Pengawasan dan Rentang Kontrol Lembaga O
Makalah Perbaikan
PENGAWASAN DAN
RENTANG KONTROL LEMBAGA/
ORGANISASI PENDIDIKAN
Disusun Oleh:
Miftahul Khairani
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Mukhtar, M. Pd.
JURUSAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA IAIN
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2009
Pengawasan dan Rentang Kontrol Lembaga/
Organisasi Pendidikan1
Oleh: Miftahul Khairani
A. Pengertian
Penting menyadari upaya peningkatan mutu dan efektivitas sekolah dapat
dilakukan melalui pengawasan. Hal itu dikarenakan pengawasan merupakan
mata rantaim terakhir dan kunci dari proses manajemen. Pengawasan dapat
diartikan sebagai proses untuk “ menjamin” bahwa tujuan- tujuan orgaisasi
dan manajemen tercapai.2 Hal ini berkenaan dengan cara- cara membuat
kegiatan- kegiatan sesuai yang direncanakan. Tentu saja dari pengertiannya
sudah terlihat ada hubungan erat antara perencanaan dan pengawasan. Dapat
dikatakan bahwa perencanaan adalah langkah awal dari pengawasan.
Robert dalam T. Hani menyatakan bahwa pengawasan manajemen adalah
suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuantujuan
perencanaan,
merancang
sistem
informasi
umpan
balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan- penyimpangan, serta
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua
1
Makalah ini diseminarkan pada mata kuliah Manajemen Lembaga Pendidikan yang diasuh oleh
Prof. Dr. H. Mukhtar, M. Pd.
2
T. Hani Handoko, Manajemen, Ed.II, Cet. 18, BPFE: Yogyakarta. 2003. h. 359
2
sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien
dalam pencapaian tujuan- tujuan perusahaan.3
Hampir terlihat sama dengan pengertian yang dipaparkan oleh Robin
dalam Akhmad. Pengawasan didefinisikan sebagai proses kegiatan monitoring
untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti yang
direncanakan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan
memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang akan mengganggu
pencapaian tujuan.4
Selanjutnya, Wagner dan Hollenbeck dalam Mantja dalam Akhmad
menyatakan bahwa pengawasan juga merupakan fungsi manajemen yang
diperlukan untuk mengevaluasi kinerja organisasi atau unit- unit dalam suatu
organisasi guna menetapkan kemajuan sesuai dengan arah yang dikehendaki.5
Berikutnya, rentang kontrol yang penulis sejajarkan dengan rentang
manajemen. Sering pula disebut dengan istilah span of control, span of
authority, span of attention atau span of supervision yang artinya jumlah
bawahan yang secara langsung memberikan laporan kepada seorang manajer
tertentu. 6
Berdasarkan uraian berbagai pengertian di atas, maka penulis mengambil
satu pengertian tentang pengawasan lembaga pendidikan yaitu kegiatan
lanjutan dari tahap perencanaan pendidikan guna memastikan akan
tercapainya
tujuan-
tujuan
pendidikan
dan
mengantisipasi
adanya
3
Ibid, h. 361
Akmadsudrajat .wordpress.com/2008/04/04/ hakikat-pengawasan-sekolah. Diakses tanggal 12
Desember 2008
5
Ibid.
6
Op Cit, Manajemen, h. 202
4
3
penyimpangan yang tentunya akan mempengaruhi pencapaian tujuan tersebut.
Sementara itu, rentang kontrol lembaga pendidikan dapat penulis artikan
sebagai pengendalian secara efektif yang dilakukan oleh seorang atasan,
dalam hal ini adalah orang yang memimpin lembaga pendidikan, kepada
bawahannya.
Pengawasan sebenarnya mengandung arti penjagaan stabilitas dan
equilibrium. Pengawasan juga dapat dilakukan oleh siapa saja. Bisa kepala
sekolah, pengawas sekolah, serta unsur- unsur lain yang ada dalam dunia
pendidikan.artinya, pengawasan bisa bersifat bottom- up ataupun top-down.
Sedangkan rentang kontrol biasanya hanya dilakukan oleh seorang manajer
atau atasan dari suatu lembaga pendidikan.
perencanaa
n
Pengorga
nisasian
Penyusunan
personalia
Pengara
han
Penga
wasan
Pengawasan
Bagan hubungan pengawasan dengan fungsi- fungsi manajemen lainnya. 7
7
Ibid, h. 360
4
B. Tipe- Tipe Pengawasan
Pengawasan terbagi menjadi tiga tipe, yaitu;8
1. Pengawasan pendahuluan/ feedforward control/ steering control
Tipe ini dirancang untuk mengantisipasi masalah- masalah ataupun
penyimpangan-
penyimpangan
dari
standar
tujuan
dan
memungkinkan dilakukannya koreksi sebelum dilanjutkan ke tahap
tertentu. Dalam dunia pendidikan, pengawasan pendahuluan ini
bisa dikatakan sebagai proses awal setelah perencanaan pendidikan
sebelum memasuki kegiatan inti pendidikan yaitu kegiatan belajar
mengajar. Kita bisa meninjau kembali rancangan kegiatan belajar
mengajar
yang
diperkirakan
menyimpang
dan
selanjutnya
diharapkan untuk dapat diperbaiki sebelum dilanjutkan ke tahap
aplikasi di lapangan. Pengawasan ini bisa efektif jika atasan atau
manajer atau kepala sekolah mendapatkan informasi akurat tepat
waktu
tentang
perubahan-
perubahan
yang
terjadi
dalam
lingkungan tentang perkembangan tujuan pendidikan yang akan
dicapai.
8
Ibid, h. 361
5
2. Pengawasan Ya-Tidak/ Berhenti-Terus/ concurrent/ screening
control
Pengawasan
ini
dilakukan
bersamaan
dengan
pelaksanaan
kegiatan.Tepatnya , tipe ini bisa menjadi proses double check suatu
kegiatan sebelum diakhiri dan dilanjutkan dengan kegiatan
berikutnya.
Pelaksanaan
kegiatan
dengan
memakai
tipe
pengawasan ini akan lebih tepat, untuk dihentikan atau diteruskan,
disaring.
3. Pengawasan umpan balik/ feedback control/ past-action controls
Yang dilakukan dalam tipe pengawasan ini yaitu, penngukuran
hasil- hasil dari suatu kegiatan yang telah selesai dilaksanakan atau
past-action
controls.
Artrinya,
bersifat
histories.
Segala
penyimpangan atau pun penemuan selama kegiatan berlagsung
akan berulang pada kegiatan yang serupa di masa yang akan
datang.
Ketiga bentuk pengawasan di atas dalam manajemen pendidikan menjadi
sangat berguna. Akan tetapi, perlu adanya pertimbangan untuk melakukan
pengawasan tipe pertama dan kedua. Hal ini dikarenakan biayanya yang
mahal dan tidak semua kegiatan memungkinkan untuk terus dipantau serta
6
pengawasan berlebihan pun juga akan menurunkan produktivitas. Akan lebih
aman jika setiap manajer menggunakan tipe pengawasan yang disesuaikan
dengan situasi masing- masing sekolah.
Feedforward
control
Concurrent
control
Feedback
control
Tipe Pengawasan
Bagan Tipe Pengawasan.
C. Tahap- tahap Proses Pengawasan
Ada lima tahapan dalam proses pengawasan, yaitu sebagai berikut:9
1. Penetapan standar pelaksanaan
Biasanya tahap ini kita sebut dengan tahap perencanaan.
Perencanaan sekolah merupakan gambaran masa depan dari sosok
institusi sekolah yang dikehendaki oleh warganya. 10 Perencanaan
pendidikan yang mantap adalah yang sudah memenuhi standar.
9
10
Ibid, h. 363
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah ( dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik).
