Materi Manajemen pengembangan diri. docx

Irawan / 2015512220

Daftar isi
Konsep Manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial, mahhluk tuhan dan
makhluk susila..........................................................................................................1
Manusia sebagai makhluk individu......................................................................1
Manusia sebagai makhluk sosial..........................................................................1
Manusia sebagai makhluk tuhan..........................................................................2
Manusia sebagai makhluk susila..........................................................................2
Bakat merupakan anugerah..................................................................................2
Kebiasaan Manusia..............................................................................................3

i

Irawan / 2015512220

Konsep Manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial,
mahhluk tuhan dan makhluk susila
Manusia sebagai makhluk individu



Pada

dasarnya

manusia

merupakan

makhluk

individu,

manusia

mempunyai kesadaran pribadi (self respect), egois, martabat kepribadian,
dan persamaan dengan yang lain.


Manusia sebagai pribadi dikarunia akal pikiran, perasaan, emosi dan
spiritual yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya.




Perkembangan manusia secara pribadi melalui beberapa tahap yang
memakan waktu puluhan bahkan belasan tahun yang dimulai dari bayi,
batita, balita, anak-anak, remaja, dewasa dan manula.



Sebagai pribadi manusia mempunya potensi yang akan berkembang jika
disertai dan diikuti dengan belajar melalui proses pendidikan.

Manusia sebagai makhluk sosial


Manusia sebagai makhluk social tidak bias hidup tanpa manusia lainnya,
artinya manusia tidak bias hidup dengan kesendirian dan selalu
membutuhkan bantuan orang lain baik langsung maupun tidak,




Untuk memenuhi kebutuhannya manusia mempunyai kewajiban untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang primer maupun sekunder. Baik
fisik maupun mental dan salah satu pendukung untuk memperoleh
kebutuhan itu manusia membutuhkan orang lain.



Selain itu manusia juga mempunyai persaan terhadap orang lain, baik
perasaan cinta, perasaan saying, kecewa marah dan sedih. Semua itu bisa
dilampiaskan bila ada orang lain.

1

Irawan / 2015512220

Manusia sebagai makhluk tuhan


Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dimuka bumi ini sebagai

makhluk

yang

sempurna

disbanding

makhluk

lain,

dengan

kesempurnaannya itu manusia bias berfikir yang baik dan benar.


Selain itu manusia meyakini bahwa dia memiliki keterbatasan dan
kekurangan.




Dalam kehidupannya manusia tidak bias meninggalkan unsure ketuhanan,
manusia selalu ingin mencari yang sempurna dan sesuatu yang sempurna
itu adalah Tuhan Yang Maha Esa.



Dan merupakan fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk
beribadah kepada Tuhannya.

Manusia sebagai makhluk susila


Sebagai makhluk susila manusia selalu memegang adanya norma-norma
kehidupan. Aspek kehidupan susila adalah aspek ketiga setelah aspek
individu dan social. Disininmanusia dapat menetapkan tingkah laku yang
baik dan buruk karena hanya manusia yang dapat menghayati normanorma dalam kehidupannya.




Kehidupan manusia tidak lepas.

Bakat merupakan anugerah


Bertahun-tahun orang memandang tingkat kecerdasan (IQ)

dipandang

sebagai tolak ukur penentuan kecerdasan, siswa yang tidak bias salah satu
pelajaran akan tersisihkan dan mereka dianggap tidak cerdas bahkan
disebut bodoh.


Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna untuk
itu kita dianugerahi bakat dan kemampuan itu atau hanya berdiam diri dan
menjadi lemah.

2


Irawan / 2015512220

Kebiasaan Manusia
Menurut Stephen R. Covey ada kebiasaan manusia yang sangat efektif (1989).
1. Jadilah proaktif yakni mengambil inisiatif dalam kehidupan dengan
menyadari bahwa keputusan adalah faktor determinasi primer untuk
efektivitas kehidupan anda.
2. Mulailah dari akhir dalam pikiran anda artinya tentukan diri sendiri dan
klarifikasi nilai-nilai karakter dan tujuan dalam hidup anda.
3.

Dahulukan yang utama rencanakan, prioritaskan eksekusi tugas
mingguan berdasarkan kepentingan dahulu sesaui dengan urjensinya.

