TUGAS AKHIR SOSIOLOGI EKONOMI .docx

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Etnis Tionghoa atau etnis Cina yang berada di Indonesia memang
merupakan suku bangsa perantau yang telah beraabad-abad lamanya yang
telah berinteraksi drngansuku bangsa lain. Etnis Tionghoa bahkan telah hidup
membaur baik dalam mennjalankan aktivitas yang berhubungan dengan
kebudayaan. Masyarakat Tionghoa selalu diidentifikasikan sebgai pedagang
atau wirausahawan. Orang Tionghoa yang berada di Indonesia, sebenarnya
tidak merupakan satu kelompak yang berasal dari satu daerah di negara Cina,
tetapi terdiri dari beberapa suku bangsa yang berasal dari dua provinsi yaitu
Fukien dan Kwangtung, yang sangat terpencar daerah-daerahnya. Setipa
imigran Cina ke Indonesia membawa kebudayaan suku bangsanya sendirisendiri bersama dengan perbedaan bahasanya yaitu, Hokkien, Teo-Chiu, dan
Hakka.(Vasanty dalam Yulianti, )
Para imigran Tionghoa terbesar di Indonesia mulai abad ke-16 sampai
kira-kira pertengahan abad ke-19, yaitu suku bangsa Hokkienyang berasal dari
provinsi Fukien dari bagian selatan. Daerah itu merupakan daerah yang sangat
penting dalam pertumbuhan perdagangan orang-orang Cina ke seberang
lautan. Kepandaian berwirausaha yang ada di dalam kebudayaan suku bangsa

Hokkien memang telah terendap berabad-abad lamanya dan masih tampak
jelas pada orang Tionghoa di Indonesia, karena etnis Tionghoa tersebut
memiliki kemampuan dan keterampilan dalam hal berwirausaha.(Vasanty
dalam Yulianti, )
Etnis Tinghoa merupakan populasi terbesar di dunia saat ini, dan secara
tradisional merupakan pemilik usaha yang berhasil di belahan bumi manapun.
Banyak sekali kajian yang dilakukan untuk menilai mengapa wirausaha
Tionghoa memperoleh suksek. Bisnis Usaha Tionghoa di Asia diperkirakan
mencapai 80 persen perusahaan, baik yang berskala menengah samapi skala
besar. Hampir setiap bidang usaha yang dimiliki individu dengan etnis

Tionghoa berjalan dengan baik dan sukses. Seorang wirausaha etnis Tionghoa
tersebut memiliki karakteristik personal, gaya manajerial sertaa nilai-nilai
sosial dan kultural yang memberikan kontribusi kepada wirausaha Tiongho
secara umum.(Nasir,2008)
Secara umum wirausaha keturunan Tionghoa memiliki empat karakteristik
dan nilai lebih baik daripada wirausaha pribumi. Keempat karakteristik dan
nilai lebih ini adalah sifat pantang menyerah, berani mengambil resiko,
kecepatan dan fleskibilitas seta kemampuan keluarga sebagai lahan mendidik
anak-anaknya menjadi wirausaha.(Liao,2001)

Selain itu orang Tionghoa yang selalu identitikkan dengan sebagai
pedagang atau pengusaha, dalam menjalankan usahanya tersebut seorang
pengusaha harus mempunyai modal sosial yang dilakukan. Adapun modal
sosialnya ini bergunan sebagai penunjang berjalannya usaha atau bisnis yang
sedang dijalankan. Modal sosial juga menjadi sangat pentingusaha ekonomi
akan sukses tidak hanya berbekal modal secara finansial saja, namun juga
perlu faktor pendudukung seperti sumber daya manusia dan modal sosial.
Modal sosial awalnya dipahami sebagai bentuk dimana masyarakat menaruh
kepercayaan terhadap individu atau kelompok di dalamnya.
Modal sosial berperan sebagai perekat yang mengikat semua orang dalam
masyarakat. Agar modal sosial tumbuh baik dibutuhkan adanya saling berbagi
(share values) serta pengorganisasian peran (rules) yang diekspresikan dalam
hubungan personal (personal relationships), kepercayaan (trust),

common

sense tentang tanggung jawab bersama, sehingga masyarakat menjadi lebih
dari sekumpulan individu belaka.(Syahyuti, 2010). Modal sosial tersebut
mengacu pada aspek-aspek utama organisasi sosial seperti kepercayaan (trust)
norma-norma (norms), jejaring (networks), yang mampu menggerakkan

partisipasi anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Dari uraian diatas, penulis berkeinginan untuk meneliti dan mengetahui lebih
lanjut mengenai modal sosial yang dapat menjadi suatu upaya untuk
mengembangkan usaha bisnis emas yang terdapat pada pengusaha emas etnis
Tionghoa yang ada di Jombang.

