Audit Lag, Background Education Regional Head and Giving Going Concern Audit Opinion

  1 PENGARUH OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, UKURAN PEMERINTAH DAERAH, RASIO KEMANDIRIAN, RASIO AKTIVITAS, AUDIT LAG DAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN KEPALA DAERAH TERHADAP PEMBERIAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA KABUPATEN/KOTA PEMEKARAN DI SUMATERA ARTIKEL Neni Oktiana NPM. 1210018212032 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA 2015

  

PENGARUH OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, UKURAN PEMERINTAH

DAERAH, RASIO KEMANDIRIAN, RASIO AKTIVITAS, AUDIT LAG DAN LATAR

BELAKANG PENDIDIKAN KEPALA DAERAH TERHADAP

PEMBERIAN OPINI AUDIT GOING CONCERN

PADA KABUPATEN/KOTA PEMEKARAN DI SUMATERA

  Oleh :

  

Neni Oktiana ¹, Zaitul², Yunilma ²

  ¹Program Studi Manajemen, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta ²Dosen Program Studi Manajemen, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta

  

E-mail : neni_oktiana@ymail.com

ABSTRACT

  The purpose of this study was to determine the extent of the effect of the previous year's audit opinion, the size of government, the independence rasio, the rasio of activity, audit lag and educational background to the provision of regional heads going concern audit opinion on the Kabupaten/Kota Redistricting in Sumatera.Population and sample of this research all Kabupaten/Kota perform division in the period 2010 to 2012 covering 50 districts / municipalities. The sampling method using purposive sampling technique, ie all populations were subjected to experiments, in which hypothesis testing using a logistic regression model analysis as a means of data processing using SPSS 16.The results of logistic regression analysis, concludes that there is a significant positive effect of transformational leadership, significant organic fairness opinion prior year's audit and educational background to the provision of regional heads going concern audit opinion on the Kabupaten/Kota Redistricting in Sumatera. While the size of government, the independence rasio, the rasio of the activity, and the consequences for audit lag significantly to the administration of going concern audit opinion on the Kabupaten/Kota Redistricting in Sumatera.

  

Keyword : Prior Year Audit Opinion, Government Size, Independence Ratio, Ratio Activities,

Audit Lag, Background Education Regional Head and Giving Going Concern Audit Opinion

A. PENDAHULUAN pelayanan birokrasi pemerintahan terhadap

  rakyat melalui pelayanan publik guna Besarnya kencendrungan daerah mempercepat terwujudnya kesejahteraan melakukan pemekaran merupakan fenomena masyarakat. yang menarik perhatian pemerintah saat ini.

  Namun seiring dengan pekembangannya, Hal ini terkait dengan dikeluarkannya Undang- setelah berpisah dari daerah induknya, banyak Undang Nomor 22 tahun 1999 yang kemudian ditemukan beberapa daerah hasil pemekaran diganti dengan munculnya Undang-Undang ternyata masih belum dapat mengwujudkan Nomor 32 tahun 2004 yang mengatur tentang pelayanan dan kesejahteraan yang tinggi otonomi daerah. Awalnya tujuan pemekaran kepada masyarakatnya. Hal ini dikarenakan wilayah ini adalah memberikan kesejahteraan banyaknya permasalahan-permasalahan yang yang lebih baik dan pelayanan yang tinggi harus dihadapi daerah otonomi baru (DOB), kepada masyarakat dengan kata lain otonomi seperti tarik menarik aset dengan pemerintah daerah diharapkan mampu mendekatkan fungsi

  2 induknya, masalah SDM dan pengelolaan kekayaan serta sturuktur organisasi pemerintahan yang diperlukan dalam menjalankan pemerintahan agar kelangsungan hidup pemerintahan atau yang lebih dikenal dengan istilah going concern dapat berjalan.

  Setiawan (2006) dalam Santosa dan Wedari (2007), menyebutkan going concern adalah sebagai asumsi bahwa perusahaan atau organisasi dapat mempertahankan hidupnya secara langsung akan mempengaruhi laporan keuangan yang merupakan gambaran tentang kinerja organisasi. BPK selaku auditor pemerintah akan melakukan audit terhadap laporan keuangan pemerintah yang dikenal dengan LAKIP atau laporan akuntanbilitas kinerja instansi pemerintah.

  Akuntabilitas kinerja dapat juga diartikan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas keberhasilan/kegagalan program dan kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik.

