Penentuan Laju Erosi pada Tanah Andepts Menggunakan Tanaman Jagung dan Teras Bangku dengan Metode Usle dan Petak Kecil di Lahan Kwala Bekala Universtas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Erosi
Erosi ialah penghancuran dan pengangkutan bahan dalam bentuk larutan
atau suspensi dari tapak semula oleh pelaku berupa mengalir (aliran limpasan), es
bergerak, atau angin. Pelaku utama erosi dikawasan iklim basah ialah aliran
limpasan, dikawasan iklim kering ialah angin, dan dikawasan iklim dingin ialah es
bergerak. Erosi dapat diperbesar oleh pelapukan sebelumnya, akan tetapi
pelapukan bukan prasyarat erosi (Notohadiprawiro, 1998).
Kerusakan lahan akibat erosi yang paling nyata adalah terangkutnya
lapisan olah tanah, yang sangat penting artinya dalam budidaya tanaman, karena
dalam lapisan tersebut tersedia dalam jumlah banyak unsur hara penting bagi
tanaman (liat dan debu) yang aktif dalam reaksi-reaksi pertukaran kation dalam
tanah. Karena penghanyutan tanah lapisan atas terus menerus, yang tertinggal
adalah tanah lapisan bawah yang kurang subur dan sifat-sifat fisiknya yang
kurang baik. Demikian halnya hara yang ditambahkan melalui pupuk hanyut
terbawa erosi. Jika erosi parit yang terjadi, permukaan lahan terpotong/teriris oleh
parit-parit sehingga tidak menguntungkan penggunaan alat-alat mekanis. Hal ini
semua di satu pihak akan memerankan pertumbuhan tanaman dan di lain pihak
meningkatkan biaya produksi (Hakim, 1986).
Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya erosi

Secara umum faktor yang menentukan erosi yaitu faktor iklim, faktor
topografi, faktor vegetasi, faktor tanah dan faktor manusia. Dalam hal tersebut
terdapat dua macam variable, yaitu (1) faktor yang dapat dikendalikan manusia

Universitas Sumatera Utara

an pada Tabel 1.
Tabel 1. Kode (nilai) struktur tanah
Kelas Struktur Tanah (Ukuran diameter)
Granular sangat halus
Granular halus
Granular sedang sampai kasar
Gumpal, lempeng, pejal
Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007

Harkat
1
2
3
4


Kode (nilai) permeabilitas tanah disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kode (nilai) permeabilitas tanah
Kelas Kecepatan Permeabilitas Tanah
Sangat lambat (25,4 cm/jam)
Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007

Harkat
6
5
4
3
2
1

Kriteria nilai faktor erodibilitas tanah disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kriteria nilai faktor erodibilitas
Nilai K
Kategori
0.55

Sangat tinggi
Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007
c. Faktor topografi (LS)
Faktor ini merupakan gabungan antara pengaruh panjang dan kemiringan
lereng. Faktor S adalah rasio kehilangan tanah per satuan luas di lapangan
terhadap kehilangan tanah pada lereng eksperimental sepanjang 22,1 m (72,6 ft)
dengan kemiringan lereng 9 %. Persamaan yang diusulkan oleh Wischmeier dan
Smith (1978) dapat digunakan untuk menghitung L yaitu vegetasi dan
pengelolaan konservasi tanah, dan (2) faktor-faktor yang sulit dikendalikan

Universitas Sumatera Utara

manusia secara langsung yaitu iklim, topografi dan sifat tanah tertentu tetapi
pengaruhnya secara tidak langsung dapat dimodifikasi

oleh manusia seperti

pembuatan teras untuk memperpendek panjang lereng (Hakim, 1986).
Faktor iklim
Faktor iklim terpenting yang berpengaruh terhadap erosi air adalah curah

