Pengertian Topeng dan Blantek Seni Yang

Pengertian Topeng dan Blantek
Sebelum membahas sejarah tentang Topeng Blantek disini sebenernya ada pemisahan kata
makna yaitu Topeng dan Blantek yang masing-masing memiliki arti tersendiri yaitu:
Topeng adalah alat penutup muka, pada umumnya dibuat dari kayu atau kertas, menyerupai
muka orang atau makhluk lain. Untuk keperluan seni pertunjukan pembuatan topeng mempunyai
dua tujuan. Pertama, topeng dapat mengaktualisasikan jalan ceritanya lebih sempurna. Misalnya
untuk menggambarkan tokoh baik. Topengnya diberikan warna putih, sedangkan untuk tokoh
ganas warna merah yang cocok, dan untuk penjahat warna hitam yang umumnya dipakai.
Disamping warna juga diberikan lukisan muka, misalnya untuk tokoh kesatria matanya kecil,
hidung mancung, mulut kecil, sedangkan untuk tokoh raksasa matanya besar, hidungnya besar
dan lebar, mulutnya lebar sampai gigi-giginya nampak seram. Kedua, para pemain pertunjukan
dapat “menyembunyikan” diri di balik topeng, karena dengan memakai topeng maka penonton
tidak mengenenal siapa yang memakai topeng tersebut.
Dengan demikian, maka pemainnya lebih bebas menjalankan tugas permainan dan penonton
tidak mudah sentiment terhadap pemain itu sendiri. Agar sebuah topeng tidak mudah terlepas
dari pemakainya, ada tali yang mengikatkan topeng kebelakang. Disamping itu ada juga
semacam lidah yang digigit oleh pemakainya, bila berbicara terpaksa topeng diangkat sedikit.
Untuk lebih bebas lagi bila topeng dibuat setengah (sampai atas mulut).
Topeng awalnya diciptakan untuk keperluan upacara religi, sehingga roh dewa atau mahluk
halus lainnya yang mukanya tentu lain dari manusia biasanya dapat di ekspresikan dengan baik.
Masing-masing daerah memiliki model topeng sendiri dalam menggambarkan tokoh yang

dimainkan. Dalam perkembangannya kemudian, topeng menjadi pertunjukan, sehingga gambar

topengnya perlu lebih menarik, membuat orang bergembira, bukan lagi harus ditakuti seperti
pada masa lalu.1
Penulis menemukan perbedaan dalam mengartikan sebuah Topeng, dalam buku yang saya
baca bahwa Topeng adalah sejenis drama rakyat yang memakai kejadian rumah tangga seharisehari sebagai themanya dengan penekan pada humor.
Istilah Topeng dipakai, karena sebelum pertunjukan dimulai selalu muncul seorang penari
yang menari-nari membawakan tarian-tarianya, yang kemudian disusul oleh seorang laki-laki.
Biasanya yang laki-laki bertanya, “Ade ape sih?”, yang dijawab dengan,”Gue lagi nopeng” oleh
penari wanita itu, lalu dimulailah pertunjukan Topeng Blantek atau juga bias disebut Topeng
Betawi.
Bahasa yang dipakai dalam pertunjukan Topeng ialah bahasa Betawi Ora, yaitu bahasa yang
dipergunakan oleh masyarakat Betawi didaerah pinggiran yang sedikit agak berbeda dengan
Betawi di Jakarta Pusat. Pakaian yang dipergunakan oleh para pemainnya pakaian biasa, yaitu
pakaian yang dikenakan atau dipakai sehari-sehari, dengan maksud agar mencerminkan keadaan
yang sesungguhnya. panggung yang dipakai berbentuk area, tanpa alat-alat rumah tangga sama
sekali. Tetapi ditengah-tengah area tersebut terdapat sebuah tiang dengan tiga buah lampu
minyak dan disekitar tempat itulah pertunjukan dipentaskan.2
Dalam perkembanganya hingga kini memang pertunjukan topeng masih dipentaskan,
khususnya di daerah Jakarta pinggiran. Karena terpengaruh oleh kebudayaan sunda, maka

pertunjukan Topeng Blantek ini memakai gamelan dan lagu-lagu Sunda dengan campuran
bahasa Betawi Ora.3

1
2
3

Supartono Widyosiwoyo, Sejarah Seni Rupa Indonesia II, (Jakarta: Universitas Trisakti, 2002)hal. 99-100.
Anwarudin Harapan, Sejarah, Sastra, dan Budaya Betawi, Jakarta, APPM, 2006, Hal.138-139
ibid.

Sedangkan untuk kata blantek ada beberapa pendapat. Ada yang mengatakan berasal dari
bunyi-bunyian musik yang mengiringinya. Yaitu satu rebana biang, dua rebana anak dan satu
kecrek yang menghasilkan bunyi, blang blang crek. Namun, karena lidah lokal ingin enaknya
saja dalam penyebutan maka muncullah istilah blantek. Namun, ada juga pandangan dari
beberapa tokoh Betawi bahwa kata Blantek merupakan bunyi dari rebana biang dan alat
sederhana seperti kayu yaitu “berbunyi blang dan tek”.
Yahya Andi Saputra mengatakan bahwa “Penamaan Topeng Blantek itu diberikan karena
pertunjukan tersebut dahulunya menggunakan alat-alat : seperti rebana dan kayu. Jika rebana
biang berbunyi blang dan kayu berbunyi tek jadi blang tek atau blantek. Oleh sebab itu

dinamakanlah menjadi Topeng Blantek”.4 Atik Soepandi juga menjelaskan bahwa asal-muasal
penamaan Blantek, yaitu dari nama rebana biang dan rebana kotek. 5 Seiring perkembangan
waktu penggunaan rebana biang bergeser pada alat-alat tradisional lain yang digunakan sebagai
pengiring Topeng Blantek seperti gamelan, kromong, gong, gendang dan lain-lain, sehingga
rebana biang jarang digunakan oleh para seniman.
Pendapat lainnya mengatakan, asal nama blantek berasal dari Inggris, yaitu blindtexs, yang
berarti buta naskah. Marhasan (55),6 mengatakan permainan blantek dahulu kala tidak memakai
naskah dan sutradara hanya memberikan gagasan-gagasan garis besar cerita yang akan
dimainkan.
Istilah Blantek dalam kesenian ini adalah campur aduk, tidak karuan, tidak semestinya atau
masih dalam tahap belajar. Blantek dalam arti tidak karuan campur aduk dan tidak semestinya
didasari oleh anggapan bahwa kesenian ini dalam penyajiannya memasukkan unsur-unsur

4

Dikutip dari berita jakarta : http://kampungbetawi.com/gerobog/bebulan/menelisik-topeng-betawi/ diakses 2812-2014 15:37
5
Atik Soepandi dkk, Topeng Blantek Betawi, Dinas Kebudayaan DKI Jakarta : 1993. Hal. 14
6
Seorang Tokoh pelestari Topeng Blantek di pangker group.


