Struktur dan Proses Sosial Budaya

STRUKTUR DAN PROSES SOSIAL BUDAYA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Sosial Budaya
Dosen : Dra. Ita Ita Rustianti. Ridwan ,M.Pd

Oleh :
Sridini Sopianai

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah Pendidikan Sosial Budaya tentang “Struktur dan Proses
Sosial Budaya” dengan tepat waktu.
Makalah ini berisikan tentang “Struktur dan Proses Sosial Budaya” , yang
didalamnya membahas tentang Pengelompokan dan Pelapisan social serta Interaksi
social dan Pranata Sosial Budaya yang saling berhubungan satu sama lain di dalam
kehidupan sosial.Harapan kami, makalah ini dapat meningkatkan pemahaman kami

akan ilmu-ilmu sosial didalam masyarakat dan dapat diterapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Tentunya dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai pihak
yang telah banyak membantu. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih
banyak kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna, oleh karena itu kami
menerima Kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun. Selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini serta guna penyempurnaan pembuatan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini memberikanmanfaat bagi kita semua.

Serang, November 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengelompokan dan Pelapisan Sosial, Serta Interaksi Sosial
B. Pranata Sosial Budaya
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Dalam sosiologi masyarakat yang merupakan kajian utama dalam
disiplin ilmunya, maka kehidupan masyarakat tidak bisa dilepaskan dari
adanya unsur-unsur didalamnya yang menyebabkan terjadinya suatu interaksi
sosial. Struktur sosial dalam masyarakat mengacu pada pola interaksi yang
terdiri dari jaringan relasi sosial atau faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya suatu proses sosial. Proses sosial yang terjadi dalam masyarakat

tentunya tidak selalu berjalan dengan tertib dan lancar karena masyarakat
pendukungnya memiliki berbagai macam karakteristik. Demkian pula halnya
dengan interaksi sosial atau hubungan sosial yang merupakan wujud dari
proses-proses sosial yang yang ada. Keragaman hubungan sosial itu tampak
nyata. Dalam struktur sosial masyarakat yang mejemuk contohnya seperti
Indonesia.
Keragaman hubungan sosial dalam suatu masyarakat bisa terjadi
karena masing-masing memiliki kebudayaan yang berbeda-beda bahkan
dalam satu suku bangsa pun memiliki perbedaan. Namun perbedaan yang ada
itu merupakan suatu gejala sosial yang wajar dalam kehidupan sosial .
berdasarkan hal itulah maka didapatkan suatu pengertian tentang keragaman
hubungan sosial . yang merupaka suatu pergaulan hidup manusia dari
berbagai tipe kelompok yang berbetuk melalui interaksi sosial yang berbeda
dalam kehidupan masyarakat.keragaman hubungan sosial dapat menimbulkan
ketidak harmonisan, pertentangan, pertikaian antarsuku bangsa maupun intern
suku bnagsa. Jika keselarasan tidak ditanamkan sejak dini terutama dalam
masyarakat majemuk seperti Indonesia yang memiliki keragaman hubungan
sosial,nbahkan keragaman kebudayaan dalam masyarakat majemuk akan
menjadi suatu aset budaya yang tak ternilai harganya.


Secara umum istilah struktur dipahami sebagai “susunan”. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia stuktur berarti “susunan atau cara sesuatu
disusun atau dibangun “, sedangkan struktur sosial diartikan sebagai konsep
perumusan asas-asas hubunga antar individu dalam kehidupan masyarakat
yang merupakan pedoman bagi tingkah laku individu. Dalam sosiologi
struktur sosial diartikan sebagai pola yang mapan dari organisasi internal
setiap kelompok sosial.
Konsep struktur sosial yang menggambarkan ‘pola hubungan antar
individu dalam kelompok atau antar kelompok” ini untuk menjelaskannya
sering dikaitkan dengan norma, status, peran, dan lembaga (tercakup pula
asosiasi dan organisasi).
Struktur sosial sangat erat kaitannya dengan kebudayaan. Eratnya kedua
fenomena ini digambarkan oleh “ J.B.A. F. Mayor Polak” penadapatnya
bahwa antara kebudayaan dan struktur terdapat kolerasi fungsional. Artinya
antara kebudayaan dan struktur dalam suatu masyarakat terjadi keadaan saling
mendukung dan membenarkan ini beraryi bahwa apabila terjadi perubahan
dalam kebudayaan juga diikuti oleh perubahan dalam struktur demikian pula
sebaliknya .
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui struktur dan proses sosial budaya khususnya

diferensisai sosial yang terdapat dalam masyatakat.
2. Untuk memberikan wawasan sosial bagi pembaca

