I. LATAR BELAKANG - Proposal Festival Tumbilotohe

I. LATAR BELAKANG

  idaklah dapat diingkari bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan budaya dan tradisi. Setidaknya terdapat 370 suku

  T

  bangsa dengan 67 bahasa induk yang tersebar di 13 ribu lebih pulau- pulau yang membentuk wilayah nusantara dengan luas 5,2 juta kilometer persegi. Dengan ratusan suku bangsa dan puluhan bahasa induk itu, tumbuh dan berkembang berbagai macam dan jenis tradisi, termasuk di dalamnya yang bernuansa keagamaan. Pada masyarakat Gorontalo, yang baru satu tahun menjadi Propinsi ke-32, misalnya, dikenal suatu tradisi Tumbilotohe. Tradisi ini dikenal sebagai salah satu bentuk ungkapan kegembiraan masyarakat menyambut malam Lailatul Qadar. Yaitu, memasang lentera api di depan rumah masing- masing sedemikian rupa, selama tiga malam berturut-turut menjelang Hari Raya Idul Fitri. Tradisi ini sempat berkurang, namun kemudian berkembang lagi, dan bahkan ada sebagian masyarakat yang mengganti lentera tradisional dengan rangkaian lampu warna-warni yang menggunakan listrik. Ini menunjukkan tradisi Tumbilotohe tetap berada dalam khasanah tradisi Gorontalo meski ia harus menghadapi ancaman instrumen modernisasi lampu listrik. Kekentalan tradisi Tumbilotohe pada masyarakat Gorontalo juga disebabkan fungsi sosial tradisi ini sebagai perekat tali silaturahmi masyarakat dengan mengkomunikasikan hasil kreasi masing-masing yang dipresentasikan dalam bentuk lentera tradisional. Maka, tidaklah berlebihan manakala dikatakan tradisi Tumbilotohe menjadi bagian dari identitas sebuah komunitas di Teluk Tomini, yang bernama Gorontalo. Tradisi itu ternyata telah melekat pekat dan satu kekayaan tradisi nasional, sepatutnyalah Tumbilotohe dipersandingkan dengan ribuan Tradisi nasional lainnya, dan disosialisasikan ke penjuru Nusantara, agar ia tidak dirasakan asing bagi pemiliknya sendiri, masyarakat Indonesia.

  Dengan mengantisipasi otonomi daerah yang sangat dinamis, dan semangat melestarikan tradisi daerah, maka pada Januari 2000 digagaslah sebuah yang diagendakan menjadi acara

  Festival Tumbilotohe

  pesta rakyat menyambut Lebaran, dengan dikemas sedemikian rupa agar menjadi bagian dari Kalender Pariwisata Nasional dengan nuansa keagamaan. Dan, untuk kedua kalinya fertival Tumbilotohe II akan dilaksanakan pada Desember 2002.

  II. MAKSUD DAN TUJUAN

  a. Memberdayakan potensi daerah dalam mengembangkan industri pariwisata daerah menyongsong era otonomi daerah.

  b. Memperkenalkan budaya Tumbilotohe kepada masyarakat nusantara dan menjadikannya sebagai alternatif tempat wisata di Kawasan Timur Indonesia (KTI).

  c. Menggali dan mengembangkan budaya daerah didalam upaya memperkaya khasanah budaya nasional

  III. NAMA KEGIATAN

  " ", Gorontalo 2002

  Festival Tumbilotohe II

  IV. PROFIL DAN BENTUK KEGIATAN

  Rangkaian “ dijadwalkan berlangsung

  “ Festival Tumbilotohe II

  selama 1 (satu) bulan lebih, berawal pada 31 Oktober 2002 s/d 5 Desember 2002 dan berpuncak pada 5 (lima) hari menjelang 1 Syawal 1423 H atau hari lebaran. Kegiatan ini meliputi serangkaian acara: (a) Desain cenderamata, (b) Desain lampu Tumbilotohe, (c) Tanggomo, (d) Dana-dana, (e) Bazar Ramadhan, dan (f) Bedug akbar dengan masiing-masing profil kegiatan sebagai berikut :

