Media untuk mempublikasikan hasil-hasil penelitian seluruh dosen dan mahasiswa Kimia FMIPA Unand
DAFTAR ISI
JUDUL ARTIKEL Halaman
1. STUDI TOKSISITAS FLOROANILIN BERDASARKAN
1-8
HUBUNGAN KUANTITATIF STRUKTUR AKTIFITAS (HKSA) BEBERAPA AMINA AROMATIS Ridhatul Husna, Emdeniz, dan Imelda
2. PENYERAPAN ION LOGAM Cd(II) DAN Zn(II) DARI LARUTAN
9-18
Ayu Rahmadani, Edison Munaf, dan Rahmiana Zein
3. TRANSPOR DAN PEMEKATAN FENOL MELALUI MEMBRAN
19-24
KLOROFORM DENGAN METODA MEMBRAN CAIR FASA RUAH SECARA DINAMIS Aisyah Fitri, Refinel, dan Admin Alif
4. PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava
25-32
L) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA St.37 DALAM MEDIUM ASAM KLORIDA Ayu Kurnia Permata Sari, Yeni Stiadi, dan Emriadi
5. ISOLASI DAN KARAKTERISASI ENZIM LIPASE DARI
33-41
Aspergillus niger YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BIOKATALIS UNTUK PEMBUATAN BIODIESEL Dedy Setiady, Zulkarnain Chaidir, dan Syukri
6. SEL FOTOVOLTAIK ALIRAN KONTINU DARI SISTEM KI/KI 3 42-48
DENGAN MEMBRAN KERAMIK SEBAGAI PEMISAH Diana Vanika, Admin Alif, dan Olly Norita Tetra
7. OPTIMASI PENENTUAN Fe(III) DAN Co(II) SECARA SIMULTAN
49-57
DENGAN VOLTAMMETRI STRIPPING ADSORPTIF (AdSV) Deswati, Hamzar Suyani, dan Hinur Awa
8. STUDI SPEKTROSKOPI BLENDING GARAM TRANSISI
58-62
NIKEL(II) KLORIDA PADA ZnO DALAM ASETONITRIL Eka Mai Sosila Detri, Admi, dan Syukri
9. PRODUKSI BIOETANOL DARI AMPAS SAGU (Metroxylon sp)
63-68
MELALUI PROSES PRETREATMENT DAN METODE SIMULTANEOUS SACCHARIFICATION FERMENTATION (SSF) Khairunnisah, Marniati Salim, dan Elida Mardiah
10. PENENTUAN Cu DAN Zn PADA BUAH APEL (Malus Sylvestris
69-74
Mill) DAN BUAH MELON (Cucumis melo L) DENGAN METODA VOLTAMMETRI STRIPPING ADSORPTIF (AdSV) Nur Afriyanti, Umiati Loekman, dan Yefrida
11. EFEK PENAMBAHAN SURFAKTAN CTAB PADA SINTESIS
75-79
SENYAWA ZnO/KITOSAN DAN KARAKTERISASINYA Silvi Kurniawan, Yetria Rilda, dan Syukri Arief
STUDI TOKSISITAS FLOROANILIN BERDASARKAN HUBUNGAN KUANTITATIF STRUKTUR AKTIFITAS (HKSA) BEBERAPA AMINA AROMATIS
Ridhatul Husna, Emdeniz, dan Imelda
Laboratorium Kimia Komputasi Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas
e-mail: [email protected] Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
A study on quantitative analysis of structure and activity relationship of aniline derivatives had been performed by multilinear regression analysis. Structural parameters were obtained from optimization geometry structure by using semiempiris Austin Model
1 (AM1) and Parametered Model 3 (PM3) methods while the toxic activity of the experimental was acquired from literature. The dependent variable is toxic activity (-log IC 50 ) and the independent variables are polarizability (α), log P, dipole moment (μ),
E LUMO and E HOMO . Best QSAR equations based on multilinear regression analysis was obtained from the PM3 method is as follows:
-log IC 50 pred = -6.589 + 0.225 ( α) - 1.201 (log P) + 0.120 (μ) - 0,709 (E HOMO ) +
1.665 (E LUMO ) With regression parameters: n = 11, R 2 = 0,93, SD = 0,42
Flouroaniline toxic activity (-log IC 50 ) at 2-floroaniline, 4-floroaniline, 3-floroaniline, 2,5- difloroaniline, 2,4-difloroaniline, 3,4-difloroaniline, 2,4,6-trifloroaniline, 2,3-difloroaniline, 3,4,5-trifloroaniline are 3.85; 3.86; 3.97; 4.10; 4.13; 4.33; 4.34; 4.35; 4.78, respectively.
Keywords: Aromatic Amines, Toxicity, HKSA, AM1, PM3
I. Pendahuluan
tentang keberadaan amina aromatis dalam air telah banyak dilakukan 1,2 .
Anilin termasuk golongan senyawa amina aromatis. Amina aromatis banyak
Seiring dengan perkembangan sains digunakan dalam jumlah besar untuk
komputasi khususnya untuk pemecahan keperluan industri pestisida, farmasi,
masalah perhitungan molecular yang plastik, dan industi zat warna. Karena
kuantum, kimia sifat polaritas serta kelarutannya yang
berbasis
kimia
komputasi berkembang dengan cepat tinggi dalam air, senyawa amina
sebagai salah satu cabang ilmu kimia. aromatis
Salah satu aplikasi dari kimia komputasi lingkungan air. Sifat lain dari amina
banyak dijumpai
dalam
dalam bidang kimia medisinal adalah aromatis
kajian analisis hubungan kuantitatif perhatian adalah sifat toksik dan
yang sangat
mendapat
struktur dan aktivitas (HKSA). Beberapa karsinogen. Karena sifat-sifatnya itu
HKSA untuk toksisitas bahan kimia tidaklah mengherankan jika penelitian
tunggal telah dikembangkan dalam dua dekade terakhir. Baru-baru ini, HKSA tunggal telah dikembangkan dalam dua dekade terakhir. Baru-baru ini, HKSA
senyawa yang diperoleh dari struktur beberapa
parameter physiochemical hasil optimasi geometri menggunakan campuran yang berasal dari percobaan
metode semiempirik AM1 dan PM3.. atau perhitungan yang digunakan
Tahir melaporkan muatan bersih atom untuk
sebagai parameter pada kajian HKSA campuran.
memprediksi
toksisitas
berhasil digunakan. Metode yang sama penelitian
Netzeva
melaporkan
juga berhasil digunakan untuk kajian aromatis dimana melakukan analisis
HKSA senyawa fenil etil amina. terhadap Chorella vulgaris 3-7 .
Metode-metode tersebut dapat berhasil baik untuk memilih variabel bebas yang
dan hasilnya dapat perangkat komputasi guna proses
Untuk analisis HKSA,
diperlukan
berpengaruh
digunakan untuk mendesain senyawa pengumpulan deskriptor untuk analisis
turunan baru 11 .
kemometri. Pada
Parameter yang akan dihitung deskriptor berupa struktur molekul
pengumpulan
penelitian ini antara lain: maka digunakan perhitungan mekanika
untuk
polaritas (α), log P, momen dipol (μ), kuantum
dan dipilih
metode
E HOMO dan E LUMO . Hubungan kuatitatif
semiempirik AM1 dan PM3 3 .
antara variabel terikat dengan variabel bebas diolah menggunakan metode
Berdasarkan pada parameter yang
multilinear menggunakan digunakan, analisa HKSA digolongkan
statistik
program SPSS (Statistical Product and dalam 3 metode, yaitu metode Hansch,
Service Solutions ) for windows 17.0. metode Free-Wilson dan metode 3 dimensi (Comparative Molecular Field
bertujuan untuk Analysis (CoMFA)). Metode Hansch
Penelitian
ini
memperoleh hubungan kuantitatif -log berkembang dari pemikiran bahwa
IC 50 dengan parameter struktural, dan interaksi senyawa dengan reseptor
untuk memprediksi nilai toksisitas (-log terjadi karena adanya efek gaya-gaya
IC 50 ) senyawa derivat anilin yang belum intermolekular
aktivitasnya dari hasil hidrofobik, interaksi polar, interaksi
perhitungan secara eksperimen. elektrostatik dan efek sterik senyawa.
