Asal mula dan perkembangan Hukum Interna

Asal mula dan perkembangan Hukum Internasional

Sistem hukum Internasional modern adalah suatu produk dari adat istiadat dan praktekpraktek negara-negara yang berkembang empat ratus tahun belakangan ini. Permulaan dari
hukum Internasional ini dimulai dari periode kaidah-kaidah kuno, yang di mana justru pada
periode kaidah-kaidah kunolah perilaku yang mengatur hubungan-hubungan masyarakat
independen itu dipandang perlu dan muncul dari adat-istiadat yang ditaati oleh masyarakatmasyarakat tersebut dalam hubungan timbal balik mereka. Jika kita melihat pada periode
negara-negara Kota Yunani dan periode Romawi, saat itu muncul beberapa kaidah-kaidah
kebiasaan yang telah di-kristalisasikan ke dalam hukum,dimana kaidah kebiasaan itu berasal
dari adat-istiadat yang telah lama berlaku serta ditaati oleh negara-negara kota tersebut
(Yunani) maupun antar Romawi dengan bangsa lain (Periode Romawi), misalnya di Yunani
muncul kaidah-kaidah mengenai tidak dapat diganggugugatnya kurir/utusan dalam
peperangan, perlunya pernyataan terlebih dahulu tentang perang, dan perbudakan tawanantawanan perang. Namun meskipun demikian, sumbangan langsung bangsa Yunani dan
Romawi terhadap perkembangan hukum internasional relatif kurang.
Pada perkembangan selanjutnya, pada masa abad pertengahan evolusi sistem hukum
internasional tadi justru terhalang. Hal ini disebabkan oleh terhambatnya negara-negara untuk
merdeka karena wibawa kekaisaran Romawi mencakup keseluruhan dunia yang beradab,
sehingga tidak diperlukan adanya hukum antar bangsa. Barulah pada masa Rennaisance
terjadi perubahan-perubahan besar yang ditandai munculnya teori-teori dan konsep-konsep
negara modern yang berdaulat yang dapat dijumpai dalam karya Bodin (1530-1596),
Machiavelli (1469-1527), dan Hobbes (1588-1679). Pada masa ini muncul sejumlah negara
merdeka yang menandai pula masa berkembangnya kaidah-kaidah kebiasaan hukum

internasional dari adat-istiadat dan praktek-praktek yang ditaati oleh negara-negara tersebut
dalam hubungannya satu sama lain. Dengan semakin banyaknya hubungan antar negara
merdeka yang terjadi, maka persoalan hukum bangsa-bangsa pun semakin kompleks pula.
Hal ini kemudian memicu para ahli hukum untuk menemukan dan membuat prinsip-prinsip
hukum, sehingga banyak tulisan dari penulis pelopor yang memberika sumbangan terhadap
hukum internasional. Namun meskipun banyak permasalahan dan tulisan yang bermunculan,
permasalahan hukum yang paling disorot di abad keenam belas ini adalah mengenai hukum
perang antar bangsa, dengan penulis yang paling tersohor adalah Grotius (1583-1645),

penulis dari risalah “De Jure Belli ac Pacis” (hukum perang dan damai) dan tulisan “Mare
Liberum”. Tulisannya tersebut menjadikan beliau sebagai pencetus standar historis dari
doktrin tentang kebebasan di laut, sedangkan risalahnya membuat beliau dipandang sebagai
“Bapak Hukum Bangsa-bangsa”.
Sejarah hukum bangsa-bangsa selama dua abad setelah Grotius ditandai dengan evolusi
terakhir sistem negara modern di eropa, suatu proses yang banyak dipengaruhi oleh traktat
Westphalia 1648 dan oleh perkembangan dari adat dan praktek kebiasaan yang baru. Lebih
lanjut lagi, ilmu Hukum Internasional semakin diperkaya dengan karangan-karangan dan
studi dari sejumlah ahli hukum dan ahli filsafat dari berbagai negara. Perkembangan tulisan,
risalah dan teori-teori ini terutama terjadi pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas. Lalu,
pada abad ke sembilan belas hukum internasional berkembang lagi yang disebabkan faktor

kesejarahan, seperti misalnya kebangkitan negara-negara baru yang kuat di dalam maupun di
luar Eropa. Faktor-faktor kesejarahan tersebut menimbulkan desakan bagi masyarakat
Internasional untuk mengatur secara tegas tindakan hubungan-hubungan internasional.
Disamping itu, negara-negara mulai terbiasa melakukan perundingan mengenai traktat-traktat
umum untuk mengatur hubungan timbal balik mereka. Menyusul kemudian pada abad
keduapuluh terjadi banyak perkembangan penting yaitu terbentuknya organisasi-organisasi
internasional dan badan peradilan yang permanen,seperti dibentuknya Permanent Court of
Arbitration, yang disusul oleh International Court of Justice pada tahun 1946, kemudian
Organisasi buruh Internasional (ILO), dan masih banyak lagi.
Pada masa evolusi akhir dari hukum internasional, pengaruh para penulis cenderung
berkurang, dan bahwa ahli-ahli hukum internasional modern lebih banyak menaruh perhatian
pada praktek dan putusan pengadilan. Terjadi banyak perubahan pula dalam kaidah hukum
internasional akibat tuntutan perkembangan teknologi dan keadaan politik yang tidak
menentu, seperti misalnya mulai dibutuhkannya kaidah-kaidah dan pedoman-pedoman baru
untuk mengatur mengenai bidang-bidang energi nuklir dan thermonuklir, untuk mengatur
perdagangan internasional, mengawasi perkembangan penduduk dunia, untuk melindungi
kerahasiaan, untuk menangani arus lalu lintas batas data komputer, serta untuk menetapkan
suatu rezim hukum baru untuk kepentingan eksploitasi dan eksplorasi sumber-sumber daya
alam di dasar laut di luar batas-batas kedaulatan nasional.