  Desain Cenderamata dan Lampu Tumbilotohe

  a Melombakan kerajinan khas daerah Gorontalo dan kreasi baru desain lampu Tumbilotohe tradisional. b Diperlombakan secara terbuka dan umum c Khusus untuk lampu Tumbilotohe kriterianya antara lain: hemat energi, menggunakan bahan lokal, murah harganya, mudah dibuat dan dapat diproduksi secara masal serta ramah lingkungan d Dilaksanakan pada awal bulan Mei 2002 sampai 10 Agustus 2002 e Pengumuman pemenang pada tanggal 17 Agustus 2002

  Tanggomo

  Untuk melestarikan Tanggomo, yakni salah satu ragam sastra lisan tradisional yang disampaikan dengan cara bertutur dan berirama dalam bahasa daerah, diperlombakan Tanggomo secara terbuka dan umum khususnya untuk generasi muda Gorontalo.

  Diperkirakan peserta meliputi pelajar dan mahasiswa serta masyarakat Gorontalo yang tersebar di kota-kota : Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Jawa Timur, Makassar, Palu dan Manado. Adapun acara ini diselenggakan 1 (satu) Minggu sebelum acara puncak di Gorontalo.

  Dana-dana

  Tarian dana-dana adalah tari pergaulan yang dikenal luas di masyarakat Gorontalo.Tarian ini di lakukan secara berpasangan dan berkelompok. Untuk melestarikan dan menyebarluaskan tarian ini secara nasional, maka dalam rangkaian kegiatan festival dilombakan tarian dana-dana dengan kelompok sasaran para siswa SMU se Gorontalo. Kegiatan final acara ini dilaksanakan 1 (satu) Minggu menjelang awal Ramadhan 1423 H atau diperkirakan Minggu ke-3 bulan Oktober 2002.

  Bazar Ramadhan

  a Pelakasanaan bazar akan dilaksanakan 2 minggu sebelum hari raya Idul Fitri. b Bazar Ramadhan akan menjual barang-barang kebutuhan lebaran termasuk bahan pokok guna membantu masyarakat konsumen maupun masyarakat usaha kecil dan menengah di daerah.

  Bedug Akbar a Beragam bentuk tabuhan Bedug dikenal di Nusantara.

  Masyarakat Gorontalo juga memiliki kekhasan dalam tabuh Bedug. Dalam rangka itulah, dan juga sebagai bentuk apresiasi terhadap para penabuh Bedug, dilombakan Bedug Akbar dengan ketentuan lomba Bedug pada umumnya dipadukan dengan lomba Bedug khas Gorontalo khususnya. b Lokasi pelaksanaan lomba Bedug ini direncanakan di alun - alun Limboto atau di Pelataran Mesjid Agung Baiturrahman Gorontalo. c Pelaksanaan Bedug Akbar bersamaan dengan acara puncak festival Tumbilotohe II.

  Tumbilotohe

  a Kegiatan ini dilaksanakan secara kolektif oleh warga masyarakat Gorontalo baik di kota maupun di kabupaten Gorontalo dan kabupaten Boalemo dengan ketentuan teknis yang disusun tersendiri dan di dalamnya memuat tentang tata laksana penjurian, pemasangan, dan standar – spesifikasi lentera tradisional. b Dipertimbangkan untuk diadakannya pemusatan kegiatan, baik seremonial pembukaan dan penutupan, maupun selama berlangsungnya Festival. Pilihan lokasi untuk pemusatan kegiatan antara laiin, sekitar Danau Limboto, Mesjid Agung Baiturrahman, Jalan Protokol (Akhmad Yani) Gorontalo, Gelora, Alun-alun Limboto dan Pantai Indah

  V. ACARA PUNCAK

  ini akan diselenggarakan

  Puncak acara Festival Tumbilotohe II

  pada : tanggal : 1 s/d 5 Desember 2002 Tempat : Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo

  VI. PESERTA

  Peserta yang akan berpartisipasi dalam kegiatan

  Festival , Gorontalo 2002 berasal dari Kota Gorontalo dan

  Tumbilotohe II

  Kabupaten Gorontalo serta kabupaten Boalemo baik secara perorangan maupun kelompok.

