BAB II - Formulasi Sediaan Pewarna Pipi Dalam Bentuk Padat Dengan Menggunakan Ekstrak Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa)

BAB BAB BAB

BAB II II II II TINJAUAN TINJAUAN PUSTAKA PUSTAKA TINJAUAN TINJAUAN PUSTAKA PUSTAKA

  2.1 Uraian Tumbuhan

  2.1

  2.1 Uraian

  2.1 Uraian Tumbuhan Uraian Tumbuhan Tumbuhan

  2.1.1

  2.1.1 Habitat Habitat tumbuhan tumbuhan

  2.1.1

  2.1.1 Habitat Habitat tumbuhan tumbuhan

  Belimbing wuluh merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari kawasan Malaysia, kemudian menyebar luas ke berbagai negara yang beriklim tropis lainnya di dunia termasuk Indonesia. Di kawasan Amerika, buah belimbing dikenal dengan nama starfruits (Hernowo, 2011).

  2.1.2

  2.1.2

  2.1.2 Morfologi Morfologi Morfologi tumbuhan Morfologi tumbuhan tumbuhan tumbuhan

  2.1.2

  Tanaman belimbing wuluh memiliki tinggi 5-10 m dengan batang yang tidak begitu besar dan diameternya hanya 30 cm. Ditanam untuk diambil buahnya, namun terkadang juga ditemukan tumbuh liar di dataran rendah sampai 500 m diatas permukaan laut. Batangnya bergelombang kasar, pendek dan cabangnya sedikit. Daunnya membentuk kelompok menyirip bergantian, panjangnya 30-60 cm dan berkelompok pada akhir cabang. Pada setiap daun terdapat 11-45 pasang daun oval. Bunganya kecil, muncul langsung dari batang dengan tangkai bunga berbulu. Mahkota bunganya berjumlah lima, berwarna putih, kuning, atau ungu.

  Buahnya berbentuk elips atau torpedo dengan panjang 4-10 cm. Warnanya hijau ketika muda dengan kelopak yang tersisa menempel di ujung. Buah masak berwarna kuning atau pucat (Elshabrina, 2013).

  2.1.3

  2.1.3

  2.1.3 Sistematika Sistematika tumbuhan Sistematika tumbuhan tumbuhan tumbuhan

  2.1.3 Sistematika

  Taksonomi belimbing wuluh (Hernowo, 2011): Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dycotyledonae Ordo : Oxalidales Famili : Oxalidaceae Genus : Averrhoa Species : Averrhoa bilimbi L.

  2.1.4

  2.1.4 Kandungan Kandungan kimia kimia

  2.1.4

  2.1.4 Kandungan Kandungan kimia kimia

  Di dalam belimbing wuluh terdapat beberapa kandungan diantaranya kalsium, besi, tiamin, riboflavin, karoten, asam askorbat, niasin, dan kandungan air. Sedangkan bunga belimbing wuluh mengandung antosianin (Elshabrina, 2013).

  2.1.5

  2.1.5

  2.1.5 Antosianin Antosianin Antosianin

  2.1.5 Antosianin

  Antosianin berasal dari bahasa Yunani yaitu “anthos” yang berarti bunga dan “kyanos” yang berarti biru gelap dan termasuk senyawa flavonoid. Antosianin merupakan sekelompok zat warna berwarna kemerahan yang larut dalam air dan tersebar sangat luas di dunia tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu dapat digunakan sebagai pewarna alami yang tersebar luas dalam tumbuhan (bunga, buah-buahan, dan sayuran). Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air adalah penyebab hampir semua warna merah, oranye, ungu, dan biru (Kumalaningsih, 2006).

  Secara kimia, semua antosianin merupakan turunan sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi. Antosianidin adalah aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Antosianidin yang paling umum dipakai saat ini adalah sianidin yang berwarna merah lembayung. Perbedaan warna alami pigmen ini dipengaruhi oleh hidroksilasi dan metilasi, hidroksilasi meningkatkan warna biru sedangkan metilasi meningkatkan warna merah (Kumalaningsih, 2006).