BAB II
PEMBAHASAN
STRUKTUR DAN PROSES SOCIAL BUDAYA
1. PENGELOMPOKAN DAN PELAPISAN SOSIAL, SERTA INTERAKSI
SOCIAL
Sistem pelapisan masyarakat, dalam sosiologi dikenal dengan social
stratification. Sorokin menyatakan bahwa social stratification adalam
pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat
(hirarkis). Perwujudannya adalah kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih
rendah. Selanjutnya menurut Sorokin, dasar dan inti lapisan masyarakat tidak
adanya keseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban, kewajiban dan
tanggung jawab nilai-nilai social, dam pengaruhnya diantara anggota-anggota
masyarakat.
Dilihat dari bentuknya secara prinsipil lapisan masyarakat diklarifikasikan
dalam tiga kelas, yaitu dilihat dari segi ekonomis, politis, dan didasarkan pada
jabatan. Ketiganya mempunyai hubungan erat dengan yang lainnya, sehingga
saling mempengaruhi.

A. Tipe-Tipe Kelompok Social
Kebutuhan manusia untuk saling berhubungan dengan orang lain akan
melahirkan kelompok-kelompok social (social group). Untuk itu
diperlukan beberapa persyaratan, antara lain:
1. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan bagian
dari kelompok yang bersangkutan
2. Ada hubungan timbale balik antara anggota yang satu dengan anggota
yang lainnya
3. Ada suatu factor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antar
mereka bertambah erat.
4. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku
5. Bersistem dan berproses.
1. Klasifikasi Tipe-Tipe Kelompok Social

Menurut George simmel seorang sosiolog jerman mengambil ukuran
jumlah besar kecilnya anggota kelompok, bagaimana individu mempengaruhi
kelompoknya, dan intraksi social dalam kelompoknya.
Pendekatan ini, para sosiolog mendasarkan pengelompokannya pada derajat
saling kenal mengenal diantara anggota-anggotanya (face to face grouping),
seperti: keluarga, rukun tetangga, desa, kota, korporasi, dan Negara.

2. Kelompok Social Dipandang Dari Sudut Individu
Tipe pengelompokan ini dilihat dari sudut individu dalam kelompok
social dimana ia tinggal, apakah ia tinggal didalam masyarakat yang masih
bersahaja atau masyarakat yang sudak kompleks. Dalam masyarakat yang
masih bersahaja keanggotaanyya atas dasar kekerabatan, usia, seks, dan
kadang-kadang atas dasar perbedaan pekerjaan atau kedudukan.
3. In Group And Out Group
Tipe in group dan out group atau perasaan dalam atau luar kelompok
disadari oleh sikap etnosentrisme, artinya suatu sikap untuk menilai unsureunsur kebudayaan lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran sendiri, dan
dapat dijumpai pada seluruh masyarakat baik masyarakat yang masih
bersahaja maupun masyarakat yang sudah kompleks.
Sikap in group pada umumnya didasari oleh factor simpati dan selalu
mempunyai perasaan dekat dengan anggota kelompoknya. Sikap ou group itu
sebaliknya dengan ditandai suatu kelainan yang berwujud antagonism atau
antipati.

4. Kelompok Primer (Primery Group) dan Kelompok Sekunder (Secondary
Group)
Kelompok primer adalah kelompok-kelompok yang ditandai cirri-ciri
kenal mengenal antara anggota-anggptanyaserta kerjasama yang erat dan

bersifat pribadi.
Kelompok sekunder adalah kelompok besar yang terdiri dari banyak
orang, antara siapa hubungannya tidak perlu berdasarkan kenal menngenal
secara pribadi dan sifatnya juga tidak begitu langgeng.

5. Paguyuban (Gemenschaff) dan Patembayan (Gesselschaff)
Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama yang anggotaanggotanya diikat oleh hubungan batin murni, bersifat alamiah, dan kekal.
Dasar hubungannya adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang
telah dikodratkan. Paguyuban memiliki 3 tipe, yaitu: paguyuban karena ikatan
darah (gemeinschaff by blood), paguyuban karena tempat (gemeinschaff of
place), paguyuban karena jiwa pikiran (gemeinschaff of mind)
Patembayan adalah ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka
waktu yang pendek, bersifat imaginary atau suatu bentuk yang ada hanya ada
dalam pikiran, dan strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat
diumpamakan dengan sebuah mesin.
Menurut tonics kedua bentuk kehidupan besama tersebut sama dengan dua
bentuk kemauan asasi manusia yaitu : weswnwille dan kurwille.
6. Formal Group dan Informal Group
Formal group adalah kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan
sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungannya.

