Barang Publik dan Barang swasta

NAMA : MILATUL HAKIMAH
NIM
: 135030100111108
KELAS : K/ADM. PUBLIK/2013
PUBLIC GOODS VS PRIVATE GOODS
A. PUBLIC GOODS
1. Pengertian dari Public Goods
Public Goods atau Barang-Barang Publik adalah Barang-barang yang
diproduksi oleh sektor publik atau Pemerintah yang secara umum tersedia bagi
semua masyarakat. Barang Publik merupakan barang untuk kepentingan umun
dan tidak melalui mekanisme pasar. Barang-barang ini dibuat, dikelola dan
dilindungi oleh pemerintah agar tetap mampu memenuhi kebutuhan dan
kesejahteraan masyarakat. Pengadaan dan pengelolaan Barang Publik ini
biasanya diperoleh pemerintah dari hasil Pajak yang dibayarkan oleh
masyarakat. Menurut Richard Musgrave dalam Randall G. Holcombe
(2000;125), public good as “goods the inherent quality of which requires public
production”. Richard Musgrave mencontohkan Barang Publik, yaitu: Pertahanan
Nasional dan Pendidikan. Karakteristik dari Barang Publik menurut Samuelson
dalam Randall G. Holcombe (2000;126), yaitu Non-Excludability dan NonRival. Dimana yang dimaksud Non-Excludability adalah keadaan dimana
produsen tidak dapat mencegah masyarakat untuk menggunakan barang tersebut.
Masyarakat akan mendapatkan barang ini tanpa membayar, sehingga barang ini

biasanya disediakan oleh pemerintah. Tidak satupun orang yang dapat
membatasi penggunaan barang ini. Sedangkan Non-Rival adalah keadaan
dimana suatu barang dapat dikonsumsi secara bersama-sama, tanpa mengurangi
kesempatan, kualitas dan jumlah barang yang tersedia bagi orang lain. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa Barang Publik adalah barang-barang yang disediakan,
dikelola dan dilindungi Pemerintah tanpa melaui mekanisme pasar untuk
kepentingan kesejahteraan seluruh masyarakat tanpa terkecuali dan memiliki
karakteristik tidak ada pembatasan penggunaan barang dan dapat dikonsumsi
bersama-sama
tanpa
mengurangi
kesempatan
orang
lain
untuk
menggunakannya. Pada penyediaan Barang Publik terdapat beberapa hambatan
dalam pelaksanaannya, yaitu Free Rider dan Eksternalitas. Free Rider adalah
sekelompok orang yang tidak berkontribusi atau tidak membayar Pajak dalam
pengadaan Barang Publik, namun menikmati barang-barang publik yang
disediakan oleh pemerintah. Sedangkan Ekternalitas adalah dampak manfaat

atau biaya dari adanya transaksi pengadaan atau pertukaran barang publik.
2. Contoh Public Goods
Berdasarkan pengertian Public Goods atau Barang Publik diatas, berikut
ini contoh Barang Publik: Udara, Angin, Hujan; Jalan Raya, Jembatan, RambuRambu Lalu Lintas; Sungai, Danau, Laut; dan Pendidikan, Kesehatan,
Pertahanan. Adapun contoh Free Rider adalah pihak-pihak yang tidak membayar
Pajak. Sedangkan Eksternalitas dari Barang Publik, yaitu: Meningkatnya
kulaitas Sumber Daya Manusia atas adanya Pendidikan.
3. Masalah yang Muncul pada Public Goods

Pada lingkungan sekitar, seperti yang kita tahu bahwa banyak barang
publik yang kurang mendapat perhatian dari Pemerintah, dimana Pemerintah
berkedudukan sebagai penanggungjawab utama pengadaan dan pengelolaan
barang publik ini, contoh: Sungai. Sungai sebagai saluran air alami yang
mengalir dari hulu ke muara. Sungai dapat digolongkan sebagai barang publik,
karena tidak ada batasan penggunaan dan siapapun dapat memanfaatkannya
merupakan sumber daya alam yang sangat perlu diperhatikan. Banyak manfaat
dari adanya Sungai atau Eksternalitas Positif, yaitu: sumber daya air (irigasi dan
kebetuhan rumah tangga), habitat ikan, jalur transportasi, industri, tampungan air
alami dan lain-lain. Menurut Peraturan Pemerintah Tahun 2011 tentang Sungai
Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 4 menyatakan bahwa, Sungai dikuasai oleh Negara

