Islam dan Kebangsaan Nasional Identitas

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw
ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert
yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
ISLAM DAN KEBANGSAAN
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiop
NASIONAL
IDENTITAS DIRI
asdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas
dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh
jklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjkl
zxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx
cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcv
bnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw
ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert
yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiop
asdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfgh
Rizal Ramadhan Herman

211000165

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
HUBUNGAN Islam (juga agama pada umumnya) dan ke-Indonesiaan
(nasionalitas) tampaknya masih akan terus menjadi masalah. Ada anggapan umum
bahwa seseorang tidak mungkin menjadi muslim yang baik sekaligus menjadi warga
bangsa Indonesia yang baik. Untuk menjadi warga dan apalagi pemuka bangsa
yang sejati seorang muslim mesti terlebih dahulu melampaui batas-batas
keislamannya. Sulit rasanya seorang pemimpin umat, umat dari agama mayoritas
seperti Islam di Indonesia, dapat tampil secara mulus sebagai pemimpin bangsa.
Tentu saja situasi seperti itu sangat menyulitkan karena kita dipaksa untuk
memilih hanya salah satu dari dua pilihan yang idealnya harus diambil keduanya
sekaligus. Tapi itulah realitas ideologis-politis kita sejak awal lahirnya negarabangsa. Bertolak dari kondisi yang sulit ini, lahir dari kita sikap dan pendirian politik
yang pada dasarnya tidak masuk akal. Yang paling mencolok adalah keputusan
ideologis kita untuk memperlakukan agama sebagai institusi yang subordinatif
terhadap negara, hidup dengan jaminan negara, berkembang dengan restu negara
dan beraktivitas dengan fasilitas negara. Bahkan untuk bisa berkoeksistensi dengan

agama lain pun harus diawasi oleh aparat pemaksa dari negara.
Dan juga masalah antara Islam yang terjadi di Indonesia semakin lama
menjadi masalah yang kompleks. Karena kebanyakan hasil survei yang didapatkan
menyatakan bahwa dari beberapa faktor yang ada menyebabkan masyrakat
Indonesia secara perlahan-lahan kehilangan rasa nasionalismenya.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas tentang hubungan antara agama
dan kebangsaan dengan identitas diri sebagai dasar mengukur seberapa besar jiwa
nasionalis seseorang terhadap negara nya.

2

1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah yang akan dikaji adalah jika rakyat Indonesia diberi
pertanyaan “ Saudara akan lebih memposisikan diri sebagai orang Indonesia,
Islam(Agama), atau daerah? “
Dari pertanyaan tersebut bisa kita lihat temuan yang didapat dari hasil survei
yang ada dan beberapa pembahasan yang terkait.

3


BAB II
PEMBAHASAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, identitas adalah ciri-ciri atau keadaan
khusus seseorang. Sedangkan diri adalah, seseorang (terpisah dari yang lain).
identitas diri adalah ciri-ciri atau keadaan seseorang yang berbeda dengan orang
lain. identitas diri merupakan hal yang mutlak ada dalam kehidupan manusia.
Identitas bisa dikatakan sebagai pembeda seseorang dengan yang lainnya. Bisa
dibayangkan apa yang terjadi seandainya semua orang tidak memiliki identitas diri
masing-masing. Maka yang terjadi adalah, banyak kesalahpahaman dalam
mengenal seseorang, dan semacamnya. Sebuah identitas diri dapat terbentuk
didalam :
1. lingkungan keluarga,
2. lingkungan kerja,
3. lingkungan masyarakat,
4. kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selain dari Kamus Besar Bahasa Indonesia ada juga beberapa pengertian
dari beberapa ahli, seperti :
Erikson (1968) menjelaskan identitas sebagai perasaan subjektif tentang diri
yang konsisten dan berkembang dari waktu ke waktu. Dalam berbagai tempat dan

berbagai situasi sosial, seseorang masih memiliki perasaan menjadi orang yang
sama. Sehingga, orang lain yang menyadari kontinuitas karakter individu tersebut
dapat merespon dengan tepat. Sehingga, identitas bagi individu dan orang lain
mampu memastikan perasaan subjektif tersebut (Kroger, 1997).
Menurut Waterman (1984), identitas berarti memiliki gambaran diri yang jelas
meliputi sejumlah tujuan yang ingin dicapai, nilai, dan kepercayaan yang dipilih oleh
4

