RESPON DAN KOPING PASIEN DM POST AMPUTASI (Response And Coping Patient With Post Amputations)

RESPON DAN KOPING PASIEN DM POST AMPUTASI

  

(Response And Coping Patient With Post Amputations)

(Submited : 4 Mei 2017, Accepted : 24 Oktober 2017)

  1

  2

  3 Candra Kusuma N , Yati Afianti , Yuliani Budiarti

  1 Prodi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cahaya Bangsa Banjarmasin

  2 Fakultas Keperawatan, Universitas Indonesia

  3 Fakultas Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Email

  

ABSTRAK

Penyakit DM merupakan masalah kesehatan yang sangat penting karena berkaitan dengan tingginya

kejadian komplikasi dan mortalitas yang tinggi. Bagi kebanyakan orang penyakit DM adalah suatu penyakit

yang sangat mengkhawatirkan dan masyarakat sadar akan besarnya potensi bahaya yang ditimbulkannya.

Bagi individu yang menderita DM dengan pasca amputasi, kehidupan selanjutnya merupakan babak baru

yang penuh tantangan dan perubahan serta akan melalui proses koping terhadap proses perubahan

tersebut. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman pasien DM

pasca amputasi tentang respon dan koping yang dialaminya. Penelitian ini menggunakan studi

fenomenologi. Pengambilan data menggunakan indepth interview pada empat orang partisipan yang dirawat

jalan di Poli kaki diabetic RSUD Ulin Banjarmasin yang dilengkapi dengan pedoman wawancara dan informed

consent. Metode analisis yang terstruktur dari Creswell menjadi 6 langkah. Terdapat 2 Tema yang ditemukan

dalam penelitian ini yaitu berbagai respon post amputasi dan Berbagai koping pasien DM post amputasi.

Berbagai respon post amputasi terdiri dari tiga Sub-Tema yaitu: (1) Mengalami hambatan fisik, (2) Mengalami

perubahan peran, (3) Mengalami proses berduka, dan Terdapat empat Sub-Tema yang menggambarkan

berbagai koping pasien DM post amputasi yaitu: (1) Lebih banyak beribadah, (2) Menerima keadaan, (3)

Motivasi yang kuat, (4) Mencari dukungan sosial.

  Kata kunci: respon, koping, diabees melitus, amputasi

ABSTRACT

  

DM disease is a health problem that is very important because it is associated with a high incidence of

complications and high mortality. For most people the disease diabetes mellitus is a disease that is very

worrying and the public aware of the magnitude of the potential dangers caused. For individuals who suffer

from diabetes mellitus with post-amputation, the next life is a new round of challenges and changes, and will

go through the process of coping with the change process.In general, this study aims to explore various

diabetic patients experience post-amputation of responses and coping experienced. This study used a

qualitative phenomenological study. Retrieving data using in depth interview in four participants were treated

diabetic foot path at Poli Hospital Ulin Banjarmasin equipped with a guidance interview and informed consent.

The analytical method structure from Creswell into 6 steps. There are 2 theme depicting various responses

post-amputation and depicting various coping DM patients post-amputation. Sub-Theme in depicting various

responses post-amputation namely: (1) Experiencing physical barriers, (2) Experiencing the changing role,

(3) Experiencing the grieving process, and are 4 Sub-theme depicting various coping DM patients post-

amputation namely: (1) More worship, (2) Accept the circumstances, (3) A strong Motivation, (4) social

support.

  Keywords: response, coping, diabetes mellitus, amputation.

