PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BORDIR BANGIL

Assalamualaikum wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nyalah, kami dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Pengembangan Ekonomi Lokal yaitu
“Pengembangan Ekonomi Lokal Bordir Bangil di Kabupaten Pasuruan” dengan tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada Pak Dr. Ir. Eko Budi Santoso,
Luc,rer,reg, dan Ibu Belinda Ula Auilia , ST , MSc. selaku dosen pengajar dan pembimbing untuk mata
kuliah Pengembangan Ekonomi Lokal, rekan-rekan yang telah memberi masukan yang sangat berguna
bagi proses penyusunan tugas ini, serta semua pihak terkait yang telah banyak membantu sehingga
tugas ini dapat terselesaikan.
Demi kesempurnaan penyusunan laporan tugas ini, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan. Semoga laporan tugas ini bermanfaat bagi pembaca sekalian. Terima kasih atas
perhatiannya.
Wassalamualaikum wr. Wb.

Surabaya, 27 Mei 2016

Penyusun

2

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ...................................................................................................................................................................... 3
I.

PENDAHULUAN ................................................................................................................................................... 5
1.1.

LATAR BELAKANG .................................................................................................................................... 5

1.2.

RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................................. 5

1.3.

TUJUAN ......................................................................................................................................................... 5

1.4.

SISTEMATIKA PENULISAN ..................................................................................................................... 5


II.

GAMBARAN UMUM DAN ISU-ISU STRATEGIS ....................................................................................... 7
2.1.

LOKASI WILAYAH STUDI ........................................................................................................................ 7

2.2.

JUMLAH DAN PERKEMBANGAN UNIT USAHA ............................................................................ 7

2.3.

PELAKU USAHA ......................................................................................................................................... 7

2.4.

PROSES PRODUKSI .................................................................................................................................. 8

2.5.


PEMASARAN ............................................................................................................................................... 8

2.6.

PRASARANA DAN SARANA PENUNJANG PRODUKSI ............................................................... 9

2.6.1.

Prasarana ................................................................................................................................................ 9

2.6.2.

Mesin Bordir dan Mesin Jahit ......................................................................................................... 9

2.6.3.

Tempat Produksi ................................................................................................................................. 9

2.6.4.


Pelatihan dan Pameran Pemasaran ...........................................................................................10

2.6.5.

Pasar atau Toko .................................................................................................................................11

2.7.

KEBIJAKAN DAN REGULASI YANG MENDUKUNG .....................................................................11

2.8.

ISU-ISU STRATEGIS ................................................................................................................................12

2.8.1.

Peluang .................................................................................................................................................12

2.8.2.


Tantangan ............................................................................................................................................12

III.

ANALISIS PENGEMBANGAN PEL ...........................................................................................................14

3.1.

IDENTIFIKASI KLASTER YANG BERPOTENSI KUAT .....................................................................14

3.2.

KEMITRAAN PEMERINTAH DENGAN STAKEHOLDERS ............................................................15

3.3.

PENGUATAN KEMAMPUAN USAHA LOKAL ................................................................................15

3.4.


MEMPROMOSIKAN KLASTER ............................................................................................................16

IV.

STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL ..............................................................................17

4.1.

ANALISIS SWOT.......................................................................................................................................17

4.1.1.

KOMPONEN S-W ..............................................................................................................................17

4.1.2.

KOMPONEN O-T ...............................................................................................................................17

4.2.


STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL .........................................................................18

3

REFERENSI.....................................................................................................................................................................19

4

Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) merupakan proses dimana pemerintah lokal dan
organisasi masyarakat terlibat untuk medorong, merangsang, memelihara aktivitas usaha untuk
menciptakan lapangan pekerjaan (Blakely dan Bradshaw, 1994). PEL perlu diterapkan untuk
meningkatkan kegiatan ekonomi pada suatu daerah. Daerah yang sangat berpotensi untuk
diterapkannya PEL adalah daerah yang memiliki kegiatan ekonomi berskala kecil namun
berkompetitif dan sangat berpotensi untuk dikembangkan secara jangka panjang. .
Dalam perekonomial Indonesia, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) atau
industri kecil merupakan kelompok kegiatan usaha ekonomi yang memiliki jumlah paling besar.
Dimana industri kecil tersebut termasuk dalam usaha yang mempunyai daya tahan terhadap
krisis ekonomi. Namun industri kecil memiliki banyak masalah dan kelemahan, yaitu belum
memiliki standar operasional prosedur yang jelas, kurangnya pendidikan dan sumber daya