Metode analisis Free-Wilson merupakan
II. Metodologi Penelitian
2.1. Bahan, Peralatan dan instrumentasi Metode analisis yang juga disebut teori
prosedur alternatif dari analisis Hansch.
Bahan yang digunakan dalam penelitian kontribusi gugus atau metode de novo ini
ini adalah satu seri senyawa derivat didasarkan asumsi bahwa sumbangan
anilin serta nilai aktivitas toksik (-log variasi substitusi gugus-gugus dalam
IC 50 ) yang diungkapkan dalam yang struktur senyawa induk memberikan
didapatkan dari penelitian Lu GH 6 . kontribusi
Alat-alat yang digunakan yaitu sebuah aktivitas biologis. Analisis HKSA-3D
perangkat keras berupa komputer dikembangkan
Perangkat keras berupa permasalahan yang terdapat pada
dengan processor Intel ® metode Hansh, yaitu senyawa-senyawa
komputer
Atom TM CPU N2800 1.86 GHz, memory enantiomer yang memiliki kuantitas
Perangkat lunak kimia sifat fisikokimia yang sama, tetapi
2.00 GB .
komputasi: program Hyperchem ™ for memiliki aktivitas biologis berbeda 8-10 .
windows versi 7.0. Perangkat lunak statistik: program Statistical Package for
Pada penelitian ini dilakukan analisis Service Solutions (SPSS) for Windows studi toksisitas berdasarkan analisis
versi 17.0.
Hansch, dimana toksisitas merupakan
variabel tak bebas sebagai fungsi dari struktur
elektronik.
Analisis
ini ini
perangkat lunak SPSS 17 dengan
Anilin dan Derivat Anilin 6 .
metode enter. Selanjutnya dari 5
variabel bebas yang tersedia dibuat No
variasi variabel bebas, sehingga akan
(mol/L)
didapatkan beberapa bentuk alternative
1 Anilin
model persamaan. Untuk setiap model
2 2-kloroanilin
persamaan alternatif didapat beberapa
3 3-kloroanilin
parameter statistik seperti R, R 2 , SD dan
F. Dari semua bentuk persamaan yang
4 4-kloroanilin
didapatkan dipilih beberapa persamaan
5 4-bromoanilin
yang dianggap baik berdasarkan nilai
6 2,4-dikloroanilin
parameter statistik. Persamaan yang
7 3,4-dikloroanilin
diperoleh digunakan untuk menghitung aktivitas
toksik
prediksi. Untuk
8 2,5-dikloroanilin
mengetahui kualitas dan kemampuan
dari setiap model
10 2,4-dinitroanilin
persamaan, maka dihitung harga PRESS
11 N-metilanilin
(Predicted Residual Sum of Squares) nya. Nilai
PRESS
didapatkan dari
2.2. Prosedur penelitian
persamaan:
Dalam penelitian
ini,
untuk
menggambarkan struktur
yang
sebenarnya setiap senyawa dibuat model struktur 3D menggunakan paket program Hyperchem. Proses selanjutnya adalah melakukan optimasi geometri
molekul berupa minimasi energi molekul untuk memperoleh konformasi
Persamaan yang mempunyai nilai struktur paling stabil. Perhitungan
terkecil dipilih sebagai dilakukan dengan metode semiempiris
PRESS
yang terbaik untuk AM1 dan PM3 dengan RMS gradient
persamaan
memprediksi nilai aktivitas toksik ( –log 0,001 kkal/Å mol dan maximum cycle
IC 50 ) menurut metode HKSA. Bila 500.
semua parameter statistik dan nilai berdasarkan algoritma Polak-Ribiero.
Metode optimasi
dilakukan
PRESS belum memberikan gambaran Keadaan struktur paling stabil ditandai
yang nyata untuk memilih model dengan
terbaik, maka dilakukan uji statistik terendah. Untuk mendapatkan luaran
antara nilai aktivitas toksik prediksi data dilakukan perhitungan single point
yang dihitung berdasarkan persamaan terhadap masing-masing molekul yang
50 ekp yang telah
model dengan nilai –log IC
tercantum pada Tabel 1. parameter polaritas, log P, momen dipol (μ), E HOMO , dan E LUMO . Aktivitas toksik
III. Hasil dan Pembahasan
hasil eksperimen derivat anilin (-log IC 50 3.1. Optimasi senyawa anilin dan derivat ekp ) terhadap bakteri yang digunakan
anilin
sebagai variabel terikat tercantum pada Optimasi senyawa anilin dan derivat Tabel 1.
anilin
didapatkan dari program
dengan menggunakan Tahap selanjutnya dari penelitian ini
hyperchem
metode semiempiris AM1 Dan PM3. adalah menentukan korelasi antara
Untuk menentukan variabel-variabel aktivitas toksik hasil eksperimen (-log
akan dipilih dalam IC 50 ekp )
bebas
yang
pembentukan model persamaan HKSA deskriptor, dihitung dengan metode
dengan
masing-masing
digunakan analisis multilinear. Sardjoko digunakan analisis multilinear. Sardjoko
PM3. Hasil korelasi dapat dilihat pada Jumlah variabel bebas yang dianalisis
bebas dapat dikurangi atau ditambah 12 .
Tabel 2 dan 3. Nilai log P memberikan dalam penelitian ini berjumlah 5
nilai yang besar terhadap nilai aktivitas parameter, yaitu polaritas (α), log P,
( –log IC 50 ) dimana nilai momen dipol (μ), E Homo dan E Lumo yang
toksik
korelasinya adalah -0,834. Besaran dilakukan dengan HKSA properties
angka korelasi yang berkisar antara 1 pada program hyperchem.
sampai -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya jika
Polaritas merupakan ukuran kepolaran nilai mendekati 0 berarti hubungan suatu senyawa. Senyawa yang bersifat
kedua variabel semakin lemah 13 . Tanda polar maka efek toksiknya akan semakin
menunjukkan arah yang rendah atau semakin non toksik yang
negatif
atau variabel bebas disebabkan karena senyawa tersebut
berlawanan
berbanding terbalik dengan variabel akan larut dalam tubuh yang dapat
terikat (-log IC 50 ). Dan µ memberikan dikeluarkan melalui keringat atau urin.
nilai korelasi yang kecil yaitu 0,482 pada metode AM1 dan 0,502 pada metode
log P merupakan koefsien partisi n-
PM3.
oktanol/air yang merupakan ukuran
Tabel 2. Koefisien korelasi antara variabel non polar suatu senyawa maka efek
kenonpolaran suatu senyawa 5 . Semakin
bebas dan variabel terikat dengan toksik meningkat yang disebabkan
metode AM1 karena
Parameter -log IC 50 mengendap dalam tubuh.