kesenian lain seperti rebana, ketuk tilu, dan topeng. Munculnya Blantek berawal dari keisengan
bocah angon. Bocah angon merupakan penyebutan untuk anak yang sedang pergi mengembala
ternak. Anak pengembala yang sedang istirahat itu kemudian iseng iseng main Topeng Blantek.
Perkembangan Kesenian blantek pada awalnya diakui sebagai teater topeng tingkat pemula.
Namun, seiring dengan perkembangannya seniman blantek, perkumpulan blantek pun
bermunculan, seperti di Ciseeng, Citayam, Bojong Gede, dan Pondok Rajeg.7
Sejarah Topeng Blantek
Seni budaya tradisional merupakan bagian dari kehidupan masyrakat. Sama halnya dengan
seni budaya Topeng Blantek yang menjadi bagian dari masyarakat Betawi dahulu. Masyarakat
Betawi yang cinta terhadap seni budayanya, akan peduli pada kesenian tradisionalnya. Setiap
seni budaya memiliki sejarah asal-usul terbentuknya budaya tersebut. Sejarah itu juga ada pada
asal lahirnya seni budaya Topeng Blantek. Seni budaya Topeng Blantek yang tercipta dari
masyarakat Betawi dahulu, Awal munculnya seni budaya Topeng Blantek pada zaman
penjajahan Belanda, sekitar abad 19. Pada zaman penjajahan Belanda, pergelaran Topeng
Blantek sering dilaksanakan oleh orang-orang Betawi pada saat malam hari. Pada waktu itu
pergelaran Topeng Blantek lebih sering dipertunjukkan, karena pada saat itu belum banyak seni
budaya yang lahir. Para pemain Topeng Blantek disebut panjak. Mereka yang memainkan
Topeng Blantek pada umumnya adalah orang-orang Betawi. Pergelaran Topeng Blantek saat itu
menjadi hiburan rakyat dan para koloni Belanda. Asal nama Topeng Blantek berasal dari kata

Topeng yang artinya sandiwara dan Blaind Teks yang artinya tanpa teks.8 Jadi setiap orangorang Betawi dahulu menampilkan pertunjukan sandiwara secara spontas tidak menggunakan
teks atau naskah cerita dan terkandung nilai-nilai didalamnya yang bersifat universal.
7

Tim Peneliti Kebudayaan Betawi FIB UI, Ragam Seni Budaya Betawi, cetakan I, Jakarta: Fakultas Ilmu
Pengtahuan Budaya, 2012. Hal. 99-100
8
Journal On-line, Topeng Blantek. Tersedia di web http://budaya-indonesia.org/Topeng-Blantek-1/ di unduh
tgl : 17 Desember 2014. 14.00

Seni budaya tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia apa lagi masyarakat asli Betawi
. Seni budaya Topeng Blantek memiliki asal-usul sejarah dalam masyarakat Betawi. Pada saat
awal dibentuknya seni budaya ini merupakan seni hiburan yang diminati masyarakat pada saat
itu. Walaupun, pada sekarang ini Topeng Blantek mengalami kemunduran. Kebertahanan
Topeng Blantek di Jakarta salah satunya di pengaruhi oleh adanya sanggar Betawi yang
berlandaskan pada kesenian tradisional Topeng Blantek. Peran sanggar juga sangat terkait
dengan pemiliknya yang merupakan seniman Betawi. Seniman Betawi merupakan pelopor
penggerak pelestarian terhadap seni budaya. Akan tetapi, hal tersebut perlu dibantu dan didukung
oleh faktor lain. Seni budaya Topeng Blantek merupakan produk masyarakat Betawi dan
sekaligus menjadi media sosial Betawi.

Sebelum lahirnya Topeng Blantek, pertunjukan Topeng dan Lenong sudah ada. Topeng
Blantek lahir karena sisi tolak yang berbeda antara Topeng dengan Lenong. Saat itu, Lenong
merupakan hiburan masyarakat kelas atas. Sedangkan Topeng merupakan hiburan masyarakat
kelas menengah kebawah. Dari kedua faktor itulah, Topeng Blantek lahir untuk menjadi seni
budaya yang bersifat universal bagi masyarakat. Oleh sebab itu Topeng Belantek lahir, ketika
ada kesenjangan pada masyarakat yang diakibatkan oleh dua faktor tersebut.
Mengenai hal tersebut, Abdurrachiem menegaskan,“Topeng Blantek itu lahir dari sebuah
proses keberadaan pertunjukan Topeng dan Lenong. Lenong ditonton oleh masyarakat kelas atas
salah satunya tuan tanah. Sedangkan Topeng untuk kalangan masyarakat kelas bawah. Dan
Topeng Blantek ada sebagai sisi netral atau penyeimbang. Dalam arti bahwa Topeng Blantek
dapat ditonton oleh semua kalangan.”9
Walaupun demikian, Topeng Blantek menjadi salah satu hiburan rakyat yang berasal dari seni
tradisional
9

masyarakat

Betawi.

Pada


awal

keberadaannya,

Abdul aziz, Tinjauan Sosiologi Topeng Blantek Betawi. Hal 3

Topeng

Blantek

dalam

pertunjukannya menggunakan obor. Obor di gunakan sebagai alat penerang dalam pertunjukan
dan selalu digunakan oleh tokoh Jantuk, karena dahulu Topeng Blantek pertunjukannya selalu
dimainkan pada malam hari.
Topeng Blantek berkembang dan disebar luaskan oleh para pedagang keliling jaman dulu,
sambil menunggu pagi dan dagangannya laku mereka suka bercerita diantara sundung
dagangannya. Sejak jaman dulu, para penggarap Topeng Blantek kebanyakan bertani dan
berdagang pada siang harinya, itupun jika diantara mereka tidak manggung pada malam harinya.

Sejak tahun 1950-an aktivitas Topeng Blantek vakum. Dan mulai tahun 70-an Pemda DKI
Jakarta mulai menggali kembali blantek. Namun setelah banyaknya seni pertunjukan asing
masuk, maka kesenian budaya Betawi semakin menghilang

dan diantara kesenian budaya

Betawi mulai dikenal masyarakat Betawi dan ditayangkan kembali oleh TVRI, serta menjadi
akrab kembali. Lebih-lebih Topeng Betawi dan Topeng Blantek yang disajikan diruang terbuka
di halaman dengan arena terbentuk oleh kerumunan para penontonnya hingga merupakan
lingkaran atau tapal kuda jika penonton menghadap ke layar tunggal. Dengan bentuk yang
demikian, maka posisi pemain dan penonton tanpa batas selama pertunjukan berlangsung.
Terkadang terjadi dialog antara para pemain dengan para penonton secara spontan dalam
beberapa saat. Pada dasarnya Topeng Blantek dengan Topeng Betawi adalah sama.
Perbedaannya terletak pada iringan musiknya. Topeng Betawi diiringi oleh musik Gamelan
Topeng berbau gaya Sunda yang ditambah oleh iringan gesekan Rebab, sedangkan Topeng
Blantek diiringi oleh Rebana Biang yang terdiri dari 3 buah Rebana (Biang, Ketok, Kotek).
Pada tahun 1979 diadakan lokakarya dan festival Topeng Blantek Kemudian Pada tahun
1990 an, Pergelaran Topeng Blantek tidak menggunakan teks, sehingga para pemainnya tidak
ada yang membaca teks sebelum pementasan. Namun, sisi kreatifitas setiap pemain yang


menjadi faktor utama untuk menghasilkan sebuah dialog akan tetap sesuai dengan pembagian
tugas pemain berdasarkan tema cerita yang ada didalam pertunjukan. Penamaan Topeng
merupakan adanya tokoh Jantuk yang selalu menggunakan Topeng. Dahulu beberapa Sanggar
Topeng Blantek, banyak memiliki cerita yang menjadi populer pada zamannya, seperti tabel
dibawah ini :
Tabel Sanggar Topeng Blantek tahun 1990an10
NAMA SANGGAR
Doa Sumiati
Edi Jaya

PIMPINAN
Warta Bin Selli
Marta

Fajar Ibnu Sena

Nasir Mupid

Kontemporer Jaya


Muhasyim

JUDUL NASKAH
Bodoh Pinter
Ketiban Duren
Si Jampang Pengen Jadi
Gubenur
Salah Colek

Tema cerita yang sering ditampilkan dalarn pementasan Topeng Blantek tentang tokoh
Legenda Betawi, seperti Si Pitung,, Jampang,,

