EVALUASI PENGGUNAAN FREKUENSI PADA PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS
EVALUASI PENGGUNAAN FREKUENSI PADA PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS
1 Azwar Aziz 2 dan Awangga Febian Surya Admaja
1 Peneliti Madya dan 2 Calon Peneliti Puslitbang Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika
Jln. Medan Merdeka Barat No.9 Jakartaa 10110 Telp./Fax. 021-34833640
e-mail : 1 [email protected], 2 [email protected]
Diterima: 2 Februari 2011; Disetujui: 31 Maret 2011
ABSTRACT
This evaluation study discusses the use of radio frequency on the implementation of the community radio. In the use of limited frequency channel for community radio, and also because of ignorance of the community radio or community organizers about the regula- tions relating to the use of special frequency that causes the number of community radio frequency usage not in accordance with the provisions that have been enacted. This study tried to describe the problems that occur in the use of community radio frequency using qualitative research approach and in-depth interviews. This studiy found that many problems due to lack of knowledge providers in terms of regulations relating to the operation of community radio.
Keywords: community radio, community radio frequency
ABSTRAK
Kajian evaluasi ini membahas tentang penggunaan frekuensi pada penyelenggaraan radio komunitas. Dalam penggunaan kanal frekuensi yang terbatas untuk radio komunitas dan juga karena ketidaktahuan dari masyarakat atau penyelenggara radio komunitas tentang peraturan yang berkaitan dengan penggunaan frekuensi khusus radio komunitas sehingga menyebabkan banyaknya penggunaan frekuensi yang tidak sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku. Kajian ini berusaha memaparkan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam penggunaan frekuensi radio komunitas dengan cara pendekatan kualitatif kepada penyelenggara radio komunitas dan dilakukan wawancara mendalam. Dalam kajian ini dihasilkan bahwa banyaknya permasalahan dikarenakan kurangnya pengetahuan penyelenggara dalam hal peraturan yang berkaitan dengan penyelenggaraan radio komunitas.
Kata kunci: radio komunitas, frekuensi radio komunitas
uletin Pos dan
B Telekomunikasi
261
uletin Pos dan
B Telekomunikasi
VOL. 9 NO. 3 SEPTEMBER 2011
LATAR BELAKANG
Penyelenggara Radio Komunitas dalam melakukan kegiatan penyiaran radio menggunakan spektrum frekuensi radio, sebagaimana diatur dalam Undang Undang RI Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi pada pasal 33, ayat 1 yang menjelaskan penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit wajib mendapatkan izin pemerintah dan ayat 2 mengatakan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit harus sesuai dengan peruntukannya dan tidak saling mengganggu. Kemudian dalam Peraturan Pemerintah Nomor
53 Tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit menjelaskan bahwa definisi spektrum frekuensi radio dalam peraturan tersebut adalah kumpulan pita frekuensi radio. Pita frekuensi radio merupakan bagian dari spektrum frekuensi radio yang mempunyai lebar tertentu. Selanjutnya pada Peraturan Menteri Nomor: 13/PER/M.KOMINFO/08/ 2010 Tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM. 15 tahun 2003 Tentang Rencana Induk (Master Plan) Frekuensi Radio Penyelenggaraan Telekomuni- kasi Khusus Untuk Keperluan Radio Siaran FM (Frequency Modulation) menerangkan bahwa frekuensi khusus radio komunitas hanya
dialokasikan 3 kanal yakni di frekuensi FM 107.7 Mhz.; 107.8 Mhz.; 107.9 Mhz.
Radio komunitas adalah stasiun siaran radio yang dimiliki, dikelola, diperuntukkan, diinisiatifkan dan didirikan oleh sebuah komunitas. Pelaksana penyiaran (seperti radio) komunitas disebut sebagai lembaga penyiaran komunitas. Radio komunitas juga sering disebut sebagai radio sosial, radio pendidikan, atau radio alternatif. Intinya, radio komunitas adalah “dari, oleh, untuk dan tentang komunitas”.
Peran dan fungsi radio komunitas sebagai salah satu bagian dari sistem penyiaran Indonesia secara praktek ikut berpartisipasi dalam penyam- paian informasi yang dibutuhkan komunitasnya, baik menyangkut aspirasi warga masyarakat maupun program-program yang dilakukan pemerintah untuk bersama-sama menggali masalah dan mengem- bangkan potensi yang ada di lingkungannya. Keberadaaan radio komunitas juga salah satunya adalah untuk terciptanya tata pemerintahan yang baik dengan memandang asas- asas: 1) Hak asasi manusia, merupa- kan kemerdekaan menyampaikan pendapat dan memperoleh informasi melalui penyiaran; 2) Keadilan, terciptanya tatanan system penyiaran yang adil, merata dan seimbang;
1 http://id.wikipedia.org/Radio_komunitas, diakses 28 Pebruari 2011
VOL. 9 NO. 3 SEPTEMBER 2011
3) Informasi, merupakan media otoritas tunggal pengendali media di informasi dan komunikasi dalam tangan pemerintah. Keberadaan radio penyebaran informasi yang seimbang komunitas di Indonesia semakin kuat dan setimpal di masyarakat, memiliki setelah disahkannya Undang-Undang kebebasan dan tanggungjawab; RI Nomor 32 tahun 2002 tentang
4) Pengembangan komunitas dan pro- Penyiaran. gram pengurangan risiko bencana;
Dalam Undang Undang penyiaran
5) Mempromosikan budaya lokal;
tersebut, radio komunitas adalah
6) Sebagai Kontrol Pembangunan 1
termasuk kedalam lembaga penyiaran Beberapa karakteristik yang komunitas, dimana dalam penjelasan-
membedakan radio komunitas dari nya pada Pasal 21 ayat 1, lembaga jenis radio lainnya. Pertama, radio penyiaran komunitas merupakan komunitas melayani kepentingan lembaga penyiaran yang berbentuk pendengar yang secara geografis badan hukum Indonesia. Didirikan terbatas. Kedua, radio komunitas oleh komunitas tertentu, bersifat adalah badan hukum yang pemilikan, independen, dan tidak komersil, pendanaan dan pengelolaannya dari dengan daya pancar rendah, luas komunitas itu sendiri. Ketiga, radio jangkauan wilayah terbatas, serta komunitas segenap olah siarannya untuk melayani kepentingan tidak bermaksud mencari keuntungan komunitasnya. dan keempat, radio komunitas
Menurut ketentuan Peraturan biasanya bermula dari hobi bersiaran
Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 2005 beberapa orang yang berhasil menarik
Tentang Penyiaran Lembaga audiensi masyarakat dan kemudian
Penyiaran Komunitas pada Lembaga dimanfaatkan warga untuk kebutuhan
Penyiaran Komunitas pada pasal 2, bersama. Dengan demikian, radio
ayat 1 menjelaskan Lembaga komunitas adalah sebuah wahana
Penyiaran Komunitas menyelengga- komunikasi milik masyarakat, dari
rakan penyiaran melalui sistem masyarakat dan oleh masyarakat
terestrial yang meliputi : a. penyiaran yang potensial untuk melayani
radio AM/MW secara analog atau kepentingan masyarakat itu sendiri
digital; b. penyiaran radio FM secara (Masduki, 2007 : 1).
analog atau digital; penyiaran televisi Radio komunitas di Indonesia mulai secara analog atau digital. Kemudian berkembang pada tahun 2000. Radio pasal 5, ayat 1 dijelaskan bahwa radius komunitas merupakan buah dari siaran Lembaga Penyiaran Komunitas reformasi politik tahun 1998 yang di batasi maksimum 2,5 km (dua ditandai dengan dibubarkannya setengah kilometer) dari lokasi Departemen Penerangan sebagai pemancar atau dengan ERP (effective
uletin Pos dan
B Telekomunikasi
263
uletin Pos dan
B Telekomunikasi
VOL. 9 NO. 3 SEPTEMBER 2011
radiated power ) maksimum 50 (lima puluh) watt.
Saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 300 radio komunitas. Radio-radio komunitas tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang sebagian di antaranya telah mengorganisasikan diri dalam organisasi Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI), Jaringan Independen Radio Komunitas (JIRAK CELEBES), Forum Radio Kampus Bandung, dan lain-lain.
Dengan melihat jumlah kanal frekuensi yang dialokasikan dan jumlah penyelenggara radio komu- nitas perlu dilakukan kajian yang diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang penggu- naan frekuensi pada penyelenggaraan radio komunitas.
Permasalahan
Meskipun batas maksimum untuk jangkauan siaran telah ditetapkan tetapi masih banyak gangguan dalam frekuensi ini terkait stasiun radio komunitas lain yang memiliki ERP lebih dari yang telah dite- tapkan. Begitu juga dengan penggunaan frekuensi yang telah ditetapkan, masih terdapat siaran yang berada diluar frekuensi yang telah ditetapkan.
Dengan memperhatikan hal tersebut diharapkan kajian ini dapat mengha- silkan analisis dan masukan dalam
evaluasi pemanfaatan frekuensi radio komunitas. Sehingga permasalahan dalam penelian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi penggunaan frekuensi pada penyelenggaraan radio komunitas saat ini ?
2. Bagaimana tanggapan penyeleng- gara radio komunitas terhadap jumlah kanal frekuensi yang dialokasikan untuk penyelengga- raan radio komunitas?
Tujuan dan Manfaat
Tujuan kajian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci mengenai penggunaan frekuensi pada penyelenggaraan radio komunitas.
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengawasan terhadap penggunaan frekuensi yang digunakan dalam radio komunitas.
Ruang Lingkup
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup penelitian kualitatif, agar kajian lebih fokus maka sasaran penelitian hanya dilakukan di lingkup penyelenggara radio komunitas, Balai Monitor/Loka dan Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, dengan mengacu pada asumsi- asumsi konsep teori kebijakan. Penelitian dilakukan pada
3 lokasi di wilayah Indonesia.
VOL. 9 NO. 3 SEPTEMBER 2011
LANDASAN TEORI
memiliki 3 (tiga) nilai pokok, yaitu:
1) bersifat cerdas, dalam arti
Kebijakan Publik
memecahkan masalah pada inti Kajian ini ingin mengetahui kebijakan permasalah; 2) bersifat bijaksana, pemerintah di dalam penggunaan dalam arti tidk menghasilkan frekuensi radio dalam penyeleng- masalah baru yang lebih besar garaan radio komunitas. Artinya daripada masalah yang dipecahkan; kebijakan ini merupakan kebijakan
3) memberikan harapan kepada publik yang wajib dipatuhi oleh seluruh warga bahwa mereka dapat segenap lapisan masyarakat, baik memasuki hari esok lebih baik dari masyarakat individu maupun hari ini (Riant Nugroho Dwidjowijoto, organisasi bisnis serta nonbisnis. 2007, 217). Menjadi masalah kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah tepat, Evaluasi Kebijakan
demokratis dan berkeadilan serta Ada banyak definisi evaluasi. Thomas tepat sasaran. Oleh karena itu perlu Dye mengatakan evaluasi kebijakan diketahui definisi kebijakan adalah pemeriksaan yang objektif, publik, menurut Thomas R. Dye sistematis, dan empiris terhadap efek (1995,2) mendefinisikan sebagai dari kebijakan dan program publik what goverment do, why they do it, and terhadap targetnya dari segi tujuan what difference it makes . Harold yang ingin dicapai (Wayne Parsons, Laswell dan Abraham Kaplan 2008, 547). Di dalam evaluasi formatif (1970,71) mendefinisikan sebagai a yang dilakukan ketika kebijakan/pro- projected program of goals, values, and gram sedang diimplementasikan, practices . David Easton (1965,212) menurut Palumbo (1937) merupakan mendefinisikan sebagai the impact of analisis tentang seberapa jauh sebuah goverment activity.
program diimplementasikan dan apa Kebijakan publik adalah setiap kondisi yang bisa meningkatkan keputusan Pemerintah yang keberhasilan implementasi. Oleh memberikan impak pada kehidupan karena itu fase implementasi memerlu- manusia. Kebijakan publik adalah kan evaluasi formatif yang memonitor domain utama pemerintah dan cara dimana sebuah program dikelola mempunyai arti strategis bagi atau diukur untuk menghasilkan pemecahan masalah dalam kehi- umpan balik yang bisa berfungsi dupan bersama pada hari dan di masa untuk meningkatkan proses implemen- depan. Kebijakan publik adalah tasi. Rossa dan Freeman (1993) aturan main yang mengatur mendeskripsikan mode evaluasi kehidupan bersama atau kehidupan formatif ini sebagai evaluasi pada tiga publik. Jadi suatu kebijakan publik persoalan : 1) Sejauh mana sebuah pro-
uletin Pos dan
B Telekomunikasi
VOL. 9 NO. 3 SEPTEMBER 2011
gram mencapai target populasi yang Lokasi penelitian sebanyak 3 lokasi tepat; 2) Apakah penyampaian pelaya- wilayah yaitu: Jakarta, Lampung dan nannya konsisten dengan spesifikasi Jogjakarta dengan alasan pemilihan desain program atau tidak; 3) Sumber lokasi cukup banyak terdapat keberada- daya apa yang dikeluarkan dalam an radio komunitas dan peran penyiaran melaksanakan program (Wayne Par- yang masing-masing radio komunitas sons, 2008, 549).
berbeda satu dengan lainnya.
