Makalah pengolahan limbah industri sapi

TUGAS MAKALAH
TEKNOLOGI PENANGANAN LIMBAH PETERNAKAN DASAR
Pengolahan Limbah Industri Sapi Perah

Disusunoleh:
LABORATORIUM TEKNOLOGI HASIL IKUTAN DAN LINGKUNGAN
BAGIAN TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013

BAB I
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi, masalah lingkungan, terutama mengenai penanganan
limbah merupakan salah satu aspek penting yang banyak mendapat perhatian
masyarakat Indonesia khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya. Limbah
adalah suatu bahan sisa dari suatu proses produksi atau aktivitas manusia yang sudah
tidak dimanfaatkan lagi. Pada industri pertanian, terutama subsektor peternakan, limbah
menjadi salah satu hal penting yang harus dipikirkan penanggulangannya, karena dapat
menimbulkan berbagai dampak yang tidak dikehendaki. Kegiatan pembangunan

peternakan harus memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya. Dengan adanya
usaha peternakan selain dihasilkan produk peternakan baik berupa daging maupun
susu, juga menghasilkan limbah yang harus dikelola dengan baik. Limbah dari usaha
peternakan dapat berupa padatan dan cairan. Bentuk padatan terdiri dari feses/kotoran
ternak, ternak yang mati, dan isi perut dari hasil pemotongan ternak. Bentuk cairan
terdiri dari urine ternak, air sisa pembersihan ternak maupun air dari sisa pencucian
alat-alat ternak.
Semakin bertambahnya populasi ternak sapi perah seiring dengan semakin
meningkatnya kebutuhan konsumsi susu, akan menghasilkan banyak limbah yang
harus ditangani. Adanya pencemaran lingkungan akibat limbah usaha ternak sapi perah
umumnya mendapat protes dari warga masyarakat yang terkena dampaknya,
umumnya air sungai menjadi kotor, muncul penyakit kulit dan gatal-gatal serta
menimbulkan bau yang tidak sedap. Hal tersebut selaras dengan Juheini (1999) yang
mengemukakan sebanyak 56,67% peternak sapi perah membuang limbah ke badan
sungai

tanpa

pengelolaan,


sehingga

terjadi

pencemaran

lingkungan.

Pengelolaan limbah yang kurang baik akan membawa dampak yang serius pada
lingkungan, sebaliknya jika limbah dikelola dengan baik maka akan memberikan nilai
tambah. Salah satu bentuk pengelolaan limbah yang mudah dilakukan yaitu dengan
diolah menjadi pupuk kompos. Ginting (2007) mengemukakan bahwa kompos adalah
hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa kotoran ternak atau feses, sisa pertanian,
sisa makanan ternak dan sebagainya. Dengan diolahnya limbah peternakan menjadi

kompos akan membawa keuntungan pada peternak dan petani yaitu untuk mengurangi
pencemaran lingkungan dan dapat digunakan sebagai pupuk tanaman pertanian.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka upaya mengatasi limbah ternak yang
selama ini dianggap mengganggu karena menjadi sumber pencemaran lingkungan
perlu ditangani dengan cara yang tepat sehingga dapat memberi manfaat lain berupa

keuntungan ekonomis dari penanganan tersebut. Penanganan limbah ini diperlukan
bukan saja karena tuntutan akan lingkungan yang nyaman tetapi juga karena
pengembangan peternakan mutlak memperhatikan kualitas lingkungan, sehingga
keberadaannya tidak menjadi masalah bagi masyarakat di sekitarnya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. JenisLimbah
Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan
seperti usaha pemeliharaan ternak, rumahpotonghewan, pengolahanprodukternak,
dansebagainya.Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses,
urine, sisamakanan, embrio, kulittelur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi
rumen, dan lain-lain (Sihombing, 2000).Semakin berkembangnya usaha peternakan,
limbah yang dihasilkan semakinmeningkat.
Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantungdari species ternak,
besarusaha, tipeusahadanlantaikandang. Kotoransapi yang terdiridari feces dan urine
merupakanlimbahternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagianbesar manure
dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dandomba.
Umumnyasetiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah menghasilkan 2 kg
limbahpadat (feses), dansetiap kilogram daging sapi menghasilkan 25 kg feses

