi
Lingkungan global telah mendesak perusahan ini untuk menghentikan praktek mereka
yang merusak, tapi di lapangan pembukaan lahan terus berlangsung dan orangutan
yang hidup dalam konsesi mereka sangat menderita.
Greenpeace menginginkan konfirmasi segera dari Bumitama Agri Ltd bahwa
semua pembukaan lahan telah dihentikan dan mereka berkomitmen untuk melindungi
hutan dan lahan gambut di seluruh konsesinya. Bumitama Agri Ltd anggota dari
RSPO (Rountable Sustainable Palm Oil) telah berjanji sebelumnya, mengklaim akan
menghentikan pengembangan di sebuah konsesi mereka awal tahun 2013 setelah
penemuan beberapa orangutan yang terpojok di kawasan hutan yang tersisa. Namun,
analisa pemetaan Greenpeace mengungkapkan bahwa perusahaan ini telah merusak
1.150 hektar hutan di wilayah konsesinya sepanjang tahun 2013. Ancaman pada
orangutan dan hutan Indonesia masih akan terus terjadi sampai sekarang hingga
Bumitama Agri Ltd berkomitmen pada kebijakan Nol Deforestasi.
Wilmar Internasional adalah pedagang minyak sawit terbesar di dunia dan
investor utama Bumitama Agri dan sumber dari separuh produksi Bumitama.
Konsumen memiliki hak penuh untuk menuntut jaminan dari Wilmar agar
menghentikan pencucian minyak sawit yang berasal dari pengrusakan hutan ke tengah

pasar global. Konsumen tidak ingin dijadikan bagian dari pengrusakan hutan dan
mendesak agar segera diambil tindakan. Beberapa pelanggan Wilmar termasuk
Ferrero, Mondelez, Nestle dan Unilever telah berkomitmen untuk menghapuskan
deforestasi dari rantai pasokan minyak sawit mereka.
Greenpeace, didukung gerakan pendukungnya yang terus bertambah
jumlahnya menuntut minyak sawit bersih, dan akan terus mendokumentasi dan
mengungkapkan aksi kotor pengrusakan hutan yang diperdagangkan ke pasar global.9

9

Greenpeace,
Seperti
inilah
minyak
sawit
(http://www.greenpeace.org/seasia/id/blog/seperti-inilah-minyak-sawit-kotor/blog/
47483/), diakses pada 07 Desember 2013.

kotor,

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Peranan Greenpeace di Indonesia dalam mengatasi berbagai macam kasus yang
terkait dengan lingkungan sudah cukup banyak dan juga cukup membantu mengurangi
dampak yang akan terjadi akibat dari perusakan-perusakan alam yang dilakukan oleh
sekelompok manusia yang tidak bertanggungjawab. Melalui berbagai kampanyenya,
Greenpeace mengajak seluruh elemen masyarakat untuk turut peduli terhadap pentingnya
melindungi alam kita.
Greenpeace juga bekerjasama dengan pemerintah untuk menjalankan misinya, seperti
pada kasus penebangan liar dan penyelundupan kayu merbau di Papua yang diekspor ke
RRC, Greenpeace mendorong pemerintah untuk menutup jalur transportasi pengiriman kayu
dan memberlakukan perundang-undangan guna menghentikan pembuatan distribusi atau
penjualan kayu yang digunakan dan dinyatakan legal oleh badan FSC (Forest Stewardship
Council), yang pada akhirnya tindakan ini cukup berhasil.
Selain dengan bekerjasama dengan pemerintah, Greenpeace juga sering
melakukan lobbying kepada perusahaan atau kelompok yang terkait dengan kasus
yang tengah diperhatikan. Seperti pada kasus penggunaan kemasan Barbie yang dapat
merusak hutan Indonesia, Greenpeace meminta agar perusahaan mainan dunia seperti

Mattel, Disney, Hasbro, dan Lego untuk menghentikan menggunakan kemasan yang
berbahan baku MTH karena dapat merusak hutan indonesia.
Juga pada kasus perusakan habitat spesies orangutan di hutan Kalimantan
yang merupakan akibat dari perusahaan minyak sawit, Greenpeace mendesak
Bumitama Agri Ltd untuk menghentikan praktek mereka yang merusak dan
berkomitmen untuk mengeluarkan kebijakan nol deforestasi. Bumitama Agri Ltd
hanya mengklaim bahwa mereka telah berkomitmen dan tidak melakukan perusakan
hutan sesuai dengan yang diajukan oleh berbagai macam kelompok pecinta
lingkungan termasuk Greenpeace dan juga dari pelanggan-pelanggannya sendiri,
namun ternyata perusakan hutan yang dilakukannya masih terus berlangsung hingga
sekarang. Sedangkan beberapa pelanggan Wilmar termasuk Ferrero, Mondelez,
Nestle dan Unilever telah sadar akan kerusakan alam yang ditimbulkan dari kegiatan
produksinya, maka mereka berkomitmen untuk menghapuskan deforestasi dari rantai
pasokan minyak sawit mereka.

DAFTAR PUSTAKA



Greenpeace,

Melindungi

hutan

alam

terakhir,

(http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/melindungi-hutan-alam-terakhir/),
diakses pada tanggal 06 Desember 2013.


Eletronik

library,

Jurnal

hubungan

(http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=32975),

diakses

internasional,
pada

tanggal

07

Desember 2013.


Frepository,

Teori

Hijau:

Alternatif

alam

hubungan

internasional,

(http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&ved=0CGIQFjAF&url=http
%3A%2F%2Frepository.unand.ac.id%2F17653%2F1%2FVol.02_No.01_2011_
%28Apriwan
%29.pdf&ei=znalUpT8AouzrgeWr4CYDA&usg=AFQjCNE6c4AXyL6uqrsBUL3Hh
97OcJ4ybQ&sig2=iDmTRfWkNe-ICPNvNOMADA&bvm=bv.57752919,d.bmk),
diakses pada tanggal 07 Desember 2013.


Justitia,

Greenpeace:

sejarah

dan

perjalanannya,

(http://justitia.wordpress.com/2013/04/27/greenpeace-sejarah-dan-perjalananya/),
diakses pada 04 Desember 2013.

 Madhienyutnyut, Greenpeace, (http:madhienyutnyut.blogspot.com), diakses pada 05
Desember 2013.


Wikipedia, Greenpeace, (http://id.wikipedia.org/wiki/Greenpeace), diakses pada 06
Desember 2013.



Greenpeace,

Perubahan

iklim

global,

(http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/perubahan-iklim-global/),

diakses

pada 06 Desember 2013.
 Arvin

Radcliffe,

Peran

Greenpeace

Dalam

(arvinradcliffe.blogspot.com/2012/03/peran-greenpeace-dalam-kasus.html),

Kasus,
diakses

pada 04 Desember 2013.


Greenpeace, Seperti inilah minyak sawit kotor, (http://www.greenpeace.org/seasia/id/
blog/seperti-inilah-minyak-sawit-kotor/blog/47483/), diakses pada 07 Desember
2013.