METODOLOGI PENELITIAN Teknik Pengumpulan Data Pendekatan Penelitian
Pengumpulan data studi ini terdiri Penelitian ini dilakukan dengan dari data sekunder dan data primer,
menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu: menurut Bogdan dan Taylon dalam
1. Pengumpulan data sekunder Moleong (2005 : 4) menjelaskan
dilakukan studi kepustakaan dan metode kualitatif sebagai prosedur
internet berupa data frekuensi ra- penelitian yang menghasilkan data
dio dan radio komunitas serta deskriptif berupa kata-kata tertulis
teori-teori yang terkait dengan atau lisan dari orang-orang dan
topik kajian ini. perilaku yang diamati, diarahkan
2. Pengumpulan data primer, yaitu secara utuh (holistik). menggunakan wawancara menda-
Teknik Penelitian
lam kepada informan yaitu beberapa pemilik atau pengurus
Penelitian dilaksanakan dengan radio komunitas di Yogyakarta menggunakan teknik penelitian
dan Lampung, Ketua Jaringan Radio evaluasi formatif, secara umum
Komunitas Lampung dan terdapat dua jenis penelitian evaluasi,
Yogyakarta, Ketua Komisi Penyiaran yakni evaluasi formatif dan evaluasi
Indonesia di Yogyakarta, Kasubdit, summatif. Evaluasi formatif biasanya
Kepala Loka Monitor Spektrum melihat dan meneliti pelaksanaan
Frekuensi Radio Lampung, Kepala suatu program, mencari umpan balik
Balai Monitor Spektrum Frekuensi untuk memperbaiki pelaksanaan pro-
Radio Yogyakarta dan Kepala Balai gram tersebut. Evaluasi summatif
Monitor Spektrum Frekuensi Radio biasanya dilaksanakan pada akhir pro-
Jakarta.
gram untuk mengukur apakah tujuan program tersebut tercapai. (Masri Wawancara mendalam merupakan Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989: 5). suatu cara mengumpulkan data atau
informasi dengan cara langsung
Lokasi Penelitian
bertatap muka dengan informan,
uletin Pos dan
B Telekomunikasi
VOL. 9 NO. 3 SEPTEMBER 2011
dengan maksud mendapatkan satelit harus sesuai dengan peruntukan- gambaran lengkap tentang topik yang nya dan tidak saling mengganggu. diteliti. Wawancara mendalam dila-
Frekuensi radio adalah jumlah kukan secara intensif dan berulang- getaran elektromagnetik untuk 1 ulang. Pada penelitian kualitatif, (satu) periode, sedangkan spektrum wawancara mendalam menjadi alat frekuensi radio adalah kumpulan utama yang dikombinasikan dengan frekuensi radio. Penggunaan observasi partisipasi (Burhan Bungin, frekuensi radio didasarkan pada 2008, 157). ruang, jumlah getaran, dan lebar pita,
Teknik Analisis Data
yang hanya dapat digunakan oleh 1 (satu) pihak. Penggunaan secara
Kajian ini menggunakan teknik bersamaan pada ruang, jumlah
analisis data evaluasi formatif. getaran, dan lebar yang sama atau
berhimpitan akan saling mengganggu.
GAMBARAN UMUM
Frekuensi dalam telekomunikasi digunakan untuk membawa atau
Regulasi
menyalurkan informasi. Dengan demikian agar informasi dapat dibawa
1. Undang Undang Republik Indone- atau disalurkan dengan baik tanpa
sia Nomor 33 Tahun 1999 tentang gangguan maka penggunaan frekuen-
Telekomunikasi sinya harus diatur. Pengaturan frekuen-
Penyelenggara radio komunitas di si antara lain mengenai pengalokasian dalam melaksanakan penyiaran pita frekuensi dan peruntukannya. menggunakan frekuensi radio.
Pengguna spektrum frekuensi radio Frekuensi radio yang dipakai sesuai
wajib membayar biaya penggunaan pasal 33 ayat 1 mengatakan penggu-
frekuensi, yang besarannya didasar- naan spektrum frekuensi radio dan
kan atas penggunaan jenis dan Iebar orbit satelit wajib mendapatkan izin
pita frekuensi (Pasal 34 ayat 1). Biaya Pemerintah. Pemberian izin penggu-
hak penggunaan spektrum frekuensi naan spektrum frekuensi radio dan
radio merupakan kompensasi atas orbit satelit didasarkan kepada
penggunaan frekuensi sesuai dengan ketersediaan spektrum frekuensi ra-
izin yang diterima. Di samping itu, dio yang telah dialokasikan untuk
biaya penggunaan frekuensi dimak- keperluan penyelenggaraan teleko-
sudkan juga sebagai sarana munikasi termasuk siaran sesuai
pengawasan dan pengendalian agar peruntukannya. Sedangkan pasal 33
frekuensi radio sebagai sumber daya ayat 2 mengatakan penggunaan
alam terbatas dapat dimanfaatkan spektrum frekuensi radio dan orbit
semaksimal mungkin.
uletin Pos dan
B Telekomunikasi
VOL. 9 NO. 3 SEPTEMBER 2011
2. Undang Undang Republik Indone- luas jangkauan wilayah terbatas, serta sia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang untuk melayani kepentingan Penyiaran
komunitasnya. Dilanjutkan pada ayat Dalam Undang Undang Republik In-
2, Lembaga Penyiaran Komunitas donesia Nomor 32 Tahun 2002 diselenggarakan: a) tidak untuk
Tentang Penyiaran mengatur asas, mencari laba atau keuntungan atau tujuan, fungsi dan arah lembaga tidak merupakan bagian perusahaan penyiaran di Indonesia, penyeleng- yang mencari keuntungan semata; garaan penyiaran, pelaksanaan dan b) untuk mendidik dan penyiaran dan lain-lain.
memajukan masyarakat dalam mencapai kesejahteraan, dengan
Dalam pasal 1 ayat 2 menyebutkan: melaksanakan program acara yang Penyiaran adalah kegiatan pemancar- meliputi budaya, pendidikan, dan luasan siaran melalui sarana informasi yang menggambarkan pemancaran dan/atau sarana identitas bangsa. transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan Kemudian ayat 3 menegaskan, spektrum frekuensi radio melalui Lembaga Penyiaran Komunitas udara, kabel, dan/atau media lainnya merupakan komunitas nonpartisan untuk dapat diterima secara serentak yang keberadaan organisasinya: a) dan bersamaan oleh masyarakat tidak mewakili organisasi atau dengan perangkat penerima siaran. lembaga asing serta bukan Kemudian dalam pasal 1 ayat 3 komunitas internasional; b) tidak Penyiaran radio adalah media terkait dengan organisasi terlarang; komunikasi massa dengar, yang dan; c) tidak untuk kepentingan pro- menyalurkan gagasan dan informasi paganda bagi kelompok atau dalam bentuk suara secara umum dan golongan tertentu. terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.
