LIMBAH RUMAH TANGGA untuk pem (1)

LIMBAH RUMAH TANGGA

1.1 Latar Belakang
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah
akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai
aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya
karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari
bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas
tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi
kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya
keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama berbagai pihak baik
pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat luas. Hal ini menjadi lebih penting lagi
mengingat Indonesia sebagai negara yang perkembangan industrinya cukup tinggi dan saat
ini dapat dikategorikan sebagai negara semi industri (semi industrialized country).
Sebagaimana lazimnya negara yang masih berstatus semi industri, target yang lebih
diutamakan adalah peningkatan pertumbuhan output, sementara perhatian terhadap
eksternalitas negatif dari pertumbuhan industri tersebut sangat kurang. Beberapa kasus
pencemaran terhadap lingkungan telah menjadi topik hangat di berbagai media masa,

misalnya pencemaran Teluk Buyat di Sulawesi Utara yang berdampak terhadap timbulnya
bermacam penyakit yang menyerang penduduk yang tinggal di sekitar teluk tersebut.
Para pelaku industri kadang mengesampingkan pengelolaan lingkungan yang menghasilkan
berbagai jenis-jenis limbah dan sampah. Limbah bagi lingkungan hidup sangatlah tidak baik
untuk kesehatan maupun kelangsungan kehidupan bagi masyarakat umum, limbah padat yang
di hasilkan oleh industri-industri sangat merugikan bagi lingkungan umum jika limbah padat
hasil dari industri tersebut tidak diolah dengan baik untuk menjadikannya bermanfaat.
1.2 TUJUAN
Dalam penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui cara pengelolaan limbah, selain itu
untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia.
1.3 METODE
Metode dalam penulisan ini yaitu dengan studi pustaka.
2.1 Pengertian
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah
bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan buangan atau sesuatu
yang tidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia
yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan

bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan penyakit lainnya. Air limbah
tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan.

Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran.
Dalam dunia arsitektur ada metode yang bisa diterapkan dalam merencanakan pengolahan
limbah rumah tangga yaitu dengan :
• Membuat saluran air kotor
• Membuat bak peresapan
• Membuat tempat pembuangan sampah sementara
Hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan
tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
2. Tidak mengotori permukaan tanah.
3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah.
7. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan bendabenda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat
dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk menghilangkan minyak dan
lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, di
mana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang.
Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan

menggunakan saringan khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja.
Cara pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu
yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.
2.2 Pemanfaatan Teknologi Dalam Mengolah Limbah RUmah Tangga
a. Prinsip Pengolahan Sampah
Berikut adalah prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah. Prinsipprinsip ini dikenal dengan nama 4R, yaitu:
Mengurangi (bahasa Inggris: reduce)
Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak
kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
Menggunakan kembali (bahasa Inggris: reuse)
Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian
barang-barang yang sekali pakai, buang (bahasa Inggris: disposable).
Mendaur ulang (bahasa Inggris: recycle)
Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur ulang lagi. Tidak semua
barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri tidak resmi (bahasa Inggris:
informal) dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
Mengganti (bahasa Inggris: replace)
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai
sekali dengan barang yang lebih tahan lama.


b. Pengolahan Sampah
Alternatif Pengelolaan Sampah
Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan alternatifalternatif pengelolaan. Landfill bukan merupakan alternatif yang sesuai, karena landfill tidak
berkelanjutan dan menimbulkan masalah lingkungan. Malahan alternatif-alternatif tersebut
harus bisa menangani semua permasalahan pembuangan sampah dengan cara mendaur-ulang
semua limbah yang dibuang kembali ke ekonomi masyarakat atau ke alam, sehingga dapat
mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam. Untuk mencapai hal tersebut, ada tiga
asumsi dalam pengelolaan sampah yang harus diganti dengan tiga prinsip–prinsip baru.
Daripada mengasumsikan bahwa masyarakat akan menghasilkan jumlah sampah yang terus
meningkat, minimisasi sampah harus dijadikan prioritas utama.
Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat dikomposkan atau didaurulang secara optimal, daripada dibuang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti
yang ada saat ini. Dan industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk
memudahkan proses daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan
alur sampah.
Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi nilai dari material yang
mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi/
mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa di daur-ulang dan racun dapat
menghancurkan kegunaan dari keduanya. Sebagai tambahan, suatu porsi peningkatan alur
limbah yang berasal dari produk-produk sintetis dan produk-produk yang tidak dirancang
untuk mudah didaur-ulang; perlu dirancang ulang agar sesuai dengan sistem daur-ulang atau