individu tersebut. Komitmen-komitmen ini meningkat sepanjang waktu dan telah
dibuat karena tujuan, nilai dan kepercayaan yang ingin dicapai dinilai penting untuk
memberikan arah, tujuan dan makna pada hidup (LeFrancois, 1993).
Marcia (1993) mengatakan bahwa identitas diri merupakan komponen penting
yang menunjukkan identitas personal individu. Semakin baik struktur pemahaman
diri seseorang berkembang, semakin sadar individu akan keunikan dan kemiripan
dengan orang lain, serta semakin sadar akan kekuatan dan kelemahan individu
dalam menjalani kehidupan. Sebaliknya, jika kurang berkembang maka individu
semakin tergantung pada sumber-sumber eksternal untuk evaluasi diri.
Ada dua proses yang penting berupa eksplorasi dan komitmen dalam
perkembangan identitas. Eksplorasi yang juga dikenal dengan istilah krisis adalah
suatu aktivitas yang secara aktif dilakukan individu untuk mencari, menjajaki,

mempelajari, mengidentifikasi, mengevaluasi dan menginterpretasi dengan seluruh
kemampuan, akal, pikiran, dan potensi yang dimiliki untuk memperoleh pemahaman
yang baik tentang berbagai alternatif vokasi.
Indikasi ada tidaknya eksplorasi dapat ditunjukkan melalui kriteria-kriteria sebagai
berikut :
1. Knowledgeability, yaitu sejauhmana tingkat pengetahuan yang dimiliki individu
yang ditunjukkan oleh keluasan dan kedalaman informasi yang berhasil
dihimpun tentang berbagai alternatif pilihan studi lanjutan.
2. Activity directed toward gathering information yaitu aktivitas yang terarah
untuk mengumpulkan informasi yang menyangkut semua aktivitas yang
dipandang tepat untuk mencari

dan mengumpulkan informasi

yang

dibutuhkan.
3. Considering alternative potential identity element yaitu sejauhmana individu
mampu mempertimbangkan berbagai informasi yang telah dimiliki tentang
berbagai kemungkinan dan peluang dari setiap alternatif yang ada.

4. Desire to make an early decision yaitu keinginan untuk membuat keputusan
secara dini yang ditunjukkan oleh sejauhmana individu memiliki keinginan
5

untuk memecahkan keragu-raguan atau ketidakjelasan secepat mungkin
secara realistis dan meyakini apa yang dipandang tepat bagi dirinya.
Komitmen adalah kesetiaan, keteguhan pendirian, prinsip, tekad untuk melakukan
berbagai kemungkinan atau alternatif yang dipilih. Ditandai oleh faktor-faktor berikut :
1. Knowledgeability yaitu merujuk kepada sejumlah infomasi yang dimiliki dan
dipahami tentang keputusan pilihan-pilihan yang telah ditetapkan. Remaja
yang memiliki komitmen mampu menunjukkan pengetahuan yang mendalam,
terperinci dan akurat tentang hal-hal yang telah diputuskan.
2. Activity directed toward implementing the chosen identify element yaitu
aktivitas yang terarah pada implementasi elemen identitas yang telah
ditetapkan.
3. Emotional tone yaitu nada emosi yang merujuk kepada berbagai perasaan
yang dirasakan individu baik dalam penetapan keputusan maupun dalam
mengimplementasikan keputusan tersebut. Nada emosi terungkap dalam
bentuk keyakinan diri, stabilitas dan optimisme masa depan.
4. Identification with significant other yaitu identifikasi dengan orang-orang yang

dianggap penting yang ditunjukkan dengan sejauhmana remaja mampu
membedakan aspek positif dan negatif dari figur yang dianggap ideal
olehnya.
5. Projecting one’s personal future yaitu kemampuan memproyeksikan dirinya
ke

masa

depan

dengan

ditandai

oleh

kemampuan

mempertautkan


rencananya dengan aspek lain dalam kehidupan masa depan yang mereka
cita-citakan.
6. Resistence to being swayed yaitu sejauhmana individu memiliki ketahanan
terhadap godaan-godaan yang bermaksud untuk mengalihkan keputusan
yang telah mereka tetapkan. Mereka tetap teguh pada keputusannya, tetapi
mereka bukan anti perubahan. Mereka mampu menghargai berbagai
kemungkinan perubahan, mereka mengkaitkannya dengan kemampuan
pribadi dan peluang yang ada.
6