Dalam Undang-undang Penyiaran ini setiap penyelenggara radio komuni-
Sedangkan lembaga penyiaran tas terkena pasal 33 ayat 1 Sebelum komunitas disebutkan dalam pasal 21 menyelenggarakan kegiatannya ayat 1 menyatakan Lembaga Penyiaran lembaga penyiaran wajib mempero- Komunitas sebagaimana dimaksud leh izin penyelenggaraan penyiaran. dalam Pasal 13 ayat (2) huruf c Sedangkan di pasal yang sama ayat 4 merupakan lembaga penyiaran yang mengatakan izin dan perpanjangan berbentuk badan hukum Indonesia, izin penyelenggaraan penyiaran didirikan oleh komunitas tertentu, diberikan oleh negara setelah bersifat independen, dan tidak memperoleh: a) masukan dan hasil komersial, dengan daya pancar rendah,
uletin Pos dan
B Telekomunikasi
VOL. 9 NO. 3 SEPTEMBER 2011
evaluasi dengar pendapat antara maksimal dan ERP maksimum: ra- pemohon dan Komisi Penyiaran Indo- dius siaran Lembaga Penyiaran nesia (KPI); b) rekomendasi kelayakan Komunitas di batasi maksimum 2,5 penyelenggaraan penyiaran dari KPI; km (dua setengah kilometer) dari
c) hasil kesepakatan dalam forum lokasi pemancar atau dengan ERP rapat bersama yang diadakan khusus (effective radiated power) maksimum 50 untuk perizinan antara KPI dan (lima puluh) watt. Pemerintah; dan d. izin alokasi dan
4. Peraturan Menteri Nomor: 13/ penggunaan spektrum frekuensi ra- PER/M.KOMINFO/08/2010 dio oleh Pemerintah atas usul KPI. Tentang Perubahan Kedua Atas Selanjutnya ayat 5 menjelaskan hasil Keputusan Menteri Perhubungan kesepakatan, secara administratif izin Nomor: KM. 15 tahun 2003 Tentang penyelenggaraan penyiaran diberikan Rencana Induk (Master Plan) oleh Negara melalui KPI. Dan ayat 7 Frekuensi Radio Penyelenggaraan mengatakan Lembaga penyiaran wajib Telekomunikasi Khusus Untuk membayar izin penyelenggaraan Keperluan Radio Siaran FM (fre- penyiaran melalui kas negara. quency modulation)
3. Peraturan Pemerintah Republik In- Dalam peraturan tersebut dijelaskan
donesia Nomor 51 Tahun 2005 kanal yang dapat digunakan oleh ra-
Tentang Penyelenggaraan dio penyiaran komunitas pada pasal
Penyiaran Lembaga Penyiaran
5 ayat 2 bagian c. menyebutkan : kanal Komunitas
frekuensi radio 202, 203, 204 untuk Dalam Peraturan Pemerintah No 51 radio penyiaran komunitas. Dimana Tentang Penyelenggaraan Penyiaran frekuensi pada kanal tersebut adalah Lembaga Penyiaran Komunitas, 107,7; 107,8; 107,9. penyelenggaraan Radio Komunitas
pada pasal 1 ayat 2 menyebutkan: Pengertian Radio Komunitas
Lembaga Penyiaran Komunitas Definisi mengenai Radio Komunitas adalah lembaga penyiaran radio atau salah satunya dikemukakan oleh televisi yang berbentuk badan hukum Pusat Informasi Program Penanggu- Indonesia, didirikan oleh komunitas langan Kemiskinan di Perkotaan tertentu, bersifat independen, dan (P2KP). P2KP mengasumsikan bahwa tidak komersial, dengan daya pancar Radio Komunitas merupakan salah rendah, luas jangkauan wilayah satu jenis media komunikasi elektronik, terbatas, serta untuk melayani yang pengelolaannya dilakukan oleh kepentingan komunitasnya. Sedang- masyarakat (Komunitas) sendiri. Ra- kan dalam pasal 5. memuat jangkauan dio Komunitas merupakan media
uletin Pos dan
B Telekomunikasi
VOL. 9 NO. 3 SEPTEMBER 2011
pemberdayaan masyarakat, yang berdiskusi, berkesenian, ataupun bertujuan untuk pendidikan dan menyampaikan pendapat yang peningkatan kapasitas masyarakat. berkenaan dengan kepentingan Sedangkan isi siaran atau informasi bersama. yang disampaikan merupakan informasi pemberdayaan yang
2. Kejelasan komunitasnya
dikemas sesuai dengan budaya lokal. Radio komunitas memiliki khalayak Manajemen radio komunitas, baik yang jelas, yaitu warga yang berdiam manajemen pengelolaannya maupun di wilayah tertentu. Radio komunitas paket-paket siarannya dilakukan melayani jumlah anggota komunitas oleh masyarakat sendiri. Dalam yang kecil. Pengertian komunitas wikipedia.com (versi Indonesia) menurut Pasal 21 Undang-undang menyatakan bahwa radio komunitas Nomor 32 Tahun 2002 tentang adalah stasiun siaran radio yang Penyiaran mengacu pada pembatasan dimiliki, dikelola, diperuntukkan, wilayah geografis. Jika mengikuti diinisiatifkan dan didirikan oleh Undang-Undang ini, maka salah satu sebuah komunitas.
dasar keberadaan suatu stasiun radio Pelaksana penyiaran (seperti radio) komunitas adalah adanya pelayanan
komunitas disebut sebagai lembaga terhadap warga yang berdiam di penyiaran komunitas. Radio komunitas suatu wilayah tertentu. sering juga disebut dengan istilah radio
3. Wilayah cakupan terbatas
sosial, radio pendidikan, atau radio alternatif. Intinya, radio komunitas Radio komunitas melakukan siaran adalah “dari, oleh, untuk dan tentang untuk melayani kepentingan komunitas.”
komunitas yang berada dalam jangkauan siarannya. Tentang
Ciri-ciri Radio Komunitas
pengertian wilayah tertentu tidak menunjuk pada wilayah administra-
1. Partisipasi komunitas
tif. Secara prinsip, wilayah jangkauan Partisipasi warga dapat dilihat pada siaran harus memperhitungkan proses pendirian, pengelolaan, serta kemungkinan keterlibatan aktif evaluasi dan monitoring sebuah komunitasnya. Jangkauan yang luas stasiun radio komunitas. Radio sering kali menyulitkan partisipasi komunitas lahir dari komunitas yang komunitas. Pembatasan wilayah membutuhkan media untuk harus dilihat sebagai cara untuk berkomunikasi di antara mereka. Ra- memperbesar peluang partisipasi dio komunitas menyediakan tempat komunitas dalam pengelolaan radio bagi warga komunitas berbincang, komunitas.
uletin Pos dan
B Telekomunikasi
270
271
uletin Pos dan
B Telekomunikasi
VOL. 9 NO. 3 SEPTEMBER 2011
4. Kedekatan dengan situasi lokal
Hubungan yang dekat dengan komunitasnya serta wilayah cakupan yang terbatas memungkinkan radio komunitas unggul dalam isi siaran yang bersifat lokal. Kekayaan sosial dan budaya setempat merupakan sumber yang kaya bagi program-pro- gram di radio komunitas. Berdasar pengalaman radio komunitas yang sanggup bertahan lama, situasi sosial- budaya merupakan pendukung aktifitas radio komunitas. Isu yang dipakai dalam siaran adalah tentang komunitas atau yang berkaitan dengan kepentingan komunitas. Di sini isu lahir dari komunitas yang memiliki kesamaan kepentingan karena berdiam di wilayah yang sama. Oleh karena itu warga anggota komunitas dapat berbagi pendapat atau ide berdasar pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya. Komunikasi dengan cara berbagi ini akan memperkaya pengetahuan dan pengalaman anggota komunitas yang lain. Pada saatnya, hal itu dapat digunakan untuk mengatasi persoalan bersama.
5. Teknologi berbiaya terjangkau
Teknologi yang digunakan bagi sebuah stasiun radio disesuaikan dengan kemampuan komunitas setempat. Stasiun radio komunitas dapat didirikan dengan mengguna- kan peralatan sederhana. Dengan ketentuan untuk melayani wilayah
terbatas, cukup menggunakan pemancar dengan kekuatan rendah yang tidak mahal. Banyak stasiun ra- dio komunitas dibangun dengan dana sekitar lima juta rupiah. Yang terpenting pada radio komunitas bukanlah pada kecanggihan peralatan, namun lebih pada partisipasi atau keterlibatan komunitasnya. Dengan partisipasi, radio komunitas mampu mengekspresikan suara komunitas- nya. Untuk mendukung partisipasi, maka peralatan yang digunakan harus mudah digunakan oleh warga setempat. Cukup dengan pelatihan singkat, maka warga dapat menggunakannya.
