Tata Cara Pemberhentian Pegawai dan Pens

Tata Cara Pemberhentian Pegawai dan Pensiun

A. Pengertian
Pemberhentian berarti pemutusan hubungan kerja antara karyawan dengan suatu
badan usaha atau pemerintah. Hal ini terjadi karena keinginan karyawan, keinginan
badan usaha/pemerintah atas keinginan bersama.
pegawai adalah seseorang yang bekerja pada suatu kesatuan organisasi, baik sebagai
pegawai tetap maupun tidak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pemberhentian pegawai adalah pemutusan hubungan kerja, baik untuk sementara
maupun untuk selamanya yang dilakukan oleh perusahaan atas permintaan pegawai
atau karena kehendak pihak perusahaan.

B. Pemberhentian PNS
Pemberhentian PNS dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pemberhentian sebagai PNS
dan pemberhentian dari Jabatan Negeri.
Pemberhentian sebagai PNS adalah pemberhentian yang mengakibatkan pegawai
yang bersangkutan kehilangan statusnya sebagai PNS. Sedangkan pemberhentian
dari Jabatan Negeri adalah pemberhentian yang mengakibatkan pegawai yang
bersangkutan tidak bekerja lagi pada suaatu satuan organisasi, tetapi berstatus PNS.
C. Bentuk – Bentuk Pemberhentian Pegawai
Ada empat macam bentuk pemberhentian pegawai, yaitu pensiun, pemberhentian atas

permintaan sendiri, pemberhentian langsung oleh pihak perusahaan, dan
pemberhentian sementara.
a. Pensiun
Pensiun adalah pemberhentian dengan hormat oleh pihak perusahaan terhadap
pegawai yang usianya telah lanjut dan dianggap sudah tidak produktif lagi atau setelah
usia 56 tahun, kecuali tenaga pengajar dan instruktur dapat berusia 65 tahun.
Dalam menghadapi pegawai yang akan pensiun, pihak perusahaan dapat melakukan
hal-hal berikut :
1) Kepada pegawai yang bersangkutan diberikan surat keputusan pemutusan hubungan
kerja atau pemberhentian dengan hormat.

2) Kepada pegawai yang bersangkutan diberikan pesangon, uang jasa dan uang ganti rugi
yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3) Paling lambat 6 bulan sebelum masa pensiun, pihak perusahaan berkewajiban
memberitahukan secara tertulis kepada pegawai yang bersangkutan.

1)

2)
3)

4)

b. Pemberhentian atas Permintaan Sendiri dari Pegawai
Pemberhentian atas Permintaan Sendiri adalah pemberhentian dengan hormat oleh
pihak perusahaan setelah mempertimbangkan dan menyetujui permohonan
pengunduran diri pegawai yang bersangkutan karena alasan-alasan pribadi atau alasan
tertentu. Dalam menghadapi bentuk pemberhentian ini perlu diperhatikan antara lain
beberapa hal berikut :
Paling lambat 3 bulan sebelum waktu pemberhentian, pegawai yang bersangkutan harus
sudah mengajukan permohonan berhenti secara tertulis dengan mengemukakan
alasannya secara jelas.
Karena alasan-alasan tertentu pihak perusahaan dapat menolak permintaan berhenti
tersebut dan menunda pemberhentian paling lama 1 tahun.
Apabila permohonan tersebut disetujui, pihak perusahaan perlu mengeluarkan surat
keputusan pemberhentian dengan hormat atas nama pegawai yang bersangkutan.
Kepada pegawai yang bersangkutan dapat diberikan pesangon, uang jasa dan ganti
rugi yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Pemberhentian Langsung oleh Pihak Perusahaan
Bentuk pemberhentian ini dilakukan oleh pihak perusahaan disebabkan antara lain

beberapa hal berikut :
1) Karena adanya penyederhanaan oganisasi atau rasionalisasi, yaitu pemberhentian
dengan hormat yang dilakukan oleh pihak perusahaan karena alasan kesulitankesulitan
yang
dihadapi
perusahaan,
sehingga
menyebabkan
perlunya
penyederhanaan organisasi atau rasionalisasi.
Dalam menghadapi pemberhentian karena adanya penyederhanaan organisasi atau
rasionalisasi perlu diperhatikan antara lain:
o Paling lambat 3 bulan sebelum memberhentikan pihak perusahaan harus
memberitahukan kepada pegawai yang bersangkutan mengenai rencana
adanya rasionalisasi dan pemberhentian tersebut dengan alasan alasan
yang jelas.
o Pihak perusahaan perlu mengeluarka surat keputusan pemberhentian
dengan hormat bagi pegawai yang bersangkutan.
o Kepada pegawai yang bersangkutan diberikan pesangon, uang jasa dan
ganti rugi yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


