Implementasi Zakat Lembaga Keuangan Syar

Implementasi Zakat Lembaga Keuangan Syariah sebagai Badan Hukum
A. Syarat zakat Lembaga Keuangan Syariah sebagai badan hukum
1. Syarat badan hukumnya
a) Badan hukum yang wajib zakat merupakan tempat bekerja orang –
orang yang beragama Islam, atau setidaknya sebagian besar yang
bekerja adalah orang Islam.
b) Badan hukum yang wajib zakat merupakan badan hukum yang
menjalankan usaha yang profitable dan berkembang.
c) Usaha yang dijalankan badan hukum tersebut merupakan usaha yang
halal.
d) Badan hukum tersebut tidak memiliki hutang yang apabila dibayar,
maka asetnya tidak sampai satu nisab.
Wahbah al-Zuhaili menambahkan bahwa apabila aset yang ada
digunakan untuk membayar hutang sisa harta tidak mencapai satu
nisab, sementara tidak ada harta lain yang dapat digunakan untuk
membayar hutang, maka tidak wajib zakat.1
2. Syarat yang berkaitan dengan harta
Dalam Ensiklopedia Fiqih dijelaskan mengenai syarat - syarat zakat:
a) Harta dimiliki oleh pihak (perorangan atau badan hukum) yang jelas,
maka tidak diwajibkan atas harta yang tidak ada pemiliknya yang jelas.
b) Kepemilikan sebagaimana disebut diatas merupakan kepemilikan yang

mutlak.
c) Harta tersebut merupakan kelebihan dari kebutuhan pokok. Syarat ini
merupakan persyaratan yang dikemukakan oleh ulama Hanafiah.
Berdasarkan hal ini, para ulama mengatakan, “Tidak ada zakat untuk
kitab referensi yang digunakan oleh pemiliknya atau bukan
pemiliknya, meskipun nilainya melebihi satu nisab.” Demikian pula,
tidak ada zakat untuk rumah yang ditinggali, perabot rumah, hewan
tunggangan dan semacamnya.
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh , (Beirut: Darul Fikr al-mu’ ashirah,
2002), III/163
1

2

d) Harta tersebut berada dalam kepemilikan badan usaha telah
berlangsung selama satu tahun qomariah atau tahun hijriah.
e) Harta tersebut harus mencapai satu nisab.2
B. Nisab dan haul zakat badan hukum
Nisab adalah batas minimal kewajiban untuk berzakat.3 Berkaitan dengan
nisab zakat badan hukum atau perusahaan, menurut pemikiran Yusuf

Qardhawi, jika diambil dari pendapat yang melihat saham sesuai dengan jenis
perusahaan dagangnya, dimana saham merupakan bagian dari modal
perusahaan, maka ia lebih cenderung menyamakan perusahaan – perusahaan
itu (apa pun jenisnya) layaknya individu – individu. Perusahaan – perusahaan
industri atau semi industri yang dimaksudkan adalah perusahaan –
perusahaan yang modalnya terletak dalam perlengkapan alat – alat, gedung –
gedung, dan perabot, seperti percetakan, pabrik, hotel, kendaraan angkutan,
taksi dan lain – lain zakatnya tidak diambil dari saham – sahamnya, namun
diambil dari keuntungan bersihnya sebesar 10%. Sedangkan perusahaan
perdagangan, yaitu perusahaan yang kebanyakan modalnya terletak dalam
bentuk barang yang diperjual-belikan dan materinya tidak tetap, maka
zakatnya diambil dari sahamnya, sesuai dengan harga yang berlaku di pasar,
ditambah dengan keuntungannya. Oleh karena itu, zakatnya sekitar 2,5, sesuai
dengan pendapat beliau mengenai harta perdagangan yaitu, bahwa zakatnya
wajib atas modal yang bergerak. Perlakuan terhadap perusahaan perusahaan
dagang inisama dengan perlakuan terhadap toko – toko dagang yang dimiliki
perorangan.
Yusuf Qardhawi berpendapat bahwa nisab zakat profesi atau perusahaan
yang profitable adalah senilai dengan 85 gram emas. Sementara ukuran
zakatnya adalah 2,5%.4 Sementara Syaikh Muhammad bin Shalih al –