  VII. PENGUNJUNG

  Tradisi Tumbilotohe merupakan salah satu bentuk ungkapan kegembiraan Masyarakat Gorontalo dalam menyambut Hari Idul Fitri. Tradisi ini pula merupakan salah satu penyebab kerinduan masyarakat Gorontalo yang ada diluar daerah yang tersebar dibeberapa kota seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Manado, Ujungpandang dan kota-kota lainnya di Indonesia untuk memeriahkan Tumbilotohe disamping untuk merayakan lebaran. Dengan pengorganisasian secara nasional, dan didukung oleh instansi terkait Festival ini akan menjadi salah satu

  Event Nasional yang sangat spektakuler di tahun ini.

  Berdasarkan pengalaman pada acara puncak festival Tumbilotohe I pada tahun 2000, pengunjung berkisar lebih dari 200.000 orang, dan pada saat itu mengakibatkan kemacetan lalulintas di malam hari yang dalam sejarah Gorontalo belum pernah terjadi.

  VIII. PUBLIKASI DAN PROMOSI

  Publikasi dan promosi dilakukan secara nasional yaitu melalui iklan radio, televisi, koran, jumpa pers, serta undangan langsung kepada relasi dan instansi terkait dan promosi melalui kegiatan below the line (Baliho, Spanduk, Gapura, leaflet, dll.)

  IX. ORGANISASI PELAKSANA

  Seluruh rangkaian acara dalam akan

  Festival Tumbilotohe II

  diselenggarakan secara permanen dan berkesinambungan, hingga menjadi agenda tahunan masyarakat dan ketiga Pemerintah Daerah

  Gorontalo, dan bahkan termasuk dalam agenda pariwisata nasional. Untuk maksud itulah diperlukan suatu bentuk Panitia Nasional, baik di tingkat pusat maupun daerah. Panita Nasional terdiri dari Panitia Pengarah dan Panitia Pelaksana sedangkan di daerah dibentuk panitia pelaksana lokal yang diperkuat dengan Surat Keputusan oleh Panitia Pelaksana Nasional. Panitia Nasional ini bukan berarti personalia di dalamnya terlibat secara terus menerus. Karenanya diperlukan pula kaderisasi sehingga organisasi itu dapat berfungsi sebagai salah satu wahana kepedulian masyarakat terhadap pelestarian seni tradisi daerah.

  Susunan Panitia Tetap Nasional Penasehat Utama : Prof. DR. Ing. B.J. Habibie Penasehat : Gubernur Propinsi Gorontalo

  Walikota Gorontalo Bupati Gorontalo Bupati Bualemo Rektor IKIP Gorontalo Ketua STAIN Gorontalo Rektor Universitas Gorontalo Ketua Umum Lamahu Jakarta Ketua Umum KKIG Bandung Ketua Umum IKG Surabaya Ketua Umum KKIG Makassar Ketua Umum KKIG Manado Panitia Pengarah

  Ketua : Suharso Monoarfa Anggota : A.R. Katili Hilmy Panigoro Bob Hippy Hengky Uno Nasir Djibran Hamzah Isa Roem Kono Agung Mozin Abdullah Lahay Ishak Yusuf Ketua Umum PB. HPMIG

  Panitia Pelaksana Ketua : Ferry Yuniarto Kono Ketua Bidang Promosi/Publikasi : Hadi Sutikno Ketua Bidang Program/Acara : Yunus Kaluku Ketua Bidang Usaha/Dana : Ferry Yuniarto Kono Ketua Bidang Hub. Antar Lembaga : Carolina K Monoarfa Ketua Bidang Perlengkapan : Fenny Kaluku Sekretaris : Wendy Friyantisyah Wakil Sekretaris : Erfan Badik Muda Bendahara : Yanti Katli Wakil Bendahara : Nathalia