2) Karena pelanggaran disiplin, penyelewengan atau tindak pidana lainnya, yaitu
pemberhentian tidak dengan hormat oleh pihak perusahaan terhadap pegawai yang
telah melakukan pelanggaran, penyelewengan atau karena tindak pidana yang
mengakibatkan yang bersangkutan terkena hukuman pidana.
Dalam menghadapi pemberhentian ini perlu diperhatikan antara lain:
o Apabila kepada pegawai yang bersangkutan telah diberikan peringatan –
peringatan lisan maupun tulisan sebanyak 3 kali dan pegawai yang
bersangkutan tidak menunjukan suatu perubahan sikap atau perilaku.
o Pihak perusahaan perlu mengeluarkan surat keputusan pemberhentian
tidak dengan hormat dengan alasan yang jelas.
o Kepada pegawai yang bersangkutan tidak diberikan pesangon maupun
jasa, tetapi hanya diberikan uang ganti rugi.
3) Karena ketidakmampuan pegawai yang bersangkutan, yaitu pemberhentian dengan
hormat oleh pihak perusahaan terhadap pegawai yang dianggap tidak dapat
menunjukkan kemampuan atau prestasi dan kondite yang baik.
Dalam menghadapi pemberhentian ini perlu diperhatikan antara lain :
o Apabila pegawai yang bersangkutan berdasarkan hasil penilaian
menunjukan nilai kurang dan telah diberikan peringatan secara tertulis
serta telah diberikan bimbingan, namun tetap menunjukkan nilai yang

rendah.
o Pihak perusahaan perlu mengeluarkan surat keputusan pemberhentian
dengan hormat kepada pegawai yang bersangkutan dengan alasan –
alasan yang jelas.
o Kepada pegawai yang bersangkutan diberikan pesangon, uang jasa, dang
anti rugi yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

d. Pemberhentian Sementara
Pemberhentian sementara ini dapat tejadi antara lain :
1) Karena alasan kesulitan – kesulitan yang dihadapi perusahaan yaitu pemberhentian
oleh pihak perusahaan dalam jangka waktu tertentuyang disebabkan oleh kondisi
perusahaan yang kurang menguntungkan atau menurunnya aktivitas usaha.
Dalam menghadapi pemberhentian ini perlu diperhatikan yaitu :
o Paling lambat 1 bulan sebelum pemberhentian, pihak perusahaan harus
memberitahukan kepada pegawai yang bersangkutan mengenai keadaan
perusahaan dan rencana adanya pemberhentian sementara.

o Kepada pegawai yang bersangkutan tetap diberikan balas jasa sebesar
gaji pokok.
o Apabila kondisi perusahaan semakin melemah dan menunjukkan keadaan

yang sulit untuk ditingkatkan kembali maka pemberhentian sementara
tersebut paling lama 6 bulan sejak tanggal pemberhentian dapat
dikeluarkan surat keputusan PHK dengan hormat, dengan ketentuan
perusahaan perlu memberikan pesangon, uang jasa, dang anti rugi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku pada perusahaan tersebut.
2) Karena pelanggaran, penyelewengan, dan tindak pidana, yaitu pemberhentian
sementara oleh pihak perusahaan terhadap pegawai yang melanggar disiplin,
melakukan penyelewengan atau tindak pidana lainnya.
Dalam menghadapi pemberhentian ini yang perlu diperhatikan, yaitu :
o Apabila pegawai yang melanggar disiplin dan melakukan manipulasi atau
penyelewengan telah diberikan peringatan lisan dan tertulis, tidak
menunjukan perubahan sikap, maka kepada pegawai tersebut dapat
dikenakan sanksi pemberhentian sementara (schorsing)
o Selama pemberhentian sementara tersebut, kepada pegawai yang
bersangkutan hanya atau dapat diberikan 80% gaji pokok per bulan.
o Apabila setelah paling lama 3 bulan pemberhentian sementara tersebut
berlangsung, pegawai uang bersangkutan dapat diperkenankan kembali
bekerja seperti biasanya dengan medapat hak – haknya kembali secara
penuh. Tetapi, apabila penyelewengan atau pelanggaran disiplin tersebut
diulangi kembali oleh pegawai tersebut, pihak perusahaan dapat langsung

mengeluarkan surat keputusan pemberhentian dengan ketentuan sesuai
dengan yang berlaku pada perusahaan.

