HUBUNGAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SMA NEGERI 1 TELUK JAMBE KOTA KARAWANG

HUBUNGAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKSUAL

  

PADA REMAJA SMA NEGERI 1 TELUK JAMBE KOTA KARAWANG

Erwan Setiyono¹, Muhamad Ikhsan Faisal²

1,2

  Program Studi S1 Keperawatan STIKes Binawan Jakarta Alamat Korespondensi Program Studi S1 Keperawatan STIKes Binawan Jakarta Jl Kalibata Raya N0 25-30 Jakarta Timur 13630 Telp 80880882

  

ABSTRAK

  Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang mendorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenisnya maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa macam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Faktor prediposisi (pengetahuan, sikap, kontrol diri, sosial ekonomi), faktor reinforcing (pengaruh teman sebaya) dan faktor enabling (waktu senggang dan paparan mediapornografi). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja SMA Negeri 1 teluk jambe kota karawang. Penelitian menggunakan desain deskriptif korelatif. Sampling menggunakan teknik cluster random sampling dilakukan pada 88 responden di ambil dari kelas 10 berjumlah 30 orang, kelas 11 berjumlah 29 orang dan kelas 12 berjumlah 29 orang Hasil penelitian ini didapatkan sikap 73,9%, pengaruh teman sebaya 83,0%, sosial ekonomi 78,4%, paparan media pornografi 67,0%, pengetahuan yang tinggi 53,4%, dan perilaku seksual yang baik 77,3%. Mayoritas faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah faktor sikap 73,9% dengan nilai p-value 0,000 (p<0,05) dan r 0,541 serta faktor pengaruh teman sebaya 83,0% dengan nilai p-value 0,000 (p<0.05) dan nilai r 0,475.

  Kata Kunci : Perilaku seksual, Remaja

  PENDAHULUAN

  Masa remaja yaitu usia 10-24 tahun, masa ini merupakan periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa atau disebut juga masa pubertas, pada masa remaja akan terjadi pertumbuhan fisik yang cepat termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksinya dengan tanda seks primer dan sekunder.

  Perkembangan intelegensia remaja berpikir abstrack, senang memberikan kritik, ingin mengetahui hal-hal yang baru, sehingga sering muncul perilaku ingin coba-coba, jika didorong oleh rangsangan seksual dapat membawa remaja masuk pada hubungan seks pranikah dengan segala akibatnya, akibat dari kematangan organ seks maka dapat terjadi kehamilan remaja putri di luar nikah, upaya abortus, dan penularan penyakit kelamin termasuk HIV/AIDS (Depkes, 2005).

  Data survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia terakhir badan koordinasi keluarga berencana nasional (BKKBN) menyebutkan sebanyak 5.912 wanita di umur

  15

  Data Demografi menunjukkan bahwa remaja 10-24 tahun, merupakan populasi terbanyak dari penduduk dunia yaitu mencapai 1 milyar dan Indonesia mencapai 64 juta jiwa atau lebih dari 27% dari total jumlah penduduk (BPS, 2010).

  Dalam Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI tahun 2007), menunjukkan bahwa umur pertama kali pacaran untuk wanita usia 12-14 tahun 20% dan pada pria 15% ternyata perilaku pacaran mereka cukup beresiko, seperti berciuman bibir dan meraba/merangsang yaitu 38% pada wanita dan 68% pada pria.

  Data di kabupaten Karawang kasus penyakit HIV/AIDS pada tahun 2012 berjumlah 88 orang diantaranya remaja 10-24 tahun ada 27,28% . Dan pada tahun 2009 kasus HIV/AIDS 42 orang, diantaranya remaja usia 10-24 tahun ada 30,96% , akibat dari hubungan seks bebas yang sering dilakukan remaja dan jarum suntik yang bergantian diantaranya temannya terutama di SMA (Dinkes Kabupaten Karawang, 2014).

