makalah farmakologi dan toksikologi ka

TUGAS KELOMPOK
FARMAKOLOGI & TOKSIKOLOGI

KELOMPOK I
ANGGOTA KELOMPOK:
IKA AULIA RAHMI
RIZQAH
NITA AMALIA
SUCI LESTARI
YULIANITA PRATIWI INDAH LESTARI

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH
TANGERANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dua orang pasien RS Siloam Karawaci meninggal dunia setelah mendapat injeksi

obat bius Buvanest Spinal 0,5 persen produksi Kalbe Farma untuk tindakan operasi
yang diberikan di bagian punggung sebelum operasi dilakukan.
Kasus ini diduga akibat isi kandungan obat tertukar atau terkontaminasi dengan
asam traneksamat.

Hal ini dijadikan momentum untuk dilakukan audit berkala

terhadap pelayanan pengobatan.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menduga ada kesalahan yang
membuat isi obat tertukar. "Sementara ini diduga obat anestesi yang dipakai tertukar
isinya," kata Tengku Bahdar Johan Hamid, MPharm, Apt, Bidang Pengawasan

Produk Terapetik dan NAPZA BPOM saat dikonfirmasi detikHealth, Selasa
(17/2/2015).
Obat Buvanest Spinal yang disuntikkan seharusnya berisi Bupivakain 0,5 persen,
namun ternyata berisi Asam Tranexamat. Keduanya sama-sama merupakan obat
injeksi dengan kemasan berupa ampul atau vial.

Dalam kasus ini, satu pasien mendapat injeksi Buvanest untuk tindakan Sectio
Caesarea (operasi caesar), sedangkan satu pasien lain diberikan obat tersebut terkait

dengan kasus urologi.
Setelah menerima injeksi obat tersebut, kedua pasien mengalami kejang dan
demam. Sumber lain juga mengatakan pasien mengalami gatal-gatal. Kemudian,
pasien mendapatkan perawatan intensif di ICU. Kurang dari waktu 24 jam, pada 12
Februari 2015, kedua pasien meninggal. Untuk pasien operasi caesar, diketahui sang
bayi selamat.
Buvanest merupakan injeksi anestesi yang mengandung Bupivakain 5 mg/mL,
sedangkan Asam Tranexamat merupakan obat untuk mengatasi perdarahan. "Obat
apapun bukan hanya pengental darah akan terjadi masalah bila diberikan ke dalam
sistem saraf pusat," tutur dokter spesialis anestesi dari RSU Soedono, Madiun, dr
Mirza Koeshardiandi, SpAn kepada detikHealth.
Ia menambahkan, meskipun masih belum bisa disimpulkan terkait dugaan isi
tertukar tersebut namun seandainya itu benar adalah obat pengental darah yang
bersifat asam maka pemberian obat tersebut pada pasien akan menyebabkan
kerusakan sistem saraf.

BAB II
DASAR TEORI
A. BUVIPAKAIN
A.1. PENJELASAN MENGENAI BUPIVAKAIN


Nama IUPAC : (RS)-1-Butyl-N-(2,6-dimethylphenyl)piperidine-2-carboxamide
Bupivakain adalah obat anestesi lokal jenis amida yang memiliki masa kerja panjang
dan mula kerja yang pendek. Seperti halnya anestesi lokal lainnya, bupivakain akan
menyebabkan blokade yang bersifat reversibel pada perambatan impuls sepanjang
serabut saraf, dengan cara mencegah pergerakan ion-ion natrium melalui membran
sel, ke dalam sel.
Penggunaan Bupivakain Untuk Anestesi Spinal:
Penggunaan bupivakain untuk anestesi spinal pada ketinggian Thorakal X-XII, adalah
2-3 jam, dan memberikan relaksasi otot derajat sedang (moderate). Efek blokade
motorik pada otot perut menjadian obat ini sesuai untuk digunakan pada operasioperasi perut yang berlangsung sekitar 45 - 60 menit. Lama blokade motorik ini tidak
melebih durasi analgesiknya.
Larutan Bupivakain hiperbarik yang digunakan pada anestesi spinal, pada saat awal
penyebarannya di ruang sub-arachnoid, sangat dipengaruhi oleh gravitasi. Selain itu,

penyebarannya lebih mudah ke arah cephalad dibanding larutan isobarik, bahkan pada
posisi horisontal sekalipun.
Pada larutan isobarik, tanpa penambahan dextrose, akan menghasilkan blok yang
lebih rendah, tapi berdurasi lebih lama, dibanding larutan hiperbarik.Sedangkan pada
larutan hiperbarik, oleh karena distribusi pada intrathekal lebih luas dan konsentrasi

rata-ratanya yang lebih rendah, maka durasi kerjanya pun cenderung lebih pendek.
Indikasi:
 Anestesi Intrathekal (sub-arachnoid, spinal) unutk pembedahan
 Pembedahan di daerah perut selama 45 - 60 menit (termasuk operasi Caesar)
 Pembedahan dibidang urologi dan anggota gerak bawah selama 2- 3 jam