manusia serta kurangnya modal yang dapat menghambat kemajuan UMKM. Oleh karena itu
diperlukannya PEL pada industri-industri kecil tersebut.
Kecamatan Bangil adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Pasuruan. Di Kecamatan
Bangil terdapat berbagai macam industri kecil yang kompetitif di antaranya industy kecil
kulit/sandal, perak, kerupuk tahu, karpet dan keset. Namun, industri kecil yang sangat diminati
oleh masyarakat Bangil dan paling mendominasi adalah bordir. Sesuai dengan salah satu
agenda Pemprov Jatim tahun 2006-2008 bahwa di Bangil terpilih menjadi klaster industri kecil
bordir karena dipandang sebagai jenis usaha yang relatif mampu terus bertahan di tengah krisis
dan intensitas persaingan yang makin meningkat serta mempunyai karakteristik padat karya
(menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar), bahan baku tersedia dan kemampuan produksi
(Irawandan Putra, 2007). Walaupun telah berkembang pesat menjadi kota Bordir, tidak
menutup kemungkinan masih ada beberapa kendala yang ditemukan dalam pembangunan
ekonomi di Bangil Oleh sebab itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan PEL
di Kecamatan Bangil.
Rumusan masalah yang diangkat dalam studi ini adalah “bagaimana kondisi
pengembangan ekonomi lokal berbasis kerajinan bordir di Bangil serta strategi apa yang tepat
untuk meningkatkan kegiatan pengembangan ekonomi lokal tersebut?”

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengidentifikasi kegiatan
pengembangan ekonomi lokal berbasis kerajinan bordir di Bangil serta merumuskan strategi

yang tepat untuk meningkatkan kegiatan pengembangan ekonomi lokal tersebut

Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN: memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan sistematika
penulisan.
BAB II. GAMBARAN UMUM DAN ISU-ISU STRATEGIS: memuat lokasi wilayah studi, jumlah dan
perkembangan unit usaha, pelaku usaha, proses produksi, pemasaran, sarana dan prasarana
produksi, kebijakan dan regulasi yang mendukung, dan isu-isu strategis.
5

BAB III. ANALISIS PENGEMBANGAN PEL: memuat identifikasi klaster hingga promosi klaster
sesuai dengan kondisi faktual
BAB IV. STRATEGI PEL: memuat komponen dan hasil analisis SWOT.

6

Bangil merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Pasuruan. Terdiri atas
15 kelurahan dan desa dengan batasan-batasan sebelah selatan Kecamatan Rembang, sebelah
timur dengan Kecamatan Kraton, sebelah utara dengan Selat Madura, dan sebelah Barat
dengan Kecamatan Beji. Kecamatan Bangil yang direncanakan menjadi ibukota Kabupaten

Pasuruan ini memiliki luas sekitar 38,14 km2 dengan jumlah penduduk sekitar 86,750 jiwa pada
tahun 2014 (BPS, 2015).
Selain dikenal sebagai Kota Santri, Bangil juga terkenal dengan sebutan kota Bordir
karena memiliki kerajinan border yang sangat berkualitas dan berciri khas. Bahkan, kerajinan
border Bangil diakui di luar Bangil hingga mancanegara. Selain itu pada tanggal 11 September
2005 oleh Wakil Bupati Kabupaten Pasuruan,sebutan Bangkodir (Bangil Kota Bordir) diresmikan
sebagai brand kota Bangil Kerajinan border Bangil sangat beraneka ragam yakni busana
muslim pria, busana musim wanita , busana muslim anak-anak, kerudung, mukena, kopiah,
selimut, dompet, sepatu , tempat tisu dan sebagainya.