D. Pensiun
Pensiun adalah pemberhentian yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang kepada pegawai di
lingkungan kerjanya karena telah mencapai usia lanjut atau sebagai tunjangan atau balas jasa yang
diterima seorang pegawai karena dianggap telah melakukan tugas pekerjaannya dengan baik
selama masa aktif bekerja.
Undang-undang mempensiunkan seseorang karena telah mencapai batas usia dan masa
kerjatertentu. Usia kerja seseorang karyawan untuk setatus kepegawaian adalah 55
tahun atauseseorang dapat dikenakan pensiun dini, apabila menurut keterangan dokter,
karyawan tersebut sudah tidak mampu lagi untuk bekerja dan umurnya sudah mencapai 50
tahundengan masa pengalaman kerja minimal 15 tahun.

Pensiun merupakan upaya untuk memberikan penghasilan kepada pegawai yang telah
setia mengadi dan berjasa pada negara. Hak pensiun tak terbatas pada pegawi saja
tetapi diberikan pula pada janda/dudanya atau anaknya yang berusia di bawah 25
tahun.
E. Pegawai yang Harus Dipensiunkan
1. Yang sudah tua

2. Yang cacat
3. Yang tidak dapat bekerja, dalam jabatan apapun karena sakit
4. Yang diremajakan
5. Yang diganti
F. Tujuan Pensiun
1. Memberikan perangsang kerja pada pegawai
2. Meningkatkan rasa kesetiaan/loyalitas pegawai
3. Memberikan ketenangan kerja kepada pegawai tersebut maupun keluarganya.
G. Penerima Pensiun dan Macam-Macam Pensiun Pegawai
1. Pensiun Pegawai
a. Pensiun pegawai dapat diperoleh secara normal apabila pada saat pemberhentian
sebagai pegawai yang bersangkutan telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50
tahun dan mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 20 tahun.
b. Pensiun pegawai dapat diperoleh karena pegawai yang bersangkutan cacat jasmani
atau rohani sehingga tidak dapat bekerja dalam jabatan apa pun juga.
2. Pensiun Janda/Duda
Pensiun janda diberikan apabila seorang pegawai/pejabat pria meninggal. Pensiun
duda diberikan apabila seorang pegawi/pejabat wanita meninggal. Jika janda/duda
tersebut menikah lagi, hak pensiun hilang.
3. Pensiun Anak

Pensiun anak adalah pensiun janda/duda yang diturunkan kepada anak-anaknya.
Syarat-syarat untuk memperoleh pensiun anak :
a. Belum berusia 25 tahun
b. Belum punya penghasilan sendiri
c. Belum pernah menikah
d. Benar-benar menjadi tanggungan pegawai yang bersangkutan.
4. Pensiun Orang Tua

Pensiun orang tua diberikan apabila pegawai tewas dan tidak meninggalkan istri/suami
ataupun anak. Besarnya pensiun adalah 20% dari pensiun janda/duda

Mengemukakan Sumpah/Janji Pegawai
A. Pengertian
1.

Pernyataan kesanggupan untuk melakukan suatu keharusan atau tidak
melakukan larangan.

2. Sumpah Pegawai Negeri Sipil diucapkan dihadapan atasan yang berwenang.
Seorang Pegawai Negeri Sipil mengangkat sumpah/ janji berdasarkan keyakinan

agama/kepercayaai terhadap Tuhan Yang Maha Esa, hal ini menandakan bahwa
pernyataan kesanggupan dalam sumpah/janji yang diucapkan juga ditujukan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
B. Tujuan diadakan sumpah
1. Untuk membina pegawai yang bersih, jujur dan sadar akan tanggungjawabnya
sebagai unsur aparatur Negara dan abdi masyarakat
2. Diharapkan pegawai mentaati dan menerapkannya saat mengemban tugas
C. Peraturan sumpah
Sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
1975 tentang Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil.
D. Ketentuan dalam menyelenggarakan sumpah
1.