6. Dari, oleh, untuk dan tentang komunitasnya
Beberapa pegiat radio komunitas sering menyebut jargon ini untuk menyebutkan kata lain dari radio komunitas. Mereka menyebut kalimat di atas ketika ditanya orang apa radio komunitas itu. Maksud dari jargon tersebut adalah untuk mengatakan bahwa radio komunitas itu benar- benar sarat dengan kepentingan komunitas itu sendiri. Radio didirikan oleh komunitasnya sendiri, untuk kepentingan komunitasnya, dan bersiaran tentang komunitasnya, termasuk kebutuhankebutuhan komunitasnya akan jenis informasi itu sendiri.
Perizinan Radio Komunitas
uletin Pos dan
B Telekomunikasi
VOL. 9 NO. 3 SEPTEMBER 2011
Penyiaran komunitas harus meme- nuhi tiga persyaratan. Persyaratan: administrasi, program siaran dan data teknik siaran. Klarifikasi persyaratan radio komunitas untuk administrasi dan teknik siaran dilakukan oleh Menteri sementara KPI hanya mengklarifikasi di program siaran. Penyiaran komunitas pun harus menjawab pertanyaan klarifikasi dari Menteri atau Komite Penyiaran Indo- nesia paling lambat 15 hari kerja, atau bisa dianggap membatalkan permo- honannya. Penyiaran komunitas tidak perlu pergi ke Jakarta untuk melakukan klarifikasi, cukup cabang di daerah, tetapi tetap saja penyiaran komunitas harus pergi ke beberapa pintu hanya untuk melakukan klarifikasi. Setelah proses klarifikasi selesai, Menteri kemudian menginisiasi forum rapat bersama, hal ini yang diamanatkan Undang-Undang Penyiaran dilakukan bersama Komite Penyiaran Indonesia. Kemudian yang mengeluarkan atau menolak izin akhirnya adalah Menteri, berdasarkan kesepakatan rapat bersama. Tetapi, Menteri harus memberikan persetu- juan atau penolakan kepada pemohon melalui Komite Penyiaran Indonesia. Proses perizinan kemudian menjadi berbelit-belit karena harus menya- tukan banyak lembaga negara atau pemerintah. Dengan adanya banyak- nya lembaga daerah yang memiliki kewenangan dalam penyiaran, pekerjaan memastikan mereka bisa berkoordinasi pasti bukan hal mudah.
Selain itu kendala lain yang dihadapi dari radio komunitas yaitu wilayah jangkauan siaran. Penyiaran komuni- tas dibatasi maksimum 2,5 kilometer dari lokasi pemancar atau dengan ERP (effective radiated power) maksimum
50 watt. Wilayah jangkauan penyiaran komunitas harus dibatasi, karena itu yang membedakannya dengan radio swasta dan membuatnya harus maksimal dalam melayani pendengar- nya, tetapi dengan membatasi jarak 2,5 km dan 50 watt, perlu diketahui bahwa banyak penyiaran komunitas yang berada jauh di pelosok dengan kondisi tanah yang beragam tidak mampu menjangkau masyarakat di sekitarnya yang bertempat tinggak lebih dari 2,5 km. Penyiaran komunitas yang berada di Jawa atau Bali frekuensi radionya sudah penuh. Sehingga pembatasan ini terasa sangat membebani. Kondisi ini seiring pernyataan Kongres AMARC di Jakarta (AMARC adalah Asosiasi Internasional untuk Radio Komunitas) yang beranggotakan lebih dari 3,000 anggota dari 106 negara bulan No- vember 2005 mengeluarkan “Jakarta Declaration ” yang dengan tegas meminta pemerintah untuk memberi- kan peraturan yang kondusif bagi pengembangan radio komunitas di seluruh wilayah. Karena radio komunitas memegang peran penting dalam proses demokratisasi dan pembangunan. (http://slaksmi. wordpress.com/2007/02/17/tidak- terduga-pp-penyiaran-komunitas/
VOL. 9 NO. 3 SEPTEMBER 2011
diakses 31 Maret 2011). Rencana Undang-Undang (RUU) Penyiaran. Untuk kepentingan
Perkembangan Radio Komunitas
advokasi itulah pada tanggal 22 sampai dengan tanggal 24 Maret 2002
Perkembangan media komunitas diadakanlah workshop pertama radio memiliki peran penting dalam komunitas, yang dihadiri oleh 18 ra- membangun kesadaran publik dan dio komunitas; 2 radio komunitas mendorong terciptanya aliran yang didirikan oleh forum warga, 5 informasi dua arah. Di Indonesia kata radio kampus, 9 radio hobi, Radio “media komunitas” mulai dipakai Komunitas Angkringan dan Radio oleh masyarakat pada awal tahun 2000 Komunitas Serikat Petani Pasundan. dengan muncul buletin komunitas Pada workshop inilah mulai dibahas “Angkringan” yang digagas oleh tentang definisi, ciri dan karakteristik sekelompok anak muda di radio komunitas. Selain itu pada Timbulharjo, Yogyakarta, buletin Fo- workshop ini juga dirumuskan stategi rum Warga Kamal Muara, “Fokkal” untuk melakukan advokasi RUU buletin Forum Warga Kalibaru dan Penyiaran yang mengakomodir beberapa Forum Warga di Bandung. Lembaga Penyiaran Komunitas dan Memasuki tahun 2001, kelompok anak sebagai alat perjuanganya, pada muda yang mengelola buletin tanggal 24 Maret 2002 dideklarasikan- Angkringan di Timbulharjo mulai lah Jaringan Radio mengembangkan radio komunitas,
yang mereka sebut Radio Angkringan Komunitas (JRK) Jawa Barat. FM, kemudian menginspirasi Kemudian menyusul deklarasi Paguyuban Pengembangan Informasi Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta Terpadu (PINTER) di Terban (JRKY) pada tanggal 6 Mei 2002, Yogyakarta untuk mendirikan kemudian dilanjutkan dengan Panagati FM, Forum Warga lokakarya nasional pada 12-15 Mei Cibangkong (FWC) mendirikan radio 2002 sekaligus deklarasi Jaringan Ra- komunitas Cibangkong di Bandung, dio Komunitas Indonesia (JRKI), Forum Masyarakat Majalaya Sejahtera Sebuah Organisasi radio komunitas (FM2S) mendirikan radio komunitas yang ada di Indonesia. Majalaya Sejahtera (MASE) dan Forum
Disahkannya UU Nomor 32 tahun 2002 Komunikasi Warga Kamal Muara tentang Penyiaran pada tanggal 28 mendirikan radio komunitas Kamal Desember 2002, yang merupakan Muara di Jakarta. perjuangan insan-insan radio
Pada bulan Februari 2002 beberapa komunitas yang di dalamnya radio komunitas yang digagas oleh mengakui keberadaan lembaga forum warga mulai terlibat advokasi penyiaran komunitas tepatnya pada
uletin Pos dan
B Telekomunikasi
VOL. 9 NO. 3 SEPTEMBER 2011
bagian keenam pasal 21-24 tentang kesempatan masyarakat untuk Lembaga Penyiaran Komunitas.