Karena dijuluki sebagai Kota Bordir, Bangil memiliki banyak industri kecil dan
menengah yang memiliki produk berupa kerajinan bordir. Pada tahun 2011-2014, jumlah unit
usaha border Bangil selalu mengalami kenaikan dengan rata sebesar 10-20 unit usaha. Berikut
data jumlah IKM Bordir serta tenaga kerjanya
Tabel 1Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Bordir Bangil Tahun 2011-2014
Tahun
2011
2012
2013
2014


Unit
Tenaga Kerja (orang)
546
12884
561
12929
576
12974
591
13019
Sumber: Disperindag Kabupaten Pasuruan

Pelaku usaha border Bangil didominasi oleh pekerja perempuan. Dimana di Bangil
sendiri , para perempuannya aktif untuk bekerja dalam mencari nafkah. Selain menjadi pekerja,
perempuan juga menjadi pengusaha. Pelaku usaha bordir Bangil pun tidak perlu memiliki
pendidikan yang tingi , yang dibutuhkan hanya keterampilan, kreativitas, keuletan. Dari segi
penyerapan ketenagakerjaan Penyerapan tenaga kerja pada usaha bordir Bangil dipengaruhi
oleh 3 faktor yakni
1. Faktor Jumlah Unit Usaha
Berdasarkan pada Tabel 1 , dapat dilihat bahwa kenaikan jumlah unit usaha juga
diikuti oleh kenaikan jumlah tenaga kerja. Dimana dari tahun 2011 hingga 2014,
penyerapan tenaga kerja tersebut terus meningkat dengan peningkatan kurang
lebih sebesar 50 orang.
2. Upah Tenaga Kerja
UMK Pasuruan mengalami peningkatan setiap tahun , dimana pada tahun 2013 UMK
Pasuruan sebesar Rp 1720.000 per bulan. Dengan UMK yang sangat tinggi

7

diharapkan mampu menarik tenaga kerja, sehingga banyak tenaga kerja yang
tertampung di unit usaha bordir.
3. Nilai produksi industri
Bordir Bangil memiliki permintaan yang terus meningkat, sehingga nilai produksi
turut meningkat. Menurut Disperindag, tahun 2013 nilai produksi bordir Bangil ratarata mencapai nilai 1.148.160 per potong. Oleh sebab itu unit usaha bordir
membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak untuk memproduksi bordir.
Namun terdapat permasalahan dalam penyerapan tenaga kerja di usaha bordir Bangil
yakni adanya peralihan tenaga kerja ke Industri pabrik. Hal ini disebabkan UMK di pabrik
industri lebih besar dibandingkan UMK sentra UKM.

Terdapat 2 jenis proses produksi pada border Bangil yaitu manual dan menggunakan
mesin kontrol komputer. Secara garis besar, proses produksi border Bangil didominasi oleh
manual. Dimana pada proses manual setiap orang mengerjakan satu kerajinan border dengan
mesin jahit. Namun pada proses menggunakan mesin kontrol komputer, satu orang hanya perlu
menjaga mesin yang sudah terkontrol komputer itu, dan dalam sekali dapat menghasilkan
banyak produk border. Mesin kontrol komputer ini hanya terdapat pada pengusaha border
yang telah besar , namun mesin ini juga terdapat pada sentral Bordir Bangil yang dimana
merupakan sumbangan dari pemerintah. Pemberian mesin tersebut bertujuan agar
mempermudah kinerja pengusaha kecil bordir dan membantu desain dalam membordir baju.

Gambar 1 Proses Pengerjaan Bordir Bangil

Sumber: pasuruantourism.com
Pemasaran border Bangil, tidak hanya pada skala regional dan nasional, tetapi juga
Internasional. Cukup banyak negara-negara yang telah membeli produk Bordir Banil, seperti
Malaysia, Brunei hingga Arab Saudi. Tidak tanggung-tanggung , Kerajaan Kelantan, Malaysia,
telah berlangganan Bordir Bangil hingga saat ini, jumlah pesanannya pernah mencapai 3000
helai sajadah border pada tahun 2004.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk meningkatkan iklim suasana kerajinan
Bordir, pada tahun 2005, Wakil Bupati Pasuruan menetapkan Bankodir (Bangil Kota Bordir)
sebagai brand kota Bangil. Hal ini juga bertujuan untuk menunjukkan bahwa bordir sebagai
brand, bukan sekedar sentra produksi semata. Selain itu, pemerintah juga turut membangun
Sentra Bordil Bangil agar penjualan Bordir Bangil dari berbagai pengrajin dapat dikumpulkan
pada satu tempat. Sentra border Bangil juga merupakan secretariat Asosiasi Pengusaha Bordir
Pasuruan (Aspendir) Pasuruan.
8

Bahan baku/bahan mentah merupakan bahan yang digunakan untuk keperluan
produksi (Ahyadi,1979). Perencanaan kebutuhan bahan baku adalah proses untuk menjamin
bahwa bahan baku tersedia bilamana diperlukan. Ketika suatu usaha memprediksi permintaan
terhadap produknya di masa mendatang, waktu bahan baku harus datang dapat ditentukan
untuk mencapai tingkat produksi yang memenuhi permintaan yang diprediksi. Bahan baku
terpenting dalam menunjang produksi bordir, baik bordir manual ataupun bordir komputer
salah satunya adalah Benang Bordir dan Kain Bordir.