1.2.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana modal sosial dalam mengembangkan bisnis pengusaha emas
etnis Tionghoa di Jombang?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui peran modal sosial dalam mengembangkan bisnis
pengusaha emas etnis Tionghoa.
1.4. Manfaat
1. Manfaat Teoritik
a. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan teori yang sudah ada
sebelumnya dan sudah dipelajari khusunya di program studi sosiologi.
b. Dapat memberikan gambaran dan penjelasan tentang modal sosial

yang dilakukan oleh pengusaha etnis Tionghoa sebagai upaya untuk
mengembangkan bisnis emas di daerah jombang.
2. Manfaat Praktis
a. Menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori
2.1.1. Modal Sosial
Piere Bourdie(dalam Damsar,2009) mendefinisikan kapital sosial sebagai
“sumberdaya aktual dan potensial yang dimiliki oleh seseorang berasal dari
jaringan yang terlembaga serta berlangsung tetus menerus dalm bentuk pengakuan
dan perkenalan timbal balik(dengan kata lain, keanggotaan dalam kelompok
sosial) yang memberikan kepada anggotanya berbagai bentuk dukungan kolektif).
Sementara Alenjandro Portes (dalam Damsar,2009) membatasi kapital
sosial sebagai “kemampuan individu-individu untuk mengatur sumber-sumber
langka berdasarkan keeaanggotaan mereka dalam jaringan atau struktur sosial
yang lebih luas”. Sumber-sumber langka tersebut dapat bersifat nyata secara
ekonomi seperti potongan harga dan utang bebas bunga, atau tidak nyata seperti

informasi tentang kondisi bisnis.
Sedangkan seorang ilmuwan politik Robert Putnam (dalam Damsar, 2009)
memberi definisi kapital sosial sebagaio “jaringan-jaringan, nilai-nilai, dan
kepercayaan yang timbul diantara para anggota perkumpulan, yang memfasilitasi
koordinasi dan kerjasama untuk manfaat bersama.”
Lain lagi definisi seseorang sosiolog lain bernama Jonathan H.Turner
(dalam Damsar,2009) berpendapat bahwa kapital sosial menunjukkan pada
kekuatan-kekuatan yang menungkatkan potensi untuk perkembangan ekonomi
dalam suatu masyarakat dengan menciptakan dan mempertahankan hubungan
sosial dan pola organisasi sosial.
Dari berbagai definisi diatas dapat dsimpulkan bahwa kapital sosial
merupakan investasi sosial, yang meliputi sumber daya sosial seperti jaringan,

kepercayaan, nilai ddan norma serta kekuatan menggerakkan, dalam struktur
hubungan sosial untuk mencapai tujuan individual dan/ataau kelompok secara
efesien dan efektif dengan kapaital lainnya.(Damsar,2009).
Jaringan sosial merupakan salah satu unsur dari modal sosial, dimana
jaringan digunakan sebagai sumber daya untuk mendapatkan sesuatu dalam
lingkungan sosialnya melalui hubungan sosial. Jaringan memiliki peran penting
dalam modal sosial yang dimiliki seseorang.

Analisis

jaringan

juga

mengatakan

bahwasanya

individu

dapat

memanipulasi jaringan untuk mencapai tujuan tertentu. Individu mencari dan
membuat jaringan dengan individu lain adalah untuk mencapai tujuan tertentu.
Jaringan ini digunakan sebagai saluran untuk mendapatkan sesuatu entah itu
berupa barang ataupun jasa dari individu lain. Tidak hanya individu yang dapat
memanipulasi jaringan yang dia miliki, namun juga jaringan dapat berdampak
atau memanipulasi perilaku seseorang yang ada


