Pengaruh Umur dan Pakan Nutrisi Terhadap

Pengaruh Umur dan Pakan Nutrisi Terhadap Siklus Birahi Pada Sapi
(MakalahDasarReproduksi)

Oleh
ErryNovita Sari
1514141004

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

KATA PENGANTAR

PujisyukurkehadiratTuhan Yang MahaEsa yang
telahmelimpahkanRahmatdanHidayah-Nya,
sehinggapenulisdapatmenyelesaikanpenulisanmakalahdasarreproduksi yang berjudul
“SiklusBirahiPadaSapi”
sebagaibuktipenulistelahmelakukanpraktikumdalampenulisanmakalahini,
penulismenyadaribahwalaporaninimasihjauhdarikesempurnaan. Olehkarenaitu,
penulismengharapkankritikdan saran yang

bersifatmembangun.Penulismengucapkanterimakasihkepadasemuapihak yang
telahmembantudalampenyelesaianmakalahini.

Bandarlampung, 10 Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI

HalamanJudul
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
I.

PENDAHULUAN 1
1.1 LatarBelakang 1
1.2 RumusanMasalah 3
1.3 TujuanPenulisan 3

II.


ISI DAN PEMBAHASAN 4
2.1 PengertianSiklusBirahi 4
2.2 SifatSiklikKehidupanReproduktifBetina 4
2.3 HormonPengendaliSiklusBirahi 5
2.4 PeriodeSiklusBirahi 7
2.5 UrutanWaktudanFaktor yang MemengaruhiSiklusBirahi 10

III. KESIMPULAN 13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Alat kelamin sapi yang baru lahir bersifat sementara, dan belum berfungsi untuk
beberapa bulan.Dengan pertumbuhan dan pengaruh hormone hipofisa, saluran
reproduksi berkembang secara betahap hingga kurang lebih 9 bulan.Lalu dimulailah
aktivitas kelamin.Factor-faktor yang memengaruhi pendewasaan kelamin yaitu umur

sapi, bangsa sapi, tingkatan makanan, dan lain-lain. Siklus birahi akan berlanjut
hingga sapi berumur tua jika pada siklus ini tidak mengalami gangguan karena
kebuntingan atau perkembangan kondisi yang tidak normal.
Hormon pemacu folikel (FHS) dari hipofisa anterior menggalakkan pertumbuhan
folikel di ovarium.Hormone ini memberi pengaruh pertumbuhan pada satu atau lebih
folikel menjadi folikel masak (folikel de graaf).Karena pertumbuhan ini, ovaria
menghasilkan hormone yang disebut estrogen.Hormone estrogen memberikan tandatanda birahi pada sapi betina.Waktu birahi sapi betina rata-rata 15-18 jam. Tandatanda dari birahi adalah ketidaktenangan dan menguak-nguak, sapi betina berusaha
untuk menaiki sapi betina lainnya, dan sapi betina lain dapat menaiki mencoba untuk
menaikinya. Kira-kira 25-30 jam sesudah awal birahi atai 11-12 jam sesudah akhir
birahi, satu folikel akan pecah dan satu ovum dilepaskan (kadang-kadang dua ova
lebih dilepaskna masing-masing dari folikel yang berbeda). Bila telah terjadi
perkawinan, ovum akan bertemu dengan satu spermatozoon dan terjadilah
pembuahan di dalam tu falopii.
Hipofise anterior menghasilkan hormone kedua, yaitu LH (Luteinizing Hormone)
berfungsi untuk membantu terjadinya ovulasi dan pengawalan pertumbuhan tenunan
luteal untuk membentuk Corpus Luteun di dalam rongga yang ditingggalkan oleh
folikel yang pecah. Hormone ketiga yang dihasilkan kelenjar hipofisa anterior yaitu

LTH (Luteotrophin Hormon) yang menyebabkan corpus luteum mulai memproduksi
hormone progesteron yang menghambat pendewasaan lebih banyak folikel dan