Cet.II. Bumi Aksara: Jakarta. 2007. h. 109
7
Standar tersebut adalah standar fisik, yang meliputi kuantitas
kegiatan, jumlah input dan kualitas pendidikan. Standar kedua
yaitu standar moneter yang berkaitan dengan biaya tenaga
pendidik, kegiatan belajar mengajar dan segala hal yang masih
berhubungan dengan anggaran atau pembiayaan pendidikan. Yang
terakhir adalah standar waktu yang meliputi masa kegiatan
pendidikan atau target penyelesaiannya. Standar- standar yang
sudah ditetapkan perlu dikomunikasikan dengan bawahan sehingga
tahapan lain dalam proses perencanaan dapat berjalan efektif.
2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan/ kinerja
Penentuan standar akan menjadi sia- sia jika disertai cara
mengukur pelaksanaan kegiatan pendidikan tersebut. Kita dapat
menggunakan pertanyaan how often atau berapa kali seharusnya
pelaksanaan kegiatan pendidikan diukur, what form atau dalam
bentuk apa pengukuran dilakukan, serta who atau siapa saja yang
akan terlibat dalam proses pengukuran tersebut. Pengukuran ini
hendaknya dapat dilakukan dengan mudah dan dipahami oleh
semua yang terlibat di dalamnya. Dan untuk kinerja ini dapat
diukur dengan metode UCLA yaitu meliputi assessment sebagai
lanhkag
korektif
didasarkan
pada
data11
,
planning,
11
Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu(Prinsip- prinsipPerumusan dan Tata Langkah
Penerapan). Terj. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. 2005. h.32
8
implementation, improvement, certification dan metode balancedscorecard12.
3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan
Setelah frekuensi pengukuran dan system monitoring ditentukan,
tahap selanjutnya adalah pengukuran pelaksanaan kegiatan
pendidikan yang dilakukan berulang- ulang seperti observasi
(pengamatan),laporan (tertulis/ lisan) dan metode serta inspeksi,
pengujian ( test). Bisa juga digunakan jasa pengawas sekolah agar
lebih efektif.
4. Pembandingan
pelaksanaan
dengan
standar
dan
analisis
penyimpangan
Tahap ini adalah tahap kritis. Walaupun mudah dilakukan tapi akan
terjadi kompleksitas dalam menginterpretasikan penyimpanganpenyimpangan yang ada. Analisis penyimpangan akan menjawab
pertanyaan mengapa standar tidak tercapai dan ini juga berguna
untuk
mengidentifikasi
penyebab
terjadinya
penyimpangan
sehingga tidak perlu terjadi kembali.
12
Moh. Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kerja Perusahaan, Bumi Aksara:
Jakarta. 2006. hh. 124 - 125
9
5. Pengambilan tindakan koreksi
Apabila hasil analisa menunjukkan perlunya diambil tindakan
koreksi, maka koreksi harus dilakukan. Kita dapat mengambil
koreksi dalm bentuk perubahan standar awal yakni standar input
yang terlalu tinggi atau rendah, perubahan frekuensi pengukuran
dan
perubahan
penganalisisaan
dan
penginterpretasian
penyimpangan yang mungkin ada.
P Penetapan
standar
Penentuan
ukuran
Pengukuran
Pemban
dingan/
evaluasi
Pengambilan
koreksi
Bagan Proses Pengawasan
D. Pentingnya Pengawasan
Pada dasarnya, kata “pengawasan” mengandung konotasi negatif karena
dianggap mengancam kebebasan dan otonomi pribadi. Padahal itu sangat
diperlukan
untuk
menemukan
keseimbangan
antara
pengawasan
organisasi/ lembaga pendidikan dan kebebasan pribadi atau untuk mencari
tingkat pengawasan yang tepat. Walaupun sesungguhnya, pengawasan
10
yang berlebihan dapat mematikan kreatifitas tenaga dan peserta didik,
menimbulkan deretan birokrasi dan lain sebagainya yang tentu saja akan
merugikan organisasi atau lembaga pendidikan itu sendiri. Sementara
pengawasan yang tidak memadai akan menimbulkan pemborosan sumber
daya dan mempersulit pencapaian tujuan pendidikan. Pengawasan
diperlukan oleh berbagai organisasi atau lembaga pendidikan karena
faktor- faktor berikut:13
1. Perubahan lingkungan organisasi
Perubahan lingkungan terjadi terus- menerus dan tidak dapat
dihindari
seperti
munculnya
inovasi
pendidikan,
lembaga
pendidikan baru dan lainnya. Melalui pengawasan, seorang atasan
akan dapat mendeteksi setiap tantangan atau kesempatan yang ada.
2. Peningkatan kompleksitas organisasi
Semakin besar organisasi atau lembaga pendidikan, maka akan
semakin penting adanya pengawasan yang berhati- hati. Kualitas
output, desentralisasi pendidikan, fasilitas pendidikan dan pasar
organisasi atau lembaga pendidikan yang mencakup reliability,
responsiveness,
assurance,
emphaty,
tangiable14
serta
lain
sebagainya. Semua memerlukan pengawasan yang lebih efektif dan
efisien.
3. Kesalahan- kesalahan
13
14
Op.Cit, Manajemen. h. 366
Mukhar, Merambah Manajemen Baru Pendidikan Tinggi Islam, Misaka Galiza: Jakarta.
2003.h.218
11
Atasan, dalam hal ini kepala sekolah atau lembaga, dapat
melakukan pengawasan secara sederhana bila bawahan atau tenaga
pendidik dan peserta didik tidak pernah melakukan kesalahan.
Akan tetap itu mustahil karena kebanyakan mereka tetap
melakukan kesalahan, seperti penyampaian bahan ajar yang salah,
atau penggunaan metode yang kacau. Untuk itu, pengawasan
memungkinkan kepala sekolah mendteksi kesalahan- kesalahan
tersebut sebelum menjadi parah.
4. Kebutuhan kepala sekolah/ lembaga pendidikan mendelegasikan
wewenang.
Pendelegasian wewenang oleh kepala sekolah/ lembaga pendidikan
seperti yang sudah pernah dibahas oleh pemakalah sebelumnya,
tidak menyebabkan tanggung jawabnya berkurang. Dan satusatunya
cara
untuk
mengetahui
apakah
bawahan
telah
melaksanakan tugas- tugas yang telah dilimpahkan tersebut adalah
dengan penerapan sistem pengawasan.
E. Alat Bantu Pengawasan
Ada banyak teknik yang dapat membantu kepala sekolah/ lembaga
pendidikan melaksanakan pengawasan secara efektif yitu teknik MBE
(Management By Exception) dan MIS ( Management- Information System). 15
15
Ibid , Manajemen. h. 371
12
Metode MBE memungkinkan atasan memperhatikan bidang- bidang
pengawasan yang paling kritis dan mempersilahkan tingkatan manajemen
rendah untuk menangani variasi- variasi rutin. Metode ini dapat diterapkan
oleh tenaga pendidik, keuangan, pengawas sekolah dan bidang- bidang
fungsional lainnya. Pengawasan yang ditujukan pada terjadinya kekecualian
ini murah akan tetapi baru dapat mengetahui adanya penyimpangan setelah
kegiatan terlaksana sehingga sering dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan
organisasi yang bersifat otomatis dan rutin. Sementara metode MIS, berperan
penting dalam pelaksanaan fungsi- fungsi manajemen perencanaan dan
pengawasan dengan efektif. Metode ini adalah metode formal pengadaan dan
penyediaan bagi manajemen, informasi yang diperlukan dengan akurat dan
tepat waktu untuk membantu proses pembuatan keputusan dan memungkinkan
fungsi- fungsi perencanaan, pengawasan dan operasional organisasi atau
lembaga pendidikan dilaksanakan secara efektif.