Utsaimin ketika menjawab mengenai zakat perusahaan beliau menyatakan:
2

Imam Mustofa, Zakat Lembaga Keuangan Syariah sebagai Badan Hukum, Millah Vol.
XIV, No. 1, Agustus 2014 , h. 193-195
3
Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, dan Sedekah , (Jakarta:
Gema Insani), h.37
4
Diterjemahkan oleh Ririn Fauziah dalam, Pemikiran Yusuf Qardhawi mengenai Zakat
Saham dan Obligasi, dalam Jurisdictie, Jurnal Hukum dan Syariah , (Malang: Unit penelitian,

3

“.... perusahaan – perusahaan yang bergerak dalam industri perdagangan
wajib padanya zakat perdagangan. Dan tidak wajib pada alat-alat, perangkat
keras, mobil, bangunan, peralatan, yang ingin digunakan dan tidak ingin
dijual untuk mengambil keuntungan. Atas dasar ini, maka cara menghitung
zakat di akhir tahun adalah bahwa dihitung apa yang ada dalam simpanan
perusahaan yang telah dibeli dan bertujuan untuk dijual, hal itu meliputi:

kaca, timah, las, dan seterusnya, dan dihitung nilainya diakhir tahun, tanpa
memandang harga belinya. Semua itu ditambah uang tunai yang ada di
perusahaan atau yang engkau simpan di bank. Ditambah lagi dengan piutang
yang adadi tangan manusia yang engkau harapkan bisa ditagih. Kemudian
engkau keluarkan zakatnya sebanyak 2,5%.5
Berkaitan dengan nisab zakat badan hukum sebagaimana disebutkan
dalam pasal 685 KHES 2008, dijelaskan pada pasal berikutnya, yaitu pasal
686 yang menyatakan:
1.

Zakat dihitung dari seluruh penghasilan yang didapatkan kemudian
dikurangi oleh biaya kebutuhan hidup.

2.

Besarnya nisab sama dengan besarnya nisab pada zakat barang yang
memiliki nilai ekonomis, yaitu 85 gram emas.
Mengenai ukurannya, dinisbahkan pada zakat perdagangan, yaitu 2,5%.

Subyek hukum karena memiliki ahliyatul ada’ dan ahliyatul wujub.6

C. Metode perhitungan zakat perusahaan
Ada berbagai pendapat mengenai perhitungan zakat. Perkembangan dalam
aplikasi perhitungan zakat saat ini lebih pada komitmen setiap perusahaan
untuk menjadikan zakat sebagai ukuran kinerja perusahaan, sehingga
penggunaan metode perhitungan zakat dapat disesuaikan dengan kemampuan

penerbitan, dan pengabdian Masyarat (P3M) Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim), Vol. 2, No. Juni 2011, h. 166.
5
Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, Fatwa tentang Zakat Perusahaan , alih
bahasa Muhammad Iqbal Ghazali, (islamhouse.com, 2009), h. 4
6
Imam Mustofa, Ijtihad Kontemporer Menuju Fiqh Kontekstual, (Jakarta: PT Grafindo
Persada, 2013), h. 54

4

zakat perusahaan. Beberapa metode perhitungan zakat perusahaan sebagai
berikut7:
1. T.E. Gambling dan RA. Karim