  Keberhasilan daerah otonomi atau daerah hasil pemekaran akan semakin bermakna jika kinerja yang dihasilkan oleh pemerintah daerah mendapatkan pengakuan dalam bentuk opini audit yang lebih baik seperti opini wajar tanpa pengecualian (WTP) dari akuntan BPKP serta menjadi legitimasi yang baik bagi pemerintahan dalam melanjutkan program dan kegiatannya pada masa yang akan datang.

  Masalah yang sering timbul adalah sulit untuk memprediksi kelangsungan hidup suatu organisasi atau perusahaan sehingga menyebabkan auditor mengalami dilema antara moral dan etika dalam memberikan opini going

  concern (Venuti, 2007). Selain itu banyak

  terjadi kesalahan opini yang dibuat oleh auditor menyangkut opini going concern (Mayangsari, 2003), seperti adanya hipotesis self fulfilling

  prophecy yang menyatakan bahwa jika auditor

  memberikan opini going concern , maka organisasi atau perusahaan akan lebih cepat bangkrut karena akan menyebabkan investor membatalkan investasinya atau kreditor menarik dananya (Venuti, 2007). Permasalahan lainnya adalah tidak terdapatnya prosedur penetapan status going concern yang terstruktur (Joanna, 1994).

  Dari hasil pemeriksaan BPK terhadap laporan keuangan pemerintahan daerah beberapa tahun terakhir ditemukan adanya peningkatan pemberian opini wajar tanpa pengecualian, sebagaimana yang terlihat pada

Tabel 1.1 berikut ini :

  Data di atas, menunjukkan adanya kecendrungan peningkatan pemberian opini wajar tanpa pengecualian (WTP) oleh BPK sepanjang tahun 2008 s/d 2012, walapun jenis pemberian opini lain seperti wajar dengan pengecualian (WDP), tidak wajar (TW) dan tidak memenuhi penilaian (TMP) terlihat masih berfluktuasi naik dan turun. Hasil ini masih mengindikasikan rendahnya akuntabilitas pemerintah dalam kesiapan atau kemampuan pemerintah baik kabupaten atau kota di Indonesia dalam menyelenggarakan keuangannya secara baik sehingga berdampak terhadap rendahnya opini yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

  Beberapa penelitian yang pernah meneliti terkait dengan pemberian opini audit going

  2. Bagaimana pengaruh ukuran pemerintah daerah terhadap pemberian opini going

  1. Opini Audit Sementara menurut Undang-undang

  C. DASAR TEORI

  6. Bagaimana pengaruh latar belakang pendidikan kepala daerah terhadap pemberian opini going concern pada Kabupaten/Kota Pemekaran di Sumatera ?

  5. Bagaimana pengaruh audit lag terhadap pemberian opini going concern pada Kabupaten/Kota Pemekaran di Sumatera ?

  4. Bagaimana pengaruh rasio aktivitas terhadap pemberian opini going concern pada Kabupaten/Kota Pemekaran di Sumatera ?

  3. Bagaimana pengaruh rasio kemandirian terhadap pemberian opini going concern pada Kabupaten/Kota Pemekaran di Sumatera ?

  di Sumatera ?

  concern pada Kabupaten/Kota Pemekaran

  Pemekaran di Sumatera ?

  concern adalah penelitian Warnida (2010),

  going concern pada Kabupaten/Kota

  1. Bagaimana pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap pemberian opini

  Berdasarkan uraian-uraian dalam latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

  B. PERUMUSAN MASALAH

  going concern.

  Penelitian ini mencoba mengetahui dan menganalisa faktor-faktor apa saja yang dapat menilai penerimaan audit going concern pada Kabupaten/Kota dari hasil pemerkaran dengan menggunakan variabel opini audit tahun sebelumnya, ukuran pemerintah daerah, rasio kemandirian, rasio aktivitas, audit lag dan latar belakang pendidikan kepala daerah sebagai variabel yang mempengaruhi pemberian opini

  repor. Dan beberapa penelitian lain yang juga mengkaji permasalahan ini.

  hasil penelitian menyimpulkan bahwa rasio likuiditas, solvabilitas dan price earning ratio secara bersama-sama mempengaruhi opini audit going concern. Penelitian Saputra dkk (2010), tentang pengaruh rasio-rasio keuangan perusahaan terhadap going concern audit report kajian berdasarkan prediksi kebangkrutan, hasil penelitian menemukan terdapat pengaruh yang signifikan rasio likuiditas, leverage/solvabilitas, dan aktifitas terhadap going concern audit