Nyai Dasimah dan lain-lain. Di dalam

pertunjukan Topeng Blantek, selain cerita terkadang ditampilkan tari-tarian. Tarian yang
dipertunjukkan yaitu Ronggeng Blantek, Ngarojeng, Yapong, Topeng Tunggal, dan tari Betawi
lainnya.
Kesenian Topeng Blantek sekarang ini tidak menggembirakan. Blantek hanya tumbuh dan
berkembang di wilayah sekitar Bogor, khususnya di kampung Bojong Gede, Pondok Rajeg,
Citayam, dan Ciseeng. Regenerasi tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Namun, ada seorang

seniman yang giat berusaha memperkenalkan dan membawa Topeng Blantek diberbagai
pertunjukan seni yaitu Ras Barkah pada eranya Ras Barkah telah membawa kesenian Topeng
Blantek kepuncak kepopulerannyya dalam mengembangakan Kesenian kesenian Topeng Blantek

10

Atik Soepandi DKK, Topeng Blantek Betawi, (Dinas Kebudayaan DKI Jakarta : 1993) hlm 14

pada tahun 1994, banyak kesuksesan yang telah dicapai oleh Ras Barkah terutama membangun
yayasan untuk kemajuan kesenian Topeng Blantek.
Topeng Blantek merupakan hasil budaya masyarakat Betawi yang pada saat ini
“termarjinalkan” oleh situasi. Topeng Blantek belum diketahui sebagian besar masyarakat dan
berbanding terbalik jika dibandingkan dengan keberadaan Lenong. Padahal dalam khazanah
kebudayaan Betawi, Topeng Blantek menjadi bagian penting bagi masyarakat Betawi. Karena
apa? “Karena didalam pertunjukan Topeng Blantek terkandung aspek moral, agama dan
sosiologi masyarakat Betawi itu sendiri”. Contohnya bahwa pada setiap pertunjukannya Topeng
Blantek bersetting sundung dan obor. Sundung pada jaman dulu adalah alat paling berharga bagi
masyarakat Betawi dan begitu pula obor adalah simbol perjuangan masyarakat Betawi pada masa
itu.11
Nilai-Nilai Topeng Blantek Sebagai Media Untuk Masyarakat.
Didalam pertunjukan seni Topeng Blantek Para pemain dan seniman Topeng Blantek selalu
menyampaikan maksud dan tujuan pada pertunjukannya. Nilai yang merupakan tuntunan berarti
harus terkandung dalam norma di masyarakat. Norma sendiri terdiri dari cara (usage), kebiasaan
( folkways ), tata kelakuan (mores) dan adat istiadat (custom). 12 Nilai yang menjadi sebuah
tuntunan mempunyai peran penting terhadap kehidupan masyarakat. Nilai bersifat positif ini
secara langsung di transfer melalui seni budaya pada masyarakat luas. Nilai yang menjadi
tuntunan dapat memberikan sebuah pengamalan dan manfaat juga bagi para seniman dan
masyarakat luas. Nilai-nilai umum yang diberikan pada seni budaya adalah estetika dan etika.
Nilai estetika dilihat pada seni budaya salah satunya dari segi penampilan dan gerakan-gerakan

11

Dikutip dari berita jakarta : (http://www.beritajakarta.com, 2008.2-2-2012). Diakses pada 28-12-2014 15:37
Berita online, warta betawi kumpulan berita betawi, http://abdulazizbudaya.blogdetik.com/ diakses pada 23
juli 2015 09:49
12

dalam pertunjukan seni budaya Topeng Blantek. Nilai etika pada kesenian ini ditunjukan .dengan
moralitas, religius, dan karakter.
Nilai-nilai yang terkandung pada sebuah seni budaya Topeng Blantek harus ada dan tetap
dipertahankan karena dapat menjadi sebuah tuntunan hidup atau media untuk bermasyarakat.
Oleh karena itu, seni budaya Topeng Blantek tidak hanya sekedar tontonan, akan tetapi secara
substansi menjadi sebuah tuntunan di masyarakat luas terutama bagi kelompok masyarakat
Betawi dan seniman.
Dalam pertunjukan teater seni Topeng Blantek ini memiliki banyak peran yaitu sebagai media
sosial , media dakwah dan sebagai menghibur masyarakat yang menonton pertunjukan tersebut .
fungsi dan peran sangat penting disamping untuk menghibur masyarakat dan Topeng Blantek ini
didalam pertunjukan dapat unsur unsur dakwah yang isinya nasehat dan ajaran agama maknanya
bnyak bagi para penonton pertunjukan seni Topeng Blantek dan juga pertunjukan tersebut
sebagai media sosial pada saat penampilan pertujukan dimulai setiap pemain melakukan
interaksi menyapa para penonton dengan salam dan pada saat pemain mulai bermain melakuan
lakonan atau alur cerita yang lucu sehingga mengajak penonton masyarakatnya tertawa.
Peranan Topeng Blantek Sebagai Media Sosial
Seni budaya adalah bagian dari kehidupan mayarakat dan juga merupakan sebuah media
sosial masyarakat. Seni budaya sebagai media sosial yang dihasilkan dari produk sosial untuk
menyalurkan aspirasi masyarakat.
Topeng Belantek adalah berperan sebagai media sosial masyarakat Betawi. Media sosial yang
berlandaskan atas nilai-nilai dan merupakan sebuah sarana apreasiasi masyarakat untuk
menampilkan sesuatu yang ingin diungkapakan dan disalurkan, melalui pertunjukan. Salah satu
yang diungkapkan pada publik dan pemerintah, berisikan kepedulian, kritik sosial yang
merupakan bagian dari nilai sosial dalam Topeng Blantek.
Topeng Blantek merupakan bagian dari teater Betawi, memiliki fungsi sebagai sarana
informasi masyarakat dalam aspek-aspek kebudayaan yang berisi tentang sejarah, aktivitas
masyarakat Betawi, dan seni. Aspek tersebut sangat menjadi rujukan isi pada sebuah

kesenian .Dalam Topeng Blantek aspek-aspek tersebut saling berkaitan dan juga termasuk hal
yang utama dalam pementasan yang terdiri dari latihan adegan, pementasan teater yang
menggunakan panggung sebagai medianya. Pada aspek latihan adegan merupakan sebuah
kegiatan persiapan yang akan ditampilkan.
Seni topeng belantek merupakan sebuah media sosial. Media yang bersifat untuk semua
kalangan masyarakat. Media yang memberikan pesan pada para penonoton.Seni topeng belantek
sebagal media sosialisasi menyampaikan pesan melalui isi cerita melalui sebuah teater. Teater
merupakan sebuah sarana ekspresi para pemain topeng Belantek untuk menunjukan keterampilan
atau keahliannya dalam berseni. Dalam teater menunjukan kemampuan pemain yang diperoleh
dan pelatihan bakat dan proses belajar individu yang dimiliki pemain pada seni. Teater
pertunjukan kesenian Topeng Belantek memiliki tujuan untuk mentranformasikan nilai pada
masyarakat dengan melalui Pertunjukan seni budaya topeng Belantek merupakan repsenasi dan
ide, gagasan dan cerita yang disampaikan oleh para pemain dan seniman yang tergabung pada
komunitas betawi dalam sanggar, sehingga para penonton dapat mengambil pelajaran dan pesan
dan pertunjukan tersebut.
Oleh sebab itu, kesenian Topeng Blantek memiliki peran sebagai media sosial mampu
menciptakan hubungan sosial menurut Raymond William, dalam Chris Barker bahwa “budaya
meliputi organisasi produk struktur lembaga yang mengekspresikan hubungan sosial, dan bentuk
komunikasi anggota masyarakat”. Kesenian Topeng belantek juga dapat menciptakan interaksi
antara seni dengan masyarakat.13 Hubungan interaksi sosial berlanjut pada pemahaman dengan
para penonton dan berpengaruh pada masyarakat dalam Goerge ritzer bahwa “terjadinya proses
interaksi sosial harus memiliki sifat pengaruh dan mempengaruhi”. 14 Proses sosialisasi yang

