Laporan Praktikum Beban Kerja Mental den
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA
(BEBAN KERJA MENTAL NASA-TLX)
Disusun Oleh :
Hermawati Kartini (13522259)
Nurma Fajriani (13522243)
Kelompok : A-2
Asisten Pembimbing :
Gayuh Minang Lati (E-88)
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA
2014
BAB IV
BEBAN KERJA MENTAL (NASA-TLX)
4.1. Tujuan Paraktikum
1. Mampu menghitung secara subjektif beban kerja mental operator.
2. Mampu menghitung performansi operator sesuai dengan indikator NASATLX.
3. Mampu memberikan bobot dan rating kepada performansi beban kerja mental
pada suatu pekerjaan tertentu
4. Mampu mengintrepetasikan dan menganalisa skor perhitungan performansi
beban kerja mental pada pekerjaan tertentu.
5. Mampu memberikan rekomendasi pada pekerjaan yang memiliki beban kerja
Mental terlalu tinggi atau terlalu rendah.
4.2. Tugas Praktikum
1.
Mengukur besar beban kerja mental operator dengan menggunakan NASATLX.
2.
Menghitung performansi operator sesuai dengan indikator NASA-TLX.
3.
Membandingkan persentase besar bebankerja mental (Real Performance) dari
seluruh operator dikelas dengan seorang operator.
4.
Membuat grafik perbandingan persentase besar beban kerja mental (Real
Performance) dari seluruh operator dikelas dengan seorang operator.
4.3. Output
4.3.1. Deskripsi
Nama Operator
: Nurma Fajriani
Umur
: 19 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Jenis Kegiatan
: Mengisi kuisioner A,B,C,D, dan E
Alat dan bahan
: 1. Stopwatch
2. Lembar Pengamatan
3. Kalkulator
4. Pulpen
4.3.2.
Hasil
4.3.2.1
Pembobotan
5 kuisioner perbandingan indicator pada tabel 1. Diisi oleh seorang
responden, kemudian dilakukan rekapitulasi pada jumlah tally
kuisioner yang diisi sehingga mendapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Perbandingan antar indikator
Kuisione
r
A
B
C
D
E
4.3.2.2
MD
1
3
2
1
2
PD
1
1
2
1
1
Indikator
TD
OP
3
3
3
4
2
2
5
2
4
1
EF
3
0
3
3
3
FR
4
4
4
3
4
Total
15
15
15
15
15
Pemberian Rating
Pada tahap ini operator diberikan rating penilaian pada 6 indikator.
Operator harus mengisi skala 1-100 pada setiap indicator sesuai
dengan keadaan yang dialaminya. Hasil pemberian rating dapat dilihat
pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Data Pemberian Rating
Kuisione
r
A
B
C
D
E
4.3.2.3
MD
50
50
70
70
90
PD
20
20
50
70
80
Indikator
TD
OP
80
30
90
40
90
50
100
50
100
40
EF
40
30
60
70
50
FR
80
90
100
100
90
Menghitung Nilai Produk
Diperoleh dengan mengalikan rating dengan bobot faktor untuk
masing – masing descriptor. Dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 4.3 Total Nilai Produk
Kuisione
r
A
B
C
D
E
MD
50
150
140
70
180
PD
20
20
100
70
80
Indikator
TD
OP
160
90
270
160
180
100
500
100
400
40
EF
120
0
180
210
150
FR
320
360
400
300
360
4.3.2.4 Menghitung Weighted Workload (WWL)
Diperoleh dengan menjumlahkan keenam nilai produk, hasilnya
sebagai berikut:
Tabel 4.4 Total Nilai WWL
Kuisione
r
A
B
MD
50
150
PD
20
20
Indikator
TD
OP
160
90
270
160
EF
120
0
FR
320
360
WWL
760
960
C
D
E
140
70
180
100
70
80
180
500
400
100
100
40
180
210
150
400
300
360
1100
1250
1210
4.3.2.5 Menghitung Rata-rata WWL
Diperoleh dengan membagi WWL dengan jumlah bobot total,
hasilnya sebagai berikut:
Tabel 4.5 Perhitungan rata-rata WWL
Kuisione
r
A
B
C
D
E
MD
3,3
10
9,3
4,7
12
PD
1,3
1,3
6,7
4,7
5,3
Indikator
TD
OP
10,7
6
18
10,7
12
6,7
33,3