  Aplikasi antosianin berperan sebagai pewarna alami dapat dilakukan pada pH rendah. Faktor –faktor yang mempengaruhi stabilitas antosianin adalah oksigen, pH, temperatur, cahaya, ion logam, dan asam askorbat. Warna dari antosianin biasanya lebih stabil pada pH dibawah 3,5. Pigmen antosianin stabil pada pH 1-3 (Kumalaningsih, 2006).

  2.1.6

  2.1.6

  2.1.6 Ekstraksi Ekstraksi Ekstraksi

  2.1.6 Ekstraksi

  Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut.

  Dengan diketahuinya senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM, 2000).

  Eksraksi antosianin umumnya menggunakan metode maserasi yaitu proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan. Sedangkan remaserasi adalah pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat pertama, dan seterusnya (Ditjen POM, 2000).

  Ekstraksi antosianin menggunakan pelarut etanol 96%. Hal ini disebabkan tingkat kepolaran antosianin hampir sama dengan etanol 96% sehingga dapat larut dengan baik pada etanol 96% (Inayati dan Nurlela, 2011).

  2.2 Kosmetik

  2.2

  2.2 Kosmetik Kosmetik

  2.2 Kosmetik

  2.2.1

  2.2.1 Pengertian Pengertian kosmetik kosmetik

  2.2.1

  2.2.1 Pengertian Pengertian kosmetik kosmetik

  Kosmetik berasal dari kata kosmetikos (Yunani) yang artinya keterampilan menghias, mengatur. Jadi, kosmetik pada dasarnya adalah campuran bahan yang diaplikasikan pada anggota tubuh bagian luar seperti epidermis kulit, kuku, rambut, bibir, gigi, dan sebagainya dengan tujuan untuk menambah daya tarik, melindungi, memperbaiki, sehingga penampilannya lebih indah (Muliyawan dan suriana, 2013).

  Kosmetika merupakan campuran bahan alami untuk perawatan, dekorasi, dan wangi-wangian. Bahan alami yang digunakan berasal dari bahan tumbuhan, bahan dari binatang atau bahan yang terdapat di alam bebas disekeliling kehidupan manusia (Wasitaatmadja, 1997).

  2.2.2

  2.2.2

  2.2.2 Kosmetik Kosmetik dekoratif Kosmetik dekoratif dekoratif dekoratif

  2.2.2 Kosmetik

  Tujuan awal penggunaan kosmetik adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terpapar oleh pandangan sehingga terlihat lebih menarik dan sekaligus juga menutupi kekurangan (cacat) yang ada (Wasitaatmadja, 1997).

  Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi menjadi (Wasitaatmadja, 1997):

  1. Kosmetik rias kulit (wajah)

  2. Kosmetik rias bibir

  3. Kosmetik rias rambut

  4. Kosmetik rias mata

  5. Kosmetik rias kuku Pembagian kosmetik dekoratif (Tranggono dan Latifah, 2007):

  a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, pewarna bibir, pemerah pipi, eye shadow dan lain-lain.

  b. Kosmetika dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu yang lama baru luntur. Misalnya: kosmetika pemutih kulit, cat rambut, dan pengeriting rambut.

  2.2.3

  2.2.3

  2.2.3 Zat Zat pewarna Zat pewarna pewarna pewarna

  2.2.3 Zat

  Peran zat warna sangat besar dalam kosmetik dekoratif. Pemakaian kosmetik dekoratif lebih untuk alasan estetika dari pada kulit. Persyaratan untuk kosmetika dekoratif antara lain:

  a. Warna yang menarik

  b. Bau yang harum menyenangkan

  c. Tidak lengket

  d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau e. Tidak merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku dan lainnya.

  Zat warna berasal dari dua sumber. Ada yang berasal dari alam dan ada juga yang sintesis. Zat warna alami umumnya lebih aman digunakan, tetapi zat warna alami lebih sulit disintesa serta sulit untuk distandarisasi. Zat warna sintesis lebih mudah diatur tingkat intensitas warnanya. Harga zat sintesis juga lebih murah sehingga lebih disukai oleh produsen dan konsumen (Muliyawan dan Suriana, 2013).