13

14

Barker, Chris. 2004. Cultural Studies. Teori dan Praktek. Yoyakarta: Kreasi Wacana.
George Ritzer dan Douglas J..Teori Sosiologi Modern.Yogyakarta: Kencana, 2007. Hal 27

dilakukan oleh pemain dengan menampilkan cerita yang ingin disampaikan pada masyarakat.
Hal tersebut menunjukan proses sosialisasi terwujud melalui adanya hubungan komunikasi
melalui perilaku terbuka dan peran seniman dan pemain topeng belantek itu sendiri. Perilaku
terbuka dalam hal ini ditunjukan dengan gerakan-gerakan dan adegan yang ditampilkan Seni
topeng Belantek itu merupakan sarana menyampaikan sesuatu dalam proses untuk mencapai
tujuan. Oleh sebab itu, peran Topeng Blantek sebagai media sosial dapat berperan penting dan
memberi manfaat karena didalam pertunjukanya mengandung nilai-nilai yang mudah diserap dan
tersampaikan untuk para penonton atau masyarakat Betawi yang meliputi kegiatan atau aktivitas
dan kebiasaan kehidupan sehari masyarakat Betawi.
Peran Topeng Blantek sebagai pendidikan
Peran Topeng Blantek sebagai media Pendidikan itu sendiri merupakan proses pembelajaran
menuju masyarakat yang bertujuan positif dalam Nurul Zuriah bahwa “pendidikan yang
memberikan hal positif tidak hanya pemberian kognitif, selain itu terdiri dan beberapa unsurunsur yaitu penanaman moral, etika dan estetika dalam kehidupan.15” Pola pendidikan pada seni
topeng belantek rnengarah pada adanya eksistensi dan penyampaian nilai-nilai pada masyarakat
dalam Tirtaraharja Umar bahwa “pendidikan itu merupakan sesuatu yang memiliki sifat atau
nilai universal dan berlangsung secara terus menerus tidakputus. 16 Disetiap pertunjukan Topeng
Blantek terdapat pembelajaran untuk penontonnya bahwa pertunjukan Topeng Blantek
memberikan hal-hal yang membantu pengetahuan masyarakat atau penonton didalam alur
ceritanya menunjukan dan memperlihat nilai nilai yang menjadikan suatu tutunan dalam
bermasyarakat ataupun berkelompok karna itu Topeng Blantek bukan hanya tontonan yg

15

Nurul Zuriah. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspek Perubahan. Jakarta: Burni Aksara, 2008.
Hal 19
16
Mudji Sutrisno dan Hendarto Putranto. Ibid. Hal 69

menghibur tetapi Topeng Blantek juga bisa menjadi pembelajaran bagaimana cara bersosialisai
berkomunikasi dan berinteraksi kepada masyarakat yang menontonnya.
Pengetahuan itu menunjukan adanya tingkat kecerdasan pada para pemain seni topeng
belantek.Gagasan atau ide yang ingin disampaikan dikemas dalam cerita atau kisah.Kisah yang
diambil dan tokoh dan kehidupan masyarakat Betawi. Hal tersebut menjadikan pengetahuan
yang menonjol pada seni Topeng Belantek yaitu sejarah dan Betawi. Pengetahuan sejarah ini
bertujuan membahas tentang seni budaya tradisional tempo dulu. Seni budaya Topeng Blantek
merupakan peninggalan para seniman dan masyarakat Betawi dahulu.Salah satu pengetahuan
sejarah yang terkenal yaitu mengenai cerita si pitung. Pengetahuan sejarah juga memiliki tujuan
lain pada masyarakat yang merupakan penonton harus peduli dan melestarikan budayanya.
Di dalam buku karangan Poedjawijatha bahwa“pengetahuan adalah sesuatu yang
diketahuinya”17 Pengetahuan dalam hal ini bersifat wawasan.Wawasan pengetahuan terhadap
kesenian budaya. Para seniman dan pemain harus mampu memahami dan mengerti tentang seni.
Pengetahuan yang dihasilkan dan para pemain seni budaya topeng Belantek pada masyarakat
salah satunya dengán memberikan sejarah budaya masyarakat Betawi. Hal itu karena Seni
topeng Belantek merupakan bagian dan budaya tradisional masyarakat Betawi.Pengetahuan yang
bersumber pada keingintahuan terhadap sesuatu.Pengetahuan yang merupakan sebuah ide atau
gagasan yang ingin disampaikan pada masyarakat.Pengetahuan yang diberikan pada seni budaya
ini tidak dengan teori.Namun, pembenian itu bersifat tersirat terhadap masyarakat yang
menonton.Pengetahuan itu pun tidak terbatas hanya pada satu aspek, tapi lebih luas.
Pendidikan itu sendiri merupakan proses pembelajaran menuju masyarakat yang bertujuan
positif dalam Nurul Zuriah bahwa “pendidikan yang memberikan hal positif tidak hanya
pemberian kognitif, selain itu terdiri dan beberapa unsur-unsur yaitu penanaman moral, etika dan
17

Poedjawijatna, Tahu dan Pengetahuan: Pengantar Ilmu dan Filsafat. (Jakarta: PT Rneka Cipta, 1983.hlm 19

estetika dalam kehidupan.18” Pola pendidikan pada seni topeng belantek rnengarah pada adanya
eksistensi dan penyampaian nilai-nilai pada masyarakat dalam Tirtaraharja Umar bahwa
“pendidikan itu merupakan sesuatu yang memiliki sifat atau nilai universal dan berlangsung
secara terus menerus tidak putus.19 Aspek pengetahuan yang ada pada topeng belantek yaitu
mengandung sejarah. Sejarah merupakan bagian dari pendidikan dan pengatahuan. Point
pengetahuan sendiri yang satu iniakan mengajak pada masyarakat untuk mencintai dan Iebih
peduli akan budayanya. Sifat tersebut yang ditanamkan pada masyarakat sekarang ini.Jangan
melupakan sejarah.
Oleh sebab itu, para pemain seni Topeng Belantek tidak hanya menampilkan keterampilan
fisik, akan tetapi dan segi kognitif juga harus menguasai. Penguasaan pengetahuan yang dimiliki
oleh para pemain seni Topeng Belantek merupakan bagian dan sisi kemampuan pada dirinya.Hal
tersebut salah satu dan modal budaya pada kesenian tradisional Topeng Belantek. Dan dapat
memberikan pembelajaran atau bagi penontonya sehingga sangat berperan jika didalam
pertunjukan Topeng Blantek itu ditanamkan pola pendidikan
Peranan Topeng Blantek Sebagai Media Dakwah
Topeng Blantek memiliki fungsi bukan hanya sebagai hiburan. Namun Topeng Blantek
berfungsi sebagai alat untuk berdakwah menyebarkan ajaran-ajaran agama Islam, karena Asal
mula Topeng Blantek sampai menjadi sebuah pertunjukan berawal dari para pedagang di jajaran
wilayah Jakarta di mana terdapat suku Betawi. Para pedagang tersebut yang memperjualkan
dagangannya melalui celoteh-celoteh (kata-kata), mempunyai arti atau makna tentang
penerangan yang memberikan angin positif bagi para [enonton yang melihat, mendengar dan
memahami dan tutur kata yang diucapkannya itu, kemudian menjadi sebuah pertunjukan.
18