F. Karakteristik Pengawasan Efektif
13
Agar menjadi efektif, sistem pengawasan harus memenuhi kriteria
berikut:16
1. Akurat
Informasi pelaksanaan kegiatan harus akurat karena jika tidak
akurat, maka dapat menyebabkan pengambilan tindakan koreksi
yang keliru oleh organisasi atau lemabaga pendidikan serta
berdampak terciptanya masalah yang sebenarnya tidak ada.
2. Tepat waktu
Informasi harus dikumpulkan, disampaikan dan dievaluasi
secepatnya jika kegiatan perbaikan harus dilakukan segera.
3. Obyektif dan menyeluruh
Informasi harus mudah dipahami, obyektif serta lengkap.
4. Terpusat pada titik pengawasan strategik
Sistem pengawasan harus memusatkan perhatian pada bidangbidang yang rentan terjadi penyimpangan- penyimpangan.
5. Realistik secara ekonomis
Biaya pelaksanaan pengawasan harus lebih rendah atau sama
dengan kegunaan yang akan diperoleh.
16
Ibid, hh. 373- 374
14
6. Realistik secara organisasional
Sistem pengawasan harus cocok atau harmonis dengan kenyataankenyataan organisasi atau lembaga pendidikan.
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi
Hal ini dikarenakan setiap tahap dari proses pekerjaan dapat
mempengaruhi kesuksesan atau kegagalann keseluruhan kegiatan
dan informasi pengawasan harus sampai pada seluruh personalia
yang membutuhkan.
8. Fleksibel
Maksudnya, pengawasan harus mempunyai fleksibilitas untuk
memberikan tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun
kesempatan dari lingkungan.
9. Bersifat sebagai petunjuk operasional
Sistem pengawasan yang efektif harus menunjukkan deteksi atau
deviasi dari standar, tindakan koreksi yang seharusnya diambil.
10. Diterima oleh para anggota organisasi atau lembaga pendidikan.
15
Sistem pengawasan harus mampu mengarahkan pelaksanaan kerja
para anggota organisasi atau lembaga pendidikan dengan
mendorong perasaan otonomi, tanggung jawab dan berprestasi.
G. Metode Pengawasan
Ada dua kelompok metode pengawasan, yakni:
1. Metode Non Kuantitatif
Metode pengawasan ini digunakan dalam pelaksanaan fungsifungsi manajemen. Umumnya untuk mengawasi keseluruhan
performance organisasi atau lembaga pendidikan. Teknik yang
digunakan adalah control by observation, control by regular and
spot inspection, control by report, evaluasi pelaksanaan dan diskusi
antara kepala dengan bawahan.
2. Metode Kuantitatif
Metode ini cenderung menggunakan data khusus dan teknik
kuantitatif untuk mengukur dan memeriksa kuantitas dan kualitas
output. Teknik tersebut meliputi anggaran, audit, analisa breakeven, analisa rasio dan bagan serta teknik yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan.
16
H. Hakikat Pengawasan
Hakikat pengawasan terdiri dari empat dimensi, yaitu:
1. Support
artinya,
kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh seorang
supervisor harus mampu mendukung pihak sekolah untuk
mengevaluasi kondisi keberadaannya. Supervisor bersama-sama
dengan pihak sekolah dapat melakukan analisis kekuatan,
kelemahan
dan potensi serta peluang sekolahnya untuk
mendukung peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan pada
sekolah di masa yang akan datang.
2. Trust
Dimensi ini meneggambarkan bahwa kegiatan pengawasan yang
dilakukan harus mampu membina kepercayaan stakeholder
pendidikan dengan penyajian profil dinamika sekolah masa depan
yang lebih baik dan menjanjikan.
3. Challenge
Dalam dimensi ini, kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh
supervisor harus mampu memeberikan tantangan pengembangan
sekolah kepada stakeholder pendidikan di sekolah. Tantangan
17
dirancang serealistis mungkin agar dapat dan mampu dicapai olh
pihak sekolah.
4. Networking dan Collaboration
Kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh supervisor harus
mampu
mengembangkan
jejaring
dan
berkolaborasi
antar
stakehloder pendidikan dalam rangka meningkatkan produktivitas
dan efisiensi pendidikan di sekolah. Salah satu usaha yang dapat
dilakukan oleh sekolah adalah dengan networking. Misalnya
perguruan tinggi Islam menciptakan kerja sama baik dengan
perguruan tinggi yang ada di dalam maupun luar negeri.17
I. Pengawas sekolah
Menurut Keputusan Menteri PAN No. 118 tahun 1996 tentang jabatan
fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya maka yang dimaksud
dengan pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas,
tanggungjawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang
untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan
penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada
satuan pendidikan pra sekolah, sekolah dasar dan sekolah menengah. Dan
berdasarkan pasal kedua dari Keputusan Menteri tersebut, tugas pokok
pengawas adalah menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada
17
Op.Cit. Merambaha Manajemen Baru Pendidikan Tinggi Islam. h. 80
18
sekolah tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggung
jawabnya.18
Mengingat beratnya tugas pengawas, maka disusunlah standar kompetensi
pengawas. Tujuannya adalah sebagai acuan untuk mengukur kemampuan dan
kinerja pengawas sekolah dalam pelaksanaan tugas kepengawasannya di
sekolah, pembinaan dan peningkatan mutu pengawas sekolah serta
peningkatan kinerja pengawas sekolah sesuai dengan profesinya.
Kepengawasan
yang
profesional
berkesinambungan
dan
terencana.
mengiidentifikasi
dan
mengenali
adalah
kepengawasan
Pembinaan
kelemahan
diawali
sekolah
dan
yang
dengan
prospek
pengembangannya. Ada tiga langkah yang harus ditempuh pengawas dalam
menyusun program kerjanya yaitu mencakup:
1. Menetapkan standar/ kriteria pengukuran performansi sekolah
(berdasarkan evalusi dari sekolah)
2. Menbandingkan hasil tampilan performansi denga ukuran dan kriteria/
benchmark yang telah direncanakan, guna menyusun program
pengembangan sekolah
3. melakukan
tinadakan
pendampingan
untuk
pengawasan
yang
memperbaiki
berupa
pembinaan/
implementasi
program
pengembangan sekolah.
18
Bappeda.kotapekalongan.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=454&Itemid=30
19
Selanjutnya, dalam menjalankan kepengawasannya, seorang pengawas
tidak lepas dari prinsip- prinsip berikut:
1. Trust, artinya kegiatan pengawasan dilaksanakan dalam pola hubungan
kepercayaan antara pihak sekolah denganpihak pengawasa sekolah
sehingga hasil pengawasannya dapat dipercaya.
2. Realistic,
artinya
kegiatan
pengawasan
dan
pembinaannya
dilaksanakan berdasarkan data keberadaan sekolah.
3. Utility, artinya proses dan hasil pengawasan harus bermuara pada
manfaat bagi sekolah untuk mengembangkan mutu dan kinerja sekolah
binaannya.
4. Supporting, Networking dan Collaboration, artinya seluruh aktivitas
pengawasan pada hakikatnya merupakan dukungan terhadap upaya
sekolah menggalang jejaring kerja sama secara kolaboratif dengan
seluruh stakeholder.
5. Testable, artinya hasil pengawasan harus mampu menggambarkan
kondisi kebenaran objektif dan siap diuji ulang atau dikonfirmasikan
ke pihak mana pun.