  Jenis-jenis zat pewarna yang terdapat pada kosmetik dibagi dalam beberapa kelompok yaitu:

  1. Zat warna alam yang larut Sebenarnya zat warna jenis ini lebih aman bagi kulit. Namun, pada produk-produk kosmetik modern dewasa ini, zat warna alam sudah jarang digunakan. Zat warna alam larut ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya yaitu kekuatan pewarnaannya relatif lemah, tidak tahan lama, dn relatif mahal.

  Beberapa contoh zat warna alam yang larut adalah: a. Alkalain, yaitu zat warna merah yang di ekstrak dari kulit akar alkana (Radix alcannae)

  b. Karmin, yaitu zat warna merah yang diperoleh dari serangga tertentu yang telah dikeringkan c. Ekstrak klorofil daun-daun hijau, untuk menghasilkan warna hijau

  d. Henna, yaitu zat warna yang biasanya digunakan untuk pewarna kuku dan rambut. Diekstrak dari daun Lawsonia inermis.

  e. Karoten, yaitu zat warna kuning yang diekstrak dari bagian tanaman tertentu yang mengandung zat warna kuning (Muliyawan dan Suriana, 2013).

  2. Zat warna sintesis Zat warna sintesis adalah zat warna yang dihasilkan melalui proses sintesa senyawa kimia tertentu. Zat warna jenis ini dikenal juga dengan sebutan anilina atau Coal-tar. Adapun sifat-sifat zat warna sintesis antara lain:

  a. Intensitas warnanya sangat kuat

b. Larut dalam air, minyak, alkohol,atau salah satu darinya

  c. Zat warna untuk rambut dan kuku biasanya daya rekatnya lebih kuat dari pada zat warna untuk kulit d. Beberapa bersifat toksik, sehingga perlu hati-hati menggunakan produk kosmetik yang mengandung zat warna jenis ini (Muliyawan dan Suriana,

  2013):

  3. Pigmen-pigmen alam Pigmen-pigmen alami itu adalah pigmen warna yang terdapat pada tanah, contohnya aluminium silikat. Keunggulan pigmen-pigmen alam sebagai zat pewarna adalah zat warna ini murni dan sama sekali tidak berrbahaya. Aman digunakan untuk kulit, sehingga zat warna ini banyak dipakai untuk mewarnai bedak, krim, dan aneka kosmetik lainnya. Sementara kelemahannya yaitu zat warna yang dihasilkan tidak seragam. Sangat bergantung pada sumber asalnya dan tingkat pemanasannya (Muliyawan dan Suriana, 2013).

  4. Pigmen-pigmen sintesis Dewasa ini banyak juga ditemukan besioksida sintesis yang sering digunakan sebagai pengganti zat warna alam. Berikut adalah beberapa contoh pigmen sintesis yang digunakan dalam industri kosmetik, antara lain:

  a. Besi oksida sintesis menghasilkan warna antara lain kuning, cokelat, merah dan beragam warna violet b. Zinc oxide dan Titanium oxide (pigmen sintesis putih)

  c. Bismuth oxychloride sebagai warna putih mutiara

  d. Bismuth carbonate sebagai pigmen putih

  e. Cobalt digunakan sebagai pigmen sintesis warna biru, sementara Cobalt hijau untuk pigmen hijau kebiru-biruan f. Beberapa zat warna asal Coal-tar juga digolongkan sebagai pigmen sintesis g. Beberapa pigmen sintesis tidak dibenarkan pemakaiannya dalam kosmetik karena bersifat toksis, contohnya Cadmium sulfide.

  h. Lakes alam dan sintesis. Lakes merupakan zat warna yang sering digunakan dalam bedak, lipstik, dan kosmetik lainnya. Penggunaan Lakes lebih umum karena menghasilkan warna yang lebih cerah daan cocok dengan kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).