4. Berfikir menang-menang, benar-benar berusaha untuk mencapai solusi
perjanjian saling menguntungkan dalam hubungan anda. Hormati orang
lain dengan memahami bahwa kemenangan untuk semua orang untuk
solusi jangka panjang.
5. Berusaha untuk mengerti orang lain dahulu baru kemudian dimengerti

artinya mendengarkan saran orang laindengan empati agar mendorong
orang lain untuk mendengarkan saran kita dan berfikir terbuka,
menciptakan Susana peduli, menghormati dan pemecahan masalah secara
positif.
6. Sinergi, menggabungkan kekuatan dari beberapa orang melalui kerja sama
tim yang positif sehingga untuk mencapai satu tujuan tidak ada satu
orangpun yang bias melakukan sendiri, mendapatkan performa terbaik
dari sekelompok orang dengan mendorong kontribusi yang berarti dan
pemodelan kepemimpinan inspirasi dan mendukung.
7. Asahlah gergaji, seimbangkan dan perbaharui sumber daya energy dan
kesehatan anda untuk menciptakan gaya hidup yang berkelanjutan, jangka
panjang dan efektif.

3

Irawan / 2015512220

Perkembangan Manusia
Erik Homburger Erikson mengelompokkan tahapan perkembangan manusia ke
dalam 8 stage/tahap yang merentang sejak kelahiran hingga kematian.

Tahap Bayi (Infancy): sejak lahir hingga usia 18 bulan
Periode ini disebut juga dengan tahapan sensorik oral, karena orang biasa melihat
bayi memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya.Sosok Ibu memainkan
peranan terpenting untuk memberikan perhatian positif dan penuh kasih kepada
anak, dengan penekanan pada kontak visual dan sentuhan. Jika periode ini dilalui
dengan baik, bayi akan menumbuhkan perasaan trust (percaya) pada lingkungan
dan melihat bahwa kehidupan ini pada dasarnya baik. Sebaliknya, bila gagal di
periode ini, individu memiliki perasaan mistrust (tidak percaya) dan akan melihat
bahwa dunia ini adalah tempat yang mengecewakan dan penuh frustrasi. Banyak
studi tentang bunuh diri dan usaha bunuh diri yang menunjukkan betapa
pentingnya pembentukan keyakinan di tahun-tahun awal kehidupan ini. Di awal
kehidupan ini begitu penting meletakkan dasar perasaan percaya dan keyakinan
bahwa tiap manusia memiliki hak untuk hidup di muka bumi, dan hal itu hanya
bisa dilakukan oleh sosok Ibu, atau siapapun yang dianggap signifikan dalam
memberikan kasih sayang secara tetap.
QS Al-Baqarah 233: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah
seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena

anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin
menyapih dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa
atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang
patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.
4

Irawan / 2015512220

Sosok Ibu atau pengganti Ibu adalah sekolah pertama melalui kasih sayangnya,
sehingga ada pepatah “surga di telapak kaki ibu”. Ibu lah yang bertanggung
jawab di awal untuk mengantarkan anak ke surga.
Tahap Kanak-Kanak Awal (Early Childhood): 18 bulan hingga 3 tahun
Selama tahapan ini individu mempelajari ketrampilan untuk diri sendiri. Bukan
sekedar belajar berjalan, bicara, dan makan sendiri, melainkan juga mempelajari
perkembangan motorik yang lebih halus, termasuk latihan yang sangat dihargai:
toilet training. Di masa ini, individu berkesempatan untuk belajar tentang harga
diri dan otonomi, seiring dengan berkembangnya kemampuan mengendalikan
bagian tubuh dan tumbuhnya pemahaman tentang benar dan salah. Salah satu

ketrampilan yant muncul di periode adalah kemampuan berkata TIDAK.
Sekalipun tidak menyenangkan orang tua, hal ini berguna untuk pengembangan
semangat dan kemauan.
Di sisi lain, ada kerentanan yang bisa terjadi dalam periode ini, khususnya
berkenaan dengan kegagalan dalam proses toilet training atau mempelajari skill
lainnya, yang mengakibatkan munculnya rasa malu dan ragu-ragu. Lebih jauh,
individu akan kehilangan rasa percaya dirinya.
Dalam periode ini, hubungan yang signifikan adalah dengan orang tua.
QS Al-Maidah 6: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku,
dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan
jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu
tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih);
sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.
Kebersihan selalu menjadi bagian dari Iman, karena itu layak diajarkan sejak
anak-anak masih kecil agar mereka bisa mandiri dalam melakukannya serta
terbiasa membersihkan diri sekalipun belum siap untuk beribadah secara formal.
5