  Nomor 15 Tahun 2004 terdapat 4 (empat) jenis Opini yang diberikan oleh BPK Republik Indonesia atas Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah yaitu :

  a) Opini wajar tanpa pengecualian (unqualified

  opinion ), menyatakan bahwa laporan

  keuangan entitas yang diperiksa, menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

  b) Opini wajar dengan pengecualian (qualified

  opinion ), nyatakan bahwa laporan keuangan

  entitas yang diperiksa menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.

  c) Opini tidak wajar (adversed opinion), menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

  d) Pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion), menyatakan bahwa Auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan, jika bukti audit tidak untuk membuat kesimpulan. Kondisi yang menyebabkan pemeriksa menyatakan opini TMP adalah adanya pembatasan lingkup yang luar biasa sehingga pemeriksa tidak dapat memperoleh bukti yang cukup memadai sebagai dasar menyatakan pendapat (opini).

  Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) (2005), kelangsungan hidup suatu perusahaan (going concern) merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal-hal berlawanaan. Hany, Cleary, dan Mukhlasin (2003), going concern diartikan sebagai kelangsungan hidup suatu perusahaan. Going concern mengindikasikan bahwa suatu perusahaan mampu untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek.

  Laporan audit dengan modifikasi going

  concern merupakan suatu indikator bahwa

  dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar utang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang.

  Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan oleh auditor atas penilaian terhadap laporan yang telah diperiksa. Jika perusahaan mengalami beberapa kondisi dari faktor ketidakpastian going concern maka perusahaan akan memperoleh pini audit going

  concern dari auditor. Laporan audit going concern merupakan penilaian auditor yang

  meragukan bahwa perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnisnya.

  2. Audit Tahun Sebelumnya Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima auditee pada tahun sebelumnya atau 1 tahun sebelum tahun penelitian. Opini audit tahun sebelumnya ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu auditee dengan opini going concern (GCAO) dan tanpa opini

  going concern (NGCAO). Opini going concern

  tahun sebelumnya ini akan menjadi faktor pertimbangan penting auditor untuk mengeluarkan kembali opini going concern pada tahun berikutnya. Apabila auditor menerbitkan opini going concern tahun sebelumnya maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan akan menerima kembali opini going concern pada tahun berjalan. Hal ini dikarenakan kegiatan usaha pada suatu perusahaan untuk tahun tertentu tidak terlepas dari keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya,

  3. Ukuran Pemerintah Daerah Ukuran perusahaan merupakan skala pengukuran atas suatu perusahaan baik dari segi aset maupun unsur lainnya seperti jumlah tenaga kerja. Perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disoroti, pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan. Teori agensi dalam Marpaung (2010) menyatakan bahwa semakin besar suatu perusahaan, maka biaya keagenan yang muncul juga semakin besar. . Mukhlasin (2002) dalam Soesitoe (2008), ukuran organisasi dalam hal ini seperti perusahaan diproksikan dari penjualan bersih (net sales). Total penjualan mengukur besarnya perusahaan. Karena biaya operasi cenderung lebih besar, maka organisasi dengan tingkat penjualan yang tinggi cenderung memilih kebijakan akuntansi yang mengurangi laba (Sidharta, 2000).

  Dalam kaitannya mengenai kehilangan fee audit yang signifikan tersebut, sehingga auditor mungkin ragu untuk mengeluarkan opini audit

  going concern pada organisasi besar. Mutchler et al. (1985) menyatakan bahwa auditor lebih

  sering mengeluarkan opini audit going concern pada organisasi kecil, karena auditor mempercayai bahwa organisasi besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil.

  4. Rasio Kemandirian Tingkat kemandirian merupakan kemampuan daerah atau kinerja pemerintah daerah untuk dapat memberdayakan seluruh potensi daerah untuk kesejahteraan masyarakat luas melalui otonomi daerah (Mardiasmo, 2000). Dalam instansi pemerintahan pengukuran kinerja tidak dapat diukur dengan rasio-rasio yang biasa di dapatkan dari sebuah laporan keuangan dalam suatu perusahaan seperti, return of investment (ROI).