Kontra-indikasi:
 Hipersensitif terhadap anestesi lokal jenis amida
 Penyakit akut dan aktif pada sistem saraf, seperti meningitis, poliomyelitis,
perdarahan intrakranial, dan demyelinating, peningkatan tekanan intrakranial,
adanya tumuor otak atau di daerah spinal
 Stenosis spinal dan penyakit aktif (spondilitis) atau trauma (fraktur) baru pada
tulang belakang.
 TBC tulang belakang
 Infeksi pada daerah penyuntikan
 Septikemia
 Anemia pernisiosa dengan degeerasi kombinasi sub-akut pada medulaspinalis
 Gangguan pembekuan darah atau sedang mendapat terapi antikoagulan secara
berkesinambungan
 Hipertensi tidak terkontrol

 Syok kardiogenik atau hipovolemi
 Obstetric paracervical block
 Anestesi Intravena (Bier's Block) dan semua pemberian secara intravena

Dosis:
 Anestesi spinal pada orang dewasa 7,5 - 20 mg
 Penyebaran anestesi tergantung pada beberapa faktor, termasuk di dalamnya
volume larutan dan posisi pasien selama dan setelah penyuntikan ke rongga subarachnoid.
 Harus dipahami bahwa tingkat anestesi spinal yang dicapai oleh anestesi lokal
tidak dapat diperkirakan pada pasien. Oleh karena itu penggunaan obat ini hanya
boleh digunakan dan diberikan oleh dokter yang berkompeten.
 Bupivakain dapat diberikan pada penderita anak-anak. Hanya perlu dipahami
bahwa volume cairan serebrospinal pada bayi dan neonatus relatif lebih tinggi
dibanding orang dewasa, sehingga membutuhkan dosis/kg yang relatif lebih besar
untuk menghasilkan block pada level yang sama.
 Dosis yang direkomendasikan untuk anak-anak adalah sebagai berikut:
a) 0,4 - 0,5 mg/kgBB, untuk bayi dengan BB > 5 kg
b) 0,3 - 0,4 mg/kgBB, untuk anak-anak dengan BB 5 - 15 kg
c) 0,25 - 0,3 mg/kgBB, untuk anak-anak > 15 kg
 Injeksi spinal hanya boleh diberikan jika ruang subarachnoid sudah teridentifikasi

secara jelas dengan ditandai keluar dan menetesnya cairan serebrospinal yang
jernih, atau terdeteksi oleh aspirasi cairan serebrospinal
 Larutan harus segera digunakan setelah ampul terbuka dan sisanya harus dibuang.
Efek Samping:
 Pada umumnya, hampir semua efek samping yang terjadi pada anestesi spinal,
berhubungan dengan efek blokade pada saraf itu sendiri, bukan karena efek
obatnya, antara lain: hipotensi, bradikardi, sakit kepala setelah punksi dural
 Total blok spinal yang akan menyebabkan terjadinya depresi kardiovaskuler,
yang disebabkan blok pada sistem saraf simpatetis yang luas, dengan akibat
hipotensi, bradikardi, bahkan henti jantung; dan depresi pernapasan yang
disebabkan blokade otot-otot pernapasan, termasuk otot diafragma.

 Cedera neurologis, meskipun sangat jarang, seperti parastesi, anestesi, kelemahan
motorik, hilangnya kontrol sphincter.meskipun bersifat reversibel, tetapi
dilaporkan juga adanya gangguan yang bersifat permanen.
 Reaksi alergi, meskipun jarang, yang berupa dermatitis alergikan, bronchospasme
dan anafilaksis.
 Toksisitas sistemik akut, seperti mengantuk (drowsiness), gelisah, excitement,
gugup, pandangan kabur, mual, muntah, kekakuan otot, sampai kejang hingga
hilangnya kesadaran dan henti jantung. Hal ini biasanya akibat terjadinya

penyuntikan ke intravaskuler secara tidak sengaja, yang ditandai rasa tebal di
lidah, light headedness, dizziness, dan tremor yang diikuti dengan kejang dan
gangguan kardiovaskuler.