mempersiapkan uterus untuk menerima dan memelihara ovum yang telah dibuahi.
Bila tidak terjadi pembuahan, corpus luteum akan tetap aktif selama 17-19 hari, dan
pada akhir waktu itu, FSH (Folicle Stimulating Hormon) memacu folikel lain untuk
menjadi masak. Dalam waktu 2-3 hari cukup estrogen yang terbentuk untuk
menyebabkan birahi lahi.Siklus ini berkesinambungan dengan interval waktu 21 hari
(kurang lebih 4 hari) sampai akhirnya terjadinya kebuntingan.Kadang-kadang sapi
memiliki siklus birahi lebih pendekatau lebih panjang dari 21 hari.
Selain organ reproduksi yang mengalami perubahan, alat-alat kelamin luar sapi akan
terjadi perubahan seperti vulva kemerahan, bengkak dan basah, lender tipis dan
bening sering terlihat menggantung dari vulva selama ata menjelang birahi.Untaian
lender ini dapat bercampur darah 50-60 jam sesudah awal birahi, atau 34-35 jam
sesudah birahi beakhir. Darah ini berasal dari pecahnya pembuluh kapiler di uterus,
an meskipun adanya darah ini sering dihubungkan dengan kegagalan pembuahan,
tetapi kejadiannya tidak adanya dengan konsepsi. Seluruh saluran reproduksi dan
sekresinya memiliki kadar air yang lebih tinggi menjelang atau selama
birahidibandingkan dengan waktu lain selama waktu birahi. Selain perubahan kadar
air terdapat perubahan kimiawi lain.
Sikllus birahi dapat di pengaruhi banyak factor, salah satunya nutrisi pakan dan umur
sapi. Walaupun sapi yang hidup dengan kadar protein dan energy rendah masih
memperlihatkan ciri-ciri birahi, bunting, dan melahirkan seperti pada kerbau. Umur

sapi juga berpengaruh terhadap siklus birahi.Oleh karena itu, ntuk mengetahui lebih
rinci mengenai pengaruh nutrisi pakan dan umur sapi terhadap siklus birahi, maka
dibuatlah makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud siklus birahi ?
1.2.2 Bagaimana sifat siklik kehidupan reproduktif betina ?
1.2.3 Apa saja hormon pengendali siklus birahi ?
1.2.4 Bagaimana periode siklus birahi ?

1.2.5

Bagaimana urutan waktu dan faktor yang memengaruhi siklus birahi ?

BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Siklus Birahi
Siklus birahi merupakan periode secara psikologis maupun fisiologis pada hewan
betina yang bersedia menerima pejantan untuk kopulasi.Sepanjang siklus ini beberapa

bagian dari saluran produksi betina mengalami perubahan, perubahan ini
dikendalikan oleh kerja hormon hipofisa dan hormone ovarial.Hormone berperan
sebagai stimulus periode perkawinanan, mempersiapkan alat reproduksi untuk
menerima protozoa, meghasilkan ova dan membantu terjadinya kebuntingan,
implantasi, dan pemberian makanan embrio dan fetus.

2.2 Sifat Siklik Kehidupan Reproduktif Betina
Selama keadaan normal dan reproduktif, beberapa jenis ternak termasuk sapi
menampakkan siklus birahi yang teratur.Ternak dalam keadaan semacam ini disebut
polyestrus.Namun, dalam keadaan setengah liar, dimana pejantan dilepaskan dengan
betina sepanjang tahun, perkawinan terjadi selama akhir musim semi dan musim
panas.
Pada musim semi di sebagian besar daerah, ternak-ternak yang dipelihar oleh
manusia menunjukkan puncak kelahiran.Kuda dan domba betina menampakkan
terjadinya siklus birahi hanya pada musim tertentu dalam satu tahun, oleh karena itu
disebut polyestrus musiman.Selain polyestrus terdapat juga periode anetrus dan
monoestrus.Anestrus adalah periode diantara musim aktifitas reproduksi terdapat
suatu musim istirahat atau tidak aktif; periode ini yang disebut anestrus.Sedangkan
monoestrus merupakan periode estrus yang terjadi tiap tahun, atau satu kali dalam
dua musim dalam satu tahun.


Rangsangan untuk mengawali aktifitas reproduksi sedikit banyak dipengaruhi oleh
cahaya, melewati mata dan syarat opticus, pada kelenjar hipofisa.Rangsangan ini
menyebabkan hipofisa mengeluarkan hormon gonadotrophin, yang memacu fungsi
kelenjar gonad.Teori ini sebagian didukung oleh hasil-hasil percobaan dalam
penelitian yang mengatakan bahwa hormone gonadotrophin menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan saluran reproduksi hewan-hewan yang belum
dewasa.Menurut Rowan keteraturan reproduksi tergantung pada pada aktifitas
hipofisa, karena pembangan kelenjar ini menyebabkan atrofi alat kelamin. Pengaruh
cahaya terhadap reproduksi sapi khususnya tampak di Alaska, dimana terlihat
peningkatan kejadian birahi secara nyata dan perbaikan angka konsepsi pada sapisapi yang mendapatkan perlakuan penambahan cahya buatan sepanjang malam pada
musim dingin.
Kelenjar hipofisa selain menghasilkan hormone yang mengawali aktifitas reproduksi
betina, juga mempertahankan kelangsungan siklus birahi.Hormone yang dikeluarkan
oleh hipofisa menyebabkan ovarium mengeluarkan hormone.Jadi, hormone hipofisa
dan hormone ovarial bersama-sama mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap
pengaturan terjadinya siklus birahi.
2.3 Hormon Pengendali Siklus Birahi
Siklus birahi diatur tiga hormone hipofisa anterior dan dua hormone dari ovaria. Dari
ketiga hormone ini memiliki fungsi khusus dalam pengendalian siklus birahi, antara