  Salah satu alat untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melaksanakan analisis rasio terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakannya. Hasil analisis rasio keuangan ini selanjutnya digunakan untuk tolok ukur dalam, (Halim, 2002) : a. Menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelengggaraan otonomi daerah.

  b. Mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah.

  c. Mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam membelanjakan pendapatan daerahnya.

  d. Mengukur kontribusi masing-masing sumber pendaptan dalam pembentukan pendapatan daerah.

  e. Melihat pertumbuhan atau perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu

  Untuk melihat kinerja keuangan daerah dapat diukur dengan rasio yang dikembangkan oleh Johar (2005), yaitu :

  % 100 tan  

  TotalPener h imaanDaera AsliDaerah Pendapa RasioKeman dirian

  5. Rasio Aktivitas Rasio Aktifitas, digunakan untuk mengukur seberapa besar efektifitas organisasi atau pemerintah daerah mampu menggunakan sumber-sumber dananya atau menggambarkan seberapa besar kemampuan asset organisasi untuk menciptakan penerimaan atau pendapatan. Bentuk analisis rasio keuangan pada APBD pemerintahan daerah dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai dari satu periode dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi. Rasio aktivitas dalam hal ini menggambarkan bagaimana pemerintahan daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal. Semakin tinggi presentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti presentase belanja investasi (belanja pembangunan) yang digunakan untuk menyediakan sarana prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil. Secara sederhana, rasio keserasian itu dapat diformulasikan sebagai berikut (Halim 2007) :

  TotalAPBN TotalBelan jaRutin RasioBelan hadapAPBD jaRutinTer

   TotalAPBN TotalBelan nan jaPembangu

  RasioBelan hadapAPBD jaRutinTer

  6. Audit Lag

  Audit lag atau dalam beberapa penelitian

  disebut sebagai audit delay didefinisikan sebagai rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan yang diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan perusahaan atau suatu organisasi sektor publik, sejak tanggal tahun tutup buku, yaitu 31 Desember sampai tanggal yang tertera di laporan auditor independen (Rachmawati, 2008). McKeown et. al. (1991) menyatakan bahwa opini audit going concern lebih banyak ditemui ketika pengeluaran opini terlambat.

  Audit lag adalah jumlah kalender antara

  tanggal disusunnya laporan keuangan dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan (Januarti, 2009). Januarti dan Fitrianasari (2008) mengindikasikan kemungkinan keterlambatan opini yang dikeluarkan dapat disebabkan karena: a. Auditor lebih banyak melakukan pengujian. b. Manajemen mungkin melakukan negosisasi dengan auditor.

  c. Auditor memperlambat pengeluaran opini dengan harapan manajemen dapat memecahkan masalah yang dihadapi, sehingga terhindar dari opini audit going

  going concern pada Kabupaten/Kota yang melakukan Pemekaran di Sumatera.

  5) Audit Lag berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan opini audit going concern pada Kabupaten/Kota yang melakukan Pemekaran di Sumatera..

  concern pada Kabupaten/Kota yang melakukan Pemekaran di Sumatera.

  4) Rasio aktivitas berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going

  concern pada Kabupaten/Kota yang melakukan Pemekaran di Sumatera.

  3) Rasio Kemandirian berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan opini audit going

  going concern pada Kabupaten/Kota yang melakukan Pemekaran di Sumatera.

  2) Ukuran Pemerintah Daerah berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan opini audit

  Berdasarkan permasalahan dan kajian teoritis yang telah dijelaskan di atas dapat dinyatakan hipotesis Penelitian sebagai beriktu : 1) Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan opini audit

  concern .

  Tingkat pendidikan yang tinggi bukanlah indikator mutlak dalam menentukan kualitas kerja seseorang. Namun latar belakang pendidikan yang sejalan dengan jabatan yang diduduki adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi prestasi kerja. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi sering kali tidak dapat menunjukkan performa kerja yang maksimal karena latar belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan posisi yang dijabat.

  yang pernah ditempuh oleh seseorang memiliki korelasi positif dengan prestasi kerja.

  placements karyawan. Jadi, jenjang pendidikan

  Dalam lingkungan persaingan kerja saat ini, tingkat pendidikan seseorang menjadi bahan pertimbangan dalam recruitments dan

  Demikian pula Hariandja dan Marihot (2006), menyatakan bahwa tingkat pendidikan seorang karyawan atau pimpinan dapat meningkatkan daya saing organisasi atau perusahaan dan memperbaiki produktifitas.

  Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pola pikir dan tindakan seseorang karyawan atau pimpinnan organisasi. Sikula (dikutip oleh Mangkunegara dan Prabu 2004), menyatakan bahwa tingkat pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konsepsual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum.

