Tanggung Jawab dan Tujuan Audit
TANGGUNG JAWAB DAN TUJUAN AUDIT
1. Tujuan Pelaksanaan Audit atas laporan
SAS I (AU 110) menyatakan “Tujuan dari audit biasa atas laporan keuangan oleh auditor
independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan, hasil operasi, serta arus kas sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
Langkah-langkah untuk mengembangkan tujuan audit
Memahami tujuan dari
tanggung jawab audit
Membagi laporan keuangan
menjadi berbagai siklus
Mengetahui
tujuan
audit
umum untuk kelas transaksu,
akun, dan pengungkapan
Mengetahui
asersi
manajemen
tentang
laporan keuangan
Mengetahui
tujuan
audit
umum untuk kelas transaksu,
akun, dan pengungkapan
Fokus utama tertujua pada menekan penerbitan pendapat tentang laporan keuangan, untuk
perusahaan publik auditor juga menerbitkan suatu laporan pengendalian internal. Auditor
mengumpulkan bukti untuk membuat kesimpulan apakan laporan keungan telah disajikan
secara wajar dan untuk keefektifan pengendalian internal, dan kemudian mengeluarkan
laporan audit
Jika auditor menemukan laporan tidak disajikan secara wajar atau tidak didukung dengan
bukti yang mencukupi auditor mempunyai tanggung jawab untuk memberi tahu pemakai
melalui laporan auditor.
2. Tanggung Jawab Manajemen
Tanggung jawab manajemen adalah mengadopsi kebijakan akuntansi yang baik,
menyelenggarakan pengendalian internal, dan menyajukan laporan keuangan yang wajar.
Tanggung jawab manajemen atas kewajaran penyajian (asersi) laporan keuangan berkaitan
dengan privilege untuk menentukan penyajian dan pengungkapan apa yang dianggap
perlu. Jika manajemen bersikeras dengan pengungkapan laporan keuangan yang menurut
auditor tidak dapat diterima, auditor dapat memilih untuk menerbitkan pendapat tidak
wajar atau wajar dengan pengecualian atau mengundurkan diri dari penugasan tersebut.
3. Tanggung Jawab Auditor
Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna
memperoleh kepastian yang layak apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji
yang material baik yang disebabkan keliru atau kecurangan. Karena sifat bukti audit dan
karakteristik kecurangan auditor dapat memperoleh kepastian yang layak, tetapi tidak
absolut bahwa salah saji yang material dapat dideteksi. Auditor tidak bertanggung jawab
untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh kepastian yang laya
bahwa salah saji.
Peragraf dalam AU 110 ini membahas tanggung jawab auditor untuk mendeteksi salah saji
yang material pada laporan keuangan. Bila auditor juga melaporkan tentang keefektifan
pengendalian internal atas pelaporan keuangan, mengidentifikasi kelemahan yang material
dalam pengendalian internal atas laporan keuangan.
a. Salah saji yang material versus tidak material
salah saji umumnya dianggap material jika gabungan dari kekeliruan dan kecurangan
yang belum dikoreksi dalam laporan keuangan kemungkinan akan mengubah atau
mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan tersebut.
b. Kapastian yang layak
Kepastian atau assurance merupakan ukuran tingkat kepastian yang diperoleh auditor
pada saat menyelesaikan audit. Standar auditing (SAS 104) menyatakan bahwa
kepastian yang layak adalah tingkat kepastian yang tinggi, tetapi tidak absolut, bahwa
laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material. Konsep ini mengidikasikan
bahwa auditor bukanlah pemberi garansi atau penjamin atas kebenaran laporan
keuangan.
Auditor bertanggung jawab atas kepastian yang layak tetapi tidak absolut, karena :
1. Sebagian besar bukti audit diperoleh dari pengujian sampel populasi, bidang yang
di uji, jenis, luas dan waktu pengujian, serta evaluasi hasil pengujian juga
membutuhkan pertimbangan auditor yang penting. Itikat baik dan integritas auditor
dapat membuat kesalahan dan kekeliruan dalam memberikan pertimbangan.
2. Penyajian akuntansi mengandung estimasi yang kompleks, yang dapat melibatkan
sejumlah ketidakpastian serta dapat mempengaruhi peristiwa-peristiwa dimasa
depan.
3. Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan.
c. Kekeliruan versus Kecurangan
Suatu kekeliruan (error) adalah salah saji dalam laporan keuangan yang tidak
disengaja, kecurangan (fraud) adalah salah saji yang disengaja. Untuk kecurangan
dapat dibedakan antara misapropriasi aktiva (misappropriation of assets) yang sering
disebut sebagai penyalahgunaan atau kecurangan karyawan serta pelaporan
keuangan yang curang (fraudulent financial reporting) yang sering disebut
kecurangan manajemen.
d. Skeptisme Profesional
SAS 1 (AU 230) menyatakan bahwa audit dirancang sedemikian rupa agar dapat
memberikan kepastian yang layak untuk mendeteksi kekeliruan maupun kecurangan
yang material, audit harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sikap skeptisme
profesional yang merupakan sikap yang penuh dengan keingintahuan serta penilaian
kritis atas bukti audit.
e. Kecurangan yang Berasal dari Pelaporan Keuangan yang Curang versus
Mesapopriasi Aktiva
Pelaporan keuangan yang curang akan merugikan para pemakai karena menyediakan
informasi yang tidak benar untuk membuat keputusan. Apabila aktiva disalahgunakan
atau dimisapropriasi, para pemegang saham, kreditor, serta pihak lainnya akan
dirugikan karena aktiiva tersebut tidak lagi menjadi milik pemiliknya yang sah.
Perbedaan penting antara pencurian aktiva dan salah saji yang diakibatkan oleh
pencurian aktiva :
1. Aktiva dicuri dan pencurian tersebut ditutupi dengan menyajikan secara salah
aktiva tersebut. Salah saji tersebut tidak terungkapan.
2. Aktiva dicuri dan pencurian tersebut ditutupi dengan menyajikan pendapatan
terlalu rendah atau melebiihsajikan beban. Salah saji tersebut tidak terungkapan.
3. Aktiva dicuri, tetapi misapropriasi tersebut berhasil diungkapkan. Laporan laba
rugi dan catatan kaki yang terkait mengungkapkan dengan jelas misapropriasi ini.
f. Tindakan Ilegal
Didefinisikan sebagai pelanggaran hukum atau peraturan pemerintah selain
kecurangan. Misalnya pelanggaran terhadap undang-undang perpajakan atau undangundang negara.
a. Tindakan Ilegal yang Berdampak Langsung
Pelanggaran atas UU dan peraturan tertentu memiliki dampak keuangan yang
langsung terhadap saldo akun tertentu dalam laporan keuangan. Tanggung jawab
auditor atas tindakan ilegal yang berdampak langsung ini sama dengan tanggung
jawab auditor atas kecurangan dan kekeliruan.
b. Tindakan Ilegal yang Berdampak Tidak Langsung
Sebagian besar tindakan ilegal hanya memperngaruhi laporan keuangan secara
tidak langsung, contoh, jika perusahaan melanggar undang-undang perlindungan
lingkungan, denda atau sanksi material yang potensial secara tidak langsung akan
mempengaruhi laporan keuangan karena menimbulkan kebutuhan untuk
mengungkapkan kewajiban yang akhirnya harus dibayar.
Standar auditing menyatakan bahwa auditor tidak memberikan kepastian bahwa
tindakan ilegal yang berdampak tidak langsung akan terdeteksi.
Auditor mempunyai tiga tiingkatan tanggung jawab untuk menentukan dan
melaporkan tindakan ilegal :
1. Pengumpulan bukti jika tidak ada alasan untuk percaya bahwa ada tindakan
ilegal yang berdampak tidak langsung.
2. Pengumpulan bukti dan tindakan lainnya apabila ada alasan untuk
mempercayai bahwa tindakan ilegal yang berdampak langsung atau tidak
langsung telah terjadi.
Apabila auditor yakin bahwa suatu tindakan ilegal mungkin telah terjadi,
beberapa tindakan akan diperlukan untuk menentukan apakah tindakan ilegal
yang dicurigai benar-benar terjadi :
1. Auditor, pertama harus meminta keterangan kepada manajemen yang
berada satu tingkat di atasnya yang mungkin terlibat dalam tindakan ilegal
yang potensial.
2. Auditor harus berkonsultasi dengan penasihat hukum klien atau spesialis
lainnya.
3. Auditor harus mempertimbangkan pengumpulan bukti audit tambahan.
3. Tindakan apabila auditor mengetahui suatu tindakan ilegal.
Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah mempertimbangkan
pengaruhnya terhadap laporan keuangan, termasuk kecukupan pengungkapan.
Auditor juga harus mempertimbangkan pengaruh tindakan ilegal terhadap
hubungan KAP dengan manajemen.
4. Siklus Laporan Audit
Tujuan siklus laporan keuangan adalah mengklasifikasikan transaksi dan saldo akun
kedalam siklus laporan keuangan serta mengidentifikasi manfaat pendekatan siklus untuk
mensegmentasi audit.