  PENDAHULUAN

  Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan oleh adanya gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif. Menurut Smeltzer & Bare (2002) diabetes dapat dibagi menjadi tiga tipe,

  Tipe I yaitu diabetes melitus yang tergantung insulin atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM), Tipe

  II yaitu diabetes melitus tidak tergantung insulin atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) dan diabetes melitus Gestasional Diabetes Mellitus (GDM) . Penyakit DM merupakan panyakit yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Davidson (2002) menyatakan bahwa penderita diabetes melitus yang mengalami kehilangan anggota badan akibat amputasi, menghadapkan individu dalam berbagai ancaman yang semakin luas, berkembang dan penuh tantangan terhadap fungsi fisik seperti kelemahan. Perubahan kondisi fisik pada penderita DM yang mengalami amputasi dapat menyebabkan kondisi stres. Stres yang muncul pada berpengaruh terhadap mekanisme koping individu tersebut (Mitra, 2008). Coping adalah usaha atau cara seseorang untuk mengurangi stres psikologik dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-hari yang memerlukan kemampuan pribadi maupun dukungan dari lingkungan, agar dapat mengurangi stres (Rasmun, 2009).

  Respon dan koping setiap pasien DM bervariasi, maka perlu ada kajian yang lebih mendalam dengan menggunakan studi kualitatif fenomenologi. Berdasarkan uraian tersebut maka timbul pertanyaan seperti apa dan bagaimana Respon dan koping yang dialami pederita DM dalam beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari mereka pasca amputasi.

  Penelitian ini menggunakan studi kualitatif dengan pendekatan fenomenolgi. Fenomenologi menyediakan pemahaman yang mendalam tentang fenomena sebagaimana yang dialami beberapa individu. Untuk mengeksplorasi secara mendalam dan naturalistik dari pengaaman pasien DM pasca amputasi. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien post amputasi dengan diabetes melitus di cakupan poli kaki diabetik RSUD Ulin Banjarmasin. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah pasien yang mengalami DM dengan post amputasi, yang memenuhi kriteria inklusi. Data diambil melalui wawancara mendalam (in depth interview) dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun. Analisis penelitian ini menggunakan Creswell (2014).

  Analisis tema diperoleh dari hasil wawancara pada peneitian ini terhadap respon dan koping partisipan pada pasien DM post amputasi. Menghasilkan 2 tema utama yang ditemukan seperti (1) berbagai respon post amputasi, dan (2) berbagai koping pasien DM post amputasi. Tema-tema ini akan peneliti uraikan kembali per sub-tema untuk memperoleh pemahaman bagaimana ke dua tema tersebut terbentuk berdasarkan pengalaman para paertisipan.

  menjadi ancaman serius bagi masyarakat, jika penyakit DM diabaikan dan tidak terkendali dapat menimbulkan penyakit atau komplikasi-komplikasi lain yang dapat berakibat fatal seperti, penyakit hipertensi, gangguan ginjal, jantung coroner, bahkan dapat berakhir pada amputasi dan dibiarkan lama kelamaan akan menyebabkan kematian.

  Mengalami hambatan dalam beraktifitas (sub-tema 1.1)

  Seorang partisipan di bawah ini mengungkapkan adanya dampak kelemahan pada tubuhnya, kondisi ini sebagai penunjang aktifitasnya.

  …Badan saya terasa lemah, lemes… (P1)

  Kelemahan dalam berkatifitas juga dirasakan oleh partisipan berikut. Kelemahan ini menimbulkan reaksi yang spontan dan mendapatkan respon dari lingkungan sekitar seperti keluarga yang senantiasa mendampingi partisipan. Kehadiran keluarga di dalam kehidupan partisipan sangat berperan sekali di dalam partisipan melakukan aktivitas sehari-hari. Hal tersebut diungkapkan partisipan sebagai berikut.

  …kalau jalan dipapah sama istri…(P3)

METODE PENELITIAN

  Partisipan selanjutnya mengungkapkan bahwa terjadi gangguan dalam beraktifitas, partisipan lebih cenderung beraktifitas dengan tidak cepat-cepat dan terburu-buru dikarenakan kondisi fisiknya yang baru.

  Berbagai respon post amputasi (Tema 1). Melihat dari dampak yang terjadi setelah post amputasi membuat partisipan tidak leluasa dan bebas, tidak seperti sebelum diamputasi atau seperti sedia kalanya.