  Daerah

  7. Latar Belakang Pendidikan Kepala

  6) Latar belakang pendidikan Kepala Daerah berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan opini audit going concern pada Merupakan pernyataan pendapat yang Kabupaten/Kota yang melakukan diberikan oleh Auditor pemerintah Pemekaran di Sumatera. dalam hal ini BPK yang berhubungan dengan kesenambungan atau going

  Dari paparan kerangka teori dan kajian

  concern suatu pemerintahan daerah dari

  penelitian terdahulu diatas, maka dapat pemeriksaan audit yang dilakukan pada digambarkan kerangka konseptual pada periode tertentu. Pengukuran variabel penelitian ini sebagai berikut : opini audit going concern ini dinilai dengan variabel dummy dimana kode 1 untuk auditee yang menerima opini audit going concern dan kode 0 untuk

  auditee yang menerima opini audit non going concern.

  1 )

   Opini Audit Tahun Sebelumnya (X Opini audit yang diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel

  dummy . Jika perusahaan menerima

  Gambar 1. Kerangka Konseptual opini audit going concern (GCAO) pada tahun sebelumnya akan diberi kode 1

  D. METODE PENELITIAN sedangkan jika perusahaan menerima

  1. Populasi dan sampel opini audit non going concern Populasi dan sampel penelitian ini adalah (NGCAO) akan diberi kode 0. seluruh Kabupaten/Kota di Sumatera yang

  2 )

   Ukuran Pemerintah Daerah (X melakukan pemekaran pada tahun 2010-2012 dengan jumlah sebanyak 50 daerah otonomi Ukuran organisasi atau pemerintah baru Kabupaten/Kota di Sumatera pada daerah adalah variabel yang digunakan periode tersebut. teknik pengambilan sampel untuk mengukur besar kecilnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah organisasi. Pengukuran variabel ini

  purposive sampling , yaitu semua populasi

  dihitung dengan menggunakan total dijadikan objek penelitian. pendapatan dihasilkan pemerintah daerah. Ukuran perusahaan diproksikan

  2. Defenisi Operasioanl Variabel Penelitian dengan menggunakan Ln total  Opini Audit Going Concern (Y) pendapatan (Ibrahim, 2008).

  3 ) Laporan Keuangan.

   Rasio Kemandirian (X

  6 )

   Latar Belakang Pendidikan (X Kemampuan suatu daerah untuk membiayai kegiatan pembangunan Education Prestige (EDU) kepala dengan Pendapatan Asli Daerah. daerah diukur berdasarkan tingkatan Derajat Otonomi Fiskal diukur dari pendidikan yang dimiliki oleh kepala nisbah (rasio) antara Pendapatan Asli daerah dengan menggunakan dummy Daerah pada tahun yang tertentu dengan atau skala perangkingan dari 0 sampai Anggaran Pendapatan dan Belanja

  4. Nilai 0 = SMA/sederajat, nilai 1 = Daerah pada tahun tersebut. Rasio D3, nilai 2 S1, nilai 3 = S2 dan nilai 4 = kemandirian menggunakan formulasi S3. Pengukuran variabel ini mengikuti Halim (2007) Aini dan Sumiyana (2008).

  3. Teknik Analisis Data

  4 )

   Rasio Aktifitas (X Rasio ini menjelaskan upaya bagaimana Pengujian hipotesis dalam penelitian ini pemerintahan daerah memprioritaskan menggunakan analisis multivariate dengan alokasi dananya pada belanja rutin dan menggunakan regresi logistik (logistic- belanja pembangunan secara optimal. regresion ), karena variabel bebasnya Rasio aktifitas menggunakan formulasi merupakan kombinasi antara metric dan non Halim (2007). metric (nominal). Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji sejauh

  )

  5

   Audit Lag (X mana probibalitas terjadinya variabel dependen

  Audit lag didefinisikan sebagai jumlah dapat diprediksi dengan variabel independen.

  hari antara akhir periode akuntansi

  E. PEMBAHASAN

  sampai dikeluarkannya laporan audit, atau dapat dikatakan sebagai perbedaan Berdasarkan hasil pengujian dengan antara tanggal laporan keuangan dengan regresi logistic diperoleh hasil : tanggal opini audit dalam laporan keuangan yang mengindikasikan lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Audit Lag (delay) diukur dengan menghitung berapa jarak antara penutupan tahun buku sampai dengan ditanda tanganinya laporan keuangan auditan. Audit Delay = Tanggal Laporan Audit – Tanggal

  1. Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Pemberian Opini Going Concern Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada tabel 2 di atas, hasil dari analisis regresi logistik ditemukan tidak terdapat pengaruh yang signifikan opini audit tahun sebelumnya terhadap pemberian opini audit going concern pada Kabupaten/kota yang melakukan pemekaran di Sumatera. Dimana nilai koefisien variabel sebesar 0,951 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,067 lebih besar dari kesalahan menolak data sebesar 0,05 atau 0,067 > 0,05 sehingga hipotesis ini tidak terbukti atau ditolak. Temuan ini dapat diartikan bahwa hasil opini audit tahun sebelumnya bukan menjadi patokan atau penentu bagi Pemerintah daerah untuk mendapatkan hasil opini audit going concern pada tahun berikutnya.