tahapan penghapusan penggunaan.
Program-program sampah kota harus disesuaikan dengan kondisi setempat agar berhasil, dan
tidak mungkin dibuat sama dengan kota lainnya. Terutama program-program di negaranegara berkembang seharusnya tidak begitu saja mengikuti pola program yang telah berhasil
dilakukan di negara-negara maju, mengingat perbedaan kondisi-kondisi fisik, ekonomi,
hukum dan budaya. Khususnya sektor informal (tukang sampah atau pemulung) merupakan
suatu komponen penting dalam sistem penanganan sampah yang ada saat ini, dan
peningkatan kinerja mereka harus menjadi komponen utama dalam sistem penanganan
sampah di negara berkembang. Salah satu contoh sukses adalah zabbaleen di Kairo, yang
telah berhasil membuat suatu sistem pengumpulan dan daur-ulang sampah yang mampu
mengubah/memanfaatkan 85 persen sampah yang terkumpul dan mempekerjakan 40,000
orang.
Secara umum, di negara Utara atau di negara Selatan, sistem untuk penanganan sampah
organik merupakan komponen-komponen terpenting dari suatu sistem penanganan sampah
kota. Sampah-sampah organik seharusnya dijadikan kompos, vermi-kompos (pengomposan
dengan cacing) atau dijadikan makanan ternak untuk mengembalikan nutirisi-nutrisi yang ada
ke tanah. Hal ini menjamin bahwa bahan-bahan yang masih bisa didaur-ulang tidak
terkontaminasi, yang juga merupakan kunci ekonomis dari suatu alternatif pemanfaatan
sampah. Daur-ulang sampah menciptakan lebih banyak pekerjaan per ton sampah
dibandingkan dengan kegiatan lain, dan menghasilkan suatu aliran material yang dapat
mensuplai industri.

Melalui proses dekomposisi terjadi proses daur ulang unsur hara secara alamiah. Hara yang
terkandung dalam bahan atau benda-benda organik yang telah mati, dengan bantuan mikroba

(jasad renik), seperti bakteri dan jamur, akan terurai menjadi hara yang lebih sederhana
dengan bantuan manusia maka produk akhirnya adalah kompos (compost).
Setiap bahan organik, bahan-bahan hayati yang telah mati, akan mengalami proses
dekomposisi atau pelapukan. Daun-daun yang gugur ke tanah, batang atau ranting yang
patah, bangkai hewan, kotoran hewan, sisa makanan, dan lain sebagainya, semuanya akan
mengalami proses dekomposisi kemudian hancur menjadi seperti tanah berwarna coklatkehitaman. Wujudnya semula tidak dikenal lagi. Melalui proses dekomposisi terjadi proses
daur ulang unsur hara secara alamiah. Hara yang terkandung dalam bahan atau benda-benda
organik yang telah mati, dengan bantuan mikroba (jasad renik), seperti bakteri dan jamur,
akan terurai menjadi hara yang lebih sederhana dengan bantuan manusia maka produk
akhirnya adalah kompos (compost).
Pengomposan didefinisikan sebagai proses biokimiawi yang melibatkan jasad renik sebagai
agensia (perantara) yang merombak bahan organik menjadi bahan yang mirip dengan humus.
Hasil perombakan tersebut disebut kompos. Kompos biasanya dimanfaatkan sebagai pupuk
dan pembenah tanah.
Kompos dan pengomposan (composting) sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu.
Berbagai sumber mencatat bahwa penggunaan kompos sebagai pupuk telah dimulai sejak
1000 tahun sebelum Nabi Musa. Tercatat juga bahwa pada zaman Kerajaan Babylonia dan

