Laporan Praktik Lapang Tataniaga Hasil P

Laporan Praktik Lapang Tataniaga Hasil Perikanan

Hardianty Askar
L241 14 303
Sosial Ekonomi Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar

Alamat korespondensi :
Hardianty Askar
Sidenreng Rappang
Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan
Universitas Hasanuddin
Makassar, 90245
085398369399
Email : hardianty_ar@yahoo.com

PENDAHULUAN
Tata niaga merupakan suatu proses daripada pertukaran yang mencakup
serangkaian kegiatan yang tertuju untuk memindahkan barang-barang atau jasajasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi. Kegiatan ini disebut sebagai fungsi
tataniaga. Proses pengaliran produk melalui suatu sistem dari produsen ke
konsumen disebut sebagai tata niaga (pemasaran). Secara khusus, tata niaga dapat
didefinisikan sebagai telaah terhadap aliran produk secara fisik dan ekonomik,

dari produsen kepada konsumen.
Fungsi tata niaga ini bekerja melalui lembaga tata niaga atau struktur
tataniaga, atau dengan kata lain fungsi ini harus ditampung dan dipecahkan oleh
produsen dan mata rantai saluran barang-barangnya, lembaga-lembaga lain yang
terlibat dalam proses tataniaga misalnya usaha pengangkutan, bank, badan
asuransi, dan sebagainya, maupun konsumen (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).
Menurut Dahl dan Hammond (1977), Tata niaga merupakan rangkaian
tahapan fungsi yang dibutuhkan untuk mengubah atau membentuk input atau
produk mulai dari titik produsen sampai konsumen akhir. Serangkaian fungsi
tersebut terdiri atas proses produksi, pengumpulan, pengolahan, dan penyaluran
oleh pedagang grosir, pedagang pengecer sampai konsumen (Agustina, 2008).
Khol dan Uhl (2002) mendefinisikan tata niaga sebagai suatu aktivitas
bisnis yang didalamnya terdapat aliran barang dan jasa dari titik produksi sampai
ke titik konsumen (Viona, 2013).
Tata niaga perikanan terkait dengan pemasaran memiliki dua fungsi utama
yaitu pengangkutan dan penyimpanan, agar ikan dapat diterima oleh konsumen
dalam keadaan segar (Nurshidiq dkk, 2014)
Mubyarto (1986) menyatakan bahwa sistem tata niaga dikatakan efisien jika
memenuhi dua syarat berikut (Viona, 2013):
1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani sebagai produsen kepada

konsumen dengan biaya semurah-murahnya,
2. Mampu mengadakan pembagian yang adil (dalam hal pemberian balas jasa
sesuai sumbangannya masing-masing) dari pada keseluruhan harga yang
dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam
kegiatan produksi dan tataniaga barang tersebut.

Kabupaten Barru adalah salah satu daerah potensial di bidang Kelautan
dan Perikanan karena banyaknya potensi untuk mengembangkan hasil laut. Luas
wilayah penangkapan ikan laut sekitar 56.160 Ha, tambak sekitar 2.570 Ha, pantai
1.400 Ha dan areal budidaya kolam/air tawar 39 Ha Produksi perikanan saat ini :
Udang : 633,01 ton Bandeng : 1.556,08 ton Cakalang/Tongkol : 260,6 ton
Kerapu/Kakap : 744 ton Ikan Merah : 97,02 ton Rumput Laut : 251,07 ton yang
sudah diuji coba dan hasilnya sangat baik peluang bagi investor pada sub sektor
perikanan ini adalah budidaya laut berupa keramba jaring apung rumput laut,
penangkapan dan pengolahan hasil laut (BarruKab, 2013).
Kegiatan penangkapan ikan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk
mendapatkan sejumlah hasil tangkapan guna memenuhi permintaan konsumen
sebagai salah satu sumber makanan dengan menggunakan berbagai jenis alat
tangkap. Adanya permintaan menyebabkan terjadi siklus ekonomi dimana akan
terjadi keuntungan dan kerugian, sehingga aktivitas penangkapan akan dilakukan