lain :
2.3.1 Hormon Hipofisa Anterior
FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) untuk betina,
ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone) serta LTH (Luteotropic Hormone)
untuk pejantan merupakan hormon yang diatur oleh hipofisa anterior. Hormonhormon ini berperan mengendalikan siklus birahi dan bersifat larut dalam air karena
tersusun atas protein.

Hormon FSH merangsang pertumbuhan folikel ovarium.Ia dianggap sebagai
substansi yang mengawali siklus birahi, karena secara normal aktivitas birahi tidak
akan terjadi sebelum folikel bertumbuh dan masak terlihat di dalam ovaria. Fevold
(1939) membuktikan bahwa di antar kuda, babi, domba, dan sapi, hipofise sapi
mengandung FSH paling rendah, dan hipofisa kuda mengandung hampir sepuluh kali
lebih banyak FSH dan LH pada jenis hewan-hewan ini. Menurut Hammond dan
Asdell menunjukkan bahwa perbedaan perbandingan hormon ini diduga karena
perbedaan lama birahi dan waktu ovulasi pada keempat jenis hewan tersebut.
Hormon LH mengawali petumbuhan tenunan luteal dan merangsang pembentukan
corpus luteum.LH juga penting untuk ovulasi.Diantara keempat jenis ternak tersebut
di atas, hipofisa domba mengandung paling tinggi LH, kemudian babi, kuda, dan
sapi.
Hormon LTH berfungsi untuk mempertahankan corpus luteum dalam keadaan

fungsional semenjak tenunan luteal terbetuk. Tanpa LTH corpus luteum tidak akan
menghasilkan hormone progesterone dan laktasi akan terganggu bahkan tidak
dimulai.
2.3.2 Hormon- hormon Ovarium
Hormon pada ovarium yang berhubungan dengan siklus birahi adalah estrogen dan
progesterone.Estrogen dan progesteron adalah steroid dan larut dalam
minyak.Struktur kimiawinya yaitu hormone kelamin jantan.
Estrogen mengandung beberapa subtansi yaitu estradiol, estron dan estriol serta selsel theca interna. Estrogen berfungsi menimbulkan tanda-tanda birahi, memperlancar
peredaran darah dan perkembangan saluran alat kelamin dan menunjang pertumbuhan
system pembuluh kelenjar susu.
Progesteron dihasilkan oleh corpus luteum. Fungsi hormone ini yakni
mempertahankan kebuntingan, menyebabkan pertumbuhan alveoli di dalam kelenjar
susu yang mensekresikan susu.

2.4 Periode Siklus Birahi
Secara kasar siklus birahi dibagi menjadi empat periode, yakni proestrus, estrus,
metertrus, dan diestrus.Proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan
pemacuan pertumbuhan folikel oleh FSH.Folikel yang sedang bertumbuh
menghasilkan cairan folikel dan estradiol yang lebih banyak.Estradiol meningkatkan
jumlah suplai darah ke saluran alat kelamin dan meningkatkan

pertumbuhannya.Vulva agak membengkak dan vestibulum menjadi berwarna merah
terang, karena kongesti pembuluh darah.Bagian vagina dari cervix membesar karena
pembengkakan sel-sel mucosa, dan dimulailah sekresi lender dari saluran
cervix.Terdapat pertambahan vaskularisasi pada selaput lender uterus.Proestrus
berlangsung 2-3 hari.
Estrus merupakan periode secara psikologis maupun fisiologis pada hewan betina
yang bersedia menerima pejantan untuk kopulasi. Sapi akan sering menguak dan
biasanya tidak tenang. Vulva makin membengkak dan vestibulum berwarna merah
tua sampai warna kayu mahoni.Terjadilah pembengkakan hebat dan penjuluran
lipatan-lipatan selaput lendir cervix ke arah vagina.Terlihat dengan jelas pengeluaran
lendir yang mudah melekat, jernih dan kental.Selama periode ini, folikel terus
membesar dengan cepat.Dalam waktu kurang dari sehari susunan syaraf sapi betina
biasanya bersifat refractoris terhadap konsentrasi estradiol yang tinggi dan sapi betina
tidak lagi menerima sapi jantan.Dalam hal itu, keseimbangan hormone hipofisa
bergeser dari FSH ke LH.pengaruh peningkatan LH terlihat pada masa sesudah
estrus, dimana LH membantu terjadinya ovulasi dan pembentukan corpus luteum.

