Wawasan Nusantara dan Geopolitik Nasiona

Wawasan Nusantara dan Geopolitik Nasional
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Masyarakat bangsa Indonesia yang memiliki berbagai suku bangsa yang beragam
diperlukan persamaan pandangan dan persamaan persepsi dalam melihat
persoalan bangsa serta bagaimana cara memecahkannya. Proklamasi yang
diperoleh dengan perjuangan yang melelahkan harus dipertahankan hingga tetes
darah penghabisan. Pancasila dan UUD 1945 sebagai instrumen merajut persatuan
dan kesatuan bangsa untuk menggapai masa depan yang lebih baik, sejahtera, dan
adil adalah sudah final dan harga mati. Berdasarkan tujuan untuk memantapkan
persatuan dan kesatuan bangsa disegala bidang demi menjaga kelangsungan
hidup.
Kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bermartabat dengan mewujudkan
cita-cita dan tujuan nasional. Pemahaman dan pelaksanaan wawasan nusantara
yang lebih baik dalam ranah kehidupan pribadi maupun kolektif serta dalam wilayah
publik sangat menentukan keelangsungan hidup bangsa dan negara. Dibutuhkan
kesadaran warga negara dan penyelanggara negara yang memadai didalam
melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab. Di tengah tekanan berbagai masalah
yang menghimpit bangsa. Hal ini merupakan bagian integral yang menjamin
eksitensi bangsa dan negara dalam mewujudkan cita-cita nasional sekaligus

manifestasi cita-cita leluhur kita, dengan tetap menghargai kebhinekaan itu sebagai
anugerah Tuhan dan aset bangsa.
Selanjutnya wawasan nusantara dalam konteks geo politik Indonesia yang bernilai
strategis dengan terus membangun sinegri kekuatan bangsa hendaknya
mempertimbangkan dinamika perkembangan global yang dapat menggerus rasa
nasionalisme serta mendangkalkan rasa cinta tanah air Indonesia. Untuk itu perlu
memahami teori-teori geo politik dan paham kekuasaan.

1.2 Ruang Lingkup
1.

Apa yang dimaksud dengan wawasan nusantara dan geopolitik ?

2.

Apa saja aspek-aspek dan unsur-unsur wawasan nusantara ?

3.

Apa saja tantangan implementasi wawasan nusantara ?


4.
Apa yang dimaksud dengan wawasan nusantara sebagai geopolitik
Indonesia ?

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Teori Wawasan Nusantara dan Geopolitik

2.1.1 Wawasan Nusantara

2.1.1.1 Pengertian Wawasan Nusantara
Secara etimologis, Wawasan berasal dari kata wawas (bahasa jawa) yang berarti
pandangan atau tinjauan. Selanjutnya muncul kata mawas yang berarti
memandang, meninjau, atau melihat. Jadi, wawasan artinya cara pandang, cara
melihat.
Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau kesatuan
kepulauan. Antara artinya menunjukkan letak antara dua unsur. Nusantara artinya
kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua dan dua samudra.
Secara terminologis, Wawasan Nusantara menurut beberapa pendapat sebagai

berikut:
1.

Pengertian Wawasan Nusantara menurut Prof. Wan Usman

“Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
tanah airnya sebagai Negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang
beragam.”
2.

Pengertian Wawasan Nusantara dalam GBHN 1998

“Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikapa bangsa Indonesia mengenai
diri dan lingkungannya, dengan mengutamkan persatuan dan kesatuan bangsa
serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara”.
3.
Pengertian Wawasan Nusantara menurut kelompok kerja wawasan nusantara
untuk diusulkan menjadi TAP MPR, yang dibuat Lemhannas tahun 1999
“Cara pandangan dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya

yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional”.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Wawasan
Nusantara berarti cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri bangsa Indonesia
dan lingkungannya.

2.1.1.2 Hakikat Wawasan Nusantara
Hakikat wawasan nusantara adalah keutuhan bangsa dan kesatuan wilayah
nasional. Dengan kata lain, hakikat wawasan nusantara adalah persatuan bangsa
dan kesatuan wilayah.
Dalam GBHN disebutkan bahwa hakikat wawasan nusantara diwujudkan dengan
menyatakan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik. Kepulauan
nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi, kepulauan nusantara sebagai satu
kesatuan sosial budaya, dan sebagai satu kesatuan pertahanan keamanan.

2.1.1.3 Kedudukan Wawasan Nusantara
Wawasan nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Visi adalah keadaan atau
rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan. Visi bangsa Indonesia sesuai

dengan konsep wawasan nusantara adalah menjadi bangsa dengan satu wilayah
yang satu dan utuh pula.

2.1.2 Geopolitik

2.1.2.1 Teori-Teori Geopolitik
Berasal dari kata geo = bumi, politik = kekuasaan. Secara harfiah berarti politik
yang dipengaruhi oleh kondisi dan konstelasi geografi. Maksudnya adalah
pertimbangan-pertimbangan dasar dalam menentukan alternatif kebijaksanaan
nasional untuk mencapai tujuan nasional, dipengaruhi geografi.
Dalam kajian geopolitik dan wawasan nusantara perlu mengangkat atau membahas
paham-paham kekuasaan, yaitu:
1.

Paham Machiavelli (abad XVII)

Machiavelli adalah seorang pakar ilmu politik dalam pemerintahan Republik
Florence sebuah Negara kecil di Italia Utara sekitar abad XVII. Di dalam bukunya
yang berjudul The Prince di mana dia berpendapat segala cara dapat ditempuh dan
dihalalkan dalam merebut dan mempertahnkan kekuasaan. Kemudian untuk

menjaga kekuasaan tetap dalam genggaman maka politik adu domba adalah sah-

sah saja dan boleh berlaku hokum rimba, di mana yang kuatlah yang tampil sebagai
pemenang.
2.

