BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bunga Kecombrang - Formulasi Sediaan Pewarna Pipi Menggunakan Ekstrak Bunga Kecombrang (Etlingera elatior Jack) sebagai Pewarna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Bunga Kecombrang Kecombrangmerupakan tanaman asli pulau Sumatera dan Jawa.

  Tanaman ini tersebar di Pulau Jawa dan Sumatera terutama di daerah pegunungan tumbuhnya di hutan. Bunga dan buah dikumpulkan dari hutan, di dekat pemukiman, di budidayakan di pekarangan yang tanpa persiapan penggarapan tanah terlebih dahulu atau tanpa pemeliharaan. Kecombrang di perbanyak dengan rimpang. Pada umur 2 tahun berbunga dan berbuah (Heyne, 1987).

  Bungakecombrang sering ditambahkan pada masakan khas suku Batak, yaitu arsik ikan mas, masakan pucuk ubi tumbuk, dan juga digunakan sebagai peredam bau amis pada ikan (Heyne,1987).

2.1.1 Sistematika bunga kecombrang

  Sistematika bunga kecombrang sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Class : Dicotyledonae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberacea Genus : Etlingera Spesies : Etlingera elatior Jack.

  Nama lokal : Kecombrang (Adliani, 2013).

  2.1.2 Sinonim

  Kecombrang memiliki beberapa nama antara lain Nicolaia elatior Jack, Phaeomeria speciosa, dan Phaeomeria magnifika. (Cayol, 1997).

  2.1.3 Nama daerah

  Penyebaran kecombrang di Indonesia sangat luas dengan berbagai nama pada masing-masing daerah seperti kecombrang (Jawa), terpuk (Gayo), combrang (Sunda), kincung (Melayu), honje (Sunda), atimengo (Gorontalo), Puwar kijung (Minangkabau), Katimbang (Makasar), Salahawa (Seram) dan kantan (Malaysia).

  2.1.4 Morfologi tumbuhan

  Tanaman kecombrang merupakan tanaman tahunan yang berbentuk semak dengan tinggi 1-3 m. Tanaman ini mempunyai batang semu, tegak, berpelepah, membentuk rimpang, dan berwarna hijau. Daunnya tunggal, panjang daun sekitar 20-30 cm dan lebar 5-10 cm, pertulangan daun menyirip, dan berwarna hijau. Bunga kecombrang berbentuk bongkol dengan panjang tangkai 40-80 cm dengan mahkota berwarna merah. Akarnya berbentuk serabut dan berwarna kuning gelap.

  2.1.5 Kandungan kecombrang

  Kandungan kimia yang terdapat di daun, batang, bunga, dan rimpang kecombrang adalah saponin dan flavonoid. Selain itu, kecombrang juga mengandung polifenol dan minyak atsiri (Tampubulon, 1983). Katekin, Antosianidin, flavon, dan glikosida (Tang, 1991).

2.1.6 Manfaat kecombrang

  Rimpang kecombrang biasanya dimanfaatkan sebagai pewarna kuning untuk anyaman atau kerajinan tangan dan batang kecombrang sebagai bahan dasar pembuatan kertas. Daun kecombrang yang muda maupun tua dapat dimasak jadi sayur asam. Daunnya juga berguna untuk menutupi bau badan dan untuk pewangi dalam air pencuci mayat. Bunga digunakan sebagai pengganti buah asam dan untuk manisan (Heyne, 1987).

2.2 Antosianidin

  Antosianidin adalah senyawa flavonoid secara struktur termasuk kelompokflavon. Antosianidin merupakan aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Glikosida antosianidin dikenal sebagai antosianin. Senyawa ini tergolong pigmen dan pembentuk warna pada tanaman yang ditentukan oleh pH darilingkungannya(Tang, 1991).

  Manusia sejak lama telah mengkonsumsi antosianin bersamaan dengan buah dan sayuran yang mereka makan. Selama ini tidak pernah terjadi suatu penyakit atas keracunan yang disebabkan oleh pigmen ini sehingga antosianin aman untuk dikonsumsi dan tidak beracun (Nugrahan,2007).

  Antosianin adalah kelompok pigmen yang berwarna merah sampai biru yang tersebar dalam tanaman. Pada dasarnya, antosianin terdapat dalam sel epidermal dari buah, akar, dan daun pada buah tua dan masak. Pada beberapa buah-buahan dan sayuran serta bunga memperlihatkan warna-warna yang menarik yang mereka miliki termasuk komponen warna yang bersifat larut dalam air dan terdapat dalam cairan sel tumbuhan (Fennema, 1996).

  Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilisasi (Harborne, 1996).

  Sifat fisika dan kimia dari antosianin dilihat dari kelarutan antosianin larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, aseton, atau kloroform (Socaciu, 2007). Pada penelitian Saati (2002) untuk ekstraksi antosianin dari bunga pacar air dan penelitian Wijaya dkk (2001) tentang ekstraksi pigmen dari kulit buah rambutan, pelarut yang paling baik digunakan adalah etanol 96%.

  Antosianin stabil pada pH 3,5 dan suhu 50°C mempunyai berat molekul 207,08 gram/mol dan rumus molekul C15H11O (Fennema, 1996). Antosianin dilihat dari penampakan berwarna merah, ungu dan biru mempunyai panjang gelombang maksimum 515-545 nm, bergerak dengan eluen BAA (nbutanol- asam asetat-air) pada kertas (Harborne, 1996).

  Warna dan stabilitas pigmen antosianin tergantung pada struktur molekul secara keseluruhan. Substitusi pada struktur antosianin A dan B akan berpengaruh pada warna antosianin. Pada kondisi asam warna antosianin ditentukan oleh banyaknya substitusi pada cincin B. Semakin banyak substitusi OH akan menyebabkan warna semakin biru, sedangkan metoksilasi menyebabkan warna semakin merah (Arisandi, 2001). Faktor pH ternyata tidak hanya mempengaruhi warna antosianin ternyata juga mempengaruhi stabilitasnya. Pada umumnya, penambahan hidroksilasi menurunkan stabilitas, sedangkan penambahan metilasi meningkatkan stabilitas (Fennema, 1996).

2.3 Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

  sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut cair. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat(Ditjen POM, 2000).

  Ekstraksi

  Ekstraksi menggunakan pelarut yang sesuai didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran dimana pelarut polar akan melarutkan solute yang polar dan pelarut nonpolar akan melarutkan solute yang non polar (Ketaren, 1986).Ada beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu: maserasi, perkolasi, refluks, sokletasi, digesti, infundasi, dan dekoktasi (Ditjen POM, 2000).

  Menurut Ditjen POM (1979), beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan dalam berbagai penelitian antara lain:

1. Cara Dingin a.

  Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan dan pendiaman pada temperatur ruangan. Sedangkan remaserasi adalah pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat pertama dan seterusnya.

  b.

  Perkolasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan, serbuk simplisia yang akan diperkolasi tidak langsung dimasukkan kedalam bejana perkolator, tetapi dibasahi atau dimaserasi terlebih dahulu dengan cairan penyari sekurang-kurangnya 3 jam. Bila serbuk simplisia tersebut langsung dialiri dengan cairan penyari, maka cairan penyari tidak dapat menembus ke seluruh sel dengan sempurna.

2. Cara Panas a.

  Refluks adalah ekstraksi menggunakan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

  b.

  Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi berkelanjutan dan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

  c.

  Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan yaitu secara umum

  o

  dilakukan pada temperatur 40-50 C.

  d.

  Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur

  o

  terukur 96-98 C) selama waktu tertentu (15-20 menit).

  e.

  Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air

  o pada temperatur 90 C selama 30 menit.

  Ekstraksi antosianin umumnya menggunakan metode maserasi yaitu proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan.

  Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM, 1995).

2.4 Kosmetik

  Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan padabagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagianluar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan,mewangikan,mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi ataumemelihara tubuh pada kondisi baik (Menkes RI, 2010).

  Selama bertahun-tahun, rouge digunakan untuk mewarnaibibir. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) artinya berhias. Kosmetik dahulu diramu dari bahan-bahan alami. Namun, sekarang kosmetika tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan sintetik untuk maksud meningkatkan kecantikan(Wasitaatmadja, 1997).

  Berdasarkan kegunaannya bagi kulit, kosmetika dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

  1. Kosmetik perawatan (skin care cosmetics) Berfungsi untuk membersihkan dan merawat kulit dari faktor lingkungan yang dapat merusak kebersihan dan kemulusannya.

  2. Kosmetik riasan (kosmetik dekoratif atau make up) Kosmetik ini untuk merias dan menutupi ketidaksempurnaan pada kulit, sehingga penampilan jadi lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confidence).

  Tujuan awal penggunaan kosmetika adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terpapar oleh pandangan sehingga terlihat lebih menarik dan sekaligus juga menutupi kekurangan (cacat) yang ada(Wasitaatmadja, 1997).