Contohnya : perkumpulan pelajar, perkumpulan wartawan, ikatan dokter dll.
Informal group tidak memiliki struktur organisasi tertentu atau tidak
pasti.
7. Kelompok-Kelompok Social Yang Tidak Teratur
Kelompok social yang tidak teratur tebgai dalam dua bentuk kelompok
besar, yakni kerumunan (crowd) dan public.
8. Masyarajat Pedesaan (Rural Community) Dan Masyarakat Perkotaan
(Urban Community)
Masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan
mendalam dengan sistem kekeluargaan yang kuat serta hidup secara
berkelompok.
Pandangan terhadap keperluan hidup lebih memprioritaskan kepada keperluan
utama kehidupan. Sedangkan orang kota sudah memandang kebutuhan hidup,
dengan pandangan ,masyarakat sekitarnya, seperti makanan dihidangkan lebih
menarik, pakaian lebih memperhatikan unsur-unsur prestise bukan fungsinya
semata.

B. Pelapisan Sosial
1. Proses Terjadinya Lapisan Sosial
Untuk meneliti terjadinya proses terjadinya lapisan masyarakat, maka:

1. Sistem lapisan mungkin berpokok pada sistem pertentengan dalam
masyarakat.
2. Sistem lapisan dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur sebagai
berikut:
a. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif.
b. Sistem pertanggaan yang diciptakan warga masyarakat.
c. Kriteria sistem pertentangan.
d. Lambang-lambang kedudukan.
e. Mudah atau sukarnya bertukar kedudukan.
f. Solidaritas antara individu atau kelompok.
Jika dilihat perbandingannya, secara umum warga lapisan atas (upper
class) tidak terlalu banyak bila dibandingkan dengan lapisan menengah (middle
class) dan lapisan bawah (lower class)
2.Sifat Sistem Lapisan Masyarakat
Sistem lapisan mempunyai dua sifat, yaitu terbuka (open social stratification)
dan tertutup (closed social stratification). Yang bersifat terbuka, setiap anggota
masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapannya sendiri
naik ke lapisan atas, atau bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari
lapisan atas ke lapisan bawah. Sedangkan yang bersifat tertutup, membatasi
pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik yang merupakan

gerak ke atas atau ke bawah. Maka, untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam
masyarakat yang tertutup adalah kelahiran.
3. Dasar Lapisan Masyarakat

Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolongkan
anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.

Ukuran
Ukuran
Ukuran
Ukuran

kekayaan
kekuasaan
kehormatan
ilmu pengetahuan

4. Teori Pelapisan Masyarakat
1. Teori Fungsional
a. Emile Durkheim dalam bukunya the Division Of Labor In
Scienty, menyatakan bahwa setiap masyarakat memandang
aktivitas yang satu lebih penting daripada yang lainnya.
b. Kingsley Davis dan Robert Moore, mengemukakan pendapat
bahwa posisi-posisi yang paling dalam masyarakat diisi oleh
orang yang paling berwenang.
2. Teori Reputasi (Teori Nama Baik)
Menurut Warner status seseorang ditetapkan oleh pendapat
(pertimbangan) orang lain. Dasar pertimbangannya adalah
pendapatan, prestise dan pendidikan. Dia mengemukakan
enam tingkatan status ini, yakni:
a.

Upper-upper, contohnya orang kaya karena warisan

atau keturunan.
b.
Lower-upper, kaya karena hasil usaha.
c.
Upper-middle, ahli-ahli terdidik dan pengusaha yang
berpendapatan tinggi.

d.

Lower-middle, golongan pekerja halus, seperti sekertaris

dan pekerja kantor.
e.
Upper-lower, pekerja kasar dengan status tetap.
f.
Lower-lower, yaitu orang miskin yang tidak punya
pekerjaan tetap.
3. Teori Struktur
Treiman, mengambil kesimpulan bahwa dalam masyarakat
yang berlain-lainan tidak ada perbedaan dalam menyusun
tingkatan prestise pekerjaan. Dalil yang dikemukakan adalah:
a. Setiap masyarakat mempunyai kebutuhan yang sama, karena
ada pembagian kerja yang sama
b. Pembagian kerja yang terspesialisasi cenderung melahirkan
perbedaan kekuasaan / wewenang.
c. Orang yang mempunyai kedudukan penting mempunyai
kesempatan yang baik untuk lebih maju.
d. Kekuasaan dan kesempatan yang baik dinilai tinggi dalam
setiap masyarakat.