Irawan / 2015512220

Tahap Usia Bermain (Play Age): 3 hingga 5 tahun
Pada periode ini, individu biasanya memasukkan gambaran tentang orang dewasa
di sekitarnya dan secara inisiatif dibawa dalam situasi bermain. Anak laki-laki
bermain dengan kuda-kudaan dan senapan kayu, anak perempuan main “pasarpasaran” atau boneka yang mengimitasi kehidupan keluarga, mobil-mobilan,
handphone mainan, tentara mainan untuk bermain peran, dsb. Di masa ini, muncul
sebuah kata yang sering diucapkan seorang anak:”KENAPA?”
Sesuai dengan konsep Freudian, di masa ini anak (khususnya laki-laki)
juga sedang berjuang dalam identitas gender-nya yang disebut “oedipal struggle”.
Kita sering melihat anak laki-laki yang bermain dengan alat kelaminnya, saling
menunjukkan pada sesama anak laki-laki, atau bahkan menunjukkan pada anak
perempuan sebaya. Kegagalan melalui fase ini menimbulkan perasaan bersalah.
Hubungan yang signifikan di periode ini adalah dengan keluarga inti (ayah, ibu,
dan saudara).
Rasulullah SAW bersabda; “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua
orang-tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR
Bukhari)
Anak-anak di usia ini disebut dengan golden age, karena memiliki ingatan yang
luar biasa, dan apapun memory yang didapatkan di kurun usia ini akan menjadi
kenangan seumur hidup. Karena itu biarlah mereka selalu mengenang orang
tuanya sebagai ilham bagi perbuatan penuh kebajikan dan amal saleh di kelak
kemudian hari.
Tahap Usia Sekolah (School Age): Usia 6 – 12 tahun
Periode ini sering disebut juga dengan periode laten, karena individu sepintas
hanya menunjukkan pertumbuhan fisik tanpa perkembangan aspek mental yang
berarti, berbeda dengan fase-fase sebelumnya. Kita bisa simak, dalam periode
sebelumnya pertumbuhan dan perkembangan berbilang bulan saja untuk manusia
agar bisa tumbuh dan berkembang.

6

Irawan / 2015512220

Keterampilan baru yang dikembangkan selama periode ini mengarah pada
sikap industri (ketekunan belajar, aktivitas, produktivitas, semangat, kerajinan,
dsb), serta berada di dalam konteks sosial. Bila individu gagal menempatkan diri
secara normal dalam konteks sosial, ia akan merasakan ketidak mampuan dan
rendah diri.
Sekolah dan lingkungan sosial menjadi figur yang berperan penting dalam
pembentukan ego ini, sementara orang tua sekalipun masih penting namun bukan
lagi sebagai otoritas tunggal.
Imam

asy-Syafi’i

rahimahullaah

pemah

mengatakan

dalam

sya’irnya:

Saudaraku, engkau tidak akan mendapat ilmu, melainkan dengan enam
perkara .Kukabarkan kepadamu rinciannya dengan jelas: Kecerdasan, kemauan
keras, bersungguh-sungguh, bekal yang cukup, bimbingan ustadz, dan waktunya
yang lama.
Anak-anak selalu menganggap guru sebagai orang tua kedua, bahkan seringkali
lebih mendengar penuturan mereka. Karena guru dan teman-teman sekolah
memberikan pengaruh penting, kita wajib seksama dalam memilihkan pendidikan
dasar anak kita.

Tahap Remaja (Adolescence): Usia 12 hingga 18 tahun
Bila sebelumnya perkembangan lebih berkisar pada apa yang dilakukan untuk
saya, sejak stage perkembangan ini perkembangan tergantung pada apa yang
saya kerjakan. Karena di periode ini individu bukan lagi anak tetapi belum
menjadi dewasa, hidup berubah sangat kompleks karena individu berusaha
mencari identitasnya, berjuang dalam interaksi sosial, dan bergulat dengan
persoalan-persoalan moral.
Tugas perkembangan di fase ini adalah menemukan jati diri sebagai
individu yang terpisah dari keularga asal dan menjadi bagian dari lingkup sosial
yang lebih luas. Bila stage ini tidak lancara diselesaikan, orang akan mengalami
kebingungan dan kekacauan peran.

7

Irawan / 2015512220

Hal utama yang perlu dikembangkan di sini adalah filosofi kehidupan. Di
masa ini, seseorang bersifat idealis dan mengharapkan bebas konflik, yang pada
kenyataannya tidak demikian. Wajar bila di periode ada kesetiaan dan
ketergantungan pada teman.
Menyendiri lebih baik daripada berkawan dengan yang buruk, dan kawan
bergaul yang sholeh lebih baik daripada menyendiri. Berbincang-bincang yang
baik lebih baik daripada berdiam dan berdiam adalah lebih baik daripada
berbicara

(ngobrol)

yang

buruk.

(HR.