Nurul Zuriah. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspek tf Perubahan. Jakarta: Burni Aksara, 2008.
Hal 19
19
Mudji Sutrisno dan Hendarto Putranto. Ibid, hlm 69

Pedagang-pedagang tersebut kebanyakan berasal dan kalangan ahli agama Islam yang akhirnya
mempergunakan Topeng Blantek sebagai penyebaran agama Islam dan dakwah-dakwah kepada
masyarakat.20
Hal itu ditambah dengan iringan lagu-lagu Islami seperti Al Fiqih, Aisyah, dan Maulana.
Sedangkan lagu hiburan, salah satunya Jali-jali. Pada konteks lain nama Topeng Blantek diambil
dari alat musik rebana biang dan kotek sebagai iring-iringan pertunjukannya. Namun seiring
perkembangan waktu penggunaan Rebana Biang bergeser pada alat-alat tradisional lain yang
digunakan sebagai pengiring Topeng Belantek seperti Gong, Gendang dan lain-lain, sehingga
Rebana Biang jarang digunakan oleh para seniman. Alat-alat tradisional tersebut sebagai
pelengkap dalam kesenian topeng belantek.
Adanya nilai religious yang terkandung pada seni Topeng Blantek, hal ini ditunjukkan dari
sisi kaum Betawi yang selalu menggunakan songkok dan kain sarung pada penampilannya.
Songkok dan sarung merupakan simbol umat Islam yang sangat kental pada kaum Betawi. Pada
seni budaya Topeng Blantek adanya tokoh Jantuk juga diidentikkan dengan tokoh agama.
Karena Tokoh sentral tersebut yang merupakan ciri khas Topeng Blantek selalu memberikan
nasihat-nasihat diakhir acara pementasan Topeng Blantek. Nasihat-nasihat tersebut mengandung
unsur-unsur agama yaitu tentang kejujuran, kebaikan untuk selalu beribadah dan lain-lain. Pada
pergelaran Topeng Blantek yang terkadang selalu diiringi dengan musik-musik tradisional yang
bernuansa Islami. Nilai religius pada Topeng Blantek memberikan warna terhadap seni budaya
Topeng Blantek. Para seniman Betawi yang juga pemain Topeng Blantek dalam membuat tema
yang dibuat harus memiliki sisi agama. 21 Sehingga pada pertunjukan seni Topeng Blantek
memberikan peran yang sangat bermanfaat untuk penonton khususnya masyarakat Betawi islam.
20

Ungkapan dari Nasir Mupid di jurnal : jurnalsenibudayajakarta.blogspot.com/2013/10/apresiasi-senibudaya-topeng-blantek.html( diakses pada 28-12-2014 15:37)
21
warta betawi kumpulan berita betawi http://abdulazizbudaya.blogdetik.com/ (diakses pada 14-12-2014 0:56)

Selain itu, dari simbol warna-warna topeng (merah, putih, dan merah jambu) yang digunakan
dalam pentas dianggap memiliki nilai filasofis yang tinggi, sehingga dianggap sangat sacral.
Bahkan dahulu, pertunjukan topeng diawali dengan pelaksanaan ritual ngukup.22 Memang
pertujuan Topeng Blantek biasanya dimaksudkan sebagai kritik sosial atau untuk menyampaikan
nasihat nasihat tertentu kepada masyarakat. Cara menyampaikan kritik atau nasihat tersebut
biasanya dilakukan lewat banyolan-banyolan yang halus dan lucu, agar tidak dirasakan sebagai
suatu ejekan atau sindiran. Itulah sebab kesenian ini mempersyaratkan para pemainnya
mempunyai kemampuan berkomunikasi yang cukup tinggi.23
Peran Topeng Blantek sebagai media Hiburan
Pertunjukan Topeng Blantek kerap menjadi hiburan masyarakat saat hajatan pernikahan,
sunatan dan syukuran lainnya, memang sangat menghibur ketika masyarakat menonton
pertunjukan dan melihat kelucuan para pemain yang memainkan lakon alur cerita
memperlihatkan lelucuan yang mengundang tawa para penontonnya, para pemain pun sangat
interaktif membawakan cerita dari gaya, watak, prilaku sesuai perannya masing-masing. Keluar
masuk peran merupakan keluar masuk pemain kedalam perannya untuk keluar menjadi diri
sendiri dan kembali masuk menjadi peran yang dimainkan pemain.Pemain dapat keluar dan
perannya saat situasi tertentu dan masuk kembali ke dalam perannya ketika melanjutkan
ceritanya.
Ciri khas lelucon teater rakyat terutama tradisi Betawi yang sering menggunakan metode
keluar masuk peran secara spontanitas dan naluri pemain tradisi tersebut.Keluar masuk peran
bisa terjadi kapan saja pemain mau, apabila pada situasi tertentu pemain dapat menghidupkan

22

Tim Peneliti Kebudayaan Betawi FIB UI, Rupa Gaya Ras Betawi, cetakan I, Jakarta: Fakultas ilmu budaya
universitas Indonesia, 2012. Hal 72-73
23
Jurnal online, Apresiasi Seni Budaya Topeng Blantek, http://issuu.com/abdulaziz985/docs/buku_ajis_2
diakses pada 09-10-2015 12:35

cerita tersebut dengan metode keluar masuk peran tersebut. Misalnya ketika seorang tokoh
Jantuk menggunakan Topengnya, maka tokoh Jantuk tersebut sedang berperan menjadi tokoh
Jantuk, namun ketika tokoh Jantuk tidak menggunakan topengnya maka tokoh Jantuk sudah
berperan sebagai tokoh lain, misalnya menjadi tokoh Bapak, atau tokoh yang terpenting dalam
cerita tersebut. Media Ekpresi Yang Digunakan Tokoh Jantuk tentunya menggunakan media
ekspresi berbentuk Topeng Jantuk. “Dalam Topeng Blantek tokoh Jantuk diharuskan
menggunakan topeng berkarakter tokoh Jantuk”,24 tokoh yang harus menggunakan topeng dalam
Topeng Blantek adalah tokoh Jantuk. Ketika pertunjukan dimulai, tokoh Jantuk sebagai pembuka
narasi Topeng Blantek menggunakan topeng, namun pada saat cerita pertunjukan berjalan,
pemeran Jantuk dapat membuka Topengnya dan dapat berperan sebagai tokoh lain dengan tanpa
menggunakan Topeng Jantuk.
Perlunya pemaknaan dan Pemahaman merupakan titik awal dalam mempelajari sebuah
sesuatu, seperti seni kebudayaan Topeng Blantek, Pemahaman penafsiran terhadap sesuatu
berdasarkan rasionalitas. Pemahaman atau Verstehen terhadap sesuatu berdasarkan sikap
rasionalitas dan subyektifitas.25 Artinya bahwa pemahaman individu terhadap sesuatu hal
berbeda-beda tergantung dari sisi rasionalitas dan sudut pandang individu tersebut.
Dilihat bagaimana ceritanya Topeng Belantek pada tema Si Pitung atau tema yang lainnya
selalu memperlihatkan cerita seperti kehidupan sehari-hari namun didalam cerita atau tema-tema
yang kita tampilkan mengandung makna maupun nilai untuk diserap dan berguna bagi penonton
maupun masyarakat khususnya Betawi yang sangat tau bahasa dari yang kita tampilkan.” 26 Nilainilai didalam masyarakat digolongkan menjadi 2 macam yaitu, nilai inti dan nilai peri-peri. Nilai