1 -log IC 50 1
-0,834 Momen dipol masing-masing anilin dan
5 log P
0,482 derivat anilin berbeda-beda. Momen
7 E H -0,705 dipol bertambah dan berkurang karena
8 E L -0,811 adanya pengaruh substituen penarik
elektron. Momen dipol dipengaruhi oleh Tabel 3. Koefisien korelasi antara variabel struktur molekul. Jika struktur molekul
bebas dan variabel terikat dengan bertambah maka momen dipolnya juga
metode PM3 akan berubah.
No.
Parameter -log IC 50
1 -log IC 50 1 Pada penelitian ini juga dihitung nilai
E HOMO dan E LUMO dan didapatkan selisih
5 log P
E HOMO dan E LUMO atau celah pita ( E).
7 E H Semakin kecil (∆E) suatu senyawa maka -0,555
8 E L senyawa tersebut akan semakin kurang -0,744
stabil dan toksisitasnya semakin besar. Data korelasi tersebut belum cukup kuat
3.2 Korelasi Parameter Senyawa Anilin dan untuk menjawab apakah ada atau Derivat Anilin dengan Aktivitas Toksik
tidaknya hubungan antara variabel Analisis
bebas dengan aktivitas toksik. Untuk mengetahui derajat hubungan linear
korelasi dilakukan
untuk
melihat adanya faktor lain yang antara aktivitas toksik ( –log IC
mempengaruhi signifikansi data perlu
senyawa anilin dengan
dilakukan analisis multilinear. parameter. Dimana aktivitas toksik ( –log
seluruh
3.3 Penentuan Model Persamaan HKSA IC 50 ) bertindak sebagai variabel terikat
dan polaritas, log P, momen dipol, E Homo Terbaik
dan E Lumo sebagai variabel bebas. Melalui perhitungan statistik analisis Analisis korelasi dilakukan terhadap
multilinear menggunakan parameter struktural yang dihitung
regresi
program SPSS For Windows 17.0, didapat program SPSS For Windows 17.0, didapat
HKSA.
Nilai
Nilai parameter R yang mendekati 1 dan
nilai parameter R 2 0,9 atau medekati dan F) yang didapatkan digunakan
parameter-parameter statistik (R, R 2 , SD,
angka 1 ataupun sama dengan 1 maka untuk menentukan model persamaan
pengaruh yang diberikan variabel bebas terhadap variabel terikat adalah sangat
terbaik dari metode AM1 dan PM3. baik. Pada metode AM1 nilai R yang
Kemungkinan model persamaan HKSA mendekati nilai 1 terdapat pada model menggunakan paket program SPSS For
persamaan 1, dimana R = 0,965 dan R 2 = Windows 17.0 dapat dilihat pada Tabel 4
0,932. Begitu juga dengan metode PM3, dan 5.
nilai R yang mendekati nilai 1 terdapat pada model persamaan 1, dengan R =
0,966 , R Tabel 4. Variabel bebas yang telibat dalam 2 = 0,933. model persamaan metode AM1
Parameter diatas meskipun secara No.
Variabel yang terlibat
PRESS
1. α, log P, µ, E H ,E L 0,129311
statistik telah mencukupi tetapi belum
dapat gambaran yang rill tentang
prediksi dari model
3. α, log P, µ, E H 0,168450
persamaan yang dihasilkan. Untuk
melihat kemampuan prediksi dari .
4. α, log P, E H ,E L 0,143744
model persamaan yang dihasilkan dapat Tabel 5 . Variabel bebas yang telibat dalam
digunakan parameter statistik lain yaitu model persamaan metode PM3
PRESS 14 . Nilai uji PRESS dapat dilihat No.
Variabel yang terlibat
PRESS
juga pada 6. Semakin kecil nilai PRESS
1. α, log P, µ, E H ,E L 0,126871
maka kemampuan memprediksi nilai
persamaan yang
3. 3 α, log P, µ, E
H 0,155905
dihasilkan semakin bagus . Dari data
4. α, log P, E H ,E L 0,153653
tersebut dapat dilihat bahwa nilai
5. α, log P PRESS yang lebih kecil terdapat pada 0,173201
metode PM3 dengan nilai PRESS sebesar 0,127 yang menyatakan bahwa
kemampuan persamaan yang dihasilkan Setelah dilakukan uji PRESS pada model
untuk memprediksi persamaan, didapatkan nilai PRESS
cukup
baik
toksisitas anilin dan turunannnya .
yang terkecil pada metode AM1 dan PM3. Selanjutnya dari dua model
3.4 Hasil Analisis Regresi Multilinear persamaan yang terbaik dari dua
Dari hasil persamaan regresi multilinear metode semiempiris AM1 dan PM3,
yang menyatakan hubungan struktur elektronik dengan aktivitas toksik ( –log
dipilih satu model persamaan terbaik. IC 50 ) yang merupakan variabel terikat Dari Tabel 6 dapat dilihat perbedaan
dan polaritas, log P, momen dipol, dari kedua metode tersebut.
E HOMO dan E LUMO sebagai variabel bebas yang dilakukan dengan metode AM1
Tabel 6. Persamaan terbaik AM1 dan PM3 dan PM3 maka dapat ditulis persamaan pada model persamaan 1
HKSA sebagai berikut: Metode
Metode
No. Parameter AM1
PM3
1. Metode AM1
1 R 0,965
prediksi = -8,831 + 0,206 (pol) 0,932
-log IC 50 –
1,074 (log P) – 0,030
3 AR 2 0,864
(μ) – 1,075 (E HOMO )
Dengan parameter regresi: n = 11, R = 0,932, SD = 0,420
7 PRESS 0,129
Berdasarkan
persamaan regresi mulitilinear tersebut dapat dilihat grafik
2. Metode PM3 hubungan aktivitas toksik (-log IC 50 ) -log IC 50 prediksi = -6,589 + 0,225 (pol) –
prediksi dari senyawa anilin dan derivat
1,201 (log P) + 0,120
anilin yang disajikan pada gambar 1 dan
(μ) - 0,709 (E HOMO )
+ 1,665 (E LUMO )
Dengan parameter regresi : n = 11, R 2 =
0,933, SD = 0,421
Bila ditinjau dari harga R 2 pada metode
PM3 yaitu sebesar 0,933 yang hampir menunjukkan hubungan yang lebih kuat
antara parameter
struktural
senyawa anilin dan derivatnya dengan nilai
aktivitas
toksik
( –log IC 50 )
dibandingkan dengan metode AM1
yang memiliki nilai R 2 adalah 0,932.
Nilai R 2 untuk model hubungan yang
bersifat ideal, parameter statistik ini sudah memenuhi kaidah HKSA secara
umum 8 . Sedangkan untuk standar Gambar 2. Hubungan nilai –log IC 50 eksperimen
deviasi yang diperoleh dari metode dengan nilai –log IC
50 prediksi
AM1 yaitu 0,420 dan pada metode PM3 senyawa anilin dan derivat yaitu sebesar 0,421. Hal ini menyatakan
anilin dengan metode PM3 bahwa penyimpangan data kedua
metode relatif kecil.
Parameter
yang dihitung dengan
metode AM1, dari Berdasarkan persamaan analisis regresi
menggunakan
1 didapatkan persamaan multilinear dengan metode AM1 dan
gambar
regresinya yaitu y = 0,931x + 0,275 PM3
E LUMO dengan R² = 0,932. Dan pada gambar 2 memberikan sumbangan energi yang
didapatkan
bahwa
parameternya dengan besar terhadap nilai aktivitas toksik
yang
data
menggunakan metode PM3 didapatkan ( –log IC 50 ) yaitu sebesar 1,318 pada
persamaan regresinya yaitu y = 0,933x + metode AM1 dan 1,665 pada metode
0,270 dan R² = 0,933. Dari data tersebut PM3.
dapat disimpulkan bahwa metode PM3 relatif tidak berbeda dibandingkan metode AM1.