dalam suatu komunitas

(Granovetter dalam Wibowo, 2012).
Sementara itu kepercayaan merupakan keyakinan akan realibitas seseorang
atau sistem, terkait dengan berbagai hasil atau peristiwa, dimana keyakinan itu
mengekspresikan suatui iman (faith) terhadap integritas atau cinta kasih orang
lain, atau terhadap ketepatan prinsip abstrak (pengetahuan tehnis). (Damsar,2009)
Nilai disini dibagi menjadi dua yaitu jolai resiprositas dan nilai tanggung
jawab. Resiprositas menunjuk pada gerakan diantar kelompok-kelompok simetris
yang saling berhubung. Ini terjadi apabila hubungan timbal balik antar individuindividu atau anatara kelompok-kelompok sering dilakukan. Hubungan bersifat
simetris terjadi apabila hubungan antara berbagai pihak memiliki posisi dan
peranan yang relatif sama dalam suatu proses pertukaran. Sedangkan nilai
tanggung jawab merupakan salah satu nilai yang diagungkan dalam banyak
masyarakat dunia. Nilai taanggung jawab dalam aktivitas bisnis , berkaitan
dengan nilai kepercayaan. Pertanggung jawaban seseorang terhadapo segala

konsekuensi dari suatu tindakan bisnis yang dilakukannya dapat mempertahankan
bahkan meniungkatkan kepercayaan orang lain.(Damsar,2009)
Norma, sebagai sumber daya terakhir, dipahami sebagai aturan main bersama

yang menuntun perilaku seseorang. Norma memberikan kita suatu cara dimana
kita mengorientasikan diri kita terhadap orang lain. Norma menuntun kita dala,m
melakukan definisi situasi.(Damsar,2009)
2.2. Kerangka Konseptual
2.2.1. Bisnis Emas
Emas dalah salah satu bentuk perhiasan yang memiliki nilai jual yang
cukup tinggi. Emas biasanya digunakan untuk mmerintah tubuh atau sebagai
bentuk investasi kekayaan. Emas perhiasan adalah emas yang dilebur dan
dicampur dengan logam lain, kemudian dibentuk menjadi cincin, gelang, anting,
dan lain-lain.harha emas biasanya ditentukan oleh bebrapa macam faktor, anatar
lain warna, kadar emas, dan bentuk perhiasan. Bisnis emas berati suatu usaha
untuk memperjualbelikan emas perhiasan.(Salim,2011)
2.2.2. Etnis Tionghoa
Etnis Tionghoa atau etnis Cina yaang berada di Indonesia memang
merupakan suku bangsa perantau yang telah beraabad-abad lamanya yang telah
berinteraksi drngansuku bangsa lain. Etnis Tionghoa bahkan telah hidup membaur
baik dalam mennjalankan aktivitas yang berhubungan dengan kebudayaan.
Masyarakat

Tionghoa


selalu

diidentifikasikan

sebgai

pedagang

atau

wirausahawan. Orang Tionghoa yang berada di Indonesia, sebenarnya tidak
merupakan satu kelompak yang berasal dari satu daerah di negara Cina, tetapi
terdiri dari beberapa suku bangsa yang berasal dari dua provinsi yaitu Fukien dan
Kwangtung, yang sangat terpencar daerah-daerahnya. Setipa imigran Cina ke
Indonesia membawa kebudayaan suku bangsanya sendiri-sendiri bersama dengan
perbedaan bahasanya yaitu, Hokkien, Teo-Chiu, dan Hakka.(Vasanty dalam
Yulianti, )

Etnis Tionghoa menurut Suryadinata (2000:17) merupakan etnis keturunan

Cina yang di Indonesia bukan merupakan minoritas homogen. Etnis Tionghoa
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah para pengusaha toko emas dari etnis
Tionghoa yang ada di jombang.
2.3.