24

Ungkapan seorang Pemimpin sanggar fajar ibnu sena.
Goerge Ritzer dan Douglas J, Teori Sosiologi Modern, Yogyakarta, Kencana, 2007, Hal 127
26
(Hasil Wawancara, Nasir Mupid, 23 September 2015, Topeng Blantek, Fajar Ibnu Sena, Pesanggrahan,
Jakarta Selatan)
25

inti adalah nilai-nilai universal, sedangkan pada nilai peri-peri adalah nilai alternative. 27 Nilai
universal tersebut pengertiannya nilai yang dapat diterima terdiri dari nilai sosial, nilai budaya
dan nilai agama. Berbeda dengan lembaga sekolah yang sifatnya formal maupun informal
dengan berbasis teori atau kongnitifitas, Walaupun terlalu sering dalam penyampaian pada saat
pertunjukan seni budaya ini bersifat humoris.
Sejarah berdirinya Sanggar Seni Fajar Ibnu Sena
Sanggar adalah suatu wadah yang diciptakan sedemikian rupa yang digunakan untuk
mencipta, berkarya, atau berkreasi tentang seni. Sanggar merupakan tempat kumpul, diskusi,
latihan, dan bereksplorasi calon-calon dan seniman. Sanggar yang dikelola dengan baik dan
memiliki agenda kegiatan yang jelas,dapat menunjang kraetivitas seniman.28 kesenian budaya
seperti Topeng Blantek dapat bertahan karena dijaga dan dilesterikan oleh sanggar-sanggar yang
melebar luas diberbagai daerah. peran sanggar sangat penting selain menjaga dan melestarikan
seni kebudayaan Topeng Blantek peran sanggar juga dapat mengembangkan, memberi dan
memfasilitaskan bagi siapa saja masyarakat yang ingin belajar dan mengetahui seni Topeng
Blantek.
Sejarah beridri sanggar Fajar Ibnu Sena Awalnya ada seorang seniman yang bernama Asep
Subarkah atau sering disebut Ras Barkah yang memperkenalkan dan mengembangkan Topeng
Blantek sehingga banyak sanggar-sanggar yang berdiri. Salah satunya adalah sanggar Fajar Ibnu
Sena.
sekitar tahun 1980-an nama sanggar ini adalah Topeng Blantek Nasir Mupid karena yang
mendirikan adalah Nasir Mupid seorang seniman yang lahir di Jakarta pada tanggal 2 April
1960, salah satu seniman muda yang pernah mendapatkan penghargaan sudin kebudayaan dan

27
28

Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 1991, Hal 15
Dikutip dari Ensiklopedi Sastra Indonesia Hal 713

permuseuman Jakarta selatan. Kegigihan dalam melestarikan seni budaya Betawi Topeng
Blantek dilakoni sejak tahun 1980. Dan sampai saat ini tidak ada tanda-tanda lelah pada diri
Nasir Mupid dalam memperjuangkan eksistensi seni budaya Topeng Blantek.
pada tanggal 5 Agustus 1983 Sanggar Topeng Blantek Nasir Mupid telah resmi atau telah
terdaftar di Dinas Kebudayaan DKI Jakarta dan Lembaga Kebudayaan Betawi, kemudian
meerubah nama menjadi sanggar Fajar Ibnu Sena, nama sanggar tersebut diambil dari nama
putra kedua bapak Nasir Mupid.
Sanggar Fajar Ibnu Sena adalah kelompok Topeng Blantek yang masih berusaha untuk tetap
bertahan. Kesenian ini sudah semakin jarang dimainkan, dan nyaris terancam punah. Satu per
satu kelompok yang dulu sempat menjamur menjadi berguguran. Kesenian ini sangat populer di
masa lalu dan berfungsi sebagai sarana komunikasi menyebarkan agama Islam. Dan Topeng
Blantek juga dimanfaatkan untuk mensosialisasikan berbagai program Pemerintah sehingga
jumlah kelompok Topeng Blantek daulunya mencapai puluhan.
sanggar ini bisa berdiri Karena keinginan seorang tokoh seniman yaitu Nasir Mupid.
Sebelumnya Nasir Mupid pernah belajar dan juga ikut gabung bersama kelompok Ras Barkah
namun setelah Ras Barkah meninggal dunia, Nasir Mupid membangun sanggar Fajar Ibnu Sena
karena keinginan Nasir Mupid untuk terus mengembangkan dan memperkenalkan kepada
masyarakat Pertunjukan seni Topeng Blantek.
beberapa pretasi yang telah diraih Juara I Festival Topeng Blantek tahun 1994, Peserta Proyek
Percontohan Pertunjukan keliling Topeng Blantek tahunn 1995.
Sanggar Fajar Ibnu Sena sempat vakum kemudian pada tahun 2003 sanggar Fajar Ibnu mulai
bangkit kembali. Walaupun sekarang penuh dengan keprihatinan sanggar Fajar Ibnu Sena terus
membina, mengembangkan dan melestarikan Blantek kepada generasi muda diwilayahnya.

Dengan terus menyelenggarakan pelatihan Blantek setiap minggu secara rutin dan melakukan
berbagai kegiatan pertunjukan dikampung-kampung.
Pada tahun 2007 Sanggar Fajar Ibnu Sena kembali mendapat prestasi yaitu Anugrah Seni
Teater Tradisional Betawi (Topeng Blantek) serta beberapa kegiatan seminar dan lokarya teater
tradisional Betawi. Dalam perkembangannya, Fajar Ibnu Sena salah satu dari sedikit kelompok
Topeng Blantek yang masih berusaha untuk tetap bertahan. Kesenian ini sudah semakin jarang
dimainkan, dan nyaris terancam punah. Satu per satu kelompok yang dulu sempat menjamur
menjadi berguguran. Kini sangat diharapkan adanya upaya revitalisasi Topeng Blantek dapat
dibina, dikembangkan dilestarikan dan dimanfaatkan keberadaannya ditanah kelahirannya
sendiri. Kesenian ini sangat populer di masa lalu dan berfungsi sebagai sarana komunikasi
menyebarkan agama Islam.29 Karena dahulunya Topeng Blantek ini berkembang dan disebarkan
oleh para pedagang keliling zaman dulu, sambil menunggu pagi dan dagangannya laku mereka
bercerita diantara sundung (sebagai alat membawa barang dagangan) dan obor (sebagai alat
penerang). Jadi Topeng Blantek sangat berperan sebagai media dakwah dan penyebaran Islam.
karena sanggar Fajar Ibnu Sena didasari oleh pemikiran pentingnya sebuah gerakan kebudayaan
untuk dakwah, pendidikan, sosial, proses penyadaran pikiran dan jiwa serta pemberdayaan
masyarakat, dengan tujuan utamanya adalah menjaga dan memelihara keutuhan harkat dan
martabat manusia.30 Karena sanggar Fajar Ibnu Sena memiliki konsep yaitu Semua kegiatan
Fajar Ibnu Sena berbentuk gerakan kebudayaan dan kemanusiaan yang memakai media seni
budaya untuk melakukan proses dakwah, pendidikan, sosial, penyadaran, dan pemberdayaan
masyarakat. Sasaran utamanya adalah masyarakat dan lingkungan dengan membentuk generasi
29

30

PT. Sinar Kasih BUDAYA Penulis: Ignatius Dwiana 22:30 WIB
Dokumen Profil Sanggar Seni Budaya Fajar Ibnu Sena “Menghidupkan Seni, Memajukan Bangsa –

Seni Milik Masyarakat, Masyarakat Memiliki Seni”

yang cerdas, edukatif, responsif, inovatif, apresiatif terhadap lingkungan dan masyarakat. Visi
dan misi yang dirancang sanggar Fajar Ibnu Sena adalah Terwujudnya peradaban baru bangsa
Indonesia yang lebih demokratis dan menghormati hak-hak asasi manusia dan Membangun
gerakan kebudayaan di Indonesia, yang mampu membentuk masyarakat berkultur demokrasi
yang berkeadilan, toleran, pluralis, dan menjunjung tinggi kesetaraan jender.
Adapun kelembagaan sanggar Fajar Ibnu Sena sebagai berikut:
o