Dari analisa parameter statistik untuk persamaan regresi multilinear serta uji lanjutan
dengan data eksperimen persamaan regresi linear (Gambar 1 dan
2) dapat disimpulkan metode PM3 relatif lebih baik digunakan untuk memprediksi aktivitas toksik derivat anilin.
Setelah didapatkan metode yang relatif Gambar 1. Hubungan nilai –log IC 50 eksperimen
baik, maka diuji senyawa derivat dengan nilai –log IC
floroanilin yang belum ada data senyawa anilin dan derivat
50 prediksi
anilin dengan metode AM1 eksperimennya
dengan parameter polaritas, log P, momen dipol, E HOMO dengan parameter polaritas, log P, momen dipol, E HOMO
3,96501; 4,10363; 4,12618; didapatkan setelah dihitung dengan
4,33143; 4,33386; 4,35071; 4,77633. program Hyperchem. Setelah dihitung
V. Ucapan terima kasih
parameter struktural tersebut kemudian Ucapan terima kasih diberikan kepada
dimasukkan dalam persamaan HKSA analis Laboratorium Kimia Komputasi
untuk parameter PM3 dan didapatkan Jurusan Kimia FMIPA Unand.
nilai aktivitas toksik
( –log IC 50 )
prediksinya. Nilai aktivitas toksik ( –log
Referensi
IC 50 ) prediksi senyawa floroanilin dapat dilihat pada Tabel 7.
1. Sentra
Informasi Keracunan
(SIKerNas) Pusat Tabel 7. Nilai aktivitas toksik (-log IC 50 Informasi Obat dan Makana, 2012, prediksi) senyawa floroanilin
Nasional
Badan BPOM RI –log IC 50 2. Wibowo,
I. Y., 2001, Uji No
Senyawa Floroanilin prediksi Keberadaan Amina aromatis Hasil
1. 2-floroanilin Biodegradasi Zat Warna Azo,
3. Puspitasari, N. S., Tahir, I., dan
3. 4-floroanilin
Mudasir, 2006, Aplikasi Principal
Regression Untuk
5. 2,4- difloroanilin
Analisis
QSAR Senyawa
6. 3,4- difloroanilin
Antioksidan Turunan Flavon / Flavonol Menggunakan Deskriptor
7. 2,5- difloroanilin
Hasil Perhitungan Metode AM1, Berkala MIPA, 16 (3),
4. Lu, G. H., Yuan, X., dan Wang, C,. Dari analisa parameter statistik untuk
IV. Kesimpulan
Quantitative Structure – persamaan regresi multilinear antara
Toxicity
Relationships for
aktivitas toksik ( –log IC 50 ) dengan
Substituted Aromatic Compounds parameter struktural dan regresi linear
to Vibrio fisheri. Bull Environ Contam
antara aktivitas toksik ( –log IC 50 )
Toxicol 70:832-838. prediksi dengan aktivitas toksik ( –log
5. Chao, W., Guanghua, L. U., IC 50 ) eksperimen didapatkan metode
Zhuyun, T., dan Xiaoling, Guo., PM3 relatif lebih baik dibandingkan
Quantitative Structure dengan metode AM1. HKSA toksik
Activity Relationship for Joint derivat
Toxicity of Substitued Phenols and struktural
anilin dengan
parameter
Anilins to Scenedesmus obliquus menggunakan metode PM3 adalah:
yang didapat
dengan
Structure-Activity. Journal of Environmental Sciences 20, 115- -log IC 50 prediksi = -6,589 + 0,225 (pol) –
1,201 (log P) + 0,120
6. Lu, G. H., Wang, C., Wang, P. F., (μ) - 0,709 (E HOMO )
dan Chen, Z. Y., 2009, Joint Toxicity + 1,665 (E LUMO )
Evaluation and QSAR Modeling of Aromatic Amines and Phenols to
Nilai aktivitas toksik
Bacteria. Bull Environ Contam floroanilin meningkat dengan urutan
senyawa
Toxicol 83:8-14 . berikut: 2-floroanilin, 4-floroanilin, 3-
7. Netzeva, T, I., Dearden, D, J., floroanilin,
Edwards, R., Worgan, A. D. P., dan difloroanilin, 3,4-difloro anilin, 2,4,6-
2,5-difloroanilin,
M. T. D., 2004, trifloroanilin, 2,3-difloroanilin, 3,4,5-
Cronin,
Evaluation and trifloroanilin yaitu sebesar 3,84634;
Toxicological
QSAR
Modelling of Amina
Aromatic to Chorella vulgaris, Bull. Environ. Contam. Toxicol. 73:385- 391.
8. Alim, S., Tahir, I., Pradipta, M. F., 2000, Terapan Analisis Hansch Pada Hubungan Struktur Dan Toksisitas
Senyawa
Fenol
Berdasarkan Parameter Teoritik. Makalah Seminar Nasional Kimia Fisik I , Malang.
9. Tahir, I., Wijaya,
K.,
dan
Widianingsih, D., 2003, Hubungan Kuantitatif
Struktur-
Aktivitas
Antiradikal Senyawa
Turunan
Flavon/Flavonol
Berdasarkan
Pendekatan Free-Wilson, Makalah Seminar Fisik III , Semarang.
10. Ari, B. S., Quantitative Structure Activity
Relationship,
elisa1.ugm.ac. id/files/Arie_BS/EcRhowxc/HKS
A. Pdf, download pada 17 Juni 2013.
11. Tahir, I., Wijaya,
K.,
dan
Widianingsih, D., 2003, Terapan Analisis Hansch Untuk Aktivitas Antioksidan Senyawa Turunan Flavon / Flavonol, Makalah Seminar Khemometri , Jogjakarta
12. Mudasir, Putri, I. D. P. M., dan Tahir,
Hubungan Kuantitatif
Antara
Struktur Elektronik dan Aktivitas Fungisida
Turunan
Thiadiazolin, Indo.J. Chem., 3 (1), 39-47.
13. Priyatno, D., 2010, Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS, Media Kom, hal. 22, 55-61.
14. Syarifah, N., Iswanto, P., dan Tahir, I., 2004, Hubungan Kuantitatif Dan Aktivitas
Antikanker
Senyawa
Turunan Estradiol
Hasil
Perhitungan Metode Semiempiris AM1, Prosising Seminar Nasional Kimia XV .
PENYERAPAN ION LOGAM Cd(II) DAN Zn(II) DARI LARUTAN
Ayu Rahmadani, Edison Munaf, dan Rahmiana Zein
Laboratorium Kimia Analisis Lingkungan Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas
e-mail: [email protected] Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
An investigation of adsorption of metal ions Cd(II) and Zn(II) with using the seed of soursop (Annona muricata L.) has been achieved. This work has studied some parameters, they are : pH, contact time, stirring speed, metal ion concentration, biosorben dosage and bicomponent solution. Langmuir and Freundlich isotherm for such process have been also determinated. The optimum adsorption capacity of metal ion Cd(II) obtained at concentration 200 mg/L, pH 6, biosorbent dosage 1 g, stirring speed 150 rpm, contact time 90 minutes is 3.59 mg/g. For metal ion Zn(II), adsorption capacity obtained at pH 4, metal ion concentration 150 mg/L, contact time
30 minutes, stirring speed 150 rpm, and biosorbent dosage 1 g is 1.92 mg/g.