Metetrus atau proestrus ditandai dengan berhentinya masa birahi.selama metetrus,
epitel vagina melepaskan sebagian besar sel-sel barunya yang terbentuk.Selama
diestrus, periode akhir corpus luteum berkembang dengan sempurna dan penaruh

hormone progesterone tmpak pada dinding uterus.Endometrium menebal, kelenjar
dan urat daging uteru berkembang, sebagai persiapan uterus untuk menampung dan
memberi makan embrio dan pembentukkan placenta. Bila terjadi pembuahan, kondisi
demikian akan bertahan selama sapi itu bunting dan corpus luteum tetap tinggal
selama kebuntingan. Bila ovum tidak dibuahi, corpus luteum akan tetap berfungsi
selama kurang lebih 19 hari, tetapi mulai berdegenerasi kira-kira pada waktu yang
bersamaan.
2.5.1 Birahi Pertama -- Dewasa Kelamin

Willie membagi perkembangan dan pendewasaan alat reproduksi sapi menjadi tiga
tingkatan, sebagai berikut
No
1.

Tingkatan
Pertama ialah pendewasaan alat

3-6

Umur (bulan)

2.
3.

kelenjar hipofisa
Kedua adalah pendewasaan ovarium
Ketiga adalah pendewasaan uterus,

6-12
≤ 36

sampai sempurna

Gambar 1. Potensi FSH dan LH dari Hipofise sapi, domba, babi, dan kuda
betina
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi umur tercapainya masa dewasa kelamin
pada sapi, antara lain : umur sapi, bangsa sapi, dan keadaan makanan. Hammond
melaporkan bahwa rata-rata umur pubertas bagi semua bangsa sapi dalam kondisi
makanan normal adalah 9 bulan, tetapi dapat berkisar antara 5 – 15 bulan.

2.5 Urutan Waktu dan Faktor yang MemengaruhiSiklus Birahi
2.5.1 Lama Siklus
Banyak peneliti melaporkan mengenai lama siklus birahi pada sapi.Chapman dan
Casida menemukan bahwa 16 % dari sapi-sapi menunjukkan siklus yang lebih
panjang atau lebih pendek dari 18-24 hari.Masing-masing ternak memiliki tampilan
birahi yang berbeda-beda, demikian juga antar breed pada sapi. Jimenez et al. (2011)
melaporkan bahwa sapi bos indicus cenderung menunjukkan intensitas birahi yang
rendah dan durasi birahi yang pendek dibandingkan breed sapi lainnya.

2.5.2 Pengaruh Nutrisi Pakan dan Umur Sapi Terhadap Lama Birahi
A. Faktor nutrisi pakan
Penyebab terbesar gangguan reproduksi pada ternak adalah faktor nutrisi pakan, hal
ini dibuktikan pada penelitian sapi di Nigeria Utara bahwa penambahan konsentrat
kaya akan protein dan karbohidrat serta campuran mineral memperlihatkan masak
kelamin dan kebuntingan lebih cepat di bandingkan sapi yang tidak mendapatkan
tambahan energy. Menurut Borghese et al (2005) penambahan protein menyebabkan
penambahan pertumbuhan pada sapi dara, namun ada beberapa penelitian yang
memperlihatkan bahwa sapi yang hidup dengan kadar protein rendah dan energy
rendah, masih memperlihatkan cri-ciri birahi, bunting, dan melahirkan seperti pada
kerbau.
Phillippo et al (1987) berpendapat bahwa induksi molybdenum mengganggu sekresi
LH, menuda dewasa kelamin pada sapi.Penelitian terhadap efek nutrisi terhadap
pencapaian dewasa kelamin adalah kekurangan sebagian nutrisi dapat menunda
dewasa kelamin.