  Terhadap Pemberian Opini Going Concern Hasil pengujian statistik pada Tabel 2 di atas, hasil dari analisis regresi logistik menemukan terdapat pengaruh yang signifikan ukuran Pemerintah daerah terhadap pemberian opini audit going concern pada Kabupaten/Kota yang melakukan Pemekaran di Sumatera. Dimana nilai koefisien variabel sebesar 107,82 dengan tingkat signifikansi probabilitas sebesar 0,015 lebih kecil dari kesalahan menolak data sebesar 0,05 atau 0,015 < 0,05 dengan demikian hipotesis penelitian ini dapat dibuktikan atau diterima.

  Berdasarkan temuan di atas, bahwa ukuran organisasi atau Pemerintah daerah menjadi mampu menentukan atau mempengaruhi pemberian opini audit going

  concern yang akan diberikan oleh auditor BPK.

  Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin luas atau besar organisasi maka akan semakin besar kemampuan dari organisasi tersebut untuk menghasilkan output atau pendapatan baik dalam bentuk kesejahteraan terhadap masyarakatnya maupun kemampuan untuk menghasilkan kinerja keuangan yang semakin lebih baik.

  3. Pengaruh Rasio Kemandirian Terhadap Pemberian Opini Going Concern

  Hasil pengujian statistik pada Tabel 2 sebelumnya, menyatakan hasil dari analisis regresi logistik menemukan terdapat pengaruh yang signifikan rasio kemandirian terhadap pemberian opini audit going concern pada Kabupaten/Kota yang melakukan Pemekaran di Sumatera. Dimana nilai koefisien variabel sebesar 1,12 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,005 lebih kecil dari kesalahan menolak data sebesar 0,05 atau 0,005 < 0,05 sehingga hipotesis ini dapat dibuktikan atau diterima.

2. Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah

  Dari temuan ini dapat disimpulkan tingkat kemandirian suatu daerah menjadi penilaian utama bagi auditor BPK untuk menilai kinerja keuangan dan memberikan opini audit going

  concern kepada suatu Pemerintah daerah.

  Dengan kata lain bahwa tingkat kemandirian merupakan tolak ukur dalam suatu organisasi atau Pemerintah daerah yang menunjukan kemampuan daerah tersebut dalam mengelola daerahnya dan menghasilkan kinerja dan rendahnya ketergantungan terhadap Pemerintah pusat.

  4. Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Pemberian Opini Going Concern

  going concern oleh auditor BPK.

  F. KESIMPULAN

  Hasil ini menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan kepala daerah masih belum dapat menentukan atau mempengaruhi pemberian opini audit going concern dalam pemeriksaan audit yang dilakukan oleh auditor BPK, dengan kata lain unsur latar belakang pendidikan kepala daerah bukan menjadi penilaian dalam proses audit laporan keuangan sebagai akuntabilatas Pemerintah dalam menjalankan roda Pemerintahnya.

  melakukan Pemekaran di Sumatera. Dimana nilai koefisien variabel sebesar -0,095 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,660 hasil ini lebih rendah dari kesalahan menolak data sebesar 0,05 atau 0,014 < 0,05 sehingga hipotesis ini dapat dibuktikan atau diterima.

  going concern pada Kabupaten/Kota yang

  Temuan hasil pengujian statistik pada tabel 2 sebelumnya, hasil dari analisis regresi logistik menemukan tidak terdapat pengaruh yang signifikan latar belakang pendidikan kepala daerah terhadap pemberian opini audit

  Going Concern

  6. Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Kepala Daerah Terhadap Pemberian Opini

  Temuan hipotesis ini juga mengungkapkan bahwa lamanya waktu penilaian dan pemeriksaan laporan keuangan Pemerintah daerah menjadi factor penentu juga dalam pemberian atau penentuan opini audit