Cara umum untuk mensegmentasi audit adalah dengan tetap mempertahankan hubungan
yang erat antara jenis (atau kelas) transaksi dan saldo akun dalam segmen yang sama, cara
ini disebut pendakatan siklus (cycle approach).
Logika dari penggunaan pendekatan siklus adalah bahwa hal itu berkaitan dengan cara
transkasi dicatat dalam jurnal dan diikhtisarkan dalam buku besar serta laporan keuangan.
Arus Transaksi dari Journal ke Laporan Keuangan
Transaksi
Journal
Penjualan
Jurnal penjualan
Penerimaan kas
Jurnal penerimaan
kas
Akuisisi barang dan
jasa
Jurnal akuisisi
Jasa dan pembayaran
Pengeluaran
gaji dankas
Alokasi
Jurnal pengeluaran
Jurnal penggajian
Jurnalkas
umum
Buku besar, Neraca saldo, dan
Laporan keuangan
Buku besar dan buku
pembantu
Neraca saldo, buku
besar
Laporan keuangan
Siklus penjualan dan penagihan
Siklus akuisisi dan pembayaran
Siklus penggajian dan personalia
Siklus persediaan dan pergudangan
Siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali
Hubungan siklus akuntansi mengilustrasikan hubungan antara lima siklus diatas dan kas
umum.
Kas umum
Siklus akuisisi modal dan
pembayaran kembali
Siklus penjualan dan
penagihan
Siklus akuisisi dan
pembayaran
Siklus penggajian dan
personalia
Siklus persediaan
dan pergudangan
Siklus transaksi merupakan cara yang penting untuk menata audit. Pada umumnya para
auditor memperlakukan setiap siklus tersebut secara terpisah selama proses audit.
Meskipun auditor harus mempertimbangkan keterkaitan diantara siklus-siklus itu, auditor
tetap independen sampai batas praktis.
5. Menetapkan Tujuan Audit
Tujuan audit ialah menguraikan mengapa auditor memperoleh kombinasi kepastian
dengan mengaudit kelas transaksi serta saldo terakhir akun, mencakuup juga penyajian
dan pengungkapan.
Secara umum cara yang paling efesien dan efektif untuk melakukan audit adalah dengan
memperoleh beberapa kombinasi kepastian bagi setiap kelas transaksi dan saldo akhir
pada akun yang terkait.
Untuk setiap kelas transaksi beberapa tujuan audit harus dipenuhi sebelum auditor dapat
menyimpulkan bahwa transaksi-transaksi tersebut telah dicatat dengan tepat, tujuan ini
disebut tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi (transaction-related audit
objectives), beberapa audit harus dipenuhi untuk setiap saldo akun, disebut tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo (balance-related audit objectives). Katagori ketiga tujuan
audit berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan,
disebut sebagai tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan
(presentation and disclosure related audit objectives).
6. Asersi Manajemen
Asersi manajemen (management assertions) adalah representasi pernyataan yang tersirat
atau diekspresikan oleh manajemen tentang kelas transaksi dan akun serta pengungkapan
yang terkait dalam laporan keuangan. Asersi manajemen berkaitan langsung dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP), asersi merupakan bsgian dari
kriteria yang digunakan manajemen untuk mencatat dan mengungkapkan informasi
akuntansi, auditing adalah perbandingan informasi (laporan keuangan) dengan kriteria
yang telah ditetapkan.
SAS mengklasifikasikan asersi kedalam tiga katagori :
1. Asersi tentang kelas transaksi dan peristiwa selama periode yang diaudit
2. Asersi tentang saldo akun pada akhir periode
3. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan
Asersi khusus yang termasuk dalam setiap katagori
Asersi Manajemen untuk Setiap Katagori Asersi
Asersi Tentang Kelas Transaksi
Asersi Tentang Penyajian dan
Asersi Tentang Saldo Akun
dan Peristiwa
Pengungkapan
Keterjadian-Transaksi
dan Eksistensi-aktiva, kewajiban, Keterjadian dan hak serta
peristiwa yang dicatat telah terjadi dan enkuitas yang ada
kewajiban-
peristiwa
dan bersangkutan dangan entiitas
transaksi yang diungkapkan
tersebut
telah terjadi dan bersangkutan
dengan entitas itu
dan
Kelengkapan-
semua
transaksi Kelengkapan- semua aktiva, Kelengkapan-
dan peristiwa yang harus dicatat kewajiban, dan kelengkapan pengungkapan
telah dicatat
semua
yang
harus
sekuitas yang harus dicatat dimasukkan dalam laporan
sudah dicatat
keuangan telah dicantumkan
Keakuratan- jumlah dan data lain Penilaian dan alokasi-aktiva, Keakuratan dan penilaianyang
bersngkutan
dengan kewajiban dan kepentingan informasi keuangan dan yang
transaksi dan peristiwa yang telah ekuitas dimasukkan dalam lain telah diungkapkan secara
dicatat dengan benar
laporan
keuangan
pada tepat dan pada jumlah yang
jumlah yang tepat dan setiap tepat
hasil penyesuaian penilaian
dicatat dengan tepat
Klasifikasi-
transaksi
dan
Klasifikasi
dan
dapat
peristiwa telah dicatat dalam akun
dipahami-
yang tepat
keuangan dan yang lain telah
informasi
disajikan dan diuraikan secara
tepat
serta
pengungkapan
yang jelas
Cutoff- transaksi dan peristiwa
telah
dicatat
dalam
periode
akuntansi yang benar
Hak dan kewajiban- entitas
itu
memegang
hak
atau
kendali aktiva, dan kewajiban
merupakan kewajiban entitas
7. Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Transaksi
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi mengikuti dan berhungan dengan asersi
manajemen, tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi ini dimaksud untuk memberikan
kerangka kerja guna membantu auditor mengumpulkan bukti audit dan memutuskan bukti
audit.