Menurut Tolihere (1979) defisiensi kombinasi protein dan fosfor pada anak sapi perah
dara menunjukkan bahwa kombinasi tersebut dapat memperlambat dewasa kelamin
dan menekan munculnya tanda-tanda birahi.
B. Faktor umur
Menurut Yusuf (2013) kualitas birahi dapat di hitung melalui skor pembanding.Skor
pembandingan birahi ini ditentukan oleh skor birahi 1 sampai 3, yakni 1 (kurang
jelas); 2(sedang); 3 (jelas).Menurut Soeharto (2003) pemberian ransum dengan
kualitas yang baik dapat meningkatkan kejelasan penampilan estrus (Ferning,
kebengkakan labia vulva, suhu vagina, pH lendir serviks, warna mucosa vagina, dan
kelimpahan lendir).Hasil penelitian Lestari et al. (2009) menunjukkan bahwa umur
memengaruhi intensitas birahi, hal ini disebabkan karena semakin tua umur sapi
ukuran ovariumnya juga semakin besar.Ovarium menghasilkan hormone estrogen
yang berperan penting dalam siklus birahi. Menurut Abidin et al. (2012) dalam jurnal
(Penampilan Birahi Sapi Jawa berdasarkan poel 1, poel 2, dan poel 3) diperoleh hasil
yakni lama birahi sapi jawa pada poel 1, poel 2, an poel 3 masing-masing 10 jam, 12
jam, dan 13,5 jam. Lama birahi sapi jawa poel 3 lebih lama di banding poel 1 dan
poel 2, hal ini menunjukkan bahwa umur sapi memengaruhi lama birahi. Pada sapi,
lama estrus dipengaruhi oleh jumlah hormone estrogen yang disekresikan oleh
ovarium, sehingga estrus pada sapi jawa yang sudah tua akan lebih lama karena organ
reproduksi (ovarium) sudah tumbuh sempurna. Hal ini sesuai dengan teori Hammond
(1927) melaporakan bahwa lama birahi pada sapi berkisar antara 6-30 jam dengan
rata-rata sekitar 17 jam. Ia berpendapat bahwa masa estrus berlangsung rata-rata 19,3
jam pada sapi dewasa dan 16,1 jam pada sapi dara. Tidak diadakan penentuan
perbedaan bangsa sapi. Gersimova mengamati estrus pada 125 ekor sapi betina
dewasa dan menemukan bahwa lama birahi berkisar antara 6-20 jam, dengan rata-rata
12,5 jam. Trimberger menyatakan bahwa rata-rata estrus sapi dewasa 17,8 (kisaran
2,5—28 jam) dan 15,3 jam bagi sapi dara. Ia tidak dapat menemukanpebedaan antar
bangsa. Hasil penelitian Trimberger (1948) menunjukkan bahwa sapi dewasa maupun
sapi dara memulai birahi pada waktu siang hari atau malam hari dengan penyebaran

waktu yang hamper sama. Namun, hewan – hewan yang mengalami estrus pada sore
hari berada pada keadaan birahi 2—4 jam lebih lama daripada sapi-sapi yang
mengawali birahi pada pagi hari.

BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan mengenai faktor yang memengaruhi siklus birahi, dapat di
simpulkan bahwa
1. Estrus merupakan periode secara psikologis maupun fisiologis pada hewan
betina yang bersedia menerima pejantan untuk kopulasi.
2. Rangsangan untuk mengawali aktifitas reproduksi sedikit banyak dipengaruhi
oleh cahaya, melewati mata dan syarat opticus, pada kelenjar hipofisa.
Rangsangan ini menyebabkan hipofisa mengeluarkan hormon gonadotrophin,
yang memacu fungsi kelenjar gonad.
3. Siklus birahi diatur tiga hormone hipofisa anterior (FSH, LH, dan LTH) dan
dua hormone dari ovaria (estrogen dan progesterone.
4. Faktor yang paling utama memengaruhi birahi adalah nutrisi pakan yang di
konsumsi sapi.
5. Selain faktor nutrisi pakan, faktor umur juga dapat memengaruhi birahi.

DAFTAR PUSTAKA

Haffizudin et al. 2012. Perbandingan Intensitas Berahi Sapi Aceh yang
Disinkronisasi Dengan Prostaglandin F2 Alfa Dan Berahi Alami. Jurnal
Kedokteran Hewan ISSN 1978-225X

Salisbury, G.W., N.L Vandemark, dan R. Djanuar. 1984. Fisiologi Reproduksi
dan Inseminasi Buatan Pada Sapi. Gadjah Mada University Press
Yogyakarta

Yendralize.

. Pengaruh Nutrisi Dalam Pengelolaan Reproduksi Ternak.

Studi Litelatur