  …segala kegiatan yang dilakukan agak lambat, tidak seperti sebelum di amputasi ya agak cepat…(P1) …Cuma ada kegiatan, tapi kegiatan yang kada (tidak) ber at…(P4)

  Pada tema ini semua yang diungkapkan partisipan dapat peneliti simpulkan dengan terjadinya amputasi pada bagian tubuh partisipan akan mempengaruhi kondisi fisiknya seperti kelemahan tubuh, kondisi fisik akan mempengaruhi aktifitasnya atau daily activity seseorang. Sebagai dampaknya keluarga selaku orang tersekat partisipan memberikan bantuan dalam berkatifitas. Hal ini diharapkan pasien dengan amputasi memerlukan bantuan dari lingkungan sekitar dalam beraktifitas sehari-hari.

  Mengalami perubahan peran (sub-tema 1.2) Menurut pengalaman partisipan perubahan peran terjadi pada partisipan yang mengalami amputasi.

  Perubahan peran seperti kehilangan pekerjaan terjadi pada partisipan berikut ini.

  …anak ulun, manyuruh ulun kada usah bagawi lagi…(anak saya, menyuruh saya untuk tidak

  Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau rutinitas yang memberikan dampak terhadap materi seseorang. Kehilangan pekerjaan juga dialami oleh partisipan berikut:

  …Sudah ngak bisa apa-apa, ngak bisa kerja cari uang buat keluarga…(P1). …setelah kejadian itu akhirnya setelah rentetan saya merasakan akibatnya semua karena kurang lebih nggak bisa kerja…(P3)

  Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda terhadap ancaman amputasi. Tingkah laku dan emosional bergantung pada sifat amputasi tersebut, sikap partisipan terhadap kondisi yang baru dialaminya. Keluarga merupakan orang terdekat dengan partisipan, sehingga pengaruhnya besar sekali terhadap emosional partisipan. Beberapa partisipan yang dulunya sebagai kepala keluarga dan juga sebagai pencari nafkah kini mengalami gangguan peran. Gangguan peran ini terjadi karena dampak yang diakibatkan terhadap kondisi yang baru dialaminya.

  …ya, hanya berdiam diri aja di rumah…(P1).

  Partisipan di dalam penelitian juga mengungkapkan bahwa perubahan peran juga teridentifikasi di dalam perubahan fungsi keluarga, yang seharusnya ayah sebagai pencari nafkah yang paling dominan di dalam keluarga kini berganti menjadi anggota keluarga yang lain seperti istri yang mencari nafkah untuk keluarga. Hal tersebut diutarakan oleh partisipan berikut.

  …Istri saya bikin pesanan kue..orang pesan kue..catering…(P3).

  Pada tema ini partisipan mengalami perubahan peran baik itu kehilangan pekerjaan dan gangguan peran sebagai struktur unit fungsional di dalam keluarga. Partisipan lebih banyak menghentikan sepenuhnya rutinitas kerjanya karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk bekerja, beberapa partisipan juga beralih peran dari peran sebelumnya di dalam rumah tangga.

  Mengalami proses berduka (sub-tema 1.3) ditunjukan oleh partisipan yang sudah di amputasi. Partisipan dalam penelitian ini menunjukan reaksi berupa rasa tidak percaya dirinya akan diamputasi, rasa terkejut, tawar menawar, kesedihan, dan menerima. Partisipan dalam penelitian ini menunjukan sikap tidak percaya bahwa dirinya diputuskan untuk dilakukan amputasi. Pernyataan partisipan tentang perasaan tidak percaya terhadap keputusan amputasi tersebut diungkapkan oleh partisipan berikut.