5. Unsur-Unsur Lapisan Masyarakat
Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem
lapisan masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Kedudukan (status)
Kadang-kadang dibedakan

antara

pengertian

kedudukan

(status), dengan kedudukan sosial (sosial status). Kedudukan
diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial. Kedudukan social artinya tempat seseorang
secara umum dalam masyarakatnya atau orang lain, dalam
arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta

kewajiban-kewajibannya. Untuk memudahkan pemahaman
dari kedua istilah tersebut, maka digunakan istilah yang sama
yakni “kedudukan” (status) saja.
b. Peranan (role)
Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan. Perbendaan
antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan
ilmu pengetahuan. Keduanya tak dapat dipisahkan, karena
yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada
peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan.
Peranan mencakup tiga hal:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan
posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat
dilakukan

oleh

individu

dalam

masyarakat

sebagai

organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu
yang penting bagi struktur sosial.
Selain dari yang sudah dijelaskan di atas, ada juga yang
mengartikan bahwa antara status dan peran merupakan dua sisi
dari mata uang yang sama. Untuk itu, mereka membagi empat
jenis

peran

dan

secara

implicit

terkandung

status

social

didalamnya. Keempat jenis peran tersebut adalah:
1. Peran yang diharapkan (expected roles) dan peran yang
terlaksana dalam kenyataan (actual roles)
2. Peran yang terberi (ascribed roles) dan

peran

yang

diperjuangkan (aschieved roles)
3. Peran kunci (key roles) dan peran tambahan (supplementary
roles)
4. Peran tinggi, peran menngah, dan peran rendah
6.

Mobilitas Sosial

A. Pengertian Umum Dan Jenis-Jenis Gerak Sosial
Kimbali Young dan Raymond W.Mack mengemukakan
bahwa yang dimaksud gerak social atau sosial mobility adalah
suatu gerak dalam struktursosial (social structure), yaitu polapola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok
sosial.
Secara prinsipil ada dua macam gerak social yaitu,
gerak sosial horizontal dan gerak sosial vertical. Gerak sosial
horizontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek
social lainnya dari suatu kelompok social ke kelompok social
lainnya yang sederajat dan gerak sosial yang horizontal, tidak
terjadi

perubahan

dalam

derajat

kedudukan

seseorang

ataupun suatu obyek sosial. Sedangkan gerak sosial vertical
adalah perpindahan individu atau objek social dari suatu
kedudukan social ke kedudukan lainnya, yang tidak sederajat.
Sesuai dengan arahnya, maka terdapat dua jenis gerak sosial
yang vertical, yaitu yang naik (social-climbing) dan yang turun
(social-sinking).
B. Saluran Gerak Sosial Vertikal
Menurut Pitirim A. Sorokin, gerak sosial vertical mempunyai
saluran-saluran

dalam

masyarakat.

Proses

gerak

sosial

vertical melalui saluran tadi disebut social circulation. Saluran
yang

terpenting

adalah

angkatan

bersenjata,

lembaga

keagamaan, sekolah, organisasi politik, ekonomi dan keahlian
C. Interaksi Sosial

1. Pengertian dan Faktor-Faktor Terjadinya Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan factor penting dalam kehidupan sosial, karena tanpa
terjadinya interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan sosial. Pertemuan dua orang
akanmenghasilkan pergaulan dalam berkelompok tanpa adanya komunikasi, saling
mempengaruhi dan kerjasama. Sebaliknya pertemuan dua orang dapat menimbulkan
tindakan sosial karena masing-masing orang akan muncul perasaan atau saling
menilai satu sama lain. Untuk terjadinya interaksi sosial harus memenuhi dua syarat,
yaitu :
1) Adanya kontak sosial (social contact)
2) Adanya komunikasi
Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Antara individu dengan individu
2. Antara individu dengan kelompok
3. Antara kelompok dengan kelompok
Factor-faktor terjadinya interaksi sosial
1. Imitasi
Imitasi adalah dorongan untuk meniru orang lain. Imitasi dapat terjadi apabila
seseorang melakukan tindakan peniruan baik secara sadar maupun tidak sadar. Imitasi
akan mudah terjadi apabila:

a) Pihak peniru memiliki sikap penerimaan hal yang ditiru
b) Pihak meniru mempunyai minat yang besar, ,engagumi, dan menjunjung
tinggi terhadap hal yang ditiru.
c) Pihak peniru mempunyai sesuatu pandangan atau tingkah laku, serta
mempunyai penghargaan sosial yang tinggi terhadap yang ditiru.
2. Sugesti