menggunakan radio komunitas dalam penyelesaian persoalan-
Berdasarkan perkembangannya, maka persoalan komunitasnya. Bahkan penggolongan radio komunitas dapat beberapa radio komunitas sudah di bagi kedalam 4 (empat) kelompok: berperan dalam proses pembentukan
1) radio komunitas yang berangkat local good governance, village good dari perkembangan kebutuhan media governance, menyokong ekonomi informasi komunitas yang digagas kerakyatan dan melestarikan kearifan- oleh forum warga seperti radio kearifan lokal. Seiring dengan itu pula komunitas Panagati, Radio Komunitas muncul berbagai persoalan yang Cibangkong (RKC) dan radio harus segera diselesaikan oleh radio komunitas Kamal Muara. Dalam hal komunitas, persoalan teknis/ ini radio komunitas Angkringan perangkat siaran, isi/content siaran merupakan kekecualian karena dan kelembagaan radio komunitas keberadaan buletin dan radio yang berdampak terhadap keberlan- angkringan digagas oleh sekelompok jutan lembaga penyiaran ini (http:// anak muda dan dalam perjalannya radiosuandrifm.wordpress.com/di melakukan penguatan kelembagaan akses 7 maret 2011). dengan membentuk Forum
Komunikasi Warga Timbulharjo Kemudian disisi lain, muncul (FOKOWATI) pada tanggal 27 Mei lembaga swadaya masyarakat yang 2001; 2) radio komunitas yang berbasis peduli terhadap keradaan radio kampus; 3) radio komunitas yang komunitas, misalnya salah satu pada awalnya merupakan radio hobi menonjol adalah suara komunitas yang kemudian beririsan dengan dengan jaringan web site http:// kelompok pertama dalam proses suarakomunitas.net/ dan COMBINE advokasi UU Penyiaran dan (community based information net- melakukan reorientasi menjadi radio work) Resource Institution, sebuah komunitas; 4. radio komunitas yang kelembagaan sumberdaya yang orientasinya hobi atau komersil dan memilih strategi penguatan lebih cocok menjadi lembaga komunitas marjinal melalui jaringan penyiaran swasta (radio swasta), informasi dengan jaringan web site tetapi tidak mempunyai daya saing adalah http:/combine.or.id dan dengan radio swasta eksisting.
menerbitkan buku, majalah yang Perkembangan radio komunitas di terkait dengan radio komunitas,
Indonesia mengalami penambahan seperti buku Radio Komunitas jumlah yang kian pesat seiring Mendorong Akuntabilitas dan dengan munculnya keinginan dan Transparansi (DISKUSI), Sebuah
uletin Pos dan
B Telekomunikasi
VOL. 9 NO. 3 SEPTEMBER 2011
Upaya Akar Rumput untuk HASIL PENGUMPULAN DATA
meningkatkan Akuntabilitas dan
Transparansi pelaksanaan PNPM Lampung
(Program Nasional Pemberdayaan
1. Kepala Loka Monitor Spektrum Masyarakat) melalui radio komunitas Frekuensi Radio Bandar Lampung (Syahputra dkk, Agustiawan, 2009, 1). Bapak Ir. Jansen Sitompul, MM
Sejak tahun 2001, COMBINE Resource Berdasarkan keterangan dari Bapak
Institution (selanjutnya disebut COM- Jansen diketahui bahwa hanya ada
BINE) bergerak mendukung pengem- satu radio komunitas (rakom) di
bangan media komunitas dan Lampung yang memiliki ijin yaitu
pemanfaatan Teknologi Informasi- Radio komunikasi G-5 yang
Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari merupakan radio komunitas SMA 5
sistem dan jaringan pengembangan Lampung. Sedangkan sebagian radio
informasi dan komunikasi komunitas. komunikasi yang lain masih sedang
Pada awalnya, COMBINE melakukan dalam proses perijinan.
fasilitasi dan bantuan teknis secara langsung bagi komunitas untuk Bapak Jansen menjelaskan bahwa mengembangkan sistem komuni- meskipun dalam ketentuan terdapat kasinya, salah satunya melalui radio tiga kanal yang dapat digunakan oleh komunitas. Kini COMBINE terdaftar radio komunitas namun secara teknis secara hukum sebagai yayasan yang hanya dapat satu radio komunikasi berpusat di Yogyakarta.
saja dalam suatu wilayah jangkauan siaran, hal ini dikarenakan jangkauan
Jankauan
frekuensi
107.7 Mhz 107.8 Mhz
2,5 km
2,5 km
Gambar 1. Jarak yang salah mendirikan antena dan interperensi antar radio ko munitas
uletin Pos dan
B Telekomunikasi
275
276
uletin Pos dan
B Telekomunikasi
VOL. 9 NO. 3 SEPTEMBER 2011
radius frekuensi yang dipancarkan dalam satu kanal adalah 2,5 km. Terlihat pada gambar 1. di bawah ini bahwa dengan ERP 50 watt frekuensi yang dipancarkan pada 107,7 Mhz menginterferensi sebagian besar pancaran pada 107,8 Mhz dengan ERP yang sama. Hal ini yang menyebabkan tidak boleh terdapat dua atau lebih radio komunitas dalam satu wilayah jangkauan siaran.
Interferensi antar radio komunitas
Pada gambar 2 jarak pendirian antena yang sementinya, sesuai dalam ketentuan, yaitu jarak pancar yang diperbolehkan untuk radio komunitas adalah 2,5 km, jadi jarak antar radio komunitas dengan radio komunitas yang lain adalah minimal 5 km agar jangkauan pancar masing-masing ra- dio komunitas tidak menggangu yang lainnya.
Interferensi antar radio komunitas
Banyaknya radio komunitas yang berdiri mengabaikan ketentuan teknis ini sehingga apabila sering kali terjadi gangguan siaran antar radio komunitas tetapi karena hampir semua tidak memiliki Izin Siaran Ra- dio (ISR) maka pengaduan gangguan tidak dapat ditindak lanjuti, justru radio komunitas tersebut akan diberi peringatan mengudara tanpa izin.
Banyak radio komunitas yang berdiri dengan komunitas yang masih diragukan keberadaannya sehingga terlihat besarnya keinginan mendirikan radio komunitas hanya berasal dari beberapa orang yang memiliki kesenangan terhadap radio dan ingin mendirikan radio yang mengatasnamakan komunitas.
Banyak siaran radio komunitas tanpa
107.7 Mhz 107.8 Mhz
Jankauan frekuensi
2,5km 2,5km 2,5km 2,5km
Gambar 2. Jarak yang benar mendirikan antena dan tidak Interperensi antar radio komunitas
VOL. 9 NO. 3 SEPTEMBER 2011
izin memiliki jadwal siaran yang tidak dengan frekuensi dinas penerbangan tentu sehingga jarang terdeteksi pada sipil. Studi kasus radio komunitas saat monitoring di lapangan.