dan merupakan kekayaan negara, sedangkan pengelolaannya dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Provinsi, atau Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai
dengan kewenangannya. Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa pengelolaan
Sungai merupakan kewenangan Pemerintah. Namun, banyak kasus yang kita
temui di lapangan bahwa, Sungai tidak mampu lagi menampung air atau biasa
disebut bencana Banjir (Eksternalitas Negatif). Banjir adalah salah satu bencana
alam dimana air sungai meluap melampaui kapasitas sungai. Terdapat berbagai
macam faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi, beberapa diantaranya
penggundulan hutan, curah hujan yang tinggi, minimnya resapan air, dan alih
fungsi bantaran sungai. Alih fungsi bantaran sungai biasanya terjadi di wilayah
perkotaan yang disebabkan oleh kepadatan penduduk atau urbanisasi, mahalnya
harga tanah dan kemiskinan. Masyarakat urban yang bermukim di bantaranbantaran sungai akan mempengaruhi kinerja sungai itu sendiri, sehingga bencana
Banjir mudah terjadi karena menyempitnya sempadan sungai. Rumah-rumah
kumuh yang tidak ber SHM (Sertifikat Hak Milik) di bantaran sungai Ciliwung,
Jakarta contohnya. Merekalah yang disebut Free Rider, dimana masyarkat
tersebut tidak membayar Pajak Bumi dan Bangunan (karena tidak ber SHM),
namun memanfaatkan lahan bantaran sungai sebagai pemukiman secara illegal.
4. Solusi Masalah pada Public Goods
Dalam mengatasi masalah Free Rider pada bantaran sungai ini, maka
Penulis menyarankan bahwa:

a. Pemerintah harus mempertegas regulasi tentang Sungai dengan cara
mendesentralisasikan regulasi tentang pengelolaan sungai kepada
pemerintah daerah agar regulasi yang dilahirkan sesuai dengan kebutuhan
setiap wilayah. Diharapakan regulasi yang diciptakan juga mempertegas
jarak bantaran sungai dengan pemukiman, kegiatan apa saja yang diizinkan
di sekitar sungai dan pihak-pihak mana saja yang akan selalu mengontrol
keberlanjutan dan pelaksanaan regulasi tersebut, serta harus adanya payung
hukum yang kuat untuk melengkapi regulasi tersebut, seperti adanya sanksi;
b. Memperketat pengawasan dan penertiban daerah bantaran Sungai dengan
cara mengontrol pendirian bangunan di kawasan bantaran sungai dengan
melibatkan pihak yang berwenang, dan menyiapakan rencana pembangunan
wilayah kota, agar pembangunan pemukiman tidak disembarang tempat
dan;
c. Mengingkatkan sosialisasi tentang pentingnya fungsi Sungai dan
Melibatkan peran masyarakat dalam melakukan pengelolaan Sungai melalui
sosialisasi dari aparat pemerintah yang paling bawah, seperti RT/RW,

Kelurahan, dan Kecamatan dengan dibantu dinas-dinas terkait, instansi
Pendidikan dan CRS Pihak Swasta. Pengemasan sosialisasi bisa dilakukan
dengan diadakanya kompetisi pembersihan lingkungan yang sekaligus akan

membangkitkan partisipasi masyarakat dan lain-lain;
d. Melibatkan peran aktif akademisi (Mahasiswa) untuk memberikan
pengarahan kepada masyarakat dengan cara membantu sosialisasi
pemerintah, mengelola dan menjaga lingkungan sungai dengan cara
melakukan pengamdian masyarakat di lingkungan bantaran sungai.
B. PRIVATE GOODS
1. Pengertian dari Private Goods
Private Goods atau Barang-Barang Pribadi adalah barang yang
diproduksi oleh sektor swasta dan melalui mekanisme pasar. Barang ini dibuat
untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Manfaat yang dihasilkan oleh barang privat
bersifat terbatas, karena memerlukan persyaratan tertentu untuk
mendapatkannya atau Excludability, seperti uang. Konsumsi barang ini akan
mempengaruhi konsumsi orang lain untuk suatu barang yang sama, dengan kata
lain akan mempengaruhi kesempatan orang lain untuk memperoleh barang yang
sama (Rival). Pada Private Goods atau Barang Privat juag terdapat Eksternalitas,
yaitu: Dampak manfaat atau biaya yang dihasilkan dari adanya transaksi pasar.
Hal ini biasanya muncul pada pihak ketiga diluar transaksi antara Produsen dan
Konsumen. Eksternalitas dapat dihasilkan melalui kegiatan produksi maupun
konsumsi. Eksternalitas bersifat positif jika, transaksi antara Produsen dan
Konsumen memberika keuntungan pada pihak ketiga, sedangkan Eksternalitas