dengan meningkatkan produksi untuk meraih keuntungan yang sebesar – besarnya
oleh pelaku usaha penangkapan ikan. Namun untuk meningkatkan produksi ikan
dari kegiatan penangkapan sangat bergantung pada keadaan lokasi penangkapan,
dimana lokasi penangkapan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berinteraksi (Rasyid dkk, 2014).
Adapun tujuan praktek lapang ini ialah untuk mengetahui bagaimana
mekanisme perdagangan serta saluran tata niaga yang ada di Desa Siddo
Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru Sulawesi Selatan.
KAJIAN TEORI
Berdasarkan teori yang telah dibahas sebelumnya mengenai tata niaga,
terdapat contoh proses tata niaga yang terjadi pada masyarakat nelayan pada
umumnya yaitu pada proses tata niaga ikan di tepi pantai, dimana nelayan menjual
langsung hasil tangkapannya kepada pembeli yang terdiri dari ibu rumah tangga
sebagai konsumen akhir. Sedangkan dalam kasus tata niaga ikan kaleng, jumlah
lembaga tata niaga yang menjadi mata rantai dan menjalankan fungsi tata niaga dapat
lebih banyak.

Secara umum mekanisme perdagangan dibagi menjadi 2 (dua) bagian
yaitu multilateral dan bilateral. Multilateral adalah suatu mekanisme transaksi


(jual/beli) antara banyak pihak dengan banyak pihak dengan sistem tawarmenawar secara terbuka di bursa. Sedangkan bilateral adalah transaksi yang hanya
dilakukan oleh satu pihak dengan satu pihak yang biasanya terjadi di luar bursa
atau dikenal dengan over-the-counter (OTC).
Mekanisme multilateral diterapkan di dalam perdagangan berjangka
bertujuan untuk proses pembentukan harga (price discovery), aktivitas lindung
nilai (hedging), serta manfaat ekonomi lainnya. Mekanisme ini umumnnya dapat
dilakukan serah terima fisik komoditi. Sementara mekanisme di luar bursa (OTC)
atau dikenal dengan istilah Sistem Perdagangan Alternatif (SPA) diselenggarakan
hanya untuk tujuan spekulasi dan penyelesaiannya dilakukan secara tunai.
Sistem tata niaga adalah kumpulan lembaga-lembaga yang secara
langsung dan tidak langsung terlibat dalam kegiatan pemasaran barang dan jasa,
yang saling mempengaruhi dengan tujuan mengalokasikan sumber daya langkah
secara efisien guna memenuhi kebutuhan manusia sebanyakbanyaknya.
Komponen-komponen sistem tata niaga tersebut adalah para produsen, penyalur,
dan lembaga-lembaga lainnya yang secara langsung ataupun tidak langsung
terlibat dalam proses pertukaran barang dan jasa (Radiosunu, 1995 dalam
Sambentiro, 2012).
Proses tataniaga suatu komoditi memerlukan lembaga-lembaga tataniaga atau
disebut sebagai perantara. Kotler (1985) menyatakan bahwa saluran distribusi terdiri
atas seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan yang digunakan untuk

menyalurkan produk atau jasa dan status kepemilikannya dari produsen ke konsumen.
Perantara dalam tataniaga akan memperlancar kegiatan tataniaga, dan setiap perantara
melakukan tugas membawa produk dan kepemilikannya lebih dekat ke pembeli akhir
yang merupakan satu tingkat saluran. Perantara atau lembaga tataniaga ini dapat
perorangan atau lembaga (Viona, 2013).

Pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan
untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan
memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Pemasaran dimulai dengan
pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan
manusia (Anief 2000 dalam Aditama, 2011).
Distribusi adalah kegiatan pemasaran yang bertujuan menciptakan nilai
tambah produk melalui fungsi pemasaran dengan menyalurkan, menyebarkan,

mengirimkan atau menyampaikan barang dan jasa dari produsen ke konsumen
yang digunakan sesuai keperluan (jenis, jumlah, harga, tempat dan waktu). Proses
ini memperlancar arus pemasaran (marketing channel flow) secara fisik dan non
fisik. Saluran distribusi merupakan serangkaian organisasi yang saling tergantung
yang terlibat dalam proses menjadikan produk atau jasa siap untuk digunakan atau
dikonsumsi.