6,7
26,7
2,7
EF
8
0
12
14
10
FR
21,3
24
26,7
20
24
4.3.2.6 Interpretasi Skor
Tabel 4.6 Skor NASA-TLX
Golongan
BebanKerja
Rendah
Sedang
Agak Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Nilai
0-9
10-29
30-49
50-79
80-100
WWL
50,6
64
73,4
83,4
80,7
Dari total rata-rata WWL yang didapatkan, maka berdasarkan tabel
6 diatas. Didapatkan kategori pada setiap pekerjaan operator sebagai
berikut:
Tabel 4.7 Kategori Penilaian Beban Kerja
Kuisioner
A
B
C
D
E
4.3.2.7
NilaiBebanKerja
50,6
64
73,4
83,4
80,7
Kategori
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Real Performance
Tabel 4.8 Real Performance Operator
Kuisioner
Real Performance
A
25%
B
30%
C
25%
D
10%
E
9,50%
Tabel 4.9 Real Performance rata – rata kelas
4.3.2.1
Kuisioner
Real Performance
A
59,17%
B
71,25%
C
66,67%
D
62,50%
E
62,64%
Grafik perbandingan Real Performance
Real Performance
80%
70%
60%
Real Performance
Operator
Rata - rata Real Performance Kelas
50%
40%
30%
20%
10%
0%
A
B
C
D
E
Grafik 4.1 Perbandingan Real Performance
4.3.3. Analisis
4.3.3.1.
Operator A
Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan,
beban kerja mental pada operator A sebesar 50,6. Maka
berdasarkan nilai tersebut, beban kerja mental pada operator A
termasuk dalam beban kerja tinggi. Faktor dominan yang sangat
mempengaruhi dalam penentuan beban kerja fisik ini adalah
frustration level (FR). Dari hasil pengamatan, dapat dilihat salah
satu aktivitas membuat operator terbebani hingga frustration level
menjadi faktor dominan dalam penentuan beban kerjanya adalah
suasana kelas yang tidak kondusif sehingga mengganggu
konsentrasi.
Selain itu, tingkat putus asa sangat tinggi dimana pada
operator A ini takut bila pekerjaannya tidak selesai dengan tepat
waktu. Ditambah lagi dengan pengaruh semua kelompok dalam
ruangan tersebut telah menyelesaikan pekerjaannya sedangkan
operator A ini sendiri belum selesai.
Dilihat dari hasil real performance operator A ini termasuk
rendah yaitu sebesar 25%. Ini menunnjukkan bahwa hasil dari
pekerjaan tersebut kurang memuaskan. Hal ini terjadi karena
operator saat mengerakan tugas kurang konsentrasi. Selain itu,
operator yang biasanya memakai kacamata pada saat melakukan
kerja operator tidak menggunakannya. Jika dibandingkan dengan
real performance rata – rata operator lain dikelas Nampak
perbedaan yang signifikan dimana real performance rata – rata
kelas sebesar 59,17%. Artinya, secara keseluruhan hasil kerja dari
seluruh operator dikelas cukup baik.
4.3.3.2.
Operator B
Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan,
beban kerja mental pada operator B sebesar 64. Maka berdasarkan
nilai tersebut, beban kerja mental pada operator B termasuk dalam
beban kerja tinggi. Faktor dominan yang sangat mempengaruhi
dalam penentuan beban kerja fisik ini sama dengan operator A
yaitu frustration level (FR). Dari hasil pengamatan, dapat dilihat
salah satu aktivitas membuat operator terbebani hingga frustration
level menjadi faktor dominan dalam penentuan beban kerjanya
adalah suasana kelas yang tidak kondusif sehingga mengganggu
konsentrasi.
Selain itu, tingkat putus asa sangat tinggi dimana pada
operator B ini takut bila pekerjaannya tidak selesai dengan tepat
waktu. Ditambah lagi dengan pengaruh semua kelompok dalam
ruangan tersebut telah menyelesaikan pekerjaannya sedangkan
operator B ini sendiri belum selesai.