Keywords: abstract, sorption, metal ion, Annona muricata L
beberapa metoda yang digunakan dalam mengatasi hal tersebut Pencemaran lingkungan yang disebabkan
I. Pendahuluan
diatasi.
Ada
diantaranya adalah biodegradasi, oksidasi oleh logam berat yang dilepaskan ke
kimia, elektrolisis, adsorpsi, pengumpalan lingkungan akibat kegiatan manusia seperti
kimia, dan fotokatalisis. Namun proses kegiatan pertambangan, produksi energi
merupakan solusi alternativ dan
adsorpsi
pengolahan limbah yang cukup efektif, pengolahan air limbah dan kegiatan
bahan bakar,
pelapisan
logam,
Metoda ini memiliki beberapa keunggulan pertanian, menjadi salah satu masalah
seperti biaya yang relatif tidak mahal, utama lingkungan di beberapa negara
metodanya mudah untuk industri 1 dan 2 .
fleksibel,
dikerjakan, dapat dilakukan regenerasi dan sensitiv terhadap logam berat 3 . Air limbah banyak dihasilkan oleh industri
tekstil, penyamakan kulit, kertas, karet, Biosorpsi merupakan salah satu teknik yang kosmetik dan makanan yang dikenal
menjanjikan dalam penghilangan logam sebagai konsumen zat pewarna dan pigmen
berat di lingkungan air, dimana adsorben terbanyak. Sebagian besar limbah tersebut
berasal dari bahan lignoselulosa. Pencarian bersifat karsinogenik dan mutagenik karena
teknologi baru dalam menghilangkan logam adanya kandungan bahan kimia yang
berat dari air limbah diarahkan pada berbahaya dalam proses pembuatannya.
biosorpsi, yaitu berdasarkan pada logam Oleh karena itu penghilangan bahan kimia
yang terikat pada berbagai bahan biologi. berbahaya
Biosorpsi berlangsung cepat dan reaksinya masalah lingkungan yang penting untuk
Lignoselulosa memiliki Lignoselulosa memiliki
rotary shaker (Edmund Buhler), pH meter karakteristik penyerapan yang umum,
ion
dan
(Metrohm, Swiss), Atomic Absorption contohnya selulosa, hemiselulosa, pektin,
Spectroscopy (AAS; Varian SpectrAA-400 lignin dan protein. Produk pertanian
spectrometer), Fourier Transform Infra Red memiliki
Mod 7000 FTIR bervariasi dalam menghilangkan logam dari
spectrometer using KBr pellets), oven, kertas larutan. Kemampuan bahan biologi untuk
saring, erlenmeyer, labu ukur, pipet takar, menyerap ion logam mendapat banyak
dan peralatan gelas perhatian untuk dikembangkan karena
pipet
gondok,
laboratorium lainnya.
efisien, bagus dan teknologinya murah untuk pengolahan air limbah dengan konsentrasi logam yang rendah yaitu 1
2.2. Prosedur penelitian
mg/L. Dalam beberapa tahun terakhir perhatian khusus telah difokuskan pada
2.2.1. Perlakuan awal pada biji buah sirsak bahan penyerap alami sebagai alternatif
Biji sirsak dikumpulkan kemudian dicuci dalam penghilangan logam berat dengan
dengan aquadest untuk menghilangkan pertimbangan
pengotor. Kemudian dikeringkan anginkan. ekonomi. Material alami tersedia dalam
Setelah kering, biji dihancurkan dan digiling jumlah besar atau produk limbah tertentu
sampai halus menggunakan Cruisher dan hasil dari industri atau pertanian memiliki
Mortal Grinder. Serbuk biji sirsak kemudian potensi sebagai bahan penyerap dengan
di oven selama 40 jam pada suhu 60 o C. biaya yang murah 4 .
Kemudian direndam dengan asam nitrat selama 2 jam, disaring dan dicuci dengan
Biosorben dapat tersedia di alam atau dari aquadest dan kemudian dikering anginkan limbah tanaman. Beberapa biosorben yang
dan siap untuk digunakan.
telah digunakan antara lain kulit manggis 1 ,
tongkol dan daun jagung 5 , alga dan
2.2.2. Penyerapan Batch
biomassa tanaman Reynoutria japonica 6 ,
Ke dalam erlenmeyer 50 mL dimasukkan bentonite alam 7 , bambu 8 , abu ampas teh , 9 sebanyak
1 gram biomassa dan kulit durian 10 , biji mangga dan limbah
ditambahkan 25 mL larutan Cd(NO 3 ) 2 10 kakao 11 dan limbah tanaman lainnya. mg/L. Diatur pH larutan penambahan Berdasarkan literatur di atas akan dipelajari
HNO 3 0.1 M atau NaOH 1 M. Kemudian kemampuan biji buah sirsak (Annona
diaduk dengan kecepatan 100 rpm selama muricata L ) sebagai biosorben ion logam
90 menit. Setelah itu disaring dan filtratnya Cd(II) dan Zn(II).
diukur konsentrasinya menggunakan AAS. Hal yang sama dilakukan untuk larutan
II. Metodologi Penelitian
Zn(NO 3 ) 2 . Penyerapan dilakukan dengan
pH, waktu kontak, kecepatan pengadukan, konsentrasi larutan, Bahan
2.1. Bahan kimia, peralatan dan instrumentasi
memvariasikan
berat biosorben serta pengaruh larutan Bahan yang digunakan adalah biji buah
bikomponen.
sirsak. Larutan standar Cd(NO 3 ) 2 dan
Zn(NO 3 ) 2 1000 mg/L, NaOH, HNO 3 65%
2.2.3. Analisa data
dan aquadest. Semua
Untuk menentukan jumlah ion logam yang digunakan merupakan produksi dari Merk
reagen
yang
terserap oleh biosorben biji buah sirsak (Darmstad, Germany).
digunakan rumus :
Alat dan instrumentasi Alat-alat yang digunakan adalah cruisher
(Fritsch, Germany), mortal grinding (Fritsch, Germany), timbangan analitis (Kern, ABJ),
Dimana adalah konsentrasi awal larutan penyerapan pada pH 2.0 sampai pH 4.0 (mg/L),
adalah konsentrasi pada terus meningkat dan pada pH 5.0 mulai saat setimbang (mg/L),
berat biosorben
menurun. Kapasitas penyerapan optimum ion logam Zn(II) didapatkan pada pH 4.0.
(g) dan adalah volume larutan (L). Pada pH yang rendah akan mengakibatkan permukaan dinding sel biomassa bermuatan
III. Hasil dan Pembahasan
positif,
sehingga memperkecil kemungkinannya untuk mengikat ion
3.1. Pengaruh pH Larutan terhadap Kapasitas logam yang bermuatan positif, karena Penyerapan Ion Logam
gugus karboksil cenderung bermuatan Dalam metoda adsorpsi ion logam salah
netral. Sedangkan jika pH semakin tinggi satu parameter yang di pelajari adalah pH.
akan mengakibatkan permukaan dinding pH mempengaruhi kelarutan ion logam,
sel bermuatan negatif, sehingga gugus konsentrasi logam yang terserap oleh
karboksil dapat mengikat kation logam adsorben dan derajat ionisasi adsorbat serta
Hasil serupa juga muatan gugus fungsi aktif, seperti gugus
lebih
banyak 13 .
didapatkan pada penyerapan logam Cd(II) karboksil
dengan batang jagung 12 12 dan penyerapan biomassa .
yang terdapat
permukaan
logam Zn(II) menggunakan serbuk daun
Fiscus Hispida 14 .