(Sihombing, 2000).
Air merupakan aspek penting dalam berbagai sector lingkungan.Industry
peternakan menjad isorotan penting yang harusdilakukan penanganan terhadap
pencemaran air di sekitar lingkungan peternakan.Salah satu penyebab terjadinya
pencemaran air adalah air limbah yang dibuang tanpa pengelolaan kedalam badan
air.Menurut PeraturanPemerintah Republik Indonesia nomor 82 tahun 2001, air limbah
adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan yang berwujud cair, air limbah dapat berasal
dari rumah tangga maupun Industri. Air limbah industry umumny aterjadi sebagai akibat
adanya pemakaian air dalam proses produksi. Air limbah ndustri sangat bervariasi
sesuai dengan pemakaiannya di masing-masing industry sehingga dampak yang di
akibatkannya juga sangat bervariasi.(Ricki, 2005).
Pencemaran karena gas metan menyebabkan bau yang tidak enak bagi
lingkungan sekitar. Gas metan (CH4) berasal dari proses pencernaan ternak
ruminansia. Gas metanini adalahsalahsatu gas yang bertanggung jawab terhadap
pemanasan global dan perusakanozon, dengan laju 1 % per tahun dan terus

meningkat. Apalagi di Indonesia, emisimetan per unit pakan atau laju konversi metan
lebih besar Karena kualitas hijauan pakan yang diberikanrendah. Semakin tinggi jumlah
pemberian pakan kualitas rendah, semakin tinggi produksi metan (Suryahadi dkk.,
2002).

2.2. Pengolahan dan Penanganan Limbah
Limbah yang dihasilkan dari usaha penggemukan sapi terdiri dari limbah sisa
pakan, urine sapi dan feses sapi atau secara umum terbagi menjadi dua yaitu limbah
padat dan limbah cair. Limbah padat dari usaha penggemukan sapi potong terutama
feses sapi merupakan limbah terbesar yang dihasilkan dari usaha tersebut. Feses yang
dihasilkan dari seekor sapi potong dewasa rata-rata sebanyak 6 % dari bobot tubuhnya,
jadi jika suatu usaha penggemukan sapi potong mempunyai kapasitas kandang untuk
1000 ekor sapi potong dengan bobot tubuh sapi rata-rata 350 Kg, maka dalam sehari
akan diperoleh feses sebanyak 21 ton (Ginting, 2007).
Limbah peternakan sebagian besar berupa bahan organik. Hal ini menunjukkan
bahwa apabila dikelola dengan cara yang benar dan tepat peruntukkannya, limbah
peternakan masih memiliki nilai sebagai sumberdaya yang potensial bermanfaat. Sejak
dahulu limbah peternakan sudah digunakan oleh petani sebagai bahan sumber pupuk
organik, namun karena pengaruh intensifikasi pertanian, pemanfaatan tersebut kian
berkurang. Selain itu juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi pengolahan limbah
peternakan yang masih belum mampu memenuhi tuntutan kebutuhan petani pada
masa itu. Pengolahan limbah sebagai pupuk masih dilakukan secara konvensional,
yaitu dibiarkan menumpuk dan mengalami proses degradasi secara alami. Teknologi
yang tepat dan benar belum dikembangkan (Ginting, 2007).
Teknik pengomposan merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih untuk

menanggulangi limbah feses sapi potong. Dengan cara ini, biaya operasional relatif
lebih murah dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Selain itu
dengan pengomposan juga dapat memperkaya unsur hara pupuk organik yang
dihasilkan dari pengolahan limbah peternakan tersebut, namun demikian data
mengenai pengomposan yang tepat untuk menangani limbah peternakan, khususnya
limbah sapi potong belum diperoleh informasi yang lengkap (Sihombing, 2002).