Dilihat dari hasil real performance hampir sama dengan
operator A dimana hasilnya juga termasuk rendah sebesar 30%. Hal
ini terjadi karena faktor internal dari operator yang kurang
konsentrasi sehingga dalam melakukan kerja tersebut operator
gegabah.
Jika dibandingkan dengan real performance rata – rata
operator lain dikelas Nampak perbedaan yang signifikan dimana
real performance rata – rata kelas sebesar 71,25%. Artinya, secara
keseluruhan hasil kerja dari seluruh operator dikelas cukup baik.
4.3.3.3.
Operator C
Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan,
beban kerja mental pada operator C sebesar 73,4%. Maka
berdasarkan nilai tersebut, beban kerja mental pada operator C
termasuk dalam beban kerja tinggi. Faktor dominan yang sangat
mempengaruhi dalam penentuan beban kerja fisik ini sama dengan
operator A dan B yaitu frustration level (FR). Dari hasil
pengamatan, dapat dilihat salah satu aktivitas membuat operator
terbebani hingga frustration level menjadi faktor dominan dalam
penentuan beban kerjanya adalah suasana kelas yang tidak
kondusif sehingga mengganggu konsentrasi.
Selain itu, tingkat putus asa sangat tinggi dimana pada
operator C ini takut bila pekerjaannya tidak selesai dengan tepat
waktu. Ditambah lagi dengan pengaruh semua kelompok dalam
ruangan tersebut telah menyelesaikan pekerjaannya sedangkan
operator C ini sendiri belum selesai.
Dilihat dari hasil real performance hampir sama dengan
operator A dimana hasilnya juga termasuk rendah sebesar 25%. Hal
ini terjadi karena faktor internal dari operator yang kurang
konsentrasi sehingga dalam melakukan kerja tersebut operator
gegabah.
Jika dibandingkan dengan real performance rata – rata
operator lain dikelas Nampak perbedaan yang signifikan dimana
real performance rata – rata kelas sebesar 66,67%. Artinya, secara
keseluruhan hasil kerja dari seluruh operator dikelas cukup baik.
4.3.3.4.
Operator D
Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan,
beban kerja mental pada operator D sebesar 80,7%. Maka
berdasarkan nilai tersebut, beban kerja mental pada operator D
termasuk dalam beban kerja sangat tinggi. Faktor dominan yang
sangat mempengaruhi dalam penentuan beban kerja fisik operator
D ini berbeda dengan operator A, B dan C dimana pada operator D
faktor dominannya adalah Temporal Demand (TD). Dari hasil
pengamatan, dapat dilihat bahwa jumlah tekanan yang terjadi pada
operator D ini cukup tinggi. Operator D ini merasa tertekan
terhadap waktu sehingga operator D bekerja secara cepat tanpa
mempedulikan hasil dari pekerjaannya tersebut.
Selain itu, tingkat putus asa sangat tinggi dimana pada
operator C ini takut bila pekerjaannya tidak selesai dengan tepat
waktu. Ditambah lagi dengan pengaruh semua kelompok dalam
ruangan tersebut telah menyelesaikan pekerjaannya sedangkan
operator D ini sendiri belum selesai.
Dilihat dari hasil real performance dimana hasilnya juga
sangat rendah sebesar 10%. Hal ini terjadi karena faktor internal
dari operator yang kurang konsentrasi sehingga dalam melakukan
kerja tersebut operator gegabah dan tidak mempedulikan hasil
kerjanya. Yang penting selesai dengan tepat waktu
Jika dibandingkan dengan real performance rata – rata
operator lain dikelas Nampak perbedaan yang signifikan dimana
real performance rata – rata kelas sebesar 62,50%. Artinya, secara
keseluruhan hasil kerja dari seluruh operator dikelas cukup baik.
4.3.3.5.
Operator E
Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan,
beban kerja mental pada operator E sebesar 83,4%. Maka
berdasarkan nilai tersebut, beban kerja mental pada operator E
termasuk dalam beban kerja sangat tinggi. Faktor dominan yang
sangat mempengaruhi dalam penentuan beban kerja fisik operator
E ini sama dengan operator D dimana pada operator E faktor
dominannya
adalah
Temporal
Demand
(TD).