Ada perbedaan antara tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi dan tujuan audit
khusus yang berkaitan dengan transaksi bagi setiap kelas transaksi, tujuan audit umum
adalah :
a. Keterjadian-transaksi yang dicatat memang ada, tujuan ini berkenaan dengan apakah
transaksi yang dicatat memang benar terjadi.
b. Kelengkapan- transaksi yang terjadi telah dicatat, tujuan ini apakah semua transaksi
yang harus dimasukkan dalam jurnal benar telah dicatat.
c. Keakuratan-transaksi yang dicatat dinyatakan pada jumlah yang benar, tujuan ini
menginformasikan tentang transaksi akuntansi dan merupakan salah satu bagian asersi
keakuratan untuk kelas transaksi.
d. Posting dan pengikhtisaran- transaksi yang dicatat dimasukkan kedalam file induk dan
diikhtisarkan dengan benar, tujuan ini berkaitan dengan keakuratan transfer informasi
dari transaksi yang dicatat dalam jurnal ke buku besar pembantu dan ke buku besar.
e. Klasifikasi- transaksi harus yang dicatat dalam jurnal klien telah diklasifikasikan secara
tepat, tujuan ini menyatakan bahwa transaksi telah dimasukkan kedalam akun yang
tepat dan merupakan padanan auditor atas asersi klasifikasi manajemen untuk kelas
transaksi.
f. Penetapan waktu- transaksi dicatat pada tanggal yang benar, tujuan penetapan waktu
transaksi merupakan padanan auditor atas asersi cutoff manajemen.
8. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo
Tujuan menghubungkan delapan tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo terhadap
asersi manajemen atas saldo akun.
Eksistensi- jumlah yang tercantum memang ada
Kelengkapan- jumlah yang ada telah dicantumkan
Keakuratan- jumlah yang tercantum telah dinyatakan dengan benar
Klasifikasi- jumlah yang tercantum dalam daftar klien telah diklasifikasikan dengan
tepat
Cuttoff- transaksi yang mendekati tanggal neraca telah dicatat pada periode yang tepat
Hubungan yang rinci (detail tie-in)- rincian saldo akun sesuai dengan jumlah pada file
induk yang berkaitan, sesuai dengan total saldo akun, dan sesuai dengan total buku
besar
Nilai yang dapat direalisasi- aktiva yang telah dicantumkan dalam jumlah yang
diestimasi akan direalisasi
Hak dan kewajiban selain eksistensi
9. Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Penyajian dan Pengungkapan
Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan identik dengan asersi
manajemen untuk penyajian dan pengungkapan yang telah dibukukan sebelumnya.
10.
Tujuan Audit Dipenuhi
Ada dua pertimbangan utama yang mempengaruhi pendekatan yang akan digunakan
auditor :
a. Bukti audit yang mencukupi harus dikumpulkan agar dapat memenuhi tanggung jawab
profesional auditor.
b. Biaya pengumpulan bukti audit harus ditekan serendah mungkin.