Teknik pengomposan merupakan salah satu cara pengolahan limbah yang
memanfaatkan proses biokonversi atau transformasi mikrobial. Biokonversi itu sendiri
adalah proses-proses yang dilakukan oleh mikroorganisme untuk merubah suatu
senyawa atau bahan menjadi produk yang mempunyai struktur kimiawi yang
berhubungan. Proses biokonversi limbah dengan cara pengomposan menghasilkan
pupuk organik yang merupakan hasil degradasi bahan organik. Salah satu indikator
yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah bahan organik limbah sudah
terdegradasi dengan baik adalah perubahan bahan organik limbah menjadi unsur hara,
terutama unsur hara makro, seperti N total, P2O5 dan K2O.
Proses

pengomposan


secara

alamiah

terjadi

sangat

lama,

umumnya

membutuhkan waktu hingga 6 bulan. Waktu pengomposan yang relatif lama
menyebabkan proses pengomposan menjadi kurang efektif dalam penanganan limbah
usaha penggemukan sapi, karena limbah yang dihasilkan terus terakumulasi setiap
hari. Teknik pengomposan dapat dikembangkan dengan cara menambahkan inokulan
tertentu kedalam limbah peternakan, sehingga prosesnya terjadi lebih cepat. Cara lain
adalah dengan memanfaatkan limbah tersebut untuk kehidupan organisma tertentu
secara langsung, sebagai media hidup ataupun sebagai sumber kebutuhan pakannya.
Tabel 1. Kadar N, P dan K dalam Pupuk Kandang dari Beberapa JenisTernak

Kandungan (%)
JenisPupukKandang
N

P2O5

K2O

KotoranSapi

0.6

0.3

0.1

KotoranKuda

0.4


0.3

0.3

KotoranKambing

0.5

0.3

0.2

KotoranAyam

1.6

0.5

0.2


KotoranItik

1.0

1.4

0.6

Sumber : Nurhasanah, Widodo, Asari, dan Rahmarestia, 2006

Permasalahan limbah ternak, khususnya manure dapat diatasi dengan
memanfaatkan

menjadi

bahan

yang

memiliki


nilai

yang

lebih

tinggi.Salah

satubentukpengolahan yang dapatdilakukan adalah menggunakan limbahtersebut
sebagai bahan masukan untuk menghasilkan b ahan bakar gasbio. Kotoran ternak
ruminansia

sangat

baik

untuk

digunakan

sebagai

bahan

dasar

pembuatan

biogas.Ternak ruminansia mempunyai sistem pencernaan khusus yang menggunakan
mikroorganisme dalam system pencernaannya yang berfungsi untuk mencerna selulosa
dan lignin dari rumput atau hijauan berserat tinggi. Oleh karenaitupadatinja ternak
ruminansia, khususnya sapi mempunyai kandungan selulosa yang cukup tinggi.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa tinja sapi mengandung 22.59% sellulosa,
18.32% hemi-sellulosa, 10.20% lignin, 34.72% total karbonorganik, 1.26% total
nitrogen, 27.56:1 ratio C:N, 0.73% P, dan 0.68% K .
Gasbio adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yang
merupakan hasil fermentasi dari bahanorganik dalam kondisianaerob, dan gas yang
dominanadalah gas metan (CH4) dan gas karbondioksida (CO 2) (Simamora,
1989).Gasbio memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu kisaran 4800-6700 kkal/m 3,
untuk gas metan murni (100 %) mempunyai nilai kalor 8900 kkal/m 3.Produksigas bio
sebanyak 1275-4318 I dapat digunakan untuk memasak, penerangan, menyeterika dan
mejalankan lemari es untuk keluarga yang berjumlah lima orang per hari (Sihombing,
2002).
Pembentukan gas bio dilakukan oleh mikroba pada situasi anaerob, yang meliput
itiga tahap, yaitu tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap metanogenik.Padat
ahap hidrolisis terjadi pelarutan bahan-bahan organik mudah larut dan pencernaan
bahan organik yang komplek menjadi sederhana, perubahanstrukturbentuk primer
menjadi

bentuk

monomer.