Dari
hasil
pengamatan, dapat dilihat bahwa jumlah tekanan yang terjadi pada
operator E ini cukup tinggi. Operator E ini merasa tertekan
terhadap waktu sehingga operator D bekerja secara cepat tanpa
mempedulikan hasil dari pekerjaannya tersebut.
Selain itu, tingkat putus asa sangat tinggi dimana pada
operator E ini takut bila pekerjaannya tidak selesai dengan tepat
waktu. Ditambah lagi dengan pengaruh semua kelompok dalam
ruangan tersebut telah menyelesaikan pekerjaannya sedangkan
operator E ini sendiri belum selesai.
Dilihat dari hasil real performance hasilnya termasuk
sangat rendah sebesar 9.5%. Hal ini terjadi karena faktor internal
dari operator yang kurang konsentrasi sehingga dalam melakukan
kerja tersebut operator gegabah. Selain itu tingkat kesulitan kerja
semakin naik sedangkan hanya diberi waktu 2 menit.
Jika dibandingkan dengan real performance rata – rata
operator lain dikelas Nampak perbedaan yang signifikan dimana
real performance rata – rata kelas sebesar 62,64%. Artinya, secara
keseluruhan hasil kerja dari seluruh operator dikelas cukup baik.
4.3.4. Kesimpulan
4.3.4.1.
Tingkat beban kerja mental dari semua operator tinggi. Pekerjaan
ini termasuk pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi dan
kesabaran yang tinggi bagi operator.
4.3.4.2.
Secara keseluruhan, faktor dominan dalam penentuan beban kerja
mental operator adalah frustration level dan temporal demand.
Tingkat frustasi operator disebabkan oleh suasana kelas yang
cukup gaduh sehingga mengganggu konsentrasi operator dan
tekanan terhadap waktu penyelesaian kerja tersebut juga sangat
mempengaruhi hasil dari pekerjaan tersebut.
4.3.4.3.
Real performance dari tiap operator semakin menurun ini
disebabkan karena tingkat kesulitan kerja yang semakin meningkat
selain itu juga tekanan terhadap waktu juga sangat mempengaruhi
hasil dari real performance ini sendiri.
FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA
(BEBAN KERJA MENTAL NASA-TLX)
Disusun Oleh :
Hermawati Kartini (13522259)
Nurma Fajriani (13522243)
Kelompok : A-2
Asisten Pembimbing :
Gayuh Minang Lati (E-88)
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA
2014
BAB IV
BEBAN KERJA MENTAL (NASA-TLX)
4.1. Tujuan Paraktikum
1. Mampu menghitung secara subjektif beban kerja mental operator.
2. Mampu menghitung performansi operator sesuai dengan indikator NASATLX.
3. Mampu memberikan bobot dan rating kepada performansi beban kerja mental
pada suatu pekerjaan tertentu
4. Mampu mengintrepetasikan dan menganalisa skor perhitungan performansi
beban kerja mental pada pekerjaan tertentu.
5. Mampu memberikan rekomendasi pada pekerjaan yang memiliki beban kerja
Mental terlalu tinggi atau terlalu rendah.
4.2. Tugas Praktikum
1.
Mengukur besar beban kerja mental operator dengan menggunakan NASATLX.
2.
Menghitung performansi operator sesuai dengan indikator NASA-TLX.
3.
Membandingkan persentase besar bebankerja mental (Real Performance) dari
seluruh operator dikelas dengan seorang operator.
4.
Membuat grafik perbandingan persentase besar beban kerja mental (Real
Performance) dari seluruh operator dikelas dengan seorang operator.
4.3. Output
4.3.1. Deskripsi
Nama Operator
: Nurma Fajriani
Umur
: 19 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Jenis Kegiatan
: Mengisi kuisioner A,B,C,D, dan E
Alat dan bahan
: 1. Stopwatch
2. Lembar Pengamatan
3. Kalkulator
4. Pulpen
4.3.2.