kekaisaran China, kompos dan teknologi pengomposan sudah berkembang cukup pesat.
Namun demikian, perkembangan teknologi industri telah menciptakan ketergantungan
pertanian terhadap pupuk kimia buatan pabrik sehingga membuat orang melupakan kompos.
Padahal kompos memiliki keunggulan-keunggulan lain yang tidak dapat digantikan oleh
pupuk kimiawi, yaitu kompos mampu:
Mengurangi kepekatan dan kepadatan tanah sehingga memudahkan perkembangan akar dan
kemampuannya dalam penyerapan hara.
Meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air sehingga tanah dapat menyimpan air
lebih ama dan mencegah terjadinya kekeringan pada tanah.
Menahan erosi tanah sehingga mengurangi pencucian hara.
2.3 Penanganan Limbah Rumah Tangga Yang Efektif
Berapa bayak diantara kita yang mengeluhkan masalah sampah? Tumpukan sampah memang
mengganggu pemandangan (juga penciuman) disekitar kita. Daripada saling menyalahkan,
mari kita tengok cara efektif untuk mengelola rumah tangga supaya kita bisa menjaga rumah
tetap bersih sekaligus mengurangi tumpukan sampah di lingkungan secara tidak langsung.
Berikut ini cara mudah dan sederhana mengelola sampah rumah tangga.
Pertama, pisahkan sampah berdasarkan jenisnya. Langkah ini sangat penting untuk
melakukan pengelolaan sampah yang lebih baik di rumah. Pisahkan sampah organik, kaca,
kertas, plastik dan sampah kimia di tempat khusus. Untuk sampah organik, anda bisa
membuat lubang sampah sederhana untuk membuat sampah organik. Jika lubang sudah

mampir penuh, tutup lubang dengan tanah dan gali lubang yang baru. Selain mengurangi
tumpukan sampah, cara ini juga menambah kesuburan tanah di pekarangan rumah anda.
Selain membuat lubang di tanah, anda bisa mengadopsi kotak cacing yang banyak digunakan
diluar negeri. Kotak cacing ini dibuat dengan meletakkan daun-daun dan sampah organik
kedalam kotak logam, kemudian beberapa cacing dimasukkan untuk membusukkan sampah
tersebut. Setelah penuh, sampah yang telah berubah menjadi humus bisa dipakai untuk

menyuburkan tanaman di pekarangan.
Selain lubang sampah dan kotak cacing, anda juga dapat mengolah sampah organik disekitar
anda menjadi kompos dengan system terowongan udara. Tumpuk sampah organik diatas
segitiga yang dibuat dari kayu atau bambu dengan tinggi 20 cm dan panjang 1,5 hingga 2
meter. Siram secara teratur agar tetap lembab. Jika bagian bawah sudah menyerupai tanah,
balik lapisan hingga semua sampah merubah menjadi kompos.
Kompos-kompos organik ini tidak hanya mampu mengurangi sampah, tetapi juga bisa
menjaga kesuburan tanah. Pemakaian kompos jauh lebih alami dan hemat dibandingkan
memakai pupuk sistesis.
Untuk sampah kertas, botol dan plastik, anda bisa langsung membawanya ke tempat daur
ulang terdekat. Jika tidak buanglah ditempat sampah setelah mengkategorikannya
berdasarkan jenisnya.
Karena pengelolaan sampah yang baik tidak hanya soal menangani sampah yang sudah ada,

kita juga perlu mengurangi jumlah sampah. Berikut ini langkah-langkah sederhana untuk
mengurangi sampah di rumah.
1. Membawa tas plastik atau kain dari rumah saat belanja.
2. Mengurangi membeli produk sachet.
3. Memakai ulang toples atau botol bekas.
Selain contoh langkah-langkah diatas, ada banyak cara lain yang bisa dipakai untuk
mengurangi sampah dirumah anda. Jika memungkinkan, ajaklah tetangga disekitar anda
untuk melakukan hal yang sama agar semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya
pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri. Jika secara kontinu dilakukan, bukan tidak
mungkin jumlah timbunan sampah akan berkurang lebih dari separuhnya.
Untuk memperbarui informasi dan ide pengelolaan sampah, anda bisa membuka referensi di
internet yang fokus akan pengelolaan sampah. Tidak ada salahnya juga membuka ide-ide
recycle dan reuse kreatif yang ada di internet agar semakin menambah efektif usaha kita
untuk membuat suasana rumah yang bersih dan nyaman. Jika rumah bebas dari timbunan
sampah, kesehatan keluarga juga bisa lebih terjamin.
Sudah bukan jamannya lagi kita bersikap acuh terhadap sampah. Membuang sampah
sembarangan dan diam melihat tumpukan sampah adalah cerminan orang malas dan acuh.
Mari kita perbaiki keadaan sekitar dengan mulai dari hal yang sederhana dan dimulai dari
rumah kita sendiri. Percayalah, hal yang kecil bisa besar manfaatnya jika dilakukan secara
kolektif dan terus-menerus.