Fajar Ibnu Sena adalah organisasi yang berbentuk perkumpulan dan bersifat terbuka
untuk semua partisipan tanpa membedakan agama,suku,warna kulit, dan latar belakang
kebudayaannya.

o

Fajar Ibnu Sena adalah organisasi para professional di bidang seni budaya yang
mempunyai komitmen pada persoalan-persoalan sosial kemanusiaan dalam rangka
penegakan hak asasi manusia.

o

Fajar Ibnu Sena adalah perkumpulan di bidang seni budaya yang tidak sekedar
melakukan diskusi, apresiasi, atraksi seni budaya, tetapi melakukan proses penyadaran
melalui berbagai bentuk ekspresi seni budaya sebagaimana ditegaskan bahwa misi
kebudayaan yang akan diusung adalah mengembangkan seni budaya dalam konteks
kepentingan mengangkat harkat dan martabat manusia.

o

Berbekal komitmen tersebut, Fajar Ibnu Sena selanjutnya telah menyusun rencanarencana dan pelaksanaan proyek-proyek seni budaya yang tidak pernah terlepas dari
argumentasi konsepnya sendiri.

o

Fajar Ibnu Sena akan mendasarkan metode pelaksanaan kegiatannya pada kolaborasi
dengan jaringan seluas mungkin di berbagai daerah untuk mengangkat persoalanpersoalan sosial yang penting dan aktual.

Peran tokoh Ras Barkah dalam mengembangkan Seni Topeng Blantek
Ras Barkah lahir di Bogor, 28 Agustus 1942. Mula-mula Ras Barkah terjun ke film sebagai
figuran di tahun 1961. Setelah itu ikut dalam beberapa produksi sebagai pemain pembantu. Di
samping film, ia aktif dalam dunia pentas sebagai sutradara, pernah memimpin Blantek Si
Barkah, API (Arena pentas Indonesia) dan Teater Ular. Ia juga pernah menjadi kepala pengawas
DPM (Dewan Perawakilan Masyarakat) Pelabuhan Ratu (1961-1962), menjabat kepala RRI
Sukabumi (1966-1968), menjadi pimpinan panggung Jakarta Fair (1970-1972), menjadi
pembantu pimpinan panggung TIM (1972-1973). Dia mendirikan beberapa group Topeng
Blantek yaitu YANIDA (Yayasan Topeng Blantek Jakarta) 31 dan Pangker Group yang sekarang
dipimpin oleh marhasan. Ras Barkah banyak memberikan pakem-pakem terhadap para pemain
yang belajar di group tersebut. Memberikan pelajaran dan memperkenalkan seni Pertunjukan
Topeng Blantek kepada para seniman.32
Bersama Kelompok Si Barkah. Ras Barkah merekrut banyak pemain muda, dan tampil di
berbagai festival. Ras Barkah pun melakukan pengembangan kesenian Topeng Blantek ke
bentuk yang lebih sempurna, namun tidak meninggalkan keasliannya. Saat era Ras Barkah,
kesenian Topeng Blantek sempat tumbuh subur hingga ada 25 sanggar dengan rincian, Jakarta
Barat 10, Jakarta Utara 3, Jakarta Timur 5, Jakarta Pusat 3, dan Jakarta Selatan 4 sanggar.
kesenian Topeng Blantek sempat bangkit pada 1972 saat seorang tokoh kesenian bernama Ras
Barkah dengan sanggarnya yang dinamakan si Barkah melakukan pengembangan kesenian
Topeng Blantek ke bentuk yang lebih sempurna, namun tidak meninggalkan keasliannya.
31

Hasil wawancara pribadi oleh seorang tokoh seniman Topeng Blantek yang bernama Nasir Mupid pernah
bernaung di kelompok Ras Barkah selama hampir 5 tahun sebelum beliau meninggal hingga akhirnya setelah tokoh
seniman Ras Barkah Meninggal, kemudian hingga akhirnya Nasir Mupid mendirikan sanggar Fajar Ibnu sena. 05
Desember 2015
32
Dikutip dari berita online : Berita SeputarJakarta.http://poskobudayaswadarma.blogdetik.com/tag/topengblantek/page/2/

Awalnya, sekitar tahun 1979 berkat kegigihan “raja blantek” alm Ras Barkah dalam
mengembalikan Topeng Blantek seperti sedia kala. Sanggar Topeng Blantek tumbuh subur,
jumlahnya mencapai 32 sanggar yang tersebar di Jakarta. Namun, seiring waktu puluhan sanggar
itupun “rontok”. Saat ini sanggar Topeng Blantek hanya tiga, yaitu sanggar Fajar Ibnu Sena
Pimpinan Nasir Mupid, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Pangker Group Pimpinan Marhasan
Kalideres, Jakarta Barat dan Blantek Si Boyo, Pimpinan Nasir Boyo, Cijantung, Jakarta Timur.
Topeng Blantek adalah budaya masyarakat Betawi yang cikal bakalnya berasal dari masyarakat
Batavia yang berkembang di sekitaran kastil VOC. Kesenian Topeng Blantek yang di bawah
oleh Ras Barkah ini sempat mencapai masa keemasannya ketika digelarnya festival pada 26-31
Mei 1994 selama lima hari berturut-turut atas kerja sama Dinas Kebudayaan DKI Jakarta dengan
Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) dan yayasan Seni Budaya Jakarta.33
Tidak ada tanda-tanda lelah pada diri para seniman Topeng Blantek dalam memperjuangkan
eksistensi seni budaya Topeng Blantek. Seseorang yang sangat berjasa dalam memperjuangkan
Topeng Blantek di Jakarta adalah alm Ras Barkah. Berawal pada kisaran tahun 1980-an sedang
giat-giatnya para seniman berkesenian di Pusat Pengembangan Kesenian di daerah Kuningan
Jakarta Selatan. Sejak itulah para seniman, mulai menggemari dan terus menekuni seni budaya
Topeng Blantek yang merupakan salah satu jenis teater tradisional betawi. Namun, di awal tahun
2000-an seni budaya Topeng Blantek mulai mengalami masa-masa sekarat. Oleh karena itu
diharapkan perhatian dan dukungan pihak pemerintah, swasta, dunia usaha dan masyarakat untuk
sama-sama bertanggung jawab dalam pelestarian dan pengembangan seni budaya Topeng
Blantek. Sebab, bila keadaan ini dibiarkan terus, tidak mustahil dalam beberapa tahun ke depan
seni budaya Topeng Blantek akan tinggal kenangan. Kekurangan dalam pelestarian dan