Distribusi hasil tangkapan merupakan kegiatan positif dalam menunjang
hasil pemasaran. tanpa kegiatan distribusi, hasil tangkapan berupa ikan laut tidak
dapat dikonsumsi oleh konsumen. Sistem distribusi atau tataniaga dari suatu
komoditas perlu diketahui untuk menentukan jalur mana yang lebuh efisien dari
semua kemungkinan jalur-jalur yang dapat ditempuh mengingat produk perikanan
yang mempunyai sifat mudah rusak atau busuk. Selain itu sistem distribusi yang
baik dan efisien dapat mempermudah dalam mengetahui besarnya marjin yang
diterima tiap lembaga yang terlibat (Aditama, 2011).
Dilihat dari jauh pendeknya rantai distribusi, saluran distribusi
dikelompokan menjadi dua (Kotler 2002 dalam Aditama, 2011) yaitu :
1. Saluran distribusi langsung, yaitu saluran distribusi dimana produk dari
produsen langsung ke tangan konsumen tanpa melalui perantara atau
penyalur.
2. Saluran distribusi tidak langsung, yaitu perusahaan dalam mendistribusikan
produk menggunakan penyalur/agen perantara dan juga pengecer sebelum
sampai ke tangan konsumen.
Menurut Mubyarto (1979), sistem pemasaran dianggap efisien apabila
memenuhi dua syarat yaitu : (1) mampu menyampaikan hasil-hasil dari produsen
dengan biaya semurah-murahnya, dan (2) mampu mengadakan pembagian yang
adil dalam keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen akhir kepada semua

pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan pemasaran tersebut (Agustina,
2008).
Produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan
produk-produk mereka di pasar. Perantara membentuk sebuah saluran pemasaran
yang dapat terdiri dari beberapa tingkat (Aditama, 2011) :

1. Saluran non-tingkat (saluran pemasaran langsung) terdiri dari seorang
produsen yang langsung ke konsumen.
Produsen – Konsumen
2. Saluran satu tingkat mempunyai satu perantara penjualan. Dalam
pasarkonsumen, perantara itu sekaligus sebagai pengecer.
Produsen - Pengecer – Konsumen
3. Saluran dua tingkat mempunyai dua perantara. Di dalam pasar
Konsumen mereka merupakan grosir atau pedagang besar sekaligus
pengecer.
Produsen - Grosir - Pengecer – Konsumen
Efisiensi tataniaga secara deskriptif dapat dilihat dari struktur pasar.
Struktur pasar yang dijelaskan akan bermanfaat jika dapat dijelaskan sampai
berapa jauh ‘efektivitasnya’ dalam kehidupan sehari-hari yang dapat diukur
dengan variabel-variabel seperti harga, biaya dan volume produksi. Efektivitas

sistem tataniaga suatu komoditi dapat dilihat dengan menghubungkan perbedaan
‘struktur dan tingkah laku pasar’ yang dilalui suatu komoditi dari produsen ke
konsumen terhadap marjin tataniaga sebagai akibat price spread antara produsen
dan konsumen. Struktur pasar yang bersaing tidak sempurna, karena pengertian
‘eksploitasi’ monopolistik atau oligopolistik terhadap bagian yang diterima petani
atau juga prosesor adalah tidak efisien, dilihat dari sudut sistem tataniaga secara
keseluruhan. Hal ini mengandung pengertian tidak efisiennya pengalokasian
sumberdaya, karena net value function tidaklah sama dalam market in form,
space, andtime (Azzaino, 1982 dalam Agustina, 2008).
METODELOGI PRAKTEK
Praktek Lapang Mata Kuliah Tata Niaga Hasil Perikanan dilaksanakan
pada hari Sabtu tanggal 29 Oktober 2016 yang bertempat di Desa Siddo,
Kecamatan Soppeng Riaja, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Observasi, yaitu
pengamatan langsung terhadap berbagai kegiatan dan keadaan di lokasi yang
terkait dengan tujuan praktek dan wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan

melakukan komunikasi secara langsung kepada pihak terkait dan masyarakat yang
berkaitan dengan praktek lapang.
Metode Praktik Lapang yang di gunakan pada Mata Kuliah Tata Niaga Hasil

Perikanan adalah metode analisis deskriptif yang merupakan suatu cara
merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran
yang jelas mengenai mekanisme pemasaran dan saluran pemasaran yang terjalin
pada nelayan khususnya di bidang penagkapan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Desa Siddo terletak di Kecamatan Soppeng Riaja dengan luas wilayah 880
Ha, dan terdiri dari 4 Dusun yakni Dusun Siddo, Dusun Pallambaa, Dusun
Cangke, dan Dusun Cembaga. Batas wilayah Desa Siddo adalah sebelah utara
berbatasan dengan Desa Batu Pute, sebelah selatan berbatasan dengan Desa
Lawallu, sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar, dan sebelah timur
berbatasan dengan Desa Manuba.
Mata pencaharian penduduk Dusun Siddo yang terletak di Desa Siddo
sebagian besar berprofesi sebagai nelayan (180 orang), petani (516 orang), PNS
(63 orang), keterampilan (40 orang), angkutan (13 orang), dan lain-lain (82
orang). Berdasarkan hasil wawancara, bahwa sebagian besar masyarakat nelayan
memiliki sawah yang mereka garap ketika sedang tidak melaut. Hal ini dilakukan
apabila cuaca di laut tidak mendukung untuk melaut misalnya karena gelombang
tinggi.
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa sarana dan prasarana pendukung
yang terdapat di Desa Siddo, diantaranya yaitu Kantar Desa terdiri dari 1 unit,