2.4 Pemasyarakatan Teknik Pengolahan Limbah Rumah Tangga
Menurut Undang-undang No 18 tahun 2008 definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia atau proses alam yang berbentuk padat.
Menurut ilmu kesehatan lingkungan sampah hanya sebagian dari benda atau hal-hal lain yang
dipandang tidak dapat digunakan lagi, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kelangsungan hidup (Riyaldi, 1986), menurut
widyatmoko (2002) sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan rumah
tangga yang terdiri dari berbagai macam jenis sampah.

Sedangkan menurut Undang-undang No 18 tahun 2008 sampah rumah tangga adalah sampah
yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tetapi tidak termasuk tinja dan
sampah spesifik (sampah yang mengandung bahan beracun).
Oleh karena dalam rumah tangga limbah tersebut biasa disebut dengan sampah maka
biasanya setelah tidak dipakai akan dibuang. Ada berbagai macam cara mebuang sampah di
tempat pembuangan akhir diantaranya:
a. Open dumping, yaitu membuang sampah secara terbuka diatas permukaan tanah
b. Dumping in water, yaitu membuang sampah secara terbuaka diatas air seperti dikali atau
dilaut
c. Burning in premise, yaitu pembakaran sampah di rumah-rumah
d. Sanitary landfill,yaitu suatu cara pembuangan sampah ke tempat-tempat rendah dam

ditutupi dengan tanah untuk memenuhi persyaratan-persyaratan (Depkes,1987)
Dan masih banyak cara lain untuk membuang sampah, namun kendalanya adalah dibutuhkan
lahan yang luas, armada yang banyak, menimbulkan bau yang tidak sedap
Dari berbagai cara yang telah biasa dilakukan diatas rasanya selalu menimbulkan masalah.
Sebab pada akhirnya membutuhkan dana yang tidak kecil.
Untuk mengatasi hal tersebut Bapelkes Cikarang mengembangkan teknologi yang sudah
dikenal dikalangan masyarakat namun biasanya dikembangkan di sektor peternakan.
Teknologi itu adalah teknologi Fermentasi Anaerob yang biasa disebut dengan Biogas.
Mengapa Biogas menjadi Pilihan ?
Dari teknologi tersebut selain bisa menggredable sampah ada keuntungan lain diantaranya
1. bisa mengurangi gas rumah kaca
2. bisa menghasilkan bahan bakar pengganti
3. bisa menghasilkan pupuk organik yang bisa dimanfaatkan oleh pemilik degester .
4. biaya pembuatannya murah karena bahan banyak tersedia
5. mudah digunakan
6. cara membuatnya mudah karena tidak memerlukan keahlian khusus
7. tidak memerlukan tempat yang luas
Degester adalah media yang digunakan untuk fermentasi sampah yang telah dihaluskan dan
dicampur air.
Pengertian Biogas
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik atau fermentasi dari bahan –bahan
organik termasuk diantaranya : kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah
tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi
anaerobik.
Kandungan utama dalam biogas adalah Metana dan Karbon Dioksida. Biogas dapat
digunakan sebagai bahan bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan listrik.
Cara Mengolah limbah rumah tangga menjadi biogas.
Menyiapkan enceng gondok sebanyak ±200 Kg dan air kali/kolam sebanyak ±200 Lt, enceng
gondok dihaluskan (ditumbuk/dicacah) kalo di Bapelkes di giling. kemudian enceng gondok
dan air dicampur dengan perbandingan 1:1 (video 1)
Pada hari ke 3 sampai hari ke 18 gas dibuang sambil dicoba dinyalakan tetapi tidak bisa
menyala setelah hari ke 19 belas gas metan sudah terbentuk dan ketika dibakar bisa menyala