hujan. Sifat-sifat hujan yang menentukan kekuatan dispersi tanah, jumlah dan
kecepatan aliran permukaan dan erosi yang terjadi adalah jumlah, intensitas dan
distribusi musiman hujan. Jika jumlah yang terjadi rendah, demikian halnya bila
hujan dengan intensitas tinggi jatuh dalam waktu singkat. Sebaliknya jika jumlah
dan intensitas hujan tinggi, runoff dan erosi yang terjadi tinggi (Hakim, 1986).
Faktor topografi
Sifat lereng yang menentukan erosi adalah kemiringan dan panjang lereng.
Makin curam lereng makin besar erosi disebabkan oleh kecepatan aliran air
dipertinggi. Bila terjadi pelipatan kecepatan air, kemampuan pengangkutan
pertikel tanah 64 kali lebih berat, 32 kali lebih banyak bahan suspensi dan
peningkatan erosi 4 kali. Makin panjang lereng makin besar volume air yang
mengalir dipermukaan. Penelitian diIowa menunjukkan bahwa pelipatan panjang
lereng (pada kemiringan 9%) meningkat erosi 2,6 kali dan runoff 1,8 kali.
Pengaruh lereng ini masih ditentukan oleh luas wilayah (drainage basin) dan ada
tidaknya saluran-saluran (Hakim, 1986).
Faktor Vegetasi
Hutan dan padang rumput yang tebal mampu mengurangi/menekan
pengaruh faktor iklim, topografi dan sifat tanah terhadap erosi. Pengaruh vegetasi
ini terjadi melalui (a) intersepsi hujan oleh tajuk tumbuhan, (b) Pengukuran laju


Universitas Sumatera Utara

aliran permukaan dan gaya dispersinya, (c) Pengaruh akar dalam peningkatan
granulasi dan porositas, (d) Kegiatan biologi dalam tanah yang memperbaiki
porositas, dan (e) efek transpirasi yang mengeringkan tanah. Pengaruh vegetasi ini
bervariasi menurut tipe vegetasinya. Tanaman pertanian berbeda pengaruhnya
terhadap erosi, demikian juga pengaruh mulsa yang ditambahkan (Hakim, 1986).
Faktor Tanah
Pengaruh sifat-sifat tanah terhadap erosi dapat dimenifestasikan kedalam
dua hal yaitu sifat-sifat tanah yang menentukan kapasitas infiltrasi dan sifat-sifat
tanah yang menentukan ketahanannya terhadap dispersi dan pengangkutan. Jika
intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi, aliran permukaan (runoff) terjadi.
Selama hujan kapasitas infiltrasi berubah dari maksimum ke minimum. Kapasitas
infiltrasi minimum ini sama dengan perkolasi. Kapasitas infiltrasi ditentukan oleh
sifat permukaan tanah seperti kestabilan struktur dan porositas, tekstur dan tipe
liat, permeabilitas air dan kandungan air tanah, Permeabilitas adalah laju
pergerakan air jenuh (non-kapiler) yang ditentukan oleh porositas tanah. Sifat
tanah yang paling menentukan ketahanan terhadap dispersi dan pengangkutan
adalah ukuran dan kestabilan agregat (Hakim, 1986).
Metode Petak Kecil

Selain dengan menggunakan metode USLE, pengukuran laju erosi juga dapat
dihitung langsung di lapangan dengan menggunakan petak kecil. Karakteristik
wilayah yang harus diperhatikan adalah kemiringan lereng, jenis tanah, dan
sistem bercocok tanam. Plot berbentuk segi empat memanjang lereng dengan
sumbu bawah merupakan tempat kolektor untuk menampung aliran permukaan
dan sedimen. Ukuran petak adalah 22 m dan lebarnya 2 m. Di sekeliling petak

Universitas Sumatera Utara

dibatasi oleh sekat. Lebar sekat sekitar 30 cm yakni 15 cm ditanam dan 15 cm
berada di permukaan tanah (Wischmeier and Smith., 1978).
Adapun cara untuk menentukan pengikisan dan penghanyutan tanah yaitu
dengan menggunakan metode pengukuran besarnya tanah yang terkikis dan aliran
permukaan (run-off) untuk satu kali kejadian hujan. Metode ini disebut
“Pengukuran Erosi Petak Kecil”, metode ini ditujukan untuk mendapatkan datadata sebagai berikut:
1. Besarnya erosi
2. Pengaruh faktor tanaman
3. Pemakaian bahan pemantap tanah (soil conditioner)
4. Pemakaian mulsa penutup tanah dan
5. Pengelolaan tanah


Metode Petak kecil dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1. Penampang petak kecil dan kolektor pada sebidang lahan