33

dikutip dari tulisan Bang Jaloe seorang jurnalistik di www.beritajakarta.com diakses pada 12 november 2015
12 : 33

pengembangan seni budaya Topeng Blantek dikarenakan sarana dan prasarana yang ada kurang
memadai. Bahkan, walau kini telah banyak gedung dan tempat pertunjukan kesenian dibangun
bertebaran di Jakarta, Topeng Blantek jarang muncul untuk diberikan kesempatan
mempertunjukan kreasinya. Dengan demikian, saat ini kondisi kehidupan seniman Topeng
Blantek sangat memprihatinkan dan mengenaskan serta membingungkan. Mereka tidak punya
pekerjaan lain selain mengurusi grup dan sanggar, karena itu dari mana mereka dapat membiayai
keluarganya. Memang sangat ironis, bila di daerah kelahirannya sendiri seni budaya Topeng
Blantek harus rela mengalah dengan semakin maraknya seni budaya pop yang tumbuh dan
berkembang di masyarakat Jakarta.
Jadi ketika seni pertunjukan seni Topeng Blantek mengalami masa keemasannya karena
seorang tokoh seniman yang bernama Ras Barkah beliau sangat berperan dalam
mengembangkan seni pertunjukan Topeng Blantek. Memperkenal budaya betawi melalaui
pertunjukan Topeng Blantek tersebut kepada penonton atau Masyarakat Betawi bukan hanya
sebuah pertunjukan tetapi memberikan maanfaat kepada masyarakat terutama tentang alur cerita
yang mengandung berbagai unsur media yang disampaikan dari pertunjukan seni Topeng
Blantek.
Hubungan Ras Barkah dengan pemimpin sanggar Fajar Ibnu Sena kala itu pemipin Sanggar
Fajar Ibnu Sena sebelum mendirikan sanggar tersebut pimpinan sanggar Fajar Ibnu Sena yaitu
Nasir Mupid adalah anak buah dari Ras Barkah yang belajar memperdalami kesenian Topeng
Blantek selama bertahun tahun sebelum Ras Barkah Meninggal dunia Nasir Mupid bernaung
menekunin Kesenian Topeng Blantek bersama Ras Barkah. Seseorang yang sangat berjasa dalam
mengenalkan Topeng Blantek kepada Nasir Mupid adalah Ras Barkah ketika Nasir Mupid
sedang giat belajar berkesenian di Pusat Pengembangan Kesenian di daerah Kuningan ia bertemu

dengan Ras Barkah sejak itulah mereka bersama-sama mulai menekuni dan terus
mengembangkan seni Topeng Blantek yang merupakan salah satu jenis tater rakyat Betawi.
Pertunjukan Seni Topeng Blantek
Didalam pertnjukan terdapat tiga fungsi walapun sering bercampur dan tidak jelas batasbatasnya, diantaranya ; Fungsi pertama dari seni pertunjukan adalah ritual atau upacara. Dari
zaman yunani purba hingga kini pada teater-teater pertunjukan etnis (daerah) di Indonesia dan
berbagai bangsa lain, fungsi ritual teater tampak menonjol. Penghayatan dan pengukuhan nilainilai kepercayaan atau agama yang dianut oleh masyarakat yang melaksanakannya. Fungsi
kedua adalah seni atau estetik. Didalam teater pertunjukan seni masyrakat bukan saja
mengungkapkan apa yang di lihat, pikiran, perasaan, harapan, dan sebagainya, akan tetapi juga
menikmati bentuk-bentuk ungkapan yang mereka gunakan. Fungsi ketiga adalah hiburan dalam
hubungan ini teater pertunjukan memenuhi keperluan masyarakat akan pengalaman yang
berbeda dengan pemgalaman sehari-hari bahkan kadang-kadang memenuhi keperluan bagi
masyarakat yang ingin melepaskan diri dari persoalan kehidupan mereka. Contoh teater dalam
fungsi hiburan banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari baik dari jenis teater etnis
maupun teater baru yaitu lenong, topeng, ataupun ludruk dan sebagainya.34
Seni Topeng Blantek ini, merupakan pertunjukan rakyat yang terdiri dari unsur nyanyi, tari,
musik(gamelan), lelucon, dan cerita sandiwara. Berbeda dengan sejenis sandiwara rakyat yang
terkenal juga di Jakarta yaitu lenong. Perbedaan itu antara lain ditandai oleh tempat bermainnya.
Lenong dipertunjukan diatas panggung, sedangkan Topeng Blantek berlangsung di tanah
lapangan biasa. Pertunjukan yang dilakukan seperti Topeng Blantek, mungkin disesuaikan
dengan keperluan seni itu sendiri. Sebab, pada Topeng Blantek, hubungan antara pemain dan
penonton terjadi lebih erat. Sering kali ada kesempatan-kesempatan yang mungkin penonton ikut
34

Sudarsono R.M, Pengantar Apresiasi seni, cet-I, Jakarta: Balai Pustaka, 1992. Hal 132-134

dalam percakapan para pemain. Bahkan bukanlah suatu yang tidak mungkin, jika pada tarian
yang dilakukan pemain, ada penonton yang masuk lingkungan permainan. Pemain dan penonton
yang senang, dapat berinteraksi sehingga terlihat hubungan yang erat antara penonton dan
pemain.35
Topeng Blantek memiliki unsur-unsur dalam pertunjukannya, unsur-unsur tersebut terdapat
pakem-pakem pertunjukan Topeng Blantek yang selama ini digunakan oleh seniman Topeng
Blantek. Unsur-unsur pertunjukan Topeng Blantek antara lain :

1.

Cerita

Cerita yang dibawakan bersumber dari sastra lisan bahwa, “Banyak kita temukan sastra lisan
di teater Indonesia, yang sering disebut sebagai sastra lisan daerah. Hampir di setiap daerah
(kelompok etnik) dapat kita temukan sastra lisan daerah yang ciri utamanya adalah bahasa
daerah,”36
Cerita Topeng Blantek pada umumnya merupakan cerita-cerita legenda masyarakat betawi,
tapi saat ini tidak hanya cerita-cerita legenda saja yang dimainkan dan ceritanya bisa mengenai
apa saja yang penting terdapat unsur hiburan, penerangan, pendidikan dan dakwah. Unsur-unsur
cerita Topeng Blantek antara lain : a.) Cerita dari pertunjukan Topeng Blantek tidak memiliki
naskah yang tertulis. Seiring perkembangan zaman, kini cerita pertunjukan Topeng Blantek
menggunakan naskah tertulis yang berisi plot-plot adegan alur cerita sebagai patokan para panjak
(pemain). ada pula yang sudah menggunakan naskah tertulis dengan dialog yang rapih tetapi
biasanya pemain Topeng Blantek tidak terbiasa untuk mengikuti dialog atau kata- kata yang

35

Edi Sedyawati, Sapardi Djoko Damono, Seni Dalam Masyarakat Indonesia Bunga Rampai, Jakarta: PT.
Gramedia, 1983. Hal 91-92
36
Achmad, A. Kasim. Mengenal Teater Tradisional di Indinesia. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta. 2006. Hal
98

tertulis di dalam naskah tersebut, mereka lebih terbiasa dengan improvisasi dari cerita foklore
(cerita rakyat turun-temurun). b.) Cerita yang dilakonkan adalah cerita legenda masyarakat
betawi. Legenda Si Pitung, Si Jampang, Si Jantuk, dll. c.) Cerita yang dilakonkan bisa cerita apa
saja yang penting ada tokoh jantuk sebagai narator atau dalang. Bahkan, cerita teater modern pun
sudah sangat sering dilakonkan dengan adaptasi kedalam bentuk cerita masyarakat betawi.
Penggarapan cerita pada Topeng Blantek menggunakan alur cerita atau plot. Plot adalah alur
atau jalan cerita.Plot adalah lakon atau kisahan.37Alur ini yang mengantarkan lakon menjadi
semakin menarik. Pada mulanya plot pada penggarapan cerita Topeng Blantek digarap
secaralisan. Plot ini bermula dan plot lisan atau hanya menjelaskan konsep dan mulutkemulut.Kemudian sering berkembangnya zaman, ada beberapa teater rakyat yang sudah
menggunakan plot tertulis. Tetapi para aktor tradisional tidak mau mengenal naskah yang sudah
tertulis dan ada dialognya. Apabila pemain diberikan naskah, maka naskah tersebut kurang
efektif, bahkan hanya dilihat dan dipegang saja, naskah tersebut tidak akan dihapal