Interaksi Obat:
Bupivakain harus digunakan secara hati-hati bila diberikan pada penderita yang
menerima obat-obat aritmia dengan aktivitas anestesi lokal, karena efek toksiknya
dapat bersifat aditif
Toksisitasnya meningkat bila diberikan bersama propanolol

Overdosis:
Meskipun jarang menyebabkan toksisitas sistemik pada pemberian sesuai aturan pada
umumnya, tetapi dengan pemberian yang dilakukan bersamaan dengan obat anestesi
lokal lainnya dapat menyebabkan terjadinya over dosis dan efek toksisitas sistemik
dengan gejala seperti di atas.
Penanganan Over dosis:
Penanganan over dosis, meliputi pemberian ventilasi yang adekuat, mengatasi kejang
dengan diazepam atau Sodium thiopentone. Jika kejang belum teratasi dengan obatobat diatas, dapat diberikan obat-obat pelumpuh otot yang harus disertai pemasangan
dan penggunaan alat bantu napas (respirator)


Bila terjadi fibrilasi ventrikel atau henti jantung, lakukan resusitasi kardiovaskuler
secara efektif dan berkesinambungan dalam jangka waktu yang panjang, jika perlu.

A.2. BUPIVAKAIN PRODUKSI KALBE FARMA
BUVANEST SPINAL 0.5% HEAVY

Komposisi:
Bupivacaine 5 mg/mL (+ Dextrose 80 mg/mL atau hiperbarik)
Bentuk Sediaan:
Cairan injeksi dalam ampul 4 mL.

Farmakologi:

Merupakan anestetik lokal golongan amide yang menyebabkan blokade penyebaran
impuls sepanjang serat saraf yang reversible dengan mencegah masuknya ion natrium
melalui membran saraf, dan diperkirakan bekerja dalam kanal natrium membran saraf.
Lama analgesia pada segmen T10-T12 adalah 2-3 jam.
Ikatan protein plasma 96%. Bupivacaine diekskresikan ke dalam urin.
Indikasi:
Anestesi spinal untuk pembedahan (bedah urologi dan anggota gerak bawah yang

berlangsung 2-3 jam, bedah abdomen yang berlangsung 45-60 menit).
Dosis:

Dosis pada anak:
BB ≤ 5kg

: 0,4-0,5 mg/kg

BB > 5-15 kg : 0,3-0,4 mg/kg
BB > 15 kg

: 0,25-0,3 mg/kg

Kontraindikasi:
- Hipersensitivitas terhadap anestetik lokal jenis amide atau terhadap zat
pembawanya.
- Penyakit aktif dari sistem saraf pusat seperti meningitis, tumor, poliomielitis, dan
perdarahan intrakranial.

- Tuberkulosis aktif atau lesi metastatik pada kolumna vertebralis.

- Septikemia.
- Anemia pernisiosa dengan degenerasi subakut korda spinalis.
- Infeksi kulit piogenik pada atau berdekatan dengan lokasi pungsi lumbal.
- Syok kardiogenik atau hipovolemik.
- Gangguan koagulasi atau sedang menjalani terapi antikoagulan.
Peringatan dan Perhatian:
- Pemasangan akses IV dan pemberian cairan pre-loading sebelum blok spinal.
- Dapat terjadi hipotensi dan bradikardi.
- Hati-hati pada pasien dengan gangguan neurologi kronik.
Efek Samping:
Hipotensi, bradikardi, pusing, depresi napas, reaksi alergi.
A.3. OBAT PATEN/NAMA DAGANG DARI BUPIVAKAIN LAINNYA
 Bunascan spinal 0,5%
 Decain spinal 0,5%
 Marcain spinal
 Regivell

B. ASAM TRANEKSAMAT
B.1. PENJELASAN MENGENAI ASAM TRANEKSAMAT


Nama Generik:
Asam Traneksamat
Nama Kimia/IUPAC:
Trans-4-(aminomethyl)cyclohexanecarboxylic acid.
Struktur Kimia:
C7H15NO2
Keterangan:
Larutan 5% dalam air mempunyai pH : 7.0 - 8.0
Sifat Fisikokimia:
Serbuk kristal berwarna putih. Larut baik dalam air dan dalam asam asetat glasial.
Sub Kelas Terapi:
Obat yang mempengaruhi darah
Asam traneksamat merupakan inhibitor fibrinolitik sintetik bentuk trans dari asam
karboksilat sikloheksana aminometil. Secara in vitro, asam traneksamat 10 kali lebih
poten dari asam aminokaproat. Asam traneksamat merupakan competitive inhibitor
dari aktivator plasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan
menghancurkan fibrinogen, fibrin dan faktor pembekuan darah lain, oleh karena itu
asam traneksamat dapat digunakan untuk membantu mengatasi perdarahan akibat
fibrinolisis yang berlebihan.
Farmakologi:
Asam traneksamat diabsorbsi dari saluran cerna dengan konsentrasi plasma puncak
tercapai setelah 3 jam. Bioavailabilitasnya sekitar 30-50%, didistribusikan hampir ke