Penelitian Yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan dengan peneliti lakukan adalah skripsi

dari Ichsan Pramatiya, Mahasiswa Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik Universitas Maritim Raha Ali Haji Tanjung Pinang. Yang berjudul
“Modal Sosial Pedagang Kaki Lima di Jalan Gambir Tanjung Pinang.
Dalam penelitian yang dilakuak oleh Ichsan ini membahas tentang modal
sosial yang diguanak

para pedagang kaki lima di Jalan Gambir dalam

mempertahankan usahanya. Serta adanya kerjasama dengan pihak-pihak yang lain
sebagai faktor pndukung untuk mempertahankan usaha penjual sayur di Jalan
Gambir Tanjung Pinang.
Adapun persamaan dari penelitian yang dilakukan oleh Ichsan dan penulis

terletak pada tehnik analisis data yang menggunakan studi kasus, dan tehnik
pengambilan informan, serta kajiaan teori yang digunakan yang sama-sama
mengambil modal sosial sebagai gfaktor penunjang mengembangkan dan
mempertahankan usaha atau bisnis. Sedangkan perbedaannya adalah terletak pada
subyek yang dituju dimana dalam penelitian ichsan mengambil saubyek yaitu
pedagang kaki lima di Jalan Gambir Tanjung Pinang, sedangkan penulis
mengambil subyek pengusaha emas etnis tionghoa di Jombang.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode
penelitian kualitatif adalaah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivism, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, tehnik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi. Metode penelitian kualitatif ini sering juga disebut
metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang
alamiah (natural setting), disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada
awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi
budaya.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang merumuskan
perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Subyek yang diselidiki
terdiri dari satu unit atau satu kesatuan unit yang dipandang sebagai kasus. Karena
sifat yang mendalam dan mendetail itu, studi kasus umumnya menghasilkan
gambaran yang longitudinal, yakni hasil pengumpulan dan analisa data kasus
dalam satu jangka waktu. Kasus dapat terbatas pada satu orang, satu lembaga, satu
keluarga, satu peristiwa atau satu kelompok manusia, yang dipandang sebagai satu
kesatuan dalam hal itu, segala aspek kasus tersebut mendapat perhatian
sepenuhnya dari peneliti.
3.2. Tehnik Penentuan Informan
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan, peneliti menggunakan
tehnik pengambilan sampel Purposive Sampling. Purposive sampling adalah
tehnik pengambilan atau penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
(Sugiyono,2014). Hal ini dikarenakan peneliti hanya memfokuskan pada para

penyanyi dangdut yang telah mengalami pelecehan seksual baik yang bersifat
verbal maupun non verbal. Sehingga sampel yang telah ditentukan ini dilakukan
agar

peneliti dalam melakukan penelitian tidak terjadi keracuan dalam

memperoleh data.
Dalam pengambilan sampel purposive sampling tidak ada kriteria baku
mengenai berapa jumlah responden yang harus diwawancarai. Sebagai aturan
umum, peneliti berhenti melakukan wawancara sampai data menjadi jenuh.
Artinya, peneliti menemukan aspek baru dalam fenomena yang diteliti. Dengan
kata lain, sebagaimana ditegaskan et al. Peneliti berhenti mewancarai, hingga
mereka bertindak dan berpikit sebagai anggota-anggota kelompok yang sedang
diteliti. (Mulyana, 2013)
3.3. Tehnik pengambilan Data.
Sugiyono (2014) Tehnik dalam pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan metode sebagai berikut :
3.3.1

Observasi
Observasi adalah sebuah aktivitas yang dilakukan individu atau kelompok
terhadap suatu obyek yang diteliti guna untuk mengetahui dan memahami
obyek

tersebut

yang

mana

sudah

diketahui

sebelumnya

untuk

mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan
penelitian.
Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis observasi terus
terang atau tersamar, dimana peneliti dalam melakukan pengupulan data
menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang
melakukan penelitian. Jadi informan mengetahui sejak awal sampai akhir
tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus
terang atau tersamar dalm observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu
data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.
3.2.2 Wawancara
Wawancara adalah suatu proses tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti
dengan responden atau obyek yang diteliti guna mendapatkan informasi

untuk memperkuat penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan jenis wawancara tidak terstruktur (unstructured interview),
dimana wawancara yang peneliti lakukan bersifat bebas dan tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis
dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan.
Dalam wawancara tidak tersruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti
data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak
mendengarkan apa yang akan diceritakan oleh informan. Berdasarkan
analisis terhadap setiap jawaban dari informan tersebut, maka peneliti
dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada
suatu tujuan.
4.3. Tehnik Analisis Data.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tehnik analisis data
Triangualasi. Menurut Sugiyono (2014), tehnik analisis triangulasi diartikan
sebagai tehnik analisis data yang bersifat menggabungkan dari berbagai tehnik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Selain itu triangulasi dalam
pengujian kredibilitas ini diarikan juga sebagai pengecekan data dari berbagai
sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Menurut Sugiyono ada tiga
macam triangulasi.
-

Triangulasi Sumber, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

-

Triangulasi Tehnik, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan tehnik yang berbeda.