Universitas Sumatera Utara

Pendugaan Erosi (USLE)
Perkiraan jumlah erosi yang akan terjadi pada suatu lahan bila pengelolaan
tanah tidak mengalami perubahan dilakukan dengan menggunakan rumus
Universal Soil Loss Equation (USLE) (Wischmeier dan Smith, 1978) yaitu:
A = R x K x LS x C x P............................................................................(1)
Dimana :
A = Jumlah erosi dalam ton/ha/tahun
R = Faktor Erosivitas hujan
K = Faktor erodibilitas tanah
LS= Faktor panjang dan kemiringan lereng
C = Faktor tanaman (penggunaan tanah)
P = Faktor teknik konservasi tanah
Masing-masing faktor tersebut akan ditentukan nilainya dengan mempergunakan

rumus seperti dibawah ini:
a. Faktor Erosivitas Hujan (R)
12

R   EI30 i ........................................................................................ (2)
i 1

Dimana :

EI30 = 6,119 (CH)1,21 .(HH)-0.47 . (P.Max) 0.53 .......................................... (3)
CH = rata-rata curah hujan bulanan
HH= jumlah hari hujan per bulan (hari)
P.Max=curah hujan maksimum selama 24 jam pada bulan bersangkutan
(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
b. Faktor Erodibilitas Tanah (K)

Universitas Sumatera Utara

K


2,713 M 1.14  (10) -4  (12 - a) + 3,25(b - 2) + 2,5(c - 3)
..................... (4)
100

Dimana :
K= Faktor erodibilitas tanah
M= Ukuran partikel yaitu (% debu + % pasir sangat halus) (100 - % liat)
Bila data tekstur yang tersedia hanya fraksi pasir, debu dan liat, maka %
pasir sangat halus dapat dianggap sepertiga dari % pasir.
a = % bahan organik tanah (% C x 1,724)
b = Kode (nilai) struktur tanah
c = Kode (nilai) permeabilitas tanah
(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
Kode (nilai) struktur tanah disajikS :
LS =

/

Dimana :


0,00138

0,00965

0,0138 .................................................(5)

S = Kemiringan lereng (%)
L = Panjang lereng (m)
(Asdak, 2007).
d. Faktor pengelolaan tanaman (C)
Faktor C merukan salah satu parameter dalam rumus USLE saat ini telah
dimodifikasi untuk dapat dimanfaatkan dalam menentukan besarnya erosi di
daerah berhutan atau lahan dengan dominan vegetasi berkayu. Sembilan
parameter telah ditentukan sebagai faktor yang berpengaruh dalam menentukan
basarnya laju erosi di daerah bervetasi berkayu tersebut. Kesembilan unsur
tersebut adalah konsulidasi tanah, sisa-sisa tanaman, tajuk vegetasi, sistem
perakaran, kekasaran permukaan tanah, gulma dan rerumputan (Asdak, 2007).

Universitas Sumatera Utara


Pada dasarnya, penentuan besarnya indeks C ini sangat rumit karena harus
mempertimbangkan sifat perlindungan tanaman terhadap erosivitas hujan. Sifat
perlindungan tanaman harus dinilai sejak dari pengolahan lahan hingga panen,
bahkan penanaman berikutnya. Disamping itu penyebaran hujan selama satu
tahun juga perlu memperoleh perhatian. Untuk menghemat waktu maka untuk
menentukan besarnya indeks C tanpa mengurangi ketelitian yang hendak dicapai
dapat dilihat pada Tabel 4.
e. Faktor teknik konservasi (P)
Teknik konservasi tanah disini tidak hanya tindakan konservasi tanah
secara mekanik atau fisik saja, tetapi juga berbagai macam usaha yang bertujuan
untuk mengurangi erosi tanah. Selanjutnya indeks konservasi tanah disajikan pada
Tabel 5.
Tabel 4. Nilai faktor C dengan pertanaman tunggal (Abdulrachman, sofyah dan
kurnia 1981, Hammer, 1981)
No Jenis Tanaman
Abdulrachman
et al. (1981)
1

Rumput Brachiaria tahun I

0.287

2

Rumput Brachiaria tahun II

0.002

3

Kacang tunggak

0.161

4

Sorghum

0.242

5

Ubi kayu

-

6

Kedelai

0.399

7

Serai wangi

0.434

8

Kacang tanah

0.20

Universitas Sumatera Utara

9

Padi (lahan kering)