seluruh permukaan tubuh dan mempunyai ikatan protein yang lemah. ;Berdifusi ke
plasenta dan air susu. Waktu paruh eliminasi adalah 3 jam, diekskresikan dalam urin
sebagai obat tidak berubah.
Stabilitas Penyimpanan:
Disimpan ditempat yang sejuk
Indikasi:
a) Untuk fibrinolisis lokal seperti : epistaksis, prostatektomi, konisasi serviks.
b) Edema angioneurotik herediter.
c) Perdarahan abnormal sesudah operasi.
d) Perdarahan sesudah operasi gigi pada penderita hemofilia.
Kontra Indikasi:
Pasien tromboembolik.
Efek Samping:
Mual, muntah, diare, pusing dan rash.
Interaksi Obat:
Obat yang berfungsi untuk menjaga hemostasis tidak diberikan bersamaan dengan
obat antifibrinolitik. Pembentukan trombus akan meningkat dengan adanya oestrogen,
atau mekanisme antifibrinolitk diantagonis oleh senyawa trombolisis.
Pengaruh Kehamilan:
Faktor resiko : B
Bentuk Sediaan:
Kapsul 250 mg, Tablet 500 mg, Injeksi 50 mg/ml
Peringatan:
Kurangi dosis pada gangguan ginjal pada pengobatan jangka panjang secara teratur
lakukan pemeriksaan mata regular dan uji fungsi hati.

Mekanisme Aksi:
Asam traneksamat bekerja dengan cara memblok ikatan plasminogen dan plasmin
terhadap fibrin ; inhibisi terhadap plasmin ini sangat terbatas pada tingkat tertentu.

B.2. ASAM TRANEKSAMAT PRODUKSI KALBE FARMA

Komposisi:
Tranexamic acid

Bentuk Sediaan:
Kapsul 250 mg, tablet 500 mg, injeksi 50 mg dan 100 mg.
Farmakologi:
Antifibrinolitik yang secara kompetitif menghambat aktivasi plasminogen menjadi
plasmin, dengan berikatan dengan bagian-bagian spesifik dari plasminogen dan
plasmin. Absorpsi dalam saluran cerna tidak dipengaruhi makanan, bioavailabilitas :
34%, ikatan protein plasma 3%, distribusi luas ke SSP, cairan sinovial, semen ginjal,
kelenjar prostat
Indikasi:
Untuk fibrinolisis lokal seperti epistaksis, prostatektomi, konisasi serviks, edema
angioneurotik herediter, pendarahan abnormal sesudah operasi, pendarahan sesudah
operasi gigi pada penderita hemofilia.
Dosis:
KALNEX® 50 mg injeksi :
- Sehari 1 - 2 ampul (5 - 10 mL) disuntikkan secara intravena atau intramuskular,
dibagi dalam 1 - 2 dosis. Pada waktu atau setelah operasi, bila diperlukan dapat
diberikan sebanyak 2 -10 ampul (10 - 50 mL) dengan cara infus intravena.
KALNEX® 100 mg injeksi :
- 2,5 - 5 mL per hari disuntikkan secara intravena atau intramuskular, dibagi dalam 1 2 dosis pada waktu atau sesudah operasi, bila perlu, 5 - 25 mL diberikan dengan cara
infus intravena.
Dosis KALNEX® harus disesuaikan dengan keadaan pasien masing-masing sesuai
dengan umur atau kondisi klinisnya.
Kontraindikasi:
Gangguan fungsi ginjal berat, hematuria, risiko tinggi trombosis
Peringatan dan Perhatian:
- Bila diberikan secara intravena, dianjurkan untuk menyuntikkannya perlahan-lahan
seperti halnya pemberian/penyuntikan dengan sediaan kalsium (10 mL/1-2 menit).
- Hati-hati digunakan pada penderita insufisiensi ginjal karena risiko akumulasi.

- Pedoman untuk pasien/penderita insufisiensi ginjal berat :
Pasien dengan kreatinin serum 120 - 250 µmol/L: dosis 15 mg/kg BB dengan
pemberian harian
adalah 2x sehari.
Pasien dengan kreatinin serum 250 - 500 µmol/L: dosis 15 mg/kg BB dengan
pemberian harian
adalah setiap 24 jam sekali.
Pasien dengan kratinin serum lebih dari 500 µmol/L: dosis 7,5 mg/kg BB dengan
pemberian harian
adalah setiap 24 jam sekali.
Efek Samping:
Gangguan-gangguan gastrointestinal, mual, muntah-muntah, anoreksia, pusing,
eksantema dan sakit kepala dapat timbul pada pemberian secara oral. Gejala-gejala ini
menghilang dengan pengurangan dosis atau penghentian pengobatannya. Injeksi
intravena yang cepat dapat menyebabkan pusing dan hipotensi.
B.3. OBAT PATEN/NAMA DAGANG DARI ASAM TRANEKSAMAT INJEKSI
LAINNYA
 Ditranex
 Ethinex
 Lunex
 Nexa
 Plasminex
 Ronex
 Theranex
 Tranec
 Tranexamic
 Transamin
 Tranxa