Klatak yang berada di jalur penerbangan AURI di daerah
2. Ketua JRKL, Bapak Rifky Indrawan
Lampung Selatan yang rentan Bapak Rifky Indrawan merupakan mengganggu frekuensi penerbangan, BPPK (Badan Pelaksana Penyiaran sehingga apabila ada kebocoran Komunitas) yang merupakan struktur sedikit sangat rentan. Sehingga wajib menurut Undang-Undang selain apabila ada pengaduan dari DPK (Dewan Penyiaran Komunitas). masyarakat tentang siaran yang jelek Selain itu juga merupakan Ketua maka siaran akan langsung dimatikan JRKL (Jaringan Radio Komunitas karena ditakutkan gelombang yang Lampung) yang merupakan anggota digunakan naik dan dapat dari JRKI (Jaringan Radio Komunitas mengganggu frekuensi penerbangan. Indonesia) yang bertempat di
Amanat Peraturan Pemerintah dan Lampung.
Undang-Undang bahwa semua Bekerjasama dengan Lembaga lembaga penyiaran harus berlembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Combine atau berasosiasi, dimana diasosiasi di Jogjakarta, untuk pengembangan tersebut diatur permasalah- radio komunitas dan konvergensi permasalahan yang terjadi di dalam media, salah satu bentuk konvergensi asosiasi termasuk di radio komunitas, adalah ke website dalam radio stream- seperti contoh radio Suara Kota dan ing, radio komunitas pertama di Pelangi (dalam satu asosiasi) yang Lampung dan Indonesia yang wilayah siaran berdekatan tetapi melakukan streaming radio. Stream- diatur bahwa masing-masing siaran ing merupakan proyek pilot dari Com- mengarah kearah yang tidak bine yaitu berupa 18 channel stream- berbenturan sehingga tidak ada blank ing setiap wilayah yang masuk spot atau benturan siaran antar kedua jaringan radio komunitas Indonesia radio. Hal ini yang berbeda pendapat (JRKI). Alasan melakukan dengan KPID dan Balmon karena konvergensi media karena frekuensi tidak boleh ada radio komunitas lain yang tidak stabil dan karena frekuensi dalam jangkauan kurang lebih 5 km membutuhkan biaya yang mahal. sesuai dengan Peraturan Perundang- Selain itu frekuensi diatas 100 Mhz Undangan. Menurut asosiasi tidak merupakan frekuensi tinggi yang masalah bila ada beberapa radio rentan membuat rusak perangkat, ada komunitas dalam satu wilayah kurang juga karena alasan keselamatan dari 2,5 km selama daerah siaran karena frekuensi yang berbatasan diatur bersama-sama dan tidak saling
uletin Pos dan
B Telekomunikasi
VOL. 9 NO. 3 SEPTEMBER 2011
menutup satu sama lain. Contoh lain Perkembangan radio Suara Kota di daerah kabupaten Pesawaran selama ini pasang surut karena sering Lampung dimana terdapat hampir terjadi perubahan struktur pengurus. dari 400 radio baik yang menyebut Kerjasama yang pernah dilakukan dirinya komunitas maupun radio oleh radio Suara Kota antara lain hobi, hal ini merupakan fenomena dengan Program Nasional nasional. Ada lagi kecamatan Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), kedondong yang memiliki hampir 100 dengan WHO melalui Dinas radio komunitas, radio pendek Kesehatan, dengan koalisi nasional dengan power 5 watt yang kurang penghapusan ESKA (eksploitasi lebih 20 m, dimana dikatakan juga seksual komersial anak). Biaya menggunakan pengunci frekuensi operasional didapatkan dari dan peralatan standar yang diartikan kerjasama dengan pihak lain, selain sebagai peralatan standar radio siaran itu ada juga sumbangan dari dilihat dari perangkat yang komunitas pasar yaitu adanya biaya digunakan, Sampai saat ini sebagian untuk iklan yang dihitung per spot radio komunitas telah memegang dilihat dari pengeluaran listrik dan surat izin penyelenggaraan penyiaran dan lain-lain dibagi dengan jam siaran yang dikeluarkan oleh Komisi selama 30 hari. Penyiaran Indonesia - Pusat.
Radio suara kota telah berdiri sejak
3. Pengurus Radio Komunitas Suara tahun 2006 dan masih tertahan dalam Kota 107,7 FM
proses perizinan sehingga sampai saat ini suara kota belum mempunyai
Radio komunitas Suara Kota 107,7 FM izin siaran radio meskipun telah lolos
didirikan dengan tujuan memberi forum rapat bersama yang bersamaan
informasi tentang kegiatan pasar dan dengan K’Bie FM dan RKSP tetapi
perkembangannya. Perangkat dan dokumen selanjutnya ditahan karena
peralatan yang digunakan oleh radio tidak ada izin dari pemerintah
Suara Kota antara lain komputer, setempat atau kesbangpol, dimana
telepon dengan peralatan radio yang sebelumnya tidak memerlukan
berupa rakitan, tinggi antena kurang lampiran syarat izin tersebut.
lebih 18 m dari permukaan tanah. Di asosiasi terdapat teknisi yang Ada laporan dari warga bahwa radio disekolahkan oleh asosiasi yang suara kota mengganggu siaran televisi belajar tentang perangkat radio. yaitu Trans7, RCTI dan SCTV tetapi Perangkat yang digunakan saat ini hal ini disangkal oleh Bapak Rifky merupakan perangkat generasi ke 2 karena siaran tersebut terganggu (dalam radio komunitas). karena pada dasarnya siaran televisi
uletin Pos dan
B Telekomunikasi
VOL. 9 NO. 3 SEPTEMBER 2011
tersebut tidak memiliki stasiun relay perangkat pesawat. di lampung dan gelombang yang Komunitas radio suara kota adalah sampai pada masyarakat merupakan komunitas pasar, terdapat 5 pasar gelombang pantul sehingga sama tradisional dan 3 pasar modern/mall. seperti radio suara kota yang Salah satu konten siaran adalah bursa menggunakan gelombang pantul yang menyediakan komunitas untuk maka siaran televisi tersebut akan berjualan. Ada juga konten tentang terganggu. Sehingga Bapak Rifky perkembangan pasar dengan nama merasa justru yang terganggu adalah siaran “pasar kita” yang membahas siaran radio Suara Kota. Seringkali hal-hal yang terjadi dalam pasar radio Suara Kota berselisih pendapat termasuk penggusuran dan lain-lain. dengan radio G-5, yang menurut Suara Kota didesak oleh KPID untuk asosiasi merupakan radio sekolah, membuat konten siaran berbahasa dimana diverifikasi kepada warga lampung dimana komunitas sekitar sekitar bahwa radio tersebut tidak pasar tersebut hanya ada 1 % bersuku mendapat dukungan dari masyarakat lampung, sehingga apabila diberi sekitar yang berupa dukungan kartu konten lokal maka akan kehilangan tanda penduduk (KTP) dari 250 orang pendengar. Dari konten bekerja sama dewasa masyarakat sekitar. dengan pihak-pihak lain seperti LSM Permasalahan yang dirasakan oleh menyangkut Perda Kibla (Peraturan radio suara kota adalah siaran dari Daerah tentang kesehatan ibu, balita radio G-5 (saat masih di 107,7 FM) dan bayi baru lahir), kerjasama dengan sampai terdengar oleh tempat siaran DPRD untuk masalah pasar, masalah radio suara kota, setelah dihitung penggusuran. Radio suara kota juga jaraknya seharusnya tidak terdengar menjadi tempat tesis yang digunakan oleh radio suara kota karena jaraknya oleh mahasiswa Univesitas Lampung kurang lebih 2,9 km, selain itu yang membahas tentang konten radio penyebab lainnya menurut Bapak komunitas. Dukungan sangat banyak Rifky adalah tinggi antena dari radio dari DPRD, akademisi, masyarakat. kurang lebih 40 m yang seharusnya hanya 20 m.