Puskesmas sebagai fasilitas umum kesehatan 1 unit, Mesjid sebagai tempat ibadah
2 unit, Musholla 4 unit, 6 unit Sekolah yang terdiri dari 1 unit Taman Kanakkanak, 4 unit Sekolah Dasar, dan 1 unit SMP/Tsanawiyah, dan dilengkapi dengan
1 unit lapangan.
Data Umum Responden
Adapun data umum responden di Desa Siddo, yaitu sebagai berikut :
Tabel 1. Data Umum Responden
Nama

Umur

Arif

54 tahun

Jenis
kelamin
Laki-laki

Pendidikan
terakhir

SD

Pekeraan
Nelayan

Jumlah
tanggungan
4 Orang

Abd. Malik
65 tahun Laki-laki
Sumber data: Data Primer 2016

SD

Paggandeng

1 Orang

Responden pertama yang di dapatkan di lapangan bernama Arif (54 Tahun)
bertempat tinggal di Dusun Siddo RT 2. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah
Dasar (SD) , bekerja sebagai nelayan dan pekerjaan sampingannya sebagai petani
jika musim barat telah datang. Biasanya Arif akan menjual hasil tangkapannya
kepada Nur Alam yaitu pedagang ikan yang ada di Dusun Siddo. Nur Alam
sekaligus berlaku sebagai pemberi modal, artinya segala peralatan yang digunakan
untuk melaut diberikan oleh Nur Alam.
Sedangkan responden kedua yang di dapatkan di lapangan bernama Abd.
Malik (65 Tahun) bertempat tinggal di Dusun Siddo RT 2. Pendidikan terakhirnya
adalah Sekolah Dasar (SD) , bekerja sebagai paggandeng. Abd. Malik membeli
ikan di pedagang ikan yang ada di Dusun Siddo dan terkadang dia juga membeli
ikan di pengumpul. Biasanya Abd. Malik menjual ikannya di sekitaran Dusun
Siddo dari RT 1 sampai ke RT 3.
Pemasaran hasil tangkapan nelayan yang diakhiri pada tingkat konsumen
akhir yang membeli ikan di pedagang ikan pengecer. Rantai pemasaran hasil
tangkapan yang diamati dalam Praktik Lapang Mata Kuliah Tata Niaga Hasil
Perikanan merupakan saluran pemasaran dan mekanisme pemasaran. Ikan hasil
tangkapan nelayan akan di jual ke pengumpul seta pedagang ikan dan selanjutnya
langsung di jual di pasar. Pada proses ini terdapat pula pedagang perantara seperti
halnya Paggandeng. Paggandeng membeli ikan di pengumpul atau pedagang
kemudian dijual pada masyarakat yang ada di Dusun Siddo. Pengumpul,
pedagang dan paggandeng dapat menerima keuntungan yang cukup besar karena
persaingan harga antara penjual tidak begitu besar.
Dalam proses tata niaga terdapat mekanisme pemasaran. Mekanisme
pemasaran yang terdapat di Dusun Siddo merupakan mekanisme multilateral.
Karena dalam proses perdagangan hasil tangkapan memiliki rantai yang cukup
panjang. Dimana yang terlibat yaitu nelayan, pengumpul, pedagang ikan bahkan
paggangdeng yang berperan sebagai pedagang perantara. Dalam rantai ini terjadi
proses tawar menawar sehingga menghasilkan kesepakatan harga antara nelayan,
pengumbul dan pedagang. Hal ini berkaitan dengan teori Sambentiro (2012) yang
mengatakan bahwa salah satu mekanisme perdagangan yaitu multilateral.