20
Prinsip- prinsip yang dipegang oleh pengawas juga dilandaskan pada kode
etik seorang pengawas yaitu:
1. dalam melaksanakan tugasnya, pengawas satuan pendidkan senantiasa
berlandaskan iman dan taqwa serta mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
2. pengawas satuan pendidikan senantiasa merasa bangga dalam
mengemban tugas sebagi pengawas
3. pengawas satuan pendidikan memilki pengabdian yang tinggi dalam
menekuni tugas dan fungsinya sebagai pengawas
4. pengawas satuan pendidikan bekerja dengan penuh rasa tanggung
jawab dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai pengawas
5. pengawas satuan pendidikan menjaga citra dan nam baik profesi
pengawas
6. pengawas satuan pendidikan menjunjung tinggi disiplin dan etos kerja
dalam melaksanakan tugas profesional pengawas
7. pengawas satuan pendidikan mampu menampilkan keberadan dirinya
sebagai supervisor profesional dan tokoh yang diteladani
21
8. pengawas satuan pendidikan sigap dan terampil dalam menanggapi
dan membantu memecahkan masalah- masalah yang dihadapi
stakeholder sekolah binaannya
9. pengawas satuan pendidikan memilki rasa kesetiakawanan sosial yang
tinggi, baik terhadap stakeholder sekolah binaannya mau pun terhadap
koleganya.
J. Rentang Kontrol
Setiap organisasi atau lembaga pendidikan harus menentukan rentang
kontrol yang tepat yang akan digunakan. Penentuan rentang kontrol yang tepat
amat penting karena mempengaruhi penggunaan efisien dari kepala organisasi
atau lembaga pendidikan dan pelaksanaan kerja yang efektif dari bawahannya.
Rentang yang terlalu lebar berarti pengendalian jumlah bawahan yang amat
besar sehingga mengakibatkan ketidakefisienan. Rentangan yang terlalu
sempit dapat menghilangkan fungsi seorang kepala organisasi atau lembaga
pendidikan. Selain itu, ada hubungan anatar rentang kontrol dengan struktur
organisasi atau lembaga pendidikan. Semakin sempit rentang kontrol, maka
struktur organisasi bisa dipastikan berbentuk tall dengan banyak tingkat
pengawasan di antara manajemen puncak dan tingkat paling rendah. Rentang
yang melebar akan menghasilkan struktur berbentuk flat yang berarti
22
tingkatan maanajemen semakin sedikit. Seperti yang kita ketahui, struktur
organisasi akan mempengaruhi efektifitas manajer di semua tingkatan.
K. Faktor- faktor yang mempengaruhi Rentang Kontrol
Barkdull dalam T. Hani, menyatakan bahwa kelompok dari Lockheed
berusaha
mengembangkan
suatu
pendekatan
yang
memperhitungkan
kemungkinan atau contingency approach untuk mendapatkan ukuran
rentangan yang tepat bagi jabatan manajer tertentu yang dipengaruhi beberapa
faktor berikut:19
1. Kesamaan fungsi
Semakin sejenis fungsi- fungsi yang dilaksanakan kelompok kerja,
maka rentangan semakin lebar.
2. Kedekatan geografis
Semakin dekat penempatan kelompok kerja, maka rentangan
semakin melebar.
3. Tingkat pengawasan langsung yang dibutuhkan
Semakin sedikit pengawasasn langsung yang dibutuhkan, maka
rentangan semakin melebar.
4. Tingkat pengawasan koordinasi yang dibutuhkan
19
Op.Cit, Manajemen. hh. 207- 208
23
Semakin berkurang koordinasi yang dibutuhkan, maka rentangan
semakin melebar.
5. Perencanaan yang dibutuhkan manajer
Semakin sedikit perencanaan yang dibutuhkan, maka rentangan
semakin melebar.
6. Bantuan organisasional yang tersedia bagi pengawas
Lebih banyak bantuan yang diterima pengawas dalam fungsifungsi seperti rekrutmen, latihan dan pengawasan mutu, maka
rentangan semakin melebar.
Ringkasnya, tidak ada rumusan yang bisa digunakan untuk menentukan
rentangan yang tepat.
1 Tingkatan manajemen
1 Manajer
24
Manajer
Stakeholder/ tenaga pendidik
Bagan Hubungan antara Rentang Kontrol dengan Struktur Organisasi
L. Rentang yang Ideal
Ada dua alasan utama mengapa penentuan rentangan yang tepat
adalah penting. Pertama, rentang manajemen mempengaruhi penggunaan
efisien dari manajer dan pelaksanaan kerja efektif dari bawahan mereka.
Terlalu melebarnya rentangan dapat berarti bahwa manajer harus
mengendalikan jumlah bawahan yang besar sehingga menyebabkan tidak
efisien. Rentangan yang terlalu sempit dapat menyebabkan manajer tidak
digunakan sepenuhnya. Kedua , ada hubungana antara rentang manajemen
diseluruh organisasi dan struktur organisasi. Semakin sempit rentang
manajemen, struktur organisasi akan berbentuk “tall”dengan banyak
tingkat pengawasan diantara manajemen puncak dan tingkat paling
rendah. Rentang manajemen yang melebar akan menghasilkan struktur
25
yang berbentuk “flat” yang berarti tingkatan manajemen semakin sedikit.
Struktur ini akan mempengaruhi efektifitas manajer disemua tingkatan.
Meskipun para manajemen
bermaksud menemukan jumlah yang
pasti, jumlah rentang manajemen yang ideal, tetapi tidak ada jumlah yang
mutlak dapat ditentukan, karena hal ini tergantung pada banyak variable
giatseperti besrny organisasi, teknologi, spesialisasi, kegiatan rutin,
tingkatan manajemen, dan sifat pekerjaan lainnya.
Henri Fayol mengemukakan bahwa jumlah maksimum bawahan yang
dapat dikendalikan oleh setiap pengawas produksi dalam organisasi adalah
20-30 karyawan, sedang setiap kepala pengawas dapat mengawasi hanya
3-4 pengawas produksi. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa
jumlah rentangan adalah antara 3-8 orang karyawan. Disamping itu V.A
Graicunas, seorang konsultan dan ahli matematika prancis, menyatakan
bahwa dalam memilih suatu rentangan, manajer harus mempertimbangkan
tidak hanya hubungan satu dengan satu secara langsung dengan bawahan
yang diawasi tetapi juga hubungan mereka dengan bawahan dalam
kelompok. Jadi, dengan tiga karyawan seorang manajer mempunyai
hubungan denan setiap individu, dan dengan tiga kelompok yang berbeda,
yaitu kombinnasi dari setiap dua karyawan, dan kelompok yang terdiri
dari ketiganya.
26
Pendekatan
Graicunas
ini
menunjukkan
kekompleksan
tugas
pengawas manajer, dan secara matematis hubungan tersebut dapat
dinyatakan dengan rumus:
R= n (2n-1 + n-1)
Dimana R= jumlah hubungan dan n= jumlah bawahan. Menurut
runusan ini bila ada 5 bawahan akan ada 100 hubungan. Bila ada 10
bawahan maka ada 5.120 hubungan.
Lyndall F.Urwick menyimpulkan atas dasar rumusan diatas, bahwa
tidak ada eksekutif yang dapat mengendalikan secara langsung kerja lebih
dari lima. Jenderal Ian Hamilton berdasarkan pengalaman militernya
mempunyai kesimpulan yang sama kedua pakar tersebut, bahwa rata-rata
otak manusia hanya memiliki lingkup yang efektif dalam penanganan dari
3-6 otak manusia lainnya.
M. Rentang Manajemen dan Tingkatan Organisasional
Suatu organisasi secara teoritik dengan 32 tenaga operatif ditunjukkan
dalam
tiga struktur rentang manajemen, dimana setiap struktur
memerlukan jumlah manajer yang berbeda. dalam kenyataannya, adalah
tidak bisa mempunyai rentang manajemen yang sama pada setiap
tingkatan. Disini rentangan dibuat sama untuk menggambarkan bagaimana
27
rentangan mempengaruhi baik jumlah tingkatan organisasi antara atas dan
bawah maupun jumlah manajer total yang dibutuhkan.