Gambar 2Kain dan Benang sebagai Bahan Baku Bordir
Sumber : google.com

Mesin bordir adalah alat khusus yang digunakan untuk membordir atau menyulam
benang di atas kain dengan berbagai macam jenis tusuk. Mesin jahit umum yang biasanya
digunakan untuk menjahit. Mesin tersebut awalnya digerakkan secara manual dengan
menggerakkan pedal yang terdapat pada mesin menggunakan kaki, namun kecepatannya
sangat rendah tergantung dengan seberapa cepat gerakan kaki pembordir. Namun, untuk
mempercepat pengerjaan, kebanyakan pembordir menggunakan alat bantu dinamo yang
kecepatannya dua kali lipat lebih cepat dibandingkan digerakkan dengan kaki.

Gambar 3 Mesin Bordir dan Mesin jahit

Sumber : google.com

Tempat produksi bordir di Bangil berupa kampung atau rumah yang memiliki usaha
bordir. Dalam 1 kampung mendapati 1 rumah menjahit, tetangga membordir, selisih satu

9

rumah, ditemukan lagi ahli bordir, tetangga menjahit. Jadi sangat banyak jumlah pembordir
dan penjahit di kota Bangil.

Gambar 4Mesin Bordir dan Mesin jahit

Sumber : google.com

Aktor dalam pengembangan industri bordir untuk memperkuat Kompetensi Inti
Industri Daerah adalah Disperindag Kab. Pasuruan dan Para Pengusaha Bordir. Pengembangan
yang dilakukan oleh Disperindag adalah melakukan pelatihan dan pembinaan pada para
pengusaha bordir, mengadakan pameran produk unggulan untuk memperkenalkan produknya.
Sedangkan pelaku usaha dalam upaya untuk mengembangkan bordir adalah selalu berinovasi
untuk menemukan motif dan desain dalam kerajinan bordir, menjalin kerjasama pemasaran
dengan sejumlah mitra, dan kooperatif dengan kegiatan pembinaan yang dilakukan
pemerintah.

Gambar 5 Pameran dan Pelatihan PEL Bordir Bangil

Sumber : google.com

10

Sentra kerajinan bordir ini terletak di Jl Pattimura (Pembangunan) No. 999 Bangil.
Sentra ini memajang kerajinan bordir khas Kota Pasuruan diantaranya tas aplikasi, tempat
tissue, tutup gelas, mukena bordir, taplak panjang, sarung galon, mini bed cover, hand painting,
daster bordir, kebaya bordir, sarung bantal, taplak meja, bordir lukisan dan berbagai hiasan unik
lainnya. Tersedia juga kartu nama di bawah masing-masing hasil kerajinan bordir.

Gambar 6 Sentra Bordir Bangil

Sumber : google.com

Di dalam sektor PDRB, usaha bordir di bangil ini termasuk ke dalam Sektor Industri
Pengolahan. Kebijakan dan regulasi terkait industri tertuang pada Undang-Undang No. 3 Tahun
2014 tentang perindustrian dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 20052025 terkait rencana pengembangan industri.
Berdasarkan Undang-Undang No. 3 Tahun 2014, perindustrian diselenggarakan
dengan tujuan:


Mewujudkan industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional



Mewujudkan industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta industri hijau






Mewujudkan kedalaman kekuatan struktur industri
Mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan atau
penguasaan industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat
Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja



Mewujudkan pemerataan pembangunan industri ke seluruh



Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan.