  Pemakaian kosmetika dekoratif lebih untuk alasan psikologis daripada kesehatan kulit. Peran zat warna dan zat pewangi sangat besar dalam kosmetika dekoratif. Syarat kosmetika dekoratif antara lain (Tranggono dan Latifah, 2007): a.

  Warna yang menarik b.

  Bau yang harum menyenangkan c. Tidak lengket d.

  Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau e. Tidak merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku, dan lainnya.

  Pembagian kosmetika dekoratif(Tranggono dan Latifah, 2007): a.

  Kosmetika dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, pewarna bibir, pewarna pipi, eye

  shadow , dan lain-lain.

  b.

  Kosmetika dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu yang lama baru luntur. Seperti: kosmetika pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut.

  Kosmetik riasan terdiri dari berbagai jenis produk bermacam-macam pigmen (pigmen organik dan anorganik, pigmen mutiara dan lain-lain) terdispersi melalui suatu formula dasar, contohnya bedak, pewarna pipi, lipstik, eye shadow , pensil alis, eyeliner, maskara dan cat kuku (Mitsui, 1997).

2.5 Pewarna Pipi

  Pewarna pipi adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai pipi dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah. Pewarna pipi dibuat dalam berbagai warna yang bervariasi mulai dari warna merah jambu pucat hingga merah tua. Pewarna pipi lazim mengandung pigmen merah atau merah kecoklatan dengan kadar tinggi. Pewarna pipi yang mengandung pigmen kadar rendah digunakan sebagai pelembut warna atau pencampur untuk memperoleh efek yang mencolok (Ditjen POM, 1985).

  Wajah merona lebih disukai daripada wajah yang putih dan pucat, rona merah dipipi membuat wajah tampak segar, cerah dan menarik. Oleh karena itu, pewarna pipi atau blush on termasuk sediaan kosmetik yang diperlukan dalam rangkaian make up wajah. Untuk mendapatkan rona merah yang menarik, digunakan pewarna pipi yang sesuai dengan warna kulit wajah. Warna merah muda yang paling lembut cocok digunakan pada kulit yang berwarna putih. Sedangkan untuk warna kulit sawo matang akan lebih cocok menggunakan pewarna pipi dengan warna merah mudah yang lebih tua (Muliyawan dan Suriana, 2013).

  Penggunaan pewarna pipi berfungsi membuat wajah tampak segar dan sehat. Pemakaian pewarna pipi yang utama adalah di bagian tulang pipi atau bagian pipi yang paling menonjol saat tersenyum. Selain itu, dengan tehnik- tehnik ulasan tertentu, pewarna pipi bisa digunakan untuk mengkoreksi bentuk wajah, misalnya: Wajah panjang. Untuk memberikan kesan wajah lebih bulat, maka – pewarna pipi diulaskan dengan arah mendatar di bagian tengah pipi.

  Wajah bulat. Untuk memberikan kesan wajah terlihat lonjong, pewarna – pipi dioleskan secara miring daritulang pipi kea rah hidung. Warna yang digunakan semakin ke ujung semakin muda. Wajah persegi empat. Pewarna pipi dioleskan dari arah ujung hidung ke – telinga.

  Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis pewarna pipi diantaranya:

  1. Bentuk padat (compact) Pewarna pipi bentuk ini merupakan jenis yang paling populer. Untuk mempoleskannya menggunakan bantuan brush atau sponssetelah foundation dan bedak. Cara pemakaian pewarna pipi ini cukup praktis, sehingga cocok digunakan saat terburu-buru atau bagi pemula yang sedang belajar mempoleskan pewarna pipi.

  Pewarna pipi bentuk padat lebih populer dari pada bentuk bubuk karena: a. Tidak mudah beterbangan ketika dipakai, sehingga bubuk yang berwarna tidak mengotori pakaian, dan lain-lain.

  b. Melekat lebih baik pada kulit wajah.

  2. Bentuk puff

  Pada bagian atas kemasan, perona pipi jenis ini terdapat puff yang menempel ke kemasan. Jadi, pemakaiannya langsung dipoleskan pada pipi.

  3. Bentuk cream Bentuknya cream memiliki tekstur lebih basah dibanding bentuk bubuk kompak, maka warna yang dihasilkan dapat lebih menyatu alami dengan warna kulit wajah. Jenis ini kurang cocok digunakan pada orang yang berjenis kulit wajah berminyak. Tetapi penggunakan pada jenis kulit normal akan membuat pipi terlihat lebih lembab dan alami. Cara pengaplikasiannya adalah dengan menggunakan jari.