Zakat perdagangan dikenakan pada nilai bersih kekayaan atau atas
modal kerja atau laba bersih. Zakat dikenakan pada perusahaan jasa dan
perdagangan, akan tetapi menurut Gambling dan Karim, untuk tarif zakat
industri sebesar 10%.
(Modal + Cadangan – Aktiva Tetap) + Laba Bersih x 2,5%.
2. Yusuf Qardhawi
Zakat perusahaan menurut Yusuf Qardhawi disampaikan dengan zakat
untuk harta perdagangan. Maksud dari harta benda perdagangan adalah
sesuatu yang dibeli atau dijual untuk memperoleh kekayaan perdagangan
yang sudah satu tahun dan mencapai nisab akhir tahun, maka wajib untuk
mengeluarkan zakatnya sebesar 2,5% dihitung dari modal dan
keuntungan, bukan dari keuntungannya saja. Sedangkan untuk aktiva
tetap tidak diwajibkan zakat kecuali jika aktiva tetap itu menghasilkan
keuntungan atau pendapatan, maka zakat atas aktiva tetap (tanah, gedung
dan pabrik) besarnya 10% dari hasil bersih setelah dikurangi biaya – biaya
yang dikeluarkan. Jika hasil bersih sulit untuk ditentukan, maka zakat
dikenakan atas seluruh hasil sebesar 5%.
(Modal + Laba Bersih) x 2,5% + (Keuntungan Aktiva Bersih x 10%)
3. Badan Amal Zakat Infak dan Sedekah Daerah Khusus Indonesia
(BAZIS DKI)

BAZIS DKI menghitung zakat dari aktiva ancar sesuai dengan neraca
tahunan yaitu uang yang terdapat dalam bank, surat – surat berharga dan
persediaan dikurangi dengan kewajiban yang harus dibayar dengan
ketentuan nisab 98 gram emas murni dan tarif zakat 2,5%. Dalam
perhitungan ini aktiva tetap dan hutang jangka panjang tidak
diperhitungkan.
7

Rahayu Ningsih, Analisis Pengaruh Laba Terhadap Zakat PT Bank Syariah Mandiri ,
Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Pekanbaru, 2013, h. 28

5

(Aktiva Lancar – Utang Lancar) x 2,5%8
4. Syarikat Takaful Malaysia Sdn Berhad
Zakat perusahaan dihitung sebesar 2,5% dari keuntngan sebelum zakat
dan pajak.
Laba sebelum Zakat dan Pajak x 2,5%
5. Bank Muamalat Indonesia

Zakat dihitung 2,5% dari laba perseroan sesudah pajak (laba dihitung
menurut prinsip akuntansi) yang berlaku (PSAK)
Laba setelah Pajak x 2,5%
6. Hafidhuddin
Hafidhuddin mengemukakan bahwa tarif zakat usaha (lebih tepat zakat
perdagangan atau tijarah) adalah 2,5% dihitung dari jumlah seluruh nilai
aset barang dagangan dan laba yang diperoleh dari barang tersebut setelah
sampai nisabnya dan cukup selama satu tahun. Aktiva tetap tidak
termasuk dalam perhitungan hanya aktiva yang diperuntukka dalam jual
beli

seperti

persediaan

barang

dagang

akhir


serta

laba

yang

ditimbulkannya. Selain itu dijelaskan bahwa kas di bank, emas,
persediaan barang dagang dan piutang yang timbul dari penjualan barang
yang kolektabilitasnya tinggi juga termasuk dalam nilai dasar perhitungan
zakat.
(Total Aktiva Lancar + Laba Bersih) x 2,5%
7. ‘Atiyah
‘Atiyah membagi harta kedalam dua jenis yaitu harta yang berubah
dan harta tetap. Harta yang berubah merupakan barang yang dapat
dipindah – pindahkan seperti barang perniagaan, dan uang. Jenis harta
dalam pembagian ini merupakan harta perniagaan yang bertujuan untuk
diperdagangkan dan sifat dari harta tersebut berkembang. Misalnya
persediaan harta dalam bentuk kas atau uang. Zakat harta perniagaan
(harta yang dapat berubah) ini dapat dihitung berdasarkan modal yang