wilayah Indonesia guna

memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional

Di dalam RPJPD 2005-2025 terkait peningkatan daya saing industri diarahkan untuk
menjadi sektor yang kompetitif dalam rangka penciptaan struktur ekonomi yang seimbang
melalui pendayagunaan potensi produksi dalam negeri dan terwujudnya kerjasama maupun
kemitraan antar sub-sektor industri.
Penyelenggaraan urusan perindustrian di Kabupaten Pasuruan mempunyai satu
sasaran yaitu Meningkatkan Produksi Sektor Industri. Keberhasilan pencapaian sasaran
pembangunan industri dalam RPJMD 2008-2013 diukur dengan 2 indikator yaitu
Perkembangan Industri Kecil Menengah Besar dan Kontribusi Sektor industri terhadap PDRB
(Disperindag Kab. Pasuruan).
11

Berdasarkan penelitian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pasuruan
mengenai Industri Kecil Menengah dan Besar (IKMB) bahwa jumlah unit IKMB di Kabupaten
Pasuruan pada Tahun 2013 mencapai 2.177 unit atau meningkat sebanyak 75 unit dari Tahun
2012 yang sebanyak 2.102 unit. Target akhir RPJMD 2008 – 2013 sebanyak 155 unit, maka
capaian indikator ini hanya sebesar 48,39% dibandingkan dengan target RPJMD. Belum
tercapainya target RPJMD dikarenakan belum stabilnya ekonomi global yang berpengaruh
terhadap ekonomi regional. Namun demikian jumlah IKMB di Kabupaten Pasuruan mengalami
peningkatan sebesar 3,57% dibandingkan Tahun lalu. Apabila dibandingkan peningkatan
jumlah IKMB Tahun 2012 sebanyak 78 unit, maka peningkatan jumlah unit IKMB Tahun 2013
lebih rendah sebanyak 3 unit atau 96,15%.
Kabupaten Pasuruan memiliki banyak produk IKM (Industri Kecil Menegah) salah
satunya Industri Bordir. Industri bordir di Kabupaten Pasuruan ini merupakan industri kecil yang
menjadi produk unggulan, yang apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik maka akan
dapat menjadi komoditi dan sumber perekonomian yang potensial untuk masa yang akan
datang.

Salah satu sektor penggerak dari perekonomian masyarakat adalah sektor industri.
Sektor ini mempunyai peran penting dalam mendongkrak pembangunan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Industri kecil memiliki peranan dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi nasional, karena industri kecil mampu bertahan di dalam krisis ekonomi dan
memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun regional. Kabupaten Pasuruan memiliki banyak
produk IKM (Industri Kecil Menegah) salah saunya Industri Bordir. Industri bordir di Kabupaten
Pasuruan ini merupakan industri kecil yang menjadi produk unggulan, yang apabila dikelola
dan dikembangkan dengan baik maka akan dapat menjadi komoditi dan sumber perekonomian
yang potensial untuk masa yang akan datang. Akan tetapi dalam mengembangkan hal tersebut
peluang dan tantangan dihadapi oleh industri bordir tersebut.




Peningkatan pemesanan dari konsumen saat hari-hari tertentu
Meningkatnya produksi bordir saat hari-hari tertentu seperti Hari Raya Idul Fitri, Musim
Haji dan Hari Natal. merupakan peluang untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Di saat-saat seperti ini, omzet dapat meningkat hingga 90%, sehingga aktivitas produksi
semakin padat dan produksi bordir siap pakai juga meningkat.
Adanya permintaan dari pasar luar negeri
Jangkauan pemasaran produk kerajinan bordir dari Bangil ini tidak hanya untuk pasar
dalam negeri saja tetapi juga hingga ke luar negeri dengan negara tujuan Malaysia, Brunei
Darussalam, Arab Saudi, dan lain-lain.



Teknologi yang semakin canggih



Perkembangan teknologi bordir dapat dilihat dari penggunaan mesin untuk mengelolah
bahan baku. Perkembangan mesin bordir berbasis teknologi komputer memungkinkan
kegiatan produksi bordir dilakukan secara masal dalam waktu yang relatif singkat dan
akurat dengan pola desain yang rumit. Hal tersebut dapat mempengaruhi sumber daya
manusia atau pekerjanya untuk menyesuaikan dengan teknologi yang ada.
Semakin maraknya produk China yang dijual di pasaran
Maraknya produk China dapat mengakibatkan kehancuran sektor-sektor ekonomi yang
diserbu. Pasar dalam negeri yang diserbu produk dengan kualitas dan harga yang sangat
12