Hasil
4.3.2.1
Pembobotan
5 kuisioner perbandingan indicator pada tabel 1. Diisi oleh seorang
responden, kemudian dilakukan rekapitulasi pada jumlah tally
kuisioner yang diisi sehingga mendapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Perbandingan antar indikator
Kuisione
r
A
B
C
D
E
4.3.2.2
MD
1
3
2
1
2
PD
1
1
2
1
1
Indikator
TD
OP
3
3
3
4
2
2
5
2
4
1
EF
3
0
3
3
3
FR
4
4
4
3
4
Total
15
15
15
15
15
Pemberian Rating
Pada tahap ini operator diberikan rating penilaian pada 6 indikator.
Operator harus mengisi skala 1-100 pada setiap indicator sesuai
dengan keadaan yang dialaminya. Hasil pemberian rating dapat dilihat
pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Data Pemberian Rating
Kuisione
r
A
B
C
D
E
4.3.2.3
MD
50
50
70
70
90
PD
20
20
50
70
80
Indikator
TD
OP
80
30
90
40
90
50
100
50
100
40
EF
40
30
60
70
50
FR
80
90
100
100
90
Menghitung Nilai Produk
Diperoleh dengan mengalikan rating dengan bobot faktor untuk
masing – masing descriptor. Dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 4.3 Total Nilai Produk
Kuisione
r
A
B
C
D
E
MD
50
150
140
70
180
PD
20
20
100
70
80
Indikator
TD
OP
160
90
270
160
180
100
500
100
400
40
EF
120
0
180
210
150
FR
320
360
400
300
360
4.3.2.4 Menghitung Weighted Workload (WWL)
Diperoleh dengan menjumlahkan keenam nilai produk, hasilnya
sebagai berikut:
Tabel 4.4 Total Nilai WWL
Kuisione
r
A
B
MD
50
150
PD
20
20
Indikator
TD
OP
160
90
270
160
EF
120
0
FR
320
360
WWL
760
960
C
D
E
140
70
180
100
70
80
180
500
400
100
100
40
180
210
150
400
300
360
1100
1250
1210
4.3.2.5 Menghitung Rata-rata WWL
Diperoleh dengan membagi WWL dengan jumlah bobot total,
hasilnya sebagai berikut:
Tabel 4.5 Perhitungan rata-rata WWL
Kuisione
r
A
B
C
D
E
MD
3,3
10
9,3
4,7
12
PD
1,3
1,3
6,7
4,7
5,3
Indikator
TD
OP
10,7
6
18
10,7
12
6,7
33,3
6,7
26,7
2,7
EF
8
0
12
14
10
FR
21,3
24
26,7
20
24
4.3.2.6 Interpretasi Skor
Tabel 4.6 Skor NASA-TLX
Golongan
BebanKerja
Rendah
Sedang
Agak Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Nilai
0-9
10-29
30-49
50-79
80-100
WWL
50,6
64
73,4
83,4
80,7
Dari total rata-rata WWL yang didapatkan, maka berdasarkan tabel
6 diatas. Didapatkan kategori pada setiap pekerjaan operator sebagai
berikut:
Tabel 4.7 Kategori Penilaian Beban Kerja
Kuisioner
A
B
C
D
E
4.3.2.7
NilaiBebanKerja
50,6
64
73,4
83,4
80,7
Kategori
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Real Performance
Tabel 4.8 Real Performance Operator
Kuisioner
Real Performance
A
25%
B
30%
C
25%
D
10%
E
9,50%
Tabel 4.9 Real Performance rata – rata kelas
4.3.2.1
Kuisioner
Real Performance
A
59,17%
B
71,25%
C
66,67%
D
62,50%
E
62,64%
Grafik perbandingan Real Performance
Real Performance
80%
70%
60%
Real Performance
Operator
Rata - rata Real Performance Kelas
50%
40%
30%
20%
10%
0%
A
B
C
D
E
Grafik 4.1 Perbandingan Real Performance
4.3.3. Analisis
4.3.3.1.
Operator A
Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan,
beban kerja mental pada operator A sebesar 50,6. Maka
berdasarkan nilai tersebut, beban kerja mental pada operator A
termasuk dalam beban kerja tinggi. Faktor dominan yang sangat
mempengaruhi dalam penentuan beban kerja fisik ini adalah
frustration level (FR). Dari hasil pengamatan, dapat dilihat salah
satu aktivitas membuat operator terbebani hingga frustration level
menjadi faktor dominan dalam penentuan beban kerjanya adalah
suasana kelas yang tidak kondusif sehingga mengganggu
konsentrasi.
