Perkembangan Dunia Perbankan dan arsitektur

Perkembangan Dunia Perbankan
Dewasa ini perkembangan dunia perbankan semakin pesat dan
modern baik dari segi ragam produk (misalnya produk kredit yang
beragam, produk tabungan yang beragam, dll), kualitas pelayanan,
dan teknologi yang dimiliki. Perbankan semakin mendominasi
perkembangan ekonomi dan bisnis suatu negara, tidak hanya di
negara maju tapi juga di negara berkembang. Bank merupakan salah
satu badan penyedia dana pembiayaan pembangunan, antara lain
melalui kegiatan penyaluran kredit dan investasi. Kegiatan
perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan oleh bank ini
membantu debitur mengatasi kekurangan modal dalam mengelola,
membiayai operasi, dan mengembangkan usaha sehingga mampu
meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya saing. Bank
adalah bisnis yang unik karena mereka melakukan bisnisnya dengan
menggunakan dana orang lain. Kita dapat mengetahui hal ini dengan
memperhatikan laporan keuangan bank. Di neraca kita dapat melihat
bahwa kredit yang diberikan masih menduduki porsi terbesar
dari earning asset bank. Neraca juga menunjukkan bahwa sumber
pembiayaan utama untuk kredit tersebut adalah dana pihak ketiga
(tabungan, deposito, dan lain-lain).
Bank berfungsi sebagai “financial intermediary”dengan usaha

utama menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali
kepada masyarakat serta memberikan jasa–jasa lainnya dalam lalu
lintas pembayaran. Sebagai badan usaha, bank akan selalu berusaha
mendapatkan keuntungan yang sebesar–besarnya dari usaha yang
dijalankannya. Sebaliknya sebagai lembaga keuangan, bank
mempunyai kewajiban pokok untuk menjaga kestabilan nilai uang,
mendorong kegiatan ekonomi, dan perluasan kesempatan kerja.
Seiring peningkatan jumlah bank, persaingan untuk menarik dana
dari masyarakat semakin meningkat. Semua bank berlomba menghimpun
dana dari masyarakat yang akan disalurkan kembali kepada
masyarakat bagi yang membutuhkan baik untuk tujuan produktif
maupun konsumtif. Fungsi intermediasi ini bukanlah hal mudah bagi
perbankan, mulai dari aktivitas penghimpunan sampai penyaluran
dana mengandung risiko sehingga perbankan diharuskan untuk dapat
menjaga keseimbangan antara pengelolaan risiko yang dihadapi
dengan layanan yang diberikan kepada masyarakat
Dalam dunia Perbankan di Indonesia dalam kurung waktu
belakangan ini mengalami berbagai macam perubahan. Dalam
pembahasan ini Kita bahas 4 macam periode yang pernah terjadi di
Indonesia :


1.
2.
3.
4.
1.

a)
b)

c)
d)

e)

Dari tahun 1988-1996
Dari tahun 1997-1998
Dari tahun 1999-2002
sampai sekarang.
Periode 1988 – 1996

Dikeluarkannya paket deregulasi 27 Oktober 1988 (Pakto 88),
antara lain berupa relaksasi ketentuan permodalan untuk pendirian
bank baru telah menyebabkan munculnya sejumlah bank umum berskala
kecil dan menengah. Pada akhirnya, jumlah bank umum di Indonesia
membengkak dari 111 bank pada Oktober 1988 menjadi 240 bank pada
tahun 1994‐1995, sementara jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
meningkat drastis dari 8.041 pada tahun 1988 menjadi 9.310 BPR
pada tahun 1996
2. Periode 1997 – 1998
Pertumbuhan pesat yang terjadi pada periode 1988 – 1996
berbalik arah ketika memasuki periode 1997 – 1998 karena
terbentur pada krisis keuangan dan perbankan. Bank Indonesia,
Pemerintah, dan juga lembaga‐lembaga internasional berupaya keras
menanggulangi krisis tersebut, antara lain dengan melaksanakan
rekapitalisasi perbankan yang menelan dana lebih dari Rp 400
triliun terhadap 27 bank dan melakukan pengambilalihan
kepemilikan terhadap 7 bank lainnya. Secara spesifik langkah‐
langkah yang dilakukan untuk menanggulangi krisis keuangan dan
perbankan tersebut adalah:
Penyediaan likuiditas kepada perbankan yang dikenal dengan

Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)
mengidentifikasi dan merekapitalisasi bank‐bank yang masih
memiliki potensi untuk melanjutkan kegiatan usahanya dan bank‐
bank yang memiliki dampak yang signifikan terhadap kebijakannya
Menutup bank‐bank yang bermasalah dan melakukan konsolidasi
perbankan dengan melakukan marger
Mendirikan lembaga khusus untuk menangani masalah yang ada
di industri perbankan seperti Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN)
Memperkuat kewenangan Bank Indonesia dalam pengawasan
perbankan melalui penetapan Undang‐Undang No. 23/1999 tentang
Bank Indonesia yang menjamin independensi Bank Indonesia dalam
penetapan kebijakan.

a)

b)
c)
d)


e)
f)

3. Periode 1999 – 2002
Krisis perbankan yang demikian parah pada kurun waktu 1997 –
1998memaksa pemerintah dan Bank Indonesia untuk melakukan
pembenahan di sektor perbankan dalam rangka melakukan stabilisasi
sistem keuangan dan mencegah terulangnya krisis. Langkah penting
yang dilakukan sehubungan dengan itu adalah:
Memperkuat kerangka pengaturan dengan menyusun rencana
implementasi yang jelas untuk memenuhi 25 Basel Core Principles
for Effective Banking Supervision yang menjadi standard
internasional bagi pengawasan bank
Meningkatkan infrastruktur sistem pembayaran dengan
mengembangkan Real Time Gross Settlements (RTGS)
Menerapkan bank guarantee scheme untuk melindungi simpanan
masyarakat di bank
Merekstrukturisasi kredit macet, baik yang dilakukan oleh
BPPN, Prakarsa Jakarta maupun Indonesian Debt Restrukturing
Agency (INDRA)

Melaksanakan program privatisasi dan divestasi untuk
bankbank BUMN dan bank‐bank yang direkap
Meningkatkan persyaratan modal bagi pendirian bank baru.
4. Periode 2002 – Sekarang
Berbagai perkembangan positif pada sektor perbankan sejak
dilaksanakannya program stabilisasi antara lain tampak pada
pemberian kredit yang mulai meningkat pada inovasi produk yang
mulai berjalan, seperti pengembangan produk derivatif (antara
laincredit linked notes), serta kerjasama produk dengan lembaga
lain (reksadana dan bancassurance)