  • – 19 tahun secara nasional pernah melakukan hubungan seksual. Sedangkan pria di usia yang sama berjumlah 6.578, atau 3,7 persen pernah melakukan hubungan seks. Namun yang mengejutkan kasus hubungan seks pranikah ini justru terjadi di pedesaan. Jika dilihat persentasi tempat antara di perkotaan. Perkotaan 0,9 persen, kalau di pedesaan 1,7 persen. Alasannya, tingkat pendidikan warga desa yang rendah berpengaruh terhadap hubungan seks. Tidak tamat atau tidak lulus SD, ada 4,2 persen untuk wanita dan 6,5 persen untuk pria. Tamat SD untuk wanita 1,4 persen sedangkan pria 4,7 persen. Adapun yang tidak tamat SMA untuk wanita 1,1 persen, sedangkan 5,4 persen. Tamatan di atas SMA , dari D1 – S1 mencapai 1,1 persen untuk perempuan dan 8,6 persen untuk pria ( BKKBN, 2010)

  Berdasarkan permasalahan tersebut menunjukkan bahwa siswa SMA perlu mendapatkan perhatian agar dapat mengatasi permasalahannya dan untuk mengurangi perilaku berisiko pada siswa. Siswa perlu mendapatkan haknya untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi.Pelayanan yang diberikan tidak hanya memenuhi kebutuhan informasi kesehatan reproduksi ,namun juga mampu memberikan layanan konseling yang membantu remaja untuk menemukan jalan keluar atas permasalahnya. Saat ini salah satu remaja di Indonesia untuk dapat mengakses pengetahuan kesehatan reproduksinya, menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi dam memberdayakan remaja dalam kelompok mereka untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan reproduksi mereka sendiri dengan cara yang benar, sebagian besar dari tindakan mereka untuk mencapai dan memelihara hidup yang sehat dan produktif sebagai generasi muda (Sibuea, 2009).

  1) Siswa/siwa yang sedang tidak berada di lingkungan SMA Negeri 1 TelukJambe

  5. Setelah selesai peneliti mengakhiri pertemuan dengan responden.

  4. Menunggu responden mengisi kuesioner.

  3. Menyebarkan angket atau kuesioner kepada responden dan menjelaskan cara mengisi kuesioner. Angket diberikan kepada seluruh responden yang sesuai dengan kriteria inklusi. Adapun isi angket tentang variabel independen dan dependen yang ada pada kerangka konsep.

  2. Mendatangi responden untuk melakukan pendekatan pada responden serta memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penelitian kemudian meminta kesediaan responden.

  1. Mengajukan surat permohonan izin penelitian.

  Pengumpulan data ini dilakukan secara langsung di lokasi penelitian guna mendapatkan data yang dibutuhkan dengan menggunakan lembar kuesioner yang telah dilakukan uji validitas dan uji reabilitas. Adapun prosedurnya adalah :

  Metode Pengumpulan Data Data yang dipakai pada penelitian ini adalah data primer.

  Alasan penggunaan cluster random sampling karena sampel terdiri atas kelompok atau kelas, dan semua anggota kelompok memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel penelitian

  5) Remaja yang tidak bersedia mengikuti penelitian Sampel pada penelitian, diambil dengan metode random sampling dengan tehnik cluster random sampling yaitu dengan melakukan randomisasi terhadap kelas.

  4) Saat ini sedang tidak berpacaran

  3) Remaja yang tidak mampu mengikuti penelitian karena mengalami hambatan fisik (sakit)

  2) Remaja yang berumur < 15 tahun atau > 20 tahun

  Saat ini sedang berpacaran b. Kriteria Ekslusi

  Menurut observasi dan survei di sekolah ditemukan ada salah seorang siswi yang dikeluarkan (droup out) dari sekolah karena mengalami kehamilan di luar nikah.

  Bersedia menjadi responden 4)

  Remaja Pria dan Wanita yang berusia 15-20 tahun 3)

  Siswa/siswi yang bersekolah di SMA Negeri 1 Teluk Jambe Kelas 10-12 2)

  Kriteria Inklusi 1)

  a.