3.2. Pengaruh
Waktu Kontak terhadap
0.25 Kapasitas Penyerapan Logam
0.2 Waktu kontak pada proses penyerapan ion )
logam sangat mempengaruhi jumlah ion /g g
m 0.15 logam yang akan diserap oleh biosorben. q ( 0.1
0.05 Cd (II) Zn (II)
g m 0.15 q (
Gambar 1 : Pengaruh pH pada penyerapan ion logam Cd(II) dan Zn(II) 0.05
Cd (II)
menggunakan biji buah sirsak Zn (II) (Annona muricata L.) : 25 mL
0 30 60 90 120 larutan
Waktu kontak (menit) dengan konsentrasi 10 mg/L,
Cd(II)
dan
Zn(II)
berat biosorben 1 g, waktu Gambar 2 : Pengaruh waktu kontak pada kontak 90 menit dan kecepatan
penyerapan logam Cd(II) dan pengadukan 100 rpm.
Zn(II) menggunakan biji buah sirsak (Annona muricata L.) :
Pada gambar 1,
25 mL larutan Cd(II) dan penyerapan ion logam Cd(II) pada pH 2
terlihat
kapasitas
Zn(II) dengan konsentrasi 10 sampai pH 6 terus mengalami peningkatan
mg/L, pH 6 untuk logam dan pada pH 7.0 kapasitas penyerapan
Cd(II) dan pH 4 untuk logam mulai mengalami penurunan. Sehingga
Zn(II), massa biosorben 1 g, didapatkan kapasitas penyerapan optimum
dan kecepatan pengadukan pada pH 6. Untuk Zn(II) kapasitas
100 rpm.
Pada gambar 2,
pada kecepatan pengadukan dari 50 rpm penyerapan
terlihat
kapasitas
sampai 150 rpm. Sedangkan untuk ion meningkat dengan bertambahnya waktu
perubahan kecepatan kontak. Interaksi antara biosorben dengan
logam
Cd(II)
pengadukan tidak terlalu berpengaruh ion logam Cd(II) dan Zn(II) mencapai
terhadap kapasitas penyerapan, dimana optimum setelah waktu kontak masing-
kapasitas penyerapan yang didapatkan masing
hampir konstan. Kecepatan pengadukan penyerapan 0.2276 mg/g dan 60 menit
didapatkan pada dengan kapasitas penyerapan 0.2220 mg/g.
optimum
yang
penyerapan ion logam Cd(II) dan Zn(II) Pada ion logam Zn(II) perbedaan kapasitas
dengan kapasitas penyerapan selama 60 menit dan 30 menit
penyerapan 0.240 dan 0.2261 mg/g. sangat kecil yaitu 0.0056 mg/g. Sehingga
bertambahnya kecepatan untuk
Dengan
terlihat bahwa kapasitas selanjutnya
efisiensi waktu,
percobaaan
pengadukan
penyerapan terhadap ion logam Cd(II) dan selama 30 menit.
Zn(II) cenderung meningkat. Ketebalan Tingkat
lapisan biosorben dapat menurun dengan dengan
kecepatan pengadukan biosorben dan penerobosan permukaan
daya mengikat
permukaan
peningkatan
sehingga lapisan biosorben berkurang. biosorben. Selain itu berbagai jenis gugus fungsi yang ada pada biosorben dengan
afinitas yang berbeda dengan ion logam biasanya
Gugus yang aktif biasanya akan menempati ion logam dengan afinitas yang tinggi
terlebih dahulu 15 . Dimana Zn(II) memiliki
g /g
m nilai afinitas yang lebih tinggi dibandingkan 0.15
dengan Cd(II) sehingga Zn(II) lebih cepat
mencapai keadaan optimum dibandingkan dengan Cd(II). Hasil yang sama juga
0.05 Cd (II) didapatkan pada biosorpsi logam Pb(II) dn
Zn (II) Cd(II)
16 0 50 100 150 200 250 (aquatic macrophyte) 300 dan penyerapan yang menggunakan daun Shorea Robusta Kecepatan Pengadukan (rpm)
untuk mengadsorpsi logam berat 17 .
3.3. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Gambar 3 : Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap Kapasitas Penyerapan Ion Logam
pada penyerapan logam Cd(II) Kecepatan pegadukan sangat berpengaruh
dan Zn(II) menggunakan biji terhadap proses penyerapan ion logam.
buah sirsak (Annona muricata L.) Dalam
: 25 mL larutan Cd(II) dan Zn(II) transfer
sistem penyerapan,
kecepatan
dengan konsentrasi 10 mg/L, pH dipengaruhi oleh ketebalan lapisan cairan
6 untuk logam Cd(II) dan pH 4 yang
untuk logam Zn(II), waktu Ketebalan
kontak 90 menit untuk logam
Cd(II) dan 30 menit untuk logam Pada gambar 3, terlihat bahwa kapasitas
bergantung pada kecepatan pengadukan 18 .
Zn(II) dengan massa biosorben penyerapan ion logam Cd(II) dan Zn(II)
1 g.
mengalami peningkatan seiring dengan
bertambahnya kecepatan
Namun, dengan bertambahnya kecepatan Penyerapan ion logam Zn(II) meningkat
pengadukan.
menyebabkan penurunan dari 0.2218 mg/g menjadi 0.2261 mg/g
pengadukan
kapasitas penyerapan yang terlihat pada gambar 6. Hasil yang sama juga didapatkan kapasitas penyerapan yang terlihat pada gambar 6. Hasil yang sama juga didapatkan
menggunakan
peningkatan konsentrasi chrysosporium 19 . Hasil ini juga didapatkan
phanerochaete
dengan
mengambarkan kejenuhan gugus aktif yang pada
Cd(II)
terdapat
pada
biosorben, hal ini
menggunakan ampas tebu 18 .
dikarenakan jumlah ion logam semakin banyak sementara gugus aktif yang tersedia
3.4. Pengaruh Konsentrasi Larutan terhadap
tetap 21 .
Kapasitas Penyerapan Ion Logam Konsentrasi ion logam Cd(II) dan Zn(II)
disebabkan oleh sangat berpengaruh terhadap kapasitas
Zn(II),
hal
ini
keelektronegatifan dari ion logam tersebut. penyerapan.
lebih elektronegatif Pada gambar 4, terlihat bahwa kapasitas
Dimana
Zn(II)
dibandingkan dengan Cd(II). Semakin penyerapan
elektronegatif suatu unsur maka daya tarik mengalami peningkatan dari konsentrasi 5
ion logam
Cd(II)
terus
inti atom terhadap elektron terluar semakin mg/L sampai 200 mg/L. Sedangkan, pada
kuat dan elektron terluar sulit untuk ion logam Zn(II) kapasitas penyerapan juga
dilepaskan. Kapasitas penyerapan optimum mengalami peningkatan dari konsentrasi 5
dari ion logam Cd(II) dan Zn(II) didapatkan mg/L sampai 150 mg/L. Jumlah logam
pada konsentrasi 200 mg/L dan 150 mg/L. yang terserap akan meningkat dengan
Hasil yang sama dengan penelitian ini juga meningkatnya konsentrasi awal, hal ini
penyerapan logam disebabkan karena peningkatan interaksi
didapatkan
pada
seng dari larutan elektrostatik pada ion logam dengan afinitas
cadmium
dan
menggunakan aspergillus niger 20 . yang rendah 20 .