Paham Kisar Napoleon Bonaparte (abad XVIII)

Napoleon berpendapat bahwa perang di masa depan akan merupakan perang total
dengan mengarahkan segala daya upaya dan kekuatan nasional. Dia berpendapat
bahwa kekuatan politik harus didampingin oleh kekuatan logistik dan ekonomi
nasional.
3.

Paham Jendral Clausewitz (abad XVIII)

Menurut Clausewitz perang adalah kelanjutan politik dengan cara lain. Bagian
peperangan adalah sah-sah saja untuk mencapai tujuan nasional suatu bangsa.
Pemikiran inilah diduga salah satu penyebab perang dunia ke satu yang memakan
banyak korban baik manusia, harta-benda, maupun peradaban manusia.

4.

Paham Feuerbach dan Hegel

Paham materialism dari Feuerbach dan teori sintesis dari Hegel menimbulkan dua
aliran besar barat yang berkembang di dunia yaitu kapitalisme dan komunisme.
Pada abad ke XVII paham perdagangan bebas sedang merajalela di dunia. Paham ini
pula menyebabkan Negara-negara colonial menjelajahi dunia untuk mencari emas.
5.

Paham Lenin (abad ke XIX)

Paham Lenin merupakan lanjutan dari paham Clausewitz. Leninisme atau
komunisme berpendapat bahwa perang atau pertumpahan darah atau revolusi di
seluruh dunia adalah sah dalam kerangka mengkomunikasikan paham ini ke seluruh
bangsa-bangsa di Dunia.
6.

Paham Lucian W. Pye dan Sidney


Mereka berpendapat bahwa adanya unsur-unsur subjektifitas dan psikologis dalam
tatanan kehidupan politik suatu bangsa. Bahwa proyeksi eksistensi kebudayaan
politik tidak semata-mata ditentukan oleh kondisi-kondisi objektif, tapi juga oleh
unsur subjektif dan psikologis.

2.1.2.2 Pandangan-Pandangan Ahli Geopolitik
Berikut beberapa pandangan-pandangan geopolitik dari ahli geopolitik:
1.

Pandangan atau Ajaran Frederich Ratzel

Pada abad ke -19, frederich ratzel merumuskan untuk pertama kalinya ilmu bumi
politik sebagai hasil penelitiaannya yang ilmiah dan universal. Pokok – pokok ajaran
frederich sebagai berikut.
·
Dalam hal – hal tertentu pertumbuhan Negara dapat dianalogikan dengan
pertumbuhan organisme yang memerlukan ruang lingkup, melalui proses lahir,
tumbuh, berkembang, mempertahankan hidup, menyusut dan mati.

·

Negara identik dengan suatu ruang yang di tempati oleh kelompok politik
dalam arti kekuatan. Makin luas potensi tersebut, makin besar kemun gkinan
kelompok politik itu tumbuh.
·
Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak lepas
dari hokum alam.
·
Semakin tinggi budaya suatu bangsa, semakin mbesar kebutuhannya akan
sumber daya alam.
2.

Pandangan atau Ajaran Rudolf kjellen

Kjellen melanjutkan ajaran rathel tentang teori organism.
·
Negara merupakan satuan biologis, suatu organisme hidup, yang memiliki
intelektual. Negara dimingkinkan untuk memperoleh ruang yang cukup luasagar
kemampuan dan kekuatan rakyatnya dapat berkembang secara bebas.
·
Negara merupakan suatu system politik/ pemerintahan yang meliputi bidang

– bidang: geopolitik, ekonomi politik, demo politik, social politik, dan krato politik.
·
3.

Negara tidak harus bergantung pada sumber pembekalan luar,
Pandangan ajaran Karl Haushofer

Pandangan karl Haushofer berkembang di jerman ketika Negara ini berada dibawah
kekuasaan adolft hilter. Haushofer menganut teori/ pandangan klellen yaitu:
·
Kehausan imperium daratan yang kompak akan dapat mengejar kekuasaan
imperium maritime untuk menguasai penguasaan laut.
·
Beberapa Negara besar di dunia akan timbul dan akan menguasai eropa,
afrika, asia barat, serta jepang di asia timur.
·
Rumusan ajaran Haushofer lainnya adalah sebagai berikut, geopoitik adalah
sebagai doktrin Negara yang menitikberatkan soal- soal strategi perbatasan.
4.


Pandangan atau ajaran Sir Halford Mackinder

Teori ahli geopolitik ini pada dasarnya menganut “ konsep kekuatan” dan
mencetuskan wawasan benua yaitu konsep kekuatan di darat. Ajarannya
mengatakan: barang siapa dapat menguasai “ daerah jantung” yaitu Eurasia (eropa
asia), ia akan dapat menguasai pulau dunia.
5.

Pandangan atau Ajaran Sir Walter Raleigh dan Alfred Thyer Mahan

Kedua ahli ini mempunyai gagasan “wawasan bahari” yaitu kekuatan lautan.
Ajarannya mengatakan bahwa barang siapa menguasai lautan akan menguasai
“perdagangan” menguasai perdagangan berart menguasai “ kekayaan dunia”
Sehingga akhirnya menguasai dunia.
6.
Pandangan atau Ajaran Wmithel, a Savesky, Giulio, dan Jhon Frederik Charles
Fuller

Keempat ahli geopolitik ini berpendapat bahwa kekuatan justru yang paling
menentukan. Mereka melahirkan teori “ wawasan dirgantara” yaitu konsep
kekuatan di udara. Kekuatan di udara hendaknya mempunyai daya yang dapat di
andalkan.
7.