besifat negative jika, transaksi antara Produsen dan Konsumen memberikan
biaya terhadap pihak ketiga. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Barang Privat
adalah barang yang disediakan oleh Swasta melalui mekanisme pasar untuk
memenuhi kebutuhan prinadi/konsumen. Barang ini memiliki karakteristik yang
berkebalikan dengan Barang Publik.
2. Contoh Private Goods
Berdasarkan pengertian Private Goods atau Barang Privat diatas, berikut
ini contoh Barang Privat: Pakaian, Bahan Makanan, Kendaraan, Gadget,
Rumah, Asuransi, dan lain-lain yang memalui mekanisme pasar. Sedangkan
untuk contoh Eksternalitas, yaitu: transaksi antara PT. Indomarco Prismatama
atau Indomaret dengan Pemerintah Daerah dan Pedagang Toko Kelontong.
Dikatakan Eksternalitas Positif karena dengan semakin banyak Indomaret
disetiap sudut Kota maka tenaga kerja akan lulusan SMA/Sederajat akan bnayak
terserap sehingga dapat meringankan beban Pemerintah Daerah dalam mengatasi
Pengangguran, dan dikatakan Eksternalitas Negatif karena dengan semakin
banyaknya Indomeret di suatu kota, Pedagang Toko Kelontong dengan modal
kecil akan tersingkir dan memaksa merekauntuk menambah modal untuk
meningkatkan daya saing atau pindah profesi.
3. Masalah yang Muncul pada Private Goods
Pada lingkungan perkotaan, contohnya di Kota Malang banyak terdapat

Mini Market yang menjamur bertengger di setiap sudut kota. Hal tersebut terjadi
memang karena permintaan pasar yang tinggi tas pelayanan pasar yang nyaman,
dekat, dan berkualitas. Apalagi didukung dengan kondisi Kota Malang yang
notabene adalah Kota Pendidikan dan Kota Wisata. Hadirnya Minimarket yang

sangat menjamur di Kota Malang, seperti Indomaret dan Alfamart memiliki
dampak yang positif maupun negative bagi lingkungan Kota Malang itu sendiri.
Dampak positif (Eksternalitas Positif) seperti yang Penulis sebutkan diatas, yaitu
menyerap tenaga kerja lulusan SMA/Sederajat di Kota Malang yang telah
meringankan beban Pemerintah Kota Malang dalam mengatasi masalah
Pengangguran dan sekaligus akan menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kota Malang dengan Pajak yang dikenakan pada perusahaan tersebut. Namun,
keadaan tersebut juga memberikan dampak negatif (Eksternalitas Negatif), yaitu
sulit bersaingnya Pedagang Modal Kecil. Disamping keterbatasan modal,
lemahnya strategi pemasaran, lokasi keterjangkauan, pelayanan yang
ditawarkan, perubahan selera konsumen, dan minimnya dukungan pemerintah
pada UMKM menjadi faktor yang membuat mereka semakin tercekik. Maka,
itulah contoh masalah yang ditimbulkan adanya aktifitas transaksi pasar dalam
pengadaan Barang Privat.
4. Solusi Masalah pada Private Goods

Berikut adalah saran untuk solusi masalah pada Eksternalitas Private
Goods atau Barang Privat, yaitu:
a. Pemerintah Kota Malang diharapkan dapat membatasi monopoli sektor
perdagangan dengan cara memberikan pembatasan pada regulasi untuk
jumlah perusahaan retail yang memasarkan produknya di Kota Malang agar
tidak terjadi monopoli, karena mencegah kegagalan pasar merupakan tugas
wajib Pemerintah;
b. Pemerintah Kota Malang diminta memperhatikan dan memberi kesempatan
berkembang pedagang modal kecil dengan cara menguatkan kembali peran
UMKM. Mengalokasikan sedikit dana dari APBD akan sangat membantu
untuk menjalankan UMKM dan akan membantu masyarakat pedagang
modal kecil dari cekikan monopoli perusahaan retail;
c. Bekerjasama dengan akademisi untuk memberikan pelatihan-pelatihan
pemasaran dan pengelolaan keuangan pada para pedagang modal kecil
untuk lebih mampu mengembangkan usahanya, mengingat di Kota Malang
terdapat bayak Universitas sehingga Penulis rasa tidak sulit untu
mewujudkan hal tersebut;
d. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya berbelanja di pasar
local dengan cara mengadakan pameran pasar tradisional, pameran sadar
PPn, dan lain-lain.

Daftar Pustaka
Peraturan Pemerintah Tahun 2011 Tentang Sungai.
Holcome, Randall G. 2000. Public Goods Theory and Public Policy. Department of
Economic, Florida State University, Tallahasse, USA.