  Tim Assistensi : Didi Hadju Ismail Puhi Roy Hasiru Muhalim Litti Eton Parman Zainal Latjompo Yahya Khan Teddy NeU Suprisno Baderan HPMIG Cabang seluruh Indonesia

X. SPONSOR DAN PEMBIAYAAN

  Panitia mengundang perusahaan komersil untuk turut berpartisipasi dengan imbal jasa promosi. Bentuk imbal jasa itu disusun sebagaimana terlampir, yang termasuk di dalamnya memuat aspek teknis dan aspek komersil yang dapat dikerjasamakan. Bagi para sponsor, Festival ini tidak saja akan menjadi ajang promosi, melainkan pula sebagai arena untuk menunjukkan komitmennya kepada usaha ikut mempromosikan tradisi daerah dan sekaligus menstimulir gerak aktivitas ekonomi daerah dalam rangka menjemput otonomi.

  Dalam jangka panjang, Panitia berusaha untuk mengalokasikan royalti bagi masyarakat Gorontalo melalui pendapatan bersih untuk kedua Pemda Gorontalo. Royalti inilah yang kelak dapat diandalkan sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah. Selain itu, bila aspek pariwisata dari festival ini memperoleh respon positif dari pasar baik pelancong domestik maupun wisatawan mancanegara, berbagai produk hasil industri kerajinan rakyat dapat diserap. Itu berarti aspek ekonomi dari Festival membuka peluang bertumbuh dan berkembangnya sektor industri rakyat.

XI. BIAYA

NO KEGIATAN NILAI (RP)

  1 BIAYA OPERASIONAL 74.900.000

  2 BIAYA PRA ACARA 17.273.500

  3 BIAYA HIBURAN 39.250.000

  4 BIAYA PERLENGKAPAN ACARA 27.600.000

  5 BIAYA PUBLIKASI & PROMOSI 254.700.000

  6 JUMPA PERS 10.500.000

  7 BIAYA DOKUMENTASI 6.750.000

  20.250.000

8 EVENT MANAGEMENT

  9 LAIN-LAIN 40.647.350

GRAND TOTAL 491.870.850

  

PEDOMAN UMUM FESTIVAL

TUMBILOTOHE II GORONTALO TAHUN 2002

  Festival Tumbilotohe tahun 2002 adalah yang ke kedua, setelah Festival I tahun 2000. Festival ini adalah merupakan rangkaian dari beberapa kegiatan dalam bentuk lomba, yang dilaksanakan sebelum bulan ramadhan dan puncak kegiatannya 3 hari menjelong 1 syawal (Iedul Fitri 1423 H). Beberapa kegiatan mengawali Festival ini, yang dilaksanakan sebelum dan menjelang masuknya bulan ramadahan 1423 H. yaitu, Desain lampu, Festival dana-dana dan tanggomo. Sedangkan kegiatan puncak yang dilaksanakan 3 hari menjelang Iedul Fitri adalah lomba Tumbilotohe dan Beduk Akbar. Adapun hal-hal yang terkait dengan ketentuan lomba dituangkan dalam SOP (standart operational prosedur) dari seluruh kegiatan tersebut, yakni sebagai berikut :

A. Desain Lampu Tumbilotohe

1. Bentuk Presentasi

  Lampu tumbilotohe adalah lampu tradisonal yang terbuat/menggunakan bahan-bahan lokal. Sedapat mungkin ada yang menemukan kembali bahwa konon lampu tumbilotohe tersebut terbuat dari sejenis Getah

  

Kayu yang hidup di hutan-hutan daerah Gorontalo. Jenis lampu lainnya

  yang juga sudah memudar adalah

  Lampu Padamala, yang dapat

  menyala sepanjang malam. Desain lampu harus merefleksikan keunikan lampu-lampu tradisional dahulu, sehingga memiliki daya tarik tersendiri.

2. Kriteria

  a. Menggunakan bahan-bahan lokal-tradisonal

  b. Kalau menggunakan bahan bakar modern, harus yang hemat energi dan ramah lingkungan c.