Sugesti adalah pengaruh psikis yang berasal dari diri sendiri atau dari diri orang
lain dan umumnya diterima tanpa daya tarik. Sugesti yang berasal dari dalam diri
sendiri disebut oto sugesti, contohnya rasa sakit-sakitan yang secara medis jelas
penyebabnya. Sedangkan sugesti yang berasal dari diri orang lain disebut
heterosugesti, contoh iklan promosi barang
3. Identifikasi
Identifikasi adalah suatu dorongan atau kecenderungan untuk menjadi sama atau
ideni dengan orang lain. Hubngan sosial yang berlangsung melalui proses identifikasi
lebih mendalam dibandingkan dengan proses imitasi dan sugesti.
4. Simpati
Simpati adalah perasaan senang kepada orang lain yang biasanya tidak
disebabkan alas an yang logis tetapi berdasarkan perasaan.
2. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial secara umum dibagi menjadi dua bentuk, yaitu
yang bersifat asosiatif dan disosiatif. Bentuk interaksi sosial yang berbentuk asosiatif
meliputi kerjasama dan akomodasi, sedangkan yang bersifat disosiatif meliputi
persaingan, kontravensi, dan pertentangan atau pertikaian.
Kerjasama

disebut

juga

koperasi.

Dalam

pelaksanaanya,

kerjasama

diklarifikasikan ke dalam beberapa bentuk, yakni:
a) Kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolong
b) Bargaining, yaitu perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua
organisasi atau lebih.
c) Ko-oprasi, yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan
atau pelaksanaan polotik dalam suatu organisasi.
d) Koalisi yaitu kombinasi antara dua atau lebih yang memounyai tujuan yang
sama.

e) Join-vemture yaitu bentuk kerjasama yang bergerak dalamperusahaan proyekproyek tertentu dengan bagi keuntungan berdasarkan kesepakatan.
Dalam bentuk interaksi sosial lainnya adalah akomodasi. Akomodasi merupakan
upaya untuk memperlancar interaksi sosial,dengan mengurani pertentangan,
mencegah terjadinya disintegrasi.
Bentuk interaksi sosial yang bersifat disosiatif adalah persaingan (competition).
Persaingan adalah proses sosial dimana individu atau kelompok bersaing tanpa
mempergunakan ancaman atau kekerasan untuk mencari keuntungan dalam bidang
kehidupan.
Persiangan mempunyai dua tipe, yaitu :


Persaingan yang bersifat pribadi, disebut juga rivaly. Contohnya dua orang



bersaing untuk memperoleh kedudukan tertentu dalam suatu organisasi
Persaingan yang tidak bersifat pribadi adalah persaingan antar kelompok.
Contohnya dua perusahaan bersaing untuk mendapatkan monopoli disuatu
tertentu.

Dari kedua tipe persaingan tersebut dapat menghasilkan beberapa bentuk, yaitu :
1. Persiangan ekonomi. Persaingan ini timbul karena terbatasnya persediaan
barang apabila dibandingkan dengan jumlah konsumen.
2. Persaingan kedudkan atau peranan. Persaingan ini terjadi mendapatkan
kedudukan yang tinggi atau dihargai dalam suatu masyarakat.
3. Persaingan kebudayaan. Persaingan ini terjadi apabila dalam suatu wilayah
terdapat dua kebudayaan atau lebih
4. Persaingan ras. Persaingan ini terjadi adanya pandangan yang membedakan
ciri-ciri atau lahiriah, seperti warna kulit, bentuk wajah, maupun corak rambut
Persaingan dalam batas-batas tertentu mempunyai bebrapa fungsi, yaitu
1. Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif

2. Sebagai jalan dimana kinginan, kepentingan serta nilai-nilai pada suatu
masa menjadi pusat perhatian
3. Alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial, artinya
mendudukan individu pada peranan sesuai kemampuan yang dimilikinya
4. Alat untuk menyaring para warga golongan karya untuk menghasilkan
pembagian kerja yang efektif
Bentuk interaksi sosial disosiatif lainnya adalah kontravesri.
Kontraversi adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap orang lain atau
kelompok lain.
Terdapat lima bentuk kontraversi, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Kontravesri bersifat umum
Kontraversi sederhana
Kontraversi intensif
Kontraversi rahasia
Kontraversi taksis

2. PRANATA SOSIAL BUDAYA
A. Macam-Macam Norma dalamMasyarakat
Norma-norma yang ada di dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat
yang berbeda-beda mulai dari norma yang rendah, sedang, sampai yang terkuat daya
ikatnya. Para ahli sosiologi membedakan tingkatan norma kedalam empat tingkatan,
yaitu:
1. Cara (usage)menunjuk pada suatu perbuatan. Cara (usage) lebih menonjol
dalam hubungan antar individu di dalam masyarakat. Suatu penyimpangan
terhadapnya tak akan mengakibat kan hukuman yang berat, akan tetapi hanya
sekedar celaan dari individu yang dihubunginya.