  Dari hasil pengujian statistik pada tabel 2 sebelumnya, hasil dari analisis regresi logistik menemukan terdapat pengaruh yang signifikan rasio aktifitas daerah terhadap pemberian opini

  melakukan Pemekaran di Sumatera. Dimana nilai koefisien variabel sebesar -108,22 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,014 hasil ini lebih rendah dari kesalahan menolak data sebesar 0,05 atau 0,014 < 0,05 sehingga hipotesis ini dapat dibuktikan atau diterima.

  audit going concern pada Kabupaten/Kota yang

  Temuan hasil pengujian statistik pada Tabel 2 sebelumnya, hasil dari analisis regresi logistik menemukan terdapat pengaruh yang signifikan audit lag terhadap pemberian opini

  Going Concern

  5. Pengaruh Audit Lag Terhadap Pemberian Opini

  Dari temuan ini dapat dijelaskan bahwa rasio aktifitas yang merupakan kemampuan dari pada organisasi atau Pemerintah daerah dalam menjalankan dan mengelola Pemerintah secara baik yang menunjukan bagaimana alokasi dari pendapatan yang dihasilkan dalam mendanai seluruh pengeluaran yang terkait dengan belanja modal yang secara rutin dikeluarkan oleh pemerintah setiap tahunnya.

  melakukan Pemekaran di Sumatera. Dimana nilai koefisien variabel sebesar -108,13 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,015 hasil ini lebih rendah dari kesalahan menolak data sebesar 0,05 atau 0,015 < 0,05 sehingga hipotesis ini dapat dibuktikan atau diterima.

  audit going concern pada Kabupaten/Kota yang

  1. Temuan hipotesis pertama menemukan, tidak terdapat pengaruh yang signifikan opini audit tahun sebelumnya terhadap pemberian opini audit going concern pada Kabupaten/Kota yang melakukan Pemekaran di Sumatera.

  2. Temuan pengujian hipotesis kedua, terdapat pengaruh yang signifikan ukuran Pemerintah daerah terhadap pemberian opini

  audit going concern pada Kabupaten/Kota yang melakukan Pemekaran di Sumatera.

  3. Hasil pengujian hipotesis ketiga, terdapat pengaruh yang signifikan rasio kemandirian terhadap pemberian opini audit going

  concern pada Kabupaten/Kota yang melakukan Pemekaran di Sumatera.

  4. Pengujian hipotesis keempat, terdapat pengaruh yang signifikan rasio aktifitas terhadap pemberian opini audit going

  concern pada Kabupaten/Kota yang melakukan Pemekaran di Sumatera.

  5. Hasil pengujian hipotesis kelima, terdapat pengaruh yang signifikan audit lag terhadap pemberian opini audit going concern pada Kabupaten/Kota yang melakukan Pemekaran di Sumatera .

  6. Hipotesis keenam pada penelitian ini menemukan, tidak terdapat pengaruh yang signifikan latar belakang pendidikan kepala daerah terhadap pemberian opini audit going

  concern pada Kabupaten/Kota yang melakukan Pemekaran.

  Berdasarkan penelitian ini hasil temuan ini, penulis telah berusaha secara maksimal dalam mencapai hasil yang maksimal untuk menjeneralisasi temuan penelitianan ini, namun beberapa keterbatasan dan kekurangan yang peneliti temua masih belum dapat peneliti hindari, untuk itu hendaknya keterbatasan dan kelemahan ini dapat menjadi perbaikan bagi peneliti-peneliti yang akan datang, seperti :

  1. Populasi dan sampel penelitian ini terhadap Pemerintah daerah yang melakukan pemekaran wilayah (otonomi) periode 1999 sampai dengan tahun 2012, dimana masing- masih Pemerintahd aerah memiliki perbedaan tingkat penerimaan, hal ini berdampak terhadap timbulnya masalah klasik yang dapat mempengaruhi model atau kemampuan variabel independen dalam mendefenisikan variabel dependen. Untuk itu perlu adanya pengelompokkan daerah sesuai dengan tingkatan kecil dan besarnya dengan memperhatikan tingkat kemampuan daerah dalam menghasilkan pendapatan baik yang berasal dari PAD maupun dari dana alokasi dari pusat.

  2. Penelitian ini hanya menggunakan 3 (tiga) tahun pengamatan sehingga kurang dapat mengenarilisasi temuan penelitian ini secara maksimal yaitu periode 2010 sampai dengan tahun 2012. Untuk itu pada peneliti yang akan datang harus dapat meningkatkan tahun pengamatan yang lebih panjang agar hasil penelitian dapat lebih mencerminkan hasil yang diharapkan.