   Murah harganya dan dapat diproduksi dalam jumlah yang banyak

  3. Jadwal kegiatan lomba

  Lomba desain lampu akan diselenggarakan pada bulan Mei 2002 diawali dengan sosialisasi ke seluruh lapisan masyarakat melalui pemerintah daerah/kecamatan. Presentasi hasil desain akan dipusatkan disuatu tempat yang akan ditentukan kemudian.

  4. Peserta

  Peserta lomba desain lampu ini adalah masyarakat umum, baik yang ada di Gorontalo maupun masyarakat Gorontalo di perantauan.

  5. Penjurian Penilaian berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh panitia.

  Kejuaraan terdiri dari Juara I, II dan III.

  B.Tumbilotohe

  1. Bentuk Presentasi

  Memasang lampu yang terbuat dari lentera api, dan disusun sedemikian rupa, di rumah, di persawahan, di tepi jalan, dan dilakukan secara kolektif bukan individual rumah tangga. Individual rumah tangga merupakan anggota kelompok yang turut dilombakan. Lentera api terbuat dari tabung dengan volume maksimum 200 ml dan setiap rumah diasumsikan memasang 10 buah lentera. Setiap kelompok dapat mempresentasikan Tumbilotohe dalam bentuk kumpulan rumah, atau secara bersama-sama mengisi ruang terbuka yang bukan fasilitas umum, seperti di persawahan atau di atas tanah kosong. Kelompok ini dikategorikan sebagai peserta dalam satuan Kelurahan atau Desa.

  2. Jadwal Pemasangan Tumbilotohe dipasang selama 3 (tiga) hari berturut-turut sesuai dengan pengumuman yang akan ditentukan kemudian oleh Panitia Pelaksana Daerah.

  3. Klasifikasi Peserta Peserta bukanlah perorangan, melainkan kelompok per Kelurahan atau Desa. Setiap peserta harus mendaftar, dan setiap Desa merupakan satu kelompok peserta. Di setiap Kecamatan jumlah peserta sesuai dengan jumlah Kelurahan / Desa di Kecamatan tersebut.

  4. Penjurian Penjurian dilakukan dengan sistem nilai (angka 1 - 10) dan kredit dengan mempertimbangkan faktor-faktor keunikan dan kreativitas penyusunan (kredit 5), hemat bahan bakar (kredit 4), ramah lingkungan yang diatasi dengan cara mengurangi timbulnya asap yang berlebihan (kredit 3), pemanfaatan bahan baku alami termasuk assesorisnya (kredit 2) dan kebersamaan (kredit 1). Dengan demikian tertinggi adalah 150, dan terendah 15. Juri terdiri dari Panitia, Pemda, dan Pemuka Masyarakat.

  5. Pemenang. Pemenang terdiri dari pemenang tingkat Kecamatan dan tingkat Kotamadya / Kabupaten. Masing-masing tingkat pemenang terdiri dari 3 (tiga) juara. Para juara Kecamatan yang akan diundi sampai keperingkat Kotamadya / Kabupaten.

  6. Hadiah Hadiah tertinggi, yakni juara pertama tingkat Kotamadya dan Kabupaten selain mendapatkan piala bergilir dan replika piala bergilir, akan memperoleh hadiah tabanas ; juara kedua dalam kategori ini selain piala memperoleh hadiah tabanas ; sedangkan juara ketiga dalam kategori ini selain piala juga akan memperoleh hadiah tabanas. Juara pertama, kedua dan ketiga untuk tingkat Kecamatan selain mendapatkan piala, akan memperoleh hadiah tabanas.

  7. Seremonial dan Pemusatan Kegiatan. Pembukaan Festival akan dilangsungkan pada suatu tempat yang akan ditentukan kemudian, ditandai dengan pemasangan lentera tradisional oleh Walikotamadya dan Bupati Gorontalo, untuk ini diperlukan suatu " check-list " program acara dan kegiatan tersendiri.