Al

Hakim)

Seseorang adalah sejalan dan sealiran dengan kawan akrabnya, maka hendaklah
kamu berhati-hati dalam memilih kawan pendamping. (HR. Ahmad)
Pergaulan menjadi sangat crucial di usia ini, dan sangat menentukan arah masa
depan perkembangan kerohanian seseorang kelak. Orang tua perlu mengontrol
siapa saja teman anak-anaknya tanpa merasa rikuh, karena tugas orang tua
adalah memilihka teman yang bisa membawa anak ke jalan kehidupan yang
benar.
Tahap Dewasa Awal (Young Adulthood): Usia 18 hingga 35 tahun
Langkah awal menjadi dewasa adalah mencari teman dan cinta. Hubungan yang
saling memberikan rasa senang dan puas, utamanya melalui perkawinan dan
persahabatan. Keberhasilan di stage ini memberikan keintiman di level yang
dalam.
Kegagalan di level ini menjadikan orang mengisolasi diri, menjauh dari
orang lain, dunia terasa sempit, bahkan hingga bersikap superior kepada orang
lain sebagai bentuk pertahanan ego.
Hubungan yang signifikan adalah melalui perkawinan dan persahabatan.
QS An-Nuur32: Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan
orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki
dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberian-Nya)
lagi Maha Mengetahui.

8

Irawan / 2015512220

” jika seorang hamba menikah sesungguhnya ia telah menyempurnakan separuh
agamanya. Karena itu bertakwalah pada Allah untuk menyempurnakan sebagian
yang lain” (HR Al Baihaqi)
Menikah adalah pilihan, namun bagi kaum muslim adalah sunnah. Pernikahan
yang baik dan berdasarkan ridha Allah akan memberikan ketenteraman.
Tahap Dewasa (Middle Adulthood): Usia 35 hingga 55 atau 65tahun
Masa ini dianggap penting karena dalam periode inilah individu cenderung penuh
dengan pekerjaan yang kreatif dan bermakna, serta berbagai permasalahan di
seputar keluarga. Selain itu adalah masa “berwenang” yang diidamkan sejak lama.
Tugas yang penting di sini adalah mengejawantahkan budaya dan
meneruskan nilai budaya pada keluarga (membentuk karakter anak) serta
memantapkan lingkungan yang stabil. Kekuatan timbul melalui perhatian orang
lain, dan karya yang memberikan sumbangan pada kebaikan masyarakat, yang
disebut dengan generativitas. Jadi di masa ini, kita takut akan ketidak aktifan dan
ketidak bermaknaan diri.
Sementara itu, ketika anak-anak mulai keluar dari rumah, hubungan
interpersonal tujuan berubah, ada kehidupan yang berubah drastic, individu harus
menetapkan makna dan tujuan hidup yang baru. Bila tidak berhasil di stage ini,
timbullah self-absorpsi atau stagnasi.
Yang memainkan peranan di sini adalah komunitas dan keluarga.
Anas bin Malik r.a. berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Tidak
sempurna iman seseorang di antaramu kecuali jika ia mencintai saudaranya
sebagaimana yang ia cintai untuk dirinya.” (HR Bukhari dan Muslim)Dari
Nu’man bin Basyir r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orangorang beriman dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan saling membantu itu
bagaikan satu jasad. Jika ada di antaranya yang merasa sakit, maka semua unsur
jasad ikut tidak tidur dan merasa demam.” (HR Bukhari dan Muslim)
Menjadi bagian dari komunitas adalah tuntunan bagi orang Islam, selain untuk
amalan hablum minannas juga untuk menunjukkan bahwa Islam adalah
rahmatan lil alamin.
9

Irawan / 2015512220

Tahap Dewasa Akhir (Late Adulthood): Usia 55 atau 65tahun hingga mati
Orang berusia lanjut yang bisa melihat kembali masa-masa yang telah dilaluinya
dengan bahagia, merasa tercukupi, dan merasa telah memberikan kontribusi pada
kehidupan, ia akan merasakan integritas. Kebijaksanaannya yang tumbuh
menerima keluasan dunia dan menjelang kematian sebagai kelengkapan
kehidupan.
Sebaliknya, orang yang menganggap masa lalu adalah kegagalan
merasakan keputus asaan, belum bisa menerima kematian karena belum
menemukan makna kehidupan. Atau bisa jadi, ia merasa telah menemukan jati diri
dan meyakini sekali bahwa dogma yang dianutnyalah yang paling benar.
QS Al-Jumu’ah 8: Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari
daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, Kemudian
kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang
nyata, lalu dia beritakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan”.
Kematian adalah keniscayaan, dan masa lalu tidak mungkin terulang. Sebuah
syair Bimbo menyebutkan, jangan takut mati karena kematian pasti datang, tapi
jangan mencari mati dan menyebabkan kematian datang padamu …

10