-

Triangulasi Waktu, waktu juga mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan tehnik wawancara di pagi hari pada saat narasumber
masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang data
yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka

pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan dengan wawancara, observasi, atau tehnik lain dalam waktu
atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilakan data yang berbeda,
maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan
kepastian datanya.
Sedangkan menurut Norman K. Denkin dalam Moleong (2008),
mengungkapkan bahwa ada empat konsep atau tipe dasar triangulasi, antara lain :
-

Triangulasi Metode, dilakukan dengan cara membandingkan informasi
atau data dengan cara yang berbeda. Sebagamana dikenal, delam
penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, observasi
dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan
gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa
menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Atau
peneliti menggunakan wawancara dan observasi atau pengamatan untuk
mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan
informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.
melalui pers[ektif atau pandangan diharapkan diperoleh hasil yang
mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi dalam tahap ini dilakukan
jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informasi
penelitian diragukan kebenarannya. Dengan demikian, jika data itu sudah
jelas, triangulasi tidak perlu dilakukan. Namun demikian, triangulasi aspek
lainnya tetap dilakukan.

-

Triangulasi antar-peneliti, dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari
satu orang dalam pengumpulan analisis data. Tehnik ini diakui diperkaya
khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek
penelitian. Tetapi perlu diperhatikan bahwa orang yang diajak menggali
data harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari
konflik kepentingan agar tidak merugikan peneliti dan melahirkan bias
baru dari triangulasi.

-

Triangulasi sumber data, menggali kebenaran informasi tertentu melalui
berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya selain melalui
wawancara dan observasi, peneliti bisa mengunakan observasi partisipan,
dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, cacatan resmi, catatan atau
tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu akan
menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan
memberikan pandangan yang berbeda pula mengenai fenomena yang
diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan
untuk memperoleh kebenaran handal.

-

Triangulasi teori, hasil akhir enelitian kualitatif berupa sebuag rumusan
informasi

atau

thesis

statement.

Informasi

tersebut

selanjutnya

dibandingakn dengan perspektif teori yang relevan untuk menghindari bias
individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain
itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan
peneliti mampu menggali pengetahuan teoritik secara mendalam atas hasil
analisi data yang diperoleh. Diakui tahap ini paling sulit sebab peneliti
dituntut memiliki expert judgement kerika membandingkan temuannya
dengan perspektif tertentu, lebih-lebih jika perbandingan menunjukkan
hasil yang jauh berbeda.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian di daerah Jombaang. Jombang sendiri
terletak diantara kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Nganjuk, dimana penduduk
jombang sendiri tidak murni asli jombang, melainkan banyak juga yang hasil dari
imigrasi. Selain itu kabupaten jombang sendiri masyarakatnya terdiri dari
berbagai macam agama, diantaranya islam, kristen, katolik, dan tionghoa. Dimana
mereka sattu sama lain berinterasksi seprtio layaknya masyarakat pada umumnya.
Di jombang sendiri orang Tionghoa selalu identik dengan bekerja sebagao
pedagang baik dari pedagang sektor kecil samapi besar. Salah satunya membuka
usaha atau bisnis toko perhiasan emas. Dimana toko emas selau berada tidak jauh
dari kawasan pasar tradisional. Disini penulis melihat dalam dua tempat yaitu
pasar cukir dan pasar legi di daerah jombang. Disana terlihat banyak sekali
pengusaha toko perhiasan emas yang hampir mayoritas pemiliknya adalah orang
dari eynis Tionghoa.
4.2. Sejarah Pendirian Bisnis Toko Emas.
Disini penulis megambil dua toko perhiasan emas yang ada di derah jombang,
yaitu toko perhiasan “Sumber Rezeki” yang berada di kawasan Pasar Tradisional
Di Desa Cukir Kecamatan Diwek Kabaten Jombang dan Toko perhiasana Emas
“Kencana Putera” yang berada di kawasan Pasar Legi di Kabupaten Jombang.
Toko emas “Sumber Rezeki” yang berada di pasar tradisional di desa cukir
kecamatan diwek kabupaten jombang berdiri sejak 1985 yang memang usahanya
sudah dirintis secara turun temurun dan dalam ssitem keuarganya hampir
berprofesi sebagai seorang penguasaha. Sehingga daari kecil sudah diajarkan oleh
keluarganya untuk berwirausaha. Adapun pemilik usaha Toko Perhiasan “Sumber
Rezeki” ini adalah Bapak Hariyono Sie, dimana beliau memang dari keturunan