28
PENGAWASAN DAN
RENTANG KONTROL LEMBAGA/
ORGANISASI PENDIDIKAN
Disusun Oleh:
Miftahul Khairani
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Mukhtar, M. Pd.
JURUSAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA IAIN
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2009
Pengawasan dan Rentang Kontrol Lembaga/
Organisasi Pendidikan1
Oleh: Miftahul Khairani
A. Pengertian
Penting menyadari upaya peningkatan mutu dan efektivitas sekolah dapat
dilakukan melalui pengawasan. Hal itu dikarenakan pengawasan merupakan
mata rantaim terakhir dan kunci dari proses manajemen. Pengawasan dapat
diartikan sebagai proses untuk “ menjamin” bahwa tujuan- tujuan orgaisasi
dan manajemen tercapai.2 Hal ini berkenaan dengan cara- cara membuat
kegiatan- kegiatan sesuai yang direncanakan. Tentu saja dari pengertiannya
sudah terlihat ada hubungan erat antara perencanaan dan pengawasan. Dapat
dikatakan bahwa perencanaan adalah langkah awal dari pengawasan.
Robert dalam T. Hani menyatakan bahwa pengawasan manajemen adalah
suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuantujuan
perencanaan,
merancang
sistem
informasi
umpan
balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan- penyimpangan, serta
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua
1
Makalah ini diseminarkan pada mata kuliah Manajemen Lembaga Pendidikan yang diasuh oleh
Prof. Dr. H. Mukhtar, M. Pd.
2
T. Hani Handoko, Manajemen, Ed.II, Cet. 18, BPFE: Yogyakarta. 2003. h. 359
2
sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien
dalam pencapaian tujuan- tujuan perusahaan.3
Hampir terlihat sama dengan pengertian yang dipaparkan oleh Robin
dalam Akhmad. Pengawasan didefinisikan sebagai proses kegiatan monitoring
untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti yang
direncanakan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan
memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang akan mengganggu
pencapaian tujuan.4
Selanjutnya, Wagner dan Hollenbeck dalam Mantja dalam Akhmad
menyatakan bahwa pengawasan juga merupakan fungsi manajemen yang
diperlukan untuk mengevaluasi kinerja organisasi atau unit- unit dalam suatu
organisasi guna menetapkan kemajuan sesuai dengan arah yang dikehendaki.5
Berikutnya, rentang kontrol yang penulis sejajarkan dengan rentang
manajemen. Sering pula disebut dengan istilah span of control, span of
authority, span of attention atau span of supervision yang artinya jumlah
bawahan yang secara langsung memberikan laporan kepada seorang manajer
tertentu. 6
Berdasarkan uraian berbagai pengertian di atas, maka penulis mengambil
satu pengertian tentang pengawasan lembaga pendidikan yaitu kegiatan
lanjutan dari tahap perencanaan pendidikan guna memastikan akan
tercapainya
tujuan-
tujuan
pendidikan
dan
mengantisipasi
adanya
3
Ibid, h. 361
Akmadsudrajat .wordpress.com/2008/04/04/ hakikat-pengawasan-sekolah. Diakses tanggal 12
Desember 2008
5
Ibid.
6
Op Cit, Manajemen, h. 202
4
3
penyimpangan yang tentunya akan mempengaruhi pencapaian tujuan tersebut.
Sementara itu, rentang kontrol lembaga pendidikan dapat penulis artikan
sebagai pengendalian secara efektif yang dilakukan oleh seorang atasan,
dalam hal ini adalah orang yang memimpin lembaga pendidikan, kepada
bawahannya.
Pengawasan sebenarnya mengandung arti penjagaan stabilitas dan
equilibrium. Pengawasan juga dapat dilakukan oleh siapa saja. Bisa kepala
sekolah, pengawas sekolah, serta unsur- unsur lain yang ada dalam dunia
pendidikan.artinya, pengawasan bisa bersifat bottom- up ataupun top-down.
Sedangkan rentang kontrol biasanya hanya dilakukan oleh seorang manajer
atau atasan dari suatu lembaga pendidikan.
perencanaa
n
Pengorga
nisasian
Penyusunan
personalia
Pengara
han
Penga
wasan
Pengawasan
Bagan hubungan pengawasan dengan fungsi- fungsi manajemen lainnya. 7
7
Ibid, h. 360
4
B. Tipe- Tipe Pengawasan
Pengawasan terbagi menjadi tiga tipe, yaitu;8
1. Pengawasan pendahuluan/ feedforward control/ steering control
Tipe ini dirancang untuk mengantisipasi masalah- masalah ataupun
penyimpangan-
penyimpangan
dari
standar
tujuan
dan
memungkinkan dilakukannya koreksi sebelum dilanjutkan ke tahap
tertentu. Dalam dunia pendidikan, pengawasan pendahuluan ini
bisa dikatakan sebagai proses awal setelah perencanaan pendidikan
sebelum memasuki kegiatan inti pendidikan yaitu kegiatan belajar
mengajar. Kita bisa meninjau kembali rancangan kegiatan belajar
mengajar
yang
diperkirakan
menyimpang
dan
selanjutnya
diharapkan untuk dapat diperbaiki sebelum dilanjutkan ke tahap
aplikasi di lapangan. Pengawasan ini bisa efektif jika atasan atau
manajer atau kepala sekolah mendapatkan informasi akurat tepat
waktu
tentang
perubahan-
perubahan
yang
terjadi
dalam
lingkungan tentang perkembangan tujuan pendidikan yang akan
dicapai.
8
Ibid, h. 361
5
2. Pengawasan Ya-Tidak/ Berhenti-Terus/ concurrent/ screening
control
Pengawasan
ini
dilakukan
bersamaan
dengan
pelaksanaan
kegiatan.Tepatnya , tipe ini bisa menjadi proses double check suatu
kegiatan sebelum diakhiri dan dilanjutkan dengan kegiatan
berikutnya.
Pelaksanaan
kegiatan
dengan
memakai
tipe
pengawasan ini akan lebih tepat, untuk dihentikan atau diteruskan,
disaring.
3. Pengawasan umpan balik/ feedback control/ past-action controls
Yang dilakukan dalam tipe pengawasan ini yaitu, penngukuran
hasil- hasil dari suatu kegiatan yang telah selesai dilaksanakan atau
past-action
controls.
Artrinya,
bersifat
histories.
Segala
penyimpangan atau pun penemuan selama kegiatan berlagsung
akan berulang pada kegiatan yang serupa di masa yang akan
datang.
Ketiga bentuk pengawasan di atas dalam manajemen pendidikan menjadi
sangat berguna. Akan tetapi, perlu adanya pertimbangan untuk melakukan
pengawasan tipe pertama dan kedua. Hal ini dikarenakan biayanya yang
mahal dan tidak semua kegiatan memungkinkan untuk terus dipantau serta
6
pengawasan berlebihan pun juga akan menurunkan produktivitas. Akan lebih
aman jika setiap manajer menggunakan tipe pengawasan yang disesuaikan
dengan situasi masing- masing sekolah.
Feedforward
control
Concurrent
control
Feedback
control
Tipe Pengawasan
Bagan Tipe Pengawasan.
C. Tahap- tahap Proses Pengawasan
Ada lima tahapan dalam proses pengawasan, yaitu sebagai berikut:9
1. Penetapan standar pelaksanaan
Biasanya tahap ini kita sebut dengan tahap perencanaan.
Perencanaan sekolah merupakan gambaran masa depan dari sosok
institusi sekolah yang dikehendaki oleh warganya. 10 Perencanaan
pendidikan yang mantap adalah yang sudah memenuhi standar.
9
10
Ibid, h. 363
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah ( dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik).