2. Kebiasaan (folkways) folk= orang kebanyaka ;ways= cara-cara; jadi cara-cara
orang kebanyakan bertingkah laku). Folkways adalah norma-norma yang
diikuti tanpa dasar, tanpa berfikir, hanya berdasarkan kebiasaan dalam tradisi.
3. Tata Kelakuan (mores), dalam bahasa Latin mos-mores yang berarti adat
istiadat, tabiat, watak susila. Mores adalah norma kelakuan yang diikuti
dengan keyakinan dan pertimbangan perasaan. Tata kelakuan merupakan
suatu hal yang dianggap penting dalam kehidupan masyarakat, karena:
1)
Tata kelakuan memberikan batas-batas pada perilaku individu.
2)
Tata kelakuan mengindentifikasi individu dengan kelompoknya,
artinya di satu pihak memaksa orang agar dapat menyesuai kan
tindakannya dengan tata kelakuan masyarakatnya, di satu pihak
masyarakat agar menerima seseorang karena kesanggupannya
menyesuaikan diri.
3)
Tata kelakuan menjaga solidaritas antara nggota masyarakat.
4. Adat istiadat (custom) merupakan tata kelakuan yang kekal dan kuat integritas
nya dengan pola kelakuan masyarakat

B. Jenis – Jenis Pranata Sosial
Pranata sosial terbentuk melalui norma – norma atau kaidah – kaidah yang
biasanya terhimpun atau berkisar ( bersentripetal atau mengarah ke titik pusat )
disekitar fungsi – fungsi atau tugas – tugas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan –
kebutuhan pokok karena tujuannya adalah mengatur cara berfikir dan cara bertindak
untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan pokok. Ada himpunan kaidah yang berkisar
pada suatu fungsi pemenuhan kebutuhan pokok dan ada himpinan kaidah yang
berfungsi pemenuhan pokok yang lain. Dengan kata lain bahwa pranata sosial
merupakan himpunan kaidah – kaidah atau norma – norma.
Koentjaradiningrat mengemukakan bahwa yang dimaksud pranata sosial
adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepda aktivitas –
aktivitas untuk memenuhi kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Hal lain

juga dikemukakan oleh Balen, bahwa yang dimaksud dengan pranata sosial adalah
himpinan kaidah atau sistem norna yang bertujuan menata ( mengatur ) pola kelakuan
warga masyarakat tertentu yang lahir dari hubungan – hubungan sosial yang
mencakup jaringan kedudukan dan peran sosial yang berkaitan dengan aktivitas
masyarakat yang khusus untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan masyarakat yang
mendasar, pokok, dan penting. Kedua definisi tersebut menekankan pada sistem tata
kelakuan atau norma – norma untuk memenuhi kebutuhan. Fungsi dari pranata sosial
menurut Soekanto adalah :
1. Memberi pedoman kepada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus
bertingkah laku atau bersikap didalam menghadapi masalah – masalah
dalam masyarakat, terutama dalam menyangkut kebutuhan – kebutuhan.
2. Menjaga keutuhan masyarakat, dan
3. Memberi pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian sosial ( social control ), artinya sistem pengawasan
masyarakat terhadap tingkah laku anggota – anggotanya.
Para ahli sosiologi mengemukakan berbagai pembagian jenis pranata
sosial, namun pada umumnya mereka sepakat dengan penggolongan menurut
fungsi – fungsi pranat sosial untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan
mendasar, pokok, dan penting di masyarakat. Pada setiap pranata social
Henropuspito membaginya kedalam dua bagian yakni : pranata induk ( major
institution ) dan pranata pengganti (subsidiary institution ). Pranata induk
ditandai denagn banyaknya anggota masyarakat yang terlibat denagan pranata
tersebut, karena menganggapnya sangat penting bagi individu dan masyarakat
serta memungkinkan didirikan pranata – pranata pembantu. Pranata pembantu
dibentuk untuk melengkapi pranata induk dan biasanya digolongkan kedalam
salah satu pranata induk karena masyarakat merasa dan menyadari belum
cukup terpenuhinya kebutuhan dasar oleh pranata induk.