  Demikian juga untuk acara penutupan dan pemusatan kegiatan diperlukan pedoman teknis yang disusun secara terinci, dan menjadi bagian tak terpisahkan dari pedoman teknis yang bersifat umum ini.

  . C Bedug Akbar

  1. Bentuk Presentasi

  Satu kelompok peserta terdiri dari lima orang, dimana satu orang bertindak sebagai ketua kelompok akan menabuh bedug ukuran besar (diameter satu meter) dan empat orang sebagai pengiring menabuh bedug ukuran sedang (dimeter 0,6 M). Untuk satu menit pertama sebagai pembukaan, kemudian masuk pada lima menit pertama dengan irama khas Gorontalo (tabuhan saat memasuki shalat lima waktu). Satu menit kedua sebagai waktu peralihan dimana tanpa istirahat, kemudian masuk pada tabuhan lima menit kedua dengan irama Polo - Polo Taulo (tabuhan bedug menjelang hari raya). Satu menit terakhir (ketiga) sebagai tabuhan penutup. Kelima peserta akan menabuh dibawah komando ketua kelompok sehingga menghasilkan irama yang serasi dan menarik.

  2. Jadwal Lomba

  Perlombaan akan dilaksanakan pada malam hari Iedul Fitri 1423 H/2002 dipusatkan di pelataran Masjid Agung Baitul Rahman Limboto Kabupaten Gorontalo.

  3. Klasifikasi Peserta

  Peserta yang akan mengikuti perlombaan ini adalah utusan daerah-daerah se Provinsi Gorontalo yang berbentuk kelompok per Kelurahan atau Desa.Peserta dari setiap daerah maksimal 5 group. Setiap peserta ( group) harus mendaftarkan diri dibawah koordinasi daerah masing-masing.

  4. Penjurian

  Penjurian dilakukan dengan sistem pembobotan nilai (angka 10 - 100) dengan indikator penilaian : a. Ketahanan fisik (5 kredit)

  b. Kekompakan Team (4 kredit)

  c. Keharmonisan (3 kredit)

  d. Penampilan (2 kredit) Nilai tertinggi mencapai 1400 dan nilai terendah mencapai 140. Dewan juri beranggotakan lima orang, terdiri dari unsur Departemen Pariwisata Seni dan Budaya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Agama, Tokoh Adat dan Pemuka Masyarakat.

  5. Pemenang Pemenang terdiri dari juara I, II, III dan juara harapan I, II dan III.

  6. Hadiah

  Hadiah tertinggi, yakni juara pertama selain mendapatkan piala bergilir dan replika piala bergilir, akan memperoleh hadiah tabanas ; juara kedua dalam kategori ini selain piala memperoleh hadiah tabanas ; sedangkan juara ketiga dalam kategori ini selain piala juga akan memperoleh hadiah tabanas. Juara harapan I, II dan III mendapatkan hadiah Piala.

7. Seremonial dan Pemusatan Kegiatan

  Pembukaan Bedug Akbar akan dilaksanakan di Mesjid Agung Baitul Rahman Limboto Kabupaten Gorontalo.

D. DANA-DANA

  1. Bentuk Presentasi

  Peserta adalah satu grop yang terdiri dari satu atau pasangan pemetik Gambus, satu group (4 – 6 orang) penabuh Tam-tam (marwas) dan satu grop penari (4 – 6 orang) pasangan pria dan atau wanita. Irama Gambus harus bercirikan irama gambus khas Gorontalo dan syair-syair yang tertuang dalam suatu pantun menggambarkan suka cita dan atau pesan- pesan moral yang tersusun dalam bentuk sajak dengan lirik bahasa Gorontalo. Tehnik penampilan yaitu, pada satu menit pertama pemetik gambus mendemonstrasikan fariasi irama gambus yang diiringi dengan fariasi penampilan grop marwas dan penari. Kemudian selama sepuluh menit penampilan secara bersamaan dari seluruh personil grop yaitu, pasangan pemetik gambus saling berbalas pantun (Paiya lohungolopoli, kecuali kalau pemetik gambus tunggal) yang sewaktu-waktu diiringi demonstrasi tabuhan marwas serta pasangan penari mendemonstrasikan fariasi tariannya. Kemudian empat menit menjolang penutup lirik pantun dikemas dalam bentuk pesan-pesan akhir diiringi demonstrasi secara full tabuhan marwas dan kemudian berhenti secara bersamaan seluruh aktifitas personil grop.