Cet.II. Bumi Aksara: Jakarta. 2007. h. 109
7
Standar tersebut adalah standar fisik, yang meliputi kuantitas
kegiatan, jumlah input dan kualitas pendidikan. Standar kedua
yaitu standar moneter yang berkaitan dengan biaya tenaga
pendidik, kegiatan belajar mengajar dan segala hal yang masih
berhubungan dengan anggaran atau pembiayaan pendidikan. Yang
terakhir adalah standar waktu yang meliputi masa kegiatan
pendidikan atau target penyelesaiannya. Standar- standar yang
sudah ditetapkan perlu dikomunikasikan dengan bawahan sehingga
tahapan lain dalam proses perencanaan dapat berjalan efektif.
2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan/ kinerja
Penentuan standar akan menjadi sia- sia jika disertai cara
mengukur pelaksanaan kegiatan pendidikan tersebut. Kita dapat
menggunakan pertanyaan how often atau berapa kali seharusnya
pelaksanaan kegiatan pendidikan diukur, what form atau dalam
bentuk apa pengukuran dilakukan, serta who atau siapa saja yang
akan terlibat dalam proses pengukuran tersebut. Pengukuran ini
hendaknya dapat dilakukan dengan mudah dan dipahami oleh
semua yang terlibat di dalamnya. Dan untuk kinerja ini dapat
diukur dengan metode UCLA yaitu meliputi assessment sebagai
lanhkag
korektif
didasarkan
pada
data11
,
planning,
11
Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu(Prinsip- prinsipPerumusan dan Tata Langkah
Penerapan). Terj. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. 2005. h.32
8
implementation, improvement, certification dan metode balancedscorecard12.
3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan
Setelah frekuensi pengukuran dan system monitoring ditentukan,
tahap selanjutnya adalah pengukuran pelaksanaan kegiatan
pendidikan yang dilakukan berulang- ulang seperti observasi
(pengamatan),laporan (tertulis/ lisan) dan metode serta inspeksi,
pengujian ( test). Bisa juga digunakan jasa pengawas sekolah agar
lebih efektif.
4. Pembandingan
pelaksanaan
dengan
standar
dan
analisis
penyimpangan
Tahap ini adalah tahap kritis. Walaupun mudah dilakukan tapi akan
terjadi kompleksitas dalam menginterpretasikan penyimpanganpenyimpangan yang ada. Analisis penyimpangan akan menjawab
pertanyaan mengapa standar tidak tercapai dan ini juga berguna
untuk
mengidentifikasi
penyebab
terjadinya
penyimpangan
sehingga tidak perlu terjadi kembali.
12
Moh. Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kerja Perusahaan, Bumi Aksara:
Jakarta. 2006. hh. 124 - 125
9
5. Pengambilan tindakan koreksi
Apabila hasil analisa menunjukkan perlunya diambil tindakan
koreksi, maka koreksi harus dilakukan. Kita dapat mengambil
koreksi dalm bentuk perubahan standar awal yakni standar input
yang terlalu tinggi atau rendah, perubahan frekuensi pengukuran
dan
perubahan
penganalisisaan
dan
penginterpretasian
penyimpangan yang mungkin ada.
P Penetapan
standar
Penentuan
ukuran
Pengukuran
Pemban
dingan/
evaluasi
Pengambilan
koreksi
Bagan Proses Pengawasan
D. Pentingnya Pengawasan
Pada dasarnya, kata “pengawasan” mengandung konotasi negatif karena
dianggap mengancam kebebasan dan otonomi pribadi. Padahal itu sangat
diperlukan
untuk
menemukan
keseimbangan
antara
pengawasan
organisasi/ lembaga pendidikan dan kebebasan pribadi atau untuk mencari
tingkat pengawasan yang tepat. Walaupun sesungguhnya, pengawasan
10
yang berlebihan dapat mematikan kreatifitas tenaga dan peserta didik,
menimbulkan deretan birokrasi dan lain sebagainya yang tentu saja akan
merugikan organisasi atau lembaga pendidikan itu sendiri. Sementara
pengawasan yang tidak memadai akan menimbulkan pemborosan sumber
daya dan mempersulit pencapaian tujuan pendidikan. Pengawasan
diperlukan oleh berbagai organisasi atau lembaga pendidikan karena
faktor- faktor berikut:13
1. Perubahan lingkungan organisasi
Perubahan lingkungan terjadi terus- menerus dan tidak dapat
dihindari
seperti
munculnya
inovasi
pendidikan,
lembaga
pendidikan baru dan lainnya. Melalui pengawasan, seorang atasan
akan dapat mendeteksi setiap tantangan atau kesempatan yang ada.
2. Peningkatan kompleksitas organisasi
Semakin besar organisasi atau lembaga pendidikan, maka akan
semakin penting adanya pengawasan yang berhati- hati. Kualitas
output, desentralisasi pendidikan, fasilitas pendidikan dan pasar
organisasi atau lembaga pendidikan yang mencakup reliability,
responsiveness,
assurance,
emphaty,
tangiable14
serta
lain
sebagainya. Semua memerlukan pengawasan yang lebih efektif dan
efisien.
3. Kesalahan- kesalahan
13
14
Op.Cit, Manajemen. h. 366
Mukhar, Merambah Manajemen Baru Pendidikan Tinggi Islam, Misaka Galiza: Jakarta.
2003.h.218
11
Atasan, dalam hal ini kepala sekolah atau lembaga, dapat
melakukan pengawasan secara sederhana bila bawahan atau tenaga
pendidik dan peserta didik tidak pernah melakukan kesalahan.
Akan tetap itu mustahil karena kebanyakan mereka tetap
melakukan kesalahan, seperti penyampaian bahan ajar yang salah,
atau penggunaan metode yang kacau. Untuk itu, pengawasan
memungkinkan kepala sekolah mendteksi kesalahan- kesalahan
tersebut sebelum menjadi parah.
4. Kebutuhan kepala sekolah/ lembaga pendidikan mendelegasikan
wewenang.
Pendelegasian wewenang oleh kepala sekolah/ lembaga pendidikan
seperti yang sudah pernah dibahas oleh pemakalah sebelumnya,
tidak menyebabkan tanggung jawabnya berkurang. Dan satusatunya
cara
untuk
mengetahui
apakah
bawahan
telah
melaksanakan tugas- tugas yang telah dilimpahkan tersebut adalah
dengan penerapan sistem pengawasan.
E. Alat Bantu Pengawasan
Ada banyak teknik yang dapat membantu kepala sekolah/ lembaga
pendidikan melaksanakan pengawasan secara efektif yitu teknik MBE
(Management By Exception) dan MIS ( Management- Information System). 15
15
Ibid , Manajemen. h. 371
12
Metode MBE memungkinkan atasan memperhatikan bidang- bidang
pengawasan yang paling kritis dan mempersilahkan tingkatan manajemen
rendah untuk menangani variasi- variasi rutin. Metode ini dapat diterapkan
oleh tenaga pendidik, keuangan, pengawas sekolah dan bidang- bidang
fungsional lainnya. Pengawasan yang ditujukan pada terjadinya kekecualian
ini murah akan tetapi baru dapat mengetahui adanya penyimpangan setelah
kegiatan terlaksana sehingga sering dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan
organisasi yang bersifat otomatis dan rutin. Sementara metode MIS, berperan
penting dalam pelaksanaan fungsi- fungsi manajemen perencanaan dan
pengawasan dengan efektif. Metode ini adalah metode formal pengadaan dan
penyediaan bagi manajemen, informasi yang diperlukan dengan akurat dan
tepat waktu untuk membantu proses pembuatan keputusan dan memungkinkan
fungsi- fungsi perencanaan, pengawasan dan operasional organisasi atau
lembaga pendidikan dilaksanakan secara efektif.