Selain itu, tingkat putus asa sangat tinggi dimana pada
operator A ini takut bila pekerjaannya tidak selesai dengan tepat
waktu. Ditambah lagi dengan pengaruh semua kelompok dalam
ruangan tersebut telah menyelesaikan pekerjaannya sedangkan
operator A ini sendiri belum selesai.
Dilihat dari hasil real performance operator A ini termasuk
rendah yaitu sebesar 25%. Ini menunnjukkan bahwa hasil dari
pekerjaan tersebut kurang memuaskan. Hal ini terjadi karena
operator saat mengerakan tugas kurang konsentrasi. Selain itu,
operator yang biasanya memakai kacamata pada saat melakukan
kerja operator tidak menggunakannya. Jika dibandingkan dengan
real performance rata – rata operator lain dikelas Nampak
perbedaan yang signifikan dimana real performance rata – rata
kelas sebesar 59,17%. Artinya, secara keseluruhan hasil kerja dari
seluruh operator dikelas cukup baik.
4.3.3.2.
Operator B
Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan,
beban kerja mental pada operator B sebesar 64. Maka berdasarkan
nilai tersebut, beban kerja mental pada operator B termasuk dalam
beban kerja tinggi. Faktor dominan yang sangat mempengaruhi
dalam penentuan beban kerja fisik ini sama dengan operator A
yaitu frustration level (FR). Dari hasil pengamatan, dapat dilihat
salah satu aktivitas membuat operator terbebani hingga frustration
level menjadi faktor dominan dalam penentuan beban kerjanya
adalah suasana kelas yang tidak kondusif sehingga mengganggu
konsentrasi.
Selain itu, tingkat putus asa sangat tinggi dimana pada
operator B ini takut bila pekerjaannya tidak selesai dengan tepat
waktu. Ditambah lagi dengan pengaruh semua kelompok dalam
ruangan tersebut telah menyelesaikan pekerjaannya sedangkan
operator B ini sendiri belum selesai.
Dilihat dari hasil real performance hampir sama dengan
operator A dimana hasilnya juga termasuk rendah sebesar 30%. Hal
ini terjadi karena faktor internal dari operator yang kurang
konsentrasi sehingga dalam melakukan kerja tersebut operator
gegabah.
Jika dibandingkan dengan real performance rata – rata
operator lain dikelas Nampak perbedaan yang signifikan dimana
real performance rata – rata kelas sebesar 71,25%. Artinya, secara
keseluruhan hasil kerja dari seluruh operator dikelas cukup baik.
4.3.3.3.
Operator C
Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan,
beban kerja mental pada operator C sebesar 73,4%. Maka
berdasarkan nilai tersebut, beban kerja mental pada operator C
termasuk dalam beban kerja tinggi. Faktor dominan yang sangat
mempengaruhi dalam penentuan beban kerja fisik ini sama dengan
operator A dan B yaitu frustration level (FR). Dari hasil
pengamatan, dapat dilihat salah satu aktivitas membuat operator
terbebani hingga frustration level menjadi faktor dominan dalam
penentuan beban kerjanya adalah suasana kelas yang tidak
kondusif sehingga mengganggu konsentrasi.
Selain itu, tingkat putus asa sangat tinggi dimana pada
operator C ini takut bila pekerjaannya tidak selesai dengan tepat
waktu. Ditambah lagi dengan pengaruh semua kelompok dalam
ruangan tersebut telah menyelesaikan pekerjaannya sedangkan
operator C ini sendiri belum selesai.
Dilihat dari hasil real performance hampir sama dengan
operator A dimana hasilnya juga termasuk rendah sebesar 25%. Hal
ini terjadi karena faktor internal dari operator yang kurang
konsentrasi sehingga dalam melakukan kerja tersebut operator
gegabah.
Jika dibandingkan dengan real performance rata – rata
operator lain dikelas Nampak perbedaan yang signifikan dimana
real performance rata – rata kelas sebesar 66,67%. Artinya, secara
keseluruhan hasil kerja dari seluruh operator dikelas cukup baik.
4.3.3.4.