  2. Jadwal Festival

  Festival dana-dana direncanakan menjelang masuknya bulan Ramadhan 1423 H. Pelaksanaannya diawali dari masing-masing daerah dan final tingkat provinsi akan dipusatkan di Rumah Adat di Limboto Kabupaten Gorontalo.

  3. Klasifikasi Peserta

  Peserta adalah siswa SLTA dan atau remaja utusan dari berbagai kecamatan se Provinsi Gorontalo. Jumlah peserta yang akan mengikuti Festival tingkat propvinsi maksimal 5 group, hasil seleksi dari setiap daerah. Peserta harus mendaftar pada Panitia.

  4. Penjurian

  Penilaian meliputi beberapa indicator sebagai berikut :

  a. Penampilan peserta

  b. Keserasian gerakan penari dan tabuhan marwas dengan irama Gambus

  c. Kemampuan melahirkan syair-syair pantun b.Bobot dan makna pantun

  5. Hadiah

  Juara pertama mendapatkan piala bergilir dan replika piala bergilir dan hadiah tabanas. Juara kedua mendapatkan piala dan hadiah tabanas. Juara ketiga mendapatkan piala dan hadiah tabanas. Juara harapan I, II, III mendapatkan hadiah Tabanas.

  6. Seremonial dan pemusatan kegiatan

  Acara pembukaan dan penutupan Festival dana-dana dipusatkan di Limboto Kabupaten Gorontalo.

E. Tanggomo

1. Bentuk Presentasi

  Peserta adalah perorangan mewakili setiap kecamatan se Propinsi Gorontalo dan masyarakat Gorontalo di perantauan. Isi tanggomo memuat ide cerita dari suatu peristiwa, nasihat dan atau kritikan sosial. Setiap peserta harus menyusun teks tanggomo (panjangnya teks maksimal 4 halaman folio dengan ketikan dua spasi) dan diserahkan kepada dewan juri pada saat mengikuti lomba. Susunan tanggomo harus sesuai dengan hakekat, struktur, nilai-nilai budaya dan fungsi tanggomo serta harus dibawakan dengan secara lisan (tidak memakai teks). Lamanya penampilan setiap peserta maksimal 15 menit. Contoh singkat teks dan susunan tanggomo (yang menggambarkan suatu peristiwa) seperti berikut ini.

TEME JONU

  Bisimila momulai Dengan nama Allah memuali Delo poelapo mai, mari kita mengenangkan Tawunu yilalu mai, tahun-tahun yang silam Lou mulo-mulo mai, pada waktu dulu Watia modelo mai, Saya akan membawakan Wawu dungohilo mai, dan dengarkanlah Tanggomo u yilowali, tanggomo yang terjadi Maso-maso to akali, masuk akal/fikiran Wawu dila bo habali, dan bukan hanya kabar Dua tiga januali, Dua tiga januari ampa dua yilowali, empat dua, terjadi lali wungguli kakali. Menjadi cerita abadi Donggo tou boyito, Masih pada waktu itu Rakyati to pingito, rakyat terkungkung Wawu malo to duwito dan dalam ketakutan Walandha hemolihito, Bangsa Belanda menekan Ngio-ngioto dungito. Dengan gigi gemeratak.