bersaing akan mendorong pengusaha dalam negeri berpindah usaha dari produsen di
berbagai sektor ekonomi menjadi importir atau pedagang saja. Peranan produksi terutama
sektor IKM dalam pasar nasional akan terpangkas dan digantikan impor. Hal tersebut
berdampak dengan ketersediaan lapangan kerja semakin menurun.
Harga bahan baku yang naik turun
Krisis keuangan saat ini telah memicu naiknya harga bahan baku bordir seperti benang
dan kain. Padahal, benang dan kain merupakan komponen terbesar produksi bordir. Di sisi
yang lain perajin bordir tidak bisa menaikkan harga jual karena lemahnya daya beli
masyarakat. Akibatnya, keuntungan yang diperoleh para perajin bordir berkurang.

13

Sebelum mengembangkan ekonomi lokal, diperlukan informasi sektor atau komoditas
apa yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi klaster pengembangan ekonomi lokal. Hal
tersebut dapat ditemukan dari data-data kegiatan ekonomi dari BPS. Ada beberapa metode
analisis dalam mendapatkan sektor atau komoditas apa yang berpotensi kuat menjadi klaster
PEL. Namun, karena keterbatasan data yang ditemukan di Kecamatan Bangil, metode analisis
yang digunakan bukanlah menggunakan LQ, Shift Share, atau metode analisis lain yang umum
digunakan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif gabungan antara data
BPS dengan hasil wawancara langsung dengan masyarakat Bangil.
No

Desa/ Kelurahan

A

Perkotaan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kolursari
Kiduldalem
Pogar
Kauman
Bendomanunggal
Kersikan
Gempeng
Derma
Latek
Raci
Manaruwi
Kalirejo
Total Perkotaan
Perdesaan
Tambakan
Kalianyar
Masangan
Total Perdesaan
Total Kecamatan

B
1
2
3

Industri
dari
kulit

Industri
dari
kayu

Industri
dari
logam

Industri dari
anyaman

Industri
dari
tenun

Industri
mamin

1
3
6
1
1
12

2
3
4
1
10
1
2
23

3
10
3
1
1
1
2
21

2
3
4
1
10
1
2
23

15
20
15
13
7
5
15
90

1
20
10
2
1
5
39

3
7
10
100

1
4
5
44

7
7
0
0
0
19
23
21
23
Sumber : Kecamatan Bangil Dalam Angka Tahun 2014

Apabila dilihat dari data BPS di atas, industri dari tenun menduduki peringkat pertama
dari segi jumlah indsutri rumah tangga. Industri dari tenun yang dimaksudkan di sini adalah
industri rumah tangga yang mengolah kain menjadi bordir. Industri rumah tangga bordir
terbanyak yang ada di Bangil berada di Kelurahan Kiduldalem dengan jumlah 20 industri.
Masyarakat Bangil ketika ditanya dimana pusat industri rumah tangga bordir juga menjawab
kelurahan yang sama.
Industri rumah tangga bordir di Kecamatan Bangil sudah terjadi hilirisasi.
Maksud dari hilirisasi adalah produk yang dihasilkan tidak hanya satu macam, melainkan dari
satu macam produk dapat didiversifikasikan menjadi beberapa macam produk turunan untuk
menciptakan nilai tambah. Produk utama dari bordir Bangil adalah kain. Dari kain, industri
rumah tangga bordir Bangil mampu menciptakan mukena, tas, sepatu, dompet, bros, jilbab,
tudung saji, sarung bantal, dll.

14

Gambar 7 Ragam Produk Industri Rumah Tangga Bordir Bangil

Pengembangan ekonomi lokal perlu membangun kemitraan dengan stakeholders
yakni pemerintah dan dunia usaha untuk saling berbagi tanggungjawab dalam pengembangan
klaster. Dari sisi pemerintah, Pemerintah Kabupaten Pasuruan menjadikan Kecamatan Bangil
sebagai sentra industri bordir. Terbukti dengan Kecamatan Bangil yang mendapatkan julukan
“Bangkodir” sejak tahun 2005. Bangkodir merupakan akronim dari “Bangil Kota Bordir”. Padahal
Industri Bordir di Kabupaten Pasuruan tersebar di beberapa wilayah seperti Beji, Bangil,
Pandaan, Gondangwetan, Lumbang, serta Kejayan. Selain mendapatkan branding kawasan PEL
dari Pemerintah Kabupaten Pasuruan, Disperindag Kabupaten Pasuruan juga mempromosikan
produk bordir Bangil pada pameran-pameran UKM juga membuat sentra pemasaran bordir di
awal masuk Kecamatan Bangil (dari arah Surabaya).
Dari sisi dunia usaha, sebagian pengusaha industri bordir Bangil telah menjalin
kerjasama dengan distributor yakni perusahaan ekspedisi seperti TIKI, JNE, Pos, Herona Express
via kereta, Benny Putra via kereta, Yun Cargo via laut, DMK Cargo via udara, dan Lion Air.