Etnis Tionghoa yang membuka usaha sebagai pengusaha perhiasan toko emas di
daerah Pasar tradisional Di Desa Cukir Kecamatan Diwek akabupaten jombang.
Dalam sejarahnya memang usaha ini didirikan karena kebutuhan masayakat akan
perlunya bentuk kebutuhan primer dalam masyakarat sehingga menjadi suatu
peluang bagi penguasaha khususnya bapak hariyono untuk membuka usaha.
Toko emas Perhiasan “Kencana Putera” didaerah pasar Legi Jombang. Adapun
Bisnis ini didrikan sejak tahun 2010 oleh Bapak Ivan yang kebetulan juga
pengusaha keturunan Tionghoa. Dimana beliau dalam mendirikan usahanya di
bantu oleh orang tuanyanya yaitu ayahnya yang memang kebetulan juga
penguasaha toko emas “Gincang” yang letaknya tidak jaug dari Toko “Kecana
Putera” ini. selain itu ada faktor kekeluargaan dimana hampir semua keluarganya
juga berprofesi sebagai pengusaha. Selama ini usahanya memang masih dibawah
pengarih dari orang tuanya tapi tidak membuat beliau terus untuk mengembagkan
bisnisnya tersebut.
4.3. Peran Modal Sosial dalam Mengembangkan Bisnis Toko Emas.
Etnis Tionghoa atau etnis Cina yang berada di Indonesia memang
merupakan suku bangsa perantau yang telah beraabad-abad lamanya yang telah
berinteraksi dengan suku bangsa lain. Etnis Tionghoa bahkan telah hidup
membaur baik dalam mennjalankan aktivitas yang berhubungan dengan
kebudayaan. Masyarakat Tionghoa selalu diidentifikasikan sebgai pedagang atau
wirausahawan. Orang Tionghoa yang berada di Indonesia, sebenarnya tidak
merupakan satu kelompak yang berasal dari satu daerah di negara Cina, tetapi
terdiri dari beberapa suku bangsa yang berasal dari dua provinsi yaitu Fukien dan
Kwangtung, yang sangat terpencar daerah-daerahnya. Setipa imigran Cina ke
Indonesia membawa kebudayaan suku bangsanya sendiri-sendiri bersama dengan
perbedaan bahasanya yaitu, Hokkien, Teo-Chiu, dan Hakka.(Vasanty dalam
Yulianti, )
Dari pernyataan diatas dapat dijelaskan bahwa mayoritas etnis Tionghoa
diidentik dan dikenal sebagai pedagang atau seorang wirausaha baik dari sektor

kecil sampai sektot besar. Selain itu dilihat dari tingkat keuletan dan tidak
gampang mnyerah menjadio salah satu faktor yang selalu diutamkan dalam
menjalankan suatu bisnis. Hal ini juga ada pengaruh yang sangat besar dari pihak
keluarga yang memang selalu memberikan pelajaran cara berwirausaha sebagai
mana yang