Ajaran Nicholas j. Spykman

Ajaran ini menghasilkan teory yang dinamakan teory daerah batas (rimland), yaitu
wawasan kombinasi yang menggabungakan kekuatan darat, laut, dan udara.

2.1.2.3 Teori Kekuasaan dan Geopolitik Indonesia
Ajaran Wawasan Nasional indonesia dikembangkan berdasarkan teori wawasan
nasional secara universal. Wawasan tersebut dibentuk dan dijiwai oleh Paham
Kekuasaan bangsa Indonesia dan Geopolitik Indonesia.
1.

Paham Kekuasaan bangsa Indonesia

Menganut paham tentang “perang dan damai” yaitu : “Bangsa Indonesia cinta
damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan dan kedaulatannya”. Artinya bahwa hidup di
antara sesama warga bangsa dan bersama bangsa lain di dunia merupakan kondisi
yang terus menerus perlu diupayakan. Sedangkan penggunaan kekuatan nasional
dalam wujud perang hanyalah digunakan untuk mempertahankan kemerdekaan,
kedaulatan, martabat bangsa dan integritas nasional, serta sedapat mungkin
diusahakan agar wilayah nasional tidak menjadi ajang perang. Konsekuensinya,
bangsa Indonesia harus merencanakan, mempersiapkan, dan mendayagunakan
sumber daya nasional secara tepat dan terus menerus sesuai dengan
perkembangan zaman.
2.

Geopolitik Indonesia

Pemahaman tentang negara Indonesia menganut paham negara kepulauan, yaitu
paham yang dikembangkan dari asas archipelago yang memang berbeda dengan
pemahaman archipelago di negara-negara Barat pada umumnya. Menurut paham
Barat, laut berperan sebagai ‘pemisah” pulau. Sedangkan menurut paham
Indonesia laut adalah “penghubung” sehingga wilayah negara menjadi satu
kesatuan yang utuh sebagai “Tanah Air” dan disebut “Negara Kepulauan”.

2.2 Dasar Pemikiran Wawasan Nasional Indonesia
Wawasan Nasional Indonesia dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman kekuasaan
bangsa Indonesia yang berdasarkan falsafah pancasila dan oleh pandangan
geopolitik Indonesia yang berdasarkan pemikiran kewilayahan dan kehidupan
bangsa Indonesia. Karena dasar pemikiran wawasan nasional Indonesia terdiri atas
dasar pemikiran berdasarkan filsafat, kewilayahan, sosial budaya, dan kesejarahan.

2.2.1

Dasar Pemikirian berdasarkan Falsafah Pancasila

Manusia Indonesia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang mempunyai naluri,
akhlak, dan daya pikir; sadar akan keberadaannya yang serba terhubung dengan
sesamanya, lingkungannya, alam semesta, dan Penciptanya, yang menumbuhkan
cipta, karsa, dan karya untuk mempertahankan eksistensinya. Nilai-nilai Pancasila
tercakup dalam penggalian dan pengembangan Wawasan Nusantara(Wawasantara).

i.

Sila Ke-1 : Ketuhanan Yang Maha Esa

·

Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa

·

Hormat menghormati antar pemeluk agama dan toleransi

·

Kebebasan beragama

ii.

Sila Ke-2 : Kemanusiaan yang adil dan beradab

·
Memberi hak dan kewajiban yang sama kepada setiap warga negara dalam
menerapkan HAM

iii.

Sila Ke-3 : Persatuan Indonesia

·
Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara namun tidak mematikan
kepentingan individu, golongan, dan suku.

iv.
Sila Ke-4 : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
·
Keputusan diusahakan melalui musyawarah untuk mufakat, namun tidak
menutup kemungkinan voting.

v.

Sila Ke-5 : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

·
Mengakui dan menghargai hak warga negara untuk mencapai kesejahteraan
namun tidak merugikan kepentingan orang lain.

Wawasan Nasional Indonesia menghendaki tercapainya persatuan dan kesatuan,
namun tidak menghilangkan sifat, ciri, dan karakter kebinekaan.

2.2.2

Pemikiran berdasarkan Aspek Kewilayahan Nusantara

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pengaruh geografi terhadap sikap dan
tatalaku negara yang bersangkutan merupakan suatu fenomena yang mutlak
diperhitungkan.

i.

Hukum Laut

Dalam hukum laut internasional dikenal dua konsep yang bertentangan, yaitu:
·
Res Nullius, yang menyatakan bahwa laut tidak ada yang mem-punyainya,
dan oleh karena itu dapat dimiliki tiap-tiap negara.
·
Res Communis, menyatakan bahwa laut itu adalah milik masyarakat du-nia
dan karena itu tidak dapat dimiliki tiap-tiap negara.

Hugo de Groot (Belanda) dalam bukunya Mare Liberium menyatakan bahwa laut
bebas untuk semua bangsa.
Grotius dalam bukunya De Jure Belli Ac Pasis (1625), mengakui laut sepanjang
pantai suata negara dapat dimiliki sejauh yang dapat dikuasai darat.
Cornelis van Bynkershosk dalam bukunya De Dominio Maris Di sertatio menyatakan
bahwa penguasaan dari darat itu berada sejauh yang dapat dikuasai oleh meriam
dari darat, pada waktu itu diperkirakan sejauh 3 mil.

ii.