Pembentukan identitas diri hasil dari kerja keras seseorang dengan belajar dalam
segala aspek lingkungan dan menggabungkannya menjadi sebuah bingkai yang
indah di dalam kehidupan merupakan sarana bagi pembentukan pola pikir (mindset)
dan sikap mental, memajukan adab dan kemampuan bangsa merupakan tugas
utama pembangunan kebudayaan nasional.
Identitas nasional adalah jati diri yang dimiliki suatu bangsa. Jati diri bangsa
memiliki satu kekhasan, sesuai dengan budaya yang terkandung di dalam negara
tersebut. Kepribadian atau jati diri bangsa akan berbeda dengan negara lain.
Kepribadian atau jati diri nasional itu kita adopsi dari nilai-nilai budaya dan nilai-nilai
agama yang kita yakini kebenarannya. Identitas nasional itu terbentuk karena kita

merasa bahwa kita sebagai bangsa Indonesia mempunyai pengalaman bersama,
sejarah yang sama,dan penderitaan yang sama. Identitas nasional diperlukan
karena dalam setiap interaksi para pelaku interaksi mengambi suatu posisi dan
berdasarkan posisi tersebut masing-masing pelaku menjalankan peranannya.
Indonesia adalah negara yang memiliki pluralitas bangsa. Yang dimaksudkan
pluralitas bangsa adalah keanekaragaman suku, bahasa, agama, budaya dalam
suatu negara. Di Indonesia dikenal sebagai negara yang rawan terjadi konflik karena
banyaknya suku bangsa dan agama. Dibutuhkan adanya sikap toleransi dan saling
menghormati satu sama lainnya untuk mengatasi konflik-konflik yang akan
menyebabkan disintegrasi bangsa. Untuk membangun bangsa dan negara,
dibutuhkan ideologi yang berfungsi sebagai pegangan agar negara tersebut mampu
hidup saling berdampingan. Pancasila adalah rumusan prinsip-prinsip sosial-politik,
suatu jawaban atas pertanyaan berdasarkan filosofis apakah Negara Indonesia itu
didirikan. Pancasila bukanlah ideologi atau prinsip yang paripurna, tetapi suatu
ideologi yang dianggap merupakan yang terbaik bagi Indonesia. Ideologi pancasila
dibentuk atas dasar kondensus bersama, itulah yang menjadi komitmen Bangsa
Indonesia. Sistem-sistem sosial-politik dan ekonomi yang berjalan sampai sekarang
merupakan usaha untuk mewujudkan prinsip-prinsip Pancasila. Pancasila bukan
berarti telah sempurna dan tidak butuh disempurnakan. Pancasila harus terus
disempurnakan.

Sosialisasi identitas nasional adalah sesuatu yang harus dirawat terus
menerus agar mampu berhadapan dengan berbagai tantangan. Identitas nasional
7

memerlukan redefinisi. Sejarah dan ingatan kolektif menjadi penting dalam
membangun identitas nasional dan nasionalisme. Namun di zaman postmodern ini,
kemampuan manusia untuk merekam masa lampaunya dan memaknainya untuk
kehidupan di masa kini semakin melemah.
Dari beberapa penjelasan diatas tentang identitas diri dan juga berbagai
pendapat ahli serta teori nya mari kita lihat temuan yang didapatkan dari hasil survei
yang ada

Faktor terpenting pertama yang menjadi dasar perumusan identitas diri %
45
40
35
30
25
20
15

10
5
0

8

Faktor terpenting kedua %
35
30
25
20
15
10
5
0
am
Ag

a

g
an
k
a
el
B
r
ta
La

s
ni
Et
s
ni
Je

an
ja
r
ke
Pe

n
aa
s
g
an
b
Ke

I

ia
es
n
o
nd

s
tu
a
St

n
aa
t
o
ng
a
Ke

si
So

m
la
a
d

al
s
ni
a
g
or

i
as

si
so

n
aa
t
o
ng
a
ke

al

m
la
a
d

a
rt
a
p

ik
li t
o
ip

k
da
Ti

w
Ja

ab

Bisa kita lihat perbandingan di grafik faktor pertama dan kedua ada beberapa
perubahan dalam hasil jawaban responden. Sekarang kita lihat di grafik faktor ketiga