di jelasakna oleh informan pertama kita pak Hariyono sebagai

berikut.
“ee ada sih, di surabaya, adik saya. Di bangkalan ada. Toko ini, toko
bangunan.”
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bukan hanya pak hariyono saja
yang menjadi pengusaha tapi adiknya juga mebuka usaha, tetapi tidak sebagai
peengusaha perhiasan emas melainkan toko usaha bangunan yang ada di daerah
bangkan madura. hal ini juga disampikan oleh pak ivan sebagai informan kedua
penulis sebagai berikut.
“ya modalnya ya dari bapak. Iya kan ini dibukakan sama bapak,”
Hal tersebut juga menjelaskan bahwa dalam usaha yang dilakukan oleh orang
Tionghoa tidak jauh-jauh dari pengaruh keluarganya. hal tersebut juga di tambahi
dengan pernyataan sebagai berikut.
“kalau masalah kerjasama ya atau jaringan toko lain masih dalam cabang
mbak, kan bapak punya tiga cabang toko gincang bapak, kencana putera
saya, dan toko kencanan wungu.”
Dari penjelasan kedua indforman tersebut hampir modalnya dari faktor
kultur dan bantuan dari bank. Hal ini menjadi suatu labeling bahwa oraang
Tionghoa itu sebagai seorang pedagang.
Piere Bourdie(dalam Damsar,2009) mendefinisikan kapital sosial sebagai
“sumberdaya aktual dan potensial yang dimiliki oleh seseorang berasal dari
jaringan yang terlembaga serta berlangsung tetus menerus dalm bentuk pengakuan
dan perkenalan timbal balik(dengan kata lain, keanggotaan dalam kelompok
sosial) yang memberikan kepada anggotanya berbagai bentuk dukungan kolektif).

Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa sumber daya aktual dan
potensi yang dimiliki oleh penguasaha emas tionghoa yaitu sumber daya dari
keturunan atau orang tuanya yang sudah dijelaskan dalam kutipanm wawncara
diatas oleh kedua informan. Selain itu adanya

jaringan yang dimiliki oleh

pengusaha dengan pihak-pihan yang berkaitan dengn bisnisnya tersebut dan
adanya hubungan timbal balik yang diperoleh. Seperti dalam kutipan informan
perytama sebagai berikut.
“dari pabrik, dari pabrik sales, bukan kita yang ke pabrik. Kalau kita yang
ke pabrik, jarang, jarang banget . biasanya he.em sales. Kita biasanya
salaes. Jarang kalau kita ke pabrik, itu jarang ada. Biasanya lewat konter..”
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa jaringan yang dilakukan oleh
pengusaha emas dilakukan dengan pabrik dan pabrik melakuakn perantara melalui
sales yang akan mengantarkan ke toko-toko. Hal ini akan menjadi suatu jaraingan
yang begubungan, dimana didalamnya ada hubungna timaban balik

yang

dilakukan antara pengusaha toko emas dengan sales. Dimana pengusaha toko
emas memperoleh barang yang diperlukan dan sales memperoleh sejumlah uang
yang dihasilkan dari oenjualan ke pengusaha toko emas. Hal ini akan terjadi
selama hubungan ini terus belangsung.
Analisis

jaringan

juga

mengatakan

bahwasanya

individu

dapat

memanipulasi jaringan untuk mencapai tujuan tertentu. Individu mencari dan
membuat jaringan dengan individu lain adalah untuk mencapai tujuan tertentu.
Jaringan ini digunakan sebagai saluran untuk mendapatkan sesuatu entah itu
berupa barang ataupun jasa dari individu lain. Tidak hanya individu yang dapat
memanipulasi jaringan yang dia miliki, namun juga jaringan dapat berdampak
atau memanipulasi perilaku seseorang yang ada

dalam suatu komunitas

(Granovetter dalam Wibowo, 2012).
Dari penjelasan diatasn dapat kita hubungkan dengan kutipan dari infoman kedua
penulis sebagai berikut.