Masalah sertifikasi perangkat diharapkan sertifikasi ada pada
Gangguan juga dapat terjadi karena perusahaannya sehingga perangkat
tidak stabilnya tegangan listrik yang dikeluarkan oleh perusahaan
sehingga dapat menyebabkan tersebut otomatis sudah terstandar
gelombang melenting. Sedangkan an- sertifikat. Selain itu segera
tenna radio suara kota berada dalam dialokasikan kanal frekuensi untuk
jalur petir, sudah 2 kali tersambar radio komunitas yang memadai dan
sampai dengan kerusakan pada diharapkan semua radio komunitas
uletin Pos dan
B Telekomunikasi
VOL. 9 NO. 3 SEPTEMBER 2011
berasosiasi sehingga masalah teknis, Radio G-5 didirikan sejak tahun 2006 konten dapat dibantu oleh asosiasi. dan diketuai oleh Dra. Fardarita. Ra- Bapak Rifky juga mengharapkan dio komunitas G-5 memperoleh Izin adanya sosialisasi peraturan karena Siaran Radio (ISR) pada bulan tidak semua radio komunitas Desember tahun 2010 yang tetapi memahami masalah perizinan.
sampai saat dilakukan wawancara berkas ISR belum diterima oleh
4. Ketua Radio Komunitas G-5 107,9 pengurus radio G-5. FM, Ibu Dra. Fardarita
Pengurusan izin sampai dengan 3 Tujuan dengan adanya radio
tahun, salah satu kendala adalah saat komunitas sekolah SMUN 5 di
mengurus perizinan masih belum ada Lampung lebih dikenal oleh
KPID jadi harus mengurus ke pusat, masyarakat, selain itu SMUN 5 juga
kemudian di tengah proses menginformasikan tentang pendi-
pengurusan izin, KPID Lampung dikan kepada masyarakat. Begitu juga
telah berdiri sehingga pengurusan profil tentang sekolah dan profil guru
dikembalikan mulai awal melalui yang diselingi dengan hiburan. Selain
KPID. Pada awalnya frekuensi yang itu guru-guru juga memberikan
digunakan oleh radio G-5 berada di membawakan budaya-budaya di
107,7 Mhz. Oleh karena banyaknya lampung dengan program siaran citra
radio komunitas di sekitar radio G-5 budaya dengan bahasa daerah
yang menggunakan fekuensi yang tertentu dengan lagu dari daerah
sama maka frekuensi yang dapat tertentu seperti bahasa lampung,
digunakan oleh G-5 diubah saat izin bahasa jawa, bahasa sunda, bahasa
penggunaan frekuensi keluar yaitu di padang, dan lain-lain.
107,9 Mhz. meskipun demikian Peralatan dan perangkat yang sampai dengan saat ini siaran G-5
digunakan antara lain komputer, masih mendapatkan gangguan dari telepon, mixer, dengan tinggi antena radio setempat, salah satunya radio kurang lebih 20 m, dan lain-lain. suara kota yang ada di 107,7 Mhz, Perangkat dibeli dari Jogjakarta sehingga apabila ada gangguan dari dengan persetujuan komite dari wali radio lain tidak dapat mengadukan murid dan guru. Biaya operasional karena belum memegang ISR. berasal dari komite yaitu wali murid. Komunitas dari radio G-5 adalah Ada juga sumbangan dari sekolah siswa-siswa dan masyarakat sekitar Taman Kanak-kanak (TK) sekitar lingkungan sekolah. Komunikasi yang mengisi jadwal acara di radio interaktif dengan masyarakat komunitas G-5.
dilakukan melalui telepon dan sms.
uletin Pos dan
B Telekomunikasi
280
281
uletin Pos dan
B Telekomunikasi
VOL. 9 NO. 3 SEPTEMBER 2011
Antusias siswa justru lebih terlihat saat mendekati ujian karena ada pro- gram siaran yang membahas tentang pelajaran yang dapat ditanyakan langsung apabila ada kendala dalam menyelesaikan persoalan mata pelajaran. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat, sekolah bekerjasama dengan pihak Rukun Tetangga (RT) agar dapat mendapat- kan persetujuan dari masyarakat dengan mendapatkan bukti Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Harapan ada pembinaan tentang ra- dio komunitas. Monitoring dari pihak loka dimana radio komunitas G-5 yang berizin justru sering terganggu oleh radio yang tidak berizin karena jangkauan siaran dan besarnya power yang digunakan lebih dari yang ditetapkan dalam peraturan. Saran agar persyaratan lebih dipermudah dan perizinan dipercepat. Tidak ada alasan yang jelas dari pihak pemberi izin frekuensi tentang perpindahan frekuensi yang dapat digunakan oleh radio komunitas G-5.
Yogyakarta
1. Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Yogyakarta, Bapak Nugroho, Staf Bagian Teknis
Berdasarkan keterangan dari Bapak Nugroho diketahui bahwa sampai dengan saat ini belum ada satu pun radio komunitas di daerah Yogyakarta yang memiliki izin. Beberapa dari ra-
dio komunitas di Yogyakarta masih dalam proses perijinan.
Banyak radio komunitas yang berdiri tanpa izin, sebagian masih belum mengerti tentang perizinan dan prosesnya, selain itu masih diragukan keberadaan komunitasnya sehingga terlihat besarnya keinginan mendirikan radio komunitas hanya berasal dari beberapa orang yang memiliki kesenangan terhadap radio dan ingin mendirikan radio yang mengatasnamakan komunitas.
Banyak siaran radio komunitas tanpa izin memiliki jadwal siaran yang tidak tentu sehingga jarang terdeteksi pada saat monitoring di lapangan. Selain itu daerah Yogyakarta yang kecil yang membuat berdirinya radio komunitas berdekatan.
2. Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Yogyakarta, Bapak S. Rahmat M. Arifin, S.Si
Bapak Rahmat selaku Ketua KPID Yogyakarta juga menegaskan belum adanya izin dari semua radio komunitas yang berada di Yogyakarta tetapi KPID selalu mensosialisasikan agar para penyelenggara radio komunitas untuk mengurus izin sebagai itikad baik dari para pengurus radio komunitas agar taat terhadap peraturan, meskipun dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai kendala. Meskipun demikian KPID berusaha untuk
uletin Pos dan
B Telekomunikasi
VOL. 9 NO. 3 SEPTEMBER 2011
membantu dan memberi informasi tentang segala hal yang diperlukan oleh radio komunitas dalam proses perizinan.