G. KETERBATASAN DAN SARAN

  3. Hasil temuan penelitian masih mengindikasikan adanya variabel lain yang juga dapat mempengaruhi pemberian opini audi going concern pada Pemerintah

DAFTAR PUSTAKA

  Mayangsari, Sekar. (2003), “Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan”. Simposium Nasional

  Joanna, L.Ho. (1994). The Effect of Experience on Consensus of Going Concern Judgement. Behavioral Reseach in

  SIAE (system informasi, auditing, etika profesi)

  Januarti (2009). Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

  Maksi , UNDIP Vol. 8 No. 1: 43- 58.

  Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu, (2004).

  Manajemen Sumber Daya Manusia,

  Penerbit Rosdakarya, Bandung Mardiasmo, (2000). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah . Andi. Yogyakarta.

  Masdiasmo, (2002), Otonomi Daerah dan Manajemen Keuangan Daerah, Andi, Yogyakarta.

  • (2006). Otonomi dan Manajemen

  Keuangan Daerah: Serial Otonomi Daerah, Yogyakarta : Andi.

  Yogyakarta : AMP YKPN.

  Mutchler, J. (1985). A Multivariate Analysis of The Auditors Going Concern Opinion Decision. Journal of Accounting Research Autumn .

  Halim. Abdul (2002). Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah.

  Edisi Keempat, Penerbit Universitas Diponegoro

  Multivariate Dengan Program SPSS ,

  Ghozali, Imam, (2011). Aplikasi Analisis

  Ekonometrika .Jakarta: Erlangga

  Gujarati, Damodar. (2006). Dasar-Dasar

  Pendekatan Praktis , Jakarta Bina Aksara.

  hal. 202-226 Arikunto, (2002). Prosedur Penelitian

  Reputasi Manajemen puncak dan Dewan Komisaris terhadap Penilaian Investor pada Perusahaan yang Melakukan IPO , Jurnal Vol. 5 No. 2

  Aini, R dan Sumiyana, (2008). Pengaruh

  daerah, ini terlihat dari nilai koefisien determinan yang masih rendah yaitu hanya sebesar 21%, dengan kata lain masih terdapat faktor-faktor lain yang tidak terungkap dalam penelitian ini. Untuk itu kepada peneliti yang akan datang dapat mengembangkan model penelitian ini dengan menambahkan dan menemukan beberapa variabel lain yang diestimasi dapat memperbaiki model penelitian.

  Accounting . Vol. 6. Pp 160 – 172

  • (2007) Kajian Tentang Keuangan

  Salemba Empat.1 Januarti, Indira, dan Ella Fitrianasari. (2008).

  Profesional Akuntan Publik. Jakarta:

  Ikatan Akuntan Indonesia, (2001), Standar

  Akuntansi Keuangan , Salemba Empat, Jakarta.

  Ikatan Akuntan Indonesia, (2007). Standar

  Daerah Pemerintah Kota Malang, Tesis.

  Akuntansi VI Surabaya

  Pemerintah Republik Indonesia. Undang-

  Undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah, Undang-Undang No.

  25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daera.,

  Bandung : Kuraiko Pratama Republik Indonesia Peraturan Pemerintah

  Nomor 24 Tahun (2005) tentang

  Standar Akuntansi Pemerintah

  Analisis rasio keuangan dan rasio non keuangan yang mempengaruhi auditor dalam memberikan opini going concern pada auditee (studi empiris pada perusahaan manfaktur yang terdaftar di BEJ 2000- 2005). Jurnal Pemerintah Republik Indonesia. Undang- Undang Nomor 32 Tahun (2004).

  Tentang Pemerintah Daerah Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 33

  Tahun (2004) tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan merintahan Daerah

  Sekaran, Uma. (2005), Research Methods For

  Business, Edisi 4 buku 2, Terjemahan Yon, Kwan, Salemba Empat, Jakarta.

  Saputra, Yulia dan Yeni (2010). Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Perusahaan Terhadap Going Concern Audit Report Kajian Berdasarkan Prediksi Kebangkrutan

  Venuti, Elizabeth. K. (2007), “The Going Concern Assumption Revisited: Assesing a Company’s Future Viability”. The CPA Journal Online.

  Undang-Undang Nomor 15 tahun (2004) tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

  Tanggung Jawab Keuangan Negara

  Warnida (2010), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Listing Di BEI).

  Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 6 No.1 Juni 2011 ISSN 1858-3687 hal 30-43 http://otda.kemendagri.go.id/ http://www.djpk.depkeu.go.id/