“oh kita gak gitu gita pakek holdsaler, kita itu ini pabrik satu, pabrik dua,
nah, terus ada holdsaler. Holdsaler, holdsaler ini, holdsaler ke ke toko-toko. Jadi
ngambilnya itu gak pariknya satu.”
Dari informan keedua juga dijelaskan bahwa jaringan yang dibangun juga
terdapat pada sales atau biasanya yang disebut Hold Sales dimana keduanya juga
memiliki hubungan timbal balik dimana afdda tujuan tertentu untuk melakukan
jringan tersebut. pengusaha yang meebeutuhkan barang berupa emas ddan
holdsales sebagai pengantar atau penjual mendapat uang sebagai imbalanya jadi
keduanya sama-sama diuntungkan. Selain itu ada sstem kepercayan yang
dibangun baik adari pihak holdsaler dan pelanggan. Diamana pelanggan akan
dikasi sebuah potongan harga dan itu sebagai reward atas kepercayaan pelanghan
klarena telah mempercayai toko emas ini sebagai pilihannya. Hal ini juga
dijelaskan oleh informaan kedua kita sebagai berikut.
“ya sistem pelayananya ramah, gaak cemberut atau metotok ae, terus
potongan kan misalkan untunga 3 %, terus gara-gara pelanggaan dipotong
sak persen-persen talah gak popo. Terus waktu ramah after sales.”
Norma, sebagai sumber daya terakhir, dipahami sebagai aturan main
bersama yang menuntun perilaku seseorang. Norma memberikan kita suatu cara
dimana kita mengorientasikan diri kita terhadap orang lain. Norma menuntun kita
dala,m melakukan definisi situasi.(Damsar,2009)
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dari temuan penulis yang
didapatkan yaitu adnya norma atau norma yang semi terikat. Diman dalm
penjualan emas pengusaha mengelurkan buklti penjualan dan pada waktu
pelaanggan ingin menjual emas tersebut, maka pelanggan harus balik ke toko
emas tersebut dengan membawa bukti surat penjualan tersebut. hal ini juga
disampikan dalam kutipan sebagai berikut.
“iya betul mbaknya. Kita kan namanya pelanggan, dapat potongannya kan
gak banyak. Itu kan nanti ditung, diitung kadar kosongnya gitu loh mbak.”
...”yang satu apa? Oh pelanggan tetap? Ya ada mbk, kita kan beda. Kalau

toko baju kan beli, saya cocok baju ini . beli, toko A gak cocok ke Toko B
cocok beli baju. Kalau toko mas beda, kan ada surat. Misalkan ya
mbaaknya lagi butuh uang terus di jual disini dengan membawa surat.”
Dari kutipan diatas dapat ditunjukkan bahwa hubungan antara pengusaha
dan pelanggan akan diikat oleh norma yaitiu dengan memakai bukti surat
penjualan baik dalam membeli maupun menjual kembali.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Etnis Tionghoa atau etnis Cina yang berada di Indonesia memang
merupakan suku bangsa perantau yang telah beraabad-abad lamanya yang telah
berinteraksi drngansuku bangsa lain. Etnis Tionghoa bahkan telah hidup membaur
baik dalam mennjalankan aktivitas yang berhubungan dengan kebudayaan.
Masyarakat

Tionghoa

selalu

diidentifikasikan

sebgai

pedagang

atau

wirausahawan. Orang Tionghoa yang berada di Indonesia, sebenarnya tidak
merupakan satu kelompak yang berasal dari satu daerah di negara Cina, tetapi
terdiri dari beberapa suku bangsa yang berasal dari dua provinsi yaitu Fukien dan
Kwangtung, yang sangat terpencar daerah-daerahnya. Setipa imigran Cina ke
Indonesia membawa kebudayaan suku bangsanya sendiri-sendiri bersama dengan
perbedaan bahasanya yaitu, Hokkien, Teo-Chiu, dan Hakka.(Vasanty dalam
Yulianti, )
Selain itu etnis tiong hoa dalam menjalan bisnisnya tidak hanya
mengandalkan modal finasial tetapi juga modal sosial sebagaia faktor pendukung
dan sumber daya manusi. Hal ini dikarenakan sebagai makhlik sosial kita
membutuhkan berinteraksi dalam menjalankan suatu bisnis atau usaha. Baik
dalam membuat jaringam sosial, menumbuhkan nilai kepercayaan yang ditandai
dengan potongn harga yang dilakukan oleh pengusaha emas di jombang dan
adanya nilai dan norma sebagai penuntun dalam melakukan sesuatu tindakan
seperti halnya pengusaha toko emas yang memberikan surat pembelian untuk
pelanggan dan pada waktu pelanggan ingin menjual kembali maka surat tersebut
harus dibawa.

DAFTAR PUSTAKA
Moleong J. Lexy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Nasir. 2008. Budaya Organisasi Perusahaan Tionghoa.
Pramatiya, Ichsan. 2013.Modal Sosial pedagang Kaki Lima di Jaklan Gambir.
Studi kasus PKL Sayur-sayuran. Program STUDI Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Alfabeta :
Bandung.
Suryana, Leo.2002. Negara dan Etnis Tiongho. Jakarta : Pustaka Belajar..
Yulianti,

Dewi.Entrepeneurship

Motivation

Undergraduate Program, Faculty of Psichology.

On

The

Chinese

Ethnic.