dengan warna api biru. (video 2)
Selanjutnya setiap hari ditambah dengan limbah rumah tangga ± 5 Kgs etiap hari dengan cara
dihaluskan dan dicampur air ± 5 Lt, setiap hari menghasilkan gas metan ± 0,11 m3
Kandungan Biogas
Komposisi biogas bervariasi tergantun dengan asal proses anaerobik yang terjadi. Gas
Landfill memiliki konsentrasi metana sekitar 50 %, sedangkan sistem pengolahan limbah
maju dapat menghasilkan biogas dengan 55 – 75 % CH4.
Kandungan Energi
Nilai kalori dari 1 m3 Biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan setengah liter minyak
diesel. Oleh karena itu biogas sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan pengganti minyak tanah, LPG, butana, batu bara, maupun bahan-bahan
lain yang berasal dari fosil.

2.5 Limbah Rumah Tangga Dan Penanganannya
Sampah merupakan permasalah utama dalam lingkungan kita, karena sampah diproduksi oleh
semua kalangan hingga rumah tangga yang merupakan penghasil sampah terbanyak
perharinya. Dengan pengolahan yang tanpa dipilah terlebih dahulu, sampah rumah tangga
langsung dibuang ke tempat sampah kemudian dibawa oleh petugas ke TPS untuk
dimusnahkan.
Dengan cara tersebut masih kurang efektif, karena hanya akan menimbun di TPS dan
menjadikan lingkungan di sekitar TPS menjadi rusak dan tidak nyaman. Maka dari itu kita
harus belajar untuk memilah dan memanfaatkan sampah yang ada. Ada dua macam sampah,
yaitu sampah organik (daun-daunan, sisa sayuran, kulit buah, dll) dan sampah Unorganik
(plastik, botol / kaca, kertas, dll) yang mana bisa dimanfaatkan untuk meminimalisir sampah
yang dibuang ke TPS dan bahkan bisa menjadi tambahan penghasilan bagi yang mengolah.
Untuk sampah-sampah organik bisa diolah menjadi kompos yang berguna untuk pupuk
tanaman atau mungkin bisa dijual. Dan sampah unorganik bisa kita buat menjadi kerajinan
yang bisa menjadi hiasan dirumah atau dijual sebagai tambahan penghasilan. Jadi pada
intinya sampah yang kita hasilkan bisa kita manfaatkan untuk tambahan penghasilan dan
segaligus membantu pemerintah dalam menanggulangi penumpukan sampah di TPS.

2.6 Peran Media Cetak Dalam Pemasyarakatan Sadar Lingkungan dan Solusi Penanganan
Limbah Rumah Tangga
Eksistensi media yang dapat menyebarkan pesan kepada khalayak luas, dimanfaatkan untuk