berkembang yaitu modal dan keuntunga bersih akhir periode sebesar
8

Ibid., h. 30-31

6

2,5%. Sedangkan harta tetap adalah barang – barang yang dimiliki tetapi
tidak untuk diperdagangkan, seperti aktiva tetap tidak dibebankan zakat.
Akan tetapi untuk aktiva tetap yang menghasilkan keuntungan misalkan
akibat penilaian kembali maka zakat dibebankan atas kenaikan nilai
tersebut sebesar 10%. Metode perhitungannya sebagai berikut:
1) Harta yang berubah = (Modal + Laba Bersih) x 2,5%
2) Harta tetap = Keuntungan Aktiva Tetap x 10%
8. AAOIFI
Menurut AAOIFI (Accounting and Auditing Organization Islamic
Financial Institution), zakat dapat dihitung dengan dua pendekatan.

Pertama,metode aktiva bersih (net assets) dan kedua, metode dana yang
diinvestasikan bersih (net invested funds) atau modal bersih (net equity).

Zakat yang dikeluarkan sebesar 2,5% dengan dasar penanggalan
qamariah. Sedangkan penghitungan kewajiban zakat yang menggunakan
penanggalan syamsiah adalah sebesar 2,5775%. 9
a) Metode aktiva bersih (net assets)
1) Subjek zakat pada metode aktiva bersih terdiri dari kas dan setara
kas, piutang bersih (total piutang dikurangi piutang ragu-ragu),
aktiva yang diperdagangkan seperti persediaan surat berharga, real
estate, pembiayaan (mudharabah, musyarakah, salam, istishna’).
Aktiva tetap tidak masuk sebagai subjek zakat.
2) Aktiva yang dimasukkan untuk diperdagangkan kembali diukur
pada nilai kas ekuivalen yang dari aktiva tersebut pada saat
kewajiban zakat dibayarkan.10
Metode penghitungan:

9
Sri Nurhayati, Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia , edisi 4 (Jakarta: Salemba
Empat, 2015), h. 300
10
Artikel, Perhitungan Zakat BMT/KSPPS/Lembaga Keuangan Syariah ,
http://www.arditobhinadi.com/berita-144-penghitungan-zakat-bmtksppslembaga-keuangansyariah.html, di unduh pada tanggal 6 Maret 2017, pukul 16.24

7

Zakat = [aktiva subjek zakat – (utang lancar + modal investasi tak
terbatas + penyertaan minoritas + penyertaan pemerintah + penyertaan
lembaga sosial, endowment lembaga non-profit)] x 2,5%
b) Metode Net Invested Funds/ Net Equity
Metode ini telah ditetapkan sebagai dasar untuk menghitung zakat
perusahaan yang telah diterapkan di Arab Saudi. Pos-pos yang
terdapat dalam dasar penghitungan zakat perusahaan dengan metode
ini adalah:
1) Modal disetor (paid up capital) atau tambahan modal yaitu modal
pemilik dan setiap tambahan kenaikan modal selama satu tahun;
2) Cadangan yang tidak dikurangkan dari aktiva;
3) Laba ditahan termasuk laba ditahan yang dipergunakan dalam
perdagangan, misal: gedung yang disewakan;
4) Kerugian yang terjadi selama satu periode.
Metode penghitungan:
Zakat = [tambahan modal + cadangan yang bukan dikurangkan dari
aktiva + laba ditahan + laba bersih + utang jangka panjang – (aktiva
tetap + investasi yang tidak diperdagangkan + kerugian)] x 2,5% 11
D. Contoh perhitungan zakat perusahaan
Pada harta perniagaan, modal investasi yang berupa tanah dan bangunan
atau lemari, etalase pada toko, dll, tidak termasuk harat yang wajib dizakati
sebab termasuk kedalam kategori barang tetap (tidak berkembang). Usaha
yang bergerak di bidang jasa, seperti perhotelan, penyewaan apartemen, taksi,
rental mobil, bus/truk, kapal laut, pesawat udara, dll, kemudian dikeluarkan
zakatnya dapat dipilih diantara 2 (dua) cara :
1.