Deklarasi Juanda

Kondisi objektif geografis Nusantara merupakan untaian ribuan pulau, terbentang di
khatulistiwa berada pada posisi silang yang strategis.
Wilayah Indonesia pada saat Proklamasi Kemerdekaan masih mengikuti hukum laut
“Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie” (TZEMKO) tahun 1939, dimana
lebar laut wilayah Indonesia 3 Mil dari pantai tiap pulau. Hal ini tidak terjamin
kesatuan wilayah NKRI.
Pada tanggal 13 Desember 1957 diumumkanlah Deklarasi Juanda yang berbunyi “…
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan maka pemerintah menyatakan bahwa
segala perairan di sekitar, di antara, dan yang menghubungkan pulau-pulau yang
termasuk negara Indonesia dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah
bagian yang wajar daripada wilayah daratan negara Indonesia dan dengan
demikian bagian daripada perairan pedalaman atau nasional berada di bawah
kedaulatan mutlak negara Indonesia. Lalu lintas dalam di perairan pedalaman bagi
kapal-kapal asing dijamin selama tidak bertentangan dengan/mengganggu
kedaulatan dan keselamatan negara Indonesia. Penentuan batas lautan territorial
(yang lebarnya 12 mil) diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang
terluar pada pulau-pulau negara Indonesia ….”
Tujuan inti dari deklarasi juanda antara lain adalah :

·

Perwujudan bentuk wilayah Negara Kesatuan RI yang utuh dan bulat

·
Penentuan batas-batas wilayah negara Indonesia disesuaikan dengan asas
Negara kepualauan (Archipelagic State Principles)
·

Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamaan NKRI

Deklarasi Juanda ini dikukuhkan dengan UU no.4/Prp/1960, yang menyatakan :
Laut wilayah Indonesia 12 mil diukur dari pangkal lurus (Straight Base Line)
·
Semua kepulauan dan laut yang terletak diantaranya harus dianggap sebagai
suatu kesatuan. Akibat dari UU tsb wilayah RI berubah luasnya dari 2 juta KM2
menjadi 5 juta KM2 yang terdiri atas + 65% wilayah laut dan + 35% wilayah darat.
Wilayah darat terdiri dari 17.508 pulau pulau besar dan kecil dimana baru 6044
yang diberi nama.

Kepulauan Indonesia terletak pada batas-batas astronomi sebagai berikut :
Utara : ±6° 08’ LU
Selatan : ±11° 15’ LS
Barat : ±94° 45’BT
Timur : ±141° 05’ BT
Jarak utara-selatan sekitar 1.888 km.
Jarak Barat-Timur : +5.110 km

Melalui Konfrensi PBB tentang Hukum Laut Internasional Tahun 1982, pokok pokok
asas Negara kepulauan diakui dan dicantumkan dalam konvensi PBB tentang hukum
laut, yaitu United Nation Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS).
Indonesia meratifikasi UNCLOS 1982 melalui UU no.17 tahun 1985, tanggal 31
Desember 1985.
Menurut UNCLOS hak Negara kepulauan :
·
Laut Teritorial : Wilayah laut selebar 12 mil dari garis pangkal, dihitung waktu
air surut.
·

Laut Dalam : semua jenis perairan yang ada di pedalaman wilayah Negara

·
Zona tambahan : wilayah laut sebesar 24 mil untuk pengawasan bea cukai,
saniter, dan sebagainya.

Berlakunya UNCLOS 1982 berpengaruh pada upaya pemanfaatan laut bagi
kepentingan kesejahteraan :
·
17 Februari 1969 dikeluarkanlah Deklarasi Landas Kontinen yang isinya
menyatakan bahwa Negara Indonesia mempunyai penguasaan dan yurisdiksi yang
eksklusif atas kekayaan mineral dan kekayaan lainnya dalam dasar laut dan tanah
didalamnya dan dilandas kontinen Indonesia
·
21 Maret 1980 diumumkan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, yang lebarnya
200 mil diukur dari pangkal laut wilayah Indonesia, dimana dinyatakan hak
Indonesia atas segala sumber daya alam di lautan termasuk dibawah permukaan,
didalam laut dan dibawahnya, serta segala kegiatan eksploitasi , dan penelitian di
ZEE indonesia.

Perjuangan penegakan kedaulatan di dirgantara, Indonesia memanfaatkan batas
GSO (Geo Stationary Orbit) yang merupakan ketinggian + 36.000 KM, yang
merupakan batas ketinggian wilayah Indonesia di udara (Ps. 30 UU No. 20/1982).

iii.

Hukum Ruang Udara/dirgantara

Hukum udara bersumber dari hukum internasional, Ps. 38 A(1) Statuta International
Court of Justice menyatakan tentang :
·

Konvensi/traktat/perjanjian internasional

·

Hukum kebiasaan internasional

·

Prinsip prinsip hukum umum yang diakui oleh Negara-negara

·

Ajaran/pendapat para sarjana terkemuka ahli hokum internasional

Hukum udara adalah perangkat kaidah tentang matra udara yang dikaitkan dengan
batas yurisdiksi Negara. Perkembangan hokum udara dimulai ketika Perang Dunia I
berakhir. Pada saat itu Negara dihadapkan pada:
·

Perlu penegasan konsep kedaulatan ruang udara, dan

·

Perlu memperketat pertahanan Negara melalui control ruang udara

Akhirnya dicapai suatu kesepakatan :
·
Demi keselamatan penerbangan perlu ditetapkan standardisasi internasional
yang berkaitan dengan prosedur teknis penerbangan (navigasi) udara.
·
Menegaskan prinsip kedaulatan yang utuh dan penuh dari negara-negara
atas ruang udara diatas wilayah nasional suatu negara, dilangsungkan jaringan
penerbangan sipil internasional secara aman, tertib, teratur, dan nyaman.