3.5. Pengaruh
Berat
Biosorben terhadap
4 Kapasitas Penyerapan Ion Logam Jumlah biosorben sangat mempengaruhi
3.5 kapasitas penyerapan ion logam, karena
3 semakin besar jumlah biosorben yang ) 2.5 digunakan, maka semakin banyak gugus
/g g 2 aktif yang terkandung di dalamnya, sebagai m (
interaksi proses q 1.5 penyerapan ion logam.
tempat
terjadinya
0.5 Cd (II)
Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa
penurunan kapasitas terjadi penurunan 0 50 100 150 200 250 300
Zn (II)
kapasitas penyerapan pada peningkatan Konsentrasi awal ion logam(mg/L)
jumlah biosorben. Kapasitas penyerapan menurun dari 13.2 mg/g sampai 1.673
mg/g untuk ion logam Cd(II) dan Zn(II) Gambar 4 : Pengaruh konsentrasi larutan
dari 4.0875 mg/g sampai 1.371 mg/g dan logam Cd(II) dan Zn(II) mengalami sedikit peningkatan sebesar menggunakan biji buah sirsak 0.5502 mg/g kemudian turun lagi menjadi (Annona muricata L.) : 25 mL 0.5146 mg/g. Jumlah biosorben yang tinggi larutan Cd(II) pH 6 dan Zn(II) dapat menyebabkan aglomerisasi sel dan pH 4, waktu kontak Cd (II) = reduksi yang berkesinambungan pada jarak
90 menit dan Zn(II) = 30 antara interseluler yang akan menghasilkan menit, massa biosorben 1 g screen efek antara lapisan sel yang dan kecepatan pengadukan mengarah pada perlindungan terhadap 150 rpm.
gugus
aktif.
Penurunan kapasitas
penyerapan ion logam juga dilaporkan Kapasitas penyerapan dari ion logam Cd(II)
lebih besar dibandingkan dengan ion logam lebih besar dibandingkan dengan ion logam
marine alga sebagai biosorben 21 .
Cd (II)
/g g 0.45
12 Zn (II)
q 6 Cd (II) Zn (II)
3 0 5 10 15 20 25 30 Konsentrasi logam penggangu (mg/L)
Berat Biosorbent (g)
Gambar 5 : Pengaruh berat biosorben pada penyerapan logam Cd(II) dan 0.5
Zn(II) menggunakan biji buah
sirsak (Annona muricata L.) : 25
) /g
mL larutan Cd(II) 200 mg/L
m 0.3 (B) dan Zn(II) 150 mg/L dengan
pH 6 untuk logam Cd(II) dan
pH 4 untuk logam Zn(II), waktu kontak Cd(II) dan Zn(II)
0.1 Cd (II) masing-masing 90 dan 30 menit
Zn (II) dan kecepatan pengadukan 150
0 5 10 15 20 25 30 rpm.
Konsentrasi logam penganggu (mg/L)
Gambar 6 : (A) Kurva bikomponen ion
3.6. Pengaruh Larutan Bikomponen terhadap logam. Konsentrasi ion logam Kapasitas Penyerapan Ion Logam
Cd(II) tetap (25 mg/l) dan Penyerapan ion logam oleh biomaterial
konsentrasi ion logam Zn(II) sangat dipengaruhi oleh jumlah dan jenis
divariasikan yaitu 0, 10, 15, ion logam yang terkandung dalam larutan.
20 dan 25 mg/L. (B) : Kurva Pada gambar 6 (A), terlihat pengaruh dari
bikomponen ion logam. penambahan ion logam Zn(II) dengan
Konsentrasi ion logam Zn(II) variasi
(25 mg/l) dengan penyerapan ion logam Cd(II) dengan
konsentrasi ion logam Cd(II) konsentrasi tetap yaitu 25 mg/L. divariasikan yaitu 0, 10, 15, 20
dan 25 mg/L.
Kapasitas penyerapan dari ion logam Cd(II) mengalami sedikit kenaikan dari 0.4263 mg/g menjadi 0.56 mg/g pada konsentrasi Zn(II) 0 – 15 mg/L dan kemudian mengalami penurunan pada konsentrasi Zn(II) 20 – 25 mg/L. Sedangkan Kapasitas penyerapan logam Zn(II) dari 0-25 mg/L Kapasitas penyerapan dari ion logam Cd(II) mengalami sedikit kenaikan dari 0.4263 mg/g menjadi 0.56 mg/g pada konsentrasi Zn(II) 0 – 15 mg/L dan kemudian mengalami penurunan pada konsentrasi Zn(II) 20 – 25 mg/L. Sedangkan Kapasitas penyerapan logam Zn(II) dari 0-25 mg/L
(mg/g), b adalah konstanta kesetimbangan konsentrasi ion logam Cd(II) yang tetap .
peningkatan
pada
Kurva linearitas Hasil ini menunjukan adanya persaingan
Langmuir
(L/mg).
Langmuir merupakan plot antara versus antara ion logam Cd(II) dan Zn(II) ketika
dicampurkan. Perlakuan yang sama juga diberlakukan
Untuk Isoterm Freundlich dirumuskan untuk ion logam Zn(II), dimana konsentrasi
sebagai berikut 17 :
ion logam Zn(II) tetap (25 mg/L) dan konsentrasi logam pengganggu Cd(II)
divariasikan dari 0-25 mg/L. Dari gambar 6
(B) dapat dilihat
bahwa
kapasitas
penyerapan dari ion logam Zn(II) hampir konstan sedangkan konsentrasi ion logam
Cd(II) terus meningkat. Hal tersebut Cd (II)
Zn (II)
mengambarkan tidak adanya pengaruh dari pencampuran ion logam Cd(II) terhadap 30
kapasitas penyerapan ion logam Zn(II).
Sejumlah tertentu
menghasilkan jumlah dari situs aktif yang
terbatas, beberapa gugus aktif tersebut akan mengalami
persaingan logam,
terutama
pada
konsentrasi yang tinggi. Selain itu juga dipengaruhi oleh kemampuan dua ion
Ce
logam ini untuk bersaing 19 .
3.7. Penentuan Isoterm Adsorpsi Gambar 7 : Kurva linearitas Langmuir pada Isoterm adsorpsi menunjukkan bagaimana
penyerapan ion logam Cd(II) terjadinya
dan Zn(II) terdistribusi antara fasa padat dan fasa cair sewaktu
proses adsorpsi
mencapai
kesetimbangan. Dalam menentukan isoterm
Cd (II)
adsorpsi dapat digunakan beberapa model
Zn (II)
diantaranya Isoterm Langmuir dan Isoterm Freundlich.
Isoterm
Langmuir
e mengansumsikan adsorpsi pada monolayer 0 dan konstanta energy adsorpsi, dimana q
ln
isoterm ini berkaitan dengan penyerapan
yang homogen. Sedangkan pada isoterm Freundlich
penyerapan yang heterogen 22 .