  …

  Pertama sekali saya tidak setuju, kalau bisa penyakit ini diobati secara biasa saja… (P1) …Allah ya Tuhanku, jaka kawa behindar-behindar saking sakitnya…” (Ya Allah ya tuhanku, jikalau bisa menghindar sangking sakitnya…(P2).

  Respon partisipan saat diputuskan untuk dilakukan amputasi menunjukan reaksi terkejut. Pernyataan ini diungkapkan oleh partisipan berikut:

  …Pertama kali dikeputusan amputasi ya saya kaget… (P1). …kaget, semalamtu kayanya (sepertinya) aku ni (ini) kritis banar (betul) sudah… (P2).

  …Ya sedih, ehmm bahkan kalonya sendiri nangis…(P2).

  peneliti tentang sub tema yang ditemukan dalam tema ini. Lebih banyak beribadah (sub-tema 2.1)

  Berbagai koping pasien DM post amputasi Partisipan yang mengalami amputasi merupakan babak baru di dalam hidupnya, berbagai proses tahapan yang dilaluinya sampai dapat menerima kondisi barunya. Di dalam tahapan tersebut terdapat proses atau cara yang dilakukan untuk menyelesaikan masalahnya. Berbagai koping pasien seperti lebih banyak beribadah, menerima keadaan, motivasi yang kuat dan mencari dukungan sosial. Berikut uraian

  Pada tema ini semua yang diungkapkan partisipan dapat peneliti simpulkan bahwa di dalam proses berduka terdapat fase-fase yang harus dilalui. Melalui tahapan ini maka terbentuklah penerimaan partisipan terhadap kondisi yang baru dialaminya.

  Kalau sudah membusuk saya orangnya per aja, potong yang potong…(P3).

  …

  Disamping menolak keputusan amputasi, respon lain yang digambarkan partisipan yang dikeputusan amputasi adalah menanggapi dengan menerima kenyataan. Partisipan menyatakan penerimaan terhadap keadaan amputasi melalui ungkapan berikut.

  …Perasaan sedih ada juga…murung terus dirumah, ya melihat apapun gairah ngak ada…(P1).

  Tawar menawar telah di gambarkan oleh prtisipan sebagai bentuk ketidak percayaan. Pertisipan yang mengungkapkan ketidak percayaannya mencoba melakukan klarifikasi yang ditunjukan dengan reaksi tawar menawar melalui rasa penyesalan. Partisipan yang di diagnosa amputasi akan mengalami penyesalan. Pernyataan partisipan tentang penyesalan tersebut diungkapkan oleh partisipan berikut:

  Hampir semua partisipan mengungkapkan kesedihannya, mereka berfikir dampak yang pasti akan sangat berpengaruh yaitu terutama pada peran mereka dalam keluarga. Pernyataan partisipan tentang perasaan sedih yang mendalam terhadap keputusan amputasi tersebut diungkapkan oleh partisipan berikut ini.

   Nah, aku menjaga juga pikiran ku uyuh segala macam kan bisa naik sampai sekarang normal gulaku…” (Nah, aku menjaga juga pikiran aku ini supaya tidak lelah, yang bisa menyebabkan gula darah bisa naik) (P2).

  …Cemasnya ya..kok begini nasib saya...(P1).

  Tanda dan gejala depresi digambarkan oleh partisipan sebagai bentuk protes terhadap kejadian amputasinya. Partisipan dalam penelitian ini menunjukan perilaku sedih sekali yang menyebabkan yang dihadapi oleh partisipan dalam menghadapi permasalahan sebagai salah satu bentuk respon berduka atas kehilangan anggota tubuh yang dimilikinya. Partisipan yang mengalami amputasi menunjukan perasaan khawatir akan kondisi setelahnya karena sudah tidak mampu bekerja lagi dan berdampak pada kehidupannya. Pernyataan partisipan tentang perasaan khawatir terhadap penyakitnya tersebut diungkapkan oleh partisipan berikut ini.

  … Nah, kalo nya eh sisa dua ja lagi jariku…” (Nah, ternyata sisa dua saja lagi sisa jariku) (P2).