Di dunia internasional dikenal 2 teori udara, yaitu :
1.

Teori udara Bebas (Air Freedom Theory) :

·
Kebebasan Udara tanpa batas : ruang udara itu bebas, dapat digunakan oleh
siapa saja. Tidak ada Negara yang mempunyai hak dan kedaulatan di ruang udara
·

Kebebasan Udara Terbatas yang dibagi menjadi 2 pula :

a.
Negara Kolong (Subjacent state) berhak mengambil tindakan tertentu untuk
memelihara keamanannya.
b.
Negara kolong hanya mempunyai hak terhadap zona territorial ruang udara
tertentu
2.
·

Teori Negara berdaulat diudara (The Air Souverignity).
Konvensi Chicago 1944

Merupakan perjanjian internasional dalam badan resmi International Civil Aviation
Organization (ICAO) : setiap negara mempunyai kedaulatan yang utuh dan eksklusif
diruang udara diatas wilayahnya, tetapi tidak mengakui Inocent passage (hak lintas
damai), dan bagi penerbangan komersial diperlukan izin pada antarnegara.

·
Teori keamanan : Negara mempunyai kedaulatan ruang udara sampai yang
diperlukan untuk keamanan. Fauchille memberikan ketinggian 1.500 m (1909)
diturunkan menjadi 500m (1910)
·
Teori penguasaan Cooper (cooper’s control theory) : kedaulatan udara suatu
Negara ditentukan oleh kemampuan Negara tersebut untuk menguasai ruang udara
secara fisik dan ilmiah
·
Teori udara Schachter : ruang udara ditentukan oleh kemampuan udara
mengapungkan pesawat/balon, yaitu sekitar 30 mil dari permukaan bumi.

2.2.3 Pemikiran Berdasarkan Aspek Sosial Budaya
Budaya merupakan hasil kekuatan budi manusia, lengkapnya ialah cipta, rasa, dan
karya. Budaya dilahirkan dari hubungan antar manusia yang membentuk pola pikir,
pola sikap, dan pola tindak yang merangsang hubungan sosial di antara
anggotanya.
Cipta, karsa, dan karya sangat dipengaruhi oleh lingkungan alamiah tempat
manusia hidup. Itulah sebabnya bangsa Indonesia yang mempunyai ruang hidup
dengan kondisinya yang masing-masing membentuk karakter bangsa yang
berbeda, dari segi etnis, alam, dan pendidikan. Heterogenitas karakter bangsa,
secara budaya meliputi:

·

Sistem religi/ keagamaan

·

Sistem masyarakt / organisasi

·

Sistem pengetahuan

·

Sistem keserasian / budaya dalam arti sempit

·

Sistem mata pencaharian / ekonomi, dan

·

Sistem teknologi dan peralatan

Kebudayaan yang merupakan warisan, memaksa generasi berikutnya untuk
menerima dan memelihara norma-norma. Penerimaan ada yang bersifat emosional
yang mengikat secara kuat dan sensitif sehingga dapat memicu konflik sosial, ras,
antar golongan (SARA) secara tidak rasional. Keterikatan masyarakat dan
daerahnya juga dapat membentuk sentimen daerah yang sering dijadikan perisai
terhadap ketidakmampuan individu dalam menghadapi perubahan yang dianggap
mengancam eksistensi budayanya. Jika penerimaan secara emosional ini terus
dikembangkan, konflik konflik akan bereskalasi menjadi konflik antar daerah yang
bersifat nasional. Untuk itulah diperlukan rekayasa sosial dalam pembangunan
karakter nasional (national and character building), yaitu Wawasan Nusantara yang
dilandasi Bhineka Tunggal Ika.

2.2.4 Pemikiran Berdasarkan Aspek Kesejarahan
Perjuangan suatu bangsa didasarkan atas latar belakang sejarahnya. Indonesia
diawali dari negara-negara kerajaan tradisional, misalnya Sriwijaya dan Majapahit.
Rumusan filsafah negaranya belum jelas. Yang ada baru slogan yang ditulis Mpu
Tantular : “Bhinneka Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa”.
Nuansa kebangsaan mulai muncul sejak tahun 1900-an ditandai oleh lahirnya
konsep baru dan modern (dasar dan tujuannya berbeda dengan konsep lama).
Penjajahan menimbulkan penderitaan dan kepahitan, namun menimbulkan
semangat senasib sepenanggungan. Diawali oleh Budi Oetomo (20-5-1908) yang
disenut dengan “Kebangkitan Nasional “ yang menimbulkanwawasan kebangsaan
Indonesia, yang dicetuskan oleh Sumpah Pemuda tanggal 28-10-1928. Proklamasi
Kemerdekaan 17-8-1945 Indonesia mulai menegara.
Wilayah NKRI masih berdasarkan warisankolonial Belanda, yaitu batas wilayah
perairan berdasarkan “Teritoriale Zee en Maritime Kringen Ordonantie” tahun 1939
ialah selebar 3 mil dari garis pangkal tiap pulau. Melalui proses perjuangan yang
panjang (±28 tahun) Indonesia berhasil mengubah batas wilayah perairan, yaitu 12
mil dari pantai pulau-pulau terluar (Deklarasi Juanda 13 Des 1957). Dengan
demikian terwujudlah kesatuan wilayah RI yang disebutkan dengan istilah “Konsepsi
Nusantara”, terdiri atas kata “Nusa” = pulau dan “Antara”, yaitu yang terletak di
antara dua benua dan dua samudera.