  2.3

  2.3

  2.3 Pewarna Pewarna Pipi Pewarna Pipi (Rouge) Pipi Pipi (Rouge) (Rouge) (Rouge)

  2.3 Pewarna

  Produk pewarna pipi ini bertujuan memerahkan pipi, sehingga penggunaannya tampak lebih cantik dan segar. Kadang-kadang dipakai langsung, tetapi lebih sering sebagai foundation (Tranggono dan Latifah, 2007).

  Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis pewarna pipi, diantaranya

  1. Pewarna pipi bentuk bubuk kompak Bentuk pewarna pipi jenis ini mirip dengan bedak padat. Pewarna pipi ini merupakan jenis yang paling populer. Untuk mengulaskan pewarna pipi, jenis ini bisa menggunakan bantuan brush atau spons (Muliyawan dan Suriana, 2013).

  Bubuk kompak adalah sediaan dasar berupa padatan, lembut, homogen, mudah disapukan merata pada kulit, tidak menimbulkan iritasi, biasanya berbentuk cake, digunakan sebagai sediaan kosmetik untuk berbagai tata rias. Bahan untuk pembuatan bubuk kompak diperlukan bahan seperti yang tertera pada bubuk kompak, biasanya ditambah zat pengikat atau pelicin untuk memudahkan pengempaan. Formulasi bubuk kompak umumnya mengandung talkum dengan kadar tinggi dan zat pengikat, sehingga campuran bahan dapat dikempa dalam bentuk kompak (Ditjen POM, 1985).

  2. Pewarna pipi bentuk krim Pewarna pipi bentuk krim akan membuat pipi lembab alami. Bentuknya tidak sepadat pewarna pipi bubuk kompak dan memiliki tekstur lebih basah, sehingga warna yag dihasilkan lebih menyatu alami dengan warna kulit wajah (Muliyawan dan Suriana, 2013).

  3. Pewarna pipi bentuk gradasi

  Pewarna pipi jens ini mirip dengan bentuk bubuk kompak. Bedanya, dalam kemasan terdapat beberapa warna pewarna pipi yang senada. Hasil gabungan warna tersebut dapat membuat pipi tampak lebih cerah (Muliyawan dan Suriana, 2013).

  4. Pewarna pipi bentuk batang Pewarna pipi ini dikemas dalam tube mirip lipstik. Penggunaannya cukup mudah karena langsung di poleskan ke pipi. Pewarna pipi bentuk batang ini cocok untuk semua jenis kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).

  5. Pewarna pipi bentuk powder balls Pewarna pipi jenis ini bentuknya seperti bola-bola kecil dengan aneka warna yang ditempatkan dalam wadah seperti mangkuk. Untuk mengaplikasikannya memerlukan bantuan kuas (Muliyawan dan Suriana, 2013).

  2.4

  2.4

  2.4 Kulit Kulit Kulit

  2.4 Kulit

  Kulit adalah bagian tubuh yang paling luar yang berhubungan langsung dengan lingkungan.kulitlah yang pertama kali menghadapi berbagai dampak buruk lingkungan seperti polusi, radiasi sinar UV, bakteri dan sebagainya. Gangguan pada kulit juga bisa disebabkan oleh penggunaan kosmetik yang tidak sesuai (Muliyawan dan Suriana, 2013).

  Efek samping kosmetika menimbulkan kekhawatiran pengguna kosmetik akan kemungkinan timbulnya efek samping kosmetik pada dirinya. Konsumen kosmetika selalu bertambah dan diikuti dengan peningkatan kejadian efek samping (Wasitaatmadja, 1997).

  Salah satu gangguan pada kulit yaitu iritasi kulit atau sering disebut dermatitis irritant. Iritasi kulit adalah reaksi kulit yang sering terjadi karena proses inflamasi lokal dan biasanya diikuti dengan perubahan kulit seperti eritema, edema, dan vesikula dengan keluhan gatal terbakar dan menyengat. Iritasi akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah pelekatan atau penyentuhan pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika reaksi tersebut timbul beberapa jam setelah penyentuhan pada kulit, iritasi ini disebut iritasi sekunder (Ditjen POM, 1985; Barel, dkk., 2001).