Pembagian pranata sosial berdasarkan fungsinya baik pranata induk
maupun pranata pembantu adalah sebagi berikut :
a. Pranata kekeluargaan ( family institution ), yang berfungsi memenuhi
kebutuhan kelangsungan keluarga, menyangkut hubungan kelamin yang
diatur dalam perkawinan serta bentuk – bentuk perkawinan mulai dari
bentuk monogami sampai dengan poligami. Pranata pembantunya adalah
aturan pertunangan, aturan pernikahan, perawatan anak – anak dan
hubungan kekerabatan.
b. Pranata perekonomian ( economic institution ). Yang berfungsi memnuhi
kebutuhan

hidupmanusia

dalam

mencari

nafkah

dan

mencapai

kesejahteraan material, meliputi cara – cara berproduksi, distribusi, dan
konsumsi agar semua lapisan masyarakat mendapatkan bagian yang
semestinya. Pranata pembentuknya adalah : periklanan, pemasaran,
perdagangan, pergudangan, perbankan, dan pembukuan.
c. Pranata pendidikan ( educational institutional ), yang berfungsi memenuhi
kebutuhan manusia akan sosialisasi dan pendidikan formal agar menjadi
warga masyarakat yang berguna, pranata pembantunya antara lain :
pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, pendidikan
buta aksara, pendidikan keterampilan perempuan, sistem ujian, sistem
kurikulum, dan sistem pembukuan.
d. Paranatareligi ( religius institution ). Berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan

manusia

melayani

rahasia

hidup

dan

makna

hidup,

berkomunikasi dengan sang pencipta, beribadah, berbakti kepada sang
pencipta, serta melaksanakan perintah – perintahnya sesuai dengan pola
kelakuan yang di tuntut. Pranata pembantunya antara lain ; doa,
kepemimpinan umat, penyiaran agama, dan toleransi antar umat
beragama.
e. Pranata politik ( political institution ) berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan manusia untuk memperjuangkan dan melaksanakan kedaulatan

rakyat

melalui

mengembangkan

badan
dan

legislatif,
membina

ekskutif,
masyarakat

dan

yudikatif

kearah

untuk

kesejahteraan,

ketertiban dan ketentraman hidup. Pranata pembantunya antara lain :
sistem hukum dan perundang – undangan, sistem kepertanian, penata
lembaga – lembaga negara, pemerintah, ketentraman, kepolisian,
kepegawaian, kehakiman, dan kejaksaan.
f. Pranata pelayanan sosial dan kesehatan ( the institution of social work and
medical care ). Berfungsi untuk memenuhi kebutuhan melayani warga
masyarakat yang terlantar dan membutuhkan pertolongan serta memenuhi
kebutuhan masyarakat akan memelihara kesehatan, kebugaran jasmani,
termasuk kecantikan. Pranata pembantunya antara lain : pelayanan orang
miskin, pelayanan masyarakat yang menyandang ketunaan, penanganan,
tuna wisma, pengobatan, kedokteran, peningkatan kebugaran jasmani,
pemeliharaan kecantikan dan merias tubuh.
g. Pranata seni dan rekreasi ( aestetica and recreational institutional ),
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan penghayatan seni
dan pemulihan kesegaran jasmani dan mental, pranata pembantunya,
anatara lain : seni rupa, seni musik, seni tari, seni teater, seni sstra, olah
raga, wisata, dan hiburan lainnya.
h. Pranaita ilmiah ( scientific institutional ), berfungsi memenuhi kebutuhan
masyarakat mengembangkan ilmu dan menerapkannya serta menerapkan
hasil

ilmu

dalam

bentuk

teknologi

dan

menerapkannya

untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pranata pranata pembantu antara
lain : penelitian dan pengembangan ilmu dasar, pengembangan dan
penerapan terapan, pengembangan dan penelitian teknologi tepat guna,
teknologi tinggi, teknologi pertanian, teknologi penerbangan, dan
teknologi komunikasi satelit.
Banyak ahli sosiologi sebelum memasukan pranata ilmiah ini sebagai
pranata sosial, namun Paul B. Hortondan Chester L. Hunt mengusulkan

pertibangan menggolongkan sebagai pranata sosial mengingat dewasa ini
dalam masyarakat modern semakin terasa pentingnya hasil – hasil penelitian
dan pengembangan dibakukan ( distandarisasi ) sedemikian baiknya.
Penggolongan yang di uraikan ini lebih menyangkut masyarakat modern
yang kompleks, tetapi hal itu tidak berarti pranata sosial itu tak ada dalam
masyarakat yang primitif atau tradisional. Pada masyarakat tersebut pranata –
pranata yang sangat penting menyangkut pemenuhan kebutuhan yang
mendasar, seperti pranata sosial nomor 1 sampai dengan nomor 5 sudah ada
tetapi sering belum terpisah secara jelas, masih tumpang tindih karena
komunitas setempat masih kecil dan belum kompleks. Semakin berkembang
suatu masyarakat semakin meningkat jumlah dan keanekaragaman kebutuhan,
oleh karena itu semakin meningkat pula keperluan terbentuknya norma –
norma yang mengatur pola kelakuan umumnya dan terutaman pola kalakuan
yang lahir dan berkembangnya hubungan sosial serta kedudukan sosial yang
menyertainya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Di dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari struktur dan proses
sosial budaya yang didalamnya ada pengelompokan dan pelapisan sosial, serta
interaksi sosial.kebutuhan manusia untuk saling berhubungan dengan orang
lain sangat tidak dipungkiri karena adanya kebutuhan yang disengaja atau
tidak, didalamnya membutuhkan orang lain untuk saling membantu dan
melengkapi. Mulai semenjak manusia mengenal kehidupan bersama dalam
suatu kelompok atau dalam suatu masyarakat di dalamnya terdapat banyak
kebudayaan yang harus masyarakat imbangi dan menerima perbedaan yang