Penguatan kemampuan usaha lokal berarti meningkatkan kemampuan stakeholders
untuk menghasilkan ide-ide, mendorong inisiatif, dan mobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan

15

untuk pengembangan usaha. Asosiasi Pengusaha Bordir (Aspendir) bersama Disperindag
Kabupaten Pasuruan melakukan pemberdayaan pengrajin bordir dengan:
a.
b.
c.
d.
e.

Menjaring pengrajin bordir di sekitar industri bordir
Memberikan gaji sesuai kemampuan
Mempekerjakan pengrajin bordir di rumah masing-masing
Memberdayakan dengan konsep pelatihan
Saling sharing antar pengrajin dan pengusaha

Diharapkan dengan adanya pengumpulan para pengrajin dan menyediakan sesi
sharing antar pengrajin dan pengusaha, memunculkan ide-ide, mendorong inisiatif, hingga
memobilisasi sumberdaya yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha industri rumah
tangga bordir Bangil.

Klaster industri rumah tangga bordir Bangil sudah memiliki branding kawasan dengan
istilah Bangkodir. Untuk memperkuat kemampuan pengusaha lokal dalam berkompetisi dalam
pasar nasional bahkan internasional, diperlukan usaha lebih supaya dapat meningkatkan
penjualan, meningkatkan pendapatan, dan menciptakan lapangan kerja produktif. Usaha yang
dilakukan antara lain pembuatan logo identitas visual Bangil sebagai kota yang memiliki potensi
wisata kreatif berupa produk kerajinan dengan nuansa religius. Selain itu ada pula studi strategi
pengembangan usaha yang dilakukan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
dalam mengetahui peluang pasar dan ancamannya berupa politik dumping dari Thailand dan
Cina. Dengan demikian, diharapkan industri rumah tangga bordir Bangil mampu bersaing di
kancah internasional.

Gambar 8 Identitas Visual Bangil dan Rambu Lokasi Industri Rumah Tangga Bordir Bangil

16

Menurut Utomo (2000), analisis SWOT adalah proses kreatif dalam merencanakan
strategi, kebijakan, dan program-program kerja suatu organisasi dengan memperhatikan
kondisi lingkungan, baik eksternal dan internal serta sisi positif dan negatif. Luaran dari analisis
SWOT adalah strategi yang terususun berdasarkan identifikasi dan pengkajian berbagai faktor
yang nantinya akan dikembangkan melalui peningkatan kekuatan dan peluang, namun pada
saat bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman.

STRENGTH
Ada peningkatan jumlah unit usaha dan
tenaga kerja yang terserap (S1)
Nilai produksi yang terus meningkat (S2)
Kerajinan bordir Bangil sudah memiliki
branding tersendiri, yaitu Bangkodir (S3)
Sudah ada asosiasi yang menaungi
pengusaha bordir (S4)
Pelaku usaha yang selalu berinovasi dalam
menciptakan motif dan desain baru (S5)
















OPPORTUNITY
Peluang pekerjaan bagi perempuan yang
ingin bekerja dari rumah (O1)
Kenaikan UMK Kabupaten Pasuruan
setiap tahunnya diharapkan mampu
menarik tenaga kerja (O2)
Adanya bantuan mesin bordir dari
pemerintah (O3)
Adanya fasilitas sentra bordir yang
dibangun pemerintah agar penjualan
kerajinan bordir Bangil terkonsentrasi
(O4)
Lokasi sentra bordir yang strategis, yaitu
di lokasi yang menjadi titik masuknya
kendaraan dari arah Surabaya (O5)
Peluang pemasaran melalui pameranpameran produk unggulan berskala
nasional dan internasional (O6)
Sudah menjalin kemitraan dengan
perusahaan ekspedisi