Empat fase audit laporan keuangan
Fase I Merencanakan dan merancang pendekatan audit
Fase II Melaksanakan pengujian pengendaliann dan pengujian substantif atas transaksi
Fase III Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo
Fase IV Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit
Perencanaan dan perancangan pendekatan audit :
a. Memperoleh pemahana tentang entitas dan lingkungan
b. Memahami pengendalian internal dan menilai resiko pengendalian
c. Menilai resiko salah saji yang material
d. Pengujian atas rincian saldo
1. Tujuan Pelaksanaan Audit atas laporan
SAS I (AU 110) menyatakan “Tujuan dari audit biasa atas laporan keuangan oleh auditor
independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan, hasil operasi, serta arus kas sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
Langkah-langkah untuk mengembangkan tujuan audit
Memahami tujuan dari
tanggung jawab audit
Membagi laporan keuangan
menjadi berbagai siklus
Mengetahui
tujuan
audit
umum untuk kelas transaksu,
akun, dan pengungkapan
Mengetahui
asersi
manajemen
tentang
laporan keuangan
Mengetahui
tujuan
audit
umum untuk kelas transaksu,
akun, dan pengungkapan
Fokus utama tertujua pada menekan penerbitan pendapat tentang laporan keuangan, untuk
perusahaan publik auditor juga menerbitkan suatu laporan pengendalian internal. Auditor
mengumpulkan bukti untuk membuat kesimpulan apakan laporan keungan telah disajikan
secara wajar dan untuk keefektifan pengendalian internal, dan kemudian mengeluarkan
laporan audit
Jika auditor menemukan laporan tidak disajikan secara wajar atau tidak didukung dengan
bukti yang mencukupi auditor mempunyai tanggung jawab untuk memberi tahu pemakai
melalui laporan auditor.
2. Tanggung Jawab Manajemen
Tanggung jawab manajemen adalah mengadopsi kebijakan akuntansi yang baik,
menyelenggarakan pengendalian internal, dan menyajukan laporan keuangan yang wajar.
Tanggung jawab manajemen atas kewajaran penyajian (asersi) laporan keuangan berkaitan
dengan privilege untuk menentukan penyajian dan pengungkapan apa yang dianggap
perlu. Jika manajemen bersikeras dengan pengungkapan laporan keuangan yang menurut
auditor tidak dapat diterima, auditor dapat memilih untuk menerbitkan pendapat tidak
wajar atau wajar dengan pengecualian atau mengundurkan diri dari penugasan tersebut.
3. Tanggung Jawab Auditor
Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna
memperoleh kepastian yang layak apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji
yang material baik yang disebabkan keliru atau kecurangan. Karena sifat bukti audit dan
karakteristik kecurangan auditor dapat memperoleh kepastian yang layak, tetapi tidak
absolut bahwa salah saji yang material dapat dideteksi. Auditor tidak bertanggung jawab
untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh kepastian yang laya
bahwa salah saji.
Peragraf dalam AU 110 ini membahas tanggung jawab auditor untuk mendeteksi salah saji
yang material pada laporan keuangan. Bila auditor juga melaporkan tentang keefektifan
pengendalian internal atas pelaporan keuangan, mengidentifikasi kelemahan yang material
dalam pengendalian internal atas laporan keuangan.
a. Salah saji yang material versus tidak material
salah saji umumnya dianggap material jika gabungan dari kekeliruan dan kecurangan
yang belum dikoreksi dalam laporan keuangan kemungkinan akan mengubah atau
mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan tersebut.
b. Kapastian yang layak
Kepastian atau assurance merupakan ukuran tingkat kepastian yang diperoleh auditor
pada saat menyelesaikan audit. Standar auditing (SAS 104) menyatakan bahwa
kepastian yang layak adalah tingkat kepastian yang tinggi, tetapi tidak absolut, bahwa
laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material. Konsep ini mengidikasikan
bahwa auditor bukanlah pemberi garansi atau penjamin atas kebenaran laporan
keuangan.
Auditor bertanggung jawab atas kepastian yang layak tetapi tidak absolut, karena :
1. Sebagian besar bukti audit diperoleh dari pengujian sampel populasi, bidang yang
di uji, jenis, luas dan waktu pengujian, serta evaluasi hasil pengujian juga
membutuhkan pertimbangan auditor yang penting. Itikat baik dan integritas auditor
dapat membuat kesalahan dan kekeliruan dalam memberikan pertimbangan.
2. Penyajian akuntansi mengandung estimasi yang kompleks, yang dapat melibatkan
sejumlah ketidakpastian serta dapat mempengaruhi peristiwa-peristiwa dimasa
depan.
3. Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan.
c. Kekeliruan versus Kecurangan
Suatu kekeliruan (error) adalah salah saji dalam laporan keuangan yang tidak
disengaja, kecurangan (fraud) adalah salah saji yang disengaja. Untuk kecurangan
dapat dibedakan antara misapropriasi aktiva (misappropriation of assets) yang sering
disebut sebagai penyalahgunaan atau kecurangan karyawan serta pelaporan
keuangan yang curang (fraudulent financial reporting) yang sering disebut
kecurangan manajemen.
d. Skeptisme Profesional
SAS 1 (AU 230) menyatakan bahwa audit dirancang sedemikian rupa agar dapat
memberikan kepastian yang layak untuk mendeteksi kekeliruan maupun kecurangan
yang material, audit harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sikap skeptisme
profesional yang merupakan sikap yang penuh dengan keingintahuan serta penilaian
kritis atas bukti audit.
e. Kecurangan yang Berasal dari Pelaporan Keuangan yang Curang versus
Mesapopriasi Aktiva
Pelaporan keuangan yang curang akan merugikan para pemakai karena menyediakan
informasi yang tidak benar untuk membuat keputusan. Apabila aktiva disalahgunakan
atau dimisapropriasi, para pemegang saham, kreditor, serta pihak lainnya akan
dirugikan karena aktiiva tersebut tidak lagi menjadi milik pemiliknya yang sah.
Perbedaan penting antara pencurian aktiva dan salah saji yang diakibatkan oleh
pencurian aktiva :
1. Aktiva dicuri dan pencurian tersebut ditutupi dengan menyajikan secara salah
aktiva tersebut. Salah saji tersebut tidak terungkapan.
2. Aktiva dicuri dan pencurian tersebut ditutupi dengan menyajikan pendapatan
terlalu rendah atau melebiihsajikan beban. Salah saji tersebut tidak terungkapan.
3. Aktiva dicuri, tetapi misapropriasi tersebut berhasil diungkapkan. Laporan laba
rugi dan catatan kaki yang terkait mengungkapkan dengan jelas misapropriasi ini.
f. Tindakan Ilegal
Didefinisikan sebagai pelanggaran hukum atau peraturan pemerintah selain
kecurangan. Misalnya pelanggaran terhadap undang-undang perpajakan atau undangundang negara.
a. Tindakan Ilegal yang Berdampak Langsung
Pelanggaran atas UU dan peraturan tertentu memiliki dampak keuangan yang
langsung terhadap saldo akun tertentu dalam laporan keuangan. Tanggung jawab
auditor atas tindakan ilegal yang berdampak langsung ini sama dengan tanggung
jawab auditor atas kecurangan dan kekeliruan.
b. Tindakan Ilegal yang Berdampak Tidak Langsung
Sebagian besar tindakan ilegal hanya memperngaruhi laporan keuangan secara
tidak langsung, contoh, jika perusahaan melanggar undang-undang perlindungan
lingkungan, denda atau sanksi material yang potensial secara tidak langsung akan
mempengaruhi laporan keuangan karena menimbulkan kebutuhan untuk
mengungkapkan kewajiban yang akhirnya harus dibayar.
Standar auditing menyatakan bahwa auditor tidak memberikan kepastian bahwa
tindakan ilegal yang berdampak tidak langsung akan terdeteksi.
Auditor mempunyai tiga tiingkatan tanggung jawab untuk menentukan dan
melaporkan tindakan ilegal :
1. Pengumpulan bukti jika tidak ada alasan untuk percaya bahwa ada tindakan
ilegal yang berdampak tidak langsung.
2. Pengumpulan bukti dan tindakan lainnya apabila ada alasan untuk
mempercayai bahwa tindakan ilegal yang berdampak langsung atau tidak
langsung telah terjadi.
Apabila auditor yakin bahwa suatu tindakan ilegal mungkin telah terjadi,
beberapa tindakan akan diperlukan untuk menentukan apakah tindakan ilegal
yang dicurigai benar-benar terjadi :
1. Auditor, pertama harus meminta keterangan kepada manajemen yang
berada satu tingkat di atasnya yang mungkin terlibat dalam tindakan ilegal
yang potensial.
2. Auditor harus berkonsultasi dengan penasihat hukum klien atau spesialis
lainnya.
3. Auditor harus mempertimbangkan pengumpulan bukti audit tambahan.
3. Tindakan apabila auditor mengetahui suatu tindakan ilegal.
Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah mempertimbangkan
pengaruhnya terhadap laporan keuangan, termasuk kecukupan pengungkapan.
Auditor juga harus mempertimbangkan pengaruh tindakan ilegal terhadap
hubungan KAP dengan manajemen.
4. Siklus Laporan Audit
Tujuan siklus laporan keuangan adalah mengklasifikasikan transaksi dan saldo akun
kedalam siklus laporan keuangan serta mengidentifikasi manfaat pendekatan siklus untuk
mensegmentasi audit.