Isoterm Langmuir dapat digambarkan
0 1 2 3 4 melalui persamaan berikut 5 : ln Ce
8 -1
Gambar 8 : Kurva linearitas Freundlich pada penyerapan ion logam
Cd(II) dan Zn(II) Dimana
adalah kapasitas adsorpsi
(mg/g) pada kesetimbangan,
isoterm freundlich konsentrasi pada saat setimbang (mg/L), merupakan hubungan antara ln
dengan adalah kapasitas adsorpsi maksimum dengan adalah kapasitas adsorpsi maksimum
sesudah penyerapan isotherm Freundlich.
penyerapan
dan
terdapat beberapa puncak yang panjang gelombangnya tidak mengalami perubahan
Gambar 7 dan gambar 8 merupakan kurva yaitu pada panjang gelombang 2925.48 cm -1 linearitas isoterm Langmuir dan Isoterm
yaitu gugus C-H sterching dan pada Freundlich. Koefisien korelasi Langmuir (r)
panjang gelombang 1743.33 cm -1 yaitu didapatkan untuk logam Cd(II) 0.8500 dan
gugus C=O keton.
Zn(II) adalah 0.9438.
Nilai
b yang
didapatkan yaitu 0.0113 untuk ion logam Cd(II) dan 0.0401 untuk Zn(II). Hasil yang didapatkan ini cukup bagus dimana didapatkan nilai b yang < 0.1. Hasil ini juga menunjukan kemungkinan terjadi ikatan yang kuat antara ion logam dan biosorben. Pada isoterm Freundlich, hubungan antara
versus ln menghasilkan garis lurus dengan koefisien korelasi (r) untuk ion logam Cd(II) dan Zn(II) masing-masing adalah 0.8654 dan 0.9604. Dari data yang didapatkan, antara kedua persamaan ini
didapatkan nilai (r) dari Isoterm Freunlich
Gambar 9 : Spektrum FTIR serbuk biji buah isoterm Langmuir. Hal ini menunjukan
yang lebih bagus dari pada
pada
sebelum penyerapan bahwa penyerapan ion logam Cd(II) dan
sirsak
tetapi telah direndam dengan Zn(II) menggunakan biji buah sirsak ini
HNO 3 dan sesudah lebih
penyerapan ion logam. Freundlich. Ini berarti penyerapan yang terjadi
sebelum penyerapan heterogen. Penyerapan ion logam Zn(II)
terdapat gugus C-O stretching dengan dengan tangkai jagung menunjukan data
panjang gelombang 1267.25 cm -1 yang Isoterm Freundlich yang lebih bagus
mengalami perubahan panjang gelombang
menjadi 1048.12 cm -1 . Dari spektrum diatas Hasil yang sama juga didapatkan pada
dibandingkan data Isoterm Langmuir 12 .
dapat disimpulkan bahwa kemungkinan ion penyerapan ion logam Cd(II) menggunakan
logam terikat pada gugus O-H dan gugus C- kulit buah pomelo 23 .
O sterching. Gugus O-H merupakan gugus fungsional
terionisasi yang mampu
kation. Hal ini Sirsak menggunakan FTIR
3.8. Analisa Gugus Fungsi dari Biji Buah
berinteraksi
dengan
menunjukan adanya peranan gugus fungsi pada biomassa terhadap pengikatan dari ion
Analisa ini bertujuan untuk menentukan logam bermuatan positif 23 . gugus fungsi yang terdapat di dalam biji buah sirsak. Dimana gugus fungsi tersebut
sangat berperan sebagai tempat terjadinya
IV. Kesimpulan
ikatan dengan ion logam yang akan diserap. Dari gambar 9 dapat dilihat bahwa pada
penelitian yang telah serbuk biji sirsak sebelum penyerapan tetapi
Berdasarkan
dilakukan dapat disimpulkan bahwa biji
buah sirsak dapat digunakan sebagai bahan gugus O-H pada panjang gelombang
telah direndam dengan HNO 3 terdapat
penyerap dari ion logam Cd (II) dan Zn (II). 3342.03 cm -1 . Setelah dilakukan penyerapan
Kapasitas penyerapan optimum ion logam puncak O-H bergeser menjadi 3284.18 cm -1 Cd (II) didapatkan pada pH = 6, waktu
dan 3561.88 cm -1 . Pada spektrum sebelum kontak 90 menit, kecepatan pengadukan 150 dan 3561.88 cm -1 . Pada spektrum sebelum kontak 90 menit, kecepatan pengadukan 150
Biomass, Nova Biotechnologica. mg/g. Sedangkan untuk ion logam Zn (II)
7. F, Ghomri., A, Lahsini., A, Laajeeb and didapatkan pada pH = 4, waktu kontak 30
Addaou A., 2013, The Removal of menit, kecepatan pengadukan 150 rpm,
Heavy Metal Ions (Copper, Zinc, Nickel massa biosorben 1 g dengan konsentrasi
and Cobalt) by Natural Bentonite, awal 150 mg/L sebesar 1.9215 mg/g.
Larhyss Journal , ISSN 1112-3680, pp 37-
8. Slaiman, Q. J. M., Haweel, C. Kh. And
Ucapan Terima Kasih
Abdulmajeed, Y. R., 2010, Removal of heavy Metals Ions from Aqueous
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Solutions Using Biosorption onto Analis
Bamboo, Iraqi Journal of Chemical and Lingkungan
Petroleum Engineering Vol.11 No.3 : 23- Universitas Andalas
9. Kuntakapun. J, Chungsiriporn, J., Husaiha, N, and Intamanee, J., 2010,
Referensi
Adsorption of Zn(II) Metal Ion from an Aqueous Solution Using Tea Waste
1. Zein, R., Suhaili, R., Earnestly, F., Char, The Eighth PSU Engineering Indrawati
Department of Removal of Pb(II), Cd(II) and Co(II)
ChemicalEngineering Prince of Songkla from aqueous solution using Garcinia
University, Songkhla, Thailand. mangostana L . fruit shell, Journal of
10. Saikaew, W. and Kaewsarnz, P., 2010, Hazardous Materials 181 : 52-56.
Durian Peel as Biosorbent for Removal
2. Rejula, F. A and Dhinakaran, M., 2012. of Cadmium Ions From Aqueous Removal of Zinc (II) by Non Living
Solution, J. Environ. Res., 32 (1), 17-30. Biomass of Agaricus Bisporus. Research
11. Olu-owolabi, B. I., Oputu, O.U., Journal of Recent Sciences, Vol. 1(9), 13-
Adebowale, K.O., Ogunsolu, O. and
17. Olujimi, O., 2012, Biosorption of Cd 2+
3. Malekbala, M. R., Soultani, S.M., Yazdi, And Pb 2+ Ions onto Mango Stone And S.K.,
Waste: Kinetic And Equilibrium and Kinetic Studies of
and Hosseini,
Equilibrium Studies, Scientific Research Safranine Adsorptionon Alkali-Treated
and Essays , Vol. 7(15), 1614-1629. Mango Seed Integuments, International
12. El-sayed, G.O., Dessouki, H.A., and Journal of Chemical Engineering and
Ibrahiem, S.S. 2011. Removal of Zn(II), Application Vol. 3, No.3.
Cd(II) And Mn(II) From Aqueous
4. Osman, H. E., Badwy, R.K., Ahmad, Solutions By Adsorption On Maize H.F., 2010, Usage of some agricultural
Malaysian Journal of by-products in the removal of some
Stalks.
The
Analytical Sciences Vol 15 No 1 : 8 – 21. heavy
13. Komari, N., Sujatmiko, 2010, Biomassa wastewater, Journal of Phytology, 2 (3):
Batang Pisang (musa paradisiaca sp) 51-62.
sebagai Biosorben Cd(II), Sains dan
5. C, Igwe J., N, Ogunewe D and A, Abia Terapan Kimia, Vol. 4, No. 2, 191-201.
14. Namdeti, R and Pulipati, K., 2013, Zn(II), Cd(II) and Pb(II) ions from
A. 2005. Competitive Adsorption of