0.561

10

Jagung

0.637

11

Padi sawah

0.01

12

Kentang

-

13

Kapas,tembakau

0.5-0.7

14

Nanas

0.01

15

Tebu

-

16

Pisang

-

17

Talas

-

18

Cabe, jahe, dll

-

19

Kebun campuran

-

21

Tanah kosong diolah

1.0

23

Hutan tak terganggu

0.001

24

Semak tak terganggu sebagian rumput

0.01

25

Alang-alang permanen

0.02

26

Alang-alang dibajar 1 kali

0.70

27

Semak lantana

0.51

28

Albizia dengan semak campuran

0.012

29

Albizia tanpa semak dan tanpa seresah

1.0

30

Pohon tanpa semak

0.32

31

Kentang ditanam searah lereng

1.0

32

Kentang ditanam menurut kontur

0.35

33

Pohon-pohon dibawahnya dipacul

0.21

34

Bawang daun ditanam dengan bedengan

0.08

Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007

Universitas Sumatera Utara

Nilai faktor C bervariasi yang besarnya akan bergantung kepada umur
tanaman, dan pengelolaan tanamannya.

Tabel 5. Nilai Faktor P untuk berbagai tindakan konservasi
No. Tindakan Khusus Konservasi Tanah
1.
Tanpa tindakan pengendalian erosi
2.
Teras bangku
Konstruksi baik
Konstruksi sedang
Konstruksi kurang baik
Teras tradisional
3.
Strip tanaman
Rumput bahia
Clotararia
Dengan kontur
4.
Teras tradisional
5.
Pengolahan tanah dan penanaman menurut garis kontur
Kemiringan 0-8 %
Kemiringan 8-20 %
Kemiringan > 20 %
6.
Penggunaan sistem kontur
7.
Penggunaan sistem strip(2-4 m lebar)
8.
Penggunaan mulsa jerami(6 ton/ha)
9.
Penggunaan pemantap tanah(60 gr/1/m2 (CURASOL)
10.
Padang rumput (sementara)
11.
Strip cropping dengan clotataria(lebar 1 m, jarak antar
12.
strip 4,5 m)
13.
Penggunaan sistem strip(lebar 2 m-4 m)
14.
Penggunaan mulsa jerami(4-6 ton/ha)
Penggunaan mulsa kadang-kadang(4-6 ton/ha)
Sumber : Arsyad, 1989

Nilai P
1,00
0,04
0,15
0,35
0,40
0,40
0,64
0,20
0.40
0,50
0,75
0,90
0,10-0,020
0,10-0,30
0,01
0,20-0,50
0,10-0,50
0,64
0,20
0,06-0,20
0,20-0,40

Faktor P nilainya bergantung kepada jenis konservasi tanah apa yang
dilakukan pada suatu lahan.
Laju Erosi yang Masih dapat Ditoleransikan (T)
Laju erosi yang masih dapat ditoleransikan adalah sejauh mana erosi tanah
dapat ditoleransikan atau dibiarkan. Untuk menghitung nilai laju erosi yang masih
dapat ditoleransikan dipergunakan rumus Hammer (1981), sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

T

EqD
xBd ......................................................................................... (6)
RL

Dimana :
T

= Laju erosi dapat ditoleransi (ton/ha.thn)

EqD

= faktor kedalaman tanah x kedalaman efektif tanah (cm)

RL

= Resource life (400 tahun) (tahun)

Bd

= Bulk density (kerapatan massa) (g/cm3)

Nilai faktor kedalaman tanah dipengaruhi oleh jenis tanah seperti disajikan
pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai faktor kedalaman tanah pada berbagai jenis tanah
No.
USDA
Sub Order dan Kode
Faktor Kedalaman Tanah
0.9
(AQ)
Aqualfs
1
0.9
(AD)
Udalfs
2
0.9
(AU)
Ustalfs
3
0.9
(EQ)
Aquents
4
1.0
(ER)
Arents
5
1.0
(EV)
Fluvents
6
1.0
(EO)
Orthents
7
1.0
(ES)
Psamments
8
1.0
(IN)
Andepts
9
0.95
(IQ)
Aquepts
10
1.0
(IT)
Tropepts
11
0.75
(MW)
Alballs
12
0.9
(MQ)
Aqualls
13
0.9
(MR)
Rendolls
14
(MD)
Udolls
1.0
15
1.0
(MU)
Ustolls
16
0.9
(OQ)
Aquox
17
1.0
(OH)
Humox
18
0.9
(OO)
Orthox
19
0.9
(OU)
Ustox
20
0.9
(SQ)
Aquods
21
0.95
(SI)
Ferrods
22
1.0
(SH)
Hummods
23
0.95
(SO)
Aquults
25
(UD)
Udults
0.8
26
(UU)
Ustults
27
0.8
(VD)
Uderts
28
1.0
(VU)
Ustearts
29
1.0
Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007