Pada perhitungan akhir tahun (tutup buku), seluruh harta kekayaan
perusahaan dihitung, termasuk barang (harta) penghasil jasa, seperti
taksi, kapal, hotel, dll, kemudian keluarkan zakatnya 2,5 %.
11

Ibid.

8

2.

Pada perhitungan akhir tahun (tutup buku), hanya dihitung dari hasil
bersih yang diperoleh usaha tersebut selama satu tahun, kemudian
zakatnya dikeluarkan 10 %. Hal ini diqiyaskan dengan perhitungan zakat
hasil pertanian, dimana perhitungan zakatnya hanya didasarkan pada
hasil pertaniannya, tidak dihitung harga tanahnya.12
Pola perhitungan zakat perusahaan, didasarkan pada laporan keuangan

(neraca) dengan mengurangkan kewajiban pada aktiva lancar atau seluruh
harta (diluar sarana dan prasarana) ditambah keuntungan, dikurangi
pembayaran utang dan kewajiban lainnya, lalu dikeluarkan 2,5% sebagai
zakatnya.
Dari penjelasan di atas, maka pola perhitungan zakat perusahaan
didasarkan pada pola keuangan (neraca) perusahaan, dengan cara
sederhananya adalah dengan mengurangkan kewajiban lancar atas aktiva
lancar.
Contoh :
1. T.E. Gambling dan RA. Karim
Diketahui PT Bank Syariah “X” memiliki:
Modal Rp 200.000.000
Cadangan Rp 72.000.000
Aktiva Tetap (bersih) Rp 150.000.000
Laba bersih Rp 307.125.000
Cara menghitung zakatnya yaitu:
(Modal + Cadangan – Aktiva Tetap) + Laba Bersih x 2,5%
(Rp 200.000.000 + Rp 72.000.000 – Rp 200.000.000) + Rp 307.125.000 x
2,5% = Rp 72.000.000 + Rp 7.678.125 = Rp 79.678.125

12
Banei
Adries,
Makalah
Zakat
Perusahaan ,
http://baneibani.blogspot.co.id/2014/09/makalah-zakat-perusahaan.html, diunduh pada tanggal 6
Maret 2017, pukul 16.47

9

2. Yusuf Qardhawi
Diketahui PT Bank Syariah “X” memiliki:
Modal Rp 200.000.000
Laba bersih Rp 307.125.000
Keuntungan Aktiva Tetap (bersih) Rp 20.000.000
Cara menghitung zakatnya yaitu:
(Modal + Laba Bersih) x 2,5% + (Keuntungan aktiva bersih x 10%)
(Rp 200.000.000 + Rp 307.125.000) x 2,5% + (Rp 20.000.000 x 10%)
= Rp 507.125.000 x 2,5% + Rp 2.000.000
= Rp 12.678.125 + Rp 2.000.000
= Rp 14.678.125
3. BAZIS DKI
Diketahui PT Bank Syariah “X” memiliki:
Aktiva Lancar Rp 252.000.000
Utang Lancar Rp 52.000.000
Cara menghitung zakatnya yaitu:
(Aktiva Lancar – Utang Lancar) x 2,5%
(Rp 252.000.000 – Rp 52.000.000) x 2,5%
= Rp 200.000.000 x 2,5%
= Rp 5.000.000
4. Syarikat Takaful Malaysia Sdn Berhad
Diketahui PT Bank Syariah “X” memiliki:
Laba sebelum Zakat dan Pajak Rp 315.000.000
Cara menghitung zakatnya yaitu:
Laba sebelum Zakat dan Pajak x 2,5%
= Rp 315.000.000 x 2,5%
= Rp 7.875.000
5. Bank Muamalat Indonesia
Diketahui PT Bank Syariah “X” memiliki:
Laba setelah Pajak Rp 311.850.000
Cara menghitung zakatnya yaitu:

10

Laba setelah Pajak x 2,5%
= Rp 311.850.000 x 2,5%
= Rp 7.796.250
6. Hafidhuddin
Diketahui PT Bank Syariah “X” memiliki:
Aktiva Lancar Rp 252.000.000
Laba bersih Rp 307.125.000
Cara menghitung zakatnya yaitu:
(Total Aktiva Lancar + Laba Bersih) x 2,5%
= (Rp 252.000.000 + 307.125.000) x 2,5%
= Rp 559.125.000 x 2,5%
= Rp 13.978.125
7. ‘Atiyah
Diketahui PT Bank Syariah “X” memiliki:
Modal Rp 200.000.000
Laba bersih Rp 307.125.000
Keuntungan Aktiva Tetap (bersih) Rp 20.000.000
Metode yang digunakan yaitu:
a) Harta yang berubah = (Modal + Laba Bersih) x 2,5%
= (Rp 200.000.000 + Rp 307.125.000) x 2,5%
= Rp 507.125.000 x 2,5%
= Rp 12.678.125
b) Harta tetap = Keuntungan Aktiva Tetap x 10%
= Rp 20.000.000 x 2,5%
= Rp 500.000

11

Kesimpulan
Zakat perusahaan hampir sama dengan zakat perdagangan dan investasi. Bedanya
dalam zakat perusahaan bersifat kolektif. Dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika perusahaan bergerak dalam bidang usaha perdagangan maka
perusahaan tersebut mengeluarkan harta sesuai dengan aturan zakat
perdagangan. Kadar zakat yang dikeluarkan sebesar 2,5%.
2. Jika perusahaan tersebut bergerak dalam bidang produksi maka zakat yang
dikeluarkan sesuai dengan aturan zakat investasi atau pertanian.dengan
demikian zakat perusahaan dikeluarkan pada saat menghasilkan,
sedangkan modal tidak dikenai zakat. Kadar zakat yang dikeluarkan
sebesar 5% atau 10%. 5% untuk penghasilan kotor dan 10% untuk
penghasilan bersih.
Catatan: bila dalam perusahaa tersebut ada penyertaan modal dari pegawai
non muslim maka penghitung zakat setelah dikurangi kepemilikan modal atau
keuntungan dari pegawai non muslim.

12

DAFTAR PUSTAKA
Artikel,

Perhitungan

Zakat

BMT/KSPPS/Lembaga

Keuangan

Syariah ,

http://www.arditobhinadi.com/berita-144-penghitungan-zakatbmtksppslembaga-keuangan-syariah.html, di unduh pada tanggal 6 Maret
2017, pukul 16.24
Banei

Adries,

Makalah

Zakat

Perusahaan ,

http://baneibani.blogspot.co.id/2014/09/makalah-zakat-perusahaan.html,
diunduh pada tanggal 6 Maret 2017, pukul 16.47
Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, dan Sedekah , (Jakarta:
Gema Insani), h.37
Diterjemahkan oleh Ririn Fauziah dalam, Pemikiran Yusuf Qardhawi mengenai
Zakat Saham dan Obligasi, dalam Jurisdictie, Jurnal Hukum dan Syariah ,
(Malang: Unit penelitian, penerbitan, dan pengabdian Masyarat (P3M)
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim), Vol.
2, No. Juni 2011, h. 166.
Imam Mustofa, Zakat Lembaga Keuangan Syariah sebagai Badan Hukum, Millah
Vol. XIV, No. 1, Agustus 2014, h. 193-195

Imam Mustofa, Ijtihad Kontemporer Menuju Fiqh Kontekstuak, (Jakarta: PT
Grafindo Persada, 2013), h. 54
Rahayu Ningsih, Analisis Pengaruh Laba Terhadap Zakat PT Bank Syariah
Mandiri, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam

Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, 2013, h. 28
Sri Nurhayati, Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia , edisi 4 (Jakarta: Salemba
Empat, 2015), h. 300
Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, Fatwa tentang Zakat Perusahaan,
alih bahasa Muhammad Iqbal Ghazali, (islamhouse.com, 2009), h. 4
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, (Beirut: Darul Fikr al-mu’
ashirah, 2002), III/163