WEAKNESS
Sarana promosi yang masih minim (W1)
Sistem manajemen belum sempurna (W2)









THREAT
Peralihan tenaga kerja ke industri pabrik
karena UMK industri lebih besar
dibandingkan UMK kegiatan UKM (T1)
Penggunaan
alat
bordir
dengan
teknologi komputer mempengaruhi
penurunan kebutuhan tenaga kerja (T2)
Ancaman dari produk Cina dan Thailand
yang dijual di pasaran dengan
penampilan serupa tetapi dijual dengan
harga murah dan tersedia dalam jumlah
banyak (T3)
Krisis keuangan yang berdampak
terhadap bahan baku bordir (T4)

17

Gabungan dari analisis SWOT tersebut menghasilkan strategi yang direkomendasikan
untuk mengembangkan kegiatan pengembangan ekonomi lokal kerajinan bordir di Bangil.
Strategi yang terbentuk merepresentasikan faktor eksternal dan internal sesuai dengan fakta
yang ada. Berikut merupakan strategi hasil kajian penulis:
STRATEGI S-O


mempromosikan UKM kerajinan bordir Bangil sebagai alternatif mata pencaharian bagi
perempuan yang ingin bekerja dari rumah (S1+O1+O2)
meningkatkan citra produk kerajinan bordir melalui pameran, baik yang berskala
nasional maupun internasional (S3+O6)
memperkuat kerjasama dengan perusahaan ekspedisi untuk memperluas jaringan
distribusi (S2+O7)
memanfaatkan sarana sentra bordir yang sudah tersedia untuk mendukung proses
inovasi dan strategi pemasaran (S4+O+O5)





STRATEGI S-T






memberikan insentif atau bonus bagi pengarajin bordir yang inovatif dan produktif
(S1+T1)
-mempertahankan jenis bordir tradisional serta memperkaya motif yang hanya dapat
dihasilkan dengan teknologi tradisional (S5+T2)
meningkatkan peran asosiasi dalam memberikan kemudahan dalam mengakses
bahan baku dengan harga yang terjangkau (S4+T4)
mempatenkan motif khas Bangil serta mengendalikan produk impor yang masuk
(S3+S4+T3)

STRATEGI W-O




melakukan kerjasama antar manajemen UKM bordir Bangil untuk melakukan
pemasaran secara terpadu, baik di lokasi produksi maupun di luar wilayah produksi
(W2+O6)
mengoptimalkan sarana promosi yang dimiliki saat ini dan menggencarkan promosi
online (W1+O4+O5)

STRATEGI W-T




memanfaatkan sarana promosi online untuk meningkatkan citra positif produk kerajina
bordir Bangil serta mendorong konsumen dalam negeri untuk lebih memilih produk
buatan dalam negeri (W1+T3)
memperbaiki manajemen UKM kerajinan bordir Bangil agar mampu bersaing dengan
produk-produk dari luar dan bertahan ketika terjadi krisis (W2+T3+T4)

18

Apriyanto, I. M. (2013). Strategi Pengembangan Usaha pada UMKM Rumah Busana Faiza Bordir di
Kecamatan Bangil Kota Pasuruan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, Vol 2.
Ardiyanti, L., Suryadi, & Setyowati, E. (2014). Strategi Pemberdayaan Pengrajin Bordir Melalui Kegiatan
Ekonomi Kreatif. Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol. 3, 733-738.
Faiz, A. B. (2013). Perancangan Identitas Visual Kota Bangil Sebagai Media Promosi Potensi Wisata.
Kecamatan Bangil dalam Angka. (2015). Badan Pusat Statistik.
Ardiyanti, Dkk. 2015. Strategi Pemberdayaan Pengrajin Bordir Melalui Kegiatan Ekonomi Kreatif. Malang
Wijaya, S.D. 2011. Strategi Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Border di Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Kendal. Semarang
Mahmud, D. 2014. Pengembangan Industri Bordir Untuk Memperkuat Kompetensi Inti Industry Daerah di
Kab Pasuruan. Malang
Kuswati da Hendry Cahyono. Analisa Pengaruh Idustri Kecil Bordir Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
di Kecamatan Bangi Kabupaten Pasuruan. Surabaya
Wildaramadani, Rafky (2015) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada industri
kecil menengah (IKM) pada Sentra Bordir Bangil 2009-2013. Undergraduate thesis, Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim.

19