Konsepsi Nusantara mengilhami Angkatan-angkatan dalam tubuh TNI untuk
mengembangkan wawasan berdasarkan mantranya:
·

Angkatan Darat mengembangkan Wawasan Benua

·

Angkatan Laut mengembangkan Wawasan Bahari

·

Angkatan Udara mengembangkan Wawasan Dirgantara

Untuk menghindari ancaman terhadap kekompakan ABRI disusunlah Wawasan
Hankamnas yang terpadu dan terintegrasi (merupakan hasil seminar Hankam I
tahun 1966), yang diberi nama Wawasan Nusantara Bahari. Pada Raker Hankam
tahun 1967, Wawasan Hankamnas dinamakan Wawasan Nusantara. Pada bulan
November 1972 Lemhannas mengadakan pengkajian segala bahan dan data
Wawasan Nusantara untuk terwujudnya suatu wawasan nasional. Dalam Ketetapan
MPR N. IV/MPR/1973 Wawasan Nusantara dimasukkan dalam GBHN (Bab II huruf
“E”).
Perjuangan di dunia internasional untuk diakuinya wilayah Nuasantara, sesuai
dengan Deklarasi Juanda, merupakan rangkaian perjuangan yang panjang: Dimulai
sejak Konverensi PBB tentang Hukum Laut I tahun 1958 kemudian yang II tahun
1960, akhirnya pada konverensi III tahun 1982, pokok-pokok asas negara kepulauan
diakui dan dicantumkan dalam UNCLOS 1982.

2.3 Otonomi Daerah dan Geopolitik
Otonomi daerah memberikan wewenang kepada penduduk suatu wilayah
tertentu/penduduk lokal untuk mengurus wilayahnya sendiri dan memanfaatkan
segala potensi yang ada di dalamnya, atas dasar kesadaran bahwa yang
mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu wilayah adalah penduduk yang
mendiami wilayah tersebut. Dengan otonomi daerah diharapkan tidak terjadi
penyeragaman program pembangunan yang berakibat pada ketidakcocokan
pelaksanaan program di wilayah-wilayah tertentu.

2.4 Unsur-Unsur Dasar Konsepsi Wawasan Nusantara
1.

Wadah (Contour)

Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara meliputi seluruh
wilayah Indonesia, yang memiliki kekayaan alam dan penduduk besar dengan
aneka ragam budaya. Setelah negara dalam NKRI bangsa Indonesia mempunyai
organisasi kenegaraan, sebagai wadah berbagai kegiatan kenegaraan dalam wujud
legislatif, eksekutif, dan yudikatif
2.

Isi (Content)

Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta
tujuan nasional dalam pembukaan UUD 1945 . Dalam mencapai aspirasi
berkembang bangsa Indonesia harus menciptakan persatuan dan kesatuan di
masyarakat yang majemuk berkenaan dengan dua hal yakni realisasi aspirasi
masyarakat sebagai kesepakatan bersama dan persatuan kesatuan yang meliputi
semua aspek kehidupan nasional.
3.

Tata Laku (Conduct)

Tata laku merupakan hasil interaksi anatara wadah dan isi yang terdiri dari tata laku
batiniah dan lahiriah, dimana tata laku batiniah mencerminkan jiwa semangat dan
mentalitas yang baik bangsa Indonesia sedangkan tata laku lahiriah tercermin
dalam tindakan, perbuatan, dan perilaku dari bangsa Indonesia di dalam menyikapi
dan mengatasi berbagai persoalan bangsa dengan memperkuat jati diri atau
identitas serta kepribadian bangsa Indonesia berdasarkan kekeluargaan dan
semangat kebersamaan di dalam menumbuhkan nasionalisme dan loyalitas yang
tinggi pada hukum dan tanah air Indonesia. Semakin banyak koruptor, pelaku ilegal
logging, penyelundupan, pengoplos minyak, dan pelanggaran hukum umumnya itu
semua mencerminkan tata laku yang menghancurkan perekonomian dan peradaban
Indonesia.

2.5 Asas-Asas Wawasan Nusantara
1.
Kepentingan yang sama dalam arti anti penjajahan, anti politik adu domba,
dan pecah belah menjauhi kekerasan dan pemerasan, demi kebaikan dan
kesejahteraan bersama.
2.
Wujud keadilan dalam arti setian org harus menerima apa yang menjadi
haknya. Selian itu juga dipertimbangkan sesuai dengan karya, kontribusinya, dan
pengabdian dan dedikasinya.
3.
Kejujuran dalam ati punya keberanian untuk berkata jujur, bersaksi jujur dan
bertindak jujur demi kemajuan dan keadilan sosial.
4.
Solidaritas dalam arti ada kesediaan untuk menolong, member dan berkorban
bagi orang lain, baik bagi korban bencana alam maupun untuk kelompok
masyarakat marginal, serta mau memberdayakan yang lemah agar mandiri.
5.
Kerjasama dalam arti ada koordinasi yang intens, serasi sesuai prinsip
egalitarian bahkan secara sinergi mau berkerja sama dengan semua pihak yang
ingin maju dan sesuai aturan yang ada.
6.
Kesetiaan dalam arti melalui kesepakatan bersama bertekad dan
berkomitmen mempertahankan, mengisi kemerdekaan NKRI tanpa pamrih sembari
menghormati prinsip Bhineka Tunggal Ika.

2.6 Arah Pandang Wawasan Nusantara

Dengan latar belakang budaya, sejarah serta kondisi dan konstelasi geografi serta
memperhatikan perkembangan lingkungan strategis, maka arah pandang wawasan
nusantara meliputi:
1.
Ke dalam Bangsa Indonesia harus peka dan berusaha mencegah dan
mengatasi sedini mungkin faktor-faktor penyebab timbulnya disintegrasi bangsa
dan mengupayakan tetap terbina dan terpeliharanya persatuan dan
kesatuan.Tujuannya adalah menjamin terwujudnya persatuan kesatuan segenap
aspek kehidupan nasional baik aspek alamiah maupun aspek sosial.
2.
Keluar Bangsa Indonesia dalam semua aspek kehidupan internasional harus
berusaha untuk mengamankan kepentingan nasional dalam Asas Wawasan
Nusantara.