C. PEMBERIAN INTRASPINAL

Anestesi spinal adalah salah satu metode anestesi yang diinduksi dengan
menyuntikkan sejumlah kecil obat anestesi lokal ke dalam cairan cerebro-spinal
(CSF). Anestesi spinal/subaraknoid disebut juga sebagai analgesi/blok spinal
intradural atau blok intratekal. Anestesi spinal dihasilkan bila kita menyuntikkan obat
analgesik lokal ke dalam ruang sub arachnoid di daerah antara vertebra L2-L3 atau
L3-L4 atau L4-L5.
Spinal anestesi mudah untuk dilakukan dan memiliki potensi untuk memberikan
kondisi operasi yang sangat baik untuk operasi di bawah umbilikus. Spinal anestesi
dianjurkan untuk operasi di bawah umbilikus misalnya hernia, ginekologi dan operasi
urologis dan setiap operasi pada perineum atau alat kelamin. Semua operasi pada kaki,
tapi amputasi meskipun tidak sakit, mungkin merupakan pengalaman yang tidak
menyenangkan untuk pasien yang dalam kondisi terjaga. Dalam situasi ini dapat
menggabungkan tehnik spinal anestesi dengan anestesi umum.
Teknik anestesi secara garis besar dibagi menjadi dua macam, yaitu anestesi umum
dan anestesi regional. Anestesi umum bekerja untuk menekan aksis hipotalamuspituitari adrenal, sementara anestesi regional berfungsi untuk menekan transmisi
impuls nyeri dan menekan saraf otonom eferen ke adrenal. Teknik anestesia yang
lazim digunakan dalam seksio sesarea adalah anestesi regional, tapi tidak selalu dapat
dilakukan berhubung dengan sikap mental pasien.
Anestesi spinal sangat cocok untuk pasien yang berusia tua dan orang-orang
dengan penyakit sistemik seperti penyakit pernapasan kronis, hati, ginjal dan
gangguan endokrin seperti diabetes. Banyak pasien dengan penyakit jantung ringan
mendapat manfaat dari vasodilatasi yang menyertai anestesi spinal kecuali orangorang dengan penyakit katub pulmonalis atau hipertensi tidak terkontrol. Sangat

cocok untuk menangani pasien dengan trauma yang telah mendapatkan resusitasi yang
adekuat dan tidak mengalami hipovolemik.
Indikasi:
1. Bedah ekstremitas bawah
2. Bedah panggul
3. Tindakan sekitar rektum perineum
4. Bedah obstetrik-ginekologi
5. Bedah urologi
6. Bedah abdomen bawah
7. Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya dikombinasikan dengan
anesthesia umum ringan.
Kontra indikasi absolut:
1. Pasien menolak
2. Infeksi pada tempat suntikan
3. Hipovolemia berat, syok
4. Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan
5. Tekanan intrakranial meningkat
6. Fasilitas resusitasi minim
7. Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi.
Kontra indikasi relatif:
1. Infeksi sistemik
2. Infeksi sekitar tempat suntikan
3. Kelainan neurologis
4. Kelainan psikis
5. Bedah lama
6. Penyakit jantung
7. Hipovolemia ringan
8. Nyeri punggung kronik

BAB III
PEMBAHASAN
Dari adanya kasus ini, dapat ditarik beberapa hal yang perlu untuk diketahui, yaitu:
KASUS:
 Dua orang pasien RS Siloam Karawaci meninggal dunia dalam waktu berdekatan setelah
mendapat injeksi obat bius Buvanest Spinal 0,5 persen produksi Kalbe Farma untuk
tindakan operasi yang diberikan di bagian punggung sebelum operasi dilakukan.
 Pasien tersebut memiliki jenis operasi yang berbeda, yang satu operasi Caesar dan yang
lain untuk kasus urologi.
 Ada dugaan juga terjadi pada pasien di RS Saint Carolus. Badan POM juga harus
memeriksa kejadian di RS lainnya.
AKIBAT:
 Setelah disuntikkan, pasien merasa gatal-gatal dan kejang. Lalu segera dimasukkan ke
ICU sebelum akhirnya meninggal dunia.
 Pada 12 februari 2015, kedua pasien meninggal, karena pasien telah mengalami resistensi
obat atau penolakan terhadap obat yang diberikan.
KEMUNGKINAN PENYEBAB YANG TERJADI:
 Buvanest telah tertukar label atau terkontaminasi dengan asam traneksamat.
 PT Kalbe Farma telah lalai dalam proses pengisian kandungan obat anestesi ke dalam
kemasan produknya.
 BPOM juga melakukan audit dan investigasi ke sarana produksi obat Buvanest Spinal,
yaitu PT Kalbe Farma Tbk, dan menemukan adanya potensi mix up. Dari sampel yang
mereka teliti, kemasan Buvanest Spinal memang berisi Asam traneksamat, yaitu anti
pendarahan. Juga ditemukan penerapan prosedur cara pembuatan obat yang baik (CPOB)
tidak seperti yang diharapkan.
 Terjadi tindak kriminal oleh orang atau sekelompok orang tertentu baik dari pihak RS atau
Kalbe yang memasukkan ampul tersebut ke dalam produk Buvanest.