  …Kalau bisa penyakit saya ini diobatin secara biasa saja…(P1). Rasa penyesalan juga dialami oleh partisipan berikut sebagai konsekuensi yang diterima atas keputusan amputasi yang sudah dijalaninya.

  Beberapa partisipan berikut ini mengungkapkan respon banyak berdoa kepada Tuhan atas kejadian yang menimpanya. Menjalankan ibadah ditunjukan dengan perilaku seperti waktu untuk berdoa lebih banyak, mencari petunjuk mengenai kebenaran dan mendekatkan diri pada Tuhan menjadi lebih intensif dibandingkan dengan sebelum mereka amputasi. Hal tersebut diungkapkan oleh partisipan melalui Menerima keadaan (sub-tema 2.2) pernyataan berikut ini: Berbagai tahapan proses yang dilalui partisipan

  sampai dengan tahap penerimaan kondisi barunya tidaklah mudah. Memperoleh banyak dukungan dan …Salah satunya dengan mendekatkan diri kepada Allah kepercayaan diri saya semakin hari menerima simpati dari orang lain merupakan salah satu bentuk proses penerimaaan menghadapi kondisi semakain bertambah… (P1). barunya. Hal tersebut diungkapkan oleh partisipan

  …Berdoa aja (saja) yang terbaik, minta yang terbaik jarku (kata saya) kaya itu nah (seperti melalui pernyataan berikut ini: itu)…(P2).

  …Pas ke kantor, disemangati kawan, pas Beberapa partisipan juga mengungkapkan sikap kemarian dirawat di RS banyak yang datang pasrahnya kepada Tuhan, hal ini menunjukan maelangi, mudahan lakas baik jer…( Saat di

penerimaan terhadap kondisi yang baru dia alami kantor, disemangati teman, pas kemarin di rawat

sebagai konsekuensi dari Tuhan. Partisipan di RS banyak yang datang membesuk, mudahan

  menyatakan perasaan pasrah terhadap keadaan cepat sembuh katanya) (P2). amputasi melalui ungkapan berikut.

  Saat kondisi amputasi, keluarga mencoba untuk beradaptasi dalam perubahan besar akibat perubahan

  …Pasrah menerima keadaan..aja…mungkin ini kondisi tubuh di salah satu keluarga tersebut. sudah menjadi takdir dari tuhan… (P1).

  Perhatian yang diberikan oleh keluarga kepada

  …Tapi aku, jarku iya pasrah aku sudah jarku

  partisipan merupakan bentuk dorongan semangat sudah ampunnya meanu akan kaya ini… (P2). dalam mengahadapi kondisi yang barunya. Hal

  Rasa bersyukur juga diungkapkan oleh seorang tersebut diungkapkan oleh partisipan melalui partisipan berikut ini. Rasa bersyukur dipanjatkan ungkapan berikut ini: dikarenakan masih adanya sisa organ tubuh yang selamat dari amputasi, hal ini membuat rasa syukur.

  …Mudahan Tuhan Selalu melindungi pian (kamu), kata pa ustad allhamdulilah pa jun pian “Ehmm, perasaannya gimana yu lah? Biasa-biasa (kamu) masih diberikan kesempatan oleh Allah… aja pang sudah, kalo nya sudah melihat anu (P4). kekawanan tu pang ada yang habis, syukur ua aku ada 2 …”( emm, bagaimana ya, biasa-biasa saja, kalau melihat kondisi teman berikut sebagai ungkapan yang diberikan. Bentuk rasa yang jarinya sudah habis, syukur alhamdulillah simpatik terhadap kondisi baru yang dialaminya. juga aku masih ada dua jarinya) (P1). Penerimaan simpatik dari orang lain ini merupakan salah satu bagian agar dapat menerima keadaan nya Seorang partisipan mengungkapkan rasa yang baru. bersyukurnya kepada Tuhan terhadap kondisi yang barunya, dikarenakan partisipan menyakini beginilah

  …Nggak usah kasian pa’le begitu cara tuhan untuk membuat masalahnya terselesaikan. katanya…mungkin karena kondisi saya seperti ini mereka ikut prihatin juga…(P1).