Operator D
Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan,
beban kerja mental pada operator D sebesar 80,7%. Maka
berdasarkan nilai tersebut, beban kerja mental pada operator D
termasuk dalam beban kerja sangat tinggi. Faktor dominan yang
sangat mempengaruhi dalam penentuan beban kerja fisik operator
D ini berbeda dengan operator A, B dan C dimana pada operator D
faktor dominannya adalah Temporal Demand (TD). Dari hasil
pengamatan, dapat dilihat bahwa jumlah tekanan yang terjadi pada
operator D ini cukup tinggi. Operator D ini merasa tertekan
terhadap waktu sehingga operator D bekerja secara cepat tanpa
mempedulikan hasil dari pekerjaannya tersebut.
Selain itu, tingkat putus asa sangat tinggi dimana pada
operator C ini takut bila pekerjaannya tidak selesai dengan tepat
waktu. Ditambah lagi dengan pengaruh semua kelompok dalam
ruangan tersebut telah menyelesaikan pekerjaannya sedangkan
operator D ini sendiri belum selesai.
Dilihat dari hasil real performance dimana hasilnya juga
sangat rendah sebesar 10%. Hal ini terjadi karena faktor internal
dari operator yang kurang konsentrasi sehingga dalam melakukan
kerja tersebut operator gegabah dan tidak mempedulikan hasil
kerjanya. Yang penting selesai dengan tepat waktu
Jika dibandingkan dengan real performance rata – rata
operator lain dikelas Nampak perbedaan yang signifikan dimana
real performance rata – rata kelas sebesar 62,50%. Artinya, secara
keseluruhan hasil kerja dari seluruh operator dikelas cukup baik.
4.3.3.5.
Operator E
Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan,
beban kerja mental pada operator E sebesar 83,4%. Maka
berdasarkan nilai tersebut, beban kerja mental pada operator E
termasuk dalam beban kerja sangat tinggi. Faktor dominan yang
sangat mempengaruhi dalam penentuan beban kerja fisik operator
E ini sama dengan operator D dimana pada operator E faktor
dominannya
adalah
Temporal
Demand
(TD).
Dari
hasil
pengamatan, dapat dilihat bahwa jumlah tekanan yang terjadi pada
operator E ini cukup tinggi. Operator E ini merasa tertekan
terhadap waktu sehingga operator D bekerja secara cepat tanpa
mempedulikan hasil dari pekerjaannya tersebut.
Selain itu, tingkat putus asa sangat tinggi dimana pada
operator E ini takut bila pekerjaannya tidak selesai dengan tepat
waktu. Ditambah lagi dengan pengaruh semua kelompok dalam
ruangan tersebut telah menyelesaikan pekerjaannya sedangkan
operator E ini sendiri belum selesai.
Dilihat dari hasil real performance hasilnya termasuk
sangat rendah sebesar 9.5%. Hal ini terjadi karena faktor internal
dari operator yang kurang konsentrasi sehingga dalam melakukan
kerja tersebut operator gegabah. Selain itu tingkat kesulitan kerja
semakin naik sedangkan hanya diberi waktu 2 menit.
Jika dibandingkan dengan real performance rata – rata
operator lain dikelas Nampak perbedaan yang signifikan dimana
real performance rata – rata kelas sebesar 62,64%. Artinya, secara
keseluruhan hasil kerja dari seluruh operator dikelas cukup baik.
4.3.4. Kesimpulan
4.3.4.1.
Tingkat beban kerja mental dari semua operator tinggi. Pekerjaan
ini termasuk pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi dan
kesabaran yang tinggi bagi operator.
4.3.4.2.
Secara keseluruhan, faktor dominan dalam penentuan beban kerja
mental operator adalah frustration level dan temporal demand.
Tingkat frustasi operator disebabkan oleh suasana kelas yang
cukup gaduh sehingga mengganggu konsentrasi operator dan
tekanan terhadap waktu penyelesaian kerja tersebut juga sangat
mempengaruhi hasil dari pekerjaan tersebut.
4.3.4.3.
Real performance dari tiap operator semakin menurun ini
disebabkan karena tingkat kesulitan kerja yang semakin meningkat
selain itu juga tekanan terhadap waktu juga sangat mempengaruhi
hasil dari real performance ini sendiri.