  4. Bentuk gradasi Kemasan pewarna pipi jenis ini mirip dengan bentuk padat 1 warna.

  Bedanya, dalam kemasan itu terdapat beberapa warna pewarna pipi yang senada. Hasil gabungan warna itu bisa membuat pipi tampak lebih cerah.

  5. Bentuk batang Pewarna pipi jenis ini dikemas dalam tube mirip lipstik. Penggunaannya cukup mudah karena langsung dipoleskan secara lurus di pipi kemudian diratakan dengan jari.

  6. Bentuk powder ball Pewarna pipi jenis ini bentuknya seperti bola-bola kecil dengan aneka warna yang ditempatkan dalam wadah seperti mangkuk. Untuk mengaplikasikannya memerlukan bantuan kuas. Poleskan kuas pada bola-bola warna itu, lalu poleskan pada pipi. Jenis pewarna pipi ini dapat digunakan untuk semua jenis kulit.

2.6 Komponen Utama dalam Sediaan Pewarna Pipi

  a.

  Talkum Talkum merupakan bahan dasar dari sediaan pewarna pipi yang bersifat mudah menyebar dan kekuatan menutupi yang rendah. Talkum memiliki ciri- ciri putih, halus, dan tidak berbau.

  Untuk partikel dari talkum adalah salah satu kriteria untuk standar kualitasnya. Paling tidak 98% harus dapat melewati ayakan mesh 200 (tidak lebih besar dari 74 mikro) talkum termikronisasi sekarang sudah tersedia dimana ukuran partikel dapat dikurangi menjadi beberapa mikron.

  Penggunaaan dari talkum termikronisasi tergantung dalam ukuran partikel dan nilai massa besar yang diinginkan.

  b. Kaolin Kaolin merupakan bahan dasar dari golongan silikat. Kaolin memiliki kemampuan menutupi dan adhesi yang baik, dalam jumlah maksimal 25% kaolin dapat mengurangi sifat kilat talkum.

  Tidak semua aluminium silikat dapat diklasifikasikan sebagai kaolin, namun 3 kelompok di bawah ini secara khusus memiliki formula yang sama (Al O .2SiO .2H O) dan dapat disebut kaolin: nacrite, dickite, dan kaolinite.

  2

  3

  2

2 Karena kaolin higroskopis penggunaannya pada pewarna pipi umumnya tidak melebihi 25%.

  c. Zink oksida Zink oksida memiliki beberapa sifat terapeutik dan membantu menghilangkan kecacatan pada kulit. Namun, penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan kulit kering. Kadang-kadang digunakan pada tingkat cukup rendah dalam pewarna pipi karena memiliki kekuatan yang cukup baik. Zink oksida memiliki kecenderungan untuk mengepalkan partikel, oleh karena itu harus diayak sebelum pencampuran dengan bahan lain dalam formulasi.

  d.

  Pengikat Jenis bahan pengikat yang digunakan ada 5 tipe dasar, yaitu: 1. Pengikat kering Pengikat kering seperti logam stearat (zink atau magnesium) stearat.

  Penggunaan dari pengering kering dibutuhkan untuk meningkatkan tekanan bagi kompaknya sediaan.

  2. Pengikat minyak Minyak tunggal, seperti minyak mineral isopropil miristat dan turunan lanolin, dapat sangat berguna untuk dicampurkan dalam formula sebagai pengikat.

  3. Pengikat larut air Pengikat larut air yang biasa digunakan di masa lalu umumnya adalah larutan gom seperti, tragakan, karaya, dan arab. Pengikat sintetik seperti PVP

  (polyvinylpyrolidone), metil selulosa, karboksil metil selulosa juga telah umum digunakan.

  4. Pengikat tidak larut air Pengikat tidak larut air digunakan secara luas dalam pewarna pipi.

  Minyak mineral, lemak ester dari segala tipe dan turunan lanolin, dapat digunakan dan dicampur dengan jumlah yang baik dari air untuk membantu pembentukan pewarna pipi yang halus dan kompak. Penambahan bahan pembasah akan membantu untuk menyeragamkan distribusi kelembaban pewarna pipi.

5. Pengikat emulsi

  Karena keseragaman penggunaan pengikat tidak larut air sulit tercapai, peneliti telah mengembangkan bahan pengikat emulsi yang sekarang digunakan dengan luas. Emulsi menghasilkan distribusi yang seragam, baik pada fase minyak maupun fase air, yang penting dalam pengempaan serbuk.

  e.