Universitas Sumatera Utara

Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
Tingkat bahaya erosi (TBE) ditentukan dengan membandingkan erosi aktual
(A) dengan erosi yang masih dapat ditoleransikan (T) di daerah itu dengan rumus
(Hammer, 1981):
TBE = A/T .............................................................................................. (7)

Kriteria tingkat bahaya erosi disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Kriteria tingkat bahaya erosi
Nilai
< 1.0
1.10 – 4.0
4.01 – 10.0
>10.01
Sumber : Hammer, 1981

Kriteria/Rating TBE
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi

Penentuan Nilai Faktor C tanaman Jagung
Faktor C menunjukkan keseluruhan pengaruh dari vegetasi, seresah,
kondisi permukaan tanah, dan pengelolaan lahan terhadap besarnya tanah yang
hilang (erosi). Oleh karenanya, besarnya nilai C tidak selalu sama dalam kurun
waktu satu tahun. Meskipun kedudukan C dalam persamaan USLE ditentukan
sebagai faktor independen, nilai sebenarnya dari faktor C ini kemungkinan besar
tergantung pada faktor-faktor lain yang termasuk dalam persamaan USLE.
Dengan demikian, dalam memprakirakan besarnya erosi menggunakan rumus
USLE, besarnya faktor C ditentukan melalui penelitian tersendiri (Asdak, 2007).
Faktor C tanaman jagung dapat dihitung dengan menggunakan metode
USLE yaitu: A = R . K . L . S . C . P. Pengukuran erosi dilakukan pada petak kecil
standar, berukuran panjang 22,1 m (72,6 ft) dengan kemiringan 9%. Nilai A
diperoleh dari pengukuran langsung pada petak kecil standar. Berdasarkan pada
petak standar tanpa tanaman dan tanpa konservasi tanah, maka:

Universitas Sumatera Utara

K = ................................................................................................ (8)
Nilai R diperoleh dari Persamaan 2, nilai K dari perhitungan pada
Persamaan 8 dimasukkan kembali ke persamaan USLE untuk menentukan nilai C
tanaman dengan nilai LS dan P adalah satu, sehingga:
C=

.............................................................................................. (9)

Teras
Teras lapangan pada tanah-tanah berlereng adalah merupakan tanggul
tanah yang dibuat sesuai dengan keadaan tanah dan kemiringannya untuk
mengendalikan aliran air permukaan (runoff). Tanggul-tanggul itu terutama sekali
dirancang/dibentuk untuk mengendalikan runoff didaerah yang curah hujannya
tinggi dan bagi pengawetan air didaerah yang curah hujannya rendah. Suatu
keistimewaan mekanis yang dasar dari teras lapangan pada umumnya yaitu suatu
saluran yang dapat memperlambat terpenuhinya sebidang tanah miring yang
diteras oleh aliran air permukaan karena saluran itu mengatur pembuangannya
kebidang tanah sengkedan lainnya dan dibidang tanah sengkedan ini saluran
airnya merupakan pengatur pembuangan pula kebidang tanah sengkedan lain yang
letaknya lebih rendah, demikian seterusnya. Dengan demikian pengikisan dan
penghanyutan tanah pun akan sangat minim sekali atau dapat tercegah sama sekali
(Rahim, 2003).
Tujuan digunakannya teras pembagi adalah untuk mengintersepsi
limpasan permukaan dan menyalurkannya memotong lereng untuk selanjutnya
diteruskan kedalam saluran yang lebih permanen di kanan dan/atau kiri areal yang
diusahakan (diteras) (Rahim, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Tentang macam-macam teras yang dibentuk tentunya akan disesuaikan
dengan kemiringan dan panjangnya lereng tanah itu. Bennet (1995) menyatakan
bahwa garis besarnya terdapat 3 macam teras, yaitu:
a. Bench Terrace atau teras bangku yang direncanakan/dibangun untuk:
-

Mengendalikan erosi (pengikisan dan penghanyutan) dengan
mengurangi kemiringan pada tanah atau daerah-daerah yang
dijadikan lahan pertanian.