  Oyinta lo bohulio, Awal mulanya upilohutu li mongolio, yang dibuat oleh mereka lomobu hudungulio, membakar gudangnya hudungu lo bongolio, gudang kopranya to pabia tambatilio, di pelabuhan tempatnya Talumolo watio, Talumolo termasuk edito kapalilio, begitu juga kapalnya pilobu li mongolio, Dibakar oleh mereka kapali ti Kololio, Kapal Kololio pilobu li mongolio. dibakar oleh mereka. Ma mai to uwanengo, Setelah di Kwandang Pentadu delo tihengo, pantai laksana tungku Tulu ma lotontulengo, api telah bermain Lopobu kilumohengo, terbakar menggersang Hudungu lo uwanengo. gudang di Kwandang.

  Walanta ma hesanangi, Belanda semakin senang To lipu lo Hulontalangi, di negeri Gorontalo Tahua pomikilangi, segeralah berfikir Dulolo mo tibarani, marilah memberanikan diri Motituwawu molawani, bersatu melawan Ati olo ti Pak Nani, Kasihan Pak Nani Ta malo lotipalangi, yang telah memberanikan diri Ma mola motahangi. yang akan menahan.

  2. Jadwal Festival

  Festival tanggomo dilaksanakan menjelang bulan Ramadhan 1423 H/2002 diawali lomba dari masing-masing kecamatan/daerah se propinsi Gorontalo dan warga KKIG seluruh Indonesia. Festival tingkat propinsi akan dilaksanakan seminggu sebelum masuknya ramadhan dipusatkan di rumah adat di Limboto Kabupaten Gorontalo

  3. Klasifikasi Peserta

  Peserta adalah siswa SLTA atau mahasiswa dan masyarakat umum utusan dari setiap kecamatan se Propinsi Gorontalo serta utusan masyarakat

  Gorontalo di perantauan. Waktu pendaftaran tingkat propinsi selambat- lambatnya 3 hari sebelum pelaksanaan Festival tingkat Provinsi.

  4. Penjurian

  Aspek-aspek yang dinilai adalah sebagai berikut :

  a. Komposisi tanggomo yakni tema dan jalan cerita

  b. Susunan dan hubungan kata

  c. Irama dan gaya bahasa

  d. Bobot/ makna yang tertuang dalam tanggomo

  5. Hadiah

  Juara pertama mendapatkan Piala bergilir dan replica pial bergilir serta hadiah Tabanas. Juara kedua mendapatkan piala dan hadiah tabanas. Juara ketiga mendapatkan piala dan hadiah tabanas. Juara harapan I, II dan III mendapatkan hadiah Tabanas.

  6. Seremonial dan Pemusatan kegiatan

  Acara pembukaan/penutupan dan pelaksanaan final Festival tanggomo dipusatkan di rumah adat Limboto Kabupaten Gorontalo.

TANDA TERIMA

  Yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a : Jabatan : Nama Perusahaan : Alamat/No. Telepon : Menyatakan telah menerima 1 (satu) berkas Proposal " Gorontalo 2002.

  Festival Tumbilotohe"

  Jakarta, . . . . . . . . . 1999

  

Untuk Partisipan (. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . )

  

..............................................................................................

TANDA TERIMA

  Yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a : Jabatan :

  Nama Perusahaan : Alamat/No. Telepon : Menyatakan telah menerima 1 (satu) berkas Proposal Gorontalo 2000.

  " Festival Tumbilotohe"

  Jakarta, . . . . . . . . . 1999

  Untuk Panitia ( . . . . . . . . . . . . . . . . . . )  Lampiran Biaya :

  1. Balon

  2. Piala

  3. Transport

  4. Service sponsor

  5. Dokumentasi + Publikasi (Media) Acara :

  1. Lomba design souvenir dan lampu

  a) Poster

  b) Hadiah

  c) Piala

  d) Media radio (Biaya 15.000.000)

2. Lomba tanggomo antar HPMIG

a) Brosur

  b) Poster (Biaya 5.000.000)

3. Lomba dana-dana antar SMU

a) Hadiah dan Piala

  b) Konsumsi (Biaya 10.000.000)

  4. Bazar Ramadhan

  5. Beduk Akbar - Ramadhan Rp 1.500.000 Hadiah Rp 5000.000

  6. Bendi Sewa (Biaya Rp 5.000.000)

  7. Tumbilotohe