F. Karakteristik Pengawasan Efektif
13
Agar menjadi efektif, sistem pengawasan harus memenuhi kriteria
berikut:16
1. Akurat
Informasi pelaksanaan kegiatan harus akurat karena jika tidak
akurat, maka dapat menyebabkan pengambilan tindakan koreksi
yang keliru oleh organisasi atau lemabaga pendidikan serta
berdampak terciptanya masalah yang sebenarnya tidak ada.
2. Tepat waktu
Informasi harus dikumpulkan, disampaikan dan dievaluasi
secepatnya jika kegiatan perbaikan harus dilakukan segera.
3. Obyektif dan menyeluruh
Informasi harus mudah dipahami, obyektif serta lengkap.
4. Terpusat pada titik pengawasan strategik
Sistem pengawasan harus memusatkan perhatian pada bidangbidang yang rentan terjadi penyimpangan- penyimpangan.
5. Realistik secara ekonomis
Biaya pelaksanaan pengawasan harus lebih rendah atau sama
dengan kegunaan yang akan diperoleh.
16
Ibid, hh. 373- 374
14
6. Realistik secara organisasional
Sistem pengawasan harus cocok atau harmonis dengan kenyataankenyataan organisasi atau lembaga pendidikan.
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi
Hal ini dikarenakan setiap tahap dari proses pekerjaan dapat
mempengaruhi kesuksesan atau kegagalann keseluruhan kegiatan
dan informasi pengawasan harus sampai pada seluruh personalia
yang membutuhkan.
8. Fleksibel
Maksudnya, pengawasan harus mempunyai fleksibilitas untuk
memberikan tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun
kesempatan dari lingkungan.
9. Bersifat sebagai petunjuk operasional
Sistem pengawasan yang efektif harus menunjukkan deteksi atau
deviasi dari standar, tindakan koreksi yang seharusnya diambil.
10. Diterima oleh para anggota organisasi atau lembaga pendidikan.
15
Sistem pengawasan harus mampu mengarahkan pelaksanaan kerja
para anggota organisasi atau lembaga pendidikan dengan
mendorong perasaan otonomi, tanggung jawab dan berprestasi.
G. Metode Pengawasan
Ada dua kelompok metode pengawasan, yakni:
1. Metode Non Kuantitatif
Metode pengawasan ini digunakan dalam pelaksanaan fungsifungsi manajemen. Umumnya untuk mengawasi keseluruhan
performance organisasi atau lembaga pendidikan. Teknik yang
digunakan adalah control by observation, control by regular and
spot inspection, control by report, evaluasi pelaksanaan dan diskusi
antara kepala dengan bawahan.
2. Metode Kuantitatif
Metode ini cenderung menggunakan data khusus dan teknik
kuantitatif untuk mengukur dan memeriksa kuantitas dan kualitas
output. Teknik tersebut meliputi anggaran, audit, analisa breakeven, analisa rasio dan bagan serta teknik yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan.
16
H. Hakikat Pengawasan
Hakikat pengawasan terdiri dari empat dimensi, yaitu:
1. Support
artinya,
kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh seorang
supervisor harus mampu mendukung pihak sekolah untuk
mengevaluasi kondisi keberadaannya. Supervisor bersama-sama
dengan pihak sekolah dapat melakukan analisis kekuatan,
kelemahan
dan potensi serta peluang sekolahnya untuk
mendukung peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan pada
sekolah di masa yang akan datang.
2. Trust
Dimensi ini meneggambarkan bahwa kegiatan pengawasan yang
dilakukan harus mampu membina kepercayaan stakeholder
pendidikan dengan penyajian profil dinamika sekolah masa depan
yang lebih baik dan menjanjikan.
3. Challenge
Dalam dimensi ini, kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh
supervisor harus mampu memeberikan tantangan pengembangan
sekolah kepada stakeholder pendidikan di sekolah. Tantangan
17
dirancang serealistis mungkin agar dapat dan mampu dicapai olh
pihak sekolah.
4. Networking dan Collaboration
Kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh supervisor harus
mampu
mengembangkan
jejaring
dan
berkolaborasi
antar
stakehloder pendidikan dalam rangka meningkatkan produktivitas
dan efisiensi pendidikan di sekolah. Salah satu usaha yang dapat
dilakukan oleh sekolah adalah dengan networking. Misalnya
perguruan tinggi Islam menciptakan kerja sama baik dengan
perguruan tinggi yang ada di dalam maupun luar negeri.17
I. Pengawas sekolah
Menurut Keputusan Menteri PAN No. 118 tahun 1996 tentang jabatan
fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya maka yang dimaksud
dengan pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas,
tanggungjawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang
untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan
penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada
satuan pendidikan pra sekolah, sekolah dasar dan sekolah menengah. Dan
berdasarkan pasal kedua dari Keputusan Menteri tersebut, tugas pokok
pengawas adalah menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada
17
Op.Cit. Merambaha Manajemen Baru Pendidikan Tinggi Islam. h. 80
18
sekolah tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggung
jawabnya.18
Mengingat beratnya tugas pengawas, maka disusunlah standar kompetensi
pengawas. Tujuannya adalah sebagai acuan untuk mengukur kemampuan dan
kinerja pengawas sekolah dalam pelaksanaan tugas kepengawasannya di
sekolah, pembinaan dan peningkatan mutu pengawas sekolah serta
peningkatan kinerja pengawas sekolah sesuai dengan profesinya.
Kepengawasan
yang
profesional
berkesinambungan
dan
terencana.
mengiidentifikasi
dan
mengenali
adalah
kepengawasan
Pembinaan
kelemahan
diawali
sekolah
dan
yang
dengan
prospek
pengembangannya. Ada tiga langkah yang harus ditempuh pengawas dalam
menyusun program kerjanya yaitu mencakup:
1. Menetapkan standar/ kriteria pengukuran performansi sekolah
(berdasarkan evalusi dari sekolah)
2. Menbandingkan hasil tampilan performansi denga ukuran dan kriteria/
benchmark yang telah direncanakan, guna menyusun program
pengembangan sekolah
3. melakukan
tinadakan
pendampingan
untuk
pengawasan
yang
memperbaiki
berupa
pembinaan/
implementasi
program
pengembangan sekolah.
18
Bappeda.kotapekalongan.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=454&Itemid=30
19
Selanjutnya, dalam menjalankan kepengawasannya, seorang pengawas
tidak lepas dari prinsip- prinsip berikut:
1. Trust, artinya kegiatan pengawasan dilaksanakan dalam pola hubungan
kepercayaan antara pihak sekolah denganpihak pengawasa sekolah
sehingga hasil pengawasannya dapat dipercaya.
2. Realistic,
artinya
kegiatan
pengawasan
dan
pembinaannya
dilaksanakan berdasarkan data keberadaan sekolah.
3. Utility, artinya proses dan hasil pengawasan harus bermuara pada
manfaat bagi sekolah untuk mengembangkan mutu dan kinerja sekolah
binaannya.
4. Supporting, Networking dan Collaboration, artinya seluruh aktivitas
pengawasan pada hakikatnya merupakan dukungan terhadap upaya
sekolah menggalang jejaring kerja sama secara kolaboratif dengan
seluruh stakeholder.
5. Testable, artinya hasil pengawasan harus mampu menggambarkan
kondisi kebenaran objektif dan siap diuji ulang atau dikonfirmasikan
ke pihak mana pun.