menyadarkan masyarakat terhadap pentingnya pelestarian lingkungan hidup untuk
kesejahteraan manusia. Melalui pemberitaan, kampanye publik, iklan layanan masyarakat,
dan propaganda, media diharapkan mampu berperan dalam menjaga keseimbangan alam,
lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang berkembang dalam satu kawasan.
Karena itu, media massa memiliki tanggungjawab dalam memberikan informasi, tayangan
dan siaran yang benar, akurat, dan jelas (Henessy, 1990 : 24). Dikaitkan dengan kebutuhan
informasi, Rosenthiel (dalam Haryanto, 2010:7), menyebutkan, hak atas informasi adalah hak
dasar yang melekat dalam diri manusia. Hak atas informasi sebagai naluri kesadaran manusia
untuk mengetahui hal – hal di luar dirinya. Hak ini diakui dalam pasal 19 Deklarasi Umum
HAM, yang disahkan tahun 1948. karena itu, hak atas informasi harus terus dijaga dan
diperjuangkan termasuk jika menghadapi manipulasi yang dilakukan oleh para pebisnis
maupun pejabat pemerintah dan politisi.
Kendati demikian, media juga tidak semata – mata dapat menyebarkan pesan – pesan
lingkungan hidup sesuai pesanan dari pihak tertentu yang berupaya mempengaruhi
masyarakat.Sebab, dalam bingkai kebebasan informasi, mereka memiliki kemandirian untuk
menetapkan pemberitaan ataupun penyiaran yang menjadi karakteristiknya.
Selain itu, media masa juga memiliki ideologi, yang terdiri atas orientasi bisnis dan idealisme
dalam menjalankan fungsi informasi. Dengan demikian, pemerintah dan semua entitas yang
mengklaim peduli terhadap lingkungan hidup, juga tidak bisa memaksa media untuk
menyiarkan pesan tentang lingkungan hidup. Terlebih lagi yang berkonotasi pembelaan
terhadap tuduhan pelanggaran lingkungan dari elite di tubuh pemerintah, perusahaan maupun
politik, media massa berhak untuk melakukan penolakan.
Pada konteks ini, ideologi media dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti aspek historis,
asosiasi kelembagaan, dan aspek lain yang terikat oleh tujuan media massa (Lull, 1998 :1).
Dari faktor – faktor tersebut, media tetap diharapkan bisa ikut memelihara lingkungan dengan
menjalankan fungsi kekritisan terhadap pelanggaran terhadap lingkungan hidup.
Kompleksitas pemeliharaan lingkungan yang sudah diatur dalam UU No.32/2008 secara
substantive dapat berhasil penerapannya di masyarakat jika mendapat dukungan dari media
yang peduli tehadap lingkungan. Isi pemberitaan media, sejatinya menyangkut aspek yang
bernilai positif dalam pengendalaian lingkungan, sampai kepada berita yang mengancam
kelangsungan hidup alam dan lingkungannya. Media selayaknya lebih berpihak kepada
kepentingan masyarakat untuk jangka panjang. Karena itu isu kerusakan lingkungan yang
dipicu oleh pembangunan berorientasi bisnis semata dan pengabaian kelestarian lingkungan
harus menjadi perhatian dan diinformasikan kepada khalayak.
Hakikatnya, media dengan kekuatan komunikasinya harus berjalan seiring dengan program
pemeliharaan lingkungan. Beberapa hal yang perlu didukung oleh media massa dalam
penegakan peraturan lingkungan antara lain adalah (1) masyarakat berhak memperoleh
pengetahuan tentang lingkungan hidup yang baik dan sehat; (2) setiap orang berhak
mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang
diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup; (3) setiap orang berhak
untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan
peraturan perundang-undangan; (4) setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat dugaan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
Masalah – masalah tersebut memerlukan peran media massa untuk memberikan informasi

