Evaluasi dan Pengawasan Strategi docx

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Evaluasi dan Pengawasan Strategi

EKOJI999 Nomor

422, 4 November 2013

oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - [email protected]
Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan
teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email [email protected].

Evaluasi dan pengawasan adalah aktivitas dimana hasil dan kegiatan suatu
o rg ani sasi d imon itor dan kin er ja n y a ta d iba n d in g k a n d e n g a n k in erja ya ng
diharapkan. Para manajer akan menggunakan informasi ini untuk melakukan
koreksi atau penyelesaian masalah. Meskipun kegiatan evaluasi dan pengawasan
adalah mata rantai terakhir dari kegiatan manajemen strategis, namun kegiatan
ini dapat mendeteksi juga adanya kekurangan atau kelemahan di kegiatankegiatan sebelumnya, sehingga dapat dilakukan perbaikan di mana dibutuhkan.
Evaluasi

Dalam evaluasi, misalnya dapat disimpulkan bahwa obyektif sudah baik tetapi
strategi kurang terarah. Atau dapat juga dikatakan bahwa obyektif tidak riel dan
terlampau tinggi, sehingga tidak mungkin dicapai dengan kemampuan
perusahaan pada waktu sekarang. Evaluasi ini dapat dilakukan secara
keseluruhan, dan apabila kinerja nyata jauh dari harapan, maka satu persatu dari
kegiatan sebelumnya perlu dievaluasi secara lebih mendalam. Biasanya mulai dari
obyektif, strategi, kebijakan, program, anggaran, dan prosedur. Masing-masing
mempunyai potensi untuk perbaikan. Bahkan juga misi dapat dirubah karena
mungkin yang sudah ada kurang jelas atau kurang fokus. Hal ini diperlihatkan di
Gambar 14 dengan garis dan anak panah di bagian bawah, dimana dicantumkan
‘umpan balik.’ Evaluasi dapat juga menyentuh analisis SWOT yang mungkin
kurang tajam atau kurang lengkap, sehingga perlu diperbaiki.
Pengawasan
Pengawasan dan evaluasi adalah kegiatan yang saling menunjang. Pengawasan
dilakukan disamping untuk membandingkan kinerja yang dicapai dengan kinerja
yang diharapkan, juga dinilai dan diukur sejauh mana obyektif dapat dicapai.
Kalau obyektif dapat dicapai sesuai yang ditentukan, mungkin evaluasi tidak
perlu dilakukan secara sangat mendalam, demikian juga sebaliknya. Untuk
mempermudah penilaian dan pengukuran, seperti telah disinggung di atas,
sebaiknya obyektif dinyatakan dan dirumuskan secara kuantitatif. Dalam

pengawasan, perlu ditentukan kriteria-kriteria pencapaian obyektif, dan
benchmark. Benchmark adalah tolok ukur kinerja yang didapatkan dari kinerja
perusahaan yang unggul, yang dijadikan acuan. Atas dasar kriteria-kriteria
tersebut, pencapaian obyektif diukur. Ada beberapa metoda pengukuran kinerja
suatu perusahaan. Salah satu adalah dengan menggunakan Balanced Scorecard,
yang akan dibahas secara khusus di belakang.
Dalam contoh yang diberikan di atas, yaitu mengenai perguruan tinggi, misalnya
kinerja menunjukkan bahwa program studi S2 ekonomi akuntansi memang sudah
dapat dibuka tahun 2007, namun hanya ada 2 dosen yang berijasah S3 jurusan
akuntansi. Artinya obyektif tidak tercapai sepenuhnya. Dalam analisis ditemukan
hal-hal sebagai berikut :
HALAMAN 1 DARI 2



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI






PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Sulit merekrut dosen berijasah S3, karena sistem remunerasi tidak menarik.
Dosen berijasah S2 yang dikirim untuk belajar S3 baru dapat menyelesaikan
studi dalam 5 tahun, yaitu baru selsai tahun 2008.
Dan sebagainya.

Atas dasar analisis ini, dicari cara penyelesaian dalam waktu yang singkat
sehingga program studi S2 akuntansi dapat berjalan secara penuh seusai dengan
rencana.
Studi Kelayakan
Di atas disebut mengenai studi kelayakan sebagai contoh program jangka pendek
atau program jangka panjang. Sebetulnya studi kelayakan dapat dilakukan dalam
beberapa tahap, secara singkat mengenai garis besar (jangka panjang), atau secara
terinci (jangka pendek). Studi kelayakan secara terinci dapat merupakan studi
kelayakan lanjutan yang akan menentukan secara final apakah, dalam contoh di
atas, program studi S2 ekonomi akuntasi layak dibuka atau tidak. Studi kelayakan

dibuat untuk menentukan apakah memang program atau proyek yang
direncanakan itu layak dilakukan apa tidak. Studi kelayakan bukan untuk
membenarkan suatu program atau proyek yang sudah ditentukan terlebih dahulu.
Kalau studi yang dilakukan adalah untuk pembenaran, namanya bukan studi
k e l a y a k a n , t e t a p i m u n g k i n d a p a t d i s e b u t ‘ p ro y e k p e m b e n a r a n . ’ I n i p e r l u
disinggung, karena dalam praktek banyak studi kelayakan diperlakukan sebagai
proyek pembenaran.

--- akhir dokumen ---

HALAMAN 2 DARI 2



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013