20
Prinsip- prinsip yang dipegang oleh pengawas juga dilandaskan pada kode
etik seorang pengawas yaitu:
1. dalam melaksanakan tugasnya, pengawas satuan pendidkan senantiasa
berlandaskan iman dan taqwa serta mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
2. pengawas satuan pendidikan senantiasa merasa bangga dalam
mengemban tugas sebagi pengawas
3. pengawas satuan pendidikan memilki pengabdian yang tinggi dalam
menekuni tugas dan fungsinya sebagai pengawas
4. pengawas satuan pendidikan bekerja dengan penuh rasa tanggung
jawab dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai pengawas
5. pengawas satuan pendidikan menjaga citra dan nam baik profesi
pengawas
6. pengawas satuan pendidikan menjunjung tinggi disiplin dan etos kerja
dalam melaksanakan tugas profesional pengawas
7. pengawas satuan pendidikan mampu menampilkan keberadan dirinya
sebagai supervisor profesional dan tokoh yang diteladani
21
8. pengawas satuan pendidikan sigap dan terampil dalam menanggapi
dan membantu memecahkan masalah- masalah yang dihadapi
stakeholder sekolah binaannya
9. pengawas satuan pendidikan memilki rasa kesetiakawanan sosial yang
tinggi, baik terhadap stakeholder sekolah binaannya mau pun terhadap
koleganya.
J. Rentang Kontrol
Setiap organisasi atau lembaga pendidikan harus menentukan rentang
kontrol yang tepat yang akan digunakan. Penentuan rentang kontrol yang tepat
amat penting karena mempengaruhi penggunaan efisien dari kepala organisasi
atau lembaga pendidikan dan pelaksanaan kerja yang efektif dari bawahannya.
Rentang yang terlalu lebar berarti pengendalian jumlah bawahan yang amat
besar sehingga mengakibatkan ketidakefisienan. Rentangan yang terlalu
sempit dapat menghilangkan fungsi seorang kepala organisasi atau lembaga
pendidikan. Selain itu, ada hubungan anatar rentang kontrol dengan struktur
organisasi atau lembaga pendidikan. Semakin sempit rentang kontrol, maka
struktur organisasi bisa dipastikan berbentuk tall dengan banyak tingkat
pengawasan di antara manajemen puncak dan tingkat paling rendah. Rentang
yang melebar akan menghasilkan struktur berbentuk flat yang berarti
22
tingkatan maanajemen semakin sedikit. Seperti yang kita ketahui, struktur
organisasi akan mempengaruhi efektifitas manajer di semua tingkatan.
K. Faktor- faktor yang mempengaruhi Rentang Kontrol
Barkdull dalam T. Hani, menyatakan bahwa kelompok dari Lockheed
berusaha
mengembangkan
suatu
pendekatan
yang
memperhitungkan
kemungkinan atau contingency approach untuk mendapatkan ukuran
rentangan yang tepat bagi jabatan manajer tertentu yang dipengaruhi beberapa
faktor berikut:19
1. Kesamaan fungsi
Semakin sejenis fungsi- fungsi yang dilaksanakan kelompok kerja,
maka rentangan semakin lebar.
2. Kedekatan geografis
Semakin dekat penempatan kelompok kerja, maka rentangan
semakin melebar.
3. Tingkat pengawasan langsung yang dibutuhkan
Semakin sedikit pengawasasn langsung yang dibutuhkan, maka
rentangan semakin melebar.
4. Tingkat pengawasan koordinasi yang dibutuhkan
19
Op.Cit, Manajemen. hh. 207- 208
23
Semakin berkurang koordinasi yang dibutuhkan, maka rentangan
semakin melebar.
5. Perencanaan yang dibutuhkan manajer
Semakin sedikit perencanaan yang dibutuhkan, maka rentangan
semakin melebar.
6. Bantuan organisasional yang tersedia bagi pengawas
Lebih banyak bantuan yang diterima pengawas dalam fungsifungsi seperti rekrutmen, latihan dan pengawasan mutu, maka
rentangan semakin melebar.
Ringkasnya, tidak ada rumusan yang bisa digunakan untuk menentukan
rentangan yang tepat.
1 Tingkatan manajemen
1 Manajer
24
Manajer
Stakeholder/ tenaga pendidik
Bagan Hubungan antara Rentang Kontrol dengan Struktur Organisasi
L. Rentang yang Ideal
Ada dua alasan utama mengapa penentuan rentangan yang tepat
adalah penting. Pertama, rentang manajemen mempengaruhi penggunaan
efisien dari manajer dan pelaksanaan kerja efektif dari bawahan mereka.
Terlalu melebarnya rentangan dapat berarti bahwa manajer harus
mengendalikan jumlah bawahan yang besar sehingga menyebabkan tidak
efisien. Rentangan yang terlalu sempit dapat menyebabkan manajer tidak
digunakan sepenuhnya. Kedua , ada hubungana antara rentang manajemen
diseluruh organisasi dan struktur organisasi. Semakin sempit rentang
manajemen, struktur organisasi akan berbentuk “tall”dengan banyak
tingkat pengawasan diantara manajemen puncak dan tingkat paling
rendah. Rentang manajemen yang melebar akan menghasilkan struktur
25
yang berbentuk “flat” yang berarti tingkatan manajemen semakin sedikit.
Struktur ini akan mempengaruhi efektifitas manajer disemua tingkatan.
Meskipun para manajemen
bermaksud menemukan jumlah yang
pasti, jumlah rentang manajemen yang ideal, tetapi tidak ada jumlah yang
mutlak dapat ditentukan, karena hal ini tergantung pada banyak variable
giatseperti besrny organisasi, teknologi, spesialisasi, kegiatan rutin,
tingkatan manajemen, dan sifat pekerjaan lainnya.
Henri Fayol mengemukakan bahwa jumlah maksimum bawahan yang
dapat dikendalikan oleh setiap pengawas produksi dalam organisasi adalah
20-30 karyawan, sedang setiap kepala pengawas dapat mengawasi hanya
3-4 pengawas produksi. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa
jumlah rentangan adalah antara 3-8 orang karyawan. Disamping itu V.A
Graicunas, seorang konsultan dan ahli matematika prancis, menyatakan
bahwa dalam memilih suatu rentangan, manajer harus mempertimbangkan
tidak hanya hubungan satu dengan satu secara langsung dengan bawahan
yang diawasi tetapi juga hubungan mereka dengan bawahan dalam
kelompok. Jadi, dengan tiga karyawan seorang manajer mempunyai
hubungan denan setiap individu, dan dengan tiga kelompok yang berbeda,
yaitu kombinnasi dari setiap dua karyawan, dan kelompok yang terdiri
dari ketiganya.
26
Pendekatan
Graicunas
ini
menunjukkan
kekompleksan
tugas
pengawas manajer, dan secara matematis hubungan tersebut dapat
dinyatakan dengan rumus:
R= n (2n-1 + n-1)
Dimana R= jumlah hubungan dan n= jumlah bawahan. Menurut
runusan ini bila ada 5 bawahan akan ada 100 hubungan. Bila ada 10
bawahan maka ada 5.120 hubungan.
Lyndall F.Urwick menyimpulkan atas dasar rumusan diatas, bahwa
tidak ada eksekutif yang dapat mengendalikan secara langsung kerja lebih
dari lima. Jenderal Ian Hamilton berdasarkan pengalaman militernya
mempunyai kesimpulan yang sama kedua pakar tersebut, bahwa rata-rata
otak manusia hanya memiliki lingkup yang efektif dalam penanganan dari
3-6 otak manusia lainnya.
M. Rentang Manajemen dan Tingkatan Organisasional
Suatu organisasi secara teoritik dengan 32 tenaga operatif ditunjukkan
dalam
tiga struktur rentang manajemen, dimana setiap struktur
memerlukan jumlah manajer yang berbeda. dalam kenyataannya, adalah
tidak bisa mempunyai rentang manajemen yang sama pada setiap
tingkatan. Disini rentangan dibuat sama untuk menggambarkan bagaimana
27
rentangan mempengaruhi baik jumlah tingkatan organisasi antara atas dan
bawah maupun jumlah manajer total yang dibutuhkan.
28