  Populasi pada penelitian ini adalah pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Teluk Jambe pada tahun 2014 dengan jumlah murid seluruhnya 1228 siswa. Pada penelitian ini diambil tiga kelas: kelas 10, kelas 11 dan kelas 12 akan diteliti. Sampel pada penelitian ini berjumlah 88 orang, di ambil dari kelas 10 berjumlah 30 orang, kelas 11 berjumlah 29 orang dan kelas 12 berjumlah 29 orang dengan cara acak.

  Populasi dan Sampel

  Desain deskriptif korelatif menguji hubungan antara variabel dalam sebuah kelompok dengan tujuan untuk mendeskripsikan variabel-variabel penelitian dengan melihat hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja SMA Negeri 1 Teluk Jambe.

  Desain penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif.

  Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Teluk Jambe pada bulan Juni tahun 2015. Penelitian dengan cara menyebarkan angket pada responden, kemudian responden akan mengisi koesioner secara mandiri tetapi sebelumnya penelitia akan menjelaskan beberapa hal mengenai cara pengisian koesioner. Koesioner yang sudah diisi oleh responden akan langsung diambil saat itu juga.

  METODE

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada siswa SMA Negeri 1 di Teluk Jambe Barat Kota Karawang. Setelah penelitian ini diharapkan siswa SMA Negeri 1 di Teluk Jambe Barat Kabupaten Karawang dapat berperilaku baik terutama perilaku seks, sehingga tidak terjadi putus sekolah akibat perilaku yang tidak baik seperti menikah terpaksa atau hamil di luar nikah.

  Salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang perilaku seks pada siswa SMA yaitu dengan promosi kesehatan. Promosi kesehatan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan usaha menyampaikan pesan kepada masyarakat, kelompok atau individu dengan harapan mereka dapat memperoleh pengetahuan memang kesehatan yang lebih baik yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2007).

  6. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan komputer menggunakan program spss.

  5 45,5 6 54,5 11 100 Tinggi 5 10,6 42 89,4 47 100

  3. Kontrol diri dengan perilaku seksual pada remaja di SMA Ngeri 1 Teluk Jambe Karawang 4. Sosial ekonomi dengan perilaku seksual pada remaja di SMA Negeri 1 Teluk Jambe Karawang

  Pengetahuan Rendah 10 33,3 20 66,7 30 100 0,011 0,263 Sedang

  Media Pornografi Terpapar 13 44,8 16 55,2 29 100 0,001 0,370 Tidak Terpapar 7 11,9 52 88,1 59 100 Tingkat

  8 42,1 11 57,9 19 100 0,023 0,243 Mampu 12 17,4 57 82,6 69 100 Paparan

  63 86,3 73 100 Sosial Ekonomi Tidak Mampu

  Ada pengaruh 10 66,7 5 33,3 15 100 0,000 0,475 Tdk ada pengaruh 10 13,7

  14 60,9 9 39,1 23 100 0,000 0,541 Positif 6 9,2 59 90,8 65 100 Pengaruh teman sebaya

  Variabel Independent Perilaku Seksual Total Uji Spearman rho Buruk Baik P R n % n % n % Sikap Negatif

  

Tabel 1

Hasil Penelitian Hubungan Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pada Remaja

SMA Negeri Teluk Jambe Kota Karawang

  Berdasarkan hasil olah data statistic didapatkan hasil sebagai beriut :

  6. Pengetahuan seksual pada remaja dengan perilaku seksual pada remaja di SMA Negeri 1 Teluk Jambe Karawang 7. Waktu senggang dengan perilaku seksual pada remaja di SMA Negeri 1 Teluk Jambe Karawang.

  5. Paparan media pornografi dengan perilaku seksual pada remaja di SMA Negeri Teluk Jambe Karawang

  Sikap dengan perilaku seksual pada remaja di SMA Negeri 1 Teluk Jambe Karawang 2. Pengaruh teman sebaya dengan perilaku seksual pada remaja di SMA Negeri Teluk Jambe Karawang

  Analisa Data

  : Jumlah perbedaan ranking pada setiap pasangan yang dikuadratkan Adapun data yang akan dianalisa secara bivariat adalah : 1.