Harus ada pejabat yang mengambil sumpah

2.

Harus ada pegawai yang mengangkat sumpah

3.


Harus ada pembina upacara

4.

Harus ada saksi-saksi sekurang-kurangnya dua orang

5.

Harus ada rohaniawan dan tamu undangan

6. Upacara harus khidmat
E. Prosedur pengambilan sumpah
1. Badan Kepegawaian Daerah menyusun rencana jumlah Pegawai Negeri Sipil
yang akan diambil sumpah/janji;
2. Pemanggilan Pegawai Negeri Sipil yang akan diambil sumpah/janji;
3. Pelaksanaan pengambilan sumpah/janji oleh Pejabat Pembina Kepegawaian;
4.

Penandatanganan Berita Acara Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil.

Mengemukakan Tentang Peraturan Disiplin Pegawai
Disiplin pegawai diatur dalam Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010. Dalam PP No
53 pasal 1 tersebut dikatakan bahwa Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan
Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang
apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.
Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak
menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang
dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja. Hukuman disiplin adalah hukuman yang
dijatuhkan kepada PNS karena melanggar peraturan disiplin PNS.
Setiap pegawai pasti memiliki kewajiban, dan ini diatur dalam BAB II pasal 3 dimana
setaip
PNS
memiliki
kewajiban:

1. mengucapkan sumpah/janji PNS;
2. mengucapkan sumpah/janji jabatan;
3. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Pemerintah;
4. menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh
pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
6. menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS;
7. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang,
dan/atau golongan;
8. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus
dirahasiakan;
9. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan
negara;
10. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang
dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di
bidang keamanan, keuangan, dan materiil;
11. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
12. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
13. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya;

14. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
15. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
16. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier; dan
17. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
Selain itu untuk pegawai swasta juga memiliki hak seperti:

1. pegawai berhak mendapatkan upah dan dibayarkan tepat pada waktunya
2. pegawai berhak mendapatkan perlindungan hukum secara adil
3. pegawai berhak menolak pekerjaan yang diberikan apabila membahayakan pekerja itu
sendiri atau orang lain

4. pegawai berhak atas jenjang kariri yang ada diperusahaan sesuai dengan kemampuan
dan prestasi kerjanya

5. pegawai berhak mengajukan pendapat yang bersifat membangun/positif yang bertujuan
untuk memajukan perusahaan dan kesejahteraan pegawai melalui prosedur yang baik
dan benar.
Sedangkan larangan PNS diatur dalam bagian ke dua pasal 4 seperti:

1. menyalahgunakan wewenang;
2. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan
menggunakan kewenangan orang lain;

3. tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau
lembaga atau organisasi internasional;

4. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat
asing;

5. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barangbarang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara
secara tidak sah;

6. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain
di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi,
golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan
negara;

7. memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara
langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan;

8. menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan
dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;

9. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
10. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat
menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan
kerugian bagi yang dilayani;

11. menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
12. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan
cara:

1. ikut serta sebagai pelaksana kampanye;
2. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut
PNS;

3. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau
4. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;
13. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara:
1. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan
salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau

2. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan
calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa
kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian
barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan
masyarakat;

14. memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai
foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai
peraturan perundang-undangan; dan

15. memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan
cara:

1.

terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah;

2. menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye;
3. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan
salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau

4. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan
calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa
kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian
barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan
masyarakat
Pegawai yang tidak menaati peraturan yang sudah ditetapkan akan dijatuhi hukuman disiplin
seperti diatur dalam bagian kedua pasal 7 berikut:
1) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:
a. hukuman disiplin ringan;
b. hukuman disiplin sedang; dan
c. hukuman disiplin berat.
2) Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis; dan
c. pernyataan tidak puas secara tertulis.
3) Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari:
a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;
b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan
c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.
4) Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari:
a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;
b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;
c. pembebasan dari jabatan;
d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan
e. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.