Asas Wawasan Nusantara Merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus
dipatuhi, ditaati,dipelihara dan diciptakan agar terwujud demi tetap taat dan
setianya komponen/unsur pembentuk bangsa Indonesia (suku/golongan) terhadap
kesepakatan (commitment) bersama.

2.7 Tujuan Wawasan Nusantara
Tujuan wawasan nusantara adalah mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala
aspek kehidupan rakyat indonesia, yang mengutamakan kepentingan nasional
dibandingkan kepentingan individu, kelompok maupun golongan. nasionalisme yang
tinggi di segala aspek kehidupan, demi tercapainya tujuan nasionaltersebut, makin
terpancarnya tentang pemahaman dan semangat kebangsaan dalam jiwa bangsa
Indonesia.
Tujuan Wawasan nusantara dalam TAP MPR 1983 adalah konsepsi untuk mencapai
tujuan pembangunan nasional :
- Kesatuan Politik
- Kesatuan Ekonomi
- Kesatuan Sosial Budaya
- Kesatuan Pertahanan Keamanan

2.8 Tantangan Implementasi Wawasan Nusantara
Dewasa ini kita menyaksikan kehidupan individu dalam memerangi
keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial, korupsi, kolusi dan dalam
menguasai IPTEK, meningkatkan kualitas SDM, dan menjaga persatuan bangsa dan
negara. Di dalam perjuangan non fisik, kesadaran akan bela negara mengalami
banyak kemunduran, hal ini terjadi karena kurangnya rasa persatuan dan kesatuan

warga negara dan adanya beberapa daerah yang ingin memisahkan diri dari
wilayah indonesia.
Dari uraian di atas tampak jelas, jika terjadi penurunan yang sangat drastis akan
sadarnya tentang pentingnya persatuan, kesatuan dan bela negara. anak-anak
bangsa masih banyak yang mementingkan kepentingan individu maupun golongan
dan menyampingkan kepentingan nasional. ini yang menjadi tantangan terberat
bagi wawasan nusantara.
Penerapan Wawasan Nusantara harus tercermin pada pola pikir, pola sikap dan pola
tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan negara.

Sasaran-sasaran Implementasi Wawasan Nusantara:
1.
Implementasi dalam kehidupan politik, adalah menciptakan iklim
penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis, mewujudkan pemerintahan
yang kuat, aspiratif, dipercaya.
2.
Implementasi dalam kehidupan ekonomi, adalah menciptakan tatanan
ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat secara merata dan adil.
3.
Implementasi dalam kehidupan sosial budaya, adalah menciptakan sikap
batiniah dan lahiriah yang mengakui, menerima dan menghormati segala bentuk
perbedaan sebagai kenyataan yang hidup di sekitarnya dan merupakan karunia
Sang Pencipta.
4.
Implementasi dalam kehidupan pertahanan dan keamanan, adalah
menumbuhkan kesadaran cinta tanah air dan membentuk sikap bela negara pada
setiap WNI.

Dalam melaksanakan pemasyarakatan, lingkup materi wawasan nusantara yang
disampaikan hendaknya disesuaikan dengan tingkat, jenis, serta lingkungan
pendidikan agar materi yang disampaikan tersebut dapat mengerti dan dipahami.

Beberapa tantangan dalam Implementasi Wawasan Nusantara :
1.

Pemberdayaan Masyarakat

John Naisbit dalam bukunya GLOBAL PARADOX menyatakan : negara harus dapat
memberikan perananse besar-besarnya kepada rakyatnya.
Pemberdayaan masyarakat dalam arti memberikan peranan dalam bentuk aktivitas
dan partisipasi masyarakat untuk mencapai tujuan nasional hanya dapat
dilaksanakan oleh negara-negara maju dengan Buttom Up Planning, sedang untuk
negara berkembang dengan Top Down Planning karena adanya keterbatasan

kualitas sumber daya manusia, sehingga diperlukan landasan operasional berupa
GBHN.
Kondisi nasional (Pembangunan) yang tidak merata mengakibatkan
keterbelakangan dan ini merupakan ancaman bagi integritas. Pemberdayaan
masyarakat diperlukan terutama untuk daerah-daerah tertinggal.

2.
a.

Dunia Tanpa Batas
Perkembangan IPTEK

Mempengaruhi pola pikir , pola sikap dan pola tindak masyarakat dalam aspek
kehidupan. Kualitas sumber daya Manusia merupakan tantangan serius dalam
menghadapi tantangan global.
b.
Kenichi Omahe dalam bukunya “Borderless Word” dan “The End of Nation
State” menyatakan : dalam perkembangan masyarakat global, batas-batas wilayah
negara dalam arti geografi dan politik relatif masih tetap, namun kehidupan dalam
satu negara tidak mungkin dapat membatasi kekuatan global yang berupa
informasi, investasi, industri dan konsumen yang makin individual. Untuk dapat
menghadapi kekuatan global suatu negara harus mengurangi peranan pemerintah
pusat dan lebih memberikan peranan kepada pemerintah daerah dan masyarakat.

Perkembangan Iptek dan perkembangan masyarakat global dikaitkan dengan dunia
tanpa batas dapat merupakan tantangan Wawasan Nusantara, mengingat
perkembangan tsb akan dapat mempengaruhi masyarakat Indonesia dalam pola
pikir, pola sikap dan pola tindak di dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3.
a.