ada. Secara langsung atau tidak langsung dan sadar atau tidak, didalam
masyarakat terdapat perbedaan kedalam-kelas-kelas secara bertingkat yang
perwujudannya adalah kelas-kelas tinggi dan kelas yang paling rendah.
Dalam suatu masyarakat terdapat norma-norma yang berlaku dan
ditetapkan sebagai pengatur jalannya kebudayaan dan tingkah laku
masyarakat tersebut. Didalam suatu masyarakat tidak semua anggota memiliki
keperdulian dan kepekaan terhadap kelompok di dalam masyarakat tersebut.
Untuk dapat menciptakan masyarakat yang sejahtera dan makmur harus ada
komunikasi dan kerjasama yang baik antar anggota yang didalamnya terdapat
pemberian saran atau motivasi satu sama lain dan menjadi penengah jika
terjadi permasalahan atau perbedaan pendapat. Didalam bermasyarakat harus
ada rasa kebersamaan sehingga menimbulkan hubungan yang erat antara
mereka. Terkadang tidak semua anggota masakat dapat menerima aturan
yang berlaku didalam masyarakat tersebut.
Adanya perbedaan budaya atau tidak, sejalannya pikiran dapat
menimbulkan beberapa kesenjangan sosial antar individu dengan individu
atau individu dengan kelompok. Dengan adanya kesenjangan tersebut, maka
secara tidak langsung diharapkan harus adanya keperdulian untuk dapat
memecahkan masalah. Antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan
tentunya banyak perbedaan permasalahan yang dihadapi dan berbeda pula
cara untuk mengatasinya. Pada umumnya cra pemikiran masyarakat pedesaan
dan perkotaan berbeda cara berpikirnya, seperti pemikiran dalam hal
pergaulan, dilingkungan perkotaan anak perawan yang pulang tengah malam
dianggap sebagai hal yang biasa, beda halnya dengan lingkungan pedesaan
yang menganggap anak wanita pulang tengah malam adalah salah satu
pelanggaran norma yang ditetapkan dalam masyarakat.
Didalam bermasyarakat tinggi renndahnya kedudukan (lapisan sosial)
seseorang sangat terlihat terlebih dari sisi pendidikan seperti, seseorang yang
mencapai pendidikan lebih tinggi maka seseorang itu akan lebih terjamin
dalam mendapatkan pekerjaan dibandingkan dengan yang pendidikannya

rendah. Seseorang itu akan lebih sulit mendapatkan pekerjaan. Dari
permasalahan tersebut maka terciptanya pelapisan masyarakat dari segi
kedudukan pekerjaan yang didasari tinggi rendahnya tingkat pendidikan. Dan
didalam kehidupan banyak terjadinya mobilitas sosial baik secara horizontal
maupun vertical yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat dalam tata
kelakuan masyarakat tersebut.
B. SARAN
Agar

terciptanya

masyarakat

mengembangkan sikap saling perduli

yang

sejahtera

maka

harus

terhadap anggota masyarakat satu

dengan yang lainnya. Adanya pelapisan sosial seharusnya tidak membuat
kesenjangan antara masyarakat, karena keberagaman itu yang membuat indah
suatu kelompok masyarakat dan dapat bertkar pengalaman dibidang apapun
tanpa melihat status sosial dang tingkat pendidikan yang dicapai.
Ketika menjadi anggota disuatu kelompok masyarakat maka individu harus
dapat mengimbangi diri dengan kebudayaan yang ada didalamnya tidak
dibenarkan apabila individu tersebut merasa benar dengan budaya yang ia
pahami selama ini dengan kata lain harus dapat menerima perbedaan yang
ada dan dapat menghargai kebudayaan atau kebiasaan yang dianut masyarakat
tersebut .

DAFTAR PUSTAKA

Dra. Ita Rustianti. Ridwan ,M.Pd: Diktat Rujukan Perkuliahan Pendidikan Sosial
Budaya. Universitas pendidikan Indonesia Kampus Serang