Optimalisasi Tenaga Kerja dan shift

Optimalisasi Tenaga Kerja
Oleh: Rudi Sharudin Ahmad*
Mahasiswa UIN Walisongo Semarang
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC)
merupakan gerbang awal kemajuan yang sedang gencar-gencarnya diperbincangkan di awal
tahun 2015. Indonesia telah berkomitmen bersama negara-negara anggota ASEAN untuk
memulai sebuah langkah integrasi negara melalui sektor perekonomian. Bagi Indonesia
sendiri, MEA seakan menjadi wadah untuk mengembangkan kualitas perekonomiannya di
kawasan Asia Tenggara. Namun, hal ini perlu kesadaran pemerintah dan masyarakat, karena
untuk menghadapi MEA membutuhkan usaha keras karena Indonesia akan bersaing dengan
Negara-negara di kancah regional ASEAN. Apalagi negara-negara di Asia Tenggara memiliki
perekonomian yang lebih maju dibandingkan Indonesia.
Yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi MEA bukan hanya kualitas sumber daya
alam, tetapi juga tenaga kerja yang mumpuni. Karena itu, dalam menghadapi MEA,
ketenagakerjaan Indonesia harus benar-benar dibenahi agar mampu bersaing dengan tenaga
kerja negara tetangga. Sumber kekayaan alam yang dimiliki Indonesia tidak akan berarti dan
bermanfaat untuk menyejahterakan rakyat apabila tidak dikelola oleh tenaga kerja yang
kompeten dan berkualitas.
Perlu pencapaian tersebut, lantaran hingga kini masalah pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi sebagian besar masyarakat Indonesia masih terus menjadi persoalan
mendasar, tidak hanya bagi pemerintah, tetapi juga bagi dunia usaha dan masyarakat.

Berdasarkan data badan pusat statistik (BPS) Februari 2014, rendahnya kualitas angkatan
kerja terlihat dari perkiraan komposisi angkatan kerja yang sebagian besar berpendidikan SD
ke bawah yang masih mencapai 55,3 juta orang (46,80%). Selain itu masih tingginya tingkat
pengangguran terlihat berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada
Februari 2014 mencapai 5,70% atau menurun dari Agustus 2013 yang tercatat 6,17% .
Dari data yang disajikan dapat dijadikan sebagai tolok ukur bahwa kualitas angkatan
tenaga kerja di Indonesia masih sangat perlu ditingkatkan. Maka keseimbangan antara
kualitas alam yang dimiliki dan sumber daya manusia perlu distabilkan. Hal tersebut dapat
dijadikan sebagai faktor pendorong bagi Indonesia untuk menjadi negara yang menguasai
pasar bebas.
Pasalnya, kedatangan MEA akan memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk
menunjukan kualitas produk-produk serta tenaga kerja Indonesia yang akan bersaing dengan
negara-negara asing lain. Hal ini tentu diperlukan adanya tenaga kerja yang berkualitas dan
memiliki peranan penting dalam persaingan di era globalisasi ini. Perlunya memerhatikan
kualitas tenga kerja serta produksi-produksinya agar Indonesia dapat bersaing dengan negara
asing lain. Maka dari itu, Indonesia harus mampu berperan yang kuat dalam mengahadapi
MEA, selain Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah, juga melalui kesiapan kualitas
tenaga kerja (SDM).
Negri 1001 Kekayaan
Indonesia adalah salah satu negara terbesar populasinya yang ada di kawasan

ASEAN. Masyarakat Indonesia adalah negara heterogen dengan berbagai jenis suku, bahasa
dan adat istiadat yang terhampar dari Sabang sampai Merauke. Fenomena alam Indonesia

yang dikatakan sebagai jamrud khatulistiwa, negeri yang gemah ripah loh jinawi, mengingat
potensialnya lahan Indonesia diibaratkan tongkat bambu jadi tanaman. Di Indonesia, industri
migas, kehutanan, perikanan, dan pertanian menyumbang hampir seperempat pendapatan
negara. Bahkan, semua produk itu merupakan hampir setengah komoditas ekspor Indonesia.
Industri migas menyumbang sekitar 60% pendapatan negara dari sektor sumber daya alam
Indonesia mempunyai kekuatan ekonomi yang cukup bagus, pertumbuhan ekonomi tertinggi
di dunia (4,5%) setelah RRT dan India. Ini akan menjadi modal yang penting untuk
mempersiapkan masyarakat Indonesia menuju AEC pada tahun 2015 ini.
Untuk itu kita harus mampu meningkatkan kepercayaan diri bangsa Indonesia bahwa
sebetulnya apabila Indonesia memiliki kekuatan untuk bisa bangkit dan terus menjaga
kesinambungan stabilitas ekonomi kita yang sejak awal ini terus meningkat, angka
kemiskinan dapat ditekan seminim mungkin, dan progres dalam bidang ekonomi lainnya pun
mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Dengan hal tersebut banyak sekali yang bisa
kita wujudkan terutama dengan merealisasikan ASEAN Economy Community 2015 saat ini.
Stabilitas ekonomi Indonesia yang kondusif ini merupakan sebuah opportunity Indonesia
akan menjadi sebuah kekuatan tersendiri, apalagi dengan sumber daya alam yang begitu
besar, maka akan sangat tidak masuk akal apabila kita tidak bisa berbuat sesuatu dengan hal

tersebut.
Seiring dengan pencapain positif tersebut, upaya meningkatkan kualitas tenaga kerja
perlu digalakkan oleh pemerintah. Kondisi semacam ini mengharuskan Indonesia untuk
mencari terobosan dan pemecahan agar tenaga kerja sebagai aset bangsa tidak menjadi beban
lagi di kemudian hari. Untuk itu, diperlukan strategi pembaruan dalam upaya meningkatkan
kualitas tenaga kerja di Indonesia , terlebih dalam menghadapi MEA 2015. Strategi dimaksud
yaitu dengan memperbaiki pola kerja institusi, maka peluang-peluang yang ada, dapat kita
optimalkan, sehingga Indonesia memiliki kualitas dan daya saing yang kuat dalam
menghadapi MEA.
Dengan demikian, Indonesia harus lebih optimis untuk menjadi pelaku, bukan sekadar
menjadi pasar. Indonesia tidak lagi dijadikan sebagai makanan untuk memperbesar usahausaha negara lain, melainkan dengan segala kelengkapan yang dimiliki, dapat dijadikan
sebagai aset negara guna mencapai Indonesia yang sejahtera. Maka, intervensi negara dalam
mengupayakan peningkatan kualitas tenaga kerja dan daya saing dalam mengahadapi MEA
2015 ini sangatlah dibutuhkan. Wallahu a’lam bil-Ashwab.