Multilateral adalah suatu mekanisme transaksi (jual/beli) antara banyak pihak
dengan banyak pihak dengan sistem tawar-menawar secara terbuka di bursa.
Mekanisme multilateral diterapkan di dalam perdagangan berjangka bertujuan
untuk proses pembentukan harga (price discovery), aktivitas lindung nilai
(hedging), serta manfaat ekonomi lainnya.
Selain mekanisme perdagangan dalam tata niaga juga menjelaskan
mengenai saluran pemasaran. Dimana distribusi hasil tangkapan dapat menunjang
hasil pemasaran, tanpa kegiatan distribusi, hasil tangkapan berupa ikan laut tidak
dapat dikonsumsi oleh konsumen. Sistem distribusi atau tataniaga dari suatu
komoditas perlu diketahui untuk menentukan jalur mana yang lebuh efisien dari
semua kemungkinan jalur-jalur yang dapat ditempuh mengingat produk perikanan
yang mempunyai sifat mudah rusak atau busuk. Di Desa Siddo saluran
pemasarannya, seperti berikut:
Nelayan → Pedagang Ikan → Konsumen Akhir
Saluran pemasaran yang ada di Desa Siddo berdasarkan responden
pertama di mulai dari nelayan. Nelayan akan menjual hasil tangkapannya kepada
pedagang ikan yang ada di Desa Siddo. Pedagang akan menjual ikannya langsung
kepasar. Hal ini berkaitan dengan teori Aditama (2011) bahwa dalam saluran
pemasaran terdapat saluran satu tingkat yang mempunyai satu perantara
penjualan. Dalam pasar konsumen, perantara itu sekaligus sebagai pengecer.
Nelayan → Pedagang Ikan → Paggandeng → Konsumen Akhir
Sedangkan saluran pemasaran yang ada di Desa Siddo berdasarkan
responden kedua di mulai dari nelayan. Nelayan akan menjual hasil tangkapannya
kepada pedagang ikan yang ada di Desa Siddo. Pedagang akan menjual ikannya
kepada pedagang pengecer dalam hal ini adalah paggandeng. Selanjutnya
paggandeng akan menjual ikannya ke penduduk Desa Siddo yang berperan
sebagai konsumen akhir. Hal ini berkaitan dengan teori Aditama (2011) bahwa
dalam saluran pemasaran terdapat saluran dua tingkat yang mempunyai dua
perantara. Di dalam pasar konsumen mereka merupakan grosir atau pedagang
besar sekaligus pengecer.

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari hasil Praktik Lapang Tata Niaga Hasil Perikanan
yaitu mekanisme perdagangan yang digunakan oleh nelayan tangkap dalam proses
tata niaga yaitu mekanisme multilateral. Sedangkan saluran tata niaga yang
terdapat pada Desa Siddo berdasarkan responden yaitu saluran pemasaran satu
tingkat yang mempunyai satu perantara penjualan dan saluran pemasaran saluran
dua tingkat yang mempunyai dua perantara.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Pandu. 2011. Analisis Tataniaga Beras di Desa Kenduren, Kecamatan
Wedung, Kabupaten Demak. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Agustina, Lusiana.2008.Analisis Tataniaga Dan Keterpaduan Pasar Kubis (Studi
Kasus Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung,
Provinsi Jawa Barat).Skripsi. F,K9 akultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Hanfiah, M dan A.M. Saefuddin.1986.Tata Niaga Hasil Perikanan. Jakarta :
Universitas Indonesia
Kab. Barru. 2013. Potensi Kelautan dan Perikanan. [Online] pada laman
http://barrukab.go.id [Online] (Diakses pada tanggal 25 Oktober 2016
pukul 22.00 WITA)
Nurshidiq, Rio Sena Eka., Anwar., dan Bianca Benning. 2014. Tata Perdagangan
Perikanan Indonesia Melalui Introduksi Standar Internasional Seafood
Ecolabeling. Institut Pertanian Bogor: Bogor
Rasyid, Nurjannah dkk. 2014. Kajian Daerah Penangkapan Ikan Pelagis Kecil
Terkait Dengan Kondisi Oseanografi di Perairan Kota Makassar
Pada Musim Barat. Makassar.
Sambenthiro.2012.Tata Niaga
Seyegan.Skripsi

Gabah

Di

Desa

Margodadi,

Kecamatan

Viona, Margaretha Astri. 2013. Konstruksi Sosial dan Ekonomi Tataniaga Beras:
Fenomenologi Tataniaga Beras dari Kabupaten Demak ke Kota
Semarang. Universitas Diponegoro: Semarang.