  − 1) Keterangan : P : Koefisien Korelasi Spearman’s rank N : Jumlah sampel ∑ D 2

  2

  (

  2

  = 1 − 6. ∑D

  1 Teluk Jambe. Pada penelitian ini menggunakan skala ordinal dan nominal sehingga analisis yang digunakan adalah Korelasi sperman rank.Korelasi sperman rank digunakan karena skala pada definisi operasionalnya menggunakan ordinal dan nominal. Rumus menurut Riyanto (2009) sebagai berikut :

  Analisa Bivariat Untuk melihat hubungan antara masing-masing variable independent dan variable dependent dengan analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu hubungan faktor

  Sikap remaja 2. Pengaruh teman sebaya 3. Sosial ekonomi keluarga 4. Paparan media pornografi 5. Pengetahuan yang tinggi 6. Perilaku seksual remaja

  Analisa Univariat Analisa yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan dari masing-masing variable yang akan diteliti, fungsinya untuk menyederhanakan atau meringkas kumpulan data hasil pengukuran menjadi informasi yang berguna sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Analisis univariat adalah cara menganalisis data yang menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel . Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis masing-masing variable. meliputi : 1.

  Data yang sudah terkumpul akan melalui tahap editing, koding, penilaian, entry dan scoring.

  • – faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja SMA Negeri

  PEMBAHASAN Hubungan Antara Sikap terhadap Perilaku Seksual pada Remaja

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki sikap positif terhadap perilaku seksual pada remaja sebanyak 65 responden (73,9%) dengan nilai p value 0,000 (p<0,05) serta nilai r adalah 0,541, maka ada hubungan signifikan antara sikap terhadap perilaku seksual pada remaja.Menurut Allport, sikap untuk berespon, yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku, melalui belajar (Suryabrata, 1998). Kalimat tersebut menunjukkan bahwa, sikap adalah merupakan sesuatu yang dapat memberikan kecenderungan tertentu kepada individu yang memilikinya, untuk melakukan suatu reaksi berupa tingkah laku tertentu, sesuai dengan objek sikap yang dijadikan sebagai suatu yang telah disetujuinya melalui pengalaman

  • pengalaman yang diperoleh dalam kehidupan sehari - hari. Oleh karena itu, apabila seorang siswa telah memiliki sikap menyetujui terhadap perilaku seks bebas, maka perilaku siswa itu pun akan sedikit demi sedikit mengarah pada perilaku berbau seks, sampai pada akhirnya perilaku seks bebas itu diwujudkan dalam bentuk perilaku nyata.

  Hubungan Antara Pengaruh Teman Sebaya terhadap Perilaku Seksual pada Remaja

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tidak ada pengaruh teman sebaya terhadap perilaku seksual pada remaja sebanyak 73 responden (83,0%) dengan nilai p value 0,000 (p<0,05) serta nilai r adalah 0,475, maka ada hubungan signifikan antara pengaruh teman sebaya terhadap perilaku seksual pada remaja. Menurut Marheni di dalam perkembangan sosial remaja maka remaja mulai memisahkan diri dari orang tua dan mulai memperluas hubungan dengan teman sebaya. Hubungan mereka begitu akrab karena melibatkan emosi yang cukup kuat (Soetjiningsih, 2004).

  Teman sebaya tidak kalah pentingnya selain peran orang tua dan guru yang mempengaruhi perilaku seksual mereka. Remaja cenderung mencari teman yang sama dengan dirinya karena kesamaan diantara mereka merupakan hal yang penting untuk mendapatkan identitas.Selain itu, teman dekat atau sahabat seringkali berperan sebagai tempat untuk bertukar pengalaman atau sekedar mencurahkan isi hati.Nilai persahabatan yang cukup tinggi membuat remaja saling menjaga rahasia dan berempati (Wulandari, 2009). Dalam perkembangan kepribadiannya, remaja sangat mendambakan penerima dari teman sebayanya.Penerimaan oleh kelompok ini merupakan suatu upaya untuk mencari indetitas (Sarwono, 2010). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktriani (2010) bahwa teman sebaya dapat mempengaruhi perilaku seksual remaja.

  Selain itu penelitian yang dilakukan Sovita (2011) dan Oktarina (2011) juga mengungkapkan hal yang sama yaitu terdapat hubungan bermakna antara pengaruh teman sebaya dan perilaku seksual remaja. Seperti yang di uraikan Hurlock (1980) tentang kuatnya pengaruh teman sebaya, bahwa remaja lebih sering berada di luar rumah bersama teman sebayanya, maka dapat dipahami pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, penampilan, minat dan perilaku remaja lebih besar dari pada keluarga (Sulistyowati, 2005).

  Hubungan Antara Sosial Ekonomi terhadap Perilaku Seksual pada Remaja

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan yang mampu secara sosial ekonomi terhadap perilaku seksual pada remaja sebanyak 69 responden (78,4%) dengan nilai p value 0,023 (p<0,05) serta nilai r adalah 0,243, maka ada hubungan signifikan antara sosial ekonomi terhadap perilaku seksual pada remaja. Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat, status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan menunjang tumbuh kembang anak. Karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder (Soetjiningsih, 2004).

  Status sosial ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok (Kartono, 2006).

  Hubungan Antara Paparan Media Pornografi terhadap Perilaku Seksual pada Remaja

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan yang tidak terpapar media pornografi terhadap perilaku seksual pada remaja sebanyak 59 responden (67%) dengan nilai p value 0,001 (p<0,05) serta nilai r adalah 0,370, maka ada hubungan signifikan antara paparan media pornografi terhadap perilaku seksual pada remaja. Menurut Sudarman (2008), media massa merupakan media yang diperuntukkan untuk massa. Dalam ilmu jurnalistik, media massa yang menyiarkan berita atau informasi disebut juga istilah pers. Secara psikologis, massa adalah orang yang memiliki perhatian terhadap sesuatu hal yang sama, misalnya massanya majalah gadis adalah remaja putri. Media massa terdiri dari dua jenis, yaitu media cetak seperti majalah, koran, tabloid, dll, dan media elektronik yang terdiri dari televisi, radio, internet, dll.

  Menurut UU Pornografi (2008), adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan atau pertunjukkan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang

  melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. Para remaja yang tidak betah di rumah, tidak kerasan di sekolah, dan merasa kesepian di lingkungan masyarakatnya. Mereka kemudian menghabiskan waktunya untuk mengakses berbagai media : TV, radio, majalah, koran, website, handphone dan barangkali jauh melebihi apa yang mereka harapkan. Karena ternyata media massa telah berkembang, tidak saja jumlahnya tetapi berkembang kearah cara penyampaian informasi yang sangat permissif. Jenis pilihan dan alternative informasi seperti inilah orang lain tidak bisa membatasi, apalagi mengontrol para remaja untuk hanya melihat, membaca dan mengakses informasi yang baik-baik saja (BKKBN, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan Nursal di kota padang (2007) dimana remaja yang terpapar media pornografi berpeluang 4,44 kali untuk berperilaku seksual beresiko. Begitu juga hasil penelitian yang dilakukan oleh suharsa di Kab.Pandeglang (2007), dimana remaja terpapar dengan media seksualitas berpeluang 8,63 kali berpeluang untuk berperilaku seksual beresiko.

  Hubungan Antara Pengetahuan Seksual pada Remaja terhadap Perilaku Seksual pada Remaja

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan seksual yang tinggi terhadap perilaku seksual pada remaja sebanyak 47 responden (53,4%) dengan nilai p value 0,011 (p<0,05) serta nilai r adalah 0,263, maka ada hubungan signifikan antara pengetahuan seksual pada remaja terhadap perilaku seksual pada remaja. Pengetahuan seksual pada remaja terdiri dari pemahaman tentang seksualitas yang dilakukan sebelum menikah yang terdiri dari pengetahuan tentang fungsi hubungan seksual, akibat perilaku seksual dan faktor yang mendorong seksual pada remaja (Sarwono, 2006). Hasil penelitian ini didukung oleh kurniawati (2001), bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dengan perilaku akademi kesehatan di Bengkulu.Taufik (2010) melalui penelitian secara kualitatif terhadap remaja di kota Pontianak yang melakukan hubungan seks pranikah, menemukan bahwa sebagian besar informan mengetahui apa itu seks pranikah.

  • (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek , Rineka Cipta, Jakarta.
  • (2010). Penyiapan Kehidupan Berkeluarga
  • (2003). Buku sumber untuk advokasi dan KIE.BKKBN, NFPA, Bank Dunia, dan STARH.
  • United Nations Populations Fund, Revisi 2005. Buku Sumber untuk Advokasi Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi Gender dan Pembangunan Kependudukan. Jakarta.

  • (2007). Remaja dan SPN (Seks

  PENUTUP

  Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan perilaku seksual pada remaja dengan beberapa factor antara lain dengan sikap, pengarh teman sebaya, social ekonomi,paparan media pornografi, dan dengan pengetahuan remaja. Dari beberapa factor tersebut yang mempunyai pengaruh paling besar adalah sikap remaja di SMA Negeri Teluk Jambe dengan nilai r 0,541, diikuti oleh factor pengaruh teman sebaya dengan nilai r 0,475, dan pada posisi terakhir adalah factor social ekonomi dengan nilai 0,243.

  Dengan kondisi tersebut maka diharapkan siswa mengupayakan peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang perilaku seksual pada remaja dengan mencari informasi yang akurat, Tingkatkan pemahaman agama, menggunakan media informasi dengan baik serta dapat memilih teman yang baik agar mempunyai kecenderungan untuk menghindari perilaku seksual pada remaja yang tidak baik dan mempergunakan waktu senggang dengan baik. Hendaklah para orang tua agar dapat meningkatkan komunikasi yang sehat, dinamis dan saling terbuka dengan remaja tentang perilaku seksual guna memperkecil gap generation yang terjadi. Orang tua dapat membantu anak untuk mengikuti kegiatan – kegiatan yang sesuai bakat anak, sehingga dorongan seksual anak dapat disalurkan lewat kegiatan yang positif, dan yang tak kalah perlu adalah melakukan pengawasan terhadap anak ketika mengakses informasi dari media internet.

  DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2003). Prosedur Penelitian Suatu praktek.

  Bina Aksara. Jakarta

  Bachtiar, A, (2004). Citra Remaja : Mengungkap Pola dan

  Perilaku Citra Remaja. Yogyakarta : Sarjana Yogyakarta.

  BKKBN, (2007). TV dan Internet Beri Andil Meledaknya Angka SeksPranikah .BKKBN. Jakarta.

  Pranikah).www.bkkbn.go.id.Diakses tanggal 28 Agustus 2014

  Bagi Remaja . Jakarta

  BPS. (2010). Riset Kesehatan Dasar 2010.Biro Pusat Statistik . Jakarta. Calhoun, J.F & Acocella, J.R (1976). Psychology of Adjusment and Human Relationship.

  SKKRI.(2007).Survei Kesehatan Reproduksi Remaja 2007, Jakarta.

  Terhadap Perilaku Konsumtif Siswa kelas XI Di SMA kesatrian 1 Semarang. Skripsi. On – line.

  Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta

  Nursal. (2007). Faktor

  Pakhila, W, (2005). Peranan Seksologi dalam Kesehatan

  Reproduksi, dalam Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial, Edisi. 1, Yayasan Bina pustaka

  Sarwono Prawiroharjo, Jakarta. Papalia, D.E, Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2007). Human

  Development (10 th

  Ed.).Boston : McGraw – Hill International, Inc. Rahayu, T.S. (2013) Pengaruh Peran Orang Tua

  Sa’bah, M.U. (2001).Perilaku seks Menyimpang dan

  Rineka Cipta. Jakarta ------------------- (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

  Seksualitas Kontemporer Umat Islam. Yogyakarta : UII press.

  Santrock,J.W.(2003).Adolescence : Perkembangan remaja

  (6 th Ed).(Dra.Shinto Sherly, Trans). Jakarta :

  Erlangga Soetjiningsih.(2007).Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanny. Jakarta : Sagung Seto.

  Permasalahannya ,Jakarta : Sagung Seto

  Sudarman, Paryati.(2004).Menulis di Media

  Massa. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

  Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

  Notoatmodjo, S. (2007). Metodologi Penelitian Kesehatan.

  belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu ( SMP IT) Asy Assyukriyah Cipondok kota Tanggerang . Skripsi. On – line.

  Chyntia, A.(2003). Pendidikan Seks.http://www.scribd.com/doc/14823326/ Pendidikan. Diakses tanggal 3 September 2014

  T.D Chaeruni (2009).Pengaruh Faktor Personal dan

  Lingkungan terhadap Seksual Pranikah pada remaja di SMA Negeri 1 Baruraden dan SMA Negeri 1 Purwokerto . Skripsi, FKM UNDIP, Semarang.

  Depkes RI, (2005). Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan

  • (2003). Pendidikan dan Perilaku
    • (2005). Kumpulan Materi Kesehatan

  • (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu
    • – faktor yang berhubungan dengan Perilaku seksual Murid SMU di Kota Padang, 2007, Tesis FKM UI, Depok.
      • (2000). Health Promotion Planning An Educational and Ecological Approach.London, Maylield Publishing Company.

  Peduli Remaja (PKPR). Jakarta

  Reproduksi Remaja. Jakarta : Departemen Kesehatan.

  • (1a). (2005). Kebijakan & Strategi Nasional Keshatan Reproduksi di Indonesia , Jakarta.

  Gunarsa, (2005). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Jakarta : Gunung Mulia. Green, L, Kreuter, M.(2005). Health Program planning :

  an Educational and Ecological Approach. Fourth edition.Rollins school of

  public Health of Emory University.

  Hurlock, E. (2002).Psikologi Perkembangan : Suatu

  Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.Erlangga. Jakarta.

  • (1980). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Alih Bahasa Istiwidayanti dkk).Edisi Kelima.Erlangga.Jakarta.
  • (1973).aldolescent Development.Tokyo :Mc Graw Hill kogakusha, Ltd.

  • .(2004).Tumbuh Kembang Anak, Jakarta EGC
  • .(2004).Tumbuh Kembang Remaja dan
    • – faktor yang berhubungan dengan perilaku seks remaja mahasiswa tingkat

  Jawiah (2004). Analisis Faktor

  III Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Palembang Tahun 2004. Tesis.FKM UI Depok.

  Kartono, K. (2005). Patologi Sosial 2 :Kenakalan Remaja.

  Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Napsiah. (2012).Pengaruh uang saku terhadap hasil

  Solha.(2007).Faktor

  • – faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pada Remaja SMU Kelas 2 di Kecamatan Kalidoni Palembang Tahun 2007. Tesis.FKM UI.Depok.

  Suryabrata, Sumadi (1998), Psikologi Kepribadian, cetakan kedelapan, edisi revisi, LP3ES, Jakarta. Sovita, Leni.(2011).Faktor

  • – faktor yang berhubungan dengan Perilaku Seks Pra Nikah pada Siswa SMU negeri 1 dan SMK negeri 1 Hilir Gumanti Kab.Solok Tahun 2011. Skripsi.FKM UI.Depok.

  Taufik, M (2010).Analisis Penyebab Perilaku Hubungan

  Seksual Pranikah pada Remaja di Kota Pontianak (Studi Kualitatif).Tesis.FKM UI.Depok.

  Wiryanto.(2004).Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta : Gramedia Widisarana Indonesia. Zulkarnain, (2002).Hubungan Kontrol Diri dengan

  Kreativitas Pekerja. Skripsi.Program Studi

  Psikologi.Fakultas Kedokteran.Universitas Sumatera Utara.