Era Baru Kapitalisme
Sloan dan Zureker

Dalam bukunya “Dictionary of Economics” menyatakan Kapitalisme adalah suatu
sistem ekonomi yang didasarkan atas hak milik swasta atas macam-macam barang
dan kebebasan individu untuk mengadakan perjanjian dengan pihak lain dan untuk
berkecimpung dalam aktivitas-aktivitas ekonomi yang dipilihnya sendiri
berdasarkan kepentingan sendiri serta untuk mencapai laba guna diri sendiri.
Di era baru kapitalisme,sistem ekonomi untuk mendapatkan keuntungan dengan
melakukan aktivitas-aktivitas secara luas dan mencakup semua aspek kehidupan
masyarakat sehingga diperlukan strategi baru yaitu adanya keseimbangan.
b.

Lester Thurow

Dalam bukunya “The Future of Capitalism” menyatakan : untuk dapat bertahan
dalam era baru kapitalisme harus membuat strategi baru yaitu keseimbangan
(balance) antara paham individu dan paham sosialis.

Di era baru kapitalisme, negara-negara kapitalis dalam rangka mempertahankan
eksistensinya dibidang ekonomi menekan negara-negara berkembang dengan
menggunakan isu-isu global yaitu Demokrasi, Hak Azasi Manusia, Lingkungan hidup.

4.
a.

Kesadaran Warga Negara
Pandangan Indonesia tentang Hak dan Kewajiban

Manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Hak dan
kewajiban dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan.
b.

Kesadaran bela Negara

Dalam mengisi kemerdekaan perjuangan yang dilakukan adalah perjuangan non
fisik untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial,
memberantas KKN, menguasai Iptek, meningkatkan kualitas SDM, transparan dan
memelihara persatuan.
Dalam perjuangan non fisik, kesadaran bela negara mengalami penurunan yang
tajam dibandingkan pada perjuangan fisik.

2.9 Sosialisasi Wawasan Nusantara
Untuk mempercepat tercapainya tujuan wawasan Nusantara, disamping
implementasi seperti yang telah disebutkan diatas, perlu juga dilakukan
pemasyarakatan materi Wawasan Nusantara kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Pemasyarakatan Wawasan Nusantara tersebut dapat dilakukan dengan cara berikut
Menurut sifat/ atau cara penyampaian, yang dapat dilaksanakan sebagai berikut
1.

Langsung yang terdiri dari ceramah, diskusi, dialog, tatap muka

2.

Tidak langsung, yang terdiri dari media elektronik dan media cetak

Menurut metode penyampaian yang berupa :
1.
Keteladanan. Melalui metode penularan keteladanan dalam sikap perilaku
kehidupan sehari-hari kepada lingkungannya serutama dengan memberikan contohcontoh berpikir, bersikapdan bertindak mementingkan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan sehingga timbul semangat kebangsaan yang
selalu cinta tanah air.
2.
Edukasi, yakni melalui metode pendekatan formal dan informal. Pendidikan
dormal ini dimulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi,
pendidikan karier di semua strata dan bidang profesi, penataran, kursus dan

sebagainya. Sedangkan pendidikan non-formal dapat dilaksanakan di lingkungan
keluarga, pemukiman, pekerjaan, dan organisasi kemasyarakatan.
3.
Komunikasi. Tujuan yang ingin dicapai dari sosialisasi wawasan nusantara
melalui metode komunikasi adalah tercapainya hubungan komunikatif secara baik
yang akan mampu mencptakn iklim saling menghargai, menghormati, mawas diri,
dan tenggang rasa sehingga terciptanya kesatuan bahasa dan tujuan tentang
wawasan nusantara.
4.
Integrasi. Tujuan yang ingin dicapai dari pemasyarakatan/sosialisasi wawasan
nusantara melalui metode ini adalah terjalinnya pemahaman tentang wawasan
nusantara akan membatasi sumber konflik di dalam tubuh bangsa Indonesia baik
pada saat ini maupun di masa mendatang dan akan memantapkan kesadaran untuk
mengutamakan kepentingan nasional dan cita-cita tujuan nasional.

BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan
Secara konsepsional, wawasan nusantara merupakan wawasan nasionalnya
bangsa Indonesia. perumusan wawasan nusantara bangsa Indonesia yang
selanjutnya disebut Wawasan Nusantara itu merupakan salah satu konsepsi politik
dalam ketatanegaraan Republik Indonesia.
Sebagai wawasan nasional dari bangsa Indonesia maka wilayah Indonesia yang
terdiri dari daratan, laut, dan udara di atasnya dipandang sebagai ruang hidup yang
satu atau utuh. Wawasan nusantara sebagai wawasan nasionalnya bangsa
Indonesia didasarkan pada konstelasi lingkungan tempat tinggalnya yang
menghasilkan konsepsi wawasan nusantara. Jadi, wawasan nusantara merupakan
penerapan dari teori geopolitik bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Adianto, Khairul. 2011. Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik
Indonesia.http://khairuladiantopratomo.blogspot.com/2011/03/wawasan-nusantarasebagai-geopolitik.html. (12 Maret 2013)
Sinamo, Nomensen. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Permata Aksara.
Yuliyanto, Eko S. 2012. Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik
Indonesia.http://ekochayoo84.blogspot.com/2012/04/wawasan-nusantara-sebagaigeopolitik.html. (12 Maret 2013)
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/tantangan-implementasi-wawasannusantara/
http://panduhideto.blogspot.com/2012/05/tantangan-implementasi-wawasan.html