Cara umum untuk mensegmentasi audit adalah dengan tetap mempertahankan hubungan
yang erat antara jenis (atau kelas) transaksi dan saldo akun dalam segmen yang sama, cara
ini disebut pendakatan siklus (cycle approach).
Logika dari penggunaan pendekatan siklus adalah bahwa hal itu berkaitan dengan cara
transkasi dicatat dalam jurnal dan diikhtisarkan dalam buku besar serta laporan keuangan.
Arus Transaksi dari Journal ke Laporan Keuangan
Transaksi
Journal
Penjualan
Jurnal penjualan
Penerimaan kas
Jurnal penerimaan
kas
Akuisisi barang dan
jasa
Jurnal akuisisi
Jasa dan pembayaran
Pengeluaran
gaji dankas
Alokasi
Jurnal pengeluaran
Jurnal penggajian
Jurnalkas
umum
Buku besar, Neraca saldo, dan
Laporan keuangan
Buku besar dan buku
pembantu
Neraca saldo, buku
besar
Laporan keuangan
Siklus penjualan dan penagihan
Siklus akuisisi dan pembayaran
Siklus penggajian dan personalia
Siklus persediaan dan pergudangan
Siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali
Hubungan siklus akuntansi mengilustrasikan hubungan antara lima siklus diatas dan kas
umum.
Kas umum
Siklus akuisisi modal dan
pembayaran kembali
Siklus penjualan dan
penagihan
Siklus akuisisi dan
pembayaran
Siklus penggajian dan
personalia
Siklus persediaan
dan pergudangan
Siklus transaksi merupakan cara yang penting untuk menata audit. Pada umumnya para
auditor memperlakukan setiap siklus tersebut secara terpisah selama proses audit.
Meskipun auditor harus mempertimbangkan keterkaitan diantara siklus-siklus itu, auditor
tetap independen sampai batas praktis.
5. Menetapkan Tujuan Audit
Tujuan audit ialah menguraikan mengapa auditor memperoleh kombinasi kepastian
dengan mengaudit kelas transaksi serta saldo terakhir akun, mencakuup juga penyajian
dan pengungkapan.
Secara umum cara yang paling efesien dan efektif untuk melakukan audit adalah dengan
memperoleh beberapa kombinasi kepastian bagi setiap kelas transaksi dan saldo akhir
pada akun yang terkait.
Untuk setiap kelas transaksi beberapa tujuan audit harus dipenuhi sebelum auditor dapat
menyimpulkan bahwa transaksi-transaksi tersebut telah dicatat dengan tepat, tujuan ini
disebut tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi (transaction-related audit
objectives), beberapa audit harus dipenuhi untuk setiap saldo akun, disebut tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo (balance-related audit objectives). Katagori ketiga tujuan
audit berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan,
disebut sebagai tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan
(presentation and disclosure related audit objectives).
6. Asersi Manajemen
Asersi manajemen (management assertions) adalah representasi pernyataan yang tersirat
atau diekspresikan oleh manajemen tentang kelas transaksi dan akun serta pengungkapan
yang terkait dalam laporan keuangan. Asersi manajemen berkaitan langsung dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP), asersi merupakan bsgian dari
kriteria yang digunakan manajemen untuk mencatat dan mengungkapkan informasi
akuntansi, auditing adalah perbandingan informasi (laporan keuangan) dengan kriteria
yang telah ditetapkan.
SAS mengklasifikasikan asersi kedalam tiga katagori :
1. Asersi tentang kelas transaksi dan peristiwa selama periode yang diaudit
2. Asersi tentang saldo akun pada akhir periode
3. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan
Asersi khusus yang termasuk dalam setiap katagori
Asersi Manajemen untuk Setiap Katagori Asersi
Asersi Tentang Kelas Transaksi
Asersi Tentang Penyajian dan
Asersi Tentang Saldo Akun
dan Peristiwa
Pengungkapan
Keterjadian-Transaksi
dan Eksistensi-aktiva, kewajiban, Keterjadian dan hak serta
peristiwa yang dicatat telah terjadi dan enkuitas yang ada
kewajiban-
peristiwa
dan bersangkutan dangan entiitas
transaksi yang diungkapkan
tersebut
telah terjadi dan bersangkutan
dengan entitas itu
dan
Kelengkapan-
semua
transaksi Kelengkapan- semua aktiva, Kelengkapan-
dan peristiwa yang harus dicatat kewajiban, dan kelengkapan pengungkapan
telah dicatat
semua
yang
harus
sekuitas yang harus dicatat dimasukkan dalam laporan
sudah dicatat
keuangan telah dicantumkan
Keakuratan- jumlah dan data lain Penilaian dan alokasi-aktiva, Keakuratan dan penilaianyang
bersngkutan
dengan kewajiban dan kepentingan informasi keuangan dan yang
transaksi dan peristiwa yang telah ekuitas dimasukkan dalam lain telah diungkapkan secara
dicatat dengan benar
laporan
keuangan
pada tepat dan pada jumlah yang
jumlah yang tepat dan setiap tepat
hasil penyesuaian penilaian
dicatat dengan tepat
Klasifikasi-
transaksi
dan
Klasifikasi
dan
dapat
peristiwa telah dicatat dalam akun
dipahami-
yang tepat
keuangan dan yang lain telah
informasi
disajikan dan diuraikan secara
tepat
serta
pengungkapan
yang jelas
Cutoff- transaksi dan peristiwa
telah
dicatat
dalam
periode
akuntansi yang benar
Hak dan kewajiban- entitas
itu
memegang
hak
atau
kendali aktiva, dan kewajiban
merupakan kewajiban entitas
7. Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Transaksi
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi mengikuti dan berhungan dengan asersi
manajemen, tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi ini dimaksud untuk memberikan
kerangka kerja guna membantu auditor mengumpulkan bukti audit dan memutuskan bukti
audit.