yang transparan dan memacu keikutsertaan masyarakat dalam pengawasan terhadap
lingkungan. Supaya informasi yang disebarkan media dipercaya khalayak, Gordon, Deines
dan Havice (2010: 175) menyarankan, wartawan harus mengembangkan kemampuan untuk
mengurangi ketidakpastian lingkungan melalui bekerjasama dengan ilmuwan. Oleh sebab itu,
relasi antara pekerja media dengan ilmuwan dan sumber informasi lain yang dipercaya harus
tetap dipertahankan.
Bagiamanapun juga, kondisi lingkungan yang sehat atau sebaliknya lingkungan yang rusak
dan membawa dampak buruk bagi masyarakat di berbagai kawasan, selayaknya menjadi
kepedulian media massa dalam menjalankan fungsi transparansi pemberitan. Jika media tidak
menghiraukan penyimpangan dalam pengelolaan lingkungan, informasi yang beredar di
masyarakat akan didominasi oleh pesan sepihak yang berasal dari pemerintah maupun para
pemilik modal yang mengabaikan lingkungan hidup.
Padahal, dalam pasal 6 UU Pers Nomor 40 Tahun 1999 jelas disebutkan, pers nasional
melaksanakan fungsinya dalam memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui, melakukan
pengawasan, kritik, koreksi dan saran terhadap hal – hal yang berkaitan dengan kepentingan
umum. Jadi, fingsi pengawasan dan kritik harus tetap melekat di media massa.
Undang – Undang PPLH juga mengamanatkan perlunya tranparansi informasi dalam
mengelola lingkungan hidup. Tidak boleh ada informasi yang disembunyikan karena
menyangkut kepentingan ataupun kredibilitas pemerintah, pemilik modal dan tokoh
masyarakat. Berdasarkan UU No. 32/2008, setiap orang dilarang memberikan informasi
palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak informasi, atau memberikan
keterangan yang tidak benar. Artinya, media massa dapat melakukan pemberitaan transparan,
tanpa khawatir terhadap tekanan elite dalam kekuasaan negara maupun para pemilik modal
yang memiliki otoritas luas di masyarakat.
Representasi dari keterbukaan informasi lingkungan hidup pada badan publik,- pemerintah di
pusat maupun di daerah, harus mengembangkan sistem informasi lingkungan hidup yang
transparan, demi mendukung kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan.
Sistem informasi lingkungan hidup paling tidak memuat informasi mengenai status
lingkungan hidup, peta rawan lingkungan hidup, dan informasi lingkungan hidup lain. Sistem
informasi lingkungan hidup dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi dan wajib
dipublikasikan kepada masyarakat. Jelas sistem informasi lingkungan bisa lebih diketahui
oleh masyarakat jika didifusikan melalui media massa.
Menyangkut peran dalam pelestarian lingkungan, masyarakat memiliki hak untuk berperan
aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Peran masyarakat dapat berupa
penyampaian informasi atau laporan. Peran ini gaungnya lebih luas, jika memanfaatkan
media massa, baik cetak maupun elektronik.
Laporan ketimpangan dalam pemeliharaan lingkungan hidup akan cepat direspon oleh
masyarakat, pemerintah maupun lembaga swasta jika disampaikan melalui media massa.
Dampak yang diharapkan dari pemberitaan atau penayangan problem lingkungan diharapkan
pemerintah, pemilik modal dan pihak – pihak yang berkepentingan dengan lingkungan hidup
dapat membuat solusi yang lebih baik. Jadi intinya, media massa bisa memengaruhi
pemerintah dan pihak terkait dalam mencari solusi untuk mengatasi problem lingkungan
hidup.
Namun persoalannya, dalam koridor kebebasan pers, ternyata media massa, khususnya
televisi, lebih fokus kepada kemauan menonton khalayak, yang didasarkan kepada rating dan
masuknya iklan dalam program siaran. Dengan demikian, berita yang mengungkap seputar
pelestaraian alam diabaikan demi memburu rating.

Melihat kondisi ini, segala macam kampanye publik di media harus mampu menarik
perhatian penonton. Caranya, dengan mengemas berbagai program sebagai tayangan yang
menghibur. Sebab, tidak bisa dikesampingkan bahwa tayangan televisi yang mengeksplorasi
budaya populer dan nilai konsumerisme jauh lebih disukai dibanding program siaran yang
lebih serius dalam mengupas problem lingkungan.

3.1 Kesimpulan
Apabila setiap rumah tangga mau dan mampu mendaur ulang sampahnya masing-masing,
maka sisa sampah yang dibuang dari rumah tangga tinggal sedikit berupa limbah non organik
dan inipun masih bisa dimanfaatkan para pemulung.
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah
bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan buangan atau sesuatu
yang tidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia
yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan
bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan penyakit lainnya. Air limbah
tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan.
Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran.
3.2 Saran
Sudah saatnya masyarakat dididik untuk bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah
secara sederhana. Seperti masyarakat dan pemerintah Kota Brisbane bahu membahu untuk
mengelola sampah secara professional, mereka sadar bahwa sampah jika dikelola dengan
baik selain mempunyai nilai jual juga menjaga lingkungan bersih dan aman dari polusi.

DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth, HurlockB. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga, 1980.
Kartono, Kartini. 1996. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju.
Turner, M. B. 1976. Psikologi and Science of Behavior, New York : Appleton-Century
Crofts
Watson, R. I. 1971. The Great Psychologist, From Aristotle to freud. Philadelphia: J. B.
Lippincott
Yessi T Br.Karo, USU Reporsitory © 2009

Diposkan oleh rahmat
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Label: BIOLOGI
1 comment:
1.
EXPO CPNS BUMN8 May 2015 at 15:31
terima kasih infonya.. hehe
Lowongan kerja terbaru http://expocpnsbumn.blogspot.com/2015/05/lowongan-kerjabumn-pt-pelabuhan-indonesia.html
Reply
Add comment
Load more...
Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)