Sampai saat ini, masih terdapat kejanggalan dari kasus ini, karena sejumlah rumah sakit
lain yang juga menggunakan obat produk PT Kalbe Farma jenis, tidak ditemukan kesalahan
seperti kasus di RS Siloam Karawaci.

Saat ini, Perusahaan farmasi PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) menarik dua jenis obat
anestesi lokal yang digunakan dalam bedah urologi serta bedah sesar yakni batch Buvanest
Spinal 0,5 persen Heavy 4 ml dan Asam Tranexamat Generik 500 mg/Amp 5 ml batch
no.629668 dan 630025.
Sehubungan dengan adanya kasus ini, maka BPOM mengeluarkan siaran pers melalui
website-nya, yang bertuliskan sebagai berikut:

SIARAN PERS
PENJELASAN BADAN POM TENTANG KEJADIAN TIDAK DIINGINKAN YANG
SERIUS TERKAIT INJEKSIBUVANEST SPINAL
Sehubungan dengan adanya kejadian tidak diinginkan yang serius pada penggunaan obat
injeksi Buvanest Spinal 0,5% Heavy 4 ml/5 (Bupivacaine HCl) produksi Industri Farmasi PT
Kalbe Farma, Tbk. di Siloam Hospital Lippo Village Karawaci, berikut ini penjelasan dari
Badan POM terkait kasus tersebut:
1. Bahwa Sabtu 14 Februari 2015, Badan POM menerima informasi dari Sekretaris
Jenderal Kementerian Kesehatan mengenai kejadian tidak diinginkan yang serius dan
mengakibatkan meninggalnya pasien pada penggunaan obat injeksi Buvanest Spinal
0,5% Heavy 4 ml/5 (Bupivacaine HCl) produksi Industri farmasi PT Kalbe Farma,
Tbk. di Siloam Hospital Lippo Village Karawaci;
2. Bahwa guna melindungi kesehatan dan keselamatan masyarakat dari potensi risiko
yang membahayakan, atas informasi sebagaimana dimaksud dalam angka 1, Badan
POM telah melakukan langkah-langkah regulatory actions sebagai berikut:
a. 14 Februari 2015, Badan POM membentuk Tim Audit Investigasi yang telah
melakukan audit pada sarana pelayanan kesehatan tempat terjadinya kejadian
yang tidak diinginkan tersebut, yaitu Siloam Hospital Lippo Village Karawaci;

b. 15 dan 16 Februari 2015, Badan POM telah melakukan pemeriksaan terkait
pemenuhan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan Cara Distribusi
Obat yang Baik (CDOB) terhadap produsen injeksi Buvanest Spinal 0,5%
Heavy, yaitu Industri Farmasi PT Kalbe Farma, Tbk. dan jalur distribusinya,
yaitu Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Enseval Puta Megatrading, Tbk.
serta melakukan monitoring farmakovigilans ke Siloam Hospital Lippo
Village Karawaci;
3. Bahwa berdasarkan hasil audit dan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam angka
2, dan dalam rangka kehati-hatian, Badan POM pada 16 Februari 2015 telah
mengirimkan laporan, surat peringatan (safety alert letter), dan/atau surat perintah
kepada:
a. Menteri Kesehatan Republik Indonesia berupa laporan tindakan regulatory
Badan POM terkait injeksi Buvanest Spinal 0,5% Heavy produk Industri
Farmasi PT Kalbe Farma, Tbk dan injeksi Asam Traneksamat produk Industri
Farmasi PT Hexpharm Jaya Laboratories;
b. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dengan tembusan
kepada Menteri Kesehatan dan Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi
Intensif Indonesia (Perdatin) untuk tidak menggunakan injeksi Buvanest
Spinal 0,5% Heavy produksi Industri Farmasi PT Kalbe Farma, Tbk. sampai
investigasi dan pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan POM selesai
dilakukan;
c. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dengan tembusan
kepada Menteri Kesehatan dan PB. Ikatan Dokter Indonesia (PB. IDI), untuk
tidak menggunakan injeksi Asam Traneksamat, kemasan Dus 10 ampul @ 5
ml, nomor bets 629668 dan 630025 dari Industri Farmasi PT Hexpharm Jaya
Laboratories yang diproduksi oleh PT Kalbe Farma, Tbk., sampai investigasi
dan pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan POM selesai dilakukan;
d. Pimpinan/Apoteker Penanggung Jawab Industri Farmasi PT Kalbe Farma,
Tbk. untuk melakukan penghentian distribusi dan melakukan penarikan
kembali injeksi Buvanest Spinal 0,5% Heavy seluruh bets serta melaporkan
hasilnya kepada Badan POM;
e. Pimpinan/Apoteker Penanggung Jawab Industri Farmasi PT Hexpharm Jaya
Laboratories untuk melakukan penghentian distribusi dan melakukan
penarikan kembali injeksi Asam Traneksamat, kemasan Dus 10 ampul @ 5