9

Faktor terpenting ketiga %
25
20
15
10
5
0

n
aa
s
ng
a
b
Ke

I

i
es
n
o
nd

a

s
ni
Je

an
jr a
ke
Pe

g
an
k
a
el
B
r
ta
a
L

s
ni
t
e

si
So

al

am
Ag

a

si
so

al

i
as
s
i
an
g
or
am
al
m
d
la
n
da
aa
t
n
o
a
gg
ta
n
o
a
g
ke
ng
a
Ke

us
at
t
S

k
ab
iti
l
w
o
ja
ip
k
a
a
d
rt
Ti
pa

Bisa kita amati bahwa disaat responden ditanya dengan pertanyaan : “
Saudara akan lebih memposisikan diri sebagai orang Indonesia, Islam (Agama),
atau daerah? “ , kebanyakan pada saat ditanya pertama kali mereka menjawab
sebagai orang Islam/muslim (agama). Diberikan pertanyaan yang sama untuk yang
kedua kali nya masih tetap menjawab orang Islam (agama). Tetapi pada saat lebih
ditekankan lagi survei ini tentang kebangsaan nasional barulah para responden
menjawab sebagai orang Indonesia.
Dari data diatas bisa kita lihat bahwa agama masih dianggap sebagai unsur
terpenting dalam perumusan identitas diri seseorang dan posisi kebangsaan berada
jauh dibawah agama. Ini bisa diartikan bahwa simbol agama masih lebih dominan
terhadap perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-harinya dibandingkan rasa
kebangsaan.

BAB III
KESIMPULAN

10

Dari pembahasan diatas bisa kita tarik kesimpulannya bahwa masyarakat
pada umumnya pada saat ini jiwa nasionalis yang semakin berkurang setiap harinya.
Karena menurut mereka yang hanya bisa mempersatukan mereka saat ini hanyalah
unsur-unsur dari agama yang mereka anut.
Hal ini tidak dapat kita pungkiri terkait dengan fakta yang ada dilapangan
bahwa Pancasila yang selama ini didengungkan oleh para pendiri bangsa ini
semakin lama semakin terkikis rasa kebangasaan sebagai identitas diri yang
dikarenakan secara bersamaan negara tidak bisa menjamin kesejahteraan sosial
masyarakatnya yang semakin terpuruk ditengah era globalisasi.
Revitalisasi Ideologi Pancasila Sebagai Pemberdayaan Identitas Nasional
Globalisasi dalam konteks ekonomi merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan
sebagai potensi pasar yang luas dan sumber dana dan teknologiserta menjadi
alternatif pilihan produk berkualitas dan murah. Globalisasi telah berhasil membuat
bangsa Indonesia saat ini menjadi ragu-ragu terhadap nilai-nilai dasar Pancasila
yang telah disepakati bersama sebagai identitas nasional. Untuk memberdayakan
Pancasila kembali menjadi identitas nasional dalam konteks kehidupan kebangsaan
Indonesia. Upaya-upaya pokok yang secara terus menerus dilakukan adalah :
a) Memperkuat kesadaran terhadap ideologi Pancasila;
b) Memperkuat daya tahan;
c) Meningkatkan daya saing; dan
d) Memperkuat semangat kebangsaan.
Oleh karena itu untuk meningkatkan rasa tinggi untuk mencintai tanah air
sangat diperlukan agar dengan sendiri nya secara perlahan tapi pasti akan
menghadirkan generasi-generasi penerus yang sanggup membawa identitas diri nya
sebagai bangsa Indonesia.

11

https://docs.google.com/viewer?
a=v&q=cache:jl5U0_YKXhwJ:nurmandi.staff.umy.ac.id/files/2011/09/islam-andnatinality.pdf+islam+dan+kebangsaan&hl=en&pid=bl&srcid=ADGEESizShkpsdJqqz
wXO29Vu_DOSbUH_bxdalFIqgfn3qqq0UL0pCrxglXHuRNMZCliKapvmCqmAsDYXOp1TK9RqyghR9hFEeoJqBKQ2WV7NoLTkB6Zam5rtBwZ4rj7DGDc_n1P76&sig=AHIEtbQ0pJ0yyEXoitJY9WOjFyxbU0R7vA
http://members.tripod.com/abu_fatih/Masdarnegara.html
https://docs.google.com/viewer?
a=v&q=cache:ZWGRGSmTa6QJ:repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30842/3/
Chapter
%2520II.pdf+identitas+diri&hl=en&pid=bl&srcid=ADGEESjSFwQ4GzIuF0L07WO_B
MdDU7EJGS0BmROBxsndTZFJfORtW_Wor5ldSf21RSEmEhfiaoqshVNgQiHLEwn
OReUe-EvdnMZQhgCylfUJwjfhoaq1_ufJkA5cDIZKBwX3sssCf7tk&sig=AHIEtbTIu6HbEvzejKMGRjscyMO1sCskg
http://www.psychologymania.com/2012/09/pengertian-identitas-diri.html
http://edukasi.kompasiana.com/2011/12/07/Identitas-diri/

12