Ada perbedaan antara tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi dan tujuan audit
khusus yang berkaitan dengan transaksi bagi setiap kelas transaksi, tujuan audit umum
adalah :
a. Keterjadian-transaksi yang dicatat memang ada, tujuan ini berkenaan dengan apakah
transaksi yang dicatat memang benar terjadi.
b. Kelengkapan- transaksi yang terjadi telah dicatat, tujuan ini apakah semua transaksi
yang harus dimasukkan dalam jurnal benar telah dicatat.
c. Keakuratan-transaksi yang dicatat dinyatakan pada jumlah yang benar, tujuan ini
menginformasikan tentang transaksi akuntansi dan merupakan salah satu bagian asersi
keakuratan untuk kelas transaksi.
d. Posting dan pengikhtisaran- transaksi yang dicatat dimasukkan kedalam file induk dan
diikhtisarkan dengan benar, tujuan ini berkaitan dengan keakuratan transfer informasi
dari transaksi yang dicatat dalam jurnal ke buku besar pembantu dan ke buku besar.
e. Klasifikasi- transaksi harus yang dicatat dalam jurnal klien telah diklasifikasikan secara
tepat, tujuan ini menyatakan bahwa transaksi telah dimasukkan kedalam akun yang
tepat dan merupakan padanan auditor atas asersi klasifikasi manajemen untuk kelas
transaksi.
f. Penetapan waktu- transaksi dicatat pada tanggal yang benar, tujuan penetapan waktu
transaksi merupakan padanan auditor atas asersi cutoff manajemen.
8. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo
Tujuan menghubungkan delapan tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo terhadap
asersi manajemen atas saldo akun.
Eksistensi- jumlah yang tercantum memang ada
Kelengkapan- jumlah yang ada telah dicantumkan
Keakuratan- jumlah yang tercantum telah dinyatakan dengan benar
Klasifikasi- jumlah yang tercantum dalam daftar klien telah diklasifikasikan dengan
tepat
Cuttoff- transaksi yang mendekati tanggal neraca telah dicatat pada periode yang tepat
Hubungan yang rinci (detail tie-in)- rincian saldo akun sesuai dengan jumlah pada file
induk yang berkaitan, sesuai dengan total saldo akun, dan sesuai dengan total buku
besar
Nilai yang dapat direalisasi- aktiva yang telah dicantumkan dalam jumlah yang
diestimasi akan direalisasi
Hak dan kewajiban selain eksistensi
9. Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Penyajian dan Pengungkapan
Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan identik dengan asersi
manajemen untuk penyajian dan pengungkapan yang telah dibukukan sebelumnya.
10.
Tujuan Audit Dipenuhi
Ada dua pertimbangan utama yang mempengaruhi pendekatan yang akan digunakan
auditor :
a. Bukti audit yang mencukupi harus dikumpulkan agar dapat memenuhi tanggung jawab
profesional auditor.
b. Biaya pengumpulan bukti audit harus ditekan serendah mungkin.
Empat fase audit laporan keuangan
Fase I Merencanakan dan merancang pendekatan audit
Fase II Melaksanakan pengujian pengendaliann dan pengujian substantif atas transaksi
Fase III Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo
Fase IV Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit
Perencanaan dan perancangan pendekatan audit :
a. Memperoleh pemahana tentang entitas dan lingkungan
b. Memahami pengendalian internal dan menilai resiko pengendalian
c. Menilai resiko salah saji yang material
d. Pengujian atas rincian saldo