-

Menjadikan tanah yang curam agar memungkinkan digunakan
sebagai tanah pertanian.

b. Graded Terrace atau teras berlereng direncanakan/dibangun untuk
menahan dan mengalihkan aliran air permukaan agar kecepatannya
berkurang dan tidak erosif.
c. Level Terrace atau teras datar yang direncanakan/dibangun untuk
mengurung/menahan dan mengawetkan air hujan pada daerah-daerah
dengan curah hujan yang rendah.
Teras-teras bangku biasanya

dibangun pada tanah pertanian yang

mempunyai kemiringan sekitar 10%-30%. Bagi mereka yang benar-benar
memperhatikan tanah pertaniannya agar awet atau dapat digunakan untuk jangka
waktu panjang, untuk diwariskan kepada anak cucunya, usaha penterasan bahkan
ada yang diatur secara baik pada tanah yang mempunyai kemiringan kurang dari
10% (Rahim, 2003).
Teras bangku dapat dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu:
-

Teras bangku tipe level dan retention

-

Teras bangku inward atau backward

-

Teras bangku outward atau forward

Universitas Sumatera Utara

Bangku-bangku biasanya memiliki lebar yang berbeda dari 2m hingga 5m,
tergantung dari beberapa faktor seperti persentase dari kemiringan, kedangkalan
tanah, jarak tanaman, dan cara kerja penanaman. lebar dari satu jenis keluar dari
teras bangku tidak boleh secara normal melebihi separuh jarak lereng. Penentuan
jarak teras bangku dapat digunakan rumus sebagai berikut:
a. Tipe datar
VI

.

=

. /

=

.

=

.

………………………………………………(10)
b. Tipe inward
VI =

.

. .
.

=

.

.

=

.

……………………………………………

(11)
c. Tipe outward
VI
.

=

.

. .
.

.

=

. .

=

…………………………………………..(12)

Dimana:
VI = Jarak interval (m)
d = Lebar bangku (m)
S = Slope (%)
W = Lebar teras
k = perbedaan tinggi antara depan dan belakang dari bangku (m)
z = Kemiringan dari luar bangku
u = Rasio dari kemiringan (vertical : horizontal = 1:u)
(JJRR and MARDB, 1977).

Universitas Sumatera Utara

Teras tipe datar dapat dilihat pada Lampiran 20, teras tipe inward dapat
dilihat pada Gambar 2 dan teras tipe outward dapat dilihat pada Lampiran 20.
Teras Tipe Inward
Teras bangku tipe miring kedalam dibangun pada tanah yang
permeabilitasnya rendah, dengan tujuan agar air yang tidak segera terinfiltrasi
tidak mengalir keluar melalui talud dibibir teras (Dariah, 2010).
Penentuan jarak teras tipe inward dapat digunakan Persamaan 11 dan
Gambar teras tipe inward disajikan pada Gambar 2.
 

Jarak bangku (d)
Kemiringan awal (S)
Permukaan bangku
potong

Kemiringan inward (k)
timbun
Jarak Interval (VI)

Jarak teras (W)

Gambar 2: Teras bangku tipe inward
Penentuan Faktor Pengolahan Tanah dengan teras bangku “inward”
Tindakan mekanis dalam mengendalikan erosi tanah digunakan melalui
upaya-upaya seperti pengoperasian pembajakan dan penanaman menurut kontur,
pembuatan sengkedan menurut kontur, pembuatan terassering dan pembuatan
jalan air. Pengusahaan lahan dengan metode tersebut menurut Morgan (1988)
dalam Rahim (1990) dapat mengurangi hingga 50% erosi tanah dari lahan yang
miring dibandingkan dengan pengusahaan menurut arah lereng.

Universitas Sumatera Utara

Berpedoman pada Persamaan 8 dan Persamaan 9 dengan adanya
konservasi tanah (teras), maka penentuan faktor konservasi tanah (P) dapat
ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
P



.