Pada

tahap

pengasaman

komponen

monomer

(gulasederhana) yang terbentukpadatahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi
bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari gula-gulas ederhana pada tahap iniakan
dihasilkan asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas
karbondioksida, hydrogen dan amoniak (Sihombing, 2002).
Model pemroses gas bio yang banyak digunakan adalah model yang
dikenalsebagai fixed-dome. Model inibanyakdigunakan karenausiapakainya yang lama

dan daya tampungnya yang cukupbesar. Meskipun biayapembuatannya memerlukan
biayayang cukup besar. Untuk mengatasi mahalnya pembangunan pemroses biogas
dengan model feixed-dome, tersebut sebuah perusahaan di Jawa Tengah bekerjasama
dengan Balai Pengkajian dan PenerapanTeknolgi Ungaran mengembangkan model
yang lebihkeciluntuk 4-5 ekorternak, yang siap pakai, dan lebih murah karenaberbahan
plastic yang dipendam di dalam tanah.Padaperdesaan, gasbio dapat digunakan untuk
keperluan penerangan dan memasak sehingga dapat mengurangi ketergantungan
kepada minyak tanah ataupun listrik dan kayu bakar.Bahkan jika dimodifikasi dengan
peralatan yang memadai, biogas juga dapat untuk menggerakkan mesin.
Penanganan limbah cair yaitu urine jika akan dibuang ke lingkungan luar
sebaiknya dilakuakan proses terlebih dahulu agar kondisi limbah cair tersebut lebih
stabil dan tiadk merusak lingkungan sekitar. Menurut jurnal Perbaikan Kualitas Limbah
Cair Peternakan Sapi Perah Oleh Spirulina sp.(Dadan dkk., 2011), Pemanfaatan
bioakuatik untuk mengurangi kandungan limbah organik saat ini telah berkembang
pesat. Limbah cair dari kegiatan peternakan sapi perah diketahui kaya akan kandungan
organik dan nilai COD dan BOD nya tinggi. Telah dilakukan penelitian mengenai
kelayakan mikrolaga Spirulina sp. dalam pengolahan limbah cair dari peternakan sapi
perah. Evaluasi dilakukan melalui metode eksperimen di rumah kaca (closed system)
terhadap parameter populasi Spirulina sp., nilai pH, COD, BOD dan NO3. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa mikroalga Spirulina sp. mampu menurunkan nilai BOD,
COD dan NO3 sampai dengan 93,0 %, 92,5 % dan 54,79% dan meningkatkan nilai pH
sampai netral.

Salah satu pengananan limbah dengan teknologi tersebut dapat

menambah kestabilan kondisi limbah dan aman dari nilai BOD dan COD yang diketahui
semakin tinggi angka tersebut semakin buruk kualitas limbah bagi lingkungan.

BAB III
KESIMPULAN
Sapi perah selain menghasilkan susu sebagai main product , tetapi sapi
perah juga menghasilkan beberapa jenis limbah yang dapat merugikan lingkungan jika
tidak dikelola dan diolah dengan baik. Limbah ternak juga dapat bersifat ekonomis
seiring perkembangan teknologi dan isu global warming. Berbagai macam pengolahan
limbah dapat bermanfaat bagi lingkungan dan demi keselarasan kehidupan di alam
sekitar dengan pesatnya pertumbuhan penduduk yang memerlukan tempat hidup yang
nyaman tanpa adanya gangguan polusi dari limbah yang dihasilkan.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Ginting, N. 2007. Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan. Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
Sihombing D T H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan.
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian
Bogor
Soehadji, 1992. Kebijakan Pemerintah dalam Industri Peternakan dan Penanganan
Limbah Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian.
Jakarta.
Soeharsono, 2002. Anthrax Sporadik, Tak Perlu Panik. Dalam kompas, 12
September2002,http://www.kompas.com/kompascetak/0209/12/iptek/anth29.
htm
Sumiarsa, Dadan, dkk., 2011.

Perbaikan Kualitas Limbah Cair Peternakan Sapi

Perah Oleh Spirulina sp. . Jurnal Akuatika Vol. 2, no. 2, September 2011:
0853-2532.