  Pengawet Tujuan penggunaan pengawet adalah untuk menjaga kontaminasi produk selama pembuatan dan juga selama digunakan oleh konsumen, dimana mikroorganisme dapat mengkontaminasi produk setiap kali penggunaannya, baik dari tangannya atau dari alat yang digunakan.

2.7 Kulit

  Kulit menutupi dan melindungi tubuh dari perusak eksternal dan dari

  2 kehilangan kelembaban. Luas permukaan kulit orang dewasa sekitar 1,6 m .

  Ketebalan kulit tergantung umur, jenis kelamin, dan lokasinya. Kulit terluar terbagi dalam tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutan.

  Berbagai tambahan, seperti rambut, kuku, dan kelenjar (keringat dan sebaseus) juga terdapat pada kulit (Mitsui, 1997).

  Kulit adalah organ yang memiliki berbagai fungsi penting:

  • Pelindung/Proteksi

  Serat elastis dari dermis dan jaringan lemak subkutan berfungsi untuk mencegah gangguan mekanis eksternal diteruskan secara langsung ke bagian dalam tubuh. Kulit memiliki kapasitas penetralisir alkali dan permukaan kulit dijaga tetap pada pH asam lemah untuk perlindungan dari racun kimia. Pigmen melanin mengabsorpsi dan melindungi tubuh dari bahaya radiasi.

  • Pengaturan Suhu Tubuh/Termoregulasi

  Kulit mengatur suhu tubuh dengan mengubah jumlah aliran darah melalui kulit dengan dilatasi dan kontriksi kapiler darah kulit dan dengan penguapan uap air (Mitsui, 1997).

  • Persepsi Pancaindera Kulit memiliki berbagai reseptor sehingga dapat merasakan tekanan, sentuhan, suhu, dan nyeri (Mitsui, 1997).
  • Penyerapan/Absorpsi

  Berbagai senyawa diabsorpsi melalui kulit ke dalam tubuh. Ada dua jalur absorpsi, satu melalui epidermis, dan yang lainnya melalui kelenjar sebaseus pada folikel rambut. Senyawa larut air tidak mudah diabsorpsi melalui kulit karena adanya sawar (barrier) terhadap senyawa larut air yang dibentuk oleh lapisan tanduk (Mitsui, 1997).

  • Fungsi Lain Kulit menunjukkan keadaan emosional, seperti memerah dan ketakutan dan digambarkan sebagai organ yang menunjukkan emosi. Kulit mensintesis vitamin D dengan bantuan sinar UV terhadap prekursor vitamin D dalam kulit (Mitsui, 1997).

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 59 Tahun 2014 Tentang kurikulum 2013 Sekolah menengah Atas/ Madrasah Aliyah (Studi Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan)

0 0 34

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Manajemen Risiko 2.1.1 Pengertian Manajemen Risiko - Analisis Manajemen Risiko (Studi Kasus pada TELKOM, Kandatel Binjai)

1 15 30

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Bauran Pemasaran Dalam Meningkatkan Penjualan Kain Tenun Tradisional Karo Pada Trias Tambun Kabanjahe

0 1 10

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia - Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Produktivitas Kerja Agen Jasa Asuransi Pada PT. Prudential Life Assurance Medan

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Produktivitas Kerja Agen Jasa Asuransi Pada PT. Prudential Life Assurance Medan

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Seimbang - Pengaruh Pendidikan Gizi Tentang Pola Makan Seimbang Melalui Game Puzzle dan Gambar Animasi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Anak SDN 067690 Kota Medan

0 1 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Pendidikan Gizi Tentang Pola Makan Seimbang Melalui Game Puzzle dan Gambar Animasi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Anak SDN 067690 Kota Medan

0 0 8

1. Hasil sidik ragam tinggi semai S. alba - Respons Pertumbuhan Tanaman dan Konsentrasi Rantai Panjang Polyisoprenoid terhadap Variasi Naungan dan Salinitas pada Mangrove Sonneratia alba Smith

0 0 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perbedaan Kekasaran Permukaan Enamel Gigi Pada Penggunaan Karbamid Peroksida 16% Dan Jus Buah Stroberi (Fragaria x ananassa) sebagai Bahan Pemutih Gigi

0 0 16

BAB II DASAR TEORI - Rancang Bangun Band Pass Filter Dengan Metode Hairpin Menggunakan Saluran Mikrostrip Untuk Frekuensi 2,4-2,5 GHZ

0 1 17