………………………………………………..(13)

Pengukuran langsung pada petak kecil standar tanpa tanaman nilai LS dan
C adalah 1.
Tanah Andepts
Andepts merupakan salah satu tanah yang dinilai cukup potensial dan
tersebar pada beberapa tempat didaerah tropika. Akhir-akhir ini andepts mendapat
perhatian secara khusus. Tanah andepts tanah yang berwarna hitam mengandung
bahan organik dan lempung almorf, serta sedikit silika yang terbentuk dari abu
vulkanik dan umumnya ditemukan didaerah dataran tinggi (Darmawijaya, 1990).
Tanah andosol atau andepts dimana nilai faktor kedalam tanah 1,0. Tanah
ini mempunyai tekstur liat berlempung dan struktur tanahnya termasuk granular
halus. Tanah ini dibentuk dalam bahan abu vulkanik dan mempunyai horizon A.
Adapun ciri tanah horizon A yaitu warna coklat tua, tekstur liat, struktur granular
sedang, lemah, agak pekat, batas horizon nyata dan berombak. Tanah mempunyai
nilai infiltrasi yang tinggi walaupun tanahnya dibasahi secara merata, drainase
baik sampai cepat, dan mempunyai nilai pemindahan air yang tinggi (Soil Survey
Manual, 1993).
Tekstur Tanah
Tekstur tanah biasa juga disebut besar butir tanah. Termasuk salah satu
sifat tanah yang paling sering ditetapkan. Hal ini disebabkan karena tekstur tanah
berhubungan erat dengan pergerakan air dan zat terlarut, udara, pergerakan panas,

Universitas Sumatera Utara

berat volume tanah, luas permukaan spesifik, kemudahan tanah memadat, dan
lain-lain. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif fraksi pasir, debu dan liat
(Agus, 2005).
Berbagai lembaga penelitian atau institusi mempunyai kriteria sendiri
untuk pembagian fraksi partikel tanah. Pada Tabel 8 berikut diperlihatkan sistem
klasifikasi fraksi partikel menurut United States Departement of Agriculture
(USDA).

Tabel 8. Klasifikasi Tekstur tanah menurut sistem USDA
Diameter (mm)
Fraksi
>0,02
Kerikil
0,05-2
Pasir
1-2
Sangat kasar
0,5-1
Kasar
0,25-0,5
Sedang
0,1-0,25
Halus
0,05-0,1
Sangat halus
0,002-0,05
Debu

Dokumen yang terkait

Aplikasi Pupuk Urea dan Pupuk Kandang Kambing untuk Meningkatkan N-Total pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala dan Kaitannya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung ( Zea mays L.)

3 112 57

Kajian Permeabilitas Beberapa Jenis Tanah di Lahan Percobaan Kwala Bekala USU Melalui Uji Laboratorium dan Lapangan

3 47 69

Dinamika N-NH4 dan N-NO3 Akibat Pemberian Pupuk Urea dan Kapur CaCO3 pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala dan Kaitannya terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung

3 84 61

Penentuan Laju Erosi pada Tanah Andepts Menggunakan Tanaman Jagung dan Teras Bangku dengan Metode Usle dan Petak Kecil di Lahan Kwala Bekala Universtas Sumatera Utara

3 58 114

Kajian Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Tanah Andepts pada Pengunaan Lahan Tanaman Kacang Tanah di Kebun percobaan Kwala Bekala USU

0 40 70

Kajian Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada Penggunaan Lahan Tanaman Pangan (Ubi Kayu) di Kebun Percobaan USU Kwala Bekala

13 91 86

Kajian Tingkat Bahaya Erosi (TBE) tanah Andepts pada Penggunaan Lahan Tanaman Jagung di Kebun Percobaan Kwala Bekala USU

1 21 106

Dinamika N-NH4 dan N-NO3 Akibat Pemberian Pupuk Urea dan Kapur CaCO3 pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala dan Kaitannya terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung

0 0 11

Dinamika N-NH4 dan N-NO3 Akibat Pemberian Pupuk Urea dan Kapur CaCO3 pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala dan Kaitannya terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung

0 0 11

Penentuan Laju Erosi pada Tanah Andepts Menggunakan Tanaman Jagung dan Teras Bangku dengan Metode Usle dan Petak Kecil di Lahan Kwala Bekala Universtas Sumatera Utara

0 0 39