  “Saya malah besyukur kepada tuhan…” (P3).

  Motivasi yang kuat (sub-tema 2.3) Seorang partisipan mengungkapkan rasa Setiap orang selalu menggunakan koping, baik

syukurnya dikarenakan tidak lagi merasakan sakit yang adaptif ataupun maladaptif untuk dapat

yang teramat sangat dibandingkan dengan sebelum beradaptasi. Motivasi untuk sembuh dan motivasi

diamputasi.

  kembali ke kondisi normal merupakan beberapa bentuk motivasi yang diungkapkan beberapa partisipan berikut ini

  “Kadada (tidak ada) lagi perasaan apa iya plong ae (lega saja)…”(P4).

  …Penyakit ada obatnya mudah-mudahan sembuh kaya itu, sudah ai, kada ai, sampai sekarang…(Penyakit ada obatnya mudahan cepat sembuh, ya sampai sekarang) (P2).

  Partisipan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap keadaan yang baru, menunjukan respon yang baik dengan mengungkapkan harapan yang realistis terhadap keadaanya dengan bentuk harapan kembali ke kondisi normal. Hal tersebut di ungkapkan oleh partisipan melalui pernyataan berikut ini.

  …Tetap saya tunjukan bahwa saya ini mampu seperti orang pada umumnya… (P1) Harapan yang diungkapkan partisipan diatas merupakan salah satu bentuk cara penyelesaian masalah yang dihadapinya terkait proses penerimaaan kondisi barunya. Mencari dukungan sosial (sub-tema 2.4) Dukungan sebagai salah satu bentuk koping yang diterima partisipan. Dukungan informasi dan dukungan materi teridentifikasi di dalam sub-tema ini. Berikut beberapa pernyataan terkait dukungan sosial yang diterima.

  …Adik-adik, dia ngomong gini "kak cari keterampilan”… (P1).

  Selain kebutuhan untuk merasa aman, pasien yang mengalami amputasi mengidentifikasikan kebutuhan akan informasi sebagai prioritas yang tinggi. Kebutuhan akan apa langkah proses yang akan dijalani kedepannya pada saat itu. Mereka juga perlu mengetahui bagaimana proses kedepannya. Hal tersebut diungkapkan partisipan melalui ungkapan sebagai berikut ini:

  …Semangat lawan tanya-tanya lawan kekawanan… (Semangat dan bertanya-tanya kepada teman-teman)(P2).

  Selain dukungan moral, partsipan dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa ada pihak yang memberikan bantuan berupa materi atau biaya. Partisipan mengungkapkan bahwa ada keluarga yang memberian perhatian yang baik. Hal tersebut diungkapkan oleh partisipan melalui ungkapan berikut ini.

  …Tongkat ini kemaren diberikan oleh hasil pengumpulan dana dari keluarga, kaluarga saya baik semua kepada saya.. (P1). …Kalo duit (uang) pribadi memang habis puluhan juta jua (juga) pang (sih) hitungannya, diluar pribadi…(P2). …Jadi biaya saya dirumah sakit sari mulya hampir kira" 20 juta itu ditanggung semua oleh perusahaan… (P3). …Jadi jar anak minantu ulun sabarataan pian jangan mamikir akan biaya yang pian pikir akan kesehatan ja… (Jadi kata anak menantu saya semuanya, saya jangan memikirkan biaya, yang saya pikirkan hanya kesehatan saja) (P4).