ml, Nomor bets 629668 dan 630025 serta melaporkan hasilnya kepada Badan
POM; dan
f. Kepala Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia untuk melakukan
verifikasi dan monitoring pelaksanaan penarikan injeksi Buvanest Spinal 0,5%
Heavy produksi Industri Farmasi PT Kalbe Farma, Tbk dan injeksi Asam
Traneksamat produk Industri Farmasi PT Hexpharm Jaya Laboratories,
kemasan Dus 10 ampul @ 5 ml, Nomor bets 629668 dan 630025.
4. Bahwa pada 17 Februari 2015, berdasarkan hasil investigasi sebagaimana dimaksud
dalam angka 2, Badan POM telah menetapkan regulatory actions selanjutnya sebagai
berikut:
a. Menerbitkan Surat Perintah Penghentian Sementara Kegiatan Fasilitas
Produksi Larutan Injeksi Volume Kecil Nonbetalaktam Industri Farmasi PT
Kalbe Farma, Tbk., dengan kewajiban untuk:
 Melakukan investigasi secara menyeluruh terhadap dugaan terjadinya
mix-up produk Buvanest Spinal 0,5% Heavy Injeksi dan Asam
Traneksamat Injeksi yang kemungkinan terjadi pada kegiatan
pembuatan obat untuk mendapatkan akar masalah dan menetapkan
tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan; dan
 Membuat kajian manajemen risiko;
b. Menerbitkan Surat Keputusan Kepala Badan POM tentang pembekuan izin
edar Injeksi Buvanest Spinal 0,5% Heavy produksi Industri Farmasi PT Kalbe
Farma, Tbk.
5. Bahwa

industri

farmasi

PT

Kalbe

Farma,

Tbk.,

melalui

surat

nomor

010/QO/KF/II/2015 tanggal 25 Februari 2015 perihal Tanggapan terhadap Surat
Penghentian Sementara Kegiatan Fasilitas Produksi Larutan Injeksi Volume Kecil
Nonbetalaktam, telah menyampaikan hasil investigasi terhadap dugaan terjadinya
mix-up produk Buvanest Spinal 0,5% Heavy Injeksi dan Asam Traneksamat Injeksi
yang kemungkinan terjadi pada kegiatan pembuatan obat dan hasil kajian manajemen
risiko;
6. Bahwa Badan POM telah melakukan evaluasi atas hasil investigasi terhadap dugaan
terjadinya mix-up produk Buvanest Spinal 0,5% Heavy Injeksi dan Asam
Traneksamat Injeksi yang kemungkinan terjadi pada kegiatan pembuatan obat dan
hasil kajian manajemen risiko PT Kalbe Farma, Tbk., sebagaimana dimaksud pada

angka 5, dengan kesimpulan bahwa hasil investigasi dan kajian manajemen risiko
tersebut belum menggambarkan akar masalah terjadinya dugaan mix-up produk
Injeksi Buvanest Spinal 0,5% Heavy, sehingga PT Kalbe Farma tidak dapat
memberikan Corrective Action and Preventive Action (CAPA) yang tepat;
7. Bahwa berdasarkan hal sebagaimana dimaksud dalam angka 6, pada tanggal 2 Maret
2015 Badan POM telah menerbitkan Surat Keputusan Kepala Badan POM tentang
pembatalan izin edar Injeksi Buvanest Spinal 0,5% Heavy produksi Industri Farmasi
PT Kalbe Farma, Tbk.;
8. Bahwa selanjutnya Badan POM akan melakukan inspeksi sistemik ke Industri
Farmasi PT Kalbe Farma, Tbk. untuk menilai penerapan sistem mutu secara
menyeluruh.
9. Bahwa terkait dengan hasil verifikasi dan monitoring pelaksanaan penarikan injeksi
Buvanest Spinal 0,5% Heavy dan injeksi Asam Traneksamat nomor bets 629668 dan
630025, sebagaimana dimaksud dalam angka 3 huruf f, sampai dengan 26 Februari
2015, hasilnya sebagai berikut
a. Telah dilakukan penarikan sejumlah 8.219 (delapan ribu dua ratus Sembilan
belas) box @ 5 ampul dan 5.450 (lima ribu empat ratus lima puluh) ampul
injeksi Buvanest Spinal 0,5% Heavy;
b. Telah dilakukan penarikan sejumlah 1.564 (seribu lima ratus enam puluh
empat) box @ 10 ampul dan 10.518 (sepuluh ribu lima ratus delapan belas)
ampul Asam Traneksamat;
10. Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi Contact Center HALO BPOM 1500-533, SMS 0812-19999-533, email [email protected], atau Unit Layanan
Pengaduan Konsumen (ULPK) Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia

Jakarta, 4 Maret 2015
Biro Hukum dan Humas Badan POM RI
Telepon/Fax : 021-4209221
Email : [email protected], [email protected]

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Bupivakain adalah obat anestesi lokal jenis amida yang memiliki masa kerja panjang
dan mula kerja yang pendek. Seperti halnya anestesi lokal lainnya, bupivakain akan
menyebabkan blokade yang bersifat reversibel pada perambatan impuls sepanjang
serabut saraf, dengan cara mencegah pergerakan ion-ion natrium melalui membran
sel, ke dalam sel.
2. Asam traneksamat merupakan inhibitor fibrinolitik sintetik bentuk trans dari asam
karboksilat sikloheksana aminometil. Secara in vitro, asam traneksamat 10 kali lebih
poten dari asam aminokaproat. Asam traneksamat merupakan competitive inhibitor
dari aktivator plasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan
menghancurkan fibrinogen, fibrin dan faktor pembekuan darah lain, oleh karena itu
asam traneksamat dapat digunakan untuk membantu mengatasi perdarahan akibat
fibrinolisis yang berlebihan.
3. Asam traneksamat jika dimasukkan ke dalam intraspinal maka akan menyebabkan
kerusakan sistem saraf disebabkan oleh sifatnya yang asam dan khasiatnya yang
merupakan hemostatik atau anti pendarahan.
A. Saran
1. Diharapkan pihak Kalbe Farma lebih memperketat dalam hal pengawasan, baik dalam
hal pengawasan bahan baku, produksi, pengujian, maupun distribusi.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://smart-pustaka.blogspot.com/2012/02/bupivacaine.html (diakses pada tanggal 27
Februari 2015)
http://smart-pustaka.blogspot.com/2012/02/bupivacaine.html (diakses pada tanggal 27
Februari 2015)
http://en.wikipedia.org/wiki/Bupivacaine (diakses pada tanggal 27 Februari 2015)
http://www.kalbemed.com/Products/Drugs/Branded/tabid/245/ID/3214/BuvanestSpinal-05-Heavy.aspx (diakses pada tanggal 27 Februari 2015)
https://indonesiacompanynews.wordpress.com/2015/02/19/soal-buvanest-kalbefarma/ (diakses pada tanggal 27 Februari 2015)
http://www.kalbemed.com/Products/Drugs/Branded/tabid/245/ID/4105/Kalnex.aspx
(diakses pada tanggal 27 Februari 2015)
http://pionas.pom.go.id/monografi/asam-traneksamat

(diakses

pada

tanggal

27

Februari 2015)
http://www.informasiobat.com/traneksamat (diakses pada tanggal 27 Februari 2015)
http://rsuimadinah.blogspot.com/2012/05/traneksamat.html (diakses pada tanggal 27
Februari 2015)
http://pharmaciststreet.blogspot.com/2013/01/sediaan-steril-pendahuluan.html
(diakses pada tanggal 27 Februari 2015)

http://www.pom.go.id/new/index.php/view/pers/253/Siaran-Pers-Penjelasan-BadanPOM-Tentang-Kejadian-Tidak-Diinginkan-Yang-Serius-Terkait-Injeksi-BuvanestSpinal.html (diakses pada tanggal 07 Maret 2015)
http://www.beritasatu.com/kesehatan/250762-kasus-buvanest-spinal-kemkes-danbpom-investigasi-produk-kalbe-farma.html (diakses pada tanggal 07 Maret 2015)
http://www.merdeka.com/peristiwa/kalbe-farma-ngaku-rs-lain-tak-ada-keluhan-pakaiobat-buvanest-spinal.html (diakses pada tanggal 07 Maret 2015)
http://www.tempo.co/read/news/2015/02/27/173645794/Komite-Farmasi-ObatTertukar-di-Bagian-Produksi-Jelas-Aneh (diakses pada tanggal 07 Maret 2015)