  Dukungan sosial yang diterima merupakan salah satu bentuk respon lingkungan sekitar terhadap rasa ingin membantu kepada partisipan yang menjalani kondisi barunya. Berbagai masalah yang dihadapi partisipan ketika memulai kondisi di kehidupan yang barunya membuat berbagai respon eksternal yang dapat membantu dalam proses koping yang akan dilakukannya.

  KESIMPULAN Respon menerima kondisi amputasi akan dialami pada pasien yang sudah melewat tahapan amputasi, menyesuaikan/adaptasi diri terhadap kondisi yang baru dan dukungan yang diterima. Proses yang dialaminya sangat mempengaruhi hasil terhadap penerimaan kondisi barunya, hal ini juga menentukan koping yang terbentuk pada pasien tersebut, apakah koping adaptif atau maladaptif. Berdasarkan temuan peneliti semua partisipan dapat mengatasinya dan tetap pada koping adaptif sebagai proses yang ditempuh untuk kembali di kehidupan yang normal.

DAFTAR PUSTAKA

  Abernethy, A.

  D. (2000). Psychnoneuroimmunology/Psychoneuroendocrin ology. Spirituality & Medicine Connection, Vol.4, Issu 1. National Institute for Healthcare Research (NIHR).

  Dalam Manajemen Perawatan Diri Penderita DM Tipe 2 Di Kabupaten Jember. pp.1

  ฀: A Review. , 2(2), pp.131 –135.

  Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Widayati, N. (2015). Hambatan Dan Strategi Koping

  Jakarta: Salemba Medika. Suliswati, Payoo T.A., Maruhawa J., Sianturi Y., Sumijatun (2005). Kosep Dasar Keperawatan

  Ester, eds., Jakarta. Sudarma, Momon (2008). Sosiologi Untuk Kesehatan.

  Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. W. Agung & M.

  And Positive Coping Strategies Among Patients With New Limb Amputation. Journal of American Science, 7(9), pp.726

  Tesis. USU Rasmun. (2009). Stres, Koping dan Adaptasi, Jakarta: Sagung Seto. Sebaee, H.A. El & Mohamed, L.A. (2011). Stressors

  Jakarta: Salemba Medika. Patiwi, Haratika (2009). Social Support pada Lansia.

  Fundamentals Of Nursing. Buku 1. Edisi 7.

  Potter, Patricia A, & Perry, Anne G. (2005).

  Negara, C. K. (2017). PENGARUH EKSTRAK KELAKAI (Stenochlaena palustris) TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus). Borneo Journal of Pharmascientech, 1(1).

  Limb Pain ฀: A Longitudinal Study. journal of orthopedics, 3, pp.300 –305. Mitra, A. (2008). Diabetes and Stress

  Margalit, D. et al. (2013). Phantom Fighters ฀: Coping Mechanisms Of Amputee Patients With Phantom

  • –736. Available at: http://www.americanscience.org (Diakses tanggal 6 November 2015).

  ฀: A Qualitative Study On How Adults Experience Lower Limb Amputation. , 26(2), pp.180 –191.

  Buku Ajar: Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Praktik. Edisi 7. Volume 1. Jakarta: EGC. Leal, I. et al. (2011). Beyond The Body Image

  Diabetic Patients After An Amputation In Nabus http://www.goodreads.com/book/show/4599815- health-psychology (Diakses tanggal 6 November 2015). Kozier B., Erb G., Berman A., Snyder S. J., (2011).

  Have A Significant Impact On Selected Psychological Or Social Characteristics Of Patients With Diabetes Mellitus? Journal of diabetes research, p.371938. Available at: http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.f cgi?artid=3984852{&}tool=pmcentrez{&}renderty pe=abstract (Diakses tanggal 6 November 2015). Grech, C. & Debono, R.F. (2014). The Lived Experience Of Persons With An Amputation. , pp.54 –59. Khalif, A., Eid, I. & Zain, W. (2014). Experience Of

  Davidson. (2002). A Survey Of The Satisfaction Of Upper Limb Amputees With Their Prostheses, Their Lifestyles, And Their Abilities. Journal of hand therapy. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11866354 (Diakses tanggal 6 November 2015). Fejfarová, V. et al. (2014). Does The Diabetic Foot

  Burger, H. (2012). Functioning Of Persons Following Lower Limb Amputation – Patients ’ Perspective. medicina fluminensis, 48(4), pp.471 –479.

  Pemberdayaan Keluarga ( Family Empowerment ) Meningkatkan Koping Keluarga Diabetes Militus Tipe-2. jurnal ilmu keperawatan, 1(2), pp.141

  Ardian, I., Index, F.C. & Service, C.N. (2013).

  Andersson, M. & Deighan, F. (2006). Coping Strategies In Cojunction With Amputation. Health and caring sciences, p.23.

  • – 149.
  • –31.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KORELASI PERSONAL FACTOR, PERCEIVED BENEFIT DAN PERCEIVED BARRIER DENGAN PEMBERDAYAAN DIRI PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II BERBASIS TEORI HEALTH PROMOTION MODEL

0 0 12

Kata Kunci :sectio caesarea, leukosit A. PENDAHULUAN - ANALISIS PERBEDAAN KADAR LEUKOSIT DALAM URIN PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DENGAN PERAWATAN KATETER DI BANGSAL MATERNITAS

0 1 11

ABSTRAC Latar belakang - TINGKAT STRES DAN DISMENOREA PADA REMAJA KELAS XI PROGRAM AKSELERASI DAN REGULER DI SMAN 3 SURAKARTA

0 2 13

PENERAPAN METODE E-LEARNING DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH DOKUMENTASI KEBIDANAN (Pada Mahasiswa Kebidanan STIKES ‘Aisyiyah Surakarta) Istiqomah Risa Wahyuningsih STIKES ‘Aisyiyah Surakarta Program Studi Kebidanan

0 0 13

FAKTOR KEPUASAN PASIEN TENTANG MUTU PELAYANAN PERAWATAN PADA PASIEN BEDAH DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Sri Hartutik, Erika Dewi Noor Ratri STIKES Aisyiyah Surakarta Ners_Tuttyyahoo.com ABSTRAK - FAKTOR KEPUASAN PASIEN TENTANG MUTU PELAYANAN PERAWATAN PA

0 0 12

PENDIDIKAN KESEHATAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRA NIKAH YANG BERESIKO KEHAMILAN TAK DIINGINKAN DI SMK DI SURAKARTA Mursudarinah, Siti Fatmawati mursudarinahyahoo.co.id STIKES ‘AISYIYAH Surakarta ABSTRAK - PENDIDIKAN KESEHATAN DAN TINGKA

0 0 9

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN POLA MENYUSUI EKSLUSIF MELALUI KEIKUTSERTAAN DALAM KELOMPOK PENDUKUNG IBU (KP IBU) DI PUSKESMAS NUSUKAN SURAKARTA

0 0 10

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENANGANAN PERTAMA KEJADIAN KEJANG DEMAM PADA ANAK USIA 6 BULAN – 5 TAHUN DI PUSKESMAS (Related Factors With The First Handling Of Febrile Convulsion In Female Children 6 Months - 5 Years In The Health Center)

0 0 9

PERBEDAAN PENGARUH AKTIVITAS LATIHAN AEROBIK RINGAN DAN SEDANG TERHADAP KADAR SITOKIN PROINFLAMASI TUMOR NECROSIS FACTOR (TNF- α) PADA REMAJA (Differences Influence Of light And Medium Aerobic Exercise Activities To Sitokin Titors Projectivity Tumor Necro

0 0 8

KORELASI KEBUTUHAN SPIRITUAL PADA IBU HAMIL DENGAN TINGKAT KECEMASAN INTRAPARTUM (Correlation of Spiritual Needs In